MAKALAH-APENDISITIS

36
BAB I LATAR BELAKANG Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering pada anak-anak maupun dewasa. Appendicitis akut merupakan kasus bedah emergensi yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja. Terdapat sekitar 250.000 kasus appendicitis yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya dan terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun. Appendicitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak umum pada anak sebelum usia sekolah. Hampir 1/3 anak dengan appendicitis akut mengalami perforasi setelah dilakukan operasi. Meskipun telah dilakukan peningkatan pemberian resusitasi cairan dan antibiotik yang lebih baik, appendicitis pada anak- anak, terutama pada anak usia prasekolah masih tetap memiliki angka morbiditas yang signifikan. Diagnosis appendicitis akut pada anak kadang-kadang sulit. Diagnosis yang tepat dibuat hanya pada 50-70% pasien-pasien pada saat penilaian awal. Angka appendectomy negatif pada pediatrik berkisar 10-50%. Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling penting dalam mendiagnosis appendicitis. Semua kasus appendicitis memerlukan tindakan pengangkatan dari appendix yang terinflamasi, baik dengan laparotomy maupun dengan laparoscopy. Apabila 1

description

apendix

Transcript of MAKALAH-APENDISITIS

Page 1: MAKALAH-APENDISITIS

BAB I

LATAR BELAKANG

Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering pada anak-anak maupun dewasa. Appendicitis akut merupakan kasus bedah emergensi yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja. Terdapat sekitar 250.000 kasus appendicitis yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya dan terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun.

Appendicitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak umum pada anak sebelum usia sekolah. Hampir 1/3 anak dengan appendicitis akut mengalami perforasi setelah dilakukan operasi. Meskipun telah dilakukan peningkatan pemberian resusitasi cairan dan antibiotik yang lebih baik, appendicitis pada anak-anak, terutama pada anak usia prasekolah masih tetap memiliki angka morbiditas yang signifikan.

Diagnosis appendicitis akut pada anak kadang-kadang sulit. Diagnosis yang tepat dibuat hanya pada 50-70% pasien-pasien pada saat penilaian awal. Angka appendectomy negatif pada pediatrik berkisar 10-50%. Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling penting dalam mendiagnosis appendicitis.

Semua kasus appendicitis memerlukan tindakan pengangkatan dari appendix yang terinflamasi, baik dengan laparotomy maupun dengan laparoscopy. Apabila tidak dilakukan tindakan pengobatan, maka angka kematian akan tinggi, terutama disebabkan karena peritonitis dan shock. Reginald Fitz pada tahun 1886 adalah orang pertama yang menjelaskan bahwa Appendicitis acuta merupakan salah satu penyebab utama terjadinya akut abdomen di seluruh dunia.

1

Page 2: MAKALAH-APENDISITIS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis,

dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Pada masyarakat

umum,sering juga disebut dengan istilah radang usus buntu. Akan tetapi, istilah

usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan di masyarakat kurang tepat,

karena yang merupakan usus buntu sebenarnya adalah sekum (caecum).

Sedangkan apendiks atau yang sering disebut juga dengan umbai cacing

adalah organ tambahan pada usus buntu. Umbai cacing atau dalam bahasa

Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah ujung buntu tabung

yang menyambung dengan caecum.

2.2 Anatomi

Apendiks terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Apendiks merupakan

organ yang berbentuk tabung panjang dan sempit. Panjangnya kira-kira 10cm

(kisaran 3-15cm) dan pada orang dewasa umbai cacing berukuran sekitar 10

cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap yaitu berpangkal di sekum, lokasi

ujung umbai cacing bisa berbeda-beda, yaitu di retrocaecal atau di pinggang

(pelvis) yang pasti tetap terletak di peritoneum.

Apendiks memiliki lumen sempit dibagian proximal dan melebar pada

bagian distal. Saat lahir, apendiks pendek dan melebar dipersambungan dengan

sekum. Selama anak-anak, pertumbuhannya biasanya berotasi ke dalam

retrocaecal tapi masih dalam intraperitoneal. Pada apendiks terdapat 3 tanea

coli yang menyatu dipersambungan caecum dan bisa berguna dalam

menandakan tempat untuk mendeteksi apendiks. Posisi apendiks terbanyak

adalah Retrocaecal (74%) lalu menyusul Pelvic (21%), Patileal(5%),

Paracaecal (2%), subcaecal(1,5%) dan preleal (1%).

2

Page 3: MAKALAH-APENDISITIS

Apendiks dialiri darah oleh arteri apendicular yang merupakan cabang dari

bagian bawah arteri ileocolica. Arteri apendiks termasuk arteri akhir atau

ujung. Apendiks memiliki lebih dari 6 saluran limfe melintangi mesoapendiks

menuju ke nodus limfe ileocaecal.

