Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005...

59

description

 

Transcript of Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005...

Page 1: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang
Page 2: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Media Informasi Air Minumdan Penyehatan Lingkungan

Diterbitkan oleh:Kelompok Kerja Air Minum

dan Penyehatan Lingkungan

Penasihat/Pelindung:Direktur Jenderal Cipta Karya

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Penanggung Jawab:Direktur Permukiman dan Perumahan,

BAPPENASDirektur Penyehatan Air dan Sanitasi,

DEPKESDirektur Pengembangan Air Minum,

Dep. Pekerjaan UmumDirektur Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman,Dep. Pekerjaan Umum

Direktur Bina Sumber Daya Alam danTeknologi Tepat Guna, DEPDAGRI

Direktur Penataan Ruang danLingkungan Hidup, DEPDAGRI

Pemimpin Redaksi:Oswar Mungkasa

Dewan Redaksi:Ismail, Johan Susmono,

Indar Parawansa, Bambang Purwanto

Redaktur Pelaksana:Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,

Rheidda Pramudhy, Joko Wartono,Essy Asiah, Mujiyanto

Desain/Ilustrasi:Rudi Kosasih

Produksi:Machrudin

Sirkulasi/Distribusi:Agus Syuhada

Alamat Redaksi:Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.

Telp./Faks.: (021) 31904113http://www.ampl.or.id

e-mail: [email protected]@ampl.or.id

[email protected]

Redaksi menerima kirimantulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan

dengan air minum dan penyehatan lingkungandan belum pernah dipublikasikan.

Panjang naskah tak dibatasi.Sertakan identitas diri.

Redaksi berhak mengeditnya.Silahkan kirim ke alamat di atas.

Dari Redaksi 1

Suara Anda 2

Laporan Utama

Wajah AMPL 2005, Kepedulian Masih Kurang 3

Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga

Setahun Menunggu Pengesahan 4

Potret Pokja AMPL 2005 9

WASPOLA, Dari Prinsip ke Aksi 11

1,66 Juta Jiwa Penduduk Desa Dapatkan Akses

Air Bersih Dari WSLIC-2 15

SANIMAS Menuju Program Nasional 18

Wawancara

Direktur Perumahan dan Permukiman, Bappenas

Ir. Basah Hernowo 20

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Dr. I Nyoman Kandun, MPH 22

Wawasan

Setia Melayani Selama Delapan Tahun 26

Hari Monitoring Air Sedunia 28

Kisah Sukses

WSLIC-2 Desa Jambearjo, Malang

Sambungan Desa, Manajemen Kota 30

Teropong

Perubahan Perilaku tanpa Subsidi 32

Aturan Adat Tak Mempan 34

Bangun Jamban Melayang 35

Cuma Bikin Lubang Tahi Saja 36

Klinik IATPI

Air Limbah Mandi dan Cuci 37

Seputar WASPOLA 38

Seputar AMPL 41

Info Situs 48

Inovasi

Air Rahmat, Ubah Air Bersih Jadi Air Minum 49

Saringan Air Keramik 50

Agenda 51

Pustaka AMPL 52

Glossary 53

Majalah Percik dapat diakses di situs AMPL: http://www.ampl.or.id

Page 3: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Waktu terasa begitu cepat berputar.Tanpa terasa, kita telah melalui tahun2005. Sebentar lagi tahun 2006 menya-pa kita. Biasanya kita selalu menjadikanmasa pergantian tahun ini sebagai saatevaluasi. Apakah yang sudah kita la-kukan selama setahun? Lebih banyakpositif ataukah negatifnya. Dan bagi ja-jaran birokrasi, pertanyaannya sudahsejauh mana pengabdian yang diberi-kan kepada negara dan rakyat? Jangan-jangan selama ini hanya menikmati gajitapi tidak memberi nilai tambah bagikemajuan rakyat yang telah memba-yarnya. Tentu kita berharap, para bi-rokrat dari semua level telah bekerja se-kuat tenaga mengabdikan dirinya sesuaisumpah jabatannya.

Pembaca, di akhir tahun ini, Percikpun tak ketinggalan untuk ikut memotretperjalanan penyelenggaraan air minumdan penyehatan lingkungan (AMPL) diIndonesia selama tahun 2005. Tentusecara garis besar. Maksudnya, agar inimenjadi bahan pembelajaran. Kita bisabelajar dari kesuksesan dan kegagalan.Kesuksesan bisa direplikasikan dan di-tingkatkan derajat kesuksesannya di ta-hun 2006. Sedangkan, dengan melihat ke-gagalan, kita bisa membuat kesuksesandan menghindari kesalahan serupa di ta-hun mendatang.

Kalau kita melihat perjalanan sela-ma tahun 2005 ini dan kita bandingkandengan tahun 2004, secara umum tidakada perubahan yang berarti. KondisiAMPL seperti jalan di tempat. Kasus-kasus pada tahun 2004 (baca Percikedisi Desember 2004), seakan berulangpada tahun ini. Mulai kasus banjir,penyakit menular, tempat pembuanganakhir (TPA) sampah, pencemaran, kon-flik horizontal terkait AMPL dan seba-gainya muncul lagi. Namun di tengahwajah suram ini tak bisa dipungkiri adasetetes harapan. Proyek-proyek yang di-uji coba tahun 2005 memperlihatkanhasil yang menggembirakan. Tengokmisalnya SANIMAS, WSLIC 2, danCLTS. Pelaksanaan kebijakan nasionalpembangunan AMPL berbasis masyara-

kat di daerah juga memberi harapan.Hanya saja cakupan proyek dan uji cobaitu terbatas, belum menjangkau seluruhwilayah Indonesia.

Di edisi ini kami menampilkan ber-bagai keberhasilan beberapa proyek ter-sebut. Harapannya ini bisa ditiru dandikembangkan oleh daerah lain. Tak lu-pa di tengah kesuksesan itu, kamitampilkan pula catatan buruknya dankendala-kendala yang terjadi di lapang-an. Ini pembelajaran berharga yangharus kita terima. Bukankah orang bijakberkata: kegagalan adalah awal dari se-buah keberhasilan. Pembelajaran inikami ramu dalam berbagai rubrik. Adadi rubrik teropong, kisah sukses, dan se-bagian di laporan utama.

Pembaca, perlu kiranya pula kitamengetahui dari para penentu kebijak-an AMPL, bagaimana mereka melihatperjalanan AMPL di tahun ini. Untukitu, kami mewawancarai Direktur Peru-

mahan dan Permukiman Bappenas, Di-rektur Jenderal Pengendalian Penyakitdan Penyehatan Lingkungan Depar-temen Kesehatan, serta Ketua CPMUWSLIC 2. Intinya masih banyak halyang harus kita lakukan dalam penye-lenggaraan AMPL di Indonesia. ApalagiIndonesia telah menyatakan dirinya si-ap 'terbebani' target MDGs.

Akhirnya, kami berharap sajianPercik kali ini bisa mendorong ke arahperubahan yang lebih baik. Dan kamijuga berharap ada umpan balik dariAnda, pembaca setia Percik, demi per-baikan majalah ini khususnya, danpenyelenggaraan AMPL di Indonesiapada umumnya di tahun 2006. Marikita songsong 2006 dengan optimismedan kepedulian yang lebih terhadapkondisi rakyat. Jangan sampai kita ber-gembira di atas penderitaan rakyat. Se-lamat membaca. Wassalam.

DARI REDAKSI

Percik Desember 2005 1

MengucapkanSelamat

Tahun Baru2006

MengucapkanSelamat

Tahun Baru2006

FOTO:GUSTOMI/JeLAJAH

Page 4: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Ingin Dapatkan Pustaka

Redaksi Percik yang baik. Pertamakali saya ingin memperkenalkan diriterlebih dahulu. Saya lulusan TeknikLingkungan ITB angkatan 95, danMaster of Science dari Technische Uni-versitaet Hamburg, Harburg--Ger-many. Saat ini saya sedang melanjutkanke program PhD di universitas yangsama.

