MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan...
-
Upload
oswar-mungkasa -
Category
Documents
-
view
269 -
download
0
Transcript of MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan...
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
1/59
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
2/59
Media Informasi Air Minumdan Penyehatan Lingkungan
Diterbitkan oleh:
Kelompok Kerja Air Minumdan Penyehatan Lingkungan
Penasihat/Pelindung:Direktur Jenderal Cipta Karya
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
Penanggung Jawab:Direktur Permukiman dan Perumahan,
BAPPENASDirektur Penyehatan Air dan Sanitasi,
DEPKESDirektur Pengembangan Air Minum,
Dep. Pekerjaan Umum
Direktur Pengembangan PenyehatanLingkungan Permukiman,
Dep. Pekerjaan UmumDirektur Bina Sumber Daya Alam dan
Teknologi Tepat Guna, DEPDAGRIDirektur Penataan Ruang dan
Lingkungan Hidup, DEPDAGRI
Pemimpin Redaksi:Oswar Mungkasa
Dewan Redaksi:Ismail, Johan Susmono,
Indar Parawansa, Bambang Purwanto
Redaktur Pelaksana:Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,
Rheidda Pramudhy, Joko Wartono,Essy Asiah, Mujiyanto
Desain/Ilustrasi:Rudi Kosasih
Produksi:Machrudin
Sirkulasi/Distribusi:
Agus Syuhada
Alamat Redaksi:Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.
Telp./Faks.: (021) 31904113
http://www.ampl.or.ide-mail: [email protected]
[email protected]@bappenas.go.id
Redaksi menerima kiriman
tulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan
dengan air minum dan penyehatan lingkungan
dan belum pernah dipublikasikan.
Panjang naskah tak dibatasi.
Sertakan identitas diri.
Redaksi berhak mengeditnya.
Silahkan kirim ke alamat di atas.
Dari Redaksi 1
Suara Anda 2
Laporan Utama
Wajah AMPL 2005, Kepedulian Masih Kurang 3
Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga
Setahun Menunggu Pengesahan 4
Potret Pokja AMPL 2005 9
WASPOLA, Dari Prinsip ke Aksi 11
1,66 Juta Jiwa Penduduk Desa Dapatkan AksesAir Bersih Dari WSLIC-2 15
SANIMAS Menuju Program Nasional 18
Wawancara
Direktur Perumahan dan Permukiman, Bappenas
Ir. Basah Hernowo 20
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Dr. I Nyoman Kandun, MPH 22
Wawasan
Setia Melayani Selama Delapan Tahun 26
Hari Monitoring Air Sedunia 28Kisah Sukses
WSLIC-2 Desa Jambearjo, Malang
Sambungan Desa, Manajemen Kota 30
Teropong
Perubahan Perilaku tanpa Subsidi 32
Aturan Adat Tak Mempan 34
Bangun Jamban Melayang 35
Cuma Bikin Lubang Tahi Saja 36
Klinik IATPI
Air Limbah Mandi dan Cuci 37Seputar WASPOLA 38
Seputar AMPL 41
Info Situs 48
Inovasi
Air Rahmat, Ubah Air Bersih Jadi Air Minum 49
Saringan Air Keramik 50
Agenda 51
Pustaka AMPL 52
Glossary 53
Majalah Percik dapat diakses di situs AMPL: http://www.ampl.or.id
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
3/59
Waktu terasa begitu cepat berputar.
Tanpa terasa, kita telah melalui tahun
2005. Sebentar lagi tahun 2006 menya-
pa kita. Biasanya kita selalu menjadikan
masa pergantian tahun ini sebagai saat
evaluasi. Apakah yang sudah kita la-
kukan selama setahun? Lebih banyak
positif ataukah negatifnya. Dan bagi ja-
jaran birokrasi, pertanyaannya sudah
sejauh mana pengabdian yang diberi-
kan kepada negara dan rakyat? Jangan-
jangan selama ini hanya menikmati gaji
tapi tidak memberi nilai tambah bagi
kemajuan rakyat yang telah memba-
yarnya. Tentu kita berharap, para bi-
rokrat dari semua level telah bekerja se-
kuat tenaga mengabdikan dirinya sesuai
sumpah jabatannya.
Pembaca, di akhir tahun ini, Percikpun tak ketinggalan untuk ikut memotret
perjalanan penyelenggaraan air minum
dan penyehatan lingkungan (AMPL) di
Indonesia selama tahun 2005. Tentu
secara garis besar. Maksudnya, agar ini
menjadi bahan pembelajaran. Kita bisa
belajar dari kesuksesan dan kegagalan.
Kesuksesan bisa direplikasikan dan di-
tingkatkan derajat kesuksesannya di ta-
hun 2006. Sedangkan, dengan melihat ke-
gagalan, kita bisa membuat kesuksesan
dan menghindari kesalahan serupa di ta-hun mendatang.
Kalau kita melihat perjalanan sela-
ma tahun 2005 ini dan kita bandingkan
dengan tahun 2004, secara umum tidak
ada perubahan yang berarti. Kondisi
AMPL seperti jalan di tempat. Kasus-
kasus pada tahun 2004 (baca Percik
edisi Desember 2004), seakan berulang
pada tahun ini. Mulai kasus banjir,
penyakit menular, tempat pembuangan
akhir (TPA) sampah, pencemaran, kon-
flik horizontal terkait AMPL dan seba-
gainya muncul lagi. Namun di tengah
wajah suram ini tak bisa dipungkiri ada
setetes harapan. Proyek-proyek yang di-
uji coba tahun 2005 memperlihatkan
hasil yang menggembirakan. Tengok
misalnya SANIMAS, WSLIC 2, dan
CLTS. Pelaksanaan kebijakan nasional
pembangunan AMPL berbasis masyara-
kat di daerah juga memberi harapan.
Hanya saja cakupan proyek dan uji coba
itu terbatas, belum menjangkau seluruhwilayah Indonesia.
Di edisi ini kami menampilkan ber-
bagai keberhasilan beberapa proyek ter-
sebut. Harapannya ini bisa ditiru dan
dikembangkan oleh daerah lain. Tak lu-
pa di tengah kesuksesan itu, kami
tampilkan pula catatan buruknya dan
kendala-kendala yang terjadi di lapang-
an. Ini pembelajaran berharga yang
harus kita terima. Bukankah orang bijak
berkata: kegagalan adalah awal dari se-
buah keberhasilan. Pembelajaran ini
kami ramu dalam berbagai rubrik. Ada
di rubrik teropong, kisah sukses, dan se-
bagian di laporan utama.
Pembaca, perlu kiranya pula kita
mengetahui dari para penentu kebijak-
an AMPL, bagaimana mereka melihat
perjalanan AMPL di tahun ini. Untuk
itu, kami mewawancarai Direktur Peru-
mahan dan Permukiman Bappenas, Di-
rektur Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Depar-temen Kesehatan, serta Ketua CPMU
WSLIC 2. Intinya masih banyak hal
yang harus kita lakukan dalam penye-
lenggaraan AMPL di Indonesia. Apalagi
Indonesia telah menyatakan dirinya si-
ap 'terbebani' target MDGs.
Akhirnya, kami berharap sajian
Percik kali ini bisa mendorong ke arah
perubahan yang lebih baik. Dan kami
juga berharap ada umpan balik dari
Anda, pembaca setiaPercik, demi per-
baikan majalah ini khususnya, dan
penyelenggaraan AMPL di Indonesia
pada umumnya di tahun 2006. Mari
kita songsong 2006 dengan optimisme
dan kepedulian yang lebih terhadap
kondisi rakyat. Jangan sampai kita ber-
gembira di atas penderitaan rakyat. Se-
lamat membaca. Wassalam.
DARI REDAKSI
Percik Desember 2005 1
MengucapkanSelamatTahun Baru
2006
MengucapkanSelamatTahun Baru
2006
FOTO:GUSTOMI/JeLAJAH
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
4/59
Ingin Dapatkan Pustaka
RedaksiPercikyang baik. Pertama
kali saya ingin memperkenalkan diri
terlebih dahulu. Saya lulusan Teknik
Lingkungan ITB angkatan 95, dan
Master of Science dari Technische Uni-
versitaet Hamburg, Harburg--Ger-
many. Saat ini saya sedang melanjutkan
ke program PhD di universitas yang
sama.
Saya sedang mengadakan penelitian
dengan tema sustainability assessment
of sanitation system, terutama untuk
low income urban areas di Indonesia.
Saya sedang mengadakan studi di dae-
rah Rungkut, Surabaya. Tujuan utama
penelitian saya yaitu to propose an
alternative solution for water pollutionproblems by human waste for low
income urban areas in Indonesia. Salah
satu alternatifnya adalah sistem ecosan
(Ecological Sanitation), di mana do-
mestic wastewater dibagi tiga yaitu
tinja atau blackwater, urine atau
yellowwater, dan greywater (dari sela-
in air buangan toilet). Sistem ini sudah
lama dikembangkan di Eropa (jerman,
Austria, Swedia). Profesor pembimbing
saya kebetulan termasuk salah satu pe-
lopornya.Untuk mengimplementasikannya,
saya dan teman saya yang kuliah di tem-
pat yang sama membangun sebuahEco-
san pilot plantdi Pusdakota Ubaya, Su-
rabaya, sebuah NGO yang bergerak di
bidang pemberdayaan masyarakat.
Dari salah seorang teman di Pus-
dakota yang kebetulan mengikuti semi-
nar yang diselenggarakan oleh AMPL
beberapa waktu silam, saya membaca
prosiding seminarnya dan jurnal
Percik vol.4 Tahun I/Juni 2004. Saya
tertarik dengan isinya karena sebagian
besar berkaitan dengan tema penelitian
saya. Sebagian besar data-data yang ada
pada Percik edisi tersebut telah saya
dapatkan dari beberapa sumber dari
internet, akan tetapi ada juga yang
belum saya miliki.
Oleh karena itu, saya ingin bertanya
bagaimana jika saya ingin memiliki
beberapa referensi dari pustakaPercik.
Selain data-data yang disajikan pada
Percik edisi tersebut, ada juga beberapa
VCD (seperti National Action Plan
Bidang Air Limbah, Methodology for
Participatory Approach assessment,
Prosiding Seminar Nasional SANIMAS
di bali 2004), prosiding seminar Nasio-
nal Hari Air Sedunia 2004, data Inven-
tarisasi dan Evaluasi Pelaksanaan Pro-gram Pembangunan Prasarana dan Sa-
rana Dasar Permukiman Perkotaan
1992-2002, dan buku pedoman (Pedo-
man penanggulangan limbah cair dan
tinja) dan lain lain yang saya ingin
membuat copy-nya. Bagaimana cara
terbaik untuk mendapatkannya?
Almy Malisie
Surabaya
Perlu Buku
Saya adalah staf pengajar di Pro-
gram Studi Kesehatan Masyarakat Uni-
versitas Jember. Bagian program kami
memerlukan buku-buku yang berkaitan
dengan Kesehatan Lingkungan, dan ka-
mi telah menerima jurnal yang telah
Anda kirimkan. Kami ingin memper-
oleh buku yang ada dalam website
Anda. Bagaimana caranya?
Rahayu Sri Pujiati, SKM, M.Kes
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember
Jl. Kalimantan I/93 Kampus
Tegal Boto, Jember 68121
Telp. (O331) 322995 Fax. (0331) 337878
Berlangganan
Saya pernah beberapa kali membaca
MajalahPercikyang dibawa dosen sa-
ya. Isi yang ditampilkan cukup menarik
dan relevan dengan apa yang saya pela-
jari saat ini. Bagaimana cara berlang-
ganan majalah ini secara berkala?
Nurul Ichsan
Jln. Banjarsari, Gg. Iwenisari No. 8
Tembalang, Semarang 50275
Buletin dan CD
Bersama ini saya memohon untuk
dapat menerima buletin dan CD gratis
dari AMPL yang akan kami manfaatkan
di perpustakaan Fakultas Ilmu Admi-nistrasi Universitas Brawijaya.