2.3 Fungsi Apendiks

Organ apendiks pada awalnya dianggap sebagai organ tambahan yang

tidak mempunyai fungsi. Tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks

adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi

immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh). Immunoglobulin sekretoal

merupakan zat pelindung yang efektif terhadap infeksi (berperan dalam sistem

imun). Dan immunoglobulin yang banyak terdapat di dalam apendiks adalah

Ig-A. Namun demikian, adanya pengangkatan terhadap apendiks tidak

mempengaruhi sistem imun tubuh. Ini dikarenakan jumlah jaringan limfe yang

terdapat pada apendiks kecil sekali bila dibandingkan dengan yang ada pada

saluran cerna lain.

Selain itu, apendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml per hari. Lendir itu

secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum.

3

Page 4: MAKALAH-APENDISITIS

Adanya hambatan dalam pengaliran tersebut merupakan salah satu penyebab

timbulnya appendisitis.

Fungsi appendiks masih mengalami banyak perdebatan, namun para ahli

meyakini antara lain sebagai berikut :

1. Berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh

Antara lain menghasilkan Immunoglobulin A (IgA) seperti halnya

bagian lain dari usus. IgA merupakan salah satu immunoglobulin

(antibodi) yang sangat efektif melindungi tubuh dari infeksi kuman

penyakit. Menurut penelitian appendiks memiliki fungsi pada fetus dan

dewasa. Telah ditemukan sel endokrin pada appendiks dari fetus umur 11

minggu yang berperanan dalam mekanisme kontrol biologis (homeostasis).

Pada dewasa, appendiks berperan sebagai organ limfatik. Dalam penelitian

terbukti appendiks kaya akan sel limfoid, yang menunjukkan bahwa

appendiks mungkin memainkan peranan pada sistem imun. Pada dekade

terakhir para ahli bedah berhenti mengangkat appendiks saat melakukan

prosedur pembedahan lainnya sebagai suatu tindakan pencegahan rutin,

pengangkatan appendiks hanya dilakukan dengan indikasi yang kuat, oleh

karena pada kelainan saluran kencing tertentu yang membutuhkan

kemampuan menahan kencing yang baik (kontinen), apendiks telah

terbukti berhasil ditransplantasikan kedalam saluran kencing yang

menghubungkan buli (kandung kencing) dengan perut sehingga

menghasilkan saluran yang kontinen dan dapat mengembalikan fungsional

dari buli.

2. Menurut penelitian yang dilakukan, Appendiks dulunya berguna dalam

mencerna dedaunan seperti halnya pada primata. Sejalan dengan waktu,

kita memakan lebih sedikit sayuran dan mulai mengalami evolusi, selama

ratusan tahun, organ ini menjadi semakin kecil untuk memberi ruang bagi

perkembangan lambung. appendiks kemungkinan merupakan organ

vestigial dari manusia prasejarahyang mengalami degradasi dan hampir

4

Page 5: MAKALAH-APENDISITIS

menghilang dalam evolusinya. Bukti dapat ditemukan pada hewan

herbivora seperti halnya Koala. Sekum dari koala melekat pada perbatasan

antara usus besar dan halus seperti halnya manusia, namun sangat panjang,

memungkinkan baginya untuk menjadi tempat bagi bakteria spesifik untuk

pemecahan selulosa. Sejalan dengan manusia yang semakin banyak

memakan makanan yang mudah dicerna, mereka semakin sedikit

memakan tanaman yang tinggi selulosa sebagai energi. Sekum menjadi

semakin tidak berguna bagi pencernaan hal ini menyebabkan sebagian dari

sekum semakin mengecil dan terbentuklah appendiks.

Teori evolusi menjelaskan seleksi natural bagi appendiks yang lebih

besar oleh karena appendiks yang lebih kecil dan tipis akan lebih baik bagi

inflamasi dan penyakit.

3. Menjaga Flora Usus

Penelitian yang dilakukan mengajukan teori bahwa appendiks menjadi

surga bagi bakteri yang berguna, saat penyakit menghilangkan semua

bakteria tersebut dari seluruh usus. Teori ini berdasarkan pada pemahaman

baru bagaimana sistem imun mendukung pertumbuhan dari bakteri usus

yang berguna. Terdapat bukti bahwa appendiks sebagai alat yang berfungsi

dalam memulihkan bakteri yang berguna setelah menderita diare.

2.4 Etiologi

Apendisitis akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang

bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya Hiperplasia

jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang menyumbat.

Ulserasi mukosa merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. namun ada

beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang apendiks, diantaranya : 

1.    Faktor sumbatan

Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang

diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan

lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab

lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing. Obsrtruksi yang

disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada bermacam-macam apendisitis akut

5

Page 6: MAKALAH-APENDISITIS

diantaranya ; fekalith ditemukan 40% pada kasus apendisitis kasus sederhana,

65% pada kasus apendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus

apendisitis akut dengan rupture.

2.    Faktor Bakteri

Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis akut.

Adanya fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan

memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen

apendiks, pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara

Bacteriodes fragililis dan E.coli, lalu Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas,

Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah

kuman anaerob sebesar 96% dan aerob<10%.

3.    Kecenderungan familiar

Hal ini dihubungkan dengan tedapatnya malformasi yang herediter dari organ,

apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang

mudah terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan

dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya

fekolith dan mengakibatkan obstruksi lumen.

