makalah 7

39
DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1 I. PENDAHULUAN 2 A. LATAR BELAKANG 2 B. TUJUAN 2 II. ISI 3 A. STRUKTUR SISTEM PERNASAN 3 B. FUNGSI SISTEM PERNAPASAN 16 C. MEKANISME PERNAPASAN 17 D. PERTUKARAN GAS 19 E.TRANSPORTASI GAS 20 F.KONTROL PERNAPASAN 20 G.TES FUNGSI PARU 21 H.SEKILAS TENTANG REFLEX BATUK, SESAK NAPAS, DAN MEROKOK SEBAGAI PENYEBABNYA 22 III.PENUTUP 24 A. KESIMPULAN 24 1

Transcript of makalah 7

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

1

I. PENDAHULUAN

2

A. LATAR BELAKANG

2

B. TUJUAN

2

II. ISI

3

A. STRUKTUR SISTEM PERNASAN

3B. FUNGSI SISTEM PERNAPASAN

16C. MEKANISME PERNAPASAN

17D. PERTUKARAN GAS

19E.TRANSPORTASI GAS

20F.KONTROL PERNAPASAN

20G.TES FUNGSI PARU

21H.SEKILAS TENTANG REFLEX BATUK, SESAK NAPAS, DAN

MEROKOK SEBAGAI PENYEBABNYA

22III.PENUTUP

24A. KESIMPULAN

24I. PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG

Dalam tubuh kita terdapat sistem respirasi yang berfungsi untuk penyediaan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida yang merupakan hasil metabolisme secara terus menerus. Dalam system respirasi itu sendiri terbagi menjadi dua menurut letak alatnya yaitu pernapasan atas (mulut dan hidung) dan pernapasan bawah (larynx, pharynx, oesophagus, trakea, sampai paru). Juga terbagi lagi menjadi alat yang berfungsi hanya sebagai saluran pernapasan saja dan ada yang berfungsi sebagai saluran dan tempat pertukaran gas. Yang dimana jika saluran pernapasan itu sendiri ada yang amat sangat peka (trakea dan bronkus) terhadap benda asing berupa zat-zat kimia dari asap rokok yang masuk kedalamnya hingga menyebabkan reflex batuk.1,3,4,6Oleh karena itu diperlukan pembelajaran kasus melalui Program Based Learning dan dibuatnya makalah tugas ini sekaligus untuk memenuhi tugas yang diberikan pada tutor sebagai pemenuhan tugas mandiri PBL Respirasi.B. TUJUAN

Untuk mengatahui struktur makroskopis dan mikroskopis system respirasi, serta untuk mengetahui bagaimana mekanisme system pernapasan, bagaimana transport oksigen dan karbondioksidanya dan bagaimana proses pertukaran gas dalam tubuh. Juga untuk mengetahui fungsi paru, tes fungsi paru, dan hubungan daripada merokok terhadap gangguan fungsi paru. Dan makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas mandiri PBL blok 7 Respirasi.II. ISI

A. STRUKTUR SISTEM PERNAPASAN1. MAKROSKOPIS SISTEM PERNAPASAN

HIDUNG DAN SINUS PARANASALIS

Penyangga hidung terdiri dari tulang dan tulang rawan. Rangka bagian tulang terdiri atas os nasale, processus frontalis maxillae, dan bagian nasal ossis frontalis. Rangka tulang rawan hidung terdiri dari cartilage septi nasi, cartilage nasi lateralis, dan cartilage alae nasi major et minor.2Otot hidung tersusun dari M. Nasalis dan M. Depressor septi nasi. Perdarahan hidung bagian luar ini disuplai dari cabang-cabang A. fascialis, A. dorsalis nasi, dan A. infraobitalis. Dan pembuluh baliknya akan menuju V. Fascialis dan V. Ophthalmica. Sedangkan persarafan otot-otot hidung bagian luar ini berasal dari N. Fascialis, cabang-cabang infratrochleris dan nasalis externus N. Ophtalmicus.

Rongga hidung secara sagital terbagi oleh sekat hidung yang disebut septum nasi. Kedua belah rongga ini terbuka kearah wajah melalui nares dan kearah posterior bekesinambungan dengan nasopharynx melalui apertura nasi posterior ( choana). Masing-masing belahan rongga hidung mempunyai dasar, atap, dinding lateral dan dinding medial.

Rongga hidung terdiri dari tiga regio, yakni vestibulum penghidu dan pernapasan. Vestibulum hidung merupakan sebuah pelebaran yang letaknya tepat disebelah dalam nares nasi. Kearah atas dan dorsal vestibulum dibatasi oleh limen nasi, yang sesuai dengan tepi atas cartilagoala nasi major. Dimulai sepanjang limen nasi tesebut kulit yang melapisi vestibulum dilanjutkan dengan mukosa hidung.Dinding lateral hidung mempunyai tiga elevasi yakni; concha nasalis superior, concha nasalis media, dan concha nasalis inferior. Dibagian inferolateral masing-masing concha tersebut terdapat sebuah cekungan yang disebut meatus. Meatus ini namanya disesuaikan dengan concha yang ada diatasnya. Di meatus nasi medius terdapat fossa dangkal disebelah cranial vestibulum dan limen nasi, disebut atrium nasi medius. Disebelah cranial atrium tersebut terdapa rigi yang disebut agger nasi. Didinding lateral rongga hidung setinggi meatus nasi medius terdapat elevasi bulat yang disebut bulla ethmoidalis. Disebelah bawah bulla ethmoidalis terdapat celah berbentuk lengkung yang disebut hiatus semilunaris. Disebelah inferior hiatus ini dibatasi oleh rigi konkaf yang dibentuk oleh processus uncinatus ethmoidalis. Kearah anterosuperior , hiatus ini menjadi sebuah saluran lengkung, yakni infundibulum ethmoidale. Kedalam infundibulum ethmoidale ini bermuara sinus ethmoidales anterior dan infundibulum ini berkesinambungan dengan ductus nasofrontalis. Meatus nasi inferior berisi muara duntus nasolacrimalis.Dinding medial atau septum nasi dibentuk oleh lamina perpendicularis ossis ethmoidalis, os vomer, dan cartilage septi nasi.