Andy Fefta Wijaya
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya Jl. MT Haryono No 163
Malang - Jawa Timur, Indonesia
Terima kasih kami sampaikan kepada
para pembaca setiaPercik. Untuk dike-
tahui, Percik bisa didapatkan secara
cuma-cuma. Kami akan mengirimkan
kepada Anda yang telah mencantumkan
alamat lengkap. Sedangkan mengenai
pustaka, untuk diketahui bahwa jumlah-
nya sangat terbatas. Oleh karena itu, kami
bisa membantu sejauh pustaka itu ada
dan mencukupi. Kalau tidak, Anda perlu
memperbanyaknya sendiri. Lebih jelas-
nya, silakan anda menghubungi sekretari-
at Pokja AMPL. Terima kasih. (Redaksi)
SUARA ANDA
Percik Desember 2005 2
ILUSTRASI:RUDI KOSASIH
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
5/59
T
ahun 2005 hampir usai. Pem-
bangunan air minum dan pe-
nyehatan lingkungan (AMPL)tampaknya juga berlalu begitu saja.
Belum ada perubahan signifikan di sek-
tor tersebut. Memang bisa dimaklumi,
karena sektor lain tak jauh berbeda alias
jalan di tempat. Mungkin banyak alasan
yang bisa dikemukakan, misalnya pe-
merintahan baru terbentuk, anggaran
terlambat turun, mutasi birokrasi dan
sebagainya.
Diakui atau tidak, sektor ini belum
mendapat perhatian yagn memadai.
Anggaran pemerintah pusat untuk per-
mukiman kurang dari 10 persen. Bisa
dinilai berapa persen dari jatah tersebut
diperuntukkan untuk sektor AMPL-
yang merupakan bagian dari permu-
kiman--, sangat kecil. Padahal, diperki-
rakan pembangunan AMPL perlu dana
Rp 50 trilyun hingga 2015 untuk meme-
nuhi target Millennium Development
Goals (MDGs). Perhatian pemerintah
daerah bahkan lebih menyedihkan. Ber-
dasarkan survei di enam kabupaten,alokasi APBD untuk sektor ini pun ku-
rang dari 10 persen, bahkan ada yang
mendekati nol persen.
Tak heran cakupan pelayanan
AMPL tak beranjak angkanya diban-
dingkan tahun-tahun sebelumnya.
Tingkat pelayanan air bersih perpipaan
di perkotaan mencapai 52 persen dan di
perdesaan 5 persen. Secara keseluruh-
an, sistem pelayanan air limbah, baik
sistem setempat (on site) maupun ter-
pusat (off site) di perkotaan telah men-
jangkau 25,5 persen penduduk di 399kota. Sistem pengelolaan persampahan
di perkotaan melayani 32,1 persen pen-
duduk di 384 kota. Secara nasional
54,56 persen rumah tangga memiliki sa-
luran drainase yang baik, dan 31,98 per-
sen tidak mempunyai saluran drainase
sama sekali.
Akses masyarakat terhadap sarana
dan prasarana AMPL masih rendah, ter-
utama di perdesaan. Umumnya pela-
yanan AMPL terdistribusi secara tidak
merata antardaerah dan wilayah, sertadi banyak daerah distribusinya juga
tidak adil dan merata di antara masya-
rakat yang kaya dan miskin. Tingkat efi-
siensi pemanfaatan kapasitas terpasang
sistem air bersih, baru mencapai 76 per-
sen dari total kapasitas terpasang. Ini
berarti bahwa terdapat 24 persen kapa-
sitas menganggur, yang berarti inefisi-
ensi penggunaan dana untuk pemba-
ngunan prasarana tersebut. Hal ini ter-
utama disebabkan pembangunan di ma-
sa lalu yang lebih mengedepankan pen-
dekatan dari atas (top down) sehingga
kapasitas yang dibangun tak sesuai
kebutuhan.
Proporsi keluarga di perkotaan yang
menggunakan tangki septik dan cubluk
memang cukup besar yakni 80,5 persen
(tanpa memperhatikan kualitasnya),
BPS, 2004. Sebanyak 73,13 persen kelu-
LAPORAN UTAMA
Percik Desember 2005 3
Wajah AMPL 2005
KEPEDULIANMASIH KURANG
-
LUMAJANG
TAKALAR
KUNINGAN
SUBANG
SIKKA
SUMBA TIMUR
2003
0.56
1.15
1.33
3.06
7.91
2004
5.56
0.01
0.97
1.37
0.85
0.1
2005
1.06
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
6/59
arga perkotaan telah memiliki jamban
keluarga dan 16,9 persen menggunakan
jamban bersama dan jamban umum.
Sedangkan untuk di desa, angkanya
berkisar pada 50 persen.
Dalam kondisi yang demikian itu,
lingkungan mengalami degradasi yang
parah. Ini akibat pertambahan pen-
duduk yang cepat, urbanisasi, dan in-
dustrialisasi. Daerah tangkapan air mu-
lai rusak. Pencemaran air terjadi. Aki-
batnya ketersediaan air menjadi ma-
salah yang serius. Dari segi kualitas, di
beberapa daerah aliran sungai kualitas
air terus menurun karena pencemaran
baik yang berasal dari air limbah do-
mestik maupun industri, atau pun usa-
ha lain seperti pertambangan dan peng-
gunaan pestisida. Kondisi pencemaranbadan air oleh berbagai sebab, khusus-
nya air limbah, sudah sangat mempri-
hatinkan. Sekitar 76 persen dari 52 su-
ngai di Jawa, Sumatera, Bali, dan Sula-
wesi tercemar berat oleh cemaran orga-
nik, dan 11 sungai-sungai utama terce-
mar berat oleh unsur amonium.
Ini semua karena ulah manusia yang
tidak mengelola alam secara arif dan bi-
jaksana. Penebangan liar terjadi di ma-
na-mana tanpa ada tindakan tegas. Tak
heran banjir dan tanah longsor terusterjadi, sama seperti tahun sebelumnya.
Korban tewas, luka, dan kerugian harta
benda tak terelakkan.
Pengeboran air dan pembuangan
limbah industri sembarangan, terutama
di kota-kota, tak memperhatikan aspek
kelestarian dan daya dukung lingkung-
an. Sebagai contoh Jakarta, pemanfaat-
an air tanah sudah melampaui 60 per-
sen ambang batas aman (safe yield).
Akibatnya, pada daerah-daerah tertentu
terjadi penurunan permukaan hingga
lebih dari lima meter. Akibat pencemar-
an oleh industri di kawasan Jakarta
Utara, nilai ekonomi air di kawasan itu,
yaitu Kali Cakung Dalam di Rorotan
Marunda, akan terus menurun secara
bertahap. Jika nilai air itu diuangkan
pada tahun 2003 sebesar Rp 1,094 mil-
yar, beberapa tahun kemudian hanya
akan bernilai sekitar Rp 337 juta. Per-
ubahan nilai air itu yang turun selama
periode 2003-2010, mengakibatkan
udang, kepiting, dan kerangan-kerang-
an akan keracunan mercuri air kali. Pa-
da tahun 2010, karena kadar Cd air ta-
nah melebihi baku mutu, air bersih di
kawasan itu tak layak lagi diminum. Se-
lanjutnya pada 2028, air tak bisa lagi
untuk pertanian karena kadar Hg me-lebihi ambang batas (Suara Pembaharu-
an, 18/11/05).
Alam juga makin berat bebannya ka-
rena sampah yang terus bertambah. La-
ju timbulan sampah pertahun diperki-
rakan 1,49 persen. Bagi beberapa dae-
rah yang memiliki lahan, mungkin pada
saat ini tidak menjadi masalah. Tapi di
kota besar, sampah menjadi persoalan
besar. Lihat saja Jakarta, yang saat ini
kebingungan membuang sampahnya
setelah TPST Bojong terus ditentang
pengoperasiannya oleh warga sekitar-
nya, sedangkan TPA Bantar Gebang tak
bisa lagi digunakan. Bandung juga
mengalami hal yang sama setelah musi-
bah longsornya TPA Leuwigajah. Era
otonomi ternyata melahirkan ego dae-
rah, tanpa peduli dengan komunitas
masyarakat dan kepentingan yang lebih
besar. Di satu sisi, kesadaran masyara-
kat untuk melaksanakan 3 R (reuse, re-
duce, recycle) terhadap sampah masih
rendah. Mereka masih tak peduli terha-
dap barang kotor ini. Perilaku masyara-
kat untuk hidup bersih dan sehat masih
perlu ditingkatkan.
Akses masyarakat yang rendah terha-
dap sarana dan prasarana AMPL juga aki-
bat masalah kelembagaan dan penegakanhukum. Lembaga atau instansi yang me-
ngurusi AMPL sendiri belum menun-
jukkan kinerja yang memadai dan profe-
sional. Masalah manajemen, keuangan,
sumber daya manusia, dan kelembagaan
tak kunjung usai. Sementara penegakan
hukum berjalan lemah, kalau tidak mau
dibilang tidak berjalan sama sekali.
Peraturan dan perundang-undangan
hanya tertulis di atas kertas. Perusakan
terhadap lingkungan tak terelakkan.
Kondisi buruk itu berdampak lang-
sung. Aksi sama dengan reaksi, begitu
hukum relativitas. Maka ketika tidak
ada aksi yang signifikan dalam pemba-
ngunan AMPL, reaksi yang diharapkan
pun tak muncul, alias terjadi stagnasi.
Itu masih lebih baik, faktanya kondisi
kesehatan masyarakat-yang merupakan
hasil dari sebuah proses yang terkait
LAPORAN UTAMA
Percik Desember 2005 4
FOTO: MUJIYANTO
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
7/59
langsung dengan asupan AMPL-makin
memburuk. Ini ditandai dengan mun-
culnya berbagai penyakit misalnya po-
lio, demam berdarah, flu burung, diare,
dan cholera. Penyakit yang terakhir ini
terjadi belum lama ini tanpa terpub-
likasi. Secara umum, dari 175 negara di
dunia, Indonesia berada pada peringkat
112 di bidang kesehatan. Menteri Kese-
hatan Fadillah Supari menilai ini pe-
ringkat yang buruk, meskipun tingkat
kesehatan ini lebih baik dibandingkan
sebelumnya.
Kondisi ini ada di
depan mata. Kita tak bisa
menyalahkan ini pada
satu pihak. Semua pihak
harus ikut bertanggung
jawab. Tidak dapat di-pungkiri selama ini ma-
syarakat kurang diberda-
yakan dalam penyeleng-
garaan AMPL sehingga
keberlanjutan sarana dan
prasarana AMPL tak ter-
wujud. Di sisi lain, aparat
pemerintah masih memi-
liki pola pikir proyek dan
menganggap rakyat bo-
doh. Penyakit ketidakber-
dayaan juga menghing-gapi para birokrat se-
hingga bila tidak ada da-
na, tidak ada kerja, dan tidak peduli ter-
hadap kondisi rakyat yang harus dila-
yaninya. Ketidakberdayaan ini menjadi
penyakit kronis yang dihadapi bangsa
ini.
Tantangan
Indonesia telah masuk 'jebakan'
MDGs. Indonesia, dalam hal ini pe-
merintah, merasa harus melaksanakan
kesepakatan yang dihasilkan di Jo-
hannesburg, Afrika Selatan, tahun 2002
itu. Di bidang AMPL, Indonesia harus
bisa mengurangi separuh, pada tahun
2015, dari proporsi penduduk yang
tidak memiliki akses terhadap air
minum dan sanitasi dasar. Asumsinya,
capaian itu akan berpengaruh besar
terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Dari sisi masyarakat, tekad peme-
rintah itu sangat baik. Persoalannya
adalah apakah itu realistis. Terlalu ba-
nyak masalah yang dihadapi oleh negeri
ini. Dalam sistem yang carut marut se-
perti sekarang ini, para pengambil kebi-
jakan-termasuk wakil rakyat-lebih suka
hal-hal nyata yang hasilnya bisa dili-
hat/dirasakan langsung. Ini tentu ber-
beda dengan dampak pembangunan
AMPL yang tidak serta merta terasa
atau efeknya jangka panjang. Dukungan
dana bagi sektor ini pun tak bisa diha-
rapkan, sekali pun dari pihak swasta
mengingat begitu besarnya kebutuhan.
