makalah 2

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bertahun-tahun lamanya, dunia pendidikan kita terpasung di atas tungku kekuasaan rezim Orde Baru yang serba represif dan otoriter. Pendidikan tidak diarahkan untuk “memanusiakan manusia” secara utuh dan paripurna, tetapi lebih diorientasikan untuk mempertahankan kepentingan kekuasaan semata. Dengan dalih mengejar pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa, nilai-nilai akhlak, budi perkerti, dan kemanusiaan terabaikan. Pendidikan karakter yang notabene bisa dioptimalkan sebagai media yang strategis untuk mengembangkan, menyuburkan, dan mengakarkan nilai-nilai keluhuran budi dan kemanusiaanjustru dikebiri dan disingkirkan melalui proses pendidikan yang serba indoktrinatif dan instruksional. Selama mengikuti proses pendidikan, anak-anak bangsa di negeri ini hanya sekadar menjadi objek dan “tong sampah” ilmu pengetahuan yang serba pendiam dan penurut. Mereka kehilangan daya kreatif dan sikap kritis, sehingga gagal memahami dan memiliki sikap empati terhadap persoalan-persoalan kebangsaan. Akibat pasungan atmosfer dunia pendidikan yang serba indoktrinatif dan instruksional, para keluaran

description

MAKALAH

Transcript of makalah 2

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahBertahun-tahun lamanya,dunia pendidikankita terpasung di atas tungku kekuasaanrezim Orde Baru yang serba represif dan otoriter. Pendidikan tidak diarahkan untuk memanusiakan manusia secara utuh dan paripurna, tetapi lebih diorientasikan untuk mempertahankan kepentingankekuasaansemata. Dengan dalih mengejar pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa, nilai-nilai akhlak, budi perkerti, dankemanusiaanterabaikan.Pendidikan karakteryang notabene bisa dioptimalkan sebagaimediayang strategis untuk mengembangkan, menyuburkan, dan mengakarkan nilai-nilaikeluhuran budidankemanusiaanjustru dikebiri dan disingkirkan melalui proses pendidikan yang serba indoktrinatif dan instruksional. Selama mengikuti proses pendidikan, anak-anak bangsa di negeri ini hanya sekadar menjadi objek dan tong sampah ilmu pengetahuan yang serba pendiam dan penurut. Mereka kehilangan daya kreatif dan sikap kritis, sehingga gagal memahami dan memiliki sikapempatiterhadap persoalan-persoalan kebangsaan.Akibat pasungan atmosferdunia pendidikanyang serba indoktrinatif dan instruksional, para keluaran pendidikan memang menjadi sosok yang cerdas, tetapi kebal nuraninya;hipokritdan mau menang sendiri. Nilai-nilaimoral,budaya, dankeluhuran budi yang seharusnya mengakar dan membumi dalam ranah pendidikan kita, disadari atau tidak, telah terbonsai dan tenggelam dalam hiruk-pikuk peradaban yang cenderung menghamba pada kekuatankonsumtivisme,materialisme, danhedonisme. Prosespenghambaan pada nilai-nilai pragmatis yang secara diametral kurang sinergis dengan nilai-nilai luhur baku telah melahirkan generasi masa depan yang mengalami split personality; sebuah kepribadianterbelah yang menggambarkan situasi ambivalen dan gamang dalam menentukan perilaku dan pranata hidup yang sesuai dengan kesejatian dirinya. Anak-anak yang tengah gencar memburu ilmu di bangku pendidikan masih memiliki keyakinan terhadap keagungan dan kemuliaan nilai-nilaibudaya,moral, danbudi pekerti, tetapi keyakinan mereka tidak diperkukuh oleh situasisosialyang sehat dan kondusif.Para mahasiswa memiliki keyakinan bahwa kekerasanbukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah seperti apa yang mereka dapatkan di bangku persekolahan ataupun kuliah. Namun, kenyataansosialmenunjukkan secara riil bahwakekerasantelah menjadibudaya massal dan masif sebagaimana yang mereka lihat dalamkehidupansehari-hari, baik yang mereka alami sendiri maupun yang mereka saksikan melalui tayangan TV. Jika kondisi split personality semacam itu tidak segera teratasi, maka anak-anak masa depan negeri ini cenderung akan memilih jalan praktis yang bisa dijadikan sebagai modus untuk menyalurkan naluri agresivitas mereka. Tak ayal lagi,kekerasanpun benar-benar akan menjadibudayabaru di kalangan remaja-pelajarkita setiap kali dihadapkan pada situasi krusial dan masalah yang rumit sekaligus kompleks.Budayakekerasan baru yang mereka bangun akan terus terekam dalam memori dankepribadianmereka dan akan terbawa hingga kelak mereka dewasa.Sungguh, situasi yang kurang kondusif seperti itu jelas akan berdampak pada desain peradaban bangsa jangka panjang.Budayakekerasan,korupsi, manipulasi, vandalisme, dan berbagai bentuk perilaku anomalisosiallainnya cenderung akan menjadi wabah yang membadai dalamkehidupansehari-hari. Oleh karena itu, harus ada upaya serius untuk memutus mata rantaibudayakekerasandan perilaku anomalisosiallainnya agar tidak terus-menerus mewaris dari generasi ke generasi. Dalam konteks demikian, sungguh tepat apabiladunia pendidikanyang diyakini sebagai kawah candradimuka peradaban didesain ulang agarpendidikan karakterbenar-benar menjadi entry point yang akan membawa peradaban bangsa menjadi lebih terhormat, bermartabat, dan berbudaya.

