Makalah Artritis Modul 5

19
BAB II PEMBAHASAN Modul 5 ADA APA DENGAN LUTUT MAK ROS Mak ros datang kerumah sakit dengan keluhan bengkak pada tukai kaki kanan yang terasa panas dan nyeri sejak satu minggu ini. Pasien awalnya mengangkat beban berat, kemudian keseleo sudah tiga minggu yang lalu. Selain itu lutut juga tersa nyeri dan bengkak. Pasien mengeluhkan tidak dapat berjalan juga semenjak satu minggu ini. Tungkai kaki kanan tidak digerakkan karena merasa sakit. Pasien sempat panas satu minggu ini namun turun dengan pemberian obat penurunan panas. BAB lancar, tidak ada keluhan, namun BAK agak panas dan nyeri. Nafsu makan sedikit menurun. Sebelum dibawa kerumah sakit, pasien sempat dirawat dirumah sakit lainnya dan dilakukan aspirasi cairan dilutut dua kali lalu keluar nanah. Dari pemeriksaan tmpak keadaan umum dan tanda vital baik. Pada ekstremitas tampak edema (+) pada tungkai kaki kanan yang terasa nyeri dan panas. AL 10,4 rb/μl. I. KATA-KATA SULIT a. Ekstremitas : alat gerak b. AL : c. Edema : pembengkakan II. PEMBAHASAN A. Definisi

description

sistem imun dan hematologi

Transcript of Makalah Artritis Modul 5

Page 1: Makalah Artritis Modul 5

BAB II

PEMBAHASAN

Modul 5

ADA APA DENGAN LUTUT MAK ROS

Mak ros datang kerumah sakit dengan keluhan bengkak pada tukai kaki kanan yang terasa

panas dan nyeri sejak satu minggu ini. Pasien awalnya mengangkat beban berat, kemudian keseleo

sudah tiga minggu yang lalu. Selain itu lutut juga tersa nyeri dan bengkak. Pasien mengeluhkan tidak

dapat berjalan juga semenjak satu minggu ini. Tungkai kaki kanan tidak digerakkan karena merasa

sakit. Pasien sempat panas satu minggu ini namun turun dengan pemberian obat penurunan panas.

BAB lancar, tidak ada keluhan, namun BAK agak panas dan nyeri. Nafsu makan sedikit menurun.

Sebelum dibawa kerumah sakit, pasien sempat dirawat dirumah sakit lainnya dan dilakukan aspirasi

cairan dilutut dua kali lalu keluar nanah. Dari pemeriksaan tmpak keadaan umum dan tanda vital baik.

Pada ekstremitas tampak edema (+) pada tungkai kaki kanan yang terasa nyeri dan panas. AL 10,4

rb/μl.

I. KATA-KATA SULIT

a. Ekstremitas : alat gerak

b. AL :

c. Edema : pembengkakan

II. PEMBAHASAN

A. Definisi

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti

sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang

sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana

persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi

pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam

sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, rheumatoid arthritis adalah

penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi

dari membran sinovial dari sendi diartroidial.

Page 2: Makalah Artritis Modul 5

B. Etiologi

Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun

faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor

metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan

dalam timbulnya penyakit ini. Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara

produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan

AR seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relatif 4:1 untuk menderita

penyakit ini.8

Kecenderungan wanita untuk menderita AR dan sering dijumpainya remisi

pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor

keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit

ini. Walaupun demikian karena pemberian hormon estrogen eksternal tidak pernah

menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil

dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini.8

Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab AR. Dugaan

faktor infeksi sebagai penyebab AR juga timbul karena umumnya onset penyakit ini

terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang

mencolok. Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu

mikroorganisme dari jaringan sinovial, hal ini tidak menyingkirkan kemungkinan

bahwa terdapat suatu komponen peptidoglikan atau endotoksin mikroorganisme yang

dapat mencetuskan terjadinya AR. Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab

AR antara lain adalah bakteri, mikoplasma atau virus.8,10

Heat shock protein (HSP) adalah sekelompok protein berukuran sedang (60

sampai 90 kDa) yang dibentuk oleh sel seluruh spesies sebagai respons terhadap

stress. Walaupun telah diketahui terdapat hubungan antara HSP dan sel T pada pasien

AR, mekanisme ini belum diketahui dengan jelas.