Saya sedang mengadakan penelitiandengan tema sustainability assessmentof sanitation system, terutama untuklow income urban areas di Indonesia.Saya sedang mengadakan studi di dae-rah Rungkut, Surabaya. Tujuan utamapenelitian saya yaitu to propose analternative solution for water pollutionproblems by human waste for lowincome urban areas in Indonesia. Salahsatu alternatifnya adalah sistem ecosan(Ecological Sanitation), di mana do-mestic wastewater dibagi tiga yaitutinja atau blackwater, urine atauyellowwater, dan greywater (dari sela-in air buangan toilet). Sistem ini sudahlama dikembangkan di Eropa (jerman,Austria, Swedia). Profesor pembimbingsaya kebetulan termasuk salah satu pe-lopornya.

Untuk mengimplementasikannya,saya dan teman saya yang kuliah di tem-pat yang sama membangun sebuah Eco-san pilot plant di Pusdakota Ubaya, Su-rabaya, sebuah NGO yang bergerak dibidang pemberdayaan masyarakat.

Dari salah seorang teman di Pus-dakota yang kebetulan mengikuti semi-nar yang diselenggarakan oleh AMPLbeberapa waktu silam, saya membacaprosiding seminarnya dan jurnalPercik vol.4 Tahun I/Juni 2004. Sayatertarik dengan isinya karena sebagianbesar berkaitan dengan tema penelitiansaya. Sebagian besar data-data yang adapada Percik edisi tersebut telah sayadapatkan dari beberapa sumber dariinternet, akan tetapi ada juga yangbelum saya miliki.

Oleh karena itu, saya ingin bertanya

bagaimana jika saya ingin memilikibeberapa referensi dari pustaka Percik.Selain data-data yang disajikan padaPercik edisi tersebut, ada juga beberapaVCD (seperti National Action PlanBidang Air Limbah, Methodology forParticipatory Approach assessment,Prosiding Seminar Nasional SANIMASdi bali 2004), prosiding seminar Nasio-nal Hari Air Sedunia 2004, data Inven-tarisasi dan Evaluasi Pelaksanaan Pro-gram Pembangunan Prasarana dan Sa-rana Dasar Permukiman Perkotaan1992-2002, dan buku pedoman (Pedo-man penanggulangan limbah cair dantinja) dan lain lain yang saya inginmembuat copy-nya. Bagaimana caraterbaik untuk mendapatkannya?

Almy Malisie

Surabaya

Perlu Buku

Saya adalah staf pengajar di Pro-gram Studi Kesehatan Masyarakat Uni-versitas Jember. Bagian program kamimemerlukan buku-buku yang berkaitandengan Kesehatan Lingkungan, dan ka-mi telah menerima jurnal yang telahAnda kirimkan. Kami ingin memper-

oleh buku yang ada dalam websiteAnda. Bagaimana caranya?

Rahayu Sri Pujiati, SKM, M.Kes

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Universitas Jember

Jl. Kalimantan I/93 Kampus

Tegal Boto, Jember 68121

Telp. (O331) 322995 Fax. (0331) 337878

Berlangganan

Saya pernah beberapa kali membacaMajalah Percik yang dibawa dosen sa-ya. Isi yang ditampilkan cukup menarikdan relevan dengan apa yang saya pela-jari saat ini. Bagaimana cara berlang-ganan majalah ini secara berkala?

Nurul Ichsan

Jln. Banjarsari, Gg. Iwenisari No. 8

Tembalang, Semarang 50275

Buletin dan CD

Bersama ini saya memohon untukdapat menerima buletin dan CD gratisdari AMPL yang akan kami manfaatkandi perpustakaan Fakultas Ilmu Admi-nistrasi Universitas Brawijaya.

Andy Fefta Wijaya

Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya Jl. MT Haryono No 163

Malang - Jawa Timur, Indonesia

Terima kasih kami sampaikan kepadapara pembaca setia Percik. Untuk dike-tahui, Percik bisa didapatkan secaracuma-cuma. Kami akan mengirimkankepada Anda yang telah mencantumkanalamat lengkap. Sedangkan mengenaipustaka, untuk diketahui bahwa jumlah-nya sangat terbatas. Oleh karena itu, kamibisa membantu sejauh pustaka itu adadan mencukupi. Kalau tidak, Anda perlumemperbanyaknya sendiri. Lebih jelas-nya, silakan anda menghubungi sekretari-at Pokja AMPL. Terima kasih. (Redaksi)

SUARA ANDA

Percik Desember 2005 2

ILUSTRASI:RUDI KOSASIH

Page 5: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Tahun 2005 hampir usai. Pem-bangunan air minum dan pe-nyehatan lingkungan (AMPL)

tampaknya juga berlalu begitu saja.Belum ada perubahan signifikan di sek-tor tersebut. Memang bisa dimaklumi,karena sektor lain tak jauh berbeda aliasjalan di tempat. Mungkin banyak alasanyang bisa dikemukakan, misalnya pe-merintahan baru terbentuk, anggaranterlambat turun, mutasi birokrasi dansebagainya.

Diakui atau tidak, sektor ini belummendapat perhatian yagn memadai.Anggaran pemerintah pusat untuk per-mukiman kurang dari 10 persen. Bisadinilai berapa persen dari jatah tersebutdiperuntukkan untuk sektor AMPL-yang merupakan bagian dari permu-kiman--, sangat kecil. Padahal, diperki-rakan pembangunan AMPL perlu danaRp 50 trilyun hingga 2015 untuk meme-nuhi target Millennium Development

Goals (MDGs). Perhatian pemerintahdaerah bahkan lebih menyedihkan. Ber-dasarkan survei di enam kabupaten,alokasi APBD untuk sektor ini pun ku-rang dari 10 persen, bahkan ada yangmendekati nol persen.

Tak heran cakupan pelayananAMPL tak beranjak angkanya diban-dingkan tahun-tahun sebelumnya.Tingkat pelayanan air bersih perpipaandi perkotaan mencapai 52 persen dan diperdesaan 5 persen. Secara keseluruh-an, sistem pelayanan air limbah, baiksistem setempat (on site) maupun ter-pusat (off site) di perkotaan telah men-

jangkau 25,5 persen penduduk di 399kota. Sistem pengelolaan persampahandi perkotaan melayani 32,1 persen pen-duduk di 384 kota. Secara nasional54,56 persen rumah tangga memiliki sa-luran drainase yang baik, dan 31,98 per-sen tidak mempunyai saluran drainasesama sekali.

Akses masyarakat terhadap saranadan prasarana AMPL masih rendah, ter-utama di perdesaan. Umumnya pela-yanan AMPL terdistribusi secara tidakmerata antardaerah dan wilayah, sertadi banyak daerah distribusinya jugatidak adil dan merata di antara masya-rakat yang kaya dan miskin. Tingkat efi-siensi pemanfaatan kapasitas terpasangsistem air bersih, baru mencapai 76 per-sen dari total kapasitas terpasang. Iniberarti bahwa terdapat 24 persen kapa-sitas menganggur, yang berarti inefisi-ensi penggunaan dana untuk pemba-ngunan prasarana tersebut. Hal ini ter-utama disebabkan pembangunan di ma-sa lalu yang lebih mengedepankan pen-dekatan dari atas (top down) sehinggakapasitas yang dibangun tak sesuaikebutuhan.

Proporsi keluarga di perkotaan yangmenggunakan tangki septik dan cublukmemang cukup besar yakni 80,5 persen(tanpa memperhatikan kualitasnya),BPS, 2004. Sebanyak 73,13 persen kelu-

LAPORAN UTAMA

Percik Desember 2005 3

Wajah AMPL 2005

KEPEDULIAN

MASIH KURANGSektor air minum dan sanitasi masih dianggap kurang

penting. Ini terlihat dari tingkat kepedulian terhadap sek-tor ini dan dampak yang muncul

selama setahun. Perubahan yang diharapkanmasih menjadi impian.

