Makalah Artritis Gout

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan tentang asuhan keperawatan muskuloskeleta makin dibutuhkan mahasiswa ataupun perawat selaku pemberi pelayan kesehatan. Pergeseran tingkat pendidikan pada dunia keperawatan di Indonesia menuju era profesionalisasi menjadikan asuhan keperawatan pada pola asuhan per sistem. Perkembangan asuhan keperawatan sistem muskoskeletal sendiri sejak lama tidak lepas dari bedah ortopedi, suatu disiplin ilmu dari bagian medis yang di Indonesia sekarang ini masih belum dikenal luas oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh keadaan masih adanya peranan yang cukup besar dari ahli urut tulang (khususnya di daerah), yaitu lebih dari 25% klien berobat ke ahli urut tulang/dukun patah tanpa memnadang derajat sosial dan pendidikan dan umumnya datang ke rumah sakit setelah timbul penyulit atau penyakit sudah dalam stadium lanjut. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, salah satu fungsi dari peranan perawat adalah mensosialisasikan pada masyarakat umum guna mencegah/menghindari hal-hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Oleh karena itu, kami menyusun makalah yang berjudul “Asuhan 1

Transcript of Makalah Artritis Gout

Page 1: Makalah Artritis Gout

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengetahuan tentang asuhan keperawatan muskuloskeleta makin

dibutuhkan mahasiswa ataupun perawat selaku pemberi pelayan kesehatan.

Pergeseran tingkat pendidikan pada dunia keperawatan di Indonesia menuju

era profesionalisasi menjadikan asuhan keperawatan pada pola asuhan per

sistem. Perkembangan asuhan keperawatan sistem muskoskeletal sendiri sejak

lama tidak lepas dari bedah ortopedi, suatu disiplin ilmu dari bagian medis

yang di Indonesia sekarang ini masih belum dikenal luas oleh masyarakat. Hal

ini disebabkan oleh keadaan masih adanya peranan yang cukup besar dari ahli

urut tulang (khususnya di daerah), yaitu lebih dari 25% klien berobat ke ahli

urut tulang/dukun patah tanpa memnadang derajat sosial dan pendidikan dan

umumnya datang ke rumah sakit setelah timbul penyulit atau penyakit sudah

dalam stadium lanjut. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, salah satu

fungsi dari peranan perawat adalah mensosialisasikan pada masyarakat umum

guna mencegah/menghindari hal-hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Oleh

karena itu, kami menyusun makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan 

dengan Gangguan Muskuloskeletal: Gout dan Rheumatoid Arthritis“. Dengan

harapan sebagai perawat kita mampu memahami konsep penyakit yang

dialami klien dengan gangguan sistem Muskuloskeletal, khususnya Gout dan

Rheumatoid Arthristis, sehingga kita pun mampu memberi asuhan

keperawatan yang tepat dan kontrahensif, yang meliputi pengenalan konsep

anatomi fisiologi, dan patofisiologi sistem muskuloskeletal, pengkajian untuk

menegakkan masalah keperawatan, perencanaan dan tindakan keperawatan,

sampai mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada masalah sistem

muskuloskeletal.

    

       

1

Page 2: Makalah Artritis Gout

1.2 Tujuan Umum

Diharapkan agar Mahasiswa/i tingkat II Program Studi SI Keperawatan,

mampu memahami tentang konsep asuhan keperawatan pada klien dengan

Arthritis Guot dan Rheumatoid Arthritis.

1.3 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat memahami anatomi dan fisiologi system

musculoskeletal.

2. Mahasiswa dapat mengetahui konsep penyakit arthritis gout.

3. Mahasiswa dapat mengerti tentang konsep asuhan keperawatan pada

klien dengan arthritis gout.

4. Mahasiswa dapat mengetahui konsep penyakit rheumatoid arthritis.

5. Mahasiswa dapat mengerti tentang konsep asuhan keperawatan pada

klien dengan rheumatoid arthritis.