Sementara negara kaya, yang seharus-
nya menyisihkan sebagian dari Produk
Domestik Bruto (PDB)-nya untuk mem-
bantu negara miskin sebesar 0,1 persen,
tak bisa dipegang janjinya.
Muncullah strategi baru pemba-
ngunan, yang disebut pemberdayaan.
Masyarakat selama ini dianggap tidak
berdaya. Karenanya, masyarakat den-
gan keterbatasan yang dimilikinya
didorong untuk mampu membangun
dirinya sendiri. Pemerintah berperan
sebagai fasilitator. Rakyat 'difasilitasi'
untuk bersama pemerintah mencapai
target MDGs dengan kapasitas yang
dimilikinya.
Berdasarkan kajian UNSFIR (2003),
Indonesia baru dapat mencapai pengu-
rangan separuh dari jumlah penduduk
tanpa akses terhadap air minum dan sa-
nitasi dasar pada tahun 2040. Diperki-
rakan ada 24 propinsi yang tidak men-
capai target tersebut pada tahun 2015.
Ada hal paradoks antara target dan
proses. Di satu sisi, pemerintah lebih me-
nekankan pembangunan AMPL itu me-
lalui proses pemberda-
yaan dan itu butuh
waktu yang lebih lama.
Di sisi lain, target
MDGs telah menjadi
'mainstream' yang ha-rus dipenuhi agar
komitmen Indonesia
dapat terpenuhi. Se-
hingga bukan tidak
mungkin pola pikir
proyek yakni 'mengejar
target' kembali akan
berlaku.
Yang pasti , ada
target atau tidak, rak-
yat butuh akses air
minum dan penye-hatan lingkungan
demi kesejahteraan
hidup mereka. Dan ini butuh pena-
nganan dan keseriusan pemerintah se-
bagai pihak yang telah diberi amanah
oleh rakyat untuk mengatur negara. Ini
membutuhkan visi dan misi yang jelas,
yang tidak tergantung pada negara atau
organisasi internasional. Terobosan dan
kreativitas sangat dinantikan oleh rak-
yat. Makanya pemerintahpun harus
berdaya untuk membangun dirinya se-
hingga tidak mudah disetir oleh pihak-
pihak tertentu yang memiliki misi ter-
sembunyi.
Air minum dan lingkungan sehat un-
tuk hidup berkualitas sangat dinantikan
oleh rakyat. Tentu ini bukan sekadar slo-
gan. Kapan bisa diwujudkan? MJ
LAPORAN UTAMA
Percik Desember 2005 5
FOTO: MUJIYANTO
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
8/59
Kebijakan nasional pemba-
ngunan air minum dan penye-
hatan lingkungan (AMPL)
berbasis masyarakat telah dua tahun
dilaksanakan. Kendati belum ke selu-
ruh wilayah, uji coba pelaksanaannya
memunculkan harapan akan penye-
lenggaraan AMPL berbasis masya-
rakat di masa mendatang. Namun, ke-
bijakan ini belum cukup untuk men-jangkau penyelenggaraan AMPL seca-
ra keseluruhan.
Di sisi lain ada tingkat kebutuhan
akan sarana dan prasarana AMPL yang
relatif besar. Dalam kaitan ini mau tidak
mau pengelolaannya akan mengarah
kepada berbasis lembaga. Kebutuhan
yang besar akan memerlukan sumber
daya yang besar pula untuk memenuhi-
nya, baik sumber daya manusia, ke-
uangan, teknologi dan yang lainnya.
Atas dasar itu, pemerintah sedang me-rancang kebijakan nasional pemba-
ngunan AMPL berbasis lembaga.
Secara persiapan, proses penyusun-
annya sudah selesai. Bahkan akhir De-
sember 2004 sebenarnya draftnya ting-
gal merevisi. Tapi hingga akhir tahun
2005 ini, draft tersebut belum juga di-
tandatangani. Banyak kendala di sana.
Ini tentu wajar karena kebijakan ini ter-
kait dengan banyak sektor dan banyak
'kepentingan'. Masih ada hal-hal yang
perlu disinkronisasikan terlebih dahulu.
Yang pasti dengan adanya kebijakan
ini diharapkan ada arahan bagi semua
stakeholder dalam melakukan kegiatan
untuk mencapai tujuan penyelenggara-
an AMPL, yaitu meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan menunjang
pertumbuhan ekonomi sehingga terwu-
judnya kesejahteraan masyarakat. Sa-
sarannya i) peningkatan akses, ii) peng-
gunaan efektif, dan iii) menjamin keber-
lanjutan.
Kebijakan umum pembangunan
sektor AMPL sebagai berikut:
Mengutamakan Masyarakat Miskin
dalam Peningkatan Pelayanan AMPL
Menjaga Keseimbangan Antara Kebu-
tuhan Penyelenggaraan AMPL dan
Daya Dukung Lingkungan
Meningkatkan Keterlibatan Semua
Pihak dalam Penyelenggaraan AMPL
Mengoptimalkan Penerapan Prinsip
Kepengusahaan dan Prinsip Pemulih-
an Biaya dalam Penyelenggaraan
AMPL
Mengefektifkan Penegakan Hukum
Mengembangkan Mekanisme Kerja-
sama Antardaerah dan Antarsektor
dalam Penyelenggaraan AMPL
Kebijakan umum tersebut kemudian
diturunkan dalam kebijakan sektor
yang terdiri atas empat sektor yakni air
minum, air limbah, persampahan, dan
drainase.
Air Minum
Pelayanan air minum saat ini masih
sangat terbatas. Ini terjadi di perkotaan,
khususnya menimpa mereka yang eko-
nominya lemah dan tinggal di daerah
kumuh. Biaya yang dikeluarkan untuk
kebutuhan air terkadang cukup besar
dilihat dari penghasilannya.
Di sisi lain, daya dukung lingkungan
terhadap sumber daya air makin menu-
run. Kendati bisa diperbaharui, keterse-
diaan sumber daya air dibatasi kondisi
geografis dan musim. Ketersediaan air
baku untuk air minum menjadi masalah
LAPORAN UTAMA
Percik Desember 2005 6
Kebijakan Nasional Pembangunan AMPLBerbasis Lembaga
Setahun Menunggu Pengesahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
FOTO: ISTIMEWA
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
9/59
yang dialami oleh sebagian besar penye-
dia jasa. Sementara itu, kebutuhan aka-
n air minum cenderung makin mening-
kat baik yang diakibatkan oleh pertam-
bahan penduduk maupun perubahan
pola hidup.
Sementara PDAM yang diharapkan
mampu melayani masyarakat belum bi-
sa seperti yang diharapkan baik dari sisi
kualitas dan kuantitas air yang ditentu-
kan. Perusahaan itu masih menghadapi
masalah intern baik dari sisi manaje-
men, tarif, dan peraturan perundang-
undangannya. Sedangkan peran swasta
belum tampak.
Atas berbagai kondisi tersebut maka
kebijakan sektor air minum berupa:
Peningkatan kualitas dan cakupan pe-
layanan dari air bersih menjadi airminum secara bertahap
Meningkatkan akses pada sarana dan
prasarana air minum dengan meng-
utamakan masyarakat berpenghasil-
an rendah dan daerah rendah akses
Melibatkan konsumen dalam mendo-
rong peningkatan kualitas pelayanan
Pengendalian konsumsi air minum
melalui instrumen peraturan dan
tarif
Meningkatkan peran pemerintah,
masyarakat, dan dunia usaha dalampenanganan air baku
Menerapkan prinsip kepengusahaan
dan pemulihan biaya dalam pengelo-
laan air minum dengan menjamin ke-
butuhan dasar
Meningkatkan peluang investasi da-
lam penyelenggaraan air minum
Air Limbah
UU Sumber Daya Air pasal 40
mengharuskan adanya keterpaduan
antara air minum dan air limbah.
Namun sampai saat ini masih belum
ada keseragaman konsep dalam hal
penanganan air limbah. Pembangunan
air minum saat ini masih berorientasi
pada pengolahan air baku menjadi air
minum, tetapi tidak memperhatikan
buangan yang dihasilkan dari penggu-
naan air minum yang akan menye-
babkan penambahan beban pence-
maran air baku. Bila hal ini terus
berlanjut akan menyebabkan tingginya
dana yang diperlukan untuk menda-
patkan kualitas air minum yang
memenuhi syarat kesehatan dan pe-
mulihan sumber daya air.
Di samping itu, belum adanya stan-
dar perencanaan tentang sistem pela-
yanan air limbah, baik itu untuk skala
kawasan maupun perkotaan, menye-
babkan sarana air limbah banyak yang
terbangun namun tidak memenuhi sya-
rat aman bagi lingkungan
Pencemaran badan air oleh berbagai
sebab, khususnya air limbah sudah sa-
ngat memprihatinkan. Sebanyak 76,2
persen dari 52 sungai di Jawa, Sumate-
ra, Bali, dan Sulawesi tercemar beratoleh cemaran organik, dan 11 sungai-su-
ngai utama tercemar berat oleh unsur
amonium. Sungai-sungai utama di per-
kotaan umumnya tercemar dengan ra-
ta-rata yang telah melampaui ambang
batas kadar BOD sebanyak 34,48 persen
dan kadar COD sebanyak 51,72 persen.
Sebanyak 32,24 persen sampel air mi-
num perpipaan dan 54,16 persen sam-
pel air minum non perpipaan mengan-
dung bakteri coli.
Diakui atau tidak, masyarakat seba-gai pembuang limbah belum begitu pe-
duli terhadap hal yang dilakukannya.
Kondisi ini semakin diperparah dengan
ketiadaaan/minimnya akses masyara-
kat ke sarana dan prasarana air limbah.
Bagi yang ada pun, kinerja pengelola
dan kedudukannya secara kelembagaan
masih rendah. Kepedulian pemerintah
pun kurang. Ini terlihat dari minimnya
anggaran dan kurangnya peraturan per-
undang-undangan di sektor ini.
Untuk mengatasi berbagai persoal-
an tersebut, kebijakan sektor air limbah
disusun sebagai berikut:
Mendorong keterpaduan antara
pengaturan sektor air minum dan air
limbah
Pengelolaan air limbah dilakukan un-
tuk keperluan konservasi air baku
Meningkatkan akses masyarakat padasarana dan prasarana air limbah yang
memadai
Memprioritaskan penyediaan akses
pada sarana dan prasarana air limbah
untuk masyarakat miskin
Penyelenggaraan air limbah dilaku-
kan oleh lembaga yang ditunjuk seca-
ra khusus
Meningkatkan peran pemerintah,
masyarakat, dan dunia usaha dalam
penyelenggaraan air limbah
Penerapan prinsip pemulihan biayasecara bertahap dalam penyelengga-
LAPORAN UTAMA
Percik Desember 2005 7
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
FOTO: ISTIMEWA
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
10/59
raan Air Limbah
Mengefektifkan Penegakan Hukum
dalam Mencegah Pencemaran Sum-
ber Air
Persampahan
Laju pertumbuhan penduduk Indo-nesia yang mencapai 1,49 persen per ta-
hun membawa konsekuensi logis pe-
ningkatan timbulan sampah perkotaan
(2 - 4 persen per tahun). Laju pertum-
buhan itu juga diikuti perubahan kom-
posisi dan karakteristik sampah karena
pertumbuhan industri dan konsumsi
masyarakat.