B. Rumusan Masalah1. Apakah pendidikan karakter itu?2. Mengapa mahasiswa memerlukan pendidikan karakter?3. Adakah relevansi sastra dengan pendidikan karakter?4. Bagaimana cara membangun karakter mahasiswa melalui apresiasi karya sastra berupa puisi?5. Karakter apa saja yang dapat dibentuk melalui apresiasi puisi?

C. Tujuan Penulisan1. Mengetahui makna pendidikan karakter.2. Dapat mengetahui arti penting pendidikan karakter bagi mahasiswa.3. Mengetahui hubungan sastra dengan pendidikan karakter4. Mengetahui cara membentuk karakter mahasiswa melalui apresiasi puisi.5. Mengetahui karakter yang dapat dibentuk melalui apresiasi puisi.

D. Manfaat Penulisan1. Bagi mahasiswaa. Mengerti akan pentingnya pendidikan karakterb. Menghargai bentuk karya sastra berupa puisic. Menambah minat untuk mempelajari karya sastra berupa puisi.2. Bagi instansi ( perguruan tinggi)a. Sebagai bahan acuan dalam upaya meningkatkan pendidikan karakter bagi mahasiswa.b. Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya untuk mengurangi karakter yang buruk pada mahasiswa.3. Bagi pembacaa. Mengerti pentingnya pendidikan karakterb. Menambah minat untuk mempelajari dan melestarikan karya sastra

BAB IIPEMBAHASAN

Di dalam bab ini penulis akan mencoba menjawab permasalahan-permasalahan yang ada pada uraian sebelumnya. Pembahasan penulis disini tentunya merupakan pembahasan yang sangat singkat dan sekilas saja. Namun demikian penulis berharap semoga dengan pembahasan singkat ini selanjutnya kita akan melanjutkan pembahasan serupa dengan lebih tuntas dan mendetail. Pembahasan berikut ini hanya berkisar pada usaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang pengertian pendidikan karakter, arti penting pendidikan karakter bagi mahasiswa, relevansi antara sastra dan drama, cara membangun karakter mahasiswa melalui apresiasi karya sastra berupa puisi dan karakter apa saja yang bisa di bentuk melalui apresiasi puisi ini.

a. Pengertian pendidikan karakterKata karakter berasal dari bahasa Yunani to mark yang berarti menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Kata pendidikan berasal dari bahasa Latin Pedagogi, yaitu dari kata paid artinya anak dan agogos artinya membimbing. Jadi, istilah pedagogi dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar anak. Oleh karena itu, pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagaithe deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development.

Pengertian karakter menurut pusat bahasa Depdiknas adalah bawaan ,Hati , jiwa , kepribadian ,budi pekerti , perilaku ,personalitas,sifat, tabiat, tempramen ,watak Adapun berkarakter adalah Berkepribadian , berperilaku,bersifat , bermartabat, dan berwatak Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak yang bertujuan untuk membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

