Makalah

36
MAKALAH KASUS ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT PRINSIP PERLAKUAN SETARA TERHADAP PEMEGANG SAHAM “ ANALISIS KASUS PT. SUMALINDO LESTARI JAYA, Tbk.” Kelompok II : Marina Sri Utami – 151402038 Margareta Devi - 151402039 Dwi Westi Sholihah – 151402041 Yoshe Arumsari – 151402045

description

makalah

Transcript of Makalah

MAKALAH KASUSETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORATPRINSIP PERLAKUAN SETARA TERHADAP PEMEGANG SAHAM ANALISIS KASUS PT. SUMALINDO LESTARI JAYA, Tbk.

Kelompok II :Marina Sri Utami 151402038Margareta Devi - 151402039Dwi Westi Sholihah 151402041Yoshe Arumsari 151402045

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSIUNIVERSITAS WIDYATAMABANDUNG2014

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKrisis yang melanda pada pertengahan 1997 membuat perekonomian Indonesia tidak stabil. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya corporate governance. Hal ini ditandai dengan kurang transparannya pengelolaan perusahaan sehingga control public menjadi sangat lemah dan terkonsentrasinya pemegang saham besar pada beberapa keluarga yang menyebabkan campur tangan pemegang saham mayoritas pada manajemen perusahaan sangat terasa dan menimbulkan konflik kepentingan yang sangat menyimpang dari norma -norma tata kelola perusahaan yang baik ditambah lagi globalisasi yang sedang terjadi saat ini mengakibatkan terjadinya perubahan besar-besaran dalam bidang sosial politik dan ekonomi. Oleh karena itu diperlukan tata kelola yang baik (good corporate governance) pada setiap sektor perekonomian di Indonesia agar dapat menjaga kelangsungan (survive) demi meningkatkan perekonomian Indonesia. Kajian mengenai corporate governance meningkat dengan pesat seiring dengan terbukanya skandal keuangan berskala besar seperti skandal Enron, Tyco, WorldCom, Maxwell, Polypec dan lain-lain. Oleh karena itu saat ini isu good corporate governance menjadi sangat penting. Keruntuhan perusahaan -perusahaan public tersebut dikarenakan oleh strategi, prosedur maupun praktik curang (fraud) dari manajemen puncak yang berlangsung cukup lama karena lemahnya pengawasan yang independen oleh corporate boards. Menurut Penelitian Jhonson dkk (2000) salah satu penyebab krisis ekonomi pada negara-negara di asia pada tahun 1997 adalah karena lemahnya praktek - praktek good corporate governance pada wilayah tersebut. Iskandar Chamlou (2000) juga menyampaikan bahwa krisis ekonomi yang terjadi dikawasan Asia Tenggara dan negara lain bukan hanya akibat faktor ekonomi makro namun juga karena lemahnya corporate governance yang ada di negara - negara tersebut sehingga mereka masuk kedalam peringkat krisis ekonomi yang berkepanjangan, seperti, lemahnya enforcement hukum, standar akuntansi, dan pemeriksaan keuangan (auditing) yang belum mapan, pengawasan komisaris dan terabaikannya hak minoritas. Pengelolaan perusahaan (corporate governance) dalam dunia ekonomi merupakan hal yang dianggap penting sebagaimana yang terjadi dalam pemerintahan negara. Implementasi good corporate governance (GCG) pada saat ini bukan lagi sekedar kewajiban, namun telah menjadi kebutuhan bagi setiap perusahaan dan organisasi. Pernyataan tersebut telah menegaskan bahwa perusahaan - perusahaan memiliki kedudukan penting dalam menjalankan perannya dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Pelaksanaan good corporate governance (GCG) sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk berkembang dengan baik dan sehat. Tantangan terkini yang dihadapi karena prinsip-prinsip dan praktik good corporate governance masih belum dipahami secara luas oleh komunitas bisnis dan publik pada umumnya (Daniri, 2005). Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk berkembang dengan baik dan sehat. Oleh karena itu ketaatan akan prinsip-prinsip Good Corporate Governance antara lain transparansi (transparency), kemandirian (independence), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), dan kewajaran (fairness) dalam menjalankan perbankan dan segala prosedur yang ada didalamnya haruslah terlaksana dengan baik agar perbankan dapat berkembang dengan baik dan sehat. Salah satunya dalam prosedur pemberian kredit, dalam hal ini prinsip - prinsip good corporate governance haruslah dilaksanakan dengan baik agar dapat mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam prosedur dan strategi serta memastikan kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki.

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Bagaimana prinsip kesamaan hak untuk saham dengan kelas yang sama?1.2.2 Bagaimana persetujuan dan pengungkapan hak untuk saham dengan kelas yang berbeda?1.2.3 Bagaimana transaksi dengan pihak berelasi mengandung benturan kepentingan?1.2.4 Apa yang dimaksud dengan perdagangan orang dalam?1.2.5 Bagaimana peran akuntan professional dalam memfasilitasi perlakuan setara terhadap pemegang saham?1.2.6 Bagaimana analisis kasus PT. Sumalindo Lestari Tbk, terkait prinsip perlindungan terhadap hak pemegang saham dan prinsip perlakuan setara terhadap pemegang saham?

1.3 Tujuan Pembahasan1.3.1. Prinsip kesamaan hak untuk saham dengan kelas yang sama.1.3.2. Mengetahui persetujuan dan pengungkapan hak untuk saham dengan kelas yang berbeda.1.3.3. Mengetahui transaksi dengan pihak berelasi mengandung benturan kepentingan.1.3.4. Mengetahui yang dimaksud dengan perdagangan orang dalam.1.3.5. Mengetahui peran akuntan professional dalam memfasilitasi perlakuan setara terhadap pemegang saham.1.3.6. Menganalisis kasus PT. Sumalindo Lestari Tbk, terkait prinsip perlindungan terhadap hak pemegang saham dan prinsip perlakuan setara terhadap pemegang saham.