C. Patofisiologi

Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)

terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-

enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi

edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan

menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah

Page 3: Makalah Artritis Modul 5

menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut

terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratifdengan

menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).

Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan

adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh

dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian

kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus

menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).

D. Manifestasi Klinis

Gejala umum rheumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat

peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika

jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara

spontan atau dengan pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau

tahun. Selama remisi, gejala penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya merasa

sehat ketika penyakit ini aktif lagi (kambuh) ataupun gejala kembali (Reeves, Roux &

Lockhart, 2001).

Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan

energi, kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan

kekakuan. Otot dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping

itu juga manifestasi klinis rheumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya

mencerminkan stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas,

eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik untuk

rheumatoid arthritis (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik dari rheumatoid

arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun,

anemia (Long, 1996).

Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian

kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut,

bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan

temporomandibular. Awitan biasanya akut, bilateral dan simetris. Persendian dapat

teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30

menit. Deformitas tangan dan kaki adalah hal yang umum.

Page 4: Makalah Artritis Modul 5

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :

1. Stadium sinovitis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai

hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun

istirahat, bengkak dan kekakuan.

2. Stadium destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga

pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

3. Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,

deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit

yang dini sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi

yang akut pada sendi-sendi tersebut. Persendian yang teraba panas,

membengkak, tidak mudah digerakkan dan pasien cendrung menjaga atau

melinddungi sendi tersebut dengan imobilisasi. Imobilisasi dalam waktu

yang lama dapat menimbulkan kontraktur sehingga terjadi deformitas jaringan

lunak. Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran sendi yang terjadi

ketika sebuah tulang tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan rongga sendi

(Smeltzer & Bare, 2002).

Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius

terjadi pada lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku

pada pagi hari, bermula sakit dan kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku,

pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari, mulai terlihat bengkak

setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi kemerahan

dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan

demam, dapat terjadi berulang.

E. Pemeriksaan Penunjang1. Radiografi: mungkin terjadi erosi ada pada kaki, bahkan tanpa adanya rasa

sakit dan tidak adanya erosi di tangan.2. MRI: modalitas ini digunakan terutama pada pasien dengan kelainan tulang

belakang leher; pengenalan awal erosi berdasarkan citra MRI telah cukup divalidasi.

Page 5: Makalah Artritis Modul 5

3. Ultrasonografi: ini memungkinkan pengakuan efusi pada sendi yang tidak mudah diakses (misalnya, sendi pinggul, sendi bahu pada pasien obesitas) dan kista.

4. Scanning tulang: dapat membantu membedakan inflamasi yang disebabkan peradangan atau hal lain pada pasien yang mengalami pembengkakan.

5. Densitometri: Temuan berguna untuk membantu mendiagnosa perubahan dalam kepadatan mineral tulang yang mengindikasikan osteoporosis.

6. Analisis cairan sinovial1) Inflamasi cairan sinovial (WBC count> 2000/μL) hadir dengan jumlah WBC umumnya dari 5,000-50,000 / uL.2) Biasanya, dominasi neutrofil (60-80%) yang diamati dalam cairan synovial (kontras dengan dominasi sel mononuklear di sinovium).3) Karena cacat transportasi, kadar glukosa cairan pleura, perikardial, dan sinovial pada pasien dengan RA sering rendah dibandingkan dengan kadar glukosa serum.

F. Faktor Resiko

1. Jenis kelamin

Wanita lebih berisiko AR dibandingkan laki-laki

2. Umur

Lebih rentan terjadi pada usia antara 40-60

3. Merokok

4. Riwayat keluarga

Keluarga yang terjangkit AR akan berisiko terhadap anggota keluarga lain

G. Penatalaksanaan

Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan

penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien dan

keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang

baik akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu

jangka waktu yang lama (Mansjoer, dkk. 2001).

Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID (Non Steriodal Anti-Inflammatory

Drug) dalam dosis terapeutik. Kalau diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat

ini akan memberikan efek anti inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu

diberitahukan untuk menggunakan obat menurut resep dokter agar kadar obat yang konsisten

dalam darah bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat

mencapai tingkat yang optimal (Smeltzer & Bare, 2002).

Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan rheumatoid arthritis menuju

pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang lebih dini.

Page 6: Makalah Artritis Modul 5

Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit terdapat dalam

dua tahun pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya

digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan sendi menjadi

lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini,

seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil,

menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak

memakan ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang

mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara

persendian agar tetap lentur.

H. Komplikasi

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik

yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau

obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirheumatoid drugs, DMARD) yang

menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada artritis reumatoid.

Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga sukar

dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan

mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

Page 7: Makalah Artritis Modul 5

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ARTHRITIS

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Nama:

Umur:

Jenis kelamin:

MR:

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan dahulu : dimana pasien mengatakan bahwa ia

mengalami nyeri sendi disebabkan yang berhubungan dengan

aktivitas klien dimasa lalu yang beresiko untuk terjadinya atritis

reumathoid seperti, merokok, mengangkat beban berat, pekerjaan,

jenis kelamin, merokok, dll.

b. Riwayat kesehatan sekarang : merupakan keluhan pasien ketika

datang ke RS, yang berhubungan dengan penyakit tersebut. Seperti

pasien mengeluhkan hipertermi, kelelahan, nyeri sendi,

pembengkakan sendi, kekakuan sendi pada pagi hari sekitar 30 menit,

BB menurun, anoreksia, lemah, lesu, anemia, dll.

c. Riwayat kesehatan keluarga : keluhan pasien yang berhubungan

dengan factor resiko yang diturunkan dari keluarga, seperti factor

genetic, gen, kromosom yang ersifat menurun dari keluarga pasien.

3. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Kesadaran menurun

Tingkat kesadaran :

TTV : N =

TD =

RR =

T =

Kepala : rambut alopesia /penipisan.

Page 8: Makalah Artritis Modul 5

Wajah : meningitis, warna kulit kemerahan.

Mata : konjungtiva anemis, skelera tidak interik.

Mulut : lesi pada pipi/ bibir kering,

Thorax :

a. Paru-paru Palpasi : Premitus kiri dan kanan tidak sama, penurunan ekspansi dada, nyeri

preuritis. Auskultasi : Suara nafas tidak teratur.

b. Abdomen Palpasi : Nyeri tekan. Perkusi : Bising usus jelas.

c. Jantung Inspeksi : Adanya pelebaran. Palpasi : Ictus kordis teraba. Perkusi : Sonor. Auskultasi : Ronki.

d. Ekstremitas Jari tangan pucat dan sianosis Kekuatan otot menurun. Rentang gerak sendi. Bengkak sendi. Merah pada kulit.

4. Pemeriksaan Penunjang Radiografi: mungkin terjadi erosi ada pada kaki, bahkan tanpa adanya

rasa sakit dan tidak adanya erosi di tangan. MRI: modalitas ini digunakan terutama pada pasien dengan kelainan

tulang belakang leher; pengenalan awal erosi berdasarkan citra MRI telah cukup divalidasi.

Ultrasonografi: ini memungkinkan pengakuan efusi pada sendi yang tidak mudah diakses (misalnya, sendi pinggul, sendi bahu pada pasien obesitas) dan kista.

Scanning tulang: dapat membantu membedakan inflamasi yang disebabkan peradangan atau hal lain pada pasien yang mengalami pembengkakan.

Densitometri: Temuan berguna untuk membantu mendiagnosa perubahan dalam kepadatan mineral tulang yang mengindikasikan osteoporosis.

Analisis cairan sinovial Inflamasi cairan sinovial (WBC count> 2000/μL) hadir dengan

jumlah WBC umumnya dari 5,000-50,000 / uL. Biasanya, dominasi neutrofil (60-80%) yang diamati dalam

cairan synovial (kontras dengan dominasi sel mononuklear di sinovium).

Page 9: Makalah Artritis Modul 5

Karena cacat transportasi, kadar glukosa cairan pleura, perikardial, dan sinovial pada pasien dengan RA sering rendah dibandingkan dengan kadar glukosa serum.