4.    Faktor ras dan diet

Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa

kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih tinggi

dari Negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang, kejadiannya

terbalik. Bangsa kulit putih telah merubah pola makan mereka ke pola makan

tinggi serat. Justru Negara berkembang yang dulunya memiliki tinggi serat kini

beralih ke pola makan rendah serat, memiliki resiko apendisitis yang lebih tinggi.

5.    Faktor infeksi saluran pernapasan setelah mendapat penyakit saluran

pernapasan akut terutama epidemi influenza dan pneumonitis, jumlah kasus

apendisitis ini meningkat. Namun, hati-hati karena penyakit infeksi saluran

pernapasan dapat menimbulkan seperti gejala permulaan apendisitis.

2.5 Klasifikasi Apendisitis

Klasifikasi Apendisitis ada 2, yaitu :

6

Page 7: MAKALAH-APENDISITIS

1. Apendisitis Akut, dibagi atas :

a. Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan

timbul striktur lokal.

b. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.

Appendisitis akut dalam 48 jam dapat menjadi :

a. Sembuh

b. Kronik

c. Perforasi

d. Infiltrat

2. Apendisitis Kronis, dibagi atas :

a. Apendisitis kronis fokalis atau parsial, yaitu setelah sembuh akan

timbul striktur lokal.

b. Apendisitis kronis obliteritiva, yaitu appendiks miring dimana

biasanya ditemukan pada usia tua.

2.6 Pathogenesis

a. Peranan lingkungan (diet dan higiene)

Penelitan epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan

rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendicitis.

Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal yang berakibat sumbatan

fungsional appendix dan meningkatnya pertumbuhan flora normal kolon.

Semua ini akan mempermudahkan timbulnya appendicitis. Diet

memainkan peranan utama pada pembentukan sifat feces, yang mana

penting untuk pembentukan fekalit. Kejadian appendicitis jarang di negara

berkembang, di mana diet tinggi serat dan konsistens feces lebih

lembek.Kolitis , diverticulitis, dan karsinoma kolon adalah penyakit yang

sering terjadi di daerah denga diet rendah serat dan menghasilkan feces

dengan konsistensi keras.

b. Obstruksi luman merupakan faktor penyebab dominan dalam appendicitis

akut. Fekalit merupakan penyebab terjadinya obstruksi lumen appendix

pada 20% anak-anak dengan appendisitis terjadinya fekalit berhubungan

7

Page 8: MAKALAH-APENDISITIS

dengan diet rendah serat. Frekuensi obstruksi meningkat sesuai

denganderajat proses inflammasi. Fekalit ditemukan 40% pada kasus

appendicitis sederhana (simple), sedangkan pada appendicitis akut dengan

gangrene tanpa rupture terdapat 65% dan appendisitis akut dengan

gangrene disertai rupture terdapat 90%.

Jaringan lymphoid yang terdapat di submukosa appendix akan

mengalami edema dan hipertropi sebagai respon terhadap infeksi virus di

sistem gasrointestinal atau sistem respiratorius, yang akan menyebabkan

obstruksi lumen appendix. Megakolon kongenital terjadi obstruksi pada

kolon bagian distal yang diteruskan kedalam lumen appendix dan hal ini

merupakan salah satu alasan terjadinya appendicitis pada neonatus.

Penyebab lain yang diduga dapat menyebabkan appendicitis adalah

erosi mukosa appendix karena parasit seperti Entamuba Hystolitika dan

benda asing mungikn tersangkut di appendix untuk jangka waktu yang

lama tanpa menimbulkan gejala, namun cukup untuk menimbulkan risiko

terjadinya perforasi.

Secara patogenisis faktor terpenting terjadinya appendicitis adalah

adanya obstruksi lumen appendix yang biasanya disebabkan oleh fekalit.

Sekresi mukosa yang terkumpul selama adanya obstruksi lumen appendix

menyebabkan distensi lumen akut sehingga akan terjadi kenaikan tekanan

intraluminer dan sebagai akibatnya terjadi obstruksi arteri serta iskemia.

Akibat dari keadaan tersebut akan terjadi ulserasi mukosa sampai

kerusakan seluruh lapsan dinding appendix, lebih lanjut akan terjadi

perpindahan kuman dari lumen masuk kedalam submukosa. Dengan

adanya kuman dalam submukosa maka tubuh akan bereaksi berupa

peradangan suppurativa yang menghasilkan pus,keluarnya pus dari

dinding yang masuk kedalam lumen appendix akan mengakibatkan

tekanan inraluminer akan semakin meningkat, sehingga desakan pada

dinding appendix akan bertambah besar menyebabkan gangguan pada

sistem vasa dinding appendix.