BAB IIPEMBAHASAN

Prinsip III: Perlakuan yang setara terhadap pemegang sahamPerlunya persamaan perlakuan kepada seluruh pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing. Prinsip ini menekankan pentingnya kepercayaan investor di pasar modal. Untuk itu industri pasar modal harus dapat melindungi investor dari perlakuan yang tidak benar yang mungkin dilakukan oleh manajer, dewan komisaris, dewan direksi atau pemegang saham utama perusahaan. Pada praktiknya pemegang saham utama perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk memberikan pengaruhnya dalam kegiatan operasional perusahaan. Dari praktik ini, seringkali transaksi yang terjadi memberikan manfaat hanya kepada pemegang saham utama atau bahkan untuk kepentingan direksi dan komisaris. Dari kemungkinan terjadinya usaha-usaha yang dapat merugikan kepentingan investor, baik lokal maupun asing, maka prinsip ini menyatakan bahwa untuk melindungi investor, perlu suatu informasi yang jelas mengenai hak dari pemegang saham. Seperti hak untuk memesan efek terlebih dahulu dan hak pemegang saham utama untuk memutuskan suatu keputusan tertetu dan hak untuk mendapatkan perlindungan hukum jika suatu saat terjadi pelanggaran atas hak pemegang saham tersebut. Prinsip ini terbagi atas 3 Sub prinsip utama. I. Kesamaan perlakuan antara pemegang saham dalam kelas saham yang sama. Di dalam prinsip ini terdapat 5 sub prinsip yang didiskusikan. 1. Sub prinsip pertama mengenai kemudahan dari investor untuk mendapatkan informasi mengenai hak yang melekat pada setiap seri dan kelas saham sebelum mereka membeli saham suatu perusahaan. Dalam sub prinsip ini investor harus mengetahui hak yang melekat pada saham yang mereka beli. Seperti jika investor membeli saham preference, maka investor tersebut akan mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan namun disisi lain biasanya saham itu tidak mempunyai hak voting. 2. Sub prinsip kedua berbicara mengenai perlindungan kepada pemegang saham minoritas dari tindakan yang merugikan yang dilakukan oleh atau atas nama pemegang saham utama. Salah satu bentuk perlindungan kepada pemegang saham minoritas sebenarnya adalah bagaimana direksi menjalankan perusahaan untuk kepentingan perusahaan bukan untuk kepentingan pemegang saham tertentu sehingga tidak ada perbedaan manfaat yang diperoleh antara pemegang saham. 3. Sub prinsip selanjutnya adalah mengenai pihak yang boleh mewakili pemegang saham dalam RUPS. Pada prinsip ini juga menjelaskan bahwa bank kustodian tidak secara otomatis menjadi wakil pemegang saham di RUPS. Bank kustodian mempunyai tugas untuk menyediakan informasi mengenai agenda RUPS sehingga pemegang saham dapat menentukan suara mereka di RUPS termasuk apakah mereka akan melimpahkan hak suaranya pada seluruh agenda atau mereka akan memberikan hak suara pada suatu agenda tertentu. 4. Sub prinsip ke empat adalah penghilangan hambatan pemberian suara oleh pemegang saham yang berdomisili di di luar wilayah kedudukan Emiten atau Perusahaan Publik. Hambatan akan terjadi karena biasanya pemegang saham asing menyimpan saham mereka melalui suatu rantai perantara (intermediaries). Saham tersebut dicatat atas nama nasabah dalam akun perusahaan sekuritas lalu akun perusahaan sekuritas tercatat pada lembaga penyelesaian dan penyimpanan. Dengan demikian maka nama dari pemegang saham yang asli tidak langsung dapat diketahui, sehingga begitu perusahaan akan meminta keputusan dari pemegang saham atas suatu transaksi tersebut, informasi yang seharusnya sampai sebelum keputusan di ambil, penyampaiannya menjadi tidak tepat waktu. Dampak dari terlambatnya informasi kepada pemegang saham adalah tidak cukupnya waktu dari pemegang saham untuk menganalisa dan memberikan masukan kepada perusahaan atas hal tersebut Dengan melihat bahwa terdapat kemungkinan perusahaan tidak dapat memberikan perlakuan yang saham kepada semua pemegang sahamnya, maka sebaiknya perundang-undangan yang ada harus dapat memberikan kejelasan mengenai pihak yang dapat diberikan kewenangan oleh pemegang saham asing sebagai wakilnya sehingga informasi dapat segera diterima oleh pemegang saham. Selain itu peranturan jika dimungkinkan juga dapat mengatur mengenai penyerderhanaan rantai perantara. 5. Sub prinsip terakhir dari bagian kesatu prinsip 3 ini adalah mengenai proses dan prosedur RUPS yang harus memperhatian perlakuan yang sama bagi seluruh pemegang saham, termasuk prosedur yang sederhana dan tidak mahal bagi pemegang saham untuk melakukan hak votingnya. Masih ada beberapa perusahaan yang mempunyai prosedur rumit dan mahal dalam hubungannya dengan hak voting pemegang saham. Misalnya penetapan fee bagi pelaksanaan hak voting pemegang sahamnya dan persyaratan kehadiran bagi pemegang saham untuk melakukan voting. Untuk itu sub prinsip ini mengusulkan kepada perusahaan- perusahaan untuk dapat menghilangkan kesulitan pemegang saham untuk berpartisipasi dalam RUPS dan juga mengusulkan untuk dapat menggunakan fasilitas elektronik jika pemegang saham tidak dapat hadir dan juga tidak menujuk wakilnya di RUPS.

