Makalah Anak Dgn Difteri
-
Upload
pitt-danis -
Category
Documents
-
view
56 -
download
2
Transcript of Makalah Anak Dgn Difteri
MAKALAH ANAK DENGAN DIFTERI
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Makalah anak dengan
Difteri”.
Makalah ini, penulis susun untuk memenuhi tugas perkuliahan Etika Keperawatan Umum
Program Studi Diploma III Keperawatan “STIKes Hutama Abdi Husada” Kabupaten
Tulungagung.
Dalam proses penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini, disampaikan ucapan terima kasih
kepada Yth:
1. Ibu Ketjuk Herminaju, SST. SPd. MM., selaku Ketua STIKes Hutama Abdi Husada
Kabupaten Tulungagung..
2. Ibu Sri Agustiana,S.Kep. Ners, M.Kes, selaku KAPRODI DIII Keperawatan STIKes
Hutama Abdi Husada Kabupaten Tulunggung dan juga sebagai pembina mata kuliah
Etika Keperawatan Umum.
3. Bapak Hadi Santoso, SST, MM., selaku SEKPRODI DIII Keperawatan STIKes Hutama
Abdi Husada Kabupaten Tulungagung.
4. Staf perpustakaan STIKes Hutama Abdi Husada Kabupaten Tulungagung.
5. Rekan-rekan Mahasiswa STIKes Hutama Abdi Husada Kabupaten Tulungagung yang
turut membantu dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan karya makalah ini dengan sebaik-baiknya,
namun demikian masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan krititk dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Tak lepas dari segala kekurangan yang ada, semoga makalah ini memberikan manfaat.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segala kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Tulungagung, 27 September 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar …………………………………………………..……………………. ( i )Daftar isi ……..………………………………………….. ……………………………(ii)
BAB I PendahuluanA. Latar Belakang ……….…………………………………………………………… ( 1 )B. Tujuan Penulisan ……….…………………………………….…………………… ( 2 )C. Ruang Lingkup ……….…………………………………………………………… ( 2 )D. Metode Penulisan ……….………………………………………………………… ( 2 )E. Sistematika Penulisan ……….………………………………………… …………..( 3 )
BAB II Tinjauan TeoriA. Pengertian ………………………………………….……………………………… ( 4 )B. Patofisiologia) Etiologi …………………………………………………….………………….…… ( 5 )b) Perjalanan Penyakit ..………………................................... …………………….....( 5 )c) Manisfestasi klinis ……………………..................................................................... ( 6 )1.A Klasifikasi ……………………............................................................................... ( 6 )d) Komplikasi ……………………................................................................................ ( 8 )C. Penatalaksanaan ……………………........................................................................ ( 9 )D. Gambar ……………………..................................................................................... (10)
BAB III Asuhan Keperawatan A. Pengkajian Keperawatan ………………….............................................................. (12)B. Diagnosa Keperawatan .……………………............................................................ (12)C. Perencanaan Keperawatan ………………………………………………………… (12)D. Pelaksanaan Keperawatan ………………………………………………………… (15)
BAB IV Penutup A. Kesimpulan ……………………………………………………………………….. (16)B. Saran ……………………………………………………………………………… (17)
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………..ii
BAB IPENDAHULUAN
Latar BelakangDifteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit
ini disebabkan oleh infeksi bakteri corynebacterium diphtheria yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, Nasofaring (bagian antara hidung dan faring atau tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui hubungan dekat, udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.Penderita difteri umumnya anak-anak, usia dibawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak-anak muda. Penyakit ini juga dijmpai pada daerah padat penduduk dingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan diri sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit.
Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyptheria, Pertusis, Tetanus), penyakit difteri jarang dijumpai. Vaksi imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan system kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksi difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.