Atap cavum nasi terdiri atas 3 daerah, yang sesuai dengan tulang yang membentuk atap tersebut, yakni region spenoidalis, ethmoidalis, dan frontonasal. Regio spehnoidalis behubungan dengan fossa pterygopalatina lewat foramen ptrygopalatinum. Regio ethmoidalis behubungan dengan fossa cranii anterior lewat lamina cribosa ossis ethmoidalis, foramina ethmoidalis anterius dan posterius serta ductus nasolacrimalis. Dasar rongga hidung dibentuk oleh processus palatinus ossis maxilla dan lamina horizontalis ossis palatine.Perdarahan rongga hidung disuplai dari Aa. Ethmoidalis anterior et posterior, A. sphenopalatina, A. palatine major, dan A. labialis superior. Pembuluh balik rongga hidung membentuk plexus cavernosus. Persarafannya oleh cabang-cabang N. trigeminus, otonom secremotorik dan vasomotorik serta N. olfactorius.Sinus paranasalis terdiri atas sinus frontalis, ethmoidalis, sphenoidalis, dan maxillaries.Letak kedua sinus frontalis disebelah posterior terhadap arcus superciliaris, antara tabula externa dan tabula interna os frontale. Tonjolan arcus superciliaris bukan sebagai petunjuk keberadaan atau ukuran sinus frontalis ini. Sinus ini bermuara kedalam bagian anterior meatus nasi medius sisi yang sama, lewat infundibulum ethmoidale atau ductus frontonasal yang melintasi bagian anterior labyrinth ethmoid. Perdarahan sinus frontalis disuplai oleh cabang-cabang A. ophtalmica, yakni A. supraorbitalis dan A. ethmoidalis anterior. Darah balik bermuara kedalam vena anasomotik pada incisura supraorbitalis yang menghubungkan vena-vena supraorbitalis dan ophtalmica superior. Persarafannya dari N. supraorbitalis.Sinus ethmoidalis tersusun sebagai rongga-rongga kecil tak beraturan, sehingga disebut juga cellulae ethmoidalis. Cellulae ini tereletak antara bagian atas rongga hidung dan rongga orbita; terpisah dari rongga orbita ini oleh lamina papyracea. Cellulae ini membentuk kelompok-kelompok anterior, medius, dan posterior.

Kedua sinus sphenoidalis terletak disebelah posterior terhadap bagian atas rongga hidung, didalam corpus ossis spehenoidalis; bermuara kedalam recessus sphenoethmoidalis. Perdarahan sinus spenoidalis disuplai oleh A. etmoidalis posterior dan cabang-cabang pharyngeal A. maxillaries interna. Dan persarafannya oleh N. ethmoidalis posterior dan cabang orbital ganglion pterygopalatinum.2Sinus maxillaris ini sebagian besarnya menempati tulang maxilla. Sinus ini bermuara kedalam bagian terendah hiatus semilunaris. Perdarahannya disuplai oleh A. fascialis, A. palatine major, A. infraorbitalis dan Aa. Alveolaris superior anterior dan posterior cabang A. maxillaries interna. Persarafannya oleh N. infraorbitalis dan Nn. Alveolaris superior anterior, medius dan posterior.PHARYNX (TEKAK)

Pharynx adalah sebuah pipa musculomembranosa, membentang dari basis cranii samapi setinggi vertebra cervical 6 atau tepi bawah cartilage crocoidea. Disebelah caudal dilanjutkan dengan oesophagus.

Dari atas kebawah tiap sisi pharynx melekat pada lamina medialis processus pterygoidei, raphe pterygomandibularis, mandibula, lidah, os hyoideum, cartilage cricoidea. Spatium peripharyngeale terdiri atas dua bagian, yakni: (1) spatium parapharyngeale dan (2) spatium retropharyngeale.Pharynx dibagi menjadi tiga bagian, yakni: (1) nasopharynx (epipharynx), (2) ororpharynx ( mesopharynx), dan (3) laryngopharynx (hypopharynx).Otot-otot pharynx ada yang berjalan sirkular dan longitudinal. Otot-otot yang berjalan sirkular adalah M. Constrictor pharyngis inferior, M. constrictor pharynges medius, dan M. constrictor pharynges inferior. Sedangkan otot-otot yang berjalan longitudinal adalah M. stylopharyngeus, M. salpingopharyngeus, dan M. palatopharyngeus.

Nasopharynx berada disebelah dorsal hidung dan sebelah cranial palatum molle. Rongga nasopharynx tidak pernah tertutup. Ke arah ventral nasopharynx berhubungan dengan rongga hidung melalui choana. Nasopharynx dan oropharynx berhubungan melalui isthmus pharyngeum.2Pada masing-masing dinding lateral nasopharynx dijumpai ostium pharyngeale tubae auditivae, yakni disebelah dorsal dan caudal ujung posterior concha nasalis inferior. Disebelah dorsocranial, lubang ini dibatasi oleh elevasi tuba (torus tubarius) yang dibentuk oleh mukosa yang menutupi ujung pharyngeal tulang rawan tuba auditiva. Plica salpingopharyngeale turun dari torus tubarius, menutupi M. salpingopharyngeus. Di sebelah dorsal torus tubarius mukosa nasopharynx membatasi recessus pharyngeus.Oropharynx terbentang mulai dari palatum molle sampai tepi atas epiglottis atau setinggi corpus vertebra cervical 2 dan 3 bagian atas. Disebelah ventral berhubungan dengan cavum oris melalui isthmus oropharyngeum (isthmus faucium) dan berhadapan dengan aspek pharyngeal lidah. Dinding lateral oropharynx terdiri atas arcus arcus palatopharyngeus dan tonsilla palatine. Arcus palatopharyngeus terletak disebelah dorsal arcus palatoglosus, turun dari uvula menuju sisi pharynx, sebagai lipatan mukosa yang menutupi M. palatopharyngeus. Pada tiap sisi, arcus palatopharyngeus dan arcus palatoglosus membentul sinus tonsilaris yang berisi tonsila palatina.