6. Mahasiswa dapat mengaplikasikan konsep asuhan keperawatan pada

klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal : Arthritis Guot dan

Rheumatoid Arthritis

1.4 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari atritis gout ?

2. Bagaimana etiologi dari penyakit arthritis gout ?

3. Bagaimana manifestasi klinik pada klien dengan arthritis gout ?

4. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada penyakit rheumatoid arthritis?

5. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit rheumatoid arthritis ?

6. Bagaimana prognosis dari penyakit rheumatoid arthritis ?

2

Page 3: Makalah Artritis Gout

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Artritis gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran

khusus, yaitu arthritis akut. Arthritis gout lebih banyak terdapat pada pria

daripada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada

wanita biasanya mendekati masa menopause.

2.2 Etiologi

Gejala arthritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap

pembentukan Kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu, dilihat dari

penyebabnya, penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan metabolic.

Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetic asam urat yaitu

hiperurisemia. Hiperurisemia pada penyakit ini terjadi karena :

1. Pembentukan asam urat yang berlebihan

a. Gout primer metabolic, disebabkan sintesis langsung yang

bertambah.

b. Gout sekunder metabolic, disebabkan pembentukan asam urat

berlebihan karena penyakit lain seperti leukemia, terutama bila

diobati dengan sitostatika, psosiasis, polisitemia vera, dan

mielofibrosis.

2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal

a. Gout primer renal, terjadikarena gangguan ekskresi asam urat di

tubuli distal ginjal yang sehat. Penyebabnya tidak diketahui.

b. Gout sekunder renal, disebabkan oleh kerusakan ginjal, misalnya

pada glomerulonefritis kronik atau gagal ginjal kronik.

3. Perombakan dalam usus yang berkurang. Namun, secara klinis hal ini

tidak penting.

2.3 Manifestasi Klinis

Secara klinis ditandai dengan adanya arthritis, tofi, dan batu ginjal.

Yang penting diketahui bahwa asam urat sendiri tidak akan mengakibatkan

3

Page 4: Makalah Artritis Gout

apa – apa. Yang menimbulkan rasa sakit adalah terbentuk dan mengendapnya

Kristal monosodium urat. Pengendapanya dipengaruhi oleh suhu dan tekanan.

Oleh sebab itu, sering terbentuk tofi pada daerah – daerah telinga, siku, lutut,

dorsum pedis, dekat tendo Achilles pada metatarsofalangeal digiti I, dan

sebagainya.

Pada telinga misalnya, karena permukaannya yang lebar dan tipis serta

mudah tertiup angin, kristal – kristal tersebuit mudah mengendap dan menjadi

tofi. Demikian pula di dorsum pedis, kalkaneus, dan sebagainya karena sering

tertekan oleh sepatu. Tofi itu sendiri terdiri dari kristal – kristal urat yang

dikelilingi oleh benda – benda asing yang meradang, termasuk sel – sel

raksasa.

Serangan sering kali terjadi pada malam hari. Biasanya sehari

sebelumnya pasien tampak segar bugar tanpa keluhan. Tiba – tiba tengah

malam terbangun oleh rasa sakit yang hebat sekali.

Daerah khas yang sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari

kaki sebelah dalam, disebut padogra. Bagian ini tampak membengkak,

kemerahan, dan nyeri sekali bila disentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa

hari sampai satu minggu, lalu menghilang. Sedangkan tofi itu sendiri tidak

sakit, tapi dapat merusak tulang. Sendi lutut juga merupakan tempat predileksi

kedua untuk serangan ini.

Tofi merupakan penimbunan asam urat yang dikelilingi reaksi radang

pada sinovia, tulang rawan, bursa, dan jaringan lunak. Sering timbul di tulang

rawan telinga sebagai benjolan keras. Tofi ini merupakan manifestasi lanjut

dari gout yang timbul 5 – 10 tahun setelah serangan arthritis akut pertama.