Peningkatan jumlah timbulan sam-
pah tidak diikuti dengan ketersediaan
sarana dan prasarana persampahan
yang memadai sehingga sampah yang
tidak tertangani menjadi sumber pence-
maran lingkungan. Kesulitan lain yang
seringkali dihadapi oleh pemerintah
daerah adalah terbatasnya lahan TPA
(Tempat Pembuangan Akhir).
Sektor ini pun mengalami masalah
dalam kelembagaan, peraturan, dan
pembiayaan. Seperti halnya sektor air
limbah, persampahan belum mendapat
prioritas yang memadai. Hanya saja ada
harapan di tingkat masyarakat karena
sebagian masyarakat (individu maupun
kelompok) sebenarnya telah mampu
melakukan sebagian dari sistem penge-
lolaan sampah baik untuk skala indivi-dual maupun skala lingkungan. Kini
tinggal bagaimana mendorong potensi
yang sudah ada tersebut.
Kebijakan sektor persampahan me-
liputi:
Pengurangan sampah semaksimal
mungkin dimulai dari sumbernya
Mengedepankan peran dan partisipa-
si aktif masyarakat sebagai mitra da-
lam pengelolaan sampah
Memperkuat kapasitas lembaga pe-
ngelola persampahan
Pengembangan kemitraan dengan
swasta
Meningkatkan tingkat pelayanan un-
tuk mencapai sasaran nasional se-
cara bertahap
Menerapkan prinsip pemulihan biaya
secara bertahap
Peningkatan efektifitas penegakan Hukum
Drainase
Selama ini belum ada kejelasan apa-
kah sistem drainase di Indonesia hanya
diperuntukkan untuk pemutusan ge-
nangan air hujan atau termasuk untuk
penyaluran air limbah dalam suatu sis-
tem tercampur. Hal ini menyebabkan
masih sering dijumpainya sistem drai-
nase yang juga digunakan untuk penya-
luran air limbah, khususnya gray wa-
ter, walaupun tidak didisain untuk sua-
tu sistem tercampur. Sistem tercampur
yang tidak direncanakan dengan baik
berpotensi menyebabkan pencemaran
badan air di daerah hilir.
Banyak pembangunan sarana drai-
nase, baik yang dilakukan oleh peme-
rintah, swasta ataupun masyarakat yang
tidak mengikuti master plan yang ada,bahkan di beberapa kota tidak memiliki
master plan drainase. Selain itu, perha-
tian terhadap masalah drainase belum
berdasarkan pendekatan program, baru
berdasarkan pendekatan kasuistis dan
pembangunan suatu wilayah seringkali
tidak mengikuti tata ruang yang sesuai
dengan pola aliran dan memperhatikan
kapasitas resapan.
Drainase juga menghadapi kendala
pendanaan, penegakan hukum, dan ke-
lembagaan. Perhatian pemerintah barubesar jika ada akibat.
Menghadapi hal itu, kebijakan sek-
tor ini ditetapkan sebagai berikut:
Menetapkan kewenangan penangan-
an drainase oleh pemerintah, swasta,
dan masyarakat berdasarkan hirarki
sistem drainase
Meningkatkan keterpaduan penanga-
nan drainase untuk mendukung ke-
seimbangan tata air
Memprioritaskan masyarakat miskin
dan daerah padat penduduk dalam
penanganan drainase
Semua kebijakan sektor, baik air mi-
num, air limbah, persampahan, dan drai-
nase kemudian dijabarkan dalam strategi
pelaksanaan secara lebih rinci. Proses so-
sialisasi pun telah dilaksanakan melalui
acara talk show di televisi. Kini yang kita
tunggu tinggal pengesahannya. (MJ)
LAPORAN UTAMA
Percik Desember 2005 8
8.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
FOTO: ISTIMEWA
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
11/59
Kelompok Kerja (Pokja) Air
Minum dan Penyehatan Ling-
kungan (AMPL) pada tahun
2005 memfokuskan kegiatan pada kam-
panye publik, operasionalisasi Kebijak-
an Nasional Pembangunan AMPL Ber-
basis Masyarakat di daerah dan penye-
lesaian Kebijakan Nasional Penyeleng-
garaan AMPL Berbasis Lembaga.
Kampanye publik bertujuan untuk
memberikan pemahaman seluruh sta-
keholder pembangunan sektor AMPL
terhadap prinsip-prinsip kebijakan na-
sional AMPL dan meningkatkan kepe-dulian, dan keterlibatan mereka dalam
pembangunan sektor ini. Beberapa ke-
giatan kampanye publik telah dilaku-
kan adalah penerbitan MajalahPercik,
pengelolaan website, electronic mailing
list dan newsletter AMPL, pencetakan
poster dan leaflet, pameran serta talk-
show di media elektronik. Talkshow
dilakukan bekerja sama dengan dua sta-
siun televisi yaitu TVRI dan Metro TV
membahas Kebijakan Nasional Penye-
lenggaraan AMPL Berbasis Lembaga.Operasionalisasi Kebijakan Nasio-
nal Pembangunan AMPL Berbasis
Masyarakat dilakukan melalui beberapa
kegiatan sebagai berikut:
1. Lokakarya
Lokakarya Kebijakan Nasional Pem-
bangunan AMPL Berbasis Masyara-
kat di tujuh Propinsi.
Lokakarya Operasionalisasi Kebijak-
an Nasional Pembangunan AMPL
Berbasis Masyarakat di derah untuk
Mitra NGO dan Lembaga Terkait.
Lokakarya Kebijakan Nasional Pem-
bangunan AMPL pada lokasi CWSH.
Lokakarya Sosialisasi Kebijakan
Nasional Pembangunan AMPL Lokasi
WSLIC II
Lokakarya Operasionalisasi Kebijak-
an Nasional Pembangunan AMPL
Berbasis Masyarakat di Daerah.
2. Pelatihan
Pelatihan Teknis AMPL
Pelatihan Teknis ProAir
Pelatihan Teknis Pasca Konstruksi
WSLIC 2
Pelatihan MPA-PHAST dan Penerap-
annya dalam Perencanaan dan Moni-
toring Proyek AMPL Berbasis Masya-
rakat
3. Koordinasi Pelaksanaan Kebi-
jakan Pembangunan AMPL Berba-
sis Masyarakat dengan Mitra Pro-gram.
4. Uji coba pendekatan Commu-
nity Led Total Sanitation (CLTS).
Uji coba dilaksanakan bekerja sama
dengan WASPOLA di enam lokasi yakni
di Lumajang, Muaro Jambi, Sambas,
Bogor, Muara Enim dan Sumbawa.
Pendekatan CLTS cukup berhasil mening-
katkan perilaku masyarakat untuk hidup
bersih dan sehat. Namun, tidak semua
lokasi uji coba memberikan hasil yang
baik. Beberapa hal yang mempengaruhi
keberhasilan dan kegagalan pendekatan
ini adalah budaya dan dukungan tokoh-
tokoh masyarakat setempat.
Pada tahun 2005 ini Pokja AMPL
telah membidani penyusunan kesepa-
katan kerja sama antara Pemerintah
Indonesia dengan Plan International,
sebuah lembaga swadaya masyarakat
LAPORAN UTAMA
Percik Desember 2005 9
Potret Pokja AMPL 2005
Pada tahun 2005 iniPokja AMPL telah membidani
penyusunan kesepakatankerja sama antara Pemerintah
Indonesia dengan PlanInternational, sebuah lemba-ga swadaya masyarakat inter-
nasional. Ini merupakansalah satu upaya pelibatanaktif seluruh stakeholder
dalam pembangunan AMPL.
FOTO: POKJAAMPL
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
12/59
internasional. Kesepakatan ini ditu-
angkan dalam MoU yang telah ditanda-
tangani oleh Deputi Infrastruktur
Bappenas dan Country Director Plan
InternationalIndonesia pada tanggal 19
Oktober 2005. Kerja sama ini merupa-
kan salah satu upaya pelibatan aktif se-
luruh stakeholder dalam pembangunan
AMPL.
Kegiatan penyusunan Kebijakan
Nasional Penyelenggaraan AMPL Ber-
basis Lembaga telah menghasilkan
draft ketiga revisi ketiga. Draft doku-
men kebijakan telah disosialisasikan
kepada pejabat-pejabat eselon 1 di
Ditjen Bangda, Depdagri, Ditjen PMD
Depdagri, Ditjen PP dan PL, Depkes dan
Kementerian Lingkungan Hidup.
Rencana 2006
Rencana kerja Pokja AMPL pada
tahun 2006, mencakup kampanye pub-
lik, operasionalisasi Kebijakan Nasio-
nal Pembangunan AMPL (Berbasis Ma-
syarakat dan Berbasis Lembaga) serta
penyusunan pedoman.
Pada tahun 2006, kegiatan kampanye
publik tidak banyak berubah diban-
dingkan dengan tahun sebelumnya. Ke-
giatan ini meliputi penerbitan Majalah
Percik, pengelolaan website, electronicmailing list dan newsletter AMPL, pen-
cetakan poster dan leaflet, pameran serta
talkshow di media elektronik. Diharapkan
pada tahun 2006 ini volume penerbitan
Majalah Percik dapat ditingkatkan. Hal ini
mengingat semakin besarnya minat kha-
layak terhadap majalah ini.
Operasionalisasi Kebijakan Nasio-
nal Pembangunan AMPL akan dilaku-
kan melalui beberapa kegiatan seperti:
Pertemuan Koordinasi Kebija-
kan Nasional Pembangunan
AMPL
Pertemuan Koordinasi Kebijakan
Nasional Pembangunan AMPL ditu-
jukan untuk peningkatan koordinasi,
konsultasi dan supervisi pelaksanaan
kebijakan dalam rangka pengembangan
rencana tindak pokja AMPL Pusat,
Pokja propinsi dan Pokja kabupaten.
Pelatihan
Kegiatan-kegiatan pelatihan pada
tahun 2006 ditujukan untuk mening-
katkan kapasitas para pelaku operasio-
nalisasi Kebijakan Nasional Pembangun-
an AMPL dengan berbagai pengetahuan
dan ketrampilan yang dibutuhkan serta
untuk mempersiapkan replikasi berbagai
pendekatan yang telah diujicobakan
pada tahun sebelumnya seperti CLTS
dan SANIMAS.
Lokakarya Strategi Komunikasi
Disadari bahwa keberhasilan pelak-
sanaan Kebijakan Nasional Pemba-
ngunan AMPL sangat dipengaruhi oleh
penerapan strategi komunikasi kebijakan
yang efektif, pada tahun 2006, akandilakukan penyusunan strategi ko-
munikasi yang akan diawali dengan se-
buah lokakarya untuk model komunikasi
sebagai dasar pengembangan strategi
komunikasi Kebijakan Nasional Pemba-
ngunan AMPL Berbasis Masyarakat dan
Berbasis Lembaga.
Kegiatan penyusunan pedoman pa-
da tahun 2006 akan diarahkan untuk
menghasilkan berbagai petunjuk pelak-
sanaan dan petunjuk teknis serta modul
teknis CWSH.
Tahun 2006 merupakan tahun perta-
ma realisasi kesepakatan kerja sama antara
Pemerintah dengan Plan International.
Beberapa lingkup kerjasama yang akan
dilaksanakan adalah uji coba penerapan
kebijakan nasional AMPL, pelatihan-pela-
tihan, pengembangan resource center dan
penyusunan strategi komunikasi. (AK)
LAPORAN UTAMA
Percik Desember 2005 10
Pada tahun 2006,akan dilakukan penyusunan
strategi komunikasiyang akan diawali dengansebuah lokakarya untuk
model komunikasi sebagaidasar pengembanganstrategi komunikasiKebijakan Nasional
Pembangunan AMPL BerbasisMasyarakat dan
BerbasisLembaga.