Laryngopharynx membentang dari tepi cranial epigottis sampai tapi inferior cartilago cricoid atau mulai setinggi bagian bawah corpus vertebra cervical 3 sampai bagian atas vertebra cervical 6. kearah caudal laryngopharynx dilanjutkan sebagai oesophagus. Di dinding anteriornya yang tidak sempurna, terdapat aditus laryngis. Pada masing-masing sisi ventrocaudolateral aditus laryngis ini terdapat fossa/recessus piriformis yang dibatasi disebelah lateral oleh cartilago thyroidea dan membrana thyroidea.Perdarahan pharynx berasal dari A. Pharyngea ascendens, A. Palatina ascendens dan ramus tonsilaris cabang A. Fascialis, A. Palatina major dan A. Canalis pterygoidei cabang A. Maxillaris interna dan rami dorsales linguae cabang A. Lingualis. Dan pembuluh baliknya membentuk sebuah plexus yang keatas behubungan dengan plexus pterygoideus dan kearah bawah bermuara ke dalam V. Jugularis interna dan V. Fascialis. Da persarafannya berasal dari plexus pharyngeus. LARYNX (PANGKAL TENGGOROK)

Larynx merupakan saluran udara yang bersifat sphincter dan juga organ pembentuk suara, membentang antara lidah sampai trachea. Atau dengan kata lain trachea ini merupakan terusan daripada larynx. Larynx itu terdiri atas cartilago thyroidea, cartilago cricoidea dan cartilago epiglottis, dan cartilago arytaenoidea (sepasang), catilago cuneiforme (sepasang), dan cartilago corniculatum (sepasang).Cartilago thyroidea terdiri atas dua lamina persegi yang tepi anteriornya menyatu ke arah dua lamina persegi empat yang tepi anteriornya menyatu ke arah inferior, membentuk sebuah sudut yang menonjol, yang dikenal sebagai prominentia laryngea (adams apple).

Cartilago cricoidea membentuk bagian inferior dinding larynx. Cartilage arytaenoidea letaknya dibelakang larynx, sebelah superolateral lamina cartolago cricoidea. Cartilage corniculatum letaknya disebelah posterior, dalam plica aryepiglottica. Bersandar pada apex cartilage arytaenoidea. Cartilage cuneiforme; masing-masing berada dalam plica aryepiglottica, di sebelah anterior terhadap cartilage corniculatum. Epiglottis merupakan tulang rawan yang terletak disebelah dorsal lidah dan corpus ossis hyoidei, di ventral aditus larynges.epiglottis berfungsi menutup aditus larynges saat menelan.Cavum larynges membentang dari aditus larynges sampai tepi bawah cartilage cricoidea; kearah distal berlanjut menjadi saluran hawa trachea.

Otot larynx dapat dibagi menjadi dia kelompok yaitu kelompok ekstrinsik dan kelompok intrinsic. Otot-otot ekstrinsik larynx adalah; (1) M. sternothyroideus, menarik larynx ke bawah. (2) M. thyrohyoideus, menarik larynx ke atas. Dan (3) M. constrictor pharynges inferior. Sedangkan otot-otot intrinsicnya adalah; M. cricothyroideus, M. cricoarytaenoideus posterior, M. cricoarytaenoideus lateralis, M. arytaenoideus transverses, M. arytaenoideus obliquus, M. aryepiglotticus, M. thyroarytaenoideus dan bagian-bagiannya.Perdarahan utama larynx berasal dari cabang-cabang A. thyroidea superior dan A. thyroidea inferior. Dan vena-venanya adalah V. thyroidea superior yang bermuara kedalam V. Jugularis interna dan V. thyroidea inferior yang bermuara kedalam V. brachicephalica sinistra. Dan persarafannya berasal dari cabang-cabang internus dan eksternus N. Laryngeus superior, N. Recurrens dan saraf simpatis.2TRACHEA (TENGGOROKAN)

Trakea merupakan terusan daripada larynx. Trakea merupakan saluran pernapasan bawah, yang fungsinya hanya sebagai saluran pernapasan saja.diujung trakea terdapat bifucatio trakea yang merupakan sudut percabangan trakea. Trakea nantinya akan bercabang dua menjadi bronchus principalis/primer/utama setinggi tepi atas vertebra T 5, pada batas caudal mediastinum superius. Bronchus principalis mempercabangkan bronkus sekunder/lobaris yang menuju ke lobus-lobus paru. Di dalam lobus paru, bronkus lobaris ini mempercabangkan bronchi segmentorum/tersier.Trachea dan bronkus utama yang letaknya ekstrapulmonal.Trahea diperdarahi oleh A. thyroidea inferior, sementara ujung thoracalnya didarahi oleh cabang Aa. Bronchiales yang naik untuk beranastomosis dengan A. thyroidea inferior.vena-vena yang membawa darah dari trachea berakhir pada plexus venosus thyroidea inferior. Persarafannya berasal dari cabang-cabang tracheal N. vagi, Nn. Recurrens dan truncus symphaticus.2THORAX (DADA)

