MAKALAH ASKEB PERSALINAN
-
Upload
irma-sri-astuti -
Category
Documents
-
view
137 -
download
1
description
Transcript of MAKALAH ASKEB PERSALINAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Plasenta adalah massa yang bulat dan datar. Permukaan maternal plasenta
berwarna antara kebiruan dan kemerahan, serta tersusun dari lobus-lobus. Pada plasenta
bagian maternal inilah terjadi pertukaran darah janin dan maternal. Pertukaran ini
berlangsung tanpa terjadi percampuran antara darah maternal dan darah janin. Proses
penglepasan ini biasanya setahap demi setahap dan pengumpulan darah dibelakang uri
akan membantu penglepasan uri. Pada area pemisahan, bekuan darah retroplasenta
terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah tekanan pada plasenta dan selanjutnya
membantu pemisahan. Bila penglepasan sudah komplit, maka kontraksi rahim
mendorong uri yang sudah terlepas ke Segmen Bawah Rahim, lalu kevagina dan
dilahirkan. Selaput ketuban pun dikeluarkan, sebagian oleh kontraksi rahim, sebagian
sewaktu keluarnya uri.
Normalnya, pelepasan plasenta ini berkisar ¼ - ½ jam sesudah bayi lahir, namun
bila terjadi banyak perdarahan atau bila pada persalinan sebelumnya ada riwayat
perdarah postpartum, maka tidak boleh menunggu, sebaliknya plasenta dikeluarkan
dengan tangan. Selain itu, bila perdarahan sudah lebih dari 500 cc atau satu nierbeken,
sebaiknya plasenta langsung dikeluarkan. Oleh karena itu, mekanisme dan pelepasan
plasenta ini perlu kita pelajari agar kita bisa memberikan pelayanan yang tepat dalam
membantu proses persalinan seorang ibu.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian plasenta?
2. Bagaimana mekanisme pelepasan plasenta?
3. Apa tanda – tanda pelepasan plasenta?
4. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta?
1.3. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui pengertian plasenta.
2. Untuk mengetahui mekanisme pelepasan plasenta.
3. Untuk mengetahui tanda – tanda pelepasan plasenta.
1
4. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta.
1.4. MANFAAT PEMBAHASAN
1. Pembaca dapat mengetahui pengertian plasenta.
2. Pembaca dapat mengetahui mekanisme pelepasan plasenta.
3. Pembaca dapat mengetahui tanda – tanda pelepasan plasenta.
4. Pembaca dapat mengetahui faktor – faktor yang mempengaaruhi pelepasan
plasenta.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN PLASENTA
Plasenta adalah massa yang bulat dan datar. Permukaan maternal plasenta
berwarna antara kebiruan dan kemerahan, serta tersusun dari lobus-lobus. Pada plasenta
bagian maternal inilah terjadi pertukaran darah janin dan maternal. Pertukaran ini
berlangsung tanpa terjadi percampuran antara darah maternal dan darah janin.
Permukaan plasenta pada fetal memiliki karakteristik halus, berwarna putih, mengkilap,
dan pada permukaannya dapat dilihat cabang vena dan arteri umbilikalis. Dua selaput
ketuban yang melapisi permukaan fetal adalah korion dan amnion, yang memanjang
sampai ujung bagian luar kantong yang berisi janin dan cairan amnion.
Tali pusat membentang dari umbilicus janin sampai ke permukaan fetal plasenta
umumnya memiliki panjang sekitar 56 cm. tali pusat ini mengandung tiga pembuluh
darah : dua arteri yang berisi darah kotor janin menuju plasenta dan satu vena yang
mengandung oksigen menuju janin.
2.2. MEKANISME PELEPASAN PLASENTA
Pemisahan plasenta di timbulkan dari kontraksi dan retraksi miometrium.
Kontraksi rahim akan mengurangi area uri, karena rahim bertambah kecil dan dindingnya
bertambah tebal beberapa sentimeter. Kontraksi-kontraksi tadi menyebabkan bagian
yang longgar dan lemah dari uri dan dinding rahim, bagian ini akan terlepas, mula-mula
sebagian dan kemudian seluruhnya dan tinggal bebas dalam kavum uteri. Kadang-
kadang akan sebagian kecil uri yang masih melekat pada dinding rahim.
Proses penglepasan ini biasanya setahap demi setahap dan pengumpulan darah
dibelakang uri akan membantu penglepasan uri. Pada area pemisahan, bekuan darah
retroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah tekanan pada plasenta dan
selanjutnya membantu pemisahan. Bila penglepasan sudah komplit, maka kontraksi
rahim mendorong uri yang sudah terlepas ke Segmen Bawah Rahim, lalu kevagina dan
dilahirkan. Selaput ketuban pun dikeluarkan, sebagian oleh kontraksi rahim, sebagian
sewaktu keluarnya uri. Ditempat-tempat yang telepas terjadi perdarahan antara uri dan
desidua basalis, disebut retroplasenter hematoma (Mochtar, 1998).