b. Arti Penting Pendidikan Karakter Bagi MahasiswaPendidikan karakter sangat baik diterapkan, terutama bagi seorang mahasiswa. Dengan adanya pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang mahasiswa akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan seorang mahasiswa dalam menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Selain itu, pendidikan karakteradalah kunci keberhasilan individu.Karakter tersebut diharapkan menjadi kepribadian utuh yang mencerminkan keselarasan dan keharmonisan dari olah HATI (kejujuran dan rasa tanggung jawab), PIKIR (kecerdasan), RAGA (kesehatan dan kebersihan), serta RASA (kepedulian) dan KARSA (keahlian dan kreativitas).Pendidikan karakter sebenarnya sangat mendasar, bukan hanya mahasiswa saja yang harus menerima pendidikan karakter, di rumah, di sekolah dasar, dan di lingkungan di mana kita tinggal tanpa sadar kita sudah menerima pendidikan yang pada nantinya dapat membentuk karakter pada diri kita.Jadi bagi mahasiswa, sangat penting untuk mendapatkan pendidikan karakter, hal ini bertujuan untuk memperkuat akhlak dan sifat terpuji bagi peserta didik (dalam hal ini mahasiswa). Karena kepandaian di bidang pendidikan saja belum cukup tanpa bekal moral dan karakter yang kuat. Agar saat mahasiswa terjun di masyarakat nanti tidak terjadi penyalahgunaan ilmu yang di pelajari selama sekolah.Seperti kita lihat sekarang ini, dimana orang-orang pandai malah menyalahgunakan kepandaiannya untuk melakukan tindak pidana seperti korupsi atau menjadi teroris. Kalau saja mereka memiliki karakter dan budi pekerti yang kuat, tentu hal itu tidak akan terjadi. Jadi untuk alasan kebaikanlah maka perlu di tekankanpentingnya pendidikan karakter bagi mahasiswa. Selain itu juga karena mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang menjadi tumpuan dan harapan bangsa untuk mengisi kemerdekaan selanjutnya. Jadi mahasiswa harus memiliki karakter yang baik. Maka dari itu pendidikan karakter sangat penting bagi para mahasiswa.c. Relevansi sastra dan pendidikan karakterSastra secara etimologis berasal dari kata sas dan tra. Akar kata sas- berarti mendidik, mengajar, memberikan instruksi, sedangkan akhiran tra menunjuk pada alat. Jadi, sastra secara etimologis berarti alat untuk mendidik, alat untuk mengajar, dan alat untuk memberi petunjuk. Oleh karena itu, sastra pada masa lampau bersifat edukatif (mendidik).Banyak hal yang dapat diperoleh dari sastra. Tjokrowinoto (Haryadi, 1994) memperkenalkan istilah pancaguna untuk menjelaskan manfaat sastra lama, yaitu (1) mempertebal pendidikan agama dan budi pekerti, (2) meningkatkan rasa cinta tanah air, (3) memahami pengorbanan pahlawan bangsa, (4) menambah pengetahuan sejarah, (5) mawan diri dan menghibur.

Haryadi (1994) mengemukakan sembilan manfaat yang dapat diambil dari sastra lama, yaitu 1. dapat perperan sebagai hiburan dan media pendidikan, 2. isinya dapat menumbuhkan kecintaan, kebanggaan berbangsa dan hormat pada leluhur, 3. isinya dapat memperluas wawasan tentang kepercayaan, adat-istiadat, dan peradaban bangsa, 4. pergelarannya dapat menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan, 5. proses penciptaannya menumbuhkan jiwa kreatif, responsif, dan dinamis, 6. sumber inspirasi bagi penciptaan bentuk seni yang lain, 7. proses penciptaannya merupakan contoh tentang cara kerja yang tekun, profesional, dan rendah hati, 8. pergelarannya memberikan teladan kerja sama yang kompak dan harmonis, 9. pengaruh asing yang ada di dalamnya memberi gambaran tentang tata pergaulan dan pandangan hidup yang luas.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa sastra sangat relevan dengan pendidikan karakter. Karya sastra sarat dengan nilai-nilai pendidikan akhlak seperti dikehendaki dalam pendidikan karakter. Cerita rakyat Bawang Putih Bawang Merah mengandung nilai pendidikan tentang kemanusiaan. Cerita binatang Pelanduk Jenaka mengandung pendidikan tentang harga diri, sikap kritis, dan protes sosial. Sementara itu, bentuk puisi seperti pepatah, pantun, dan bidal penuh dengan nilai pendidikan.