Rongga thorax dibatasi oleh dinding thorax dan diaphragma ini terbagi menjadi tiga kompartemen yaitu cavum pleura dextra, cavum pleura sinistra, dan mediastinum.Otot-otot dinding thorax murni adalah otot-otot yang tempat asal dan tempat lekatnya berada pada rangka dada, yakni meliputi otot-otot yang mengisi sela iga; otot yang melintas antara sternum dan iga-iga; dan otot-otot yang menyeberangi beberapa iga dari tempat asalnya. Otot-otot ini meliputi Mm. intercostalis (M. intercostalis internus, M. Intercostalis externus, dan M. Intercostalis intimi), M. Subcostalis, M. Transversus thoracis, M. serratus posterior superior dan M. serratus posterior inferior, Mm. levatores costarum, dan diaphragma.Perdarahan dinding thorax disuplai dari aorta thoracalis, A. intercostalis suprema, dan A. thoracica interna. Pembuluh balikya melintas berdampingan denga pembuluh nadi. Dan persarafannya oleh N. intercostalis (R. anterior N. spinalis thoracalis).

Diaphragma terletak diantara rongga dada dan rongga perut. Tempat lekatnya meliputi processus xiphoideus, ujung-ujung sternal iga dan tulang-tulang rawan iga 7-12, dan processus transverses L1 dan corpus vertebra lumbal atas. Diaphragma berfungsi agar makanan masuknya keg aster bukan ke paru. Persarafan motorik dan sensorik diaphragma oleh N. phrenicus dan Nn. Intercostales 6/7-12.2PLEURA (SELAPUT DADA) Pleura merupakan selaput serosa yang membentuk sebuah kantong tertutup yang terinvaginasi oleh paru. Bagian pleura yang melekat pada permukaan paru dan fissura-fissura interlobaris paru disebut pleura visceralis atau pleura pulmonalis. Pleura yang melapisi permukaan dalam separuh dinding thorax, menutupi sebagian besar diaphragma dan struktur-struktur yang menempati daerah tengah thorax disebut pleura parietalis. Daerah antara kedua rongga pleuradisebut mediastinum (ruang interpleura).Pleura parietalis dinamai sesuai dengan bagian-bagian dinding yang diliputinya; dengan demikian pleura parietalis dibedakan atas pleura costovertebralis (costalis), pleura diaphragmatica, pleura cervicalis ( cupula pleura) dan pleura mediastinalis.

Paru-paru tidak mengisi cavum pleura dengan sempurna sehingga menimbulkan recessus/sinus disepanjang garis lipatan pleura, dimana lapisan-lapisan pleura parietalis menjadi saling berhadapan dan terpisah. Recessus disini ada dua yaitu recessus costomediastinalis yang terdapat di sebelah anterior dan recessus costodiaphragmaticus yang terdapat pada masing-masing cavum pleura yang dibatasi oleh pleura costalis dan pleura diaphragmaticus.

Pleura parietalis memperoleh darah dari Aa. Intercostalis, A. Pericardiophrenica dan A. musculophrenica. Vena-venanya bergabung dengan vena-vena sistemik pada dinding dada. Persarafannya berasal dari Nn. Intercostalis dan phrenicus. Pleura visceralis memperoleh darah dari pembuluh-pembuluh bronchialis. Persarafannya disuplai dari saraf-saraf otonom.PULMO (PARU)

Paru-paru terpisah oleh jantung dan sisi mediastinumnya, kecuali bagian struktur-struktur yang melintasi hilus pulmonis. Sewaktu lahir paru berwarna merah muda; pada orang dewasa tampak bercak dan berwarna kelabu. Semakin berusia lanjut bercak ini menjadi hitam, karena granul dengan kandungan bahankarbon yang dihirup, tersimpan pada jaringan penyambung dekat permukaan.Paru memiliki apex (puncak), basis, tiga tepi dan dua permukaan. Bentuk paru menyerupai separuh kerucut. Normal, paru kanan lebih besar daripada paru kiri. Hal ini karena jantung letaknya lebih kekiri.

Radix paru (akar paru) yang menhubungkan permukaan medial paru menuju jantung dan trachea pada mediastinum, dibentuk oleh sekelompok sturktur pipa pendek yang memasuki atau meninggalkan hilus pulmonis. Sturktur-struktur tersebut adalah bronchus principalis, A. Pulmonalis, dua V. Pulmonalis, A.Vv. bronchialis, plexus otonom pulmonalis, pembuluh-pembuluh getah bening dan Nnll. Bronchopulmonalis. Hilus pulmonis treletak setinggi vertebra thoracal 5-7.Pada facies mediastinalis paru kanan, impressio cardiaca berbatasan dengan permukaan anterior auricula dextra, permukaan anterolateral atrium dextrum dan sebagian permukaan anterior ventriculus dexter.

Pada bagian mediastinalis paru kiri impressio cardiaca berbatasan dengan permukaan anterior dan kiri ventrikulus sinister, auricula sinistrum, bagian anterior infundibulum dan sebagian ventriculus dextrum. Alur yang naik di ventral hilus mengakomodasikan struktur pulmonalis. Alur besar yang lintasannya melengkung di cranial terhadap hilus, kemudian menurun dan selanjutnya di sebelah dorsal lig. Pulmonale, diakomodasikan untuk arcus aorta dan aorta descendens.

Paru kiri dibagi menjadi lobus-lobus superior dan inferior oleh fissura obliqua. Dan pada paru kanan terbagi menjadi tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan lobus inferior. Lobus-lobus ini dipisahkan oleh dua fissure yaitu fissure horizontal dan fissure obliquus.