LUMAJANG

TAKALAR

KUNINGAN

SUBANG

SIKKA

SUMBA TIMUR

20030.561.15

1.333.067.91

20045.560.010.971.370.850.1

2005

1.06

Page 6: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

arga perkotaan telah memiliki jambankeluarga dan 16,9 persen menggunakanjamban bersama dan jamban umum.Sedangkan untuk di desa, angkanyaberkisar pada 50 persen.

Dalam kondisi yang demikian itu,lingkungan mengalami degradasi yangparah. Ini akibat pertambahan pen-duduk yang cepat, urbanisasi, dan in-dustrialisasi. Daerah tangkapan air mu-lai rusak. Pencemaran air terjadi. Aki-batnya ketersediaan air menjadi ma-salah yang serius. Dari segi kualitas, dibeberapa daerah aliran sungai kualitasair terus menurun karena pencemaranbaik yang berasal dari air limbah do-mestik maupun industri, atau pun usa-ha lain seperti pertambangan dan peng-gunaan pestisida. Kondisi pencemaranbadan air oleh berbagai sebab, khusus-nya air limbah, sudah sangat mempri-hatinkan. Sekitar 76 persen dari 52 su-ngai di Jawa, Sumatera, Bali, dan Sula-wesi tercemar berat oleh cemaran orga-nik, dan 11 sungai-sungai utama terce-mar berat oleh unsur amonium.

Ini semua karena ulah manusia yangtidak mengelola alam secara arif dan bi-jaksana. Penebangan liar terjadi di ma-na-mana tanpa ada tindakan tegas. Takheran banjir dan tanah longsor terusterjadi, sama seperti tahun sebelumnya.Korban tewas, luka, dan kerugian hartabenda tak terelakkan.

Pengeboran air dan pembuanganlimbah industri sembarangan, terutamadi kota-kota, tak memperhatikan aspekkelestarian dan daya dukung lingkung-an. Sebagai contoh Jakarta, pemanfaat-an air tanah sudah melampaui 60 per-sen ambang batas aman (safe yield).Akibatnya, pada daerah-daerah tertentuterjadi penurunan permukaan hinggalebih dari lima meter. Akibat pencemar-an oleh industri di kawasan JakartaUtara, nilai ekonomi air di kawasan itu,yaitu Kali Cakung Dalam di RorotanMarunda, akan terus menurun secarabertahap. Jika nilai air itu diuangkanpada tahun 2003 sebesar Rp 1,094 mil-yar, beberapa tahun kemudian hanya

akan bernilai sekitar Rp 337 juta. Per-ubahan nilai air itu yang turun selamaperiode 2003-2010, mengakibatkanudang, kepiting, dan kerangan-kerang-an akan keracunan mercuri air kali. Pa-da tahun 2010, karena kadar Cd air ta-nah melebihi baku mutu, air bersih dikawasan itu tak layak lagi diminum. Se-lanjutnya pada 2028, air tak bisa lagiuntuk pertanian karena kadar Hg me-lebihi ambang batas (Suara Pembaharu-an, 18/11/05).

Alam juga makin berat bebannya ka-rena sampah yang terus bertambah. La-ju timbulan sampah pertahun diperki-rakan 1,49 persen. Bagi beberapa dae-rah yang memiliki lahan, mungkin padasaat ini tidak menjadi masalah. Tapi dikota besar, sampah menjadi persoalanbesar. Lihat saja Jakarta, yang saat inikebingungan membuang sampahnyasetelah TPST Bojong terus ditentangpengoperasiannya oleh warga sekitar-nya, sedangkan TPA Bantar Gebang takbisa lagi digunakan. Bandung jugamengalami hal yang sama setelah musi-bah longsornya TPA Leuwigajah. Eraotonomi ternyata melahirkan ego dae-rah, tanpa peduli dengan komunitasmasyarakat dan kepentingan yang lebih

besar. Di satu sisi, kesadaran masyara-kat untuk melaksanakan 3 R (reuse, re-duce, recycle) terhadap sampah masihrendah. Mereka masih tak peduli terha-dap barang kotor ini. Perilaku masyara-kat untuk hidup bersih dan sehat masihperlu ditingkatkan.

Akses masyarakat yang rendah terha-dap sarana dan prasarana AMPL juga aki-bat masalah kelembagaan dan penegakanhukum. Lembaga atau instansi yang me-ngurusi AMPL sendiri belum menun-jukkan kinerja yang memadai dan profe-sional. Masalah manajemen, keuangan,sumber daya manusia, dan kelembagaantak kunjung usai. Sementara penegakanhukum berjalan lemah, kalau tidak maudibilang tidak berjalan sama sekali.Peraturan dan perundang-undanganhanya tertulis di atas kertas. Perusakanterhadap lingkungan tak terelakkan.

Kondisi buruk itu berdampak lang-sung. Aksi sama dengan reaksi, begituhukum relativitas. Maka ketika tidakada aksi yang signifikan dalam pemba-ngunan AMPL, reaksi yang diharapkanpun tak muncul, alias terjadi stagnasi.Itu masih lebih baik, faktanya kondisikesehatan masyarakat-yang merupakanhasil dari sebuah proses yang terkait

LAPORAN UTAMA

Percik Desember 2005 4

FOTO: MUJIYANTO

Page 7: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

langsung dengan asupan AMPL-makinmemburuk. Ini ditandai dengan mun-culnya berbagai penyakit misalnya po-lio, demam berdarah, flu burung, diare,dan cholera. Penyakit yang terakhir initerjadi belum lama ini tanpa terpub-likasi. Secara umum, dari 175 negara didunia, Indonesia berada pada peringkat112 di bidang kesehatan. Menteri Kese-hatan Fadillah Supari menilai ini pe-ringkat yang buruk, meskipun tingkatkesehatan ini lebih baik dibandingkansebelumnya.

Kondisi ini ada didepan mata. Kita tak bisamenyalahkan ini padasatu pihak. Semua pihakharus ikut bertanggungjawab. Tidak dapat di-pungkiri selama ini ma-syarakat kurang diberda-yakan dalam penyeleng-garaan AMPL sehinggakeberlanjutan sarana danprasarana AMPL tak ter-wujud. Di sisi lain, aparatpemerintah masih memi-liki pola pikir proyek danmenganggap rakyat bo-doh. Penyakit ketidakber-dayaan juga menghing-gapi para birokrat se-hingga bila tidak ada da-na, tidak ada kerja, dan tidak peduli ter-hadap kondisi rakyat yang harus dila-yaninya. Ketidakberdayaan ini menjadipenyakit kronis yang dihadapi bangsaini.

Tantangan Indonesia telah masuk 'jebakan'

MDGs. Indonesia, dalam hal ini pe-merintah, merasa harus melaksanakankesepakatan yang dihasilkan di Jo-hannesburg, Afrika Selatan, tahun 2002itu. Di bidang AMPL, Indonesia harusbisa mengurangi separuh, pada tahun2015, dari proporsi penduduk yangtidak memiliki akses terhadap airminum dan sanitasi dasar. Asumsinya,capaian itu akan berpengaruh besar

terhadap peningkatan kesejahteraanmasyarakat.

Dari sisi masyarakat, tekad peme-rintah itu sangat baik. Persoalannyaadalah apakah itu realistis. Terlalu ba-nyak masalah yang dihadapi oleh negeriini. Dalam sistem yang carut marut se-perti sekarang ini, para pengambil kebi-jakan-termasuk wakil rakyat-lebih sukahal-hal nyata yang hasilnya bisa dili-hat/dirasakan langsung. Ini tentu ber-beda dengan dampak pembangunanAMPL yang tidak serta merta terasa

atau efeknya jangka panjang. Dukungandana bagi sektor ini pun tak bisa diha-rapkan, sekali pun dari pihak swastamengingat begitu besarnya kebutuhan.Sementara negara kaya, yang seharus-nya menyisihkan sebagian dari ProdukDomestik Bruto (PDB)-nya untuk mem-bantu negara miskin sebesar 0,1 persen,tak bisa dipegang janjinya.