d. Peran sastra dalam pembentukan karakter bangsaSastra dapat dilihat dari berbagai aspek. Dari aspek isi, jelas bahwa karya sastra sebagai karya imajinatif tidak lepas dari realitas. Karya sastra merupakan cermin zaman. Berbagai hal yang terjadi pada suatu waktu, baik positif maupun negatif direspon oleh pengarang. Dalam proses penciptaannya, pengarang akan melihat fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat itu secara kritis, kemudian mereka mengungkapkannya dalam bentuk yang imajinatif.Fungsisastraadalahdulce et utile,artinya indah dan bermanfaat. Dari aspek gubahan, sastra disusun dalam bentuk, yang apik dan menarik sehingga membuat orang senang membaca, mendengar, melihat, dan menikmatinya. Sementara itu, dari aspek isi ternyata karya sastra sangat bermanfaat. Di dalamnya terdapat nilai-nilai pendidikan moral yang berguna untuk menanamkan pendidikan karakter.Pembelajaran sastra diarahkan pada tumbuhnya sikap apresiatif terhadap karya sastra, yaitu sikap menghargai karya sastra. Dalam pembelajaran sastra ditanamkan tentang pengetahuan karya sastra (kognitif), ditumbuhkan kecintaan terhadap karya sastra (afektif) , dan dilatih keterampilan menghasilkan karya sastra (psikomotor). Kegiatan apresiatif sastra dilakukan melalui kegiatan 1. reseptif seperti membaca dan mendengarkan karya sastra, menonton pementasan karya sastra, 2. produktif, seperti mengarang, bercerita, dan mementaskan karya sastra, 3. dokumentatif, misalnya mengumpulkan puisi, cerpen, membuat kliping tentang infomasi kegiatan sastra.Pada kegiatanapresiasi sastrapikiran, perasaan, dan kemampuan motorik dilatih dan dikembangkan. Melalui kegiatan semacam itu pikiran menjadi kritis, perasaan menjadi peka dan halus, memampuan motorik terlatih. Semua itu merupakan modal dasar yang sangat berarti dalam pengembangan pendidikan karakter.Ketika seseorang membaca, mendengarkan, atau menonton pikiran dan perasaan diasah. Mereka harus memahami karya karya sastra secara kritis dan komprehensif, menangkap tema dan amanat yang terdapat di dalamnya dan memanfaatkannya. Bersamaan dengan kerja pikiran itu, kepekaan perasaan diasah sehingga condong pada tokoh protogonis dengan karakternya yang baik dan menolak tokoh antagonis yang berkarakter jahat.Ketika seseorang menciptakan karya sastra, pikiran kritisnya dikembangkan, imajinasinya dituntun ke arah yang positif sebab ia sadar karya sastra harus indah dan bermanfaat. Penulis akan menuangkan imajinasinya sesuai dengan kaidah genre sastra yang dipilihnya. Ia akan memilih diksi, menyusun dalam bentuk kalimat, menggunakan gaya bahasa yang tepat, dan sebagainya. Sementara itu, pada benak pengarang terbersit keinginan untuk menyampaikan amanat, menanamkan nilai-nilai moral, baik melalui karakter tokoh, perilaku tokoh, ataupun dialog. Dalam penulisan karya sastra orisinalitas sangat diutamakan. Pengarang berusaha akan berusaha menghindari penjiplakan apalagi plariarisme. Dengan demikian, nilai-nilai kejujuran sangat dihargai dalam karang- mengarang.Dokumentasi sebagai bagian dari kegiatanapresiasi sastrasangat besar sumbangannya terhadap pendidikan karakter. Tidak semua siswa ternyata mampu dan mau mendokumentasikan karyanya dan mengkliping karya orang lain. Pembuatan dokumentasi dan kliping memerlukan ketekuman dan kecermatan. Mereka harus banyak membaca, kemudian memilih bacaan yang pantas didokumentaikan dan dikliping. Pembuat dokumentasi dan kliping pada umumnya adalah manusia-manusia yang berpikir masa depan.e. Cara membentuk karakter melalui apresiasi sastra berupa puisiSalah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengembangkan, menyuburkan, dan mengakarkanpendidikan karakteradalah mengoptimalkanpembelajaranapresiasi sastradibangku kuliah. Melaluipembelajaranapresiasisastrayang optimal, mahasiswa akan dibawa pada situasipembelajaranyang memungkinkan mereka untuk menafsirkan, menilai, menemukan, dan mengkonstruksimateri ajaryang mereka terima sesuai dengan pengalaman belajar yang mereka temukan.Mahasiswa tidak diperlakukan sebagai objek dan tong sampah ilmu pengetahuan yang hanya menerima suapan mentah dan kering dari sangguru/dosen, tetapi benar-benar otonom dan mandiri sebagai subjek didik yang memiliki kebebasan dalam bercurah pikir, berpendapat, berprakarsa, dan berinisiatif, sehingga talenta dan potensi mereka tidak terkebiri dan termarginalkan.Salah satu materipembelajaranapresiasisastrayang penting dan strategis untuk menumbuhkembangkanpendidikan karakteradalah puisi.Melaluipembelajaranapresiasi puisiyang optimal,mahasiswa secara tidak langsung akan mendapatkan nutrisi dan gizi batin yang akan mampu memberikan imbas positif terhadap perkembangan kepribadiandan karakter mereka. Denganpuisi, hati dan perasaan para mahasiswa akan terlibat secara intens dan emosional ke dalam teks puisiyang mereka pelajari, sehingga kepekaan nurani mereka menjadi lebih tersentuh dan terasah. Dengan cara demikian, tanpa melalui pola instruksional danindoktrinasiyang monoton dan membosankan, mahasiswa secara tidak langsung akan belajar mengenal, memahami, dan menghayati berbagai macam nilai kehidupan, untuk selanjutnya mereka aplikasikan dalam ranah kehidupannyata sehari-hari.f. Karakter yang dapat dibentuk melalui apresiasi puisiAda 10 karakter yang bisa dikembangkan melalui pembelajaranapresiasi puisi, di antaranya : 1. cinta Tuhan, 2. bertanggung jawab, mempunyai amanah, berdisiplinan, dan mandiri, 3. bersikap jujur, 4. bersikap hormat dan santun, 5. mempunyai rasa kasih sayang dan peduli; 6. percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah, 7. mempunyai rasa keadilan dan sikap kepemimpinan, dan mampu kerja sama 8. baik, rendah hati, dan mengampuni, 9. mempunyaitoleransidan cinta damai; dan 10. integritas dan konsistensi.