8

Page 9: MAKALAH-APENDISITIS

Mula-mula akan terjad penekanan pada vasa lmfatika, kemudian vena dan

terakhir adalah arteri, akibatnya akan terjadi edema dan iskemia dari

appendx, infark seterusnya melanjut menjadi gangren. Keadaan ini akan

terus berlanjut dimana dindng appendix akan mengalami perforas,

sehingga pus akan tercurah kedalam rongga peritoneum dengan akibat

terjadinya peradangan pada peritoneum parietal. Hasil akhir dari proses

peradangan tersebut sangat tergantung dari kemampuan organ dan

omentum untuk mengatasi infeksi tersebut, jika nfeksi tersebut tidak bias

diatasi maka akan terjadi peritonitis umum. Pada anak-anak omentum

belum berkembang dengan sempurna, sehingga kurang efektif untuk

mengatasi infeksi, hal in akan mengakibatkan appendix cepat mengalami

komplikasi.

c. Peranan flora bakteria

Flora bakteria pada appendix sama dengan di kolon, dengan ditemukan

beragam bakteri aerobik dan anaerobik sehingga bakteri yang terlibat

dalam appendicitis sama dengan penyakit kolon lainnya. Penemuan kultur

dari cairan peritoneal biasanya negative terhadap appendicitis sederhana.

Pada tahap appendicitis suppurativa, bakteri aerobic terutam Escherichia

Coli banyak ditemukan, ketika gejala memberat banyak organsme,

termasuk Proteus, Klebsiella, Streptococcus dan Pseudomonas dapat

ditemukan. Bakteri aerobik yang paling layak dijumpai adalah E.coli.

Sebagian besar penderita appendicitis gangrenosa atau appendisitis atau

appendistis perforasi banyak ditemukan bakteri anerobk terutama

Bacteriodes fragilis.

2.7 Gejala klinis

Nyeri/Sakit perut

Ini terjadi karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi, dan

terjadi pada seluruh saluran cerna, sehingga nyeri visceral dirasakan

pada seluruh lapangan perut ( tidak pin-point). Mula-mula daerah

epigastrium kemudian menjalar ke Mc Burney. Apabila telah terjadi

9

Page 10: MAKALAH-APENDISITIS

inflammasi Apabila telah terjadi inflamasi (>6jam) penderita dapat

menunjukkan letak nyeri, karena bersifat somatic. Perasaan nyeri

pada appendicitis biasanya datang secara perlahan dan makin lama

makin hebat.

Nyeri abdomen yang ditimbulkan oleh karena adanya kontraksi

appendix, distensi dari lumen appendix ataupun karena tarikan

dinding appendx yang mengalami peradangan. Pada mulanya terjadi

nyeri visceral, yaitu nyeri yang bersifat hilang timbul seperti kolik

yang dirasakan didaerah umbilicus dengan sifat nyeri ringan sampai

berat.

Hal tersebut timbul oleh karena appendix dan usus halus

mempunyai persarafan yang sama, maka nyeri visceral itu akan mula-

mula dirasai di daerah epigastrium dan periumbilikal. Secara klasik,

nyeri di daerah epigastrium akan terjadi beberapa jam (4-6jam)

seterusnya akan menetap di kuadran kanan bawah dan pada keadaan

tersebut sudah terjadi nyeri somatk yang berarti sudah terjadi

rangsangan pada peritoneum parietal dengan sifat nyeri yang lebih

tajam, terlokalisir serta nyeri akan lebih hebat bila batuk ataupun

berjalan kaki.

Muntah (rangsangan visceral), akibat aktivasi nervus vagus

Anoreksia, nausea dan vomitus yang timbul beberapa jam

sesudahnya, merupakan kelanjutan dari rasa nyeri yang timbul saat

permulaan. Keadaan anoreksia hamper selalu ada pada setiap

penderita appendicitis akut, Bila hal in tidak ada maka diagnosis

appendicitis akut perlu dipertanyakan. Hampir 75% penderita disertai

dengan vomtus, namun jarang berlanjut menjadi berat dan

kebanyakan vomitus hanya sekali atau dua kali. Gejala disuria juga

timbul apabila peradangan appendix dekat dengan vesika urinaria.

Obstipasi

Penderita appendicitis akut juga mengeluh obstipasi sebelum

datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami diare, hal

10

Page 11: MAKALAH-APENDISITIS

tersebut timbul biasanya pada letak appendix pelvikal yang

merangsang daerah rektum.

Demam(infeksi akut)

Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara

37,5-38,50C.Tetapi bla suhu lebih tnggi, diduga telah terjadi perforasi.

Variasi lokasi anatomi appendix akan menjelaskan keluhan nyeri

somatic yang beragam. Sebagai contoh appendix yang panjang

dengan ujung yang mengalami inflamasi di kuadran kiri bawah akan

menyebabkan nyeri didaerah tersebut, appendix retrosekal akan

menyebabkan nyeri flank atau punggung, appendix pelvikal akan

menyebabkan nyeri pada supra pubik dan appendix retroileal bias

menyebabkan nyeri testicular, mungkin karena iritasi pada arter

spermatika dan ureter.