Muncullah strategi baru pemba-ngunan, yang disebut pemberdayaan.Masyarakat selama ini dianggap tidakberdaya. Karenanya, masyarakat den-gan keterbatasan yang dimilikinyadidorong untuk mampu membangundirinya sendiri. Pemerintah berperansebagai fasilitator. Rakyat 'difasilitasi'

untuk bersama pemerintah mencapaitarget MDGs dengan kapasitas yangdimilikinya.

Berdasarkan kajian UNSFIR (2003),Indonesia baru dapat mencapai pengu-rangan separuh dari jumlah penduduktanpa akses terhadap air minum dan sa-nitasi dasar pada tahun 2040. Diperki-rakan ada 24 propinsi yang tidak men-capai target tersebut pada tahun 2015.

Ada hal paradoks antara target danproses. Di satu sisi, pemerintah lebih me-nekankan pembangunan AMPL itu me-

lalui proses pemberda-yaan dan itu butuhwaktu yang lebih lama.Di sisi lain, targetMDGs telah menjadi'mainstream' yang ha-rus dipenuhi agarkomitmen Indonesiadapat terpenuhi. Se-hingga bukan tidakmungkin pola pikirproyek yakni 'mengejartarget' kembali akanberlaku.

Yang pasti, adatarget atau tidak, rak-yat butuh akses airminum dan penye-hatan lingkungandemi kesejahteraan

hidup mereka. Dan ini butuh pena-nganan dan keseriusan pemerintah se-bagai pihak yang telah diberi amanaholeh rakyat untuk mengatur negara. Inimembutuhkan visi dan misi yang jelas,yang tidak tergantung pada negara atauorganisasi internasional. Terobosan dankreativitas sangat dinantikan oleh rak-yat. Makanya pemerintahpun harusberdaya untuk membangun dirinya se-hingga tidak mudah disetir oleh pihak-pihak tertentu yang memiliki misi ter-sembunyi.

Air minum dan lingkungan sehat un-tuk hidup berkualitas sangat dinantikanoleh rakyat. Tentu ini bukan sekadar slo-gan. Kapan bisa diwujudkan? MJ

LAPORAN UTAMA

Percik Desember 2005 5

FOTO: MUJIYANTO

Page 8: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Kebijakan nasional pemba-ngunan air minum dan penye-hatan lingkungan (AMPL)

berbasis masyarakat telah dua tahundilaksanakan. Kendati belum ke selu-ruh wilayah, uji coba pelaksanaannyamemunculkan harapan akan penye-lenggaraan AMPL berbasis masya-rakat di masa mendatang. Namun, ke-bijakan ini belum cukup untuk men-jangkau penyelenggaraan AMPL seca-ra keseluruhan.

Di sisi lain ada tingkat kebutuhanakan sarana dan prasarana AMPL yangrelatif besar. Dalam kaitan ini mau tidakmau pengelolaannya akan mengarahkepada berbasis lembaga. Kebutuhanyang besar akan memerlukan sumberdaya yang besar pula untuk memenuhi-nya, baik sumber daya manusia, ke-uangan, teknologi dan yang lainnya.Atas dasar itu, pemerintah sedang me-rancang kebijakan nasional pemba-ngunan AMPL berbasis lembaga.

Secara persiapan, proses penyusun-annya sudah selesai. Bahkan akhir De-sember 2004 sebenarnya draftnya ting-gal merevisi. Tapi hingga akhir tahun2005 ini, draft tersebut belum juga di-tandatangani. Banyak kendala di sana.Ini tentu wajar karena kebijakan ini ter-kait dengan banyak sektor dan banyak'kepentingan'. Masih ada hal-hal yangperlu disinkronisasikan terlebih dahulu.

Yang pasti dengan adanya kebijakanini diharapkan ada arahan bagi semuastakeholder dalam melakukan kegiatanuntuk mencapai tujuan penyelenggara-an AMPL, yaitu meningkatkan derajatkesehatan masyarakat dan menunjangpertumbuhan ekonomi sehingga terwu-judnya kesejahteraan masyarakat. Sa-

sarannya i) peningkatan akses, ii) peng-gunaan efektif, dan iii) menjamin keber-lanjutan.

Kebijakan umum pembangunansektor AMPL sebagai berikut:

Mengutamakan Masyarakat Miskindalam Peningkatan Pelayanan AMPLMenjaga Keseimbangan Antara Kebu-tuhan Penyelenggaraan AMPL danDaya Dukung LingkunganMeningkatkan Keterlibatan SemuaPihak dalam Penyelenggaraan AMPLMengoptimalkan Penerapan PrinsipKepengusahaan dan Prinsip Pemulih-an Biaya dalam PenyelenggaraanAMPLMengefektifkan Penegakan HukumMengembangkan Mekanisme Kerja-sama Antardaerah dan Antarsektor dalam Penyelenggaraan AMPL

Kebijakan umum tersebut kemudianditurunkan dalam kebijakan sektoryang terdiri atas empat sektor yakni airminum, air limbah, persampahan, dandrainase.

Air MinumPelayanan air minum saat ini masih

sangat terbatas. Ini terjadi di perkotaan,khususnya menimpa mereka yang eko-nominya lemah dan tinggal di daerahkumuh. Biaya yang dikeluarkan untukkebutuhan air terkadang cukup besardilihat dari penghasilannya.

Di sisi lain, daya dukung lingkunganterhadap sumber daya air makin menu-run. Kendati bisa diperbaharui, keterse-diaan sumber daya air dibatasi kondisigeografis dan musim. Ketersediaan airbaku untuk air minum menjadi masalah

LAPORAN UTAMA

Percik Desember 2005 6

Kebijakan Nasional Pembangunan AMPLBerbasis Lembaga

Setahun Menunggu Pengesahan

1.

2.

3.

4.

5.6.

FOTO: ISTIMEWA

Page 9: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

yang dialami oleh sebagian besar penye-dia jasa. Sementara itu, kebutuhan aka-n air minum cenderung makin mening-kat baik yang diakibatkan oleh pertam-bahan penduduk maupun perubahanpola hidup.

Sementara PDAM yang diharapkanmampu melayani masyarakat belum bi-sa seperti yang diharapkan baik dari sisikualitas dan kuantitas air yang ditentu-kan. Perusahaan itu masih menghadapimasalah intern baik dari sisi manaje-men, tarif, dan peraturan perundang-undangannya. Sedangkan peran swastabelum tampak.

Atas berbagai kondisi tersebut makakebijakan sektor air minum berupa:

Peningkatan kualitas dan cakupan pe-layanan dari air bersih menjadi airminum secara bertahapMeningkatkan akses pada sarana danprasarana air minum dengan meng-utamakan masyarakat berpenghasil-an rendah dan daerah rendah aksesMelibatkan konsumen dalam mendo-rong peningkatan kualitas pelayananPengendalian konsumsi air minummelalui instrumen peraturan dantarifMeningkatkan peran pemerintah,masyarakat, dan dunia usaha dalampenanganan air bakuMenerapkan prinsip kepengusahaandan pemulihan biaya dalam pengelo-laan air minum dengan menjamin ke-butuhan dasarMeningkatkan peluang investasi da-lam penyelenggaraan air minum

Air LimbahUU Sumber Daya Air pasal 40

mengharuskan adanya keterpaduanantara air minum dan air limbah.Namun sampai saat ini masih belumada keseragaman konsep dalam halpenanganan air limbah. Pembangunanair minum saat ini masih berorientasipada pengolahan air baku menjadi airminum, tetapi tidak memperhatikanbuangan yang dihasilkan dari penggu-naan air minum yang akan menye-

babkan penambahan beban pence-maran air baku. Bila hal ini terusberlanjut akan menyebabkan tingginyadana yang diperlukan untuk menda-patkan kualitas air minum yangmemenuhi syarat kesehatan dan pe-mulihan sumber daya air.

