MAKALAH ASKEB PERSALINAN

14
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Plasenta adalah massa yang bulat dan datar. Permukaan maternal plasenta berwarna antara kebiruan dan kemerahan, serta tersusun dari lobus-lobus. Pada plasenta bagian maternal inilah terjadi pertukaran darah janin dan maternal. Pertukaran ini berlangsung tanpa terjadi percampuran antara darah maternal dan darah janin. Proses penglepasan ini biasanya setahap demi setahap dan pengumpulan darah dibelakang uri akan membantu penglepasan uri. Pada area pemisahan, bekuan darah retroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah tekanan pada plasenta dan selanjutnya membantu pemisahan. Bila penglepasan sudah komplit, maka kontraksi rahim mendorong uri yang sudah terlepas ke Segmen Bawah Rahim, lalu kevagina dan dilahirkan. Selaput ketuban pun dikeluarkan, sebagian oleh kontraksi rahim, sebagian sewaktu keluarnya uri. Normalnya, pelepasan plasenta ini berkisar ¼ - ½ jam sesudah bayi lahir, namun bila terjadi banyak perdarahan atau bila pada persalinan sebelumnya ada riwayat perdarah postpartum, maka tidak boleh menunggu, sebaliknya plasenta dikeluarkan dengan tangan. Selain itu, bila perdarahan sudah lebih dari 500 cc atau satu nierbeken, sebaiknya plasenta langsung dikeluarkan. Oleh karena itu, mekanisme dan pelepasan plasenta ini perlu kita pelajari agar kita 1

description

pelepasan plasentaa

Transcript of MAKALAH ASKEB PERSALINAN

Page 1: MAKALAH ASKEB PERSALINAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Plasenta adalah massa yang bulat dan datar. Permukaan maternal plasenta

berwarna antara kebiruan dan kemerahan, serta tersusun dari lobus-lobus. Pada plasenta

bagian maternal inilah terjadi pertukaran darah janin dan maternal. Pertukaran ini

berlangsung tanpa terjadi percampuran antara darah maternal dan darah janin. Proses

penglepasan ini biasanya setahap demi setahap dan pengumpulan darah dibelakang uri

akan membantu  penglepasan uri. Pada area pemisahan, bekuan darah retroplasenta

terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah tekanan pada plasenta dan selanjutnya

membantu pemisahan. Bila penglepasan sudah komplit, maka kontraksi rahim

mendorong uri yang sudah terlepas ke Segmen Bawah Rahim, lalu kevagina dan

dilahirkan. Selaput ketuban pun dikeluarkan, sebagian oleh kontraksi rahim, sebagian

sewaktu keluarnya uri.

Normalnya, pelepasan plasenta ini berkisar ¼  - ½  jam sesudah bayi lahir, namun

bila terjadi banyak perdarahan atau bila pada persalinan sebelumnya ada riwayat

perdarah postpartum, maka tidak boleh menunggu, sebaliknya plasenta dikeluarkan

dengan tangan. Selain itu, bila perdarahan sudah lebih dari 500 cc atau satu nierbeken,

sebaiknya plasenta langsung dikeluarkan. Oleh karena itu, mekanisme dan pelepasan

plasenta ini perlu kita pelajari agar kita bisa memberikan pelayanan yang tepat dalam

membantu proses persalinan seorang ibu.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian plasenta?

2. Bagaimana mekanisme pelepasan plasenta?

3. Apa tanda – tanda pelepasan plasenta?

4. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta?

1.3. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Untuk mengetahui pengertian plasenta.

2. Untuk mengetahui mekanisme pelepasan plasenta.

3. Untuk mengetahui tanda – tanda pelepasan plasenta.

1

Page 2: MAKALAH ASKEB PERSALINAN

4. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta.

1.4. MANFAAT PEMBAHASAN

1. Pembaca dapat mengetahui pengertian plasenta.

2. Pembaca dapat mengetahui mekanisme pelepasan plasenta.

3. Pembaca dapat mengetahui tanda – tanda pelepasan plasenta.

4. Pembaca dapat mengetahui faktor – faktor yang mempengaaruhi pelepasan

plasenta.