2.8 Pemeriksaan fisik

Kesalahan membuat diagnosis dapat terjadi kalau appendix terletak pada

tempat yang bukan tempat biasanya yaitu kuadran kanan bawah. Kadang-

kadang diagnosis salah [ada anak prasekolah, karena anak dengan anamnesis

yang tidak karekteristik dan sekaligus sulit diperiksa. Anak akan menangis

terus-menerus dan tidak kooperatif.

a. Inspeksi

Penderita berjalan membungkuk sambil memegang perut yang sakit,

kembung(+) bila terjadi perforasi, penonjolan perut kanan bawah terlihat

pada appendikuler abses.

Pemeriksaan pada anak, perhatikan posisi anak yang terbaring pada meja

periksa. Anak menunjukkan ekspresi muka yang tdak gembira. Anak tidur

miring ke sisi yang sakit sambil melakukan fleksi pada sendi paha, karena

setiap ektensi meningkatkan nyeri.

b. Palpasi

Nyeri tekan (+) Mc. Burney

11

Page 12: MAKALAH-APENDISITIS

Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran bawah atau titik Mc

Burney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis.

Nyeri lepas (+) karena rangsangan peritoneum

Rebound tenderness (nyeri lepas tekan) adalah rasa nyeri yang hebat

(dapat dengan melhat mimic wajah) di abdomen kanan bawah saat

tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan

penekanan yang perlahan dan dalam dititik Mc Burney.

Defens muskuler(+) karena rangsangan M.Rektus Abdominis

Defens muskuler adalah nyeri tekan seluruh lapanagn abdomen yang

menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietal.

Rovsing sign

Penekanan perut sebelah kiri terjadi nyer sebelah kanan, karema

tekanan merangsang peristaltic dan udara usus, sehingga

menggerakkan peritoneum sekitar appendix yang meradang (somatic

pain).

Rovsing sign adalah nyeri abdomen bagian kiri bawah, hal ini

diakibatkan oleh adanya nyeri lepas yang djalarkan karena ritasi

peritoneal pada sisi yang berlawanan.

Psoas sign

Pada appendix letak retroceacal, karena rangsangan peritoneum Psoas

sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh

peradangan yang terjadi pada appendix.

Ada 2 cara memeriksa:

1. Aktif : Pasien telentang, tungkai kanan lurus ditahan pemeriksa,

pasien memfleksikan articulation coxae kanan atau nyeri perut

kanan bawah.

2. Pasif: Pasien miring kekiri, paha kanan dihiperekstensikan

pemeriksa, nyeri perut kanan bawah.

Obturator sign

12

Page 13: MAKALAH-APENDISITIS

Dengan gerakan fleksi dan endorotasi articulation coxae pada posis

terlentang terjad nyeri (+). Obturator sign adalah rasa nyeri yang

terjadi bila panggul dan lutut difleksikan kemudian dirotasikan kearah

dalam dan luar secara pasif, hal tersebut menunjukkan peradangan

appendix terletak pada daerah hipogastrium.

c. Perkusi,nyeri ketuk (+)

d. Auskultasi

Peristaltik normal, peristaltic (-) pada ileus paralitik karena peritonitis

generalisata akibat appendicitis perforate. Auskultasi tidak banyak

membantu dalam menegakkan diagnosis appendicitis, tetapi kalau sudah

terjadi peritonitis maka tdak terdengar bunyi peristaltik usus.

e. Rectal toucher, nyeri tekan pada jam 9-12

Colok dubur juga tidak banyak membantu dalam menegakkan diagnosis

appendicitis pada anak kecil karena biasanya menangis terus menerus.

Pada anak kecil atau anak yang irritable sangat sult untuk diperiksa, maka

anak dimasukkan ke rumah sakit dan diberikan sedative non narkotik

ringan, seperti pentobarbital (2,5mg/kgBB) secara suppositoria rectal.

Setelah anak tenang, biasanya setelah satujam dilakukan pemeriksaan

abdomen kembali. Sedatif sangat membantu untuk melemaskan otot

dinding abdomen sehingga memudahkan penilaian keadaan

intraperitoneal.

Diagnosis klinis apendisitis akut masih bisa salah 15%-20% walaupun telah

dilakukan pemeriksaan dilakukan dengan teliti dam cermat. Angka ini tinggi

untuk pasien perempuan dibanding laki-laki. Hal ini disebabkan perempuan yang

masih muda sering memiliki gejala yang mirip apendisitis akut. Keluhan itu

biasanya berasal dari genetalia internal oleh karena ovulasi, radang perlvis dan

lain-lain.

Untuk lebih memudahkan diagnosis klinis apendisitis, para klinisi telah

berhasil mengembangkan berbagai metode diagnosis. Salah satunya adalah

dengan menggunakan indeks alvarado, berikut adalah indeks alvarado:

13

Page 14: MAKALAH-APENDISITIS

Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan dengan menjumlah setiap skor,

kemudian kemungkinan diagnosis apendisitis adalah berdasarkan pembagian

interval nilai yang diperoleh tersebut.

1.    Skor >8 : Berkemungkinan besar menderita apendisitis. Pasien ini dapat

langsung diambil tindakan pembedahan tanpa pemeriksaan lebih lanjut. Kemudian

perlu dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan patologi anatomi.