II. Persetujuan dan pengungkapan hak untuk saham dengan kelas yang berbedaPartisipasi efektif pemegang saham dalam keputusan-keputusan penting pengelolaan perusahaan, seperti pencalonan dan pemilihan anggota pengurus harus difasilitasi. Pemegang saham harus dapat membuat pandangan-pandangan mereka berkaitan dengan kebijakan penggajian anggota pengurus dan pejabat- pejabat kunci diketahui. Kewajaran atas komponen skema penggajian/kompensasi bagi anggota pengurus dan karyawan harus didasarkan pada persetujuan pemegang saham.

III. Transaksi dengan pihak berelasi mengandung benturan kepentinganJian dan Wong (2010), terdapat dua konsep utama transaksi pihak berelasi : 1. Transaksi pihak berelasi abnormal Transaksi pihak berelasi abnormal merupakan suatu bentuk transaksi pihak berelasi yang dilakukan perusahaan untuk melakukan tujuan spesifik dalam suatu grup perusahaan. Tujuan spesifik yang dimaksud dapat berupa ekspropriasi pemegang saham mayoritas terhadap pemegang saham minoritas melalui propping dan tunneling (Chen et al, 2012), manajemen laba (Vera Dyanty, 2009; Jian dan Wong, 2010), dan pemenuhan target ROA dan ROE laporan keuangan (Jian dan Wong, 2004). Transaksi pihak berelasi normal Transaksi pihak berelasi normal merupakan suatu bentuk transaksi pihak berelasi yang digunakan perusahaan dengan maksud untuk melakukan efisiensi dalam kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan melakukan transaksi pihak berelasi normal untuk mengurangi biaya transaksi yang terjadi, baik itu biaya dari segi mata uang ataupun dari segi waktu dan kemudahan bertransaksi. Dengan melakukan transaksi pihak berelasi normal, perusahaan mendapatkan input yang penting dalam melakukan usahanya dengan biaya transaksi yang lebih rendah dan mudah, misalnya dalam bentuk dukungan finansial, teknologi dan infrasturktur, serta manajemen (Chen et al 2012). Ditinjau melalui efficient-enhancing view, transaksi pihak berelasi normal dipandang dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan, meningkatkan kesempatan perusahaan untuk menguasai pangsa pasar internal, dan pada akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan di mata calon investor. Keuntungan dalam melakukan transaksi pihak berelasi normal tersebut terutama dapat dimanfaatkan perusahaan yang berada dalam suatu grup yang terdiversifikasi secara heterogen (Chen et al 2012). Product market competition dan transaksi pihak berelasi Product market competition memberikan konsekuensi ekonomi bagi perusahaan dalam industri (Nickell, 1996; Raith, 2003). Nickell (1996) mengemukakan bahwa product market competition yang meningkat terhubung secara positif dengan peningkatan produktivitas yang lebih tinggi. Kemudian Raith (2003) menyimpulkan bahwa persaingan usaha menyebabkan keluarnya perusahaan yang kalah daya saingnya dari pasar, sehingga justru menimbulkan insentif bagi perusahaan yang masih bertahan untuk melakukan efisiensi. Dalam sebuah iklim kompetisi, perusahaan akan secara berkesinambungan mencari cara yang dapat membuat mereka bertahan dalam pasar dan tidak tergerus kompetisi (Nickell, 1996). Dalam konteks ini, sebuah perusahaan akan dapat meningkatkan profitabilitasnya bila menjadi bagian dari kelompok bisnis yang besar dan terdiversifikasi (Khanna dan Palepu, 1997, 2000). Dengan berada dalam suatu kelompok bisnis, perusahaan dapat saling melakukan alokasi sumber daya yang bersifat efisien antara sesama perusahaan di kelompok bisnis yang sama, yaitu melalui transaksi pihak berelasi (Ma dan Wang, 2009). Transaksi pihak berelasi antar perusahaan dalam suatu kelompok bisnis dapat bersifat efisien, karena dapat menurunkan biaya transaksi bagi perusahaan (Chen et al, 2012). Transaksi yang dimaksud dapat berupa transaksi penjualan dan pembelian bahan baku produksi, barang jadi, ataupun barang modal, serta dapat berupa transaksi pemberian kredit perusahaan dalam rangka permodalan perusahaan (Chen et al, 2012). Biaya transaksi perusahaan menjadi lebih kecil karena transaksi yang dilakukan antar perusahaan afiliasi ini tidak dilakukan pada harga wajar, melainkan dilakukan pada nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan transaksi bisnis dengan pihak luar (Aria Farah Mita, 2009). Gordon dan Henry (2005) mengemukakan bahwa efisiensi yang didapatkan sebagai efek langsung dari transaksi pihak berelasi memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan ekonomis perusahaan. Argumen bahwa product market competition yang secara umum mempengaruhi profitabilitas perusahaan berdampak positif secara khusus pada transaksi pihak berelasi dalam konteks efisien, berhasil dibuktikan oleh Chen et al (2012). Semakin tinggi kompetisi pasar, semakin tinggi besaran transaksi pihak berelasi normal yang dilakukan oleh perusahaan. Hal tersebut terjadi karena perusahaan terdorong untuk melakukan efisiensi demi bertahan dalam iklim kompetisi melalui mekanisme transaksi pihak berelasi normal. SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 20146 File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Disaamping itu Chen et al (2012), mengemukakan bahwa perusahaan diuntungkan dengan kenaikan transaksi pihak berelasi normal dari dua sisi. Pertama, perusahaan dalam iklim industri kompetitif dapat mengurangi biaya transaksi dengan melakukan transaksi pihak berelasi normal, yang pada akhirnya dapat memitigasi resiko kebangkrutan secara parsial. Kedua, product market competition dapat memicu inovasi dan pertumbuhan produktivitas, sehingga perusahaan dalam situasi kompetitif dapat membagi inovasi yang dilakukannya dengan perusahaan lain di dalam kelompok bisnis yang sama, yang secara sekuensial semakin meningkatkan nilai perusahaan. Dari dua sisi keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan tersebut, product market competition menimbulkan insentif yang kuat bagi perusahaan untuk melakukan transaksi pihak berelasi normal.