Pada setinggi discus intevertebralis T 4/5 trachea bercabang menjadi bronchus primer/principalis dexter dan sinister. Pada bronchus principalis yang dextra lebih besar daripada yang sinistra. Selanjutnya masing-masing brochus principalis itu bercabang lagi membentuk brochus lobaris/sekunder. Pada bronchus lobaris yang dextra ada 3 bronchus lobaris, sedangkan yang sinistra ada 2. selanjutnya brochus lobaris ini bercabang lagi jadi bronchus segmentum.dan seterusnya bronchus segmentorum bercabang lagi jadi bronchus pulmonalis. Selanjutnya jadi bronchiolus terminalis, terus jadi bronchiolus respirasi terus jadi ductus alveolaris, terus jadi saccus alveolaris.

Pada paru kanan terdapat;Lobus superior: apicalis, posterior,dan anterior

Lobus medius: lateralis dan medialis

Lobus inferior: superior, mediobasal, anterobasal, dan posterobasal.

Pada paru kiri terdapat; lobus superior: apicoposterior, anterior, lingula superior, dan lingula inferior.Lobus inferior: superior, anteromediobasal, laterobasal, dan posterobasal.Perdarahan pulmonal disuplai dari Aa. Pulmonalis dextra dan sinistra. Dan pembuluh baliknya melalui Vv. Pulmonalis superior dan inferior dextra et sinistra. Persarafannya lewat plexus pulmonalis anterior dan posterior yang dibentuk oleh cabang-cabang truncus symphaticus segmen T1-3/4 dan parasimpatik N. vagus.22. MIKROSKOPIS SISTEM PERNAPASAN

RONGGA HIDUNGRongga hidung terdiri atas 2 struktur : vestibulum diluar dan fossa nasalis didalam. Kulit luar hidung memasuki nares dan berlanjut kedalam vestibulum. Disekitar permukaan dalam nares, terdapat banyak kelenjar sebasea dan kelenjar keringat, selain rambut paling tebal, atau vibrisa, yang menahan dan menyaring partikel-partikel besar dari udara inspirasi. Didalam vestibulum, epitelnya tidak berlapis tanduk lagi dan beralih menjadi epitel respirasi sebelum memasuki fossa nasalis.Di fossa nasalis terdapat concha nasalis superior, medius, dan inferior. Di concha nasalis superior ditutupi epitel olfaktorius khusus. Di konka media dan inferior ditutupi epitel respirasi.didalam lamina propria konka terdapat pleksus vena besar yang dikenal sebagai badan pengembang (swell bodies). 3SINUS PARANASALIS

Sinus paranasal adalah rongga tertutup. Sinus-sinus ini dilapisi oleh epitel respirasi ynag lebih tipi dan sedikit mengandung sel goblet. Lamina proprianya mengandung sedikit kelenjar kecil dan menyatu dengan periosteum dibawahnya. Mucus yang dihasilkan didalam rongga-rongga ini terdorong ke dalam hidung sebagi akibat dari aktivitas sel-sel epitel berisilia.NASOFARING

Nasofaring adalah bagian pertama faring. Nasofaring ini dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan palatum molle.LARING

Laring adalah tabung tak teratur yang menghubungkan faring dengan trakea. Didalam lamina propria, terdapat sejumlah tulang rawan laring. Tulang rawan ini merupakan tulang rawan hialin (tiroid, krikoid, dan kebanyakan aritenoid). Dan ada juga tulang rawan elastin yaitu epiglotis, cuneiformis, corniculatum, dan ujung aritenoidea.TRAKEA

Trakea dilapisi mukosa respirasi khas. Didalam lamina propria terdapat 16-20 cincin tulang rawan hialin berbentuk huruf C yang menjaga agar lumen trakea tetap terbuka dan terdapat banyak kelenjat seromukosa yang menghasilkan mukus yang lebih cair. Ligamentum fibroelastis dan berkas otot polos terikat pada perioteum dan menjembatani kedua ujung bebas tulang rawan ini.3PERCABANGAN BRONKUS

Pada bronkus masih terdapat tulang rawan,dan otot polos. mukosa bronkus secara structural mirip dengan mukosa trakea. Tulang rawan bronkus lebih berbentuk tidak teratur daripada tulang rawan trakea.pada bagian bronkusyang lebih besar, cincin tulang rawan mengelilingi seluruh lumen. Dibawah epitel, dalam lamina propria bronkus tampak adanya lapisan otot polos yang tersusun menyilang.

Pada bronkiolus tidak memiliki tulang rawan maupun kelenjar dalam mukosanya. Hanya terdapat selebaran sel goblet didalam epitel segmen awal. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya adalah epitel bertingkat silindris bersilia atau selapis kuboid pada bronkiolus terminalis yang lebih kecil. Epitel bronkiolus terminalis juga mengandung sel clara. Sel-sel ini tidak memiliki silia, memiliki granul sekretori didalam apeksnya dan diketahui menyekresi protein yang melindungi lapisan bronkiolus terhadap polutan oksidatif dan inflamasi.Pada bronkiolus respiratorius mukosanya secara indentik mirip dengan mukosa pada bronkiolus terminalis kecuali dindingnya yang diselingi oleh banyak alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel-sel alveolus gepeng. Makin kedistal disepanjang bronkiolus ini, jumlah alveolusnya semakin banyak, dan jarak diantaranya makin pendek. Diantara alveolus, epitel bronkiolusnya terdiri atas epitel kuboid bersilia; akan tetapi, silia dapat tidak dijumpai dibagian yang lebih distal. Otot polos dan jaringan ikat elastis terdapat dibawah epitel bronkiolus respiratorius.Makin kedistal pada bronkiolus respiratorius, jumlah muara alveolus kedalam dinding bronkiolus kedalam dinding bronkiolus makin banyak sampai dinding tersebut kini dinamakan duktus alveolaris.duktus alveolaris dan alveolus ini dilapisi oleh sel alveolus gepeng yang sangat halus. Dalam lamina propria yang mengelilingi tepian alveolus terdapat anyaman sel otot polos. Berkas otot polos mirip sfingter ini tampak sebagai tombol diantara alveoli yang berdekatan. Otot polos tidak lagi dijumpai pada ujung distal duktus alveolaris. Duktus alveolaris bermuara kedalam atrium yang berhubungan dengan sakus alveolaris.Alveolus merupakan penonjolan (evaginasi) mirip kantung di bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan sakus alveolaris. Secara struktural alveolus menyerupai kantung kecil yang terbuka pada satu sisinya. Didalam kantung ini terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah. Didalam kantung ini juga terdapat makrofag yang juga disebut sel debu, ditemukan di dalam septum interalveolar dan sering terlihat pada permukaan alveoli. Sejumlah makrofag berisi karbon dan sel debu.3B. FUNGSI SISTEM PERNAPASAN