2

Page 3: MAKALAH ASKEB PERSALINAN

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN PLASENTA

Plasenta adalah massa yang bulat dan datar. Permukaan maternal plasenta

berwarna antara kebiruan dan kemerahan, serta tersusun dari lobus-lobus. Pada plasenta

bagian maternal inilah terjadi pertukaran darah janin dan maternal. Pertukaran ini

berlangsung tanpa terjadi percampuran antara darah maternal dan darah janin.

Permukaan plasenta pada fetal memiliki karakteristik halus, berwarna putih, mengkilap,

dan pada permukaannya dapat dilihat cabang vena dan arteri umbilikalis. Dua selaput

ketuban yang melapisi permukaan fetal adalah korion dan amnion, yang memanjang

sampai ujung bagian luar kantong yang berisi janin dan cairan amnion.

Tali pusat membentang dari umbilicus janin sampai ke permukaan fetal plasenta

umumnya memiliki panjang sekitar 56 cm. tali pusat ini mengandung tiga pembuluh

darah : dua arteri yang berisi darah kotor janin menuju plasenta dan satu vena yang

mengandung oksigen menuju janin.

2.2. MEKANISME PELEPASAN PLASENTA

Pemisahan plasenta di timbulkan dari kontraksi dan retraksi miometrium.

Kontraksi rahim akan mengurangi area uri, karena rahim bertambah kecil dan dindingnya

bertambah tebal beberapa sentimeter. Kontraksi-kontraksi tadi menyebabkan bagian

yang longgar dan lemah dari uri dan dinding rahim, bagian ini akan terlepas, mula-mula

sebagian dan kemudian seluruhnya dan tinggal bebas dalam kavum uteri. Kadang-

kadang akan sebagian kecil uri yang masih melekat pada dinding rahim.

Proses penglepasan ini biasanya setahap demi setahap dan pengumpulan darah

dibelakang uri akan membantu penglepasan uri. Pada area pemisahan, bekuan darah

retroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah tekanan pada plasenta dan

selanjutnya membantu pemisahan. Bila penglepasan sudah komplit, maka kontraksi

rahim mendorong uri yang sudah terlepas ke Segmen Bawah Rahim, lalu kevagina dan

dilahirkan. Selaput ketuban pun dikeluarkan, sebagian oleh kontraksi rahim, sebagian

sewaktu keluarnya uri. Ditempat-tempat yang telepas terjadi perdarahan antara uri dan

desidua basalis, disebut retroplasenter hematoma (Mochtar, 1998).

3

Page 4: MAKALAH ASKEB PERSALINAN

Menurut (Sastrawinata 1983), ada 2 metode untuk pelepasan plasenta :

1) Metode schulze

Metode yang lebih umum terjadi, plasenta terlepas dari satu titik dan merosot

ke vagina melalui lubang dalam kantong amnion, permukaan fetal plasenta muncul

pada vulva dengan selaput ketuban yang mengikuti dibelakang seperti payung

terbalik saat terkelupas dari dinding uterus. Permukaaan maternal plasenta tidak

terlihat dan bekuan darah berada dalam kantong yang terbalik, kontraksi dan

retraksi otot uterus yang menimbulkan pemisahan plasenta juga menekan

pembuluh darah dengan kuat dan mengontrol perdarahan. Hal tersebut mungkin

terjadi karena ada serat otot oblik dibagian atas segmen uterus.

2) Metode matthews ducan

Plasenta turun melalui bagian samping dan masuk vulva dengan pembatas

lateral terlebih dahulu seperti kancing yang memasuki lubang baju, bagian plasenta

tidak berada dalam kantong. Pada metode ini, kemungkinan terjadinya bagian

selaput ketuban yang tertinggal lebih besar karena selaput ketuban tersebut tidak

terkelupas semua selengkap metode schultze. Metode ini adalah metode yang

berkaitan dengan plasenta letak rendah di dalam uterus. Proses pelepasan

berlangsung lebih lama dan darah yang hilang sangat banyak (karena hanya ada

sedikit serat oblik dibagian bawah segmen).

Fase pengeluaran plasenta adalah sebagai berikut.

1. Kustner

Dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada atau diatas simpisis, tali pusat

ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti plasenta sudah lepas, tetapi bila

diam atau maju berarti plasenta sudah lepas.