IV. Perdagangan orang dalam (insider trading)Pengertian Insider TradingInformasi adalah komoditi yang sangat penting dalam suatu bursa efek. Oleh karena itu informasi mengenai suatu berita yang terjadi atas suatu emiten yang sahamnya diperdagangkan di bursa tidak boleh diketahui oleh satu pihak secara eksklusif. Begitu pentingnya informasi ini, umpamanya, dapat dilihat dari berfluktuasinya harga saham di bursa ketika terjadi suatu peristiwa atas perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa.Terdapat beberapa pengertian atau definisi yang berusaha menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan Insider Trading atau Perdagangan oleh orang dalam diantaranya adalah sebagai berikut:a. Insider Trading adalah Perdagangan efek yang dilakukan oleh mereka yang tergolong orang dalam perusahaan (dalam artian luas), perdagangan mana didasarkan atau dimotivasi oleh adanya suatu informasi orang dalam.b. Insider Trading adalah transaksi kontrak berjangka dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai akses terhadap informasi pihak lain, baik karena jabatan atau karena terlibat dalam penyelidikan suatu kasus. Pihak tertentu memanfaatkan informasi tersebut untuk mengambil keuntungan bagi diri sendiri atau pihak lain yang terafiliasi atau dia mempunyai kepentingan. Termasuk orang dalam adalah pegawai Bursa, pegawai Lembaga Kliring Berjangka dan pegawai Bappebti dan lain-lain yang mendapat informasi yang dimaksud.c. According to Blacks Law Dictionary (6th edition), insider trading refers to transaction in shares of publicly held corporations by persons with inside or advance information on which the trading is based. Usually the trader himself is an insider with an employment or other relation of trust and confidence with the corporation.d. Insider Trading adalah perdangan saham yang dilakukan dengan menggunakan informasi dari orang dalam, dapat dilakukan oleh orang dalam (insider) atau pihak yang menerima, mendapatkan serta mendengar informasi tersebut.Insider Trading adalah Perdagangan Efek dengan menggunakan informasi orang dalam (IOD). IOD adalah informasi material yang dimiliki orang dalam yang belum tersedia untuk umum Undang-undang No. 8 Tahun 1995, tidak memberikan batasan Insider Trading secara tegas. Transaksi yang dilarang antara lain yaitu orang dalam dari emiten yang mempunyai informasi orang dalam melakukan transaksi penjualan atas pembelian efek emiten atau perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan. Dengan demikian pokok permasalahan insider trading adalah informasi. Orang dalam atau dikenal dengan insider adalah manajer, pegawai, atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik, pihak yang karena kedudukan atau profesinya atau karena hubungan usahanya dengan emiten atau perusahaan publik memungkinkannya mempunyai IOD, termasuk pihak yang dalam 6 bulan terakhir tidak lagi menjadi orang-orang tersebut. Sementara pihak lain yang dilarang melakukan insider trading adalah mereka yang memperoleh IOD secara melawan hukum, sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 97 Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, bahwa pihak yang berusaha untuk memperoleh IOD dari orang dalam secara melawan hukum dan kemudian memperolehnya dikenakan larangan yang sama dengan larangan yang berlaku bagi orang yang sebagaimana dimaksud Pasal 95 dan Pasal 96. Demikian juga perusahaan efek yang memiliki IOD, pegawai Bapepam yang diberi tugas atau pihak lain yang ditunjuk oleh Bapepam untuk melakukan pemeriksaan juga dilarang memanfaatkan untuk diri sendiri atau pihak lain kecuali diperintahkan oleh UU lainnya (Pasal 98 ayat 4).Kemungkinan terjadinya perdagangan dengan menggunakan informasi orang dalam dapat dideteksi dari ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan transaksi atas efek perusahaan dimana yang bersangkutan menjadi orang dalam. Selain itu dapat pula dideteksi dari adanya peningkatan harga dan volume perdagangan efek sebelum diumumkannya informasi material kepada publik terkait dengan terjadinya peningkatan atau penurunan perdagangan yang tidak wajar. Perdagangan orang dalam memiliki beberapa unsur, antara lain:a. Adanya perdagangan efekb. Dilakukan oleh orang dalam perusahaanc. Adanya inside informationd. Informasi itu belum diungkap dan dibuka untuk umume. Perdagangan dimotivasi oleh informasi ituf. Bertujuan untuk mendapatkan keuntunganKasus perdagangan orang dalam diidentikan dengan kasus pencurian, bedanya bila pada pencurian konvensional yang menjadi obyek adalah materi milik orang lain, maka pada perdagangan orang dalam obyek pencurian tetap milik orang lain tapi dengan menggunakan informasi yang seharusnya milik umum, sehingga pelaku memperoleh keuntungan dari tindakannya. Pada pencurian konvensional yang menderita kerugian adalah pihak pemilik barang, sedangkan pada kasus perdagangan orang dalam, yang menderita kerugian begitu banyak dan luas, mulai dari lawan transaksi hingga kepada pudarnya kewibawaan regulator dan kredibilitas pasar modal. Kalau kredibilitas pudar, maka kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal juga akan pudar.Alasan mengapa perdagangan orang dalam dilarang adalah sebagai berikut :a. Larangan bagi orang dalam untuk melakukan pembelian atau penjualan atas efek emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan didasarkan atas pertimbangan bahwa kedudukan orang dalam seharusnya mendahulukan kepentingan emiten, perusahaan publik, atau pemegang saham secara keseluruhan termasuk di dalamnya untuk tidak menggunakan informasi orang dalam untuk kepentingan diri sendiri atau Pihak lain.b. Orang dalam dari suatu emiten atau Perusahaan Publik yang melakukan transaksi dengan perusahaan lain juga dikenakan larangan untuk melakukan transaksi atas Efek dari perusahaan lain tersebut, meskipun yang bersangkutan bukan orang dalam dari perusahaan tersebut. Hal ini karena informasi mengenai perusahaan lain tersebut lazimnya diperoleh karena kedudukannya pada Emiten Perusahaan Publik yang melakukan transaksi dengan perusahaan lain tersebut. Yang dimaksud dengan transaksi disini adalah semua bentuk transaksi yang terjadi antara Emiten atau Perusahaan Publik dan perusahaan lain, termasuk transaksi atas efek perusahaan.Berdasarkan praktiknya sulit untuk dibuktikan insider trading karena pembuktiannya memerlukan standar pembuktian yang tinggi dan tidak mudah membuktikan ada atau tidaknya insiders itu melakukan insider trading. Banyak contoh kasus pembuktian pelaku insider trading dibebaskan oleh pengadilan karena pengadilan tidak mampu membuktikan kesalahan pelaku. Pembuktian praktik insider trading dapat dilakukan melalui investigasi para pihak yang dideteksi telah melakukan praktik tersebut dan juga dari pemeriksaan dokumen-dokumen tertulis, termasuk di dalamnya lembaran transaksi elektronik. Dalam Pasal 95 sampai Pasal 99 dan Pasal 104 UUPM diatur larangan perdagangan orang dalam. Aturan ini melarang insiders perusahaan berbadan hukum yang memiliki informasi orang