Fungsi system pernapasan adalah untuk mengambil oksigen dari atmosfer kedalam sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ-organ respiratorik juga berfungsi dalam produksi wicara dan berperan dalam keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan pengaturan hormonal tekanan darah.1C. MEKANISME PERNAPASAN

Udara cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, yaitu menuruni gradient tekanan. Ada tiga tekanan berbeda yang penting pada ventilasi yang dimana tekanan-tekanan ini berhubungan timbale balik satu sama lain.1. tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara diatmosfer terhadap benda-benda dipermukaan bumi. Di ketinggian permukaan laut, tekanan ini 760 mmHg. Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahan ketinggian diatas permukaan laut. Karena kolom udara diatas permukaan bumi menurun. Dapat terjadi fluktuasi minor tekanan atmosfer akibat perubahan kondisi-kondisi cuaca.

2. tekanan intra-alveolus yang juga dikenal sebagai tekanan intrapulmonalis, adalah tekanan didalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui saluran pernapasan, udara dengan cepat mengalir mengikuti penurunan gradien tekanan setiap kali terjadi perbedaan antara tekanan intra-alveolus dan tekanan keduanya seimbang (ekuilibrium).

3. tekanan intrapleura adalah tekanan didalam kantung pleura. Tekanan ini juga dikenal sebagai tekanan intrathorax, yaitu tekanan yang terjadi di luar paru didalam rongga thorax. Tekanan intrapleura biasanya lebih kecil daripada tekanan atmosfer, rata-rata 756 mmHg saat istirahat.4Molekul-molekul air polar didalam cairan intrapleura bertahan dari peregangan karena adanya gaya tarik menarik antara sesama mereka. Kohesivitas cairan intrapleura yang ditimbulkannya cenderung menahan cairan kedua permukaan pleura menyatu. Hubungan ini ikut berperan menetukan kenyataan bahwa perubahan dimensi-dimensi thorax selalu disertai oleh perubahan dimensi-dimensi paru; yaitu thorax mengembang, paru, karena melekat ke dinding thorax akibat kohesivitas cairan intrapleura, juga mengembang.

Paru kita mengikuti gerakan dinding dada hal ini karena adanya gradien tekanan transmural yang melintasi paru. Gradien tekanan transmural serupa terdapat di antara kedua sisi dinding thorax. Tekanan atmosfer yang menekan dinding thorax kea rah dalam lebih besar daripada tekanan intrapleura yang mendorong dinding tersebut ke arah luar, sehingga dinding dada cenderung menciut atau terkompresi dibandingkan dengan apa yang terjadi apabila dada tidak mengalami tekanan-tekanan tersebut.Aliran udara tidak hanya bergantung pada tekanan udara itu sendiri, tapi juga bergantung pada resistensi terhadap aliran yang ditimbulkan oleh saluran udara tersebut. Penentu resistensi utama aliran udara adalah jari-jari saluran pernapasan. Pada sistem pernapasan sehat, jari-jari saluran pernapasan cukup besar, sehingga resistensinya rendah. Dengan demikian, dalam keadaan normal gradien tekanan antara alveolus dan atmosfer merupakan fakstor utama penentu laju aliran udara.

Pada orang normal saluran pernapasan kecil kolaps dan aliran keluar udara lebih lanjut terhenti hanya pada volume paru yang sangat rendah. Karena kolapsnya saluran pernapasan ini, paru tidak pernah dapat dikosongkan secara sempurna.

Paru dapat diregangkan ke berbagai ukuran selama inspirasi dan kemudian kembali menciut ke ukuran pra-inspirasinya selama ekspirasi karena sifat elastik paru. Compliance paru mengacu pada distensibilitas paru. Seberapa jauh mereka teregang sebagai respons terhadap perubahan gradien tekanan transmural, gaya yang meregangkan dinding paru, tertentu. Recoil elastik mengacu pada fenomena paru kembali ke posisi istirahatnya selama ekspirasi. Sifat elastik bergantung pada jaringan ikat elastik di dalam paru dan pada interaksi tegangan permukaan alveolus/surfaktan paru. Tegangan permukaan alveolus yang disebabkan oleh gaya tarik menarik molekul-molekul air dalam film cair yang melapisi setiap alveolus, cenderung menahan peregangan alveolus pada saat inflasi (menurunkan compliance) dan cenderung mengembalikan alveolus ke luas permukaan yang lebid kecil selama deflasi (meningkatkan rebound paru). Jika alveolus hanya dilapisi oleh air, tegangan permukaan akan sedemikian besar, sehingga paru tidak memiliki compliance dan besar , sehingga paru tidak memiliki compliance dan cenderung kolaps. Sel-sel alveolus tipe II mengeluarkan surfaktan paru, suatu fosfolipoprotein yang berada diantara molekul-molekul air dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga compliance paru meningkat dan mencegah kecenderungan alveolus untuk kolaps.Paru dapat diisi sampai lebih 5,5 liter dengan usaha inspirasi maksimum atau dikosongkan sampai sekitar 1 liter dengan ekspirasi maksimum. Namun, dalam keadaan normal paru bekerja pada separuh kapasitas. Volume paru biasanya bervariasi dari 2 sampai 2,5 liter karena udara tidal volume rata-rata 500 ml keluar masuk setiap kali bernapas.D. PERTUKARAN GAS