Di samping itu, belum adanya stan-dar perencanaan tentang sistem pela-yanan air limbah, baik itu untuk skalakawasan maupun perkotaan, menye-babkan sarana air limbah banyak yangterbangun namun tidak memenuhi sya-rat aman bagi lingkungan

Pencemaran badan air oleh berbagaisebab, khususnya air limbah sudah sa-ngat memprihatinkan. Sebanyak 76,2persen dari 52 sungai di Jawa, Sumate-ra, Bali, dan Sulawesi tercemar beratoleh cemaran organik, dan 11 sungai-su-ngai utama tercemar berat oleh unsuramonium. Sungai-sungai utama di per-kotaan umumnya tercemar dengan ra-ta-rata yang telah melampaui ambangbatas kadar BOD sebanyak 34,48 persendan kadar COD sebanyak 51,72 persen.Sebanyak 32,24 persen sampel air mi-num perpipaan dan 54,16 persen sam-pel air minum non perpipaan mengan-dung bakteri coli.

Diakui atau tidak, masyarakat seba-gai pembuang limbah belum begitu pe-

duli terhadap hal yang dilakukannya.Kondisi ini semakin diperparah denganketiadaaan/minimnya akses masyara-kat ke sarana dan prasarana air limbah.Bagi yang ada pun, kinerja pengeloladan kedudukannya secara kelembagaanmasih rendah. Kepedulian pemerintahpun kurang. Ini terlihat dari minimnyaanggaran dan kurangnya peraturan per-undang-undangan di sektor ini.

Untuk mengatasi berbagai persoal-an tersebut, kebijakan sektor air limbahdisusun sebagai berikut:

Mendorong keterpaduan antarapengaturan sektor air minum dan airlimbah Pengelolaan air limbah dilakukan un-tuk keperluan konservasi air bakuMeningkatkan akses masyarakat padasarana dan prasarana air limbah yangmemadaiMemprioritaskan penyediaan aksespada sarana dan prasarana air limbahuntuk masyarakat miskinPenyelenggaraan air limbah dilaku-kan oleh lembaga yang ditunjuk seca-ra khusus Meningkatkan peran pemerintah,masyarakat, dan dunia usaha dalampenyelenggaraan air limbahPenerapan prinsip pemulihan biayasecara bertahap dalam penyelengga-

LAPORAN UTAMA

Percik Desember 2005 7

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

FOTO: ISTIMEWA

Page 10: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

raan Air LimbahMengefektifkan Penegakan Hukumdalam Mencegah Pencemaran Sum-ber Air

PersampahanLaju pertumbuhan penduduk Indo-

nesia yang mencapai 1,49 persen per ta-hun membawa konsekuensi logis pe-ningkatan timbulan sampah perkotaan(2 - 4 persen per tahun). Laju pertum-buhan itu juga diikuti perubahan kom-posisi dan karakteristik sampah karenapertumbuhan industri dan konsumsimasyarakat.

Peningkatan jumlah timbulan sam-pah tidak diikuti dengan ketersediaansarana dan prasarana persampahanyang memadai sehingga sampah yangtidak tertangani menjadi sumber pence-maran lingkungan. Kesulitan lain yangseringkali dihadapi oleh pemerintahdaerah adalah terbatasnya lahan TPA(Tempat Pembuangan Akhir).

Sektor ini pun mengalami masalahdalam kelembagaan, peraturan, danpembiayaan. Seperti halnya sektor air

limbah, persampahan belum mendapatprioritas yang memadai. Hanya saja adaharapan di tingkat masyarakat karenasebagian masyarakat (individu maupunkelompok) sebenarnya telah mampumelakukan sebagian dari sistem penge-lolaan sampah baik untuk skala indivi-dual maupun skala lingkungan. Kinitinggal bagaimana mendorong potensiyang sudah ada tersebut.

Kebijakan sektor persampahan me-liputi:

Pengurangan sampah semaksimalmungkin dimulai dari sumbernyaMengedepankan peran dan partisipa-si aktif masyarakat sebagai mitra da-lam pengelolaan sampahMemperkuat kapasitas lembaga pe-ngelola persampahanPengembangan kemitraan denganswasta Meningkatkan tingkat pelayanan un-tuk mencapai sasaran nasional se-cara bertahapMenerapkan prinsip pemulihan biayasecara bertahapPeningkatan efektifitas penegakan Hukum

DrainaseSelama ini belum ada kejelasan apa-

kah sistem drainase di Indonesia hanyadiperuntukkan untuk pemutusan ge-nangan air hujan atau termasuk untukpenyaluran air limbah dalam suatu sis-tem tercampur. Hal ini menyebabkanmasih sering dijumpainya sistem drai-nase yang juga digunakan untuk penya-luran air limbah, khususnya gray wa-ter, walaupun tidak didisain untuk sua-tu sistem tercampur. Sistem tercampuryang tidak direncanakan dengan baikberpotensi menyebabkan pencemaranbadan air di daerah hilir.

Banyak pembangunan sarana drai-nase, baik yang dilakukan oleh peme-rintah, swasta ataupun masyarakat yangtidak mengikuti master plan yang ada,bahkan di beberapa kota tidak memilikimaster plan drainase. Selain itu, perha-tian terhadap masalah drainase belumberdasarkan pendekatan program, baruberdasarkan pendekatan kasuistis danpembangunan suatu wilayah seringkalitidak mengikuti tata ruang yang sesuaidengan pola aliran dan memperhatikankapasitas resapan.

Drainase juga menghadapi kendalapendanaan, penegakan hukum, dan ke-lembagaan. Perhatian pemerintah barubesar jika ada akibat.

Menghadapi hal itu, kebijakan sek-tor ini ditetapkan sebagai berikut:

Menetapkan kewenangan penangan-an drainase oleh pemerintah, swasta,dan masyarakat berdasarkan hirarkisistem drainaseMeningkatkan keterpaduan penanga-nan drainase untuk mendukung ke-seimbangan tata airMemprioritaskan masyarakat miskindan daerah padat penduduk dalampenanganan drainase

Semua kebijakan sektor, baik air mi-num, air limbah, persampahan, dan drai-nase kemudian dijabarkan dalam strategipelaksanaan secara lebih rinci. Proses so-sialisasi pun telah dilaksanakan melaluiacara talk show di televisi. Kini yang kitatunggu tinggal pengesahannya. (MJ)

LAPORAN UTAMA

Percik Desember 2005 8

8.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

1.

2.

3.

FOTO: ISTIMEWA

Page 11: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Kelompok Kerja (Pokja) AirMinum dan Penyehatan Ling-kungan (AMPL) pada tahun

2005 memfokuskan kegiatan pada kam-panye publik, operasionalisasi Kebijak-an Nasional Pembangunan AMPL Ber-basis Masyarakat di daerah dan penye-lesaian Kebijakan Nasional Penyeleng-garaan AMPL Berbasis Lembaga.

Kampanye publik bertujuan untukmemberikan pemahaman seluruh sta-keholder pembangunan sektor AMPLterhadap prinsip-prinsip kebijakan na-sional AMPL dan meningkatkan kepe-dulian, dan keterlibatan mereka dalampembangunan sektor ini. Beberapa ke-giatan kampanye publik telah dilaku-kan adalah penerbitan Majalah Percik,pengelolaan website, electronic mailinglist dan newsletter AMPL, pencetakanposter dan leaflet, pameran serta talk-show di media elektronik. Talkshowdilakukan bekerja sama dengan dua sta-siun televisi yaitu TVRI dan Metro TVmembahas Kebijakan Nasional Penye-lenggaraan AMPL Berbasis Lembaga.

Operasionalisasi Kebijakan Nasio-nal Pembangunan AMPL BerbasisMasyarakat dilakukan melalui beberapakegiatan sebagai berikut:1. Lokakarya

Lokakarya Kebijakan Nasional Pem-bangunan AMPL Berbasis Masyara-kat di tujuh Propinsi.Lokakarya Operasionalisasi Kebijak-an Nasional Pembangunan AMPLBerbasis Masyarakat di derah untukMitra NGO dan Lembaga Terkait.Lokakarya Kebijakan Nasional Pem-bangunan AMPL pada lokasi CWSH.Lokakarya Sosialisasi KebijakanNasional Pembangunan AMPL LokasiWSLIC IILokakarya Operasionalisasi Kebijak-an Nasional Pembangunan AMPLBerbasis Masyarakat di Daerah.