BAB IIIPENUTUPA.KesimpulanDari pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang di rancang dan di laksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan tuhan yang maha esa,diri sendiri ,sesama manusia , lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran ,sikap, perasaan ,perkataan ,perbuatan berdasarkan norma-norma agama , hukum ,tata krama , budaya, dan adat- istiadat.Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengembangkan, menyuburkan, dan mengakarkanpendidikan karakteradalah mengoptimalkanpembelajaranapresiasi sastradibangku kuliah. Melaluipembelajaranapresiasisastrayang optimal, mahasiswa akan dibawa pada situasipembelajaranyang memungkinkan mereka untuk menafsirkan, menilai, menemukan, dan mengkonstruksimateri ajaryang mereka terima sesuai dengan pengalaman belajar yang mereka temukan.Melaluipembelajaranapresiasi puisiyang optimal,mahasiswa secara tidak langsung akan mendapatkan nutrisi dan gizi batin yang akan mampu memberikan imbas positif terhadap perkembangan kepribadiandan karakter mereka. Denganpuisi, hati dan perasaan para mahasiswa akan terlibat secara intens dan emosional ke dalam teks puisiyang mereka pelajari, sehingga kepekaan nurani mereka menjadi lebih tersentuh dan terasah.karakter yang bisa dikembangkan melalui pembelajaranapresiasi puisi, di antaranya : 1. cinta Tuhan, 2. bertanggung jawab, mempunyai amanah, berdisiplinan, dan mandiri, 3. bersikap jujur, 4. bersikap hormat dan santun, 5. mempunyai rasa kasih sayang dan peduli;

B.SaranBerdasarkan kesimpulan di atas, dapat disarankan bahwa :1. Pendidikan karakter sebaiknya harus ditanamkan sejak kecil pada anak agar karakter-karakter baik dapat bertumbuh dalam dirinya.2. Lingkungan sekolah yang positif dapat membantu seorang siswa dalam membangun karakternya. Oleh arena itu, pihak sekolah hendaknya menciptakan lingkungan sekolah yang positif.3. Sebaiknya, guru sebagai orang tua siswa di sekolah dapat menanamkan pendidikan karakter kepada mereka dengan cara memberi teladan dan disiplin tentang pendididkan karakter yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Suyanto. 2009. Urgensi PendidikanKarakter. http:// www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html.Zuchdi, Darmiyati. 2011.PendidikanKarakterdalam Perspektif Teori dan Praktik. Zuhlan, Najib. 2011.Pendidikan BerbasisKarakter. Surabaya: JePe Press Media Utama.