3
Menurut (Sastrawinata 1983), ada 2 metode untuk pelepasan plasenta :
1) Metode schulze
Metode yang lebih umum terjadi, plasenta terlepas dari satu titik dan merosot
ke vagina melalui lubang dalam kantong amnion, permukaan fetal plasenta muncul
pada vulva dengan selaput ketuban yang mengikuti dibelakang seperti payung
terbalik saat terkelupas dari dinding uterus. Permukaaan maternal plasenta tidak
terlihat dan bekuan darah berada dalam kantong yang terbalik, kontraksi dan
retraksi otot uterus yang menimbulkan pemisahan plasenta juga menekan
pembuluh darah dengan kuat dan mengontrol perdarahan. Hal tersebut mungkin
terjadi karena ada serat otot oblik dibagian atas segmen uterus.
2) Metode matthews ducan
Plasenta turun melalui bagian samping dan masuk vulva dengan pembatas
lateral terlebih dahulu seperti kancing yang memasuki lubang baju, bagian plasenta
tidak berada dalam kantong. Pada metode ini, kemungkinan terjadinya bagian
selaput ketuban yang tertinggal lebih besar karena selaput ketuban tersebut tidak
terkelupas semua selengkap metode schultze. Metode ini adalah metode yang
berkaitan dengan plasenta letak rendah di dalam uterus. Proses pelepasan
berlangsung lebih lama dan darah yang hilang sangat banyak (karena hanya ada
sedikit serat oblik dibagian bawah segmen).
Fase pengeluaran plasenta adalah sebagai berikut.
1. Kustner
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada atau diatas simpisis, tali pusat
ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti plasenta sudah lepas, tetapi bila
diam atau maju berarti plasenta sudah lepas.
2. Klein
Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit, bila tali pusat kembali berarti plasenta
belum lepas, tetapi bila diam turun berarti plasenta sudah lepas.
3. Strassman
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti plasenta
belum lepas, tetapi bila tidak bergetar plasenta sudah lepas.
4
2.3. TANDA-TANDA PELEPASAN PLASENTA
1. Perubahan bentuk dan tinggi uterus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi
dan plasenta terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga arau seperti buah pear
atau alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan).
2. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat manjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld)
3. Semburan darah tiba-tiba dan singkat.
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta
keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacental
pooling) dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta
melebihi kapasitas penampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta
yang terlepas.
Normalnya, pelepasan plasenta ini berkisar ¼ - ½ jam sesudah bayi lahir, namun
bila terjadi banyak perdarahan atau bila pada persalinan sebelumnya ada riwayat
perdarah postpartum, maka tidak boleh menunggu, sebaliknya plasenta dikeluarkan
dengan tangan. Selain itu, bila perdarahan sudah lebih dari 500 cc atau satu nierbeken,
sebaiknya plasenta langsung dikeluarkan. (Mochtar, 1998).
Yang perlu dilakukan bidan untuk membantu memperlancar pelepasan plasenta:
1. Pemberian suntikan oksitosin dan langkah-langkahnya
Oksitosin 10 IU secara IM dapat diberikan dalam 1 menit setelah bayi lahir dan
dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta belum lahir. Berikan oksitosin 10
IU secara IM pada 1/3 bawah paha kanan bagian luar.
a) Letakkan bayi baru lahir diatas kain bersih yang telah disiapkna di perut
bawah ibu dan minta ibu atau pendampingnya untuk membantu memegang
bayi tersebut.
b) Pastikan tidak ada bayi lain di dalam uterus (undiagnose twin)
c) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik
d) Segera dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit
IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis)
e) Melakukan tindakan penjepitan dan pemotongan tali pusat.
5
f) Mempersiapkan bayi untuk Inisiasi Menyusui Dini.
g) Tutup kembali bagian vawah ibu dengan kain bersih.
2. Penegangan tali pusat terkendali
a) Berdiri di samping ibu.
b) Tempatkan klem pada ujung tali pusat ±5 – 10 cm dari vulva, memegang tali
pusat dari jarak dekat untuk mencegah avulasi pada tali pusat.
c) Letakan tangan pada dinding abdomen ibu (beralaskan kain) tepat diatas
simfisi pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan
menahan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah
terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan yang lain
pada dinding abdomen menekan uterus kearah lumbal dan kepala ibu (dorso
kranial). Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri.
d) Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali
(sekitar 2 atau 3 menit berselang) untuk mengulangi lagi penegangan tali
pusat terkendali.