BAB IIPEMBAHASAN
1. DefinisiDifteri adalah suatu infeksi demam akut, biasanya ditenggorok dan paling sering pada
bulan-bulan dingin pada daerah beriklim sedang. Dengan adanya imunisasi aktif pada masa anak-anak dini. (Merensien kapian Rosenberg, buku pegangan pediatric, Hal. 337)
Difteri adalah suatu infeksi, akut yang mudah menular dan yang sering diserang adalah saluran pernafasam bagian atas dengan tanda khas timbulnya “pseudomembran”.(Ngastiyah perawatan anak sakit, edisi 2 Hal. 41)
Diferi adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari corynebacterium diphtheriae (c. diphtheriae). Penyakit ini menyerang bagian atas murosasaluran pernafasan dan kulit yang terluka. Tanda-tanda yang dapat dirasakan ialah sakit letak dan demam secara tiba-tiba disertai tumbuhnya membrane kelabu yang menutupi tansil serta bagian saluran pernafasan. (www.podnova.com)
Difteri adalah suatu penyakit bakteri akut terutama menyerang tansil, faring, laring, hidung, adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta kadang-kadang konjungtiva atau vagina. (www.padnova.com)
2. Patofisiologi
a. EtiologiPenyebabnya adalah bakteri corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini ditularkan melalui
percikan ludah yang dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Biasanya bakteri berkembang biak pada atau disekitar permukaan selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan beberapa jenis bakteri ini menghasilkan teksik yang sangat kuat, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan otak. Masa inkubasi 1-7 hari (rata-rata 3 hari). Hasil difteria akan mati pada pemanasan suhu 60oC selama 10 menit, tetapi tahan hidup sampai beberapa minggu dalam es, air, susu dan lender yang telah mengering.
c. Manifestasi KlinisMasa tunas 3-7 hari khas adanya pseudo membrane, selanjutnya gejala klinis dapat dibagi
dalam gejala umum dan gejala akibat eksotoksin pada jaringan yang terkena. Gejala umum yang timbul berupa demam tidak terlalu tinggi lesu, pucat nyeri kepala dan anoreksia sehingga tampak penderita sangatlemah sekali. Gejala ini biasanya disertai dengan gejala khas untuk setiap bagian yang terkena seperti pilek atau nyeri menelan atau sesak nafas dengan sesak dan strides, sedangkan gejala akibat eksotoksin bergantung kepada jaringan yang terkena seperti iniokorditis paralysis jaringan saraf atau nefritis.
d.Klasifikasi :1. Difteria hidungGejalanya paling ringan dan jarang terdapat (hanya 2%). Mula-mula hanya tampak pilek, tetapi kemudian secret yang keluar tercampur sedikit yang berasal dari pseudomembren. Penyebaran pseudomembran dapat pula mencapai foring dan laring.
2. Difteria faring dan tonsil (difteria fausial)Paling sering dijumpai (I 75%). Gejala mungkin ringan. Hanya berupa radang pada selaput pada selaput lendir dan tidak membentuk pseudomembran, dapat sembuh sendiri dan memberikan imunitas pada penderita. Pada penyakit yang lebih berat, mulainya seperti radang akut tenggorok dengan suhu yang tidak terlalu tinggi dapat ditemukan pseudomembran yang mula-mula hanya berapa bercak putih keabu-abuan yang cepat meluas ke nasofaring atau ke laring, nafas berbau dan timbul pembengkakan kelenjar regional sehingga leher tampak seperti leher sapi (bull neck)
Dapat terjadi salah menelan dan suara serak serta stridor inspirasi walaupun belum terjadi sumbatan faring. Hal ini disebabkan oleh paresisi palatum mole. Pada pemeriksaan darah dapat terjadi penurunan kadar haemoglobin dan leukositosis, polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit dan kadar albumin, sedangkan pada urin mungkin dapat ditemukan albuminuria ringan.
3. Diftheria Laring dan tracheaLebih sering sebagai penjalaran difteria faring dan tonsil (3 kali lebih banyak dari pada primer mengenai laring. Gejala gangguan jalan nafas berupa suara serak dan stridor inspirasi jelas dan bila lebih berat dapat timbul sesak nafas hebat. Slanosis dan tampak retraksi suprastemal serta epigastrium. Pembesaran kelenjar regional akan menyebabkan bull neck. Pada pemeriksaan laring tampak kemerahan sembab, banyak secret dan permukaan ditutupi oleh pseudomembran. Bila anak terlihat sesak dan payah sekali maka harus segera ditolong dengan tindakan trake ostomi sebagai pertolongan pertama.