2.    Skor 2-8 : Tingkat kemungkinan sedang untuk terjadinya apendisitis. Pasien

ini sbaiknya dikerjakan pemeriksaan penunjang seperti foto polos abdomen

ataupun CT scan.

3.    Skor <2 : Kecil kemungkinan pasien ini menderita apendisitis. Pasien ini

tidak perlu untuk di evaluasi lebih lanjut dan pasien dapat dipulangkan dengan

catatan tetap dilakukan follow up pada pasien ini.

14

Page 15: MAKALAH-APENDISITIS

2.9 Differensial Diagnosa

Diagnosis appendisitis memiliki kemiripan dengan diagnosa penyakit lainnya,

karena itulah pada sekitar 15-20% kasus terjadi kesalahan diagnosis klinis.

Penyakit yang memiliki gejala mirip antara lain:

a) Gastroenteritis

Terjadi mual, muntah, diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan dan

terbatas tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Panas dan leukosit kurang

menonjol dibandingkan apendisitis akut. laboratorium biasanya normal karena

hitung normal.

b) Limfedenitis Mesenterika

Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis ditandai dengan sakit perut,

terutama kanan disertai dengan perasaan mual, nyeri tekan, perut samar terutama

kanan.

c) Demam Dengue

Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan hasil positif

untuk Rumple Leed, trombositopeni, hematokrit yang meningkat.

d) Infeksi Panggul

Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya

lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah lebih difus. Infeksi

panggul pada wanita biasanya disertai keputihan dan infeksi urin. Pada gadis

dapat dilakukan pemeriksaan melalui dubur jika perlu untuk diagnosis banding.

Rasa nyeri pada pemeriksaan melalui vagina jika uterus diayunkan.

e) Gangguan alat kelamin perempuan

Folikel ovarium yang pecah dapat memberikan nyeri perut kanan bawah pada

pertengahan siklus menstruasi. Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang

dalam waktu dalam 24 jam, tetapi mungkin dapat mengganggu selama dua hari,

pada anamnesis nyeri yang sama pernah timbul lebih dahulu.

f) Kehamilan di luar kandungan

Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan tidak yang tidak

15

Page 16: MAKALAH-APENDISITIS

menentu Ruptur tuba, abortus kehamilan di luar rahim disertai pendarahan maka

akan timbul nyeri mendadak difus di pelvis dan bisa terjadi syok hipovolemik.

Nyeri dan penonjolan rongga Douglas didapatkan pada pemeriksaan vaginal dan

didapatkan pada kuldosintesis.

g) Divertikulosis Meckel

Gambaran klinisnya hampir serupa dengan apendisitis akut. Pembedaan sebelum

operasi hanya teoritis dan tidak perlu, sejak diverticulosis Meckel dihubungkan

dengan komplikasi yang rnirip pada apendisitis akut dan diperlukan pengobatan

serta tindakan bedah yang sama.

h) Intussusception

Ini harus dibedakan dengan apendisitis akut karena pengobatan berbeda umur

pasien sangat penting, apendisitis jarang pada umur di bawah 2 tahun sedangkan

hampir seluruh Intususception idiopatik terjadi di bawah umur 2 tahun.

i) Ulkus Peptikum yang Perforasi

Ini sangat mirip dengan apendisitis jika isi gastroduodenum terbalik mengendap

turun ke daerah usus bagian kanan (Saekum).

j) Batu Ureter

Jika diperkirakan mengendap dekat apendiks, ini menyerupai apendisitis

retrocecal. Nyeri menjalar ke labia, scrotum, atau penis, hematuria dan / atau

demam atau leukosotosis membatu. Pielography biasanya untuk mengkofirmasi

diagnosa.

2.10 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien dengan apendisitis akut meliputi terapi medis dan terapi

bedah. Terapi medis terutama diberikan pada pasien yang tidak mempunyai akses

ke pelayanan bedah, dimana pada pasien diberikan antibiotik. Namun sebuah

penelitian prospektif menemukan bahwa dapat terjadi apendisitis rekuren dalam

beberapa bulan kemudian pada pasien yang diberi terapi medis saja. Selain itu

terapi medis juga berguna pada pasien apendisitis yang mempunyai risiko operasi

yang tinggi.

16

Page 17: MAKALAH-APENDISITIS

Namun pada kasus apendisitis perforasi, terapi medis diberikan sebagai terapi

awal berupa antibiotik dan drainase melalui CT-scan pada absesnya. The Surgical

Infection Society menganjurkan pemberian antibiotik profilaks sebelum

pembedahan dengan menggunakan antibiotik spektrum luas kurang dari 24 jam

untuk apendisitis non perforasi dan kurang dari 5 jam untuk apendisitis perforasi.

Penggantian cairan dan elektrolit, mengontrol sepsis, antibiotik sistemik adalah

pengobatan pertama yang utama pada peritonitis difus termasuk akibat apendisitis

dengan perforasi.