FOTO:MUJIYANTO
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
13/59
Gagasan reformasi kebijakan sek-
tor Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan (AMPL) dikem-
bangkan dalam rangka menciptakan pe-
ningkatan akses pelayanan AMPL yang
lebih baik dan tepat sasaran. Pentingnya
implementasi pembangunan yang lebih
efisien, tepat sasaran, berpihak kepada
masyarakat miskin, peningkatan par-
tisipasi publik, peran serta perempuan,
adalah beberapa dari sejumlah perhatian
yang mendasari arah perubahan ke-
bijakan sektor AMPL.
Sejak digagas pada tahun 1998,WASPOLA (Water and Sanitation Po-
licy and Action Planning) mendorong
percepatan ke arah perubahan itu. Ken-
dati pada awalnya gagasan reformasi
kebijakan sektor belum begitu akrab di
kalangan birokrat, dan ditambah lagi
minimnya pembelajaran nasional yang
dapat dijadikan acuan, namun proses
reformasi itu tetap berlangsung dan
mendapat dukungan dari berbagai ka-
langan. Enam departemen terkait telah
menyatakan komitmennya untuk im-plementasi kebijakan AMPL berbasis
masyarakat.
Tahun 2005, merupakan tahun
ke-2 pelaksanaan WASPOLA 2 sete-
lah WASPOLA 1 berakhir di tahun
2003, yang masih mewarnai refor-
masi kebijakan AMPL, yang berlang-
sung pada proses koordinatif yang
dinamis.
Reformasi dan Implementasi Ke-
bijakan
Tahun 2005, Kebijakan Nasional Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan
Berbasis Masyarakat (Kebijakan Berba-
sis Masyarakat, KBM) diimplementasi-
kan pada 21 kabupaten di 7 propinsi
(tabel 1).
Sejumlah pengalaman dapat dipetik
dari proses implementasi di 21 kabupa-
ten tersebut. Pengalaman pelaksanaan
pembangunan AMPL selama ini dapat
dijadikan sebagai alasan kuat untuk me-
lakukan reformasi kebijakan di daerah.
Ketidakberfungsian sarana, inefisiensi,
dan pembangunan yang tidak tepat
sasaran adalah beberapa contohnya.
Setidaknya, tercatat dua hal penting
mengapa reformasi kebijakan ini pen-
ting, pertama, (i) pelayanan AMPL se-ring dipahami sebagai penyediaan
sarana AMPL dan kedua (ii) anggaran
yang tersedia untuk mengembangkan
sarana AMPL sangat terbatas, dan kare-
nanya perlu keterlibatan pihak non-
pemerintah. Dukungan fasilitasi
WASPOLA terhadap implementasi
kebijakan, pada konteks ini adalah men-
jembatani transfer informasi dan pe-
ngetahuan, agar pelayanan itu tidak
sekadar membangun sarana, tetapi
lebih dari itu, yakni keberlanjutan.
Keberlanjutan diawali oleh perubahan
paradigma untuk menuju kesinam-
bungan pembangunan dalam aspek ke-
lembagaan, keuangan, sosial, teknis dan
lingkungan. Selain itu, dukungan juga
diberikan dalam rangka membangun si-
nergi antara pemerintah dan non-pe-
merintah agar pelayanan AMPL dapat
berlangsung berdasarkan komitmen
bersama dan peranan berbagai pihak.
Pelibatan ini akan membangun tang-
gung jawab kalangan, tidak saja dalam
pembiayaan operasi dan pemeliharaan
tetapi mungkin saja investasi. Beberapa
contoh pelaksanaan pembangunan yang
diinisiasi dengan konsep demand-driven
dan pendekatan tanggap kebutuhan,
telah menunjukkan bahwa sesungguh-
nya terdapat potensi tersembunyi di te-
ngah masyarakat, baik dana, kemampu-
an dan komitmen. Prinsip-prinsip kebi-
jakan yang dibangun dengan semangatkebersamaan dan komitmen perubah-
an, dari penyedia ke fasilitator, seyog-
yanya ditunjukkan pada implementasi
pembangunan sektor AMPL, oleh pe-
merintah pusat dan daerah.
Peningkatan Kapasitas, Kebutuh-
an Penyelenggaraan AMPL
Pada pengalaman fasilitasi penyu-
sunan kebijakan di daerah, terutama
pada konteks reformasi kebijakan
AMPL, peningkatan kemampuan sum-ber daya merupakan kebutuhan yang
melekat pada reformasi itu sendiri. Isu-
isu keberlanjutan dan pelayanan tang-
gap kebutuhan merupakan tema pen-
ting yang memerlukan kekuatan pema-
haman dan komitmen sektoral. Tahun
2005, WASPOLA telah memfasilitasi
interaksi masyarakat dan pemerintah
dalam rangka penggalian dan tukar
informasi tentang pelayanan AMPL di
lapangan. Hasilnya antara lain menum-
buhkan kepedulian dari kalangan peme-
rintah, mendorong apresisasi terhadap
peran serta masyarakat dan timbulnya
rasa percaya diri masyarakat terhadap
pengelolaan sarana AMPL.
Isu-isu keberlanjutan pelayanan
AMPL, merupakan isu yang kerap kali
disuarakan oleh pelaku pembangunan
AMPL di daerah. Identifikasi Pokja
LAPORAN UTAMA
Percik Desember 2005 11
WASPOLA, Dari Prinsip ke Aksi
PROPINSISUMATERA BARAT
BANGKA BELITUNG
BANTEN
JAWA TENGAH
NUSA TENGGARA BARAT
SULAWESI SELATAN
GORONTALO
KABUPATEN
SAWAHLUNTO SIJUNJUNG KOTA PAYAKUMBUH
TANAH DATAR
BANGKA SELATAN
BANGKA BARAT
KOTA PANGKAL PINANG LEBAK
PANDEGLANG
KOTA TANGERANG
KEBUMEN
PEKALONAGN GROBOGAN
LOMBOK BARAT
LOMBOK TIMUR
SUMBAWA
PANGKEP TAKALAR
SELAYAR GORONTALO
BONE BOLANGO
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
14/59
daerah terhadap aspek-aspek keberlan-
jutan pelayanan air minum di beberapa
kabupaten, menemukan beberapa va-
riabel penentu keberlanjutan, dan sa-
ling terkait. Sebagai contoh, pada kun-
jungan lapangan ke 4 desa di Kabupaten
Bone Bolango, yaitu desa Talamelito,
Molintogupo, Tangga Jaya dan Illohe-
luna, memperlihatkan variabel yang
berbeda. Ditemukan bahwa pilihan tek-
nologi tidak disertai dengan pengelola-an lembaga dan keuangan serta perlin-
dungan lingkungan, bahkan ditemukan
bahwa keberlanjutan pelayanan AMPL
juga rentan terhadap "kebijakan perso-
nal" atau perilaku aparat pemerintah
desa. Pelayanan air minum di Dese Lo-
nuo, yang pernah mendapat apresiasi
dari pemerintah dan lembaga interna-
sional sebagai percontohan pelayanan
air bersih, saat ini terancam tidak ber-
fungsi karena lemahnya pengelolaan ke-
lembagaan. Pada konteks ini, pemerin-
tah daerah mencermati persoalan di la-
pangan dan kemudian memberikan
technical assistance untuk perbaikan
pelayanan air bersih di desa itu. Hal
yang mirip, terjadi di beberapa kabupa-
ten dan WASPOLA mendorong proses
ini tetap berlangsung. Selain itu pende-
katan partisipatif, yang diperkenalkan
WASPOLA melalui pelatihan MPA-
PHAST, dapat membantu kelompok
kerja AMPL daerah menganalisa berba-
gai persoalan di tingkat komunitas.
Analisis Pelayanan AMPL
WASPOLA mendukung pemangku
kepentingan untuk melakukan penilaian
terhadap pelayanan AMPL. Pada tingkat
daerah, kegiatan ini dilakukan dalam
bentuk kajian lapangan dan pengem-bangan database, sedangkan di tingkat
pusat, dilakukan melalui studi yang kom-
prehensif untuk menemukenali persoalan
pelayanan AMPL khususnya di era desen-
tralisasi. Keseluruhan kegiatan ini, yang
dilakukan di daerah dan di pusat, telah
menghasilkan pembelajaran penting
untuk arah perbaikan pelayanan AMPL,
melalui reformasi kelembagaan, ke-
uangan dan regulasi.
Langkah Menuju Prioritas AMPL
Rendahnya akses pelayanan AMPL
pada pembangunan infrastruktur, dite-
ngarai karena lemahnya dukungan yang
diberikan pada sektor ini. Kebanyakan
daerah, bahkan pusat, tidak menjadikan
AMPL sebagai prioritas pembangunan,
setidaknya terlihat dari proporsi peng-
anggaran, kejelasan kelembagaan dan
ketersediaan sumber daya. Di beberapa
daerah, rencana strategis daerah (Ren-
strada), AMPL dimasukkan sebagai ba-
gian dari komponen lain, misalnya pe-
rumahan atau kesehatan. Dalam kon-
teks ini, penyiapan rencana strategis
AMPL merupakan bagian dari upaya
menempatkan AMPL sebagai prioritas
pembangunan. Dukungan teknis WAS-
POLA dalam penyusunan rencana stra-
tegis AMPL mendapat apresiasi dari
pokja daerah. Renstra ini disusun dalam
rangka penyiapan rencana kerja jangka
panjang dan menengah yang sejalan de-
ngan Renstrada. Formulasi visi, misi,
identifikasi faktor internal/eksternal,
perumusan mandat, analisa SWOT, isu
strategis dan penyusunan program stra-
tegis adalah beberapa materi yang perludiketahui dalam penyusunan renstra.
Keterlibatan pemangku kepentingan
secara luas dan langsung, adalah ciri
yang didorong WASPOLA dalam penyu-
sunan renstra AMPL di berbagai dae-
rah. Daerah yang telah memiliki renstra
akan lebih maju mempersiapkan ren-
cana komprehensif pembangunan
AMPL dalam rangka pencapaian target
MDGs, dan peluang kemitraan strategis
dengan berbagai pihak. Menempatkan
AMPL sebagai prioritas akan meng-hemat daerah untuk investasi biaya
sosial penanggulangan dampak akibat
buruknya pelayanan air minum dan sa-
nitasi termasuk kesehatan.
Kebijakan Lembaga, Menjawab
Pasar
Sebagai bagian dari reformasi kebi-
jakan, ketersediaan kebijakan untuk
pengaturan pelayanan AMPL oleh lem-
baga, disadari semakin penting. Keber-
adaan PDAM di hampir seluruh
Indonesia, ternyata tidak berkorelasi
langsung dengan peningkatan akses pe-
layanan air minum. Data PU mencatat
cakupan layanan air minum perkotaan
berkisar 39 persen, sedangkan PDAM
berada di 306 kabupaten (70 persen) di
Indonesia . Hal ini terjadi karena cakup-
an layanan masing-masing PDAM terse-
LAPORAN UTAMA
Percik Desember 2005 12
FOTO:ISTIMEWA
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
15/59
but masih sangat rendah, sedangkan
untuk mengembangkan daerah layanan
kemampuan terbatas. Belum lagi ditam-
bah dengan persoalan utang yang
melilit hampir seluruh PDAM. Pada sisi
lain, swasta telah menunjukkan upaya
yang serius untuk berpartisipasi pada
pelanan sektor AMPL. Catatan salah sa-
tu LSM di Solo, menunjukkan saat ini
telah ada 23 PDAM yang siap bekerja-
sama dengan swasta. Sejalan dengan
itu, untuk menjaga iklim investasi tetap
berlangsung dan sekaligus memberi ja-
minan pelayanan pelanggan khususnya
masyarakat tidak mampu, maka diper-
lukan kebijakan yang komprehensif dan
dapat mengakomodasi berbagai kepen-
tingan. Tantangan inilah yang sedang
dijawab oleh pemerintah melalui penye-diaan kebijakan nasional pembangunan
sektor AMPL berbasis lembaga. Upaya
WASPOLA untuk memfasilitasi proses
formulasi telah dilakukan sejak tahun
2003, dan lebih intensif lagi pada tahun
2004-2005. Keterlibatan berbagai sek-
tor, baik pemerintah, swasta, LSM, per-
guruan tinggi, asosiasi sangat terasa pa-
da proses formulasi ini. Kebijakan ber-
basis lembaga ini disusun lebih kom-
prehensif dengan struktur dan konsep
yang lebih kuat. Dibagi atas kebijakanumum dan kebijakan sektor yang terdiri
dari air minum, air limbah, drainase
dan persampahan. Namun sebagai sua-
tu proses, kebijakan ini memerlukan
dukungan dan penerimaan dari berba-
gai kalangan, khususnya daerah dan ka-
langan swasta, agar menjadi kebijakan
bersama dan dapat diimplementasikan
segera. Untuk pencapaian target MDGs,
pemerintah harus secara cepat meng-
gandeng berbagai kalangan yang peduli
terhadap pelayanan AMPL, khususnya
swasta dan sekaligus menciptakan iklim
yang kondusif terhadap kebutuhan in-
vestor agar kemitraan itu dapat terjalin.