5. Analisa Data

No Analisa Data Etiologi MK

1 Ds:klien mengatakan

sendi terasa kaku pada

pagi hari selama 30

menit, bermula sakit

dan kekakuan pada

daerah lutut, bahu,

siku, pergelangan

tangan dan kaki, juga

pada jari-jari, nyeri

pada saat bergerak

maupun istirahat,

bengkak dan

kekakuan.

Do: mulai terlihat

bengkak setelah

beberapa bulan, bila

diraba akan terasa

hangat, terjadi

kemerahan dan terasa

sakit/nyeri.

sinovitis

Invasi

Nyeri dan bengkak

Gangguan rasa

nyaman :nyeri

2 Ds:klien mengatakan

mudah kelelahan,

kehilangan energi,

mudah capek, lemah,

lesu, nyeri pada saat

bergerak

Do: , takikardi, berat

Menginvasi

jaringan kolagen

dan proteoglikan

Memcah tulang

sendi

Gangguan intoleransi

aktifitas

Page 10: Makalah Artritis Modul 5

badan menurun,

anemia. Foto rongen

akan memperlihatkan

erosi tulang yang khas

dan penyempitan

rongga sendi

Gangguan stabilitas

sendi

3 Ds: klien mengatakan

kehilangan energi,

kurangnya nafsu

makan (anoreksia)

Do:klien terlihat lemah,

lesu,berat badan

menurun, anemia

Sistem respiratorik

Inflamasi

Nyeri

(tenggorokan

menelan )

Gangguan pemenuhan

nutrisi kurang dari

kebutuhan

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman :nyeri b.d nyeri sendi

2. Gangguan intoleransi aktifitas b.d kekauan otot atau sendi

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia

C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

1 Gangguan rasa

nyaman :nyeri b.d

nyeri sendi

Mampu

mengontrol nyeri

(tahu penyebab

nyeri,mampu

menggunakan

teknik non

farmakologik,untu

k mengurangi

nyeri)

Melaporkan bahwa

nyeri berkurang

Pain management

Lakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif

termasuk

lokasi,karakteristik,durasi,fre

kuensi dll.

Observasi reaksi non verbal

dari ketidaknyamanan

Evaluasi pengalaman nyeri

masa lampau

Kurangi faktor presipitasi

Page 11: Makalah Artritis Modul 5

mengguanakan

management nyeri

Mampu mengenali

nyeri

( skala,intensitas

dan tanda nyeri)

Menyatakan rasa

nyaman setelah

nyeri berkurang

nyeri

Pilih dan lakukkan penangan

nyeri ( farmakologi,non

farmakologi dan

interpersonal)

Kaji tipe dan sumber nyeri

untuk menentukan intervensi

Berikan analgetik untuk

mengurang nyeri

Analgesic administration

Tentukan lokasi,

karakteristik,kualitas dan

derajat nyeri sebelum

pemberian obat

Pilih analgesic yang

diperlukan atau kombinasi

dari analgesik ketika

pemberian lebih dari satu

Berikan anlgesic tepat

waktu,terutama saat nyeri

hebat

2 Gangguan

intoleransi aktifitas

b.d kekauan otot

atau sendi

Berpartisipasi

dalam aktifitas

fisik tanpa disertai

peningkatan TTV

mampu

melaksanakan

aktifitas sehari-

hari secara mandiri

sirkulasi status

baik

energi psikomotor

Activity therapy

bantu klien untuk

mengidentifikasi aktivitas

yang mampu dilakukan

kolaborasi dengan tenaga

rehabilitasi medik dalam

merencanakan program

terapi yang tepat

bantu klien membuat jadwal

latihan di waktu luang

3 Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan b.d

anoreksia

adanya

peningkatan berat

badan sesuai

dengan tujuan

berat badan ideal

Nutrition management

kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan

Page 12: Makalah Artritis Modul 5

sesuai dengan

tinggi badan

mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

tidak ada tanda

tanda malnutrisi

pasien

anjurkan pasien untuk

meningkatkan protein dan

vitamin C

berikan makan yang terpilih

(sudah di konsultasikan

dengan ahli gizi)

nutrition monitoring

berat badan pasien dalam

batas normal

monitor tipe dan jumlah

aktifitas

monitor kekeringan,rambut

kusam,dan mudah patah

monitor kadar albumin,total

protein,Hb dan kadarHt

monitor mula muntah