Pada ginjal akan timbul sebagai berikut :

a. Mikrotofi, dapat terjadi di tubuli ginjal dan menimbulkan nefrosis.

b. Nefrolitiasis karena endapan asam urat

c. Pielonefritis kronis

d. Tanda – tanda aterosklerosis dan hipertensi

4

Page 5: Makalah Artritis Gout

Tidak jarang ditemukan pasien dengan kadar asam urat tinggi dalam

darah, tanpa adanya riwayat gout, yang disebut hiperurisemia asimtomatik.

Pasien demikian sebaiknya dianjurkan mengurangi kadar asam uratnya

karena menjadi factor risiko dikemudian hari dan kemungkinan

terbentuknya batu urat di ginjal.

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Pada pemerikasaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang

tinggi dalam darah (>6 mg%). Kadar asam urat normal dalam serum pada pria

8 mg% dan pada wanita 7 mg%. Pemeriksaan kadar asam urat ini akan lebih

tepat lagi bila dilakukan dengan cara enzimatik. Kadang – kadang didapatkan

leukositosis ringan dan LED meninggi sedikit. Kadar asam urat dalam urin

juga sering tinggi (500 mg%/liter per 24 jam).

Di samping pemeriksaan tersebut, pemeriksaan cairan tofi juga penting

untuk menegakkan diagnosis. Cairan tofi adalah cairan berwarna putih seperti

susu dan kental sekali sehingga sukar diaspirasi. Diagnosis dapat dipastikan

bila ditemukan gambaran Kristal asam urat (berbentuk lidi) pada sediaan

mikroskopik.

2.5 Penatalaksanaan

2.5.1 Penatalaksanaan serangan akut

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

penatalaksanaan pasien dengan serangan akut arthritis gout. Yang

pertama bahwa pengobatan serangan akut dengan atau tanpa

hiperurisemia tidak berbeda. Juga diperhatikan agar penurunan kadar

asam urat serum tidak dilakukan tergesa – gesa karena penurunan

secara mendadak sering kali mencetuskan serangan lain atau

mempersulit penyembuhan.

Obat yang diberikan pada serangan akut antara lain :

5

Page 6: Makalah Artritis Gout

a. Kolkisin, merupakan obat pilihan utama dalam pengobatan

serangan arthritis gout maupun pencegahannya dengan dosis lebih

rendah. Efek samping yang sering ditemui di antaranya sakit

perut, diare, mual, atau muntah – muntah. Kolkisin bekerja pada

peradangan terhadap Kristal urat dengan menghambat kemotaksis

sel radang. Dosis oral 0,5 – 0,6 mg per jam sampai nyeri, mual,

muntah, atau diare hilang. Kemudia obat dihentikan, biasanya

pada dosis4-6 mg, maksimal 8 mg. Kontraindikasi pemberian oral

jika terdapat inflammatory bowel disease. Dapat diberikan

intravena pada pasien yang tidak dapat menelan dengan dosis 2-3

mg/hari, maksimal 4 mg. Hati – hati karena potensi toksisitas

berat. Kontraindikasinya pada pasien dengan gangguan ginjal atau

hati. Dosis profilaksi 0,5-1 mg/hari. Hasil dari obat ini sangat baik

bila diberikan segera setelah serangan.

b. OAINS

Semua jenis OAINS dapat diberikan, yang paling sering

digunakan adalah indometasin. Dosis awal indomestasin 25-50 mg

setiap 8 jam, diteruskan sampai gejala menghilang (5-10 hari).

Kontarindikasinya jika terdapat ulkus peptikum aktif, gangguan

fungsi ginjal, dan riwayat alergi terhadap OAINS.