Oksigen dan karbondioksida bergerak melintasi mebran tubuh melalui proses difusi pasif mengikuti gradien tekanan parsial. Difusi netto oksigen mula-mula trejadi antara alveolus dan darah, kemudian antara darah dan jaringan akibat gradien tekanan parsial oksigen yang tercipta oelh pemakaian oksigen terus-menerus oleh sel.dan pemasukan terus menerus oksigen segar melalui ventilasi. Difusi netto karbondioksida terjadi dalam arah yang berlawanan, pertama-tama antara jaringan dan tekanan parsial karbondioksida yang tercipat oleh produksi terus menerus karbondioksida oleh sel dan pengeluaran terus menerus karbondioksida alveolus oleh proses ventilasi.4E. TRANSPORTASI GAS

Karena oksigen dan karbondioksida tidak terlalu larut dalam darah, keduanya terutama harus diangkut dengan mekanisme selain hanya larut secara fisik. Hanya 1,5 % oksigen yang secara fisik larut dalam darah, sisanya secara kimiawi yaitu dimana oksigen berikatan dengan hemoglobin yang pada akhirnya mebentuk OksiHb. Faktor utama yang mempengaruhi bagaimana oksgen dapat berikatan dengan Hb adalah PO2 darah. Hubungan antara PO2 dengan %saturasi Hb adalah sedemikian rupa sehingga pada rentang PO2 yang dijumpai di kapiler paru, Hb tetap hampir mengalami saturasi penuh, walaupun tekanan parsial oksigen darah turun sampai hanya 40%. Hal ini memberikan batas keamanan dengan menjamin penyaluran O2 dengan kadar hapir normal ke sel-sel walaupun terjadi penurunan bermakna PO2 arteri. Dipihak lain dalam rentang PO2 yang terdapat dikapiler sistemik, terjadi peningkatan mecolok pelepasan oksigen oleh Hb sebagai respons terhadap penurunan ringan PO2 darah yang berkaitan dengan peningkatan metabolisme sel. Dengan demikian, lebih banyak O2 yang disediakan untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan jaringan.Karbondioksida yang diserap di kapiler sistemik diangkut dalam darah dengan tiga cara: (1) 10% larut secara fisik; (2) 30% terikat ke Hb; dan (3) 60% dal bentuk bikarbonat (HCO3). Enzim karbonat anhidrase eritrosit mengkatalisasi perubahan CO2 menjadi HCO-3 sesuai.4F. KONTROL PERNAPASAN

Ventilasi melibatkan dua aspek berbeda yang keduanya dapat dipengaruhi oleh kontrol saraf: (1) siklus ritmis antara inspirasi dan ekspirasi dan (2) pengaturasn besarnya ventilasi, yang pada gilirannya bergantung pada kontrol frekuensi bernapas dan kedalaman tidal volume. Irama bernapas terutama ditentukan oleh aktivitas pemacu yang diperlihatkan oleh neuron-neuron inspirasi yang terletak di pusat kontrol pernapasan di medula batang otak. Sewaktu neuron-neuron inspirasi ini melepaskan muata secara spontan, impuls akhirnya mencapai otot-otot inspirasi, sehingga terjadi inspirasi. Apabila neuron inspirasi berhenti melepaskan muatan, otot inspirasi melemas dan terjadi ekspirasi. Apabila ekspirasi aktif akan terjadi, otot-otot ekspirasi diaktifkan oleh keluaran neuron-neuron di medula. Irama dasar ini diperhalus oleh keseimbangan aktivitas di pusat apneustik dan pnumotaksik yang terletak lebih tinggi di batang otak di pons. Pusat apneustik memperpanjang inspirasi, sementara pusat pnemotaksik yang lebih kuat membatasi inspirasi.Tiga faktor kimia berperan dalam penentuan besarnya ventilasi: Pco2, Po2, dan konsentrasi H+ darah arteri. Faktor dominan dalam pengaturan ventilasi dari terus menerus adalah Pco2 arteri. Peningkatan Pco2 arteri merupakan stimulus kimiawi terkuat yang meransang ventilasi. Perubahan Pco2 arteri mengubah ventilasi terutama denga menimbulkan perubahan setara pada konsentrasi H+ CES otak, yang sangat peka di kemoreseptor sentral. Kemoreseptor perifer responsif terhadap peningkatan konsentrasi H+ arteri, yang juga secara refleks meningkatkan ventilasi. Penyesuaian kadar CO2 penghasil asam dalama darah arteri penting untuk mempertahankan keseimbangan asambasa tubuh. Kemoreseptor perifer juga secara refleks meransang pusat pernapasan sebagai respons mencolok Po2 arteri. Respons ini berfungsin sebagai mekanisme darurat unutk meningkatkan respirasi apabila kadar Po2 arteri turun dibawah rentang aman berdasarkan bagian datar kurva O2 Hb.4G. TES FUNGSI PARU