1.    Cairan intravena

cairan yang secara massive ke rongga peritonium harus di ganti segera dengan

cairan intravena, jika terbukti terjadi toxix sistemik, atau pasien tua atau kesehatan

yang buruk harus dipasang pengukur tekanan vena central. Balance cairan harus

diperhatikan. Cairan atau berupa ringer laktat harus di infus secara cepat untuk

mengkoreksi hipovolemia dan mengembalikan tekanan darah serta pengeluaran

urin

pada level yang baik. Darah di berikan bila mengalami anemia dan atau dengan

perdarahan secara bersamaan.

2.    Antibiotik

Pemberian antibiotik intraven diberikan untuk antisipasi bakteri patogen,

antibiotik initial diberikan termasuk gegerasi ke 3 cephalosporins, ampicillin–

sulbaktam, dll, dan metronidazol atau klindanisin untuk kuman anaerob.

Pemberian antibiotik postops harus di ubeah berdasarkan kulture dan sensitivitas.

Antibiotik tetap diberikan sampai pasien tidak demam dengan normal leukosit.

Setelah memperbaiki keadaan umum dengan infus, antibiotik serta pemasangan

pipa nasogastrik perlu di lakukan pembedahan sebagai terapi definitif dari

appendisitis perforasi.

17

Page 18: MAKALAH-APENDISITIS

Perlu dilakukan insisi yang panjang supaya mudah dilakukan pencucian rongga

peritonium untuk mengangkat material seperti darah, fibrin serta dilusi dari

bakteria. Pencucian cukup dengan larutan kristaloid isotonis yang hangat,

penambahan antiseptik dan antibiotik untuk irigasi cenderung tidak berguna

bahkan malah berbahaya karena menimbulkan adhesive (misal tetrasiklin atau

provine iodine), anti biotik yang diberikan secara parenteral dapat mencapai

rongga peritonium dalam kadar bakterisid.

Ada juga ahli yang berpendapat bahwa dengan penambahan tetrasiklin 1 mg

dalam 1 ml larutan garam dapat mengendalikan sepsis dan bisul residual, pada

kadar ini antibiotik bersifat bakterisid terhadap kebanyakan organisme. Walaupun

sedikit membuat kerusakan pada permungkaan peritonial tapi tidak ada bukti

bahwa menimbulkan resiko perlengketan. Tapi zat lain seperti iodine tidak

populer. Setelah pencucian seluruh cairan di rongga peritonium seluruh cairan

harus diaspirasi.

a) Appendektomi

Apendiktomi terbuka merupakan operasi klasik pengangkatan apendiks.

Mencakup Mc Burney, Rocke-Davis atau Fowler-Weir insisi. Dilakukan diseksi

melalui oblique eksterna, oblique interna dan transversal untuk membuat suatu

muscle spreading atau muscle splitting, setelah masuk ke peritoneum apendiks

dikeluarkan ke lapangan operasi, diklem, diligasi dan dipotong. Mukosa yang

terkena dicauter untuk mengurangi perdarahan, beberapa orang melakukan inversi

pada ujungnya, kemudian sekum dikembalikan ke dalam perut dan insisi ditutup.

Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah

appendektomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik. Penundaan

appendektomi sambil memberikan antibiotic dapat mengakibatkan abses

perforasi. Insidens appendix normal yang dilakukan pembedahan sekitar 20%.

Pada appendicitis akut tanpa komplikasi tidak banyak masalah.

18

Page 19: MAKALAH-APENDISITIS

Konservatif kemudian operasi elektif

- Bed rest total posisi Fowler (anti Tredelenburg)

- Diet rendah serat

- Antibiotika spectrum luas

- Metronidazole

- Monitor: Tanda-tanda peritonitis (perforasi), suhu tiap 6 jam, LED bila

baik disuruh mobilisasi dan selanjutnya dipulangkan.

Penderita anak perlu cairan intravena untuk mengkoreksi

dehhidrasi ringan. Pipa nasogastrik dipasang untuk mengosongkan

lambung dan untuk mengurangi bahaya muntah pada waktu induksi

anestesi. Pada appendicitis akut dengan komplkasi berupa peritonitis

karena perforasi menuntut tindakan yang lebih intensif, karena

biasanya keadaan anak sudah sakit berat.

Timbul dehidrasi yang terjadi karena muntah, sekuestrasi cairan

dalam rongga abdomen dan febris. Anak memerlukan perawatan

intensif sekurang-kurangnya 4-6 jam sebelum dilakukan pembedahan.

Pipa nasogastrik dpasang untuk mengosongkan lambung agar

mengurangi distensi abdomen dan mencegah muntah. Kalau anak dalm

keadaan syok hipovolemik maka diberikan cairan Ringer Laktat

20ml/kgBB dalam larutan glukosa 5% secara intravena, kemudian

diikuti dengan pemberian plasma atau darah sesuai indkasi. Setelah

pemberian cairan intravena sebaknya devalues kembali kebutuhan dan

kekurangan cairan. Sebelum pembedahan, anak harus memiliki urine

output sebanyak 1ml/kgBB/jam. Untuk menurunkan demam diberikan

acetaminophen suppository (60mg/ tahun umur). Jika suhu diatas 38%

pada saat masuk rumah sakit,kompres alcohol dan sedasi diindikasikan

untuk mengontrol demam.