2. PelatihanPelatihan Teknis AMPLPelatihan Teknis ProAirPelatihan Teknis Pasca KonstruksiWSLIC 2Pelatihan MPA-PHAST dan Penerap-annya dalam Perencanaan dan Moni-toring Proyek AMPL Berbasis Masya-rakat

3. Koordinasi Pelaksanaan Kebi-jakan Pembangunan AMPL Berba-sis Masyarakat dengan Mitra Pro-gram.4. Uji coba pendekatan Commu-nity Led Total Sanitation (CLTS).Uji coba dilaksanakan bekerja samadengan WASPOLA di enam lokasi yaknidi Lumajang, Muaro Jambi, Sambas,Bogor, Muara Enim dan Sumbawa.Pendekatan CLTS cukup berhasil mening-katkan perilaku masyarakat untuk hidupbersih dan sehat. Namun, tidak semualokasi uji coba memberikan hasil yangbaik. Beberapa hal yang mempengaruhikeberhasilan dan kegagalan pendekatanini adalah budaya dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat setempat.

Pada tahun 2005 ini Pokja AMPLtelah membidani penyusunan kesepa-katan kerja sama antara PemerintahIndonesia dengan Plan International,sebuah lembaga swadaya masyarakat

LAPORAN UTAMA

Percik Desember 2005 9

Potret Pokja AMPL 2005

Pada tahun 2005 iniPokja AMPL telah membidani

penyusunan kesepakatankerja sama antara Pemerintah

Indonesia dengan PlanInternational, sebuah lemba-ga swadaya masyarakat inter-

nasional. Ini merupakansalah satu upaya pelibatanaktif seluruh stakeholder

dalam pembangunan AMPL.

FOTO: POKJA AMPL

Page 12: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

internasional. Kesepakatan ini ditu-angkan dalam MoU yang telah ditanda-tangani oleh Deputi InfrastrukturBappenas dan Country Director PlanInternational Indonesia pada tanggal 19Oktober 2005. Kerja sama ini merupa-kan salah satu upaya pelibatan aktif se-luruh stakeholder dalam pembangunanAMPL.

Kegiatan penyusunan KebijakanNasional Penyelenggaraan AMPL Ber-basis Lembaga telah menghasilkandraft ketiga revisi ketiga. Draft doku-men kebijakan telah disosialisasikankepada pejabat-pejabat eselon 1 diDitjen Bangda, Depdagri, Ditjen PMDDepdagri, Ditjen PP dan PL, Depkes danKementerian Lingkungan Hidup.

Rencana 2006Rencana kerja Pokja AMPL pada

tahun 2006, mencakup kampanye pub-lik, operasionalisasi Kebijakan Nasio-nal Pembangunan AMPL (Berbasis Ma-syarakat dan Berbasis Lembaga) sertapenyusunan pedoman.

Pada tahun 2006, kegiatan kampanyepublik tidak banyak berubah diban-dingkan dengan tahun sebelumnya. Ke-giatan ini meliputi penerbitan MajalahPercik, pengelolaan website, electronicmailing list dan newsletter AMPL, pen-cetakan poster dan leaflet, pameran sertatalkshow di media elektronik. Diharapkanpada tahun 2006 ini volume penerbitanMajalah Percik dapat ditingkatkan. Hal inimengingat semakin besarnya minat kha-layak terhadap majalah ini.

Operasionalisasi Kebijakan Nasio-nal Pembangunan AMPL akan dilaku-kan melalui beberapa kegiatan seperti:

Pertemuan Koordinasi Kebija-kan Nasional PembangunanAMPL

Pertemuan Koordinasi KebijakanNasional Pembangunan AMPL ditu-jukan untuk peningkatan koordinasi,konsultasi dan supervisi pelaksanaankebijakan dalam rangka pengembanganrencana tindak pokja AMPL Pusat,Pokja propinsi dan Pokja kabupaten.

PelatihanKegiatan-kegiatan pelatihan pada

tahun 2006 ditujukan untuk mening-katkan kapasitas para pelaku operasio-nalisasi Kebijakan Nasional Pembangun-an AMPL dengan berbagai pengetahuandan ketrampilan yang dibutuhkan sertauntuk mempersiapkan replikasi berbagaipendekatan yang telah diujicobakan

pada tahun sebelumnya seperti CLTSdan SANIMAS.

Lokakarya Strategi KomunikasiDisadari bahwa keberhasilan pelak-

sanaan Kebijakan Nasional Pemba-ngunan AMPL sangat dipengaruhi olehpenerapan strategi komunikasi kebijakanyang efektif, pada tahun 2006, akandilakukan penyusunan strategi ko-munikasi yang akan diawali dengan se-buah lokakarya untuk model komunikasisebagai dasar pengembangan strategikomunikasi Kebijakan Nasional Pemba-ngunan AMPL Berbasis Masyarakat danBerbasis Lembaga.

Kegiatan penyusunan pedoman pa-da tahun 2006 akan diarahkan untukmenghasilkan berbagai petunjuk pelak-sanaan dan petunjuk teknis serta modulteknis CWSH.

Tahun 2006 merupakan tahun perta-ma realisasi kesepakatan kerja sama antaraPemerintah dengan Plan International.Beberapa lingkup kerjasama yang akandilaksanakan adalah uji coba penerapankebijakan nasional AMPL, pelatihan-pela-tihan, pengembangan resource center danpenyusunan strategi komunikasi. (AK)

LAPORAN UTAMA

Percik Desember 2005 10

Pada tahun 2006,akan dilakukan penyusunan

strategi komunikasiyang akan diawali dengansebuah lokakarya untuk

model komunikasi sebagaidasar pengembanganstrategi komunikasiKebijakan Nasional

Pembangunan AMPL BerbasisMasyarakat dan

BerbasisLembaga.

FOTO:MUJIYANTO

Page 13: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Gagasan reformasi kebijakan sek-tor Air Minum dan PenyehatanLingkungan (AMPL) dikem-

bangkan dalam rangka menciptakan pe-ningkatan akses pelayanan AMPL yanglebih baik dan tepat sasaran. Pentingnyaimplementasi pembangunan yang lebihefisien, tepat sasaran, berpihak kepadamasyarakat miskin, peningkatan par-tisipasi publik, peran serta perempuan,adalah beberapa dari sejumlah perhatianyang mendasari arah perubahan ke-bijakan sektor AMPL.

Sejak digagas pada tahun 1998,WASPOLA (Water and Sanitation Po-licy and Action Planning) mendorongpercepatan ke arah perubahan itu. Ken-dati pada awalnya gagasan reformasikebijakan sektor belum begitu akrab dikalangan birokrat, dan ditambah lagiminimnya pembelajaran nasional yangdapat dijadikan acuan, namun prosesreformasi itu tetap berlangsung danmendapat dukungan dari berbagai ka-langan. Enam departemen terkait telahmenyatakan komitmennya untuk im-plementasi kebijakan AMPL berbasismasyarakat.

Tahun 2005, merupakan tahunke-2 pelaksanaan WASPOLA 2 sete-lah WASPOLA 1 berakhir di tahun2003, yang masih mewarnai refor-masi kebijakan AMPL, yang berlang-sung pada proses koordinatif yangdinamis.

Reformasi dan Implementasi Ke-bijakan

Tahun 2005, Kebijakan Nasional AirMinum dan Penyehatan LingkunganBerbasis Masyarakat (Kebijakan Berba-sis Masyarakat, KBM) diimplementasi-kan pada 21 kabupaten di 7 propinsi(tabel 1).