dalam untuk membeli atau menjual saham perusahaan atau perusahaan lain yang bertransaksi dengan perusahaan tersebut. Orang dalam juga dilarang mempengaruhi pihak lain untuk menjual atau membeli saham tersebut. Orang dalam dilarang membocorkan informasi kepada pihak lain yang untuk menggunakannya untuk jual beli saham tersebut.Untuk pembuktian, insider trading tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa menggunakan pendekatan dan metode ekonomi keuangan. Pembuktian terjadinya insider trading melalui pendekatan dan metode ekonomi keuangan menjadi dasar yang kuat menjerat pelaku-pelaku berdasarkan pasal-pasal insider trading dalam UUPM. Tanpa itu tindak pidana insider trading hanya akan terus terjadi dan hukum hanya ada dalam buku, tanpa mampu melakukan penegakan hukum dan menjerat pelakunya.Ada beberapa hal yang tidak tergolong ke dalam perdangan orang dalam berdasarkan pasal 97 dan 98 UUPM yaitu :a. Apabila setiap pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang dalam dan kemudian memperolehnya tanpa melawan hukum, sepanjang informasi tersebut disediakan oleh Emiten atau Perusahaan Publik tanpa pembatasan.b. Perusahaan Efek yang memiliki informasi orang dalam mengenai Emiten atau Perusahaan Publik melakukan transaksi Efek Emiten atau Perusahaan Publik bukan atas tanggungannya sendiri, tetapi atas perintah nasabahnya.c. Perusahaan Efek tersebut tidak memberikan rekomendasi kepada nasabahnya mengenai Efek yang bersangkutan.Sanksi Hukum Terhadap Insider TradingInsider trading ini berbeda dengan kejahatan pasar modal lain yang umumnya menyangkut perbuatan-perbuatan yang secara umum memang dilarang, yaitu perbuatan yang berkaitan dengan pemberian informasi yang palsu, menyesatkan, tidak benar atau perbuatan yang berupa penipuan dan penggelapan, atau penyiaran informasi palsu atau menyesatkan tentang efek perusahaan emiten. Untuk dapat dikategorikan ke dalam perbuatan insider trading maka harus terdapat unsur-unsur sebagai berikut :a. Pelaku harus menyadari adanya suatu informasi tertentub. Informasi tersebut tidak tersedia untuk publikc. Investor yang rasional mengharapkan jika informasi dirilis ke publik, akan membawa dampak material terhadap harga atau nilai efek suatu perusahaan tersebut; dand. Pelaku harus mengetahui, atau patut diduga mengetahui, bahwa informasi tersebut bersifat material dan tidak bersedia untuk publik (informasi non-publik). Jika semua unsur-unsur tersebut dipenuhi maka seseorang yang memiliki informasi tersebut tidak dibolehkan melakukan perdagangan efek perusahaan sebelum informasi disampaikan kepada publik. Hal ini sesuai dengan ketentuan disclosure or abstain from trading yang disebutkan di atas. Selain dilarang melakukan perdagangan atau memberikan informasi tersebut kepada orang lain yang patut diduganya akan melakukan perdangan.Dilarangnya perdagangan oleh orang dalam ini sangat berkaitan dengan adanya ketentuan yang mengatur tentang keterbukaan informasi yang harus diumumkan kepada publik, sebagaimana diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-22/PM/1991. Keputusan Ketua Bapepam ini mewajibkan setiap perusahaan publik untuk menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kerja kedua setelah Keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, keterangan penting dan relevan yang mungkin dapat mempergunakan nilai efek perusahaan atau keputusan investasi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Dalam hal ini perlu juga ditekankan disini bahwa perdagangan oleh orang dalam ini tidak saja mengakibatkan terjadinya suatu tindak pidana tetapi juga merupakan suatu perbuatan melawan hukum menurut ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata. Hal ini karena perdagangan oleh orang dalam itu dapat merugikan investor lain dan karenanya investor yang dirugikan berhak mendaoatkan penggantian apabila dapat membuktikannya. Oleh karena itu menurut ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata maka tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbutkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.Terkait dengan diaturnya Insider Trading atau Perdagangan orang dalam sebagai suatu tindak pidana, maka hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari adanya proses penyelidikan atas tindak pidana yang terjadi. Dalam Undang-Undang No 8 tahun 1995, proses penyidikan terhadap tindak pidana di bidang pasar modal, termasuk tindak pidana Insider Trading atau perdagangan oleh orang dalam, diatur dalam bab XIII.Bedasarkan pasal 101 ayat (2), maka proses penyidikan terhadap pelanggaran termasuk terhadap tindak pidana pasar modal dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Badan Pengawasan Penanaman Modal (Bapepam). Dimana disebutkan bahwa Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Bapepam diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Pasar Modal berdasarkan ketentuan dalam Kitab Undang-Undang penyidikan tindak pidana. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan sebagaimana tersebut, Bapepam dapat meminta bantuan aparat penegak hukum lain. (pasal 101 ayat 6).Dalam pelaksanaannya, ternyata proses penyidikan terhadap tindak pidana Insider Trading atau perdagangan oleh orang dalam ini sangat sulit dilaksanakan terlebih dalam proses pembuktiannya. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) belum pernah bisa membuktikan adanya insider trading atas sebuah kasus yang dilaporkan pihak-pihak lain berkaitan dengan dugaan insider trading.Perkembangan ilmu dan teknologi juga tak dapat dipisahkan dari berkembanganya Insider Trading. Pengaruh ilmu dan teknologi sangat besar dirasakan dalam dunia pasar modal. Ilmu dan teknologi dapat mempermudah terjadinya Insider Trading dan memperbesar kemungkinan mengubah cara dan perspektif orang dalam melakukan suatu tindakan tertentu. Misalnya dengan pemanfaatan internet, teknologi komunikasi (handphone dan segala fasilitasnya) akan sangat memberi peluang bagi mengalirnya informasi dari orang dalam yang digunakan untuk melakukan suatu transaksi pasar modal yang melanggar ketentuan. Di sisi lain, kecanggihan ilmu dan teknologi tersebut menjadi kendala terbesar bagi keberhasilan pembuktian adanyan Insider Trading dalam Proses penyidikan tindak pidana pasar modal.Namun demikian, hendaklah hal ini tidak dipandang sebagai suatu hambatan atau kendala yang tak terpecahkan. Sebaiknya justru dipandang sebagai suatu tantangan yang harus dapat diatasi secara bersama dan komprehensif, antara pihak-pihak yang terkait , baik para pelaku pasar modal, pihak pengawas (BAPEPAM dan BAPPEBTI) serta pihak Kepolisian. Perlu adanya langkah nyata dan segera, misalnya adanya kepastian dan batasan atau landasan yang jelas dan pasti tentang karakteristik pemanfaatan ilmu dan teknologi dalam penyelenggaraan transaksi pasar modal, dan kerangka penyelidikan tindak pidana pasar modal yang tegas, jelas dan efektif guna mengatasi semakin marak dan berkembangnya Insider Trading sebagai salah satu tindak pidana di bidang pasar modal.