Kolkisin dan OAINS tidak dapat mencegah akumulasi asam

urat, sehingga tofi, batu ginjal, dan arthritis gout menahun yang

destruktif dapat terjadi setelah beberapa tahun.

c. Kortikosteroid

Untuk pasien yang tidak dapat memakai OAINS ora, jika sendi

yang terserang monoartikular, pemberian intraartikular sangat

efektif, contohnya triamsinolon 10-40 mg intraartikular. Untuk

gout poliartikular, dapat diberikan secara intravena (metal

prednisolon 40 mg/hari, tapering off 7 hari) atau oral (prednison

40-60 mg/hari, tapering off 7 hari). Mengingat kemungkinan

terjadi arthritis gout bersamaan dengan arthritis septic, maka harus

dilakukan aspirasi sendi dan sediaan apus Gram dari cairan sendi

sebelum diberikan kortikosteroid.

6

Page 7: Makalah Artritis Gout

d. Analgesic, diberikan bila rasa nyeri sangat berat. Jangan diberikan

Aspirin, karena dalam dosis rendah akan menghambat ekskresi

asam urat dari ginjal dan memperbesar hiperurisemia.

e. Tirah baring, merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai

24 jam setelah serangan menghilang. Arthritis gout dapat kambuh

bila terlalu cepat bergerak.

2.5.2 Penatalaksanaan periode antara

Bertujuan mengurangi endapan urat dalam jaringan dan menurunkan

frekuensi serta keparahan serangan.

a. Diet, dianjurkan menurunkan berat badan pada pasien yang

gemuk, serta diet rendah purin (tidak usah terlalu ketat). Hindari

alcohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, dagg

kambing, dan sebagainya), termasuk roti manis. Perbanyak

minum, pengeluaran urin 2 liter/hari atau lebih akan membantu

pengeluaran asam uarat dan mengurangi pembentukan endapan di

saluran kemih.

b. Hindari obat- obatan yang mengakibatkan hiperurisemia, seperti

tiazid, diuretic, aspirin, dan asam nikotinat yang menghambat

ekskresi asam urat dari ginjal.

c. Kolkisin secara teratur diindikasikan untuk :

1) Mencegah serangan gout yang akan dating.obat ini tidak

mempengaruhi tingginya kadar asam urat namun

menurunkan frekuensi terjadinya serangan.

2) Menekan serangan akut yang dapat terjadi akibat

perubahan mendadak dari kadar asam urat serum dalam

pemakaian obat urikosurik atau alopurinol.

d. Penurunan kadar asam urat serum

Diindikasikan pada arthritis akut yang sering dan tidak

terkontrol dengan kolkisin, terdapat endapan tofi atau kerusakan

ginjal. Tujuannya untuk mempertahankan kadar asam urat serum

di bawah 6 mg/dL, agar tidak terbentuk kristalisasi urat.

7

Page 8: Makalah Artritis Gout

Ada 2 jenis obat yang dapat digunakan, yaitu kelompok

urikosurik dan inhibitor xantin oksidase seperti alopurinol.

Pemilihannya tergantung dari hasil urin 24 jam. Kadar di bawah

1.000 mg/hari manandakan sekresi asam urat yang rendah,

sehingga harus diberikan obat urikosurik. Sedangkan untuk pasien

dengan kadar asam urat lebih dari 1.000 mg/hari diberikan

alopurinol karena terjadi produksi asam urat yang berlebihan.

1) Obat urikosurik, bekerja menghambat reabsorbsi tubulus

terhadap asam urat yang telah difiltrasi dan mengurangi

penyimpanannya, mencegah pembentukan tofi yang baru

dan mengurangi ukuran yang telah terbentuk. Bila

diberikan bersama kolkisin dapat mengurangi frekuensi

serangan. Indikasinya adalah peningkatan frekuensi

serangan atau keparahannya. Tidak efektif untuk pasien

dengan insufisiensi ginjal.

Jangan diberikan pada pasien dengan riwayat batu asam

urat. Jaga agar pengeluara urin pasien mencapai 2 liter/hari

untuk mencegah pengendapan. Bila perlu ditambahkan

obat alkalinisasi supaya pH di atas 6.