Sejumlah pengalaman dapat dipetikdari proses implementasi di 21 kabupa-

ten tersebut. Pengalaman pelaksanaanpembangunan AMPL selama ini dapatdijadikan sebagai alasan kuat untuk me-lakukan reformasi kebijakan di daerah.Ketidakberfungsian sarana, inefisiensi,dan pembangunan yang tidak tepatsasaran adalah beberapa contohnya.Setidaknya, tercatat dua hal pentingmengapa reformasi kebijakan ini pen-ting, pertama, (i) pelayanan AMPL se-ring dipahami sebagai penyediaansarana AMPL dan kedua (ii) anggaranyang tersedia untuk mengembangkansarana AMPL sangat terbatas, dan kare-nanya perlu keterlibatan pihak non-pemerintah. Dukungan fasilitasiWASPOLA terhadap implementasikebijakan, pada konteks ini adalah men-jembatani transfer informasi dan pe-ngetahuan, agar pelayanan itu tidaksekadar membangun sarana, tetapilebih dari itu, yakni keberlanjutan.Keberlanjutan diawali oleh perubahanparadigma untuk menuju kesinam-bungan pembangunan dalam aspek ke-lembagaan, keuangan, sosial, teknis danlingkungan. Selain itu, dukungan jugadiberikan dalam rangka membangun si-nergi antara pemerintah dan non-pe-merintah agar pelayanan AMPL dapat

berlangsung berdasarkan komitmenbersama dan peranan berbagai pihak.Pelibatan ini akan membangun tang-gung jawab kalangan, tidak saja dalampembiayaan operasi dan pemeliharaantetapi mungkin saja investasi. Beberapacontoh pelaksanaan pembangunan yangdiinisiasi dengan konsep demand-drivendan pendekatan tanggap kebutuhan,telah menunjukkan bahwa sesungguh-nya terdapat potensi tersembunyi di te-ngah masyarakat, baik dana, kemampu-an dan komitmen. Prinsip-prinsip kebi-jakan yang dibangun dengan semangatkebersamaan dan komitmen perubah-an, dari penyedia ke fasilitator, seyog-yanya ditunjukkan pada implementasipembangunan sektor AMPL, oleh pe-merintah pusat dan daerah.

Peningkatan Kapasitas, Kebutuh-an Penyelenggaraan AMPL

Pada pengalaman fasilitasi penyu-sunan kebijakan di daerah, terutamapada konteks reformasi kebijakanAMPL, peningkatan kemampuan sum-ber daya merupakan kebutuhan yangmelekat pada reformasi itu sendiri. Isu-isu keberlanjutan dan pelayanan tang-gap kebutuhan merupakan tema pen-ting yang memerlukan kekuatan pema-haman dan komitmen sektoral. Tahun2005, WASPOLA telah memfasilitasiinteraksi masyarakat dan pemerintahdalam rangka penggalian dan tukarinformasi tentang pelayanan AMPL dilapangan. Hasilnya antara lain menum-buhkan kepedulian dari kalangan peme-rintah, mendorong apresisasi terhadapperan serta masyarakat dan timbulnyarasa percaya diri masyarakat terhadappengelolaan sarana AMPL.

Isu-isu keberlanjutan pelayananAMPL, merupakan isu yang kerap kalidisuarakan oleh pelaku pembangunanAMPL di daerah. Identifikasi Pokja

LAPORAN UTAMA

Percik Desember 2005 11

WASPOLA, Dari Prinsip ke AksiPROPINSI

SUMATERA BARAT

BANGKA BELITUNG

BANTEN

JAWA TENGAH

NUSA TENGGARA BARAT

SULAWESI SELATAN

GORONTALO

KABUPATEN

SAWAHLUNTO SIJUNJUNG

KOTA PAYAKUMBUH

TANAH DATAR

BANGKA SELATAN

BANGKA BARAT

KOTA PANGKAL PINANG

LEBAK

PANDEGLANG

KOTA TANGERANG

KEBUMEN

PEKALONAGN

GROBOGAN

LOMBOK BARAT

LOMBOK TIMUR

SUMBAWA

PANGKEP

TAKALAR

SELAYAR

GORONTALO

BONE BOLANGO

Page 14: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

daerah terhadap aspek-aspek keberlan-jutan pelayanan air minum di beberapakabupaten, menemukan beberapa va-riabel penentu keberlanjutan, dan sa-ling terkait. Sebagai contoh, pada kun-jungan lapangan ke 4 desa di KabupatenBone Bolango, yaitu desa Talamelito,Molintogupo, Tangga Jaya dan Illohe-luna, memperlihatkan variabel yangberbeda. Ditemukan bahwa pilihan tek-nologi tidak disertai dengan pengelola-an lembaga dan keuangan serta perlin-dungan lingkungan, bahkan ditemukanbahwa keberlanjutan pelayanan AMPLjuga rentan terhadap "kebijakan perso-nal" atau perilaku aparat pemerintahdesa. Pelayanan air minum di Dese Lo-nuo, yang pernah mendapat apresiasidari pemerintah dan lembaga interna-sional sebagai percontohan pelayananair bersih, saat ini terancam tidak ber-fungsi karena lemahnya pengelolaan ke-lembagaan. Pada konteks ini, pemerin-tah daerah mencermati persoalan di la-pangan dan kemudian memberikantechnical assistance untuk perbaikanpelayanan air bersih di desa itu. Halyang mirip, terjadi di beberapa kabupa-ten dan WASPOLA mendorong prosesini tetap berlangsung. Selain itu pende-katan partisipatif, yang diperkenalkan

WASPOLA melalui pelatihan MPA-PHAST, dapat membantu kelompokkerja AMPL daerah menganalisa berba-gai persoalan di tingkat komunitas.

Analisis Pelayanan AMPLWASPOLA mendukung pemangku

kepentingan untuk melakukan penilaianterhadap pelayanan AMPL. Pada tingkatdaerah, kegiatan ini dilakukan dalambentuk kajian lapangan dan pengem-bangan database, sedangkan di tingkatpusat, dilakukan melalui studi yang kom-prehensif untuk menemukenali persoalanpelayanan AMPL khususnya di era desen-tralisasi. Keseluruhan kegiatan ini, yangdilakukan di daerah dan di pusat, telahmenghasilkan pembelajaran pentinguntuk arah perbaikan pelayanan AMPL,melalui reformasi kelembagaan, ke-uangan dan regulasi.

Langkah Menuju Prioritas AMPLRendahnya akses pelayanan AMPL

pada pembangunan infrastruktur, dite-ngarai karena lemahnya dukungan yangdiberikan pada sektor ini. Kebanyakandaerah, bahkan pusat, tidak menjadikanAMPL sebagai prioritas pembangunan,setidaknya terlihat dari proporsi peng-anggaran, kejelasan kelembagaan dan

ketersediaan sumber daya. Di beberapadaerah, rencana strategis daerah (Ren-strada), AMPL dimasukkan sebagai ba-gian dari komponen lain, misalnya pe-rumahan atau kesehatan. Dalam kon-teks ini, penyiapan rencana strategisAMPL merupakan bagian dari upayamenempatkan AMPL sebagai prioritaspembangunan. Dukungan teknis WAS-POLA dalam penyusunan rencana stra-tegis AMPL mendapat apresiasi daripokja daerah. Renstra ini disusun dalamrangka penyiapan rencana kerja jangkapanjang dan menengah yang sejalan de-ngan Renstrada. Formulasi visi, misi,identifikasi faktor internal/eksternal,perumusan mandat, analisa SWOT, isustrategis dan penyusunan program stra-tegis adalah beberapa materi yang perludiketahui dalam penyusunan renstra.Keterlibatan pemangku kepentingansecara luas dan langsung, adalah ciriyang didorong WASPOLA dalam penyu-sunan renstra AMPL di berbagai dae-rah. Daerah yang telah memiliki renstraakan lebih maju mempersiapkan ren-cana komprehensif pembangunanAMPL dalam rangka pencapaian targetMDGs, dan peluang kemitraan strategisdengan berbagai pihak. MenempatkanAMPL sebagai prioritas akan meng-hemat daerah untuk investasi biayasosial penanggulangan dampak akibatburuknya pelayanan air minum dan sa-nitasi termasuk kesehatan.