V. Peran akuntan professional dalam memfasilitasi perlakuan setara terhadap pemegang saham.Pemegang saham sebaga pemilik modal, memiliki hak dan tanggung jawab atas perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan. Dalam melaksanakan hak dan tanggung jawabnya, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:1. Pemegang saham harus menyadari bahwa dalam melaksanakan hak dan tanggung jawabnya harus memperhatikan juga kelangsungan hidup perusahaan.2. Perusahaan harus menjamin dapat terpenuhinya hak dan tanggung jawab pemegang saham atas dasar asas kewajaran dan kesetaraan (fairness) sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.Pedoman pokok pelaksanaan 1. Hak dan tanggung jawab pemegang saham1.1 Hak pemegang saham harus dilindungi dan dapat dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan dan anggaran perusahaan. Hak pemegang saham tersebut pada dasarnya meliputi:a. Hak untuk menghadiri, menyampaikan pendapatan dan memberikan suara dalam RUPS berdasarkan ketentuan satu saham memberi hak kepada pemegangnya untuk mengeluarkan satu suara;b. Hak untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu, benar dan teratur, kecuali hak-hak yang bersifat rahasia, sehingga memungkinkan pemegang saham membuat keputusan mengenai investasinya dalam perusahaan berdasarkan informasi yang akurat;c. Hak untuk menerima bagian dari keuntungan perusahaan yang diperuntukkan bagi pemegang saham dalam bentuk dividend an pembagian keuntungan lainnya, sebanding dengan jumlah saham yang dimiliknya;d. Hak untuk memperoleh penjelasan lengkap dan informasi yang akurat mengenai prosedur yang harus dipenuhi berkenaan dengan penyelenggaraan RUPS agar pemegang saham dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, termasuk mengenai hal-hal yang mempengaruhi eksistensi perusahaan dan hak pemegang saham;e. Dalam hal terdapat lebih dari satu jenis dan klasifikasi saham dalam perusahaan, maka: (i) setiap pemegang saham berhak mengeluarkan suara sesuai jenis, klasifikasi dan jumlah saham yang dimilki; dan (ii) setiap pemegang saham berhak untuk diperlakukan setara berdasarkan jenis dan klasifikasi saham yang dimilikinya;