Pilihan obatnya adalah :

Probenesid, dosis awal 0,5 g/hari ditingkatkan secara

bertahap menjadi 1-2 g/hari. Obat ini berkompetisi

menghambat reabsorpsi urat oleh ginjal. Efek samping

yang mungkin terjadi di antaranya mual, muntah, dan

reaksi hipersensitif. Obat ini menghambat ekskresi

penisilin, indometasin, dapson, dan asetazolamid.

Sulfinpirazon, dosis awal 100 mg/hari, peningkatan

bertahap menjadi 200-400 mg/hari. Dapat pula

mengurangi agregasi dan memperpanjang masa hidup

trombosit. Efek samping mual, muntah, dan dapat

timbul ulkus peptic.

Bensbromaron, merupakan kelompok terbaru. Obat ini

meghambat penyerapan kembali asam urat pada bagian

8

Page 9: Makalah Artritis Gout

proksimal tubulus renalis. Memiliki masa kerja yang

panjang sehingga cukup diberikan satu kali sehari.

Azapropazon, juga memiliki efek antiinflamasi.

2) Inhibitor xantin oksidase atau alopurinol, bekerja

menurunkan produksi asam urat dan meningkatkan

pembentukan xantin serta hipoxantin dengan cara

menghambat enzim xantin oksidase. Indikasinya adalah

pasien dengan produksi asam urat yang berlebihan, baik

primer maupun sekunder, nefropati yang asli disebabkan

asam urat, batu urat, tofi gout, dan pasien yang tidak

responsive dengan pengobatan urikosurik. Tidak diberikan

pada pasien hiperurisemia asimtomatik.

Efek samping paling sering adalah pencetusan serangan

gout akut. Kontraindkasi hanya untuk pasien dengan

riwayat hipersensitif dengan gejala rash pruritus. Pada

pasien hipersensitif ini dapat terjadi nekrolisis epidermal

toksik yang fatal.

Alopurinol diberikan dengan dosis awal 100 mg/hari

selama 1 minggu. Dosis dinaikkan bila asam urat serum

tetap tinggi. Biasanya diperlukan dosis per hari 200-300

mg. Terkadang dapat digunakan bersama obat urikosurik.

Aropurinol akan meningkatkan waktu paruh probenesid,

sementara probenesid meningkatkan ekskresi oropurinol.

Oleh karena itu, alupurinol harus diberikan dalam dosis

sedikit lebih tinggi sedangkan dosis probenesid lebih

rendah.

9

Page 10: Makalah Artritis Gout

2.6 Prognosis

Tanpa terapi yang adekuat, serangan dapat berlangsung berhari – hari,

bahkan beberapa minggu. Periode asimtomatik akan memendek apabila

penyakit menjadi progresif. Semakin muda usia pasien pada saat mulainya

penyakit, maka semakin besar kemungkinan menjadi progresif. Arthritis tofi

kronik terjadi setelah serangan akut berulang tanpa terapi yang adekuat.pada

pasien gout ditemukan peningkatan insidens hipertensi, penyakit ginjal,

diabetes mellitus, hipertrigliseridema, dan aterosklerosis. Penyebabnya belum

diketahui.

10

Page 11: Makalah Artritis Gout

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GOUT

3.1    Pengkajian

a. Identitas pasien.

b. Keluhan utama.

Nyeri pada daerah persendian.

c. Riwayat kesehatan.

Riwayat adanya faktor resiko :

- Peningkatan kadar asam urat serum.

- Riwayat keluarga positif.

d. Pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajin fungsi muskuluskletal

dapat menunjukan :

- Ukuran sendi normal dengan mobilitas penuh bila pada remisi.

- Tofu dengan gout kronis. Ini temuan paling bermakna.

- Laporan episode serangan gout.

e. Pemeriksaan diagnostik.

- Kadar asam urat serum meningkat.

- Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat.

- Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat.

- Analisis cairan sinovial dari sendi terinflamasi atau tofi

menunjukan kristal urat monosodium yang membuat diagnosis.