19

Page 20: MAKALAH-APENDISITIS

Antibiotika sebelum pembedahan dberikan pada semua anak

dengan appendists, antibotika profilaksis mengurangi insidensi

komplikasi infeksi appendicitis. Pemberian antibiotika dihentikan

setelah 24 jam selesai pembedahan. Antibiotika berspektrum luas

diberikan secepatnya sebelum ada pembakan kuaman. Pemberian

antibiotika untuk infeksi anearob sangat berguna untuk kasus-kasus

perforasi appendicitis. Antibiotika diberikan selama 5 hari setelah

pembedahan atau melihat kondisi klinis penderita. Kombinasi

antibiotika yang efektif melawan bakteri aerob dan anaerob spectrum

luas diberikan sebelum dan sesudah pembedahan. Kombinasi ampisilin

(100mg/kg), gentamisin (7,5mg/kg) dan klindamisin (40mg/kg) dalam

dosis terbag selama 24jam ukup efektif untuk mengontrol sepsis dan

menghilangkan komplikasi appendicitis perforas. Metronidazole aktif

terhadap bakteri gram negative dan didistribusikan dangen baik ka

cairan tubuh dan jaraingan. Obat ini lebh murah dan dapat dijadikan

pengganti klindamisin.

b) Laparoskopik apendiktomi mulai diperkenalkan pada tahun 1987, dan

telah sukses dilakukan pada 90-94% kasus apendisitis dan 90% kasus

apendisitis perforasi. Saat ini laparoskopik apendiktomi lebih disukai.

Prosedurnya, port placement terdiri dari pertama menempatkan port

kamera di daerah umbilikus, kemudian melihat langsung ke dalam melalui

20

Page 21: MAKALAH-APENDISITIS

2 buah port yang berukuran 5 mm. Ada beberapa pilihan operasi, pertama

apakah 1 port diletakkan di kuadran kanan bawah dan yang lainnya di

kuadran kiri bawah atau keduanya diletakkan di kuadran kiri bawah.

Sekum dan apendiks kemudian dipindahkan dari lateral ke medial.

Berbagai macam metode tersedia untuk pengangkatan apendiks, seperti

dectrocauter, endoloops, stapling devices.

c) Laparoskopi

Laparoskopi merupakan teknik terbaru dalam operasi untuk mengeluarkan

appendix. Dengan teknik resiko pembedahan seperti perdarahan dapat

dminimalkan. Selain itu, laparotomi merupakan salah satu langkah

diagnostik dalam menegakkan diagnose appendicitis.

Mengenai pemilihan metode tergantung pada ahli bedahnya. Apendiks

kemudian diangkat dari abdomen menggunakan sebuah endobag. Laparoskopik

apendiktomi mempunyai beberapa keuntungan antara lain bekas operasinya lebih

bagus dari segi kosmetik dan mengurangi infeksi pascabedah. Beberapa penelitian

juga menemukan bahwa laparoskopik apendiktomi juga mempersingkat masa

rawatan di rumah sakit. Kerugian laparoskopik apendiktomi antara lain mahal dari

segi biaya dan juga pengerjaannya yang lebih lama, sekitar 20 menit lebih lama

dari apendiktomi terbuka. Namun lama pengerjaanya dapat dipersingkat dengan

peningkatan pengalaman. Kontraindikasi laparoskopik apendiktomi adalah pada

pasien dengan perlengketan intra-abdomen yang signifikan.

21

Page 22: MAKALAH-APENDISITIS

2.11 Komplikasi

Komplikasi yang sering ditemukan adalah infeksi, perforasi, abses intra

abdominal/pelvi, sepsis,syok,dehidrasi. Perforasi yang ditemukan baik

perforasi bebas maupun perforasi pada appendix yang telah mengalami

pendinginan, sehingga membentuk massa yang terdiri dari kumpulan

appendix, sekum dan keluk usus.

2.12 Prognosis

Bila ditangani dengan baik, prognosis appendix adalah baik. Secara umum

angka kematian pasien appendix akut adalah 0,2-0,8% yang lebih

berhubungan dengan komplikasi penyakitnya daripada akibat tindakan

intervensi.

22

Page 23: MAKALAH-APENDISITIS

.

DAFTAR PUSTAKA

Erik, Prabowo. 2009. http://www.bedah.info/bedah_digestif/usus_buntu_

_apendiks_tercipta_bagi_ahli_bedah/ (diunduh tangal 28 April 2012)

Guyton, Arthur C. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.

Jakarta:EGC (Penerbit Buku Kedokteran).

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi Jilid 2A Untuk SMA kelas XI. Jakarta:Erlangga.

Universitas Sumatera Utara.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19162/4/Chapter%20II.pdf

(Diakses tanggal 26 April 2012)

Craig Sandy, Lober Williams. Appendicitis, Acute. Diakses dari www.emedicine.com, tanggal 23 Januari2014Katz S Michael, Tucker Jeffry. Appendicitis. Diakses dari: www.emedicine.com, tanggal 29 Januari 2014

23

Page 24: MAKALAH-APENDISITIS

24