Sanitasi, Gerbong Belakang Sarat
Penumpang
Sanitasi, ketika masih dipikirkan
terpisah dari pembangunan air minum,
yang diibaratkan pada kereta api adalah
kereta tua yang berjalan terseok-seok.
Pembangunannya selalu tertinggal di-
banding air minum. Namun ketika loko
disatukan, sanitasi dan air minum harus
dilakukan secara integral, ternyata sani-
tasi hanya ditempatkan pada gerbong
paling belakang yang sarat penumpang,
yang tidak pernah bisa melewati ger-
bong depannya. Model yang mirip terja-
di pada pembangunan sanitasi, tetap
tertinggal tetapi memiliki banyak isu
dengan dampak luas. Hal itu semakin
nyata, bila menilik anggaran yang di-
alokasikan daerah untuk sektor sanitasi.
Dalam konteks ini, WASPOLA mendo-
rong penerapan perubahan cara pan-
dang terhadap pembangunan sanitasi.
Melalui pendekatan CLTS (CommunityLed Total Sanitation) pembangunan
sanitasi lebih memerlukan perubahan
sikap, baik pemerintah maupun ma-
syarakat, agar pemerintah tidak lagi se-
harusnya sebagai penyedia, dan ma-
syarakat tidak lagi sekedar pengguna.
Perubahan cara pandang ini akan men-
ciptakan perubahan tingkah laku yang
akhirnya merangsang kebutuhan dan
inovasi. Pada SANIMAS (sanitasi oleh
masyarakat), pelibatan dan partisipasi
publik merangsang tumbuhnya rasamemiliki dan willingness to pay. Dua
dari sekian konsep pembangunan sani-
tasi ini adalah konsep yang diperke-
nalkan WASPOLA agar sanitasi tidak
lagi menjadi gerbong belakang yang
sarat penumpang.
Promosi dan Kemitraan, Upaya
untuk Mencapai Hasil
Kebijakan, sebagai suatu hasil pu-
blik dan sebagai suatu proses, harus se-
nantiasa dipromosikan atau terdisemi-
nasi secara berkelanjutan. WASPOLA
dan Pokja AMPL, telah berada di jalur
itu. Keterlibatan pada berbagai kegiat-
an, lokal, nasional, regional dan inter-
nasional telah dilakukan, dalam rangka
membangun rasa tahu, peduli, komit-
men dan ownership. Bersama Pokja
kabupaten dan propinsi, kebijakan telah
didiseminasikan ke pemangku kepen-
tingan lokal. Kemitraan dengan LSM,
perguruan tinggi, swasta juga dilakukan
dalam rangka membangun sinergi dan
dukungan kapasitas. Beberapa kegiatan
yang diikuti oleh WASPOLA, telah
menunjukkan fakta yang mengesankan,
misalnya di 2 kegiatan pameran, stand
dikunjungi kurang lebih 200 orang dan
mendiskusikan isu-isu seputar AMPL
BEBERAPA KEGIATAN WASPOLAPADA TAHUN 2005
JANUARI 2005
Penyusunan desain kegiatan dukung-
an WASPOLA terhadap pengembang-
an kebijakan di lokasi WSLIC danCWSH.
Rasionalisasi Rencana Kerja WASPO-
LA tahun 2005
Persiapan uji coba CLTS
PEBRUARI 2005
Lokakarya konsolidasi operasionali-
sasi Kebijakan Nasional berbasis ma-
syarakat, tanggal 15-17 Pebruari 2005
di Surabaya.
Lokakarya pengembangan strategi
komunikasi, tanggal 17 Pebruari2005, Surabaya.
Kick off, uji coba pendekatan CLTS di
Indonesia.
MARET 2005
Penilaian kesiapan propinsi dalam
operasionaliasasi kebijakan nasional
Roadshow kebijakan nasional berba-
sis lembaga kepada kementerian ling-
kungan hidup, tanggal 29 Maret 2005
Kegiatan lapangan studi analisis
pelayanan AMPL di era desentralisasi
Tujuh orang anggota Pokja AMPL dan
WASPOLA menghadiri Water Week
2005, di Washington, Amerika Seri-
kat, pada tanggal 28 Pebruari-3 Maret
2005
Presentasi Kebijaan nasional AMPL
pada seminar dan pameran Indowa-
ter 2005, tanggal 30 Maret 2005.
LAPORAN UTAMA
Percik Desember 2005 13
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
16/59
LAPORAN UTAMA
Percik Desember 2005 14
APRIL 2005
WASPOLA dan Pokja AMPL berpar-
tisipasi pada WSP retreat di Guilin,
China, tanggal 4-6 April 2005
WASPOLA dan Pokja AMPL, berpar-
tisipasi pada pameran World Water
Day, di kompleks PU Jakarta. Diha-
diri lebih dari 200 pengunjung
Partisipasi pada Pencanangan Gerak-
an Kemitraan Penyelamatan Air, 28
April 2005, di istana presiden
MEI 2005
Diseminasi kebijakan nasional di Pro-
pinsi Banten
Pelatihan CLTS untuk anggota Pokja
AMPL, Proyek WSLIC dan CWSH di
Lumajang, 2-5 Mei 2005
Pelatihan CLTS untuk pokja daerah diSumbawa, 9-12 Mei 2005
Penyusunan Rencana kerja pelatihan
CLTS di daerah
JUNI 2005
Pelatihan penyusunan Renstra AMPL
di dua regional, Makasar dan Puncak
Pelatihan CLTS di Sambas
Penyiapan pelaksanaan studi SANIMAS
Outcome Monitoring Study (SOMS)
Pertemuan dan diskusi Global PSP
Review, sebagai bagian dari pengka-yaan isu-isu kebijakan berbasis lem-
baga, dilakukan di Jakarta.
Kegiatan lapangan studi analisis pela-
yanan AMPL di era desentralisasi.
Inisiasi kemitraan AMPL, melalui
kerjasama pemerintah dengan Plan
International(LSM)
JULI 2005
Roadshow Kebijakan Berbasis Ma-
syarakat kepada Pengambil Kebijakan
di Propinsi Bangka Belitung
Temu wicara radio, Sonora Pangkal
Pinang
Pelatihan CLTS di Kabupaten Bogor,
Muara Jambi dan Muara Enim
Penyusunan Laporan semester
WASPOLA
Diskusi persiapan studi Donor Har-
monization
AGUSTUS 2005
Lokakarya operasionalisasi Kebijak-
an, Hotel Permata Alam Puncak
Pertemuan koordinasi pelaksanaan
kebijakan, Makasar untuk Pokja wila-
yah Timur di Makasar,
Roadshow Kebijakan berbasis masya-
rakat kepada Policy Makers di Pro-
pinsi NTB, Gorontalo dan Banten
Talk show di TVRI stasiun Gorontalo
Pameran dan Seminar SSAWF di Bali
SEPTEMBER2005
Pertemuan tim koordinasi WASPO-
LA, dihadiri oleh Direktur Permukim-an dan Perumahan Bappenas, Pokja
AMPL, AusAID, WSP-EAP dan
WASPOLA,
Pameran dan seminar SSWAF di Bali,
Lokakarya sinergi kegiatan AMPL di
tingkat daerah,
Lokakarya operasionalisasi Kebijakan
kepada mitra proyek dan LSM, Hotel
Satelit Surabaya,
Roadshow Kebijakan Berbasis Ma-
syarakat kepada Policy Makers
di Propinsi Jawa Tengah,
Roadshow Kebijakan Berbasis Ma-
syarakat kepadaPolicy Makers di Ka-
bupaten Pandeglang, Tangerang, Kab.
Lombok Barat,
Lokakarya dan pelatihan Rentra
kepada TKK Proyek CWSH
Road show Kebijakan Lembaga kepa-
da Dirjen PPPL, Depkes.
Presentasi studi analisis pelayanan
AMPL era desentralisasi
OKTOBER2005
Orientasi MPA-PHAST untuk Pokja
Kabupaten dan Propinsi di Bandung
Lokakarya dan pelatihan strategi ke-
berlanjutan WSLIC di regional Timur
dan Barat di Padang dan Surabaya
Roadshow Kebijakan Berbasis Masya-
rakat kepadaPolicy Makers di Propinsi
Sumatera Barat, dihadiri oleh Wakil
Gubernur, Ka Bappeda kabupaten, kota,
dinas-dinas, tokoh masyarakat, Pokja
AMPL, dan WASPOLA.
Road show Kebijakan Berbasis Lem-
baga kepada Dirjen PMD, Depdagri
Pertemuan jaringan kerja dan kemi-
traan AMPL, di Hotel Kartika Chan-dra Jakarta.
Pertemuan dan diskusi pelaksanaan
studi donor harmonisasi
Pertemuan dengan lembaga donor,
SIDA (Swedish International Deve-
lopment Agency)
Lokakarya penyusunan rencana kerja
WASPOLA tahun 2006, Hotel Inter-
continental
NOVEMBER2005
Mid Term ReviewWASPOLAKunjungan studi dalam rangka pe-
ngayaan kebijakan lembaga, ke
Australia oleh Pokja AMPL dan
WASPOLA
Lokakarya data AMPL di Propinsi
Banten
DESEMBER2005
Mid term reviewWASPOLA
Lokakarya pengembangan data AM-
PL oleh Pokja Propinsi dan Kabupa-
ten
Pelatihan CLTS untuk PCI (LSM) di
Kabupaten Pandeglang
Finalisasi annual plan WASPOLA
tahun 2006
Fasilitasi lokakarya penyusuan ren-
cana kerja Plan International (LSM)
Fasilitasi lokakarya data oleh Pokja
AMPL. dormaringan h. saragih
Sanitasi,ketika masih dipikirkan
terpisah dari
pembangunan air minum,yang diibaratkan pada
kereta api adalahkereta tua yang
berjalanterseok-seok.
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
17/59
Apa jadinya hidup tanpa air.
Kehidupan pasti tidak berlang-sung sebab air merupakan sum-
ber kehidupan. Sayang, walaupun air di
bumi sangat melimpah, masih ada
orang yang belum bisa menikmatinya
dengan layak. Sebagian besar waktu
mereka habis untuk mencari air. Mere-
ka menjadi miskin karena tidak sempat
melakukan kegiatan produktif. Habis
waktunya untuk mencari air.
Kini masyarakat perdesaan patut
berbangga. Mereka tak sia-sia bahu
membahu mengatasi persoalan bersa-ma, menghadirkan air bersih di dekat
rumahnya. Bahkan mereka bekerja
bakti siang malam untuk mewujudkan
impiannya. Usaha mereka tak sia-sia.
Kini, tidak kurang dari 1.656.881 jiwa
masyarakat perdesaan menikmati tam-
bahan akses air bersih hasil kegiatan
WSLIC-2.