2. Klein

Sewaktu ada his,  rahim didorong sedikit, bila tali pusat kembali berarti plasenta

belum lepas, tetapi bila diam turun berarti plasenta sudah lepas.

3. Strassman

Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti plasenta

belum lepas, tetapi bila tidak bergetar plasenta sudah lepas.

4

Page 5: MAKALAH ASKEB PERSALINAN

2.3. TANDA-TANDA PELEPASAN PLASENTA

1. Perubahan bentuk dan tinggi uterus

Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk

bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi

dan plasenta terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga arau seperti buah pear

atau alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan).

2. Tali pusat memanjang

Tali pusat terlihat manjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld)

3. Semburan darah tiba-tiba dan singkat.

Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta

keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacental

pooling) dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta

melebihi kapasitas penampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta

yang terlepas.

Normalnya, pelepasan plasenta ini berkisar ¼  - ½  jam sesudah bayi lahir, namun

bila terjadi banyak perdarahan atau bila pada persalinan sebelumnya ada riwayat

perdarah postpartum, maka tidak boleh menunggu, sebaliknya plasenta dikeluarkan

dengan tangan. Selain itu, bila perdarahan sudah lebih dari 500 cc atau satu nierbeken,

sebaiknya plasenta langsung dikeluarkan. (Mochtar, 1998).

Yang perlu dilakukan bidan untuk membantu memperlancar pelepasan plasenta:

1. Pemberian suntikan oksitosin dan langkah-langkahnya

Oksitosin 10 IU secara IM dapat diberikan dalam 1 menit setelah bayi lahir dan

dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta belum lahir. Berikan oksitosin 10

IU  secara IM pada 1/3 bawah paha kanan bagian luar.

a) Letakkan bayi baru lahir diatas kain bersih yang telah disiapkna di perut

bawah ibu dan minta ibu atau pendampingnya untuk membantu memegang

bayi tersebut.

b) Pastikan tidak ada bayi lain di dalam uterus (undiagnose twin)

c) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik

d) Segera dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit

IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis)

e) Melakukan tindakan penjepitan dan pemotongan tali pusat.

5

Page 6: MAKALAH ASKEB PERSALINAN

f) Mempersiapkan bayi untuk Inisiasi Menyusui Dini.

g) Tutup kembali bagian vawah ibu dengan kain bersih.

2. Penegangan tali pusat terkendali

a) Berdiri di samping ibu.

b) Tempatkan klem pada ujung tali pusat ±5 – 10 cm dari vulva, memegang tali

pusat dari jarak dekat untuk mencegah avulasi pada tali pusat.

c) Letakan tangan pada dinding abdomen ibu (beralaskan kain) tepat diatas

simfisi pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan

menahan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah

terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan yang lain

pada dinding abdomen menekan uterus kearah lumbal dan kepala ibu (dorso

kranial). Lakukan secara hati-hati untuk  mencegah terjadinya inversio uteri.

d) Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali

(sekitar 2 atau 3 menit berselang) untuk mengulangi lagi penegangan tali

pusat terkendali.

e) Lahirkan plasenta dengan penegangan yang lembut dan keluarkan plasenta

dengan gerakan kebawah dan keatas mengikuti jalan lahir. Ketika plasenta

muncul dan keluarkan dari dalam vulva, kedua tangan dapat memegang

plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.

3. Rangsangan Taktil (Masase) fundus uteri

Segera seletah plasenta dan selaput dilahirkan, dengan perlahan tetapi

kukuh lakukan masase uterus dengan cara menggosok uterus pada abdomen

dengan  gerakan  melingkar untuk menjaga agar uterus tetap keras dan

berkontraksi dengan baik serta untuk mendorong setiap gumpalan darah agar

keluar. Sementara tangan kiri melakuakan masase uterus, periksalah plasenta

dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa kotiledon dan membran sudah

lengkap (seluruh lobus di bagian maternal harus ada dan bersatu atau utuh, tidak

boleh ada ketidakteraturan pada bagian pinggir-pinggirnya,  jika hal tersebut ada,

berarti menandakan ada sebagian fragmen plasenta  yang tertinggal).