- Sinar X sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan

perubahan sendi.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan kristal pada membrane

sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia

dan pembentukan panus.

11

Page 12: Makalah Artritis Gout

2. Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan

otot, pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi

tulang rawan, proloferasi sinovia, dan pembentukan panus.

3. Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk  kakidan terbenuknya tofus.

4. Perubahan pola tidur b.d  nyeri.

3.3 Rencana Dan Implementasi Keperawatan

Dx. I : Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan Kristal pada

membrane sinovia, tulang rawan arikular, erosi tulang rawan, prolifera

sinovia dan pembentukan panus.

Tujuan keperawatan    :Nyeri berkurang, hilang, teratasi.

Kriteria hasil        :

Klien melaporkan penelusuran nyeri.

menunjukan perilaku yang lebiih rileks.

memperagakan keterampilan reduksi nyeri.

Skala nyeri 0 – 1 atau teratasi.

3.4 Intervensi    Rasional Mandiri

Kaji lokasi, intensitas,an tipe nyeri. Observasi kemajuan nyeri ke

daerah yang baru. Kaji nyeri dengan skala0 – 4.

Bantu klien dalam  mengidentifikasi factor pencetus.

Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri

nonfamakologi dan non – invasif.

Ajarkan relaksasi: teknik terkait ketegangan otot rangka yang

dapat mengurangi intensitas nyeri.

Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.

Tingkatkan pengetahuaan  tentang penyebab nyeri dan hubungan

dengan berapa lama nyeri akan berlangsung.nHindarkan klien

meminum alcohol, kafein, dan obat diuretik.

3.5 Kolaborasi

12

Page 13: Makalah Artritis Gout

Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian alopurinol  

Nyeri merupakan respon subjektif yangbdapat dikaji dengan

menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas

tingkat cedera.

Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan dan peradangan pada sendi.

Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan farmakologilain

menunjukan keefektifan dalam mengurangi nyeri.

Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen

pada

jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri.

Mengalikan perhatian klien terhadap nyeri ke hal yang

menyenangkan.

pegetahuan tersebut membatu mengurangi nyeri dan dapat

menbatumeningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana

terapeutik

pemakaian alkohol, kafein, dan obat-obatan diuretik akan

menambah peningkatan kadar asam urat dalam serum.

Alopurinol menghambat biosentesis asam urat sehingga

menurunkan kadar asam urat serum.

Dx. II : Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan

otot, pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang

rawan, proloferasi sinovia, dan pembentukan panus.

Tujuan keperawatan     : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai

dengan kemampuannya.

Kreteria hasil    : 

o   klien ikut dalam program latihan

o   tidak mengalami kontraktur sendi

o   kekuatan otot bertambah

o      klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas dan

mempertahankan koordinasi optimal.

3.6 Intervensi    Rasional Mandiri

13

Page 14: Makalah Artritis Gout

Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan

kerusakan.

Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang

tidak sakit.

Bantu klien melakukan latihan ROM dan perawatan diri sesuai

toleransi.

Pantau kemajuan dan perkembangan kemamapuan klien dalam

melakukan aktifitas

3.7 Kolaborasi

Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.   

Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas.

Gerakan aktif memberi masa tonus, dan kekuatan otot, serta

memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan.

Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai kemampauan.

Untuk mendeteksi perkembangan klien.

Kemampuan mobilisasi ekstermitas dapat ditingkatkan dengan

latihan fisik dari tim fisioterapi.

Dk. III : Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk  kaki dan

terbenuknya tofus.

Tujuan perawatan    : Citra diri klien meningkat

Kriteria hasil        :

-    Klien mampu mengatakan atau mengkomunikasikan dengan  orang

terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi.

-    mampu menyatakan penerimaan  diri terhadap situasi

-    mengakui dan menggabungkan perubhan dalam konsep diri dengan

cara yang Akurat tanpa merasakan harga dirinya negatif.