WSLIC-2 atau Water and Sanita-
tion for Low Income Communities, ada-
lah kegiatan air bersih dan sanitasi yang
diperuntukkan bagi masyarakat ber-
penghasilan rendah yang tinggal di dae-
rah perdesaan. Ini merupakan perwu-
judan kegiatan kemitraan masyarakat
dan pemerintah. Kegiatan ini sepe-
nuhnya milik masyarakat. Masyarakat
merencanakan kegiatan dengan menyu-
sun Rencana Kerja Masyarakat (RKM),
melaksanakan, mengawasi dan melaku-
kan pengeloaan sarana pascakegiatan.
Kegiatan ini sepenuhnya dilaksanakan
oleh masyarakat melalui Tim Kerja Ma-
syarakat (TKM) yang dibentuk secara
demokratis, dari-oleh-dan untuk ma-
syarakat. Dalam bekerja masyarakat di-dampingi oleh tim fasilitator. Masyara-
kat juga berkontribusi sebesar 20 per-
sen dari nilai RKM (nilai RKM berkisar
antara Rp 195 - 250 juta per desa). Pe-
merintah memfasilitasi kegiatan masya-
rakat ini dan menyediakan dana pen-
damping sebesar 8 persen dari nilai
RKM melalui APBN dan APBD. Sisa-
nya, 72 persen, merupakan dana hibah
desa yang berasal dari pinjaman lunak
tanpa bunga dari Bank Dunia (IDA-Cre-
dit) dan hibah dari pemerintah Austra-
lia melalui AusAID.
Project Management Report(PMR)
merupakan laporan tiga bulanan Mana-
jemen Proyek ke Bank Dunia dan ins-
tansi lintas sektor terkait yang terga-
bung dalam Tim Pengarah. PMR sam-
pai dengan triwulan ketiga (Juli-Sep-
tember 2005) menunjukkan akses air
bersih untuk 1,66 juta jiwa (47 persen
dari 3,5 juta jiwa). Data lain menunjuk-
kan jumlah desa terpilih (sort list) 1.605
desa (80 persen), desa yang sudah me-
laksanakan MPA-PHAST 1.450 (73 per-
sen), Tim Kerja Masyarakat (TKM) yangdibentuk 1.439 (72 persen), Rencana
Kerja Masyarakat (RKM) yang diajukan
1.311 (66 persen), dan RKM yang telah
disetujui 1.160 (58 persen). Sebanyak
681 desa (34 persen) telah menyelesai-
kan pembangunan sarana air bersih. Se-
cara keseluruhan implementasi kegiatan
telah mencapai 48 persen. Dari hasil mi-
si supervisi VIII WSLIC-2 (30 Mei-13 Ju-
ni 2005), Bank Dunia memberi penilaian
pencapaian kegiatan WSLIC-2 dengan
predikat "satisfactory".
Penyediaan air bersih hanyalah sa-
saran antara kegiatan WSLIC-2.
WSLIC-2 bertujuan untuk meningkat-
kan status kesehatan, produktivitas dan
kualitas hidup masyarakat yang ber-
penghasilan rendah di perdesaan. Kare-
nanya bersamaan pembangunan sarana
air bersih dilaksanakan berbagai kegiat-
LAPORAN UTAMA
Percik Desember 2005 15
1,66 Juta Jiwa Penduduk DesaDapatkan Akses Air Bersih Dari WSLIC-2
Masyarakat perdesaan
bahu membahu bergotong
royong membangun sarana air
bersih dan sanitasi.
Tidak kurang dari 1,66 juta jiwa
masyarakat berpenghasilan
rendah di perdesaan mendapat
tambahan air bersih
melalui kegiatan WSLIC.
FOTO: HARTONO KARYATIN
Menkes DR Siti Fadilah Supari, SPJP, membuka kran umum di Kp. Montor LekongDesa Aikmal Utara Kab. Lombok Timur. Ketua CPMU WSLIC-2 Zainal I Nampira, SKM Mkes dan
Kepala Desa Aikmel Utara, ikut mendampingi. Kunjungan Menkes dilaksanakan pada 14 Juli 2005.
FOTO: HARTONO KARYATIN
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
18/59
an PHBS (perilaku hidup bersih dan se-
hat) di masyarakat dan di sekolah (SD).
Melalui kegiatan ini norma-norma
PHBS diperkenalkan ke masyarakat.
Tidak kurang dari 1.931 kegiatan usaha
kesehatan sekolah (UKS) dilaksanakan
di berbagai Sekolah Dasar di wilayah
kerja WSLIC-2. Salah satu kegiatannya
adalah pemberantasan penyakit cacing-
an.
Tambahan akses air bersih tersebut
telah dinikmati masyarakat desa di lima
propinsi, yakni Sumatera Barat, Suma-
tera Selatan, Kepulauan Bangka-Beli-
tung, Jawa Timur dan NTB. Provinsi
Jawa Barat dan Sulawesi Selatan baru
mengimplementasi kegiatan WSLIC-2
di tahun 2005, bahkan propinsi Sulawe-
si Barat akan memulai kegiatannya ta-hun 2006. Dengan demikian ketiga
propinsi tersebut belum menikmati
tambahan akses air bersih. Wilayah
kerja WSLIC-2 tersebar di delapan pro-
pinsi, 35 kabupaten, dan 2.300 desa di
seluruh Indonesia.
Rencana ke Depan
Pada tahun 2006, WSLIC-2 meren-
canakan untuk implementasi kegiatan
di 610 desa. Desa-desa ini tersebar di
delapan wilayah propinsi dan 35 kabu-paten yang merupakan wilayah kerja
WSLIC-2.
Ke depan WSLIC-2 akan lebih mem-
perkuat kegiatan kesehatan dan sanitasi
melalui perubahan perilaku hidup ber-
sih dan sehat (PHBS) di kalangan ma-
syarakat dan sekolah. Hal ini merupa-
kan langkah tindak lanjut rekomendasi
misi supervisi VIII WSLIC-2 Juni lalu.
Manajemen juga memberi penekanan
kegiatan pascakonstruksi agar kegiatan
berkesinambungan. Institusi lokal dari
kecamatan sampai kabupaten bahkan
sampai provinsi akan lebih dilibatkan.
Manajemen WSLIC-2 telah meng-
ambil berbagai kebijakan. Buku Pedo-
man Penyusunan RKM (Rencana Kerja
Masyarakat) telah direvisi. Kegiatan sani-
tasi secara terinci harus tercermin dalam
RKM yang disusun masyarakat. Harusada keterpaduan antara kegiatan sanitasi
di masyarakat dan di sekolah. RKM yang
disusun masyarakat harus mencakup pe-
layanan sarana air bersih minimal 80 per-
sen dari warga/KK yang dilayani. Bahkan
masyarakat harus sudah membuat renca-
na untuk mencapai 100 persen buang air
besar (BAB) di jamban.
Kini telah tersedia Katalog Pilihan
Opsi Sanitasi dan flash card sanitasi.
Melalui buku ini disediakan berbagai pi-
lihan teknologi jamban. Melalui me-dia komunikasi ini fasilitator (CFT) da-
pat memfasilitasi masyarakat untuk me-
milih teknologi jamban sesuai yang di-
inginkan dan sesuai kemampuannya.
Disediakan pilihan bagi masyarakat un-
tuk memilih jamban, dari yang paling
sederhana yang dapat dibuat oleh ma-
syarakat sampai yang tersedia di toko
material.
Puskesmas dan sanitarian akan di-
beri alokasi dana untuk melakukan
pembinaan dan fasilitasi. Kapasitas sa-
nitarian Puskesmas akan ditingkatkan
melalui pelatihan bidang MPA-PHAST,
Klinik Sanitasi, CLTS dan PKA. Khusus
bagi kepala Puskesmas akan dilakukan
orientasi pendekatan klinik sanitasi.
Pada lokasi WSLIC-2 akan dilakukan
integrasi kegiatan kesehatan dan sanita-
si melalui Klinik Sanitasi. Dalam pela-tihan dan refreshing CFT, fokus pada
bidang sanitasi ini akan lebih
ditekankan kembali.
Dalam peningkatan kegiatan kese-
hatan dan sanitasi baik di sekolah dan
masyarakat akan dilakukan lokakarya
nasional Exit Strategi Program UKS
dan PHBS di Masyarakat. Kegiatan ini
akan ditindaklanjuti di tingkat kabupa-
ten dalam bentuk diseminasi dan orien-
tasi Guru UKS. Aparat kecamatan akan
memberikan dukungan kegiatan PHBSsekolah (paket pascakonstruksi). Du-
kungan kegiatan juga akan diberikan
dalam bentuk pengembangan media
promosi, baik di tingkat nasional, pro-
pinsi dan kabupaten.
Uji coba CLTS (Community Led Total
Sanitation) di beberapa kabupaten
WSLIC-2 dan non-WSLIC-2 dinilai berha-
sil. Pendekatan CLTS ini akan dikembang-
kan dalam implementasi WSLIC-2. Untuk
itu akan dilakukan lokalatih fasilitator
CLTS bagi petugas propinsi dan kabupaten
serta orientasi fasilitator CLTS kecamatan.
Di tingkat desa, implementasi kegiatan sa-
nitasi dilakukan melalui fasilitasi CLTS.
Melalui pendekatan CLTS, diharapkan ter-
jadi perubahan yang signifikan untuk me-
nihilkan BAB (buang air besar) di tempat
terbuka. (Hartono Karyatin, Media &
Communications Specialist WSLIC-2).
LAPORAN UTAMA
Percik Desember 2005 16
FOTO: ISTIMEWA
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
19/59
Ketika WSLIC diperkenalkan, re-
aksi negatif muncul dari peme-
rintah daerah. Mereka sangat
meragukan konsep WSLIC ini. Mereka
mempertanyakan konsep pemberda-
yaan masyarakat yang melibatkan war-
ga miskin untuk memberikan kontribu-
si. Rakyat miskin kok disuruh berkon-
tribusi. Selain itu, pemerintah daerah
masih meragukan apakah bisa masya-
rakat mengelola dana yang diberikan.
Mereka sangat khawatir ada kebocoran.
Itu dua hal pokok yang dikhawatirkan.Pemda sempat menawarkan konsep
penyaluran dana melalui kabupaten.
Artinya dana tidak disalurkan langsung
ke masyarakat tapi ke pemda. Pemda
yang mengelola untuk masyarakat.
Sementara kita ingin dana langsung
turun ke tangan masyarakat dan kemu-
dian masyarakat mengelola sendiri mu-
lai dari perencanaan, pelaksanaan,
hingga pertanggungjawabannya.
Setelah berjalan sejak 2002-2003,
proyek ini bisa membangun pemaham-an baru bagi pemda dan stakeholders
lain. Bupati sudah mulai mau meresmi-
kan dan menyerahkan proyek tersebut
kepada masyarakat. Memang proses
perubahan tidak bisa kita lihat dari sisi
fisik. Bahkan dulu reaksi internal Dep-
kes pun awalnya agak susah.
Sekarang di tahun 2005, program
ini diserahkan pusat kepada kabupaten.
Implementasi proses berlangsung dari
bawah. Kita ingin menggabungkan pe-
ran keduanya sehingga rasa memiliki
pemda ada.
WSLIC menerapkan prinsip akun-
tabilitas. Tim Kerja Masyarakat (TKM)
yang bekerja tanpa diberi honor tapi
dituntut transparan dan diaudit oleh
auditor independen. Ini adalah proyek
yang pertama kali menerapkan audit
keuangan kepada masyarakat.
Dari pengalaman kita, ternyata
membangun sarana fisik itu mudah. Ka-
pasitas semua lini sangat menonjol dan
tidak bisa diukur. WSLIC telah mengha-
silkan empat hal utama yakni pening-
katan kapasitas institusi dan masya-
rakat, peningkatan perilaku hidup ber-
sih dan sehat (PHBS), penyediaan air
bersih dan sanitasi, serta manajemen
pengelolaan.