1.2 Pemegang saham harus menyadari tanggung jawabnya sebagai pemilik modal denan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan. Tanggung jawab pemegang saham tersebut pada dasarnya meliputi:a. Pemegang saham pengendali harus dapat : (i) memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas dan pemangku kepentingan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan (ii) mengunkapkan kepada instansi penegak hukum tentang pemegang saham pengendali yang sebenarnya (ultimate shareholders) dalam hal terdapat dugaan terjadinya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan, atau dalam hal diminta oleh otoritas terkait;b. Pemegang saham minoritas bertanggungjawab untuk menggunakan haknya dengan baik sesuai dengan peraturan prundang-undangan dan anggaran dasar;c. Pemegang saham harus dapat: (i) memisahkan kepemilikan harta perusahaan dengan kepemilikan harta pribadi; dan (ii) memisahkan fungsinya sebaai pemegang saham dengan fungsnya sebagai anggota Dewan Komisaris atau Direksi dalam hal pemegang saham menjabat pada salah satu dari kedua organ tersebut;d. Dalam hal pemegang saham menjadi pemegang saham pengendali pada beberapa perusahaan, perlu diupayakan agar akuntabilitas dan hubungan antar-perusahaan dapat dilakukan secara jelas.

2. Tanggung jawab perusahaan terhadap hak dan kewajiban pemegang saham.2.1 perusahaan harus melindungi hak pemegang saham sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.2.2 Perusahaan harus menyelenggarakan daftar pemegang saham secara tertib sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar.2.3 Perusahaan harus menyediakan informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu, benar dan teratur bagi pemegang saham, kecuali hal-hal yang bersifat rahasia.2.4 Perusahaan tidak boleh memihak pada pemegang saham tertentu dengan memberikan informasi yang tidak diungkapkan kepada pemegang saham lainnya. Informasi harus diberikan kepada semua pemegang saham tanpa menghiraukan jenis dan klasifikasi saham yang dimilkinya.2.5 Perusahaan harus dapat memberikan penjelasan lengkap dan informasi yang akurat mengenai penyelenggaraan RUPS.

Laporan keuangan merupakan informasi yang menjadi dasar dalam pengambilan suatu keputusan termasuk dalam pemenuhan hak dan kewajiban perusahaan kepada para pemegang saham. Perusahaan memerlukan peran akuntan professional untuk memfasilitasi perlakuan setara terhadap pemegang saham dengan cara menerbitkan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi yang belaku dan untuk memastikan kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan lain yang terkait. Seorang akuntan professional dalam melaksanakan tanggung jawabnya harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya serta senantiasa menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Selain itu, untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

VI. Kasus PT. Sumalindo Lestari, TbkMajelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan akhirnya memutus tidak menerima gugatan perdata pemegang saham publik Deddy Hartawan Jamin terhadap kelompok pemegang saham mayoritas PT Sumalindo Lestari Jaya (SULI), Kamis (5/12). Majelis yang diketuai Soehartono menyatakan tidak dapat menerima gugatan penggugat atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan manajemen PT Suli dalam penjualan saham PT Suli kepada Pabrik Tjiwi Kimia.Majelis hakim beralasan gugatan penggugat tidak jelas. Selain itu hakim juga berpandangan penggugat Deddy Hartawan Jamin tidak memiliki korelasi yang jelas terhadap obyek gugatan.Kasus perdata yang melibatkan pemilik saham minoritas dan mayoritas PT SULI berawal ketika pemegang saham publik Deddy Hartawan Jamin mengajukan gugatan perdata terhadap direksi PT Sumalindo Lestari Jaya (SULI) sebagai tergugat pertama. Serta 11 tergugat lainnya selaku pemegang saham mayoritas yaitu Amir Sunarko, David, Lee Yuen Chak, Ambran Sunarko, Setiawan Herliantosaputro, Kadaryanto, Harbrinderjit Singh Dillon, Husni Heron, Sumber Graha Sejahtera, Kantor Jasa Penilai Publik Benny, Desmar dan Rekan. Para pemegang saham mayoritas tersebut berasal dari sejumlah kelompok bisnis, seperti dari kelompok usaha Putra Sampoerna dan kelompok usaha Sumber Graha Sejahtera (SGS) dengan induk PT Samko Timber LTD Singapore dan kelompok usaha Hasan Sunarko.Gugatan dilakukan pemilik saham minoritas itu karena ia merasa dirugikan dan dipermainkan oleh manajemen dan pemegang saham mayoritas SULI. Manajemen PT SULI yang bergerak di bidang industri perkayuan terpadu dan hutan tanaman industri itu dinilai telah melakukan perbuatan melawan hukum dengan melakukan kesalahan prosedur dalam penjualan saham Suli kepada Pabrik Tjiwi Kimia.Mereka dinilai salah prosedur dalam penjualan/pengalihan surat utang tanpa bunga atau zero coupon bond kepada Marshall Enterprise (MEL), tanpa melalui prosedur hukum yang benar sehingga mengakibatkan kerugian bagi penggugat.Selain itu, tergugat juga dianggap melakukan kesalahan prosedur dalam mengajukan permohonan persetujuan pengalihan saham kepada Menteri Kehutanan tanpa didahului persetujuan RUPS Sumalindo. Permohonan tersebut juga diduga berdasarkan dokumen palsu yang mengakibatkan kerugian bagi Deddy Hartawan Jamin sebagai penggugat.Deddy juga menganggap ada perbuatan melawan hukum para tergugat dalam pengelolaan perseroan tanpa melalui tata kelola perusahaan yang baik dan benar. Sebab terjadi ketertutupan informasi oleh pihak direksi dan manajemen Sumalindo terhadap transaksi afiliasi berupa inbreng aset tergugat pada PT Sumalindo Alam Lestari anak perusahaan SULI.Tindakan para tergugat ini dinilai memenuhi syarat-syarat suatu perbuatan melawan hukum seperti melanggar hak subjektif orang lain, bertentangan dengan kewajiban hukum, dan azas kepatutan. Akibatnya, Deddy Hartawan Jamin sebagai penggugat mengalami kerugian berupa materi maupun immateriil dan menuntut agar PT Sumalindo Lestari Jaya melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk mengganti seluruh Dewan Direksi dan Dewan Komisaris untuk menghindari kerugian terhadap perseroan.Sebelumnya penggugat menuntut ganti rugi kepada tergugat, baik materiil maupun immateriil, senilai Rp 18,7 triliun. Namun ganti rugi itu disebutkan penggugat jika dikabulkan akan dikembalikan kepada PT Sumalindo untuk memperbaiki manajemen dan kinerja perusahaan.Pengacara penggugat, Wahyu Hargono, mengaku kecewa dengan putusan hakim tersebut. Alasan hakim yang menyebutkan tidak ada korelasi dengan tuntutan tidak benar. Padahal jelas itu dikatakan ada dalam juriprudensi. "Dengan kasus ini, pemilik saham minoritas masih kalah dengan hegemoni pemegang saham mayoritas dan komisaris serta direksi. Ini akan jadi preseden buruk ke depan," kata Wahyu kepada Gresnews.com, usai menghadiri sidang, Kamis (5/12) .Wahyu mengaku masih akan mempelajari putusan tersebut sebelum mengambil langkah hukum lainnya, terkait gugatan kliennya. "Kita menghormati keputusan hakim. Langkah selanjutnya masih akan pikir-pikir apa akan banding atau tidak," kata Wahyu.Sementara pengacara Tergugat Romulo Silaen mengatakan dengan putusan tersebut artinya eksepsi tergugat diterima. "Gugatan penggugat dinilai tidak jelas sehingga tidak dapat diterima," katanya kepada Gresnews.com. Jadi kasus tersebut kandas dari sisi formalitas, belum sampai pada pokok perkara. (sumber : JAKARTA, GRESNEWS.COM -)