e) Lahirkan plasenta dengan penegangan yang lembut dan keluarkan plasenta
dengan gerakan kebawah dan keatas mengikuti jalan lahir. Ketika plasenta
muncul dan keluarkan dari dalam vulva, kedua tangan dapat memegang
plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
3. Rangsangan Taktil (Masase) fundus uteri
Segera seletah plasenta dan selaput dilahirkan, dengan perlahan tetapi
kukuh lakukan masase uterus dengan cara menggosok uterus pada abdomen
dengan gerakan melingkar untuk menjaga agar uterus tetap keras dan
berkontraksi dengan baik serta untuk mendorong setiap gumpalan darah agar
keluar. Sementara tangan kiri melakuakan masase uterus, periksalah plasenta
dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa kotiledon dan membran sudah
lengkap (seluruh lobus di bagian maternal harus ada dan bersatu atau utuh, tidak
boleh ada ketidakteraturan pada bagian pinggir-pinggirnya, jika hal tersebut ada,
berarti menandakan ada sebagian fragmen plasenta yang tertinggal).
Pemeriksaan kelengkapan plasenta sangatlah penting sebagai tindakan
antisipasi apabila ada sisa plasenta baik bagian kotiledon ataupun selaputnya.
Penolong haruslah memastikan betul plasenta dan selaputnya betul-betul utuh
6
(lenkap), periksalah sis maternal (yang melekat pada dinding uterus) dan sisi fetal
(yang mengahadap ke bayi). Untuk memastikan apakah ada lobus tambahan ,
serta selaput plasenta dengan cara menyatukan kembali selaputnya.
2.4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELEPASAN PLASENTA
1. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan
dan tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari uterus; serta
pembentukan constriction ring.
2. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa;
implantasi di cornu; dan adanya plasenta akreta.
3. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan , seperti manipulasi dari uterus yang
tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi
yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga
dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian
anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.
2.5. PENGAWASAN PERDARAHAN
Setelah plasenta berhasil dilahirkan, bidan harus terus memantau tanda-tanda
penurunan kesadaran atau perubahan pernafasan. Karena adanya perubahan
kardiovaskuler yang cepat (yaitu peningkatan tekanan intracranial sewaktu mengedan
dan pertambahan cepat curah jantung). Periode ini merupakan periode dimana dapat
terjadi risiko rupture aneurisme serebri yang memang telah ada dan emboli cairan
amnion pada paru-paru. Dengan lepasnya plasenta, ada kemungkinan cairan amnion
memasuki sirkusi ibu jika otot uterus tidak berkontraksi dengan cepat dan baik.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Plasenta adalah massa yang bulat dan datar. Pemisahan plasenta di timbulkan dari
kontraksi dan retraksi miometrium. Proses penglepasan ini biasanya setahap demi
setahap dan pengumpulan darah dibelakang uri akan membantu penglepasan uri. Ada 2
metode untuk pelepasan plasenta yaitu Metode schulze dan Metode matthews ducan.
Fase pengeluaran plasenta ada tiga fase yaitu Kustner, Klein dan Strassman. Tanda-tanda
pelepasan plasenta diantaranya Perubahan bentuk dan tinggi uterus, Tali pusat
memanjang, Semburan darah tiba-tiba dan singkat. Normalnya, pelepasan plasenta ini
berkisar ¼ - ½ jam sesudah bayi lahir, namun bila terjadi banyak perdarahan atau bila
pada persalinan sebelumnya ada riwayat perdarah postpartum, maka tidak boleh
menunggu, sebaliknya plasenta dikeluarkan dengan tangan. Selain itu, bila perdarahan
sudah lebih dari 500 cc atau satu nierbeken, sebaiknya plasenta langsung
dikeluarkan. Yang perlu dilakukan bidan untuk membantu memperlancar pelepasan
plasenta diantaranya Pemberian suntikan oksitosin, Penegangan tali pusat terkendali, dan
rangsangan Taktil (Masase) fundus uteri. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelepasan
Plasenta diantaranya kelainan dari uterus sendiri, Kelainan dari plasenta, dan Kesalahan
manajemen kala tiga persalinan.
3.2 SARAN
Seperti yang kita ketahui bahwa plasenta merupakan tempat pertukaran darah antara
janin dan maternal, dan ketika janin sudah keluar, plasenta sudah tidak berguna lagi dan
harus dikeluarka. Bila tidak itu akan membahayakan keselamatan ibu. Oleh karena itu,
sebaiknya lah kita sebagai tenaga kesehatan harusnya mengetahui mekanisme dan
pelepasan plasenta agar kita sebagai tenaga kesehatan utamanya bidan bisa memberikan
pelayanan yang terbaik dan penanganan yang tepat dalam membantu pelepasan plasenta
kepada pasien dan mampu mengurangi angka kematian ibu.
8
DAFTAR PUSTAKA
Bari, Abdul S dkk (2006), BUKU ACUHAN NASIONAL PELAYANAN KESEHATAN
METERNAL DAN NEONATAL.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Manuaba. (1998), Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC
9