Kebijakan Lembaga, MenjawabPasar

Sebagai bagian dari reformasi kebi-jakan, ketersediaan kebijakan untukpengaturan pelayanan AMPL oleh lem-baga, disadari semakin penting. Keber-adaan PDAM di hampir seluruhIndonesia, ternyata tidak berkorelasilangsung dengan peningkatan akses pe-layanan air minum. Data PU mencatatcakupan layanan air minum perkotaanberkisar 39 persen, sedangkan PDAMberada di 306 kabupaten (70 persen) diIndonesia . Hal ini terjadi karena cakup-an layanan masing-masing PDAM terse-

LAPORAN UTAMA

Percik Desember 2005 12

FOTO:ISTIMEWA

Page 15: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

but masih sangat rendah, sedangkanuntuk mengembangkan daerah layanankemampuan terbatas. Belum lagi ditam-bah dengan persoalan utang yangmelilit hampir seluruh PDAM. Pada sisilain, swasta telah menunjukkan upayayang serius untuk berpartisipasi padapelanan sektor AMPL. Catatan salah sa-tu LSM di Solo, menunjukkan saat initelah ada 23 PDAM yang siap bekerja-sama dengan swasta. Sejalan denganitu, untuk menjaga iklim investasi tetapberlangsung dan sekaligus memberi ja-minan pelayanan pelanggan khususnyamasyarakat tidak mampu, maka diper-lukan kebijakan yang komprehensif dandapat mengakomodasi berbagai kepen-tingan. Tantangan inilah yang sedangdijawab oleh pemerintah melalui penye-diaan kebijakan nasional pembangunansektor AMPL berbasis lembaga. UpayaWASPOLA untuk memfasilitasi prosesformulasi telah dilakukan sejak tahun2003, dan lebih intensif lagi pada tahun2004-2005. Keterlibatan berbagai sek-tor, baik pemerintah, swasta, LSM, per-guruan tinggi, asosiasi sangat terasa pa-da proses formulasi ini. Kebijakan ber-basis lembaga ini disusun lebih kom-prehensif dengan struktur dan konsepyang lebih kuat. Dibagi atas kebijakanumum dan kebijakan sektor yang terdiridari air minum, air limbah, drainasedan persampahan. Namun sebagai sua-tu proses, kebijakan ini memerlukandukungan dan penerimaan dari berba-gai kalangan, khususnya daerah dan ka-langan swasta, agar menjadi kebijakanbersama dan dapat diimplementasikansegera. Untuk pencapaian target MDGs,pemerintah harus secara cepat meng-gandeng berbagai kalangan yang peduliterhadap pelayanan AMPL, khususnyaswasta dan sekaligus menciptakan iklimyang kondusif terhadap kebutuhan in-vestor agar kemitraan itu dapat terjalin.

Sanitasi, Gerbong Belakang SaratPenumpang

Sanitasi, ketika masih dipikirkanterpisah dari pembangunan air minum,

yang diibaratkan pada kereta api adalahkereta tua yang berjalan terseok-seok.Pembangunannya selalu tertinggal di-banding air minum. Namun ketika lokodisatukan, sanitasi dan air minum harusdilakukan secara integral, ternyata sani-tasi hanya ditempatkan pada gerbongpaling belakang yang sarat penumpang,yang tidak pernah bisa melewati ger-bong depannya. Model yang mirip terja-di pada pembangunan sanitasi, tetaptertinggal tetapi memiliki banyak isudengan dampak luas. Hal itu semakinnyata, bila menilik anggaran yang di-alokasikan daerah untuk sektor sanitasi.Dalam konteks ini, WASPOLA mendo-rong penerapan perubahan cara pan-dang terhadap pembangunan sanitasi.Melalui pendekatan CLTS (CommunityLed Total Sanitation) pembangunansanitasi lebih memerlukan perubahansikap, baik pemerintah maupun ma-syarakat, agar pemerintah tidak lagi se-harusnya sebagai penyedia, dan ma-syarakat tidak lagi sekedar pengguna.Perubahan cara pandang ini akan men-ciptakan perubahan tingkah laku yangakhirnya merangsang kebutuhan daninovasi. Pada SANIMAS (sanitasi olehmasyarakat), pelibatan dan partisipasipublik merangsang tumbuhnya rasamemiliki dan willingness to pay. Duadari sekian konsep pembangunan sani-tasi ini adalah konsep yang diperke-nalkan WASPOLA agar sanitasi tidaklagi menjadi gerbong belakang yangsarat penumpang.

Promosi dan Kemitraan, Upayauntuk Mencapai Hasil

Kebijakan, sebagai suatu hasil pu-blik dan sebagai suatu proses, harus se-nantiasa dipromosikan atau terdisemi-nasi secara berkelanjutan. WASPOLAdan Pokja AMPL, telah berada di jaluritu. Keterlibatan pada berbagai kegiat-an, lokal, nasional, regional dan inter-nasional telah dilakukan, dalam rangkamembangun rasa tahu, peduli, komit-men dan ownership. Bersama Pokjakabupaten dan propinsi, kebijakan telah

didiseminasikan ke pemangku kepen-tingan lokal. Kemitraan dengan LSM,perguruan tinggi, swasta juga dilakukandalam rangka membangun sinergi dandukungan kapasitas. Beberapa kegiatanyang diikuti oleh WASPOLA, telahmenunjukkan fakta yang mengesankan,misalnya di 2 kegiatan pameran, standdikunjungi kurang lebih 200 orang danmendiskusikan isu-isu seputar AMPL

BEBERAPA KEGIATAN WASPOLAPADA TAHUN 2005

JANUARI 2005Penyusunan desain kegiatan dukung-an WASPOLA terhadap pengembang-an kebijakan di lokasi WSLIC danCWSH. Rasionalisasi Rencana Kerja WASPO-LA tahun 2005Persiapan uji coba CLTS

PEBRUARI 2005 Lokakarya konsolidasi operasionali-sasi Kebijakan Nasional berbasis ma-syarakat, tanggal 15-17 Pebruari 2005di Surabaya. Lokakarya pengembangan strategikomunikasi, tanggal 17 Pebruari2005, Surabaya.Kick off, uji coba pendekatan CLTS diIndonesia.

MARET 2005Penilaian kesiapan propinsi dalamoperasionaliasasi kebijakan nasionalRoadshow kebijakan nasional berba-sis lembaga kepada kementerian ling-kungan hidup, tanggal 29 Maret 2005Kegiatan lapangan studi analisispelayanan AMPL di era desentralisasiTujuh orang anggota Pokja AMPL danWASPOLA menghadiri Water Week2005, di Washington, Amerika Seri-kat, pada tanggal 28 Pebruari-3 Maret2005Presentasi Kebijaan nasional AMPLpada seminar dan pameran Indowa-ter 2005, tanggal 30 Maret 2005.

LAPORAN UTAMA

Percik Desember 2005 13

Page 16: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

LAPORAN UTAMA

Percik Desember 2005 14

APRIL 2005 WASPOLA dan Pokja AMPL berpar-tisipasi pada WSP retreat di Guilin,China, tanggal 4-6 April 2005WASPOLA dan Pokja AMPL, berpar-tisipasi pada pameran World WaterDay, di kompleks PU Jakarta. Diha-diri lebih dari 200 pengunjungPartisipasi pada Pencanangan Gerak-an Kemitraan Penyelamatan Air, 28April 2005, di istana presiden

MEI 2005Diseminasi kebijakan nasional di Pro-pinsi BantenPelatihan CLTS untuk anggota PokjaAMPL, Proyek WSLIC dan CWSH diLumajang, 2-5 Mei 2005Pelatihan CLTS untuk pokja daerah diSumbawa, 9-12 Mei 2005Penyusunan