Berdasarkan evaluasi yang dilaku-
kan oleh misi bank Dunia, tim Mid
Term Review, Technical Audit, tim
Output Monitoring Study, dan studianalis dampak ekonomi, tidak ada hal
yang luar biasa. WSLIC akan dikem-
bangkan untuk proyek CWSH. Dari sisi
kesehatan proyek ini telah memberi
dampak yang signifikan terhadap per-
baikan kesehatan masyarakat. Secara
teknis, hasil kerja masyarakat telah
memenuhi standar. Hal yang perlu
diperhatikan ke depan hanya pe-
ningkatan kualitas monitoring serta
tender dan properti agar lebih fokus.
Malahan di Jawa Timur dan Jawa
Barat, pemerintah daerah setempat te-
lah mengembangkan program WSLIC
ini ke kabupaten lain yang belum mene-
rima proyek tersebut. Lebih dari itu, ki-
ta tidak sekadar ingin menyelesaikan
proyek ini dan mereplikasikannya, tapi
harus ada keberlanjutan. Apa artinya
kalau tidak ada keberlanjutan? (MJ)
LAPORAN UTAMA
Percik Desember 2005 17
Zainal I. Nampira, Ketua CPMU WSLIC 2
Perubahan Tak Bisa Dilihat dari Sisi Fisik
Setelah berjalan sejak
2002-2003, proyek ini bisamembangun pemahaman baru
bagi pemda dan stakeholderslain. Bupati sudah mulai mau
meresmikan dan menyerahkan
proyek tersebut kepada
masyarakat.
FOTO: MUJIYANTO
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
20/59
Tahun 2005 merupakan tahun
ketiga pelaksanaan Sanitasi Ber-
basis Masyarakat (SANIMAS).
Program yang dibuat sebagai solusi al-
ternatif untuk perbaikan sanitasi kam-
pung padat/kumuh/miskin perkotaan
ini telah menunjukkan hasil yang posi-
tif.
Paling tidak ini bisa dilihat dari ko-
ta/kabupaten yang melaksanakan pro-
gram tersebut yakni Kota Denpasar (Ba-
li), Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Ko-
ta Kediri, Kota Blitar, Kabupaten Sido-arjo, dan Kabupaten Pamekasan (Jawa
Timur). Bahkan kini SANIMAS telah di-
replikasikan lagi di empat kota di Jawa
Tengah dan dua kabupaten di DIY.
Keberhasilan program ini mendo-
rong pemerintah untuk melaksanakan
kegiatan serupa mulai tahun 2006 ini di
100 lokasi. Rencana ini didorong guna
mencapai target Millennium Develop-
ment Goals (MDGs) 2015. Hingga kini
belum ditentukan kota/kabupaten ma-
na saja di Indonesia yang akan menda-patkan proyek tersebut. Yang pasti se-
banyak 17 kabupaten/kota di Jawa Ti-
mur telah mengajukan minatnya.
SANIMAS hadir untuk mengisi ke-
senjangan teknologi, pelayanan, dan da-
na. Penduduk kampung padat/kumuh/-
miskin perkotaan biasanya lebih suka
memilih jamban sederhana dan murah.
Untuk membangun itu paling tidak
butuh dana Rp. 500 ribu. Persoalannya,
lahan tidak cukup tersedia. Di sisi lain,
untuk membangun sanitasi terpusat
biayanya sangat mahal. Berdasarkan
pengalaman, setiap kepala keluarga
akan dikenai biaya Rp. 7-7,5 juta.
SANIMAS berusaha memberikan
teknologi yang efisien dan biaya yang
terjangkau dengan peningkatan pela-
yanan. Beban yang harus ditanggung
per KK dalam SANIMAS berkisar
Rp. 2,5-3 juta. SANIMAS mengembang-
kan prinsip demand responsive appro-
ach (pendekatan tanggap kebutuhan),
partisipasi masyarakat, pilihan teknis,
seleksi sendiri (self selection process),
dan pemberdayaan (capacity building).
SANIMAS memiliki model-model
pilihan sanitasi yakni tangki septik ber-
sama, Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) Komunal dengan pemipaan, dan
MCK Plus. Sedangkan komponen dalam
SANIMAS yaitu toilet/WC, pemipaan,
pengolahan, pembuangan dan peman-faatan kembali, serta operasional dan
perawatan. Masing-masing komponen
tersebut memiliki tingkat pembiayaan,
efisiensi, dan pembuatan dari yang se-
derhana dan murah hingga yang mahal
dan rumit.
Tentang pembiayaan, SANIMAS di-
danai oleh empat stakeholders yakni
pemerintah pusat, pemerintah daerah
(kab/kota), donor/swasta, dan masya-
rakat. Berdasarkan proyek yang sudah
berjalan, komposisinya sebagai berikut:
pemerintah pusat 27 persen, pemda
kab/kota 55 persen, BORDA 16 persen,
dan masyarakat 2 persen.
Karena adanya dana pemdamping
dari pemda kab/kota, maka SANIMAS
mengadakan proses seleksi. Hanya ka-
bupaten/kota yang berminat dan sang-
gup menyediakan anggaran yang akan
dimasukkan dalam proses tersebut. Ma-
syarakat calon penerima manfaat pun di
seleksi. Yang diutamakan adalah ma-
syarakat miskin yang tidak punya jam-ban. Setelah seleksi, akan terpilih lokasi
dan selanjutnya masyarakat diminta
menyusun rencana kerja. Baru kemudi-
an konstruksi dan akhirnya operasio-
nalisasi. Waktu keseluruhan, dari pro-
ses persiapan hingga operasional me-
makan waktu sekitar satu tahun.
Pembelajaran SANIMAS
Pelaksanaan SANIMAS hingga ta-
hun 2005, memberikan pembelajaran
LAPORAN UTAMA
Percik Desember 2005 18
SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)
Menuju Program Nasional
FOTO:ANDRE K
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
21/59
penting bagi para stakeholders dan ke-
lanjutan proyek tersebut. Frank Fla-
derer, BORDA Representative Indone-
sia mencatat ada delapan pelajaran,
yaitu:
Informasi kepada stakeholders
Sebaiknya informasi multicity semi-
nar diberikan kepada para pengambil
keputusan di tingkat kab/kota dan
fasilitasi presentasi roadshow dilaku-
kan kepada kab/kota secara individu-
al hanya berdasarkan permintaan (su-
rat minat). Sebaiknya kab/kota disa-
rankan untuk menyusun pemetaan
sanitasi (city sanitation maps) untuk
mempermudah pemkot/pemkab me-
nyusun long listkampung kumuh dan
mengundang masyarakat yang memi-
liki potensi kebutuhan.Identifikasi masyarakat
Masyarakat yang diundang untuk
memperoleh penjelasan tentang
SANIMAS sebaiknya sudah memper-
oleh informasi yang cukup tentang
proyek sebelum mereka mengikuti
presentasi.
Kriteria seleksi
''Willingness to pay'' atau kemauan
untuk berkontribusi harus diklarifi-
kasi sebelumnya, termasuk di dalam-
nya adalah status lahan untuk infra-struktur SANIMAS.
Pilihan teknologi sarana sanitasi
Model-model sanitasi berbasis ma-
syarakat penting diinformasikan ter-
lebih dahulu sebelum ada penjelasan
komponen-komponen yang akan di-
pilih oleh masyarakat. Informasi awal
termasuk pola pengelolaan sanitasi
berbasis masyarakat.
Rencana kerja masyarakat
Masyarakat hanya mau membentuk
KSM dan siap memberikan kontribusi
jika semua stakeholders benar-benar
telah memberikan komitmen untuk
implementasi proyek.
Pengelolaan
KSM selalu kesulitan untuk meng-
ikuti sistem administrasi keuangan
sebagaimana diperlukan oleh peme-
rintah. Oleh karena itu, ke depan
pelaksana/konsultan harus bertang-
gung jawab untuk membantu penge-
lolaan keuangan yang transparan di
KSM. Sedangkan untuk meningkat-
kan efisiensi penggunaan dana, disa-
rankan agar kelebihan dana diperbo-
lehkan untuk membangun infrastruk-
tur kecil yang ada di masyarakat de-
ngan persetujuan stakeholders.
Pembiayaan
Pembiayaan perlu memasukkan kom-
ponen kegiatan pemberdayaan ma-
syarakat, untuk membiayai kegiatan-
kegiatan pendampingan masyarakat,
pelatihan bagi KSM, fasilitator, tu-
kang dan mandor serta komponen pe-
nyusunan disain teknis. Biaya kompo-
nen pemberdayaan untuk setiap lo-
kasi rata-rata 25-30 persen dari kom-ponen fisik
Operasional dan perawatan
Analisis laboratorium untukefflu-
entlimbah harus dilakukan secara
regular di laboratorium rujukan
agar segera diketahui jika ada ma-
salah dengan limbah buangannya.
Pemerintah kab/kota perlu menye-
diakan sarana pengolahan lumpur
tinja untuk mengantisipasi pengu-
rasan lumpur/desludging.
Masih perlu dukungan bagi KSM
SANIMAS untuk pengoperasian
dan perawatan sarana sanitasi
yang telah dibangun agar peman-
faatan sarana tetap maksimal.
Perlu media atau forum bagi KSM
dan operator yang difasilitasi oleh
stakeholders pemerintah atau LSM
guna memecahkan permasalahanyang terjadi di kemudian hari.
LAPORAN UTAMA
Percik Desember 2005 19
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Indonesia berpenduduk 213,6 juta jiwa (2002). Sebanyak 53 persen (120 juta jiwa)tinggal di Pulau Jawa. Sebagian besar tinggal di perdesaan, dan hanya 35 persen yangberada di perkotaan. Tahun 2025 diperkirakan penduduk yang tinggal di perkotaanmenjadi 60 persen.Setiap hari 400 ribu meter kubik limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai dantanah tanpa pengolahan. Sebanyak 61 persennya ada di Pulau Jawa.Sistem sewerage terpusat hanya ada di tujuh kota, melayani 973 ribu penduduk (1,31persen dari jumlah penduduk kota atau 0,5 persen dari total penduduk Indonesia).Pembuangan akhir limbah tinja di perkotaan: 63,07 persen tangki septik, 16,70 kesungai/danau, 14,44 ke tanah, 5,79 persen ke kolam/pantai/lainnya (BPS 2002).Umumnya model tangki septik berbentuk bak resapan atau langsung ke sungai/salu-ran. Akibatnya air sungai dan air tanah di perkotaan umumnya terkontaminasi bakteriE. coli.Diperkirakan 70-75 persen beban polusi air bersumber dari rumah tangga.
Tantangan Sanitasi
FOTO:MUJIYANTO
-
7/31/2019 MAJALAH LINGKUNGAN, KESEHATAN, dan INFRASTRUKTUR. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
22/59
B a g a i m a n aAnda meli-hat kondisi pe-
nyelenggaraan
air minum dan
p e n y e h a t a n
lingkungan di
tahun 2005 ini?
Tahun ini kon-
disi air minum
dan penyehatan lingkungan kita mulai
membaik. Di departemen, khususnya
Pekerjaan Umum, sudah kembali kesektor. Jadi sudah ada direktorat pe-
ngembangan air minum, pengembang-
an PLP, sehingga lebih konsentrasi. Kita
berharap itu lebih baik. Sekarang kerja
sama di pusat juga semakin membaik
karena pada level interdepartemen su-
dah makin matang. Kita juga sudah mu-
lai mengintroduksi pendekatan-pende-
katan baru seperti CLTS, SANIMAS.
Rencananya tahun depan kita akan re-
plikasi lebih besar lagi. Mudah-mudah-
an tahun depan kita lebih bisa, bukanhanya menyusun kebijakannya saja, ta-
pi mulai pilot proyek dan implementasi
dari kebijakan tersebut.
Bagaimana implementasi kebi-
jakan nasional pembangunan
AMPL berbasis masyarakat?
Ini cukup bagus karena Bank Dunia
makin tertari