Untuk tes fungsi paru, kita dapat menggunakan spirometer. Yaitu alat yang digunakan untuk mengukur perubahan-perubahan volume paru yang terjadi selama bernapas. Pada dasarnya spirometer terdiri dari sebuah tong yang berisi udara yang mengapung dalam wadah yang berisi air. Jadi ketika seseorang menghirup dan menghembuskan udara kedalam tong tersebut melalui selang yang menghubungkan mulut ke wadah udara, tong akan naik dan turun di wadah air tersebut. Turun naiknya tong tersebut akan dicatat sebagai spirogram, yang dikalibrasikan ke perubahan volume. Pena mencatat inspirasi sebagai defleksi keatas dan ekspirasi sebagai defleksi ke bawah.4Dari pemeriksaan fungsi paru dengan menggunakan spirometer ini kita bisa melihat hasil dari tidal volume (volume udara yang masuk atau keluar paru selama satu kali bernapas. Nilai normalnya rata-rata 500 ml), volume cadangan isnpirasi ( volume tambahan yang didapat secara maksimal. (inspirasi maksimum) nilai rata-ratanya 3000 ml), kapasitas inspirasi (volume maksimum udara yang dihirup pada akhir ekspirasi normal (VCI+TV), nilai rata-ratanya adalah 3500 ml), volume cadangan ekspirasi (volume tambahan udara yang didapat dari ekspirasi maksimum, nilai rata-ratanya adalah 1000 ml), volume residual ( volume minimum udara yang tersisa di paru bahkan setelah ekspirasi maksimum, nilai rata-ratanya 1200 ml. Volume ini tidak dapat diukur dengan spirometer.), kapasitas residual fungsional ( volume udara di paru pada akhir ekspirasi pasif normal (VCE+VR), nilai rata-ratanya adalah 2.200 ml), kapasitas vital ( volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan selama satu kali bernapas setelah inspirasi maksimum. (VCI+TV+VCE), nilai rata-ratanya adalah 4.500 ml), kapasitas paru total ( volume udara maksimum yang dapat ditampung oleh paru (KV+VR), nilai rata-ratanya adalah 5.700 ml), dan volume ekpirasi paksa dalam satu detik ( volume udara yang dapat di ekspirasi selama detik pertama pada penentuan KV.4H. SEKILAS TENTANG REFLEX BATUK,SESAK NAPAS, DAN MEROKOK SEBAGAI PENYEBABNYA

Merokok adalah merupakan tindakan yang tidak baik untuk kesehatan. Karena didalamnya mengandung nikotin yang dapat membuat kita menjadi ketagihan. Didalam asap rokok tersebut juga mengandung beberapa zat kimia yang tidak baik bagi sistem pernapasan kita. Zat kimia tersebut dapat berupa gas beracun (nitrogen oksida dan karbon monoksida), sianida, benzena, formaldehid, methanol, asetilen, dan ammonia.7Karbon monoksida mempunyai daya ikat kuat pada hemoglobin daripada oksigen. Hal ini dapat membuat kita menjadi kekurangan oksigen, karena oksigen dibawa masuk ke sistem pernapasan dengan bantuan darah. Jika oksigen tidak dapat berikatan dengan hemoglobin yang ada didalam darah, maka oksigen tidak dapat diangkut. Hal ini dapat menyebabkan sesak napas.5Reflex sadar berpusat pada korda spinalis. Reflex itu sendiri mempunyai lima komponen. Yaitu reseptor, jalur aferen, pusat integrasi, jalur eferen, dan efketor. Bronkus dan trakea sedemikian sansitifnya terhadap sentuhan halus, sehingga benda asing ( seperti zat-zat kimia yang ada dalam asap rokok) dalam jumlah berapapun atau penyebab iritasi lainnya akan menimbulkan reflex batuk. Disana suatu rangkaian peristiwa otomatis digerakan oleh lintasan neuronal medula.4,6Dalam mekanisme batuk ada empat fase; iritasi, inspirasi, kompresi dan ekspulsi. Pada fase iritasi, merupakan fase peransangan reseptor berbagai ransangan. Fase inspirasi, fase dimana glottis secara reflex terbuka akibat kontraksi otot inspirasi yang terjadi secara cepat dan dalam hingga udara dalam jumlah besar dihirup masuk kedalam paru. Fase kompresi, yaitu fase dimana glottis menutup, otot-otot ekspirasi utama berkontraksi higga tekanan rongga dada menjadi tinggi sekali. Fase terkahir yaitu fase ekspulsi, yaitu fase dimana glottis membuka secara tiba-tiba sehingga terjadi pengeluaran udara dalam jumlah besar dan berkecepatan tinggi, disertai pengeluaran benda asing atau lendir dari saluran napas.6III. PENUTUPA. KESIMPULAN

Saluran pernapasan terbagi menjadi saluran pernapasan yang bekerja hanya sebagai saluran saja, dan sebagai saluran serta tempat pertukaran gas. Jika ada benda asing yang memasuki saluran pernapasan akan membuat reflex batuk ditahap pertama sebagai proteksi, dan jika benda asing masuk terus menerus akan menyebabkan radang pada saluran pernapasan, sehingga dapat mengganggu fungsi dari saluran pernapasan tersebut. Sehingga menyebabkan mekanisme pernapasan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Buku kedokteran EGC; 2004;Bab 13: hal 266-269.2. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta: FKUI;2007; bab 1-7: hal 3-93.

3. Carlos JL dan Carneiro J. Histologi dasar. Jakarta: Buku kedokteran EGC; 2007; Bab 17: hal 336-351.4. Lauralee S. Fisiologi manusia dari sel ke system. Jakarta: EGC; 2001; Bab 13: hal 411-458.

5. Maria A dan Winata SD. Penuntun praktikum biokimia. Jakarta: UKRIDA;2010; bab 3: hal 13.

6. diunduh dari www.pusatmedis.com; 10 november 2008.7. diunduh dari www.sehatgroup.com; 19 desember 2008.

PAGE 16