4. Diftheria FaeraneusMerupakan keadaan yang sangat jarang sekali terdapat. Tan Eng Tie (1965) mendapatlan 30% infeksi kulit yang diperiksanya megandung kuman diphtheria. Dapat pula timbul di daerah konjungtiva, vagina dan umbilicus.
d. Komplikasi
a. Aliran PernafasanObstruksi jalan nafas dengan segala bronkopnemonia atelaktasio
b. KardiovaskulerMiokarditir akibat toksin yang dibentuk kuman penyakit ini
c. Urogenital Dapat terjadi Nefritis
d. Susunan sarafKira-kira 10% penderita difteria akan mengalami komplikasi yang mengenai system
susunan saraf terutama system motorik Paralisis / parese dapat berupa :
i. Paralasis / paresis palatum mole sehingga terjadi rinolalia, kesukaran menelan sifatnya reversible dan terjadi pada minggu ke satu dan kedua.
ii. Paralisis / paresis otot-otot mutu, sehingga dapat mengakibatkan strabisinus gangguan akomodasi, dilatasi pupil atau ptosis, yang setelah minggu ke tiga.
iii. Paralisis umum yang dapat timbul setelah minggu ke 4, kelainan dapat mengenai otot muka, leher anggota gerak dan yang paling penting dan berbahaya bila mengenai otot pernafasan.
3. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Mandiri
Terdiri dari : Perawatan yang baik, istirahat mutlak ditempat tidur, isolasi penderita dan pengawasan yang ketat atas kemungkinan timbulnya komplikasi antara lain pemeriksaan EKG tiap minggu. 2. Penatalaksanaan Medis
a) Anti Diphteria Serum (ADS) diberikan sebanyak 20.000 untuk hari selama 2 hari berturut-turut dengan sebelumnya dilakukan uji kulit dan mata bila ternyata penderita peka terhadap serum tersebut, maka harus dilakukan desentitisasi dengan cara besderka
b) Antibiotika diberikan penisilan 50.000 untuk kgbb/hari sampai 3 hari bebas panas. Pada penderita yang dilakukan trakeostomi, ditambahkan kloramfenikol 75 mm/kg bb/hari dibagi 4 dosis.
c) Kortikosteroid obat ini di maksudkan untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang sangat berbahaya. Dapat diberikan prednison 2 mg/kkbb/hari selama 3 minggu yang kemudian dihentikan secara bertahap.
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan1. Riwayat Keperawatan; Riwayat terkena penyakit infeksi, status immunisasi2. Kaji tanda-tanda yang terjadi pada Nasa, tonsil/faring, dan laring3. Lihat dari Manifestasi klinis berdasarkan atur patofisiologi
2. Diagnosa Keperawatan1. Tidak efektif bersihan jalan Nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafas2. Resiko penyebarluasan infeksi berhubungan dengan organisme virulen3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan proses penyakitnya (metabolisme meningkat, intake cairan menurun).4. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang kurang.
3. Perencanaan Keperawatan1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafasTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan jalan nafas efektifKH : Jalan Nafas Kembali Normal
Intervensi :1. Kaji status pernafasan, observasi irama dan bunyi pernafasan2. Atur posisi kepala dengan posisi ekstensi3. Suction jalan nafas jika terdapat sumbatan4. Berikan oksigen sebelum dan setelah dilakukan suction5. Lakukan fisioterapi dada.6. Persiapkan anak untuk dilakukan trakeostomi7. Lakukan pemeriksaan Analisa Gas Darah.8. Lakukan Intubasi jika ada indikasi.
Evaluasi : Jalan nafas kembali efektif
2. Resiko Penyebarluasan Infeksi berhubungan dengan organisme VirulenTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perluasan infeksi tidak terjadi.KH : Tidak ditemukan perluasan infeksi
Intervensi :1. Tempatkan anak pada ruang khusus2. Pertahankan isolasi yang ketat di RS3. Gunakan Prosedur terlindungi infeksi jika melakukan kontak dengan Anak. (APD).4. Berikan Antibiotik sesuai Intruksi dokterEvaluasi : Penyebarluasan infeksi tidak terjadi.
3. Resiko tinggi tejadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan penyakit (Metabolisme meningkat, intake cairan menurun).Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan volume cairan terpenuhi.KH : Anak dapat mempertahankan keseimbangan cairan Dehidrasi tidak terjadi Intervensi : 1. Monitor intake output secara tepat, pertahankan intake cairan dan elektrolit yang tepat.