3.8 Kolaborasi

14

Page 15: Makalah Artritis Gout

o Menetukan bantuan individual dalm menyusun rencana perawatan

atau pemilihan intervensi Kolaborasi denagn ahli neuropsikologi

dan konseling bila da indikasi.   

o Membantu klien melihat bahwa  peraat menerima kedua bagian dari

seluruh tubuh dan mulai menerima situasi baru.

o Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih

dari satu area kehidupan.

o Menghidupkan kembali perasaan mandiri dn membatu

perkemabangan harga diri serta memengaruhi proses rehabilitasi.

o Dukungan perawat kepada klien dapat meningkat kan rasa percaya

diri klien.

o Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan memahami peran

individu dimasa mendatang.

o Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk

perkembangan perasaan.

DK IV :Perubahan Pola Tidur b/d Nyeri.

Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur.

3.9 Intervensi    Rasional

Tentukan kebiasaan tidurnya dan perubahan saat tidur.

Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan

lingkungan baru.

Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat

dan massage.

Gunakan pagar tempat  tidur sesuai indikasi ; rendahkan tempat tidur

jika memungkinkan.

Kolaborasi dalam pemberian obat sedative, hipnotik sesuai dengan

indikasi.   

Mengkaji pola tidurnya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.

Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress

dan ansietas yang berhubungan dapat berkurang

Membantu menginduksi tidur

15

Page 16: Makalah Artritis Gout

Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi

tempat tidur, memberikan kenyamanan pagar tempat untuk membantu

mengubah posisi.

Tidur tanpa gangguan lebih menim- bulkan rasa segar, dan pasien

mungkin tidak mampu untuk kembali ke tempat tidur bila terbangun.

Di berikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat.

3.10  Evaluasi

    Hasil akhir yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien gout adalah

sebagai berikut :

1)   Nyeri berkurang atau terjadi perbaikan tingkat kenyamanan.

2)   Meningkatkan atau mempertahankan tingkat mobilitas.

3)   Mengalami perbaikan citra diri.

4)   Kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi.

BAB IV

PENUTUP

16

Page 17: Makalah Artritis Gout

4.1 Kesimpulan

Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan

asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki

bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah. Artritis pirai (gout)

merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal asam urat di daerah

persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut.Penyebab

utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan kristal asam

urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan

metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam pembentukan

purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal. Arthritis rheumatoid

adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang bersifat sistemik, progresif,

cenderung kronis yang menyerang beberapa sistem organ, dan paling sering

ditemukan di sendi.Penyebab Artritis reumatoid masih belum diketahui secara

pasti walaupun banyak hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap.

Penyakit Artritis reumatoid belum dapat dipastikan mempunyai hubungan

dengan factor genetik . namun, berbagai faktor (termasuk kecenderungan

genetik) bisa mempengaruhi reaksi antoimun. Faktor – faktor yang berperan

antara lain adalah jenis kelamin, infeksi, keturunan dan lingkungan. Dari

penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang berperan dalam

timbulnya penyakit Artritis reumatoid adalah jenis kelamin, keturunan,

lingkungan, dan infeksi.

4.2     Saran

Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah kami susun

ini, dan dapat menginterpretasikan di dalam melakukan tindakan keperawatan

dalam praktik, khususnya pada pasien yang menagalami gangguan sistem

muskuloskeletal, Gout dan Rheumatoid Arthritis, dan mampu memberikan

asuhan keperawatan yang sesuai.

17

Page 18: Makalah Artritis Gout

DAFTAR PUSTAKA

Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan  Keperawatan Pada Klien Dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1.Jakarta : Salemba Medika.

18

Page 19: Makalah Artritis Gout

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Muskuloskeletal. Cet.1. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.

Ed.6 ; Cet.1 ; Jil.II. Jakarta : EGC.

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Cet. 1.Yogyakarta : Graha

Ilmu.

Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Cet. 1.Jakarta : EGC.

Syaifiddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3 ;

Cet. 1. Jakarta : EGC.

19