Pemeriksaan kelengkapan plasenta sangatlah penting sebagai tindakan

antisipasi apabila ada sisa plasenta baik bagian kotiledon ataupun selaputnya. 

Penolong haruslah  memastikan betul plasenta dan selaputnya betul-betul utuh

6

Page 7: MAKALAH ASKEB PERSALINAN

(lenkap), periksalah sis maternal (yang melekat pada dinding uterus) dan sisi fetal

(yang mengahadap ke bayi). Untuk memastikan apakah ada lobus tambahan ,

serta selaput plasenta dengan cara menyatukan kembali selaputnya.

2.4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELEPASAN PLASENTA

1. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan

dan tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari uterus; serta

pembentukan constriction ring.

2. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa;

implantasi di cornu; dan adanya plasenta akreta.

3. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan , seperti manipulasi dari uterus yang

tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi

yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga

dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian

anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.

2.5. PENGAWASAN PERDARAHAN

Setelah plasenta berhasil dilahirkan, bidan harus terus memantau tanda-tanda

penurunan kesadaran atau perubahan pernafasan. Karena adanya perubahan

kardiovaskuler yang cepat (yaitu peningkatan tekanan intracranial sewaktu mengedan

dan pertambahan cepat curah jantung). Periode ini merupakan periode dimana dapat

terjadi risiko rupture aneurisme serebri yang memang telah ada dan emboli cairan

amnion pada paru-paru. Dengan lepasnya plasenta, ada kemungkinan cairan amnion

memasuki sirkusi ibu jika otot uterus tidak berkontraksi dengan cepat dan baik.

7

Page 8: MAKALAH ASKEB PERSALINAN

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Plasenta adalah massa yang bulat dan datar. Pemisahan plasenta di timbulkan dari

kontraksi dan retraksi miometrium. Proses penglepasan ini biasanya setahap demi

setahap dan pengumpulan darah dibelakang uri akan membantu  penglepasan uri. Ada 2

metode untuk pelepasan plasenta yaitu Metode schulze dan Metode matthews ducan.

Fase pengeluaran plasenta ada tiga fase yaitu Kustner, Klein dan Strassman. Tanda-tanda

pelepasan plasenta diantaranya Perubahan bentuk dan tinggi uterus, Tali pusat

memanjang, Semburan darah tiba-tiba dan singkat. Normalnya, pelepasan plasenta ini

berkisar ¼  - ½  jam sesudah bayi lahir, namun bila terjadi banyak perdarahan atau bila

pada persalinan sebelumnya ada riwayat perdarah postpartum, maka tidak boleh

menunggu, sebaliknya plasenta dikeluarkan dengan tangan. Selain itu, bila perdarahan

sudah lebih dari 500 cc atau satu nierbeken, sebaiknya plasenta langsung

dikeluarkan. Yang perlu dilakukan bidan untuk membantu memperlancar pelepasan

plasenta diantaranya Pemberian suntikan oksitosin, Penegangan tali pusat terkendali, dan

rangsangan Taktil (Masase) fundus uteri. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelepasan

Plasenta diantaranya kelainan dari uterus sendiri, Kelainan dari plasenta, dan Kesalahan

manajemen kala tiga persalinan.

3.2 SARAN

Seperti yang kita ketahui bahwa plasenta merupakan tempat pertukaran darah antara

janin dan maternal, dan ketika janin sudah keluar, plasenta sudah tidak berguna lagi dan

harus dikeluarka. Bila tidak itu akan membahayakan keselamatan ibu. Oleh karena itu,

sebaiknya lah kita sebagai tenaga kesehatan harusnya mengetahui mekanisme dan

pelepasan plasenta agar kita sebagai tenaga kesehatan utamanya bidan bisa memberikan

pelayanan yang terbaik dan penanganan yang tepat dalam membantu pelepasan plasenta

kepada pasien dan mampu mengurangi angka kematian ibu.

8

Page 9: MAKALAH ASKEB PERSALINAN

DAFTAR PUSTAKA

Bari, Abdul S dkk (2006), BUKU ACUHAN NASIONAL PELAYANAN KESEHATAN

METERNAL DAN NEONATAL.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Manuaba. (1998), Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk

Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC

9