VII. Analisis Kasis PT. Sumalindo terhadap prinsip perlakuan setara terhadap pemegang sahamNo.Detail PrinsipFakta di PT. Sumalindo

1.Kesamaan hak untuk saham dengan kelas yang sama.Ada perbedaan hak antara pemegang saham mayoritas dan minoritas. adanya informasi yang tidak didapat oleh pemegang saham minoritas terhadap penjualan saham PT. Sumalindo Lestari, Tbk kepada pabrik Tjiwi Kimia.

2.Persetujuan dan pengungkapan hak untuk saham dengan kelas yang berbeda.Fakta yang telah ungkapkan di poin pertama mengakibatkan persetujuan dan pengungkapan hak untuk pemgang saham minoritas tidak dapat dipenuhi. Seandainya PT. Sumalindo Lestari, Tbk melakukan syarat transparansi kepada semua anggota, PT. Sumalindo Lestari, Tbk tidak mungkin mendapat masalah sampai ke jalur hokum. Karena sewaktu rapat anggota yan tidak setuju dengan putusan, pasti akan menolak atau menyanggah putusan tersebut. Tetapi karena adanya informasi yang tidak sampai ke pemegang saham minoritas, maka gugatan terhadap PT. Sumalindo Lestari, Tbk terkuak.

3.Transaksi dengan pihak yang berelasi mengandung benturan kepentingan Dalam hal ini PT. Sumalindo Lestari, Tbk salah dalam melakukan prosedur penjualan surat utang kepada pabrik Tjiwi Kimia (surat hutang dengan tingkat bunga nol persen). Adanya kesalahan prosedur ini diduga adanya benturan kepemtingan antar pihak pembeli (pabrik Tjiwi Kimia) dan penjual (PT. Sumalindo Lestari, Tbk). PT. Sumalindo Lestari, Tbk juga memalsukan dokumen persetujuan pengalihan saham kepada mentri kehutanan tanpa didahului RUPS PT. Sumalindo Lestari, Tbk.

4.Peran akuntan professional dalam memfasilitasi perlakuan setara terhadap pemegang saham.Dalam kasus ini tidak secara tertulis adanya peran akuntan yan ambil andil dalam perkara ini. Tetapi seharusnya akuntan di dalam persahaan PT. Sumalindo Lestari, Tbk mengetahui lebih dahulu terhadap masalah adanya ketidaksetaraan antar kelas pemegang saham mayoritas dan minoritas.

BAB IIIKESIMPULANPT. Sumalindo Lestari, Tbk belum menerapkan prinsip good corporate governance dengan baik. Mengingat ada beberapa prinsip yang dilanggar disini yaitu :1. Adanya informasi yang tidak diketahui pemegang saham minortas.2. Adanya benturan kepentingan ketika adanya transaksi dengan pabrik Tjiwi Kimia; prosedur penjualan saham.3. Adanya pemalsuan dokumen pengalihan saham kepada mentri kehutanan tanpa didahului persetujuan RUPS.4. Adanya ketertutupan terhadap informasi dari pihak manajemen kepada pemegang saham.Fakta-fakta tersebut di atas menjadi bukti bahwa PT. Sumalindo Lestari, Tbk belum meneapkan prinsip good corporate governanance. Saran dari penulis, PT. Sumalindo Lestari, Tbk harus mengkaji ulang tetang perhatian terhadap kesamaan hak antar pemegang saham dan menghindari adanya benturan kepentingan transaksi dengan pihak luar. Peran akuntan professional menjadi penting, agar dapat menjadi gerbang penyaringan PT. Sumalindo Lestari, Tbk apakah sudah sesuai dengan prosedur dan undang-undang yang berlaku atau belum. (full disclosure).

DAFTAR PUSTAKA1. www.bapepam.go.id/.../Studi-Penerapan-OECD.pdf2. http://riscawidya.blogspot.com/2011/05/penerapan-prinsip-prinsip-good.html3. knkg-indonesia.com/home/