2. Kaji adanya tanda-tanda Dehidrasi (membrane mukosa kering, turgor, kulit kurang, Produksi urin menurun, frekuensi denyut jantung dan pernafasan, meningkat, tekanan darah menurun, fontanel cekung).3. Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral jika pemberian cairan melalui oral tidak memungkinkan.Evaluasi : Keseimbangan cairan dapat dipertahankan
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang kurang.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.KH : - Berat badan anak bertambah- Turgor kulit baikIntervensi : 1. Kaji ketidakmampuan anak untuk makan2. Pasang NGT untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak
3. Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral4. Monitor indicator terpenuhi kebutuhan nutrisi (berat badan, lingkar lengan, membran mukosa) yang adekuat.Evaluasi : Tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi
4. Pelaksanaan KeperawatanPada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi (pelaksanaan) perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan. Memantau dan mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. (Doenges E Marilyn, dkk, 2000).
BAB IVPENUTUP
A. KesimpulanDifteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil racun corynebacterium diphtheria, dan lebih sering menyerang anak-anak. Bakteri ini biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama laring, tonsil, dan faring. Tetapi tidak jarang racun juga menyerang kulit dan bahkan menyebabkan kerusakaan saraf dan juga jantung.Pada serangan difteri berat akan ditemukan psudomembran, yaitu lapisan selaput yang terdiri dari sel darah putih yang mati, bakteri, dan bahan lainnya, didekat tonsil dan bagian faring yang lain. Membrane ini tidak mudah robek dan bewarna keabu-abuan. Jika membran ini dilepaskan secara paksa maka lapsan lender dibawahnya akan berdarah. Membran inilah penyebab penyempitan saluran udaraaau secara tiba-tiba bias terlepas dan menyumbat saluran udara sehingga anak mengalami kesulitan bernafas.Berdasarkan gejala dan ditemukanya membran inilah diagnosis ditegakkan. Tidak jarang dilakukan pemeriksaan terhadap lendir di faring dan dibuatkan biakan dilaboratorium. Sedangkan untuk melihat kelainan jantung yang terjadi akibat penyakit ini dilakukan pemeriksaan dengan EKG. Penularan difteri dapat melalui kontak langsung seperti berbicara dengan penderita, melalui udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.Tetapi sejak diperkenalkan vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), penyakit difteri jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan system kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.
B. Saran Karena difteri adalah penyebab kematian pada anak-anak, maka disarankan untuk anak-anak wajib diberikan imunisasi yaitu vaksin DPT yang merupakan wajib pada anak, tetapi kekebalan yang diperoleh hanya selama 10 tahun setelah imunisasi. Sehingga orang dewasa sebaiknya menjalani vaksinasi booster (DT) setiap 10 tahun sekali, dan harus dilakukan pencarian dan kemudian mengobati carier difteri dan dilkaukan uji schick.Selain itu juga kita dapat menyarankan untuk mengurangi minum es karena minum minuman yang terlalu dingin secara berlebihan dapat mengiritasi tenggorokan dan menyebabkan tenggorokan tersa sakit. Juga menjaga kebersihan badan, pakaian, dan lingkungan karena difteri mudah menular dalam lingkungan yang buruk dengan tingkat sanitasi rendah. Dan makanan yang dikonsumsi harus bersih yaitu makan makanan 4
sehat 5 sempurna.Sedangkan untuk perawat, penderita dengan difteri harus diberikan isolasi dan baru dapat dipulangkan setelah pemeriksaan sediaan langsung menunjukkan tidak terdapat lagi C. diphtheria 2x berturut-turut. Gunakan prosedur terlindungi infeksi jika melakukan kontak langsung dengan anak (APD).
B.
Daftar Pustaka
Carpentino, Lynda Juall.2001.Buku Saku :Diagnosa keperawatan edisi: 8 Peneterjemah Monica Ester.EGC.Jakarta
Doengoes, E Marlynn,dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3 penterjemah Monica Ester.EGC.Jakarta
Supriadi.2004.Asuhan Keperawatan anak.Jakarta: Sagung seto
Staf pengajar Ilmu kesehatan Anak.2005.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta: Fkui
www.Pediatric.comwww.medicastore.comwww.podnova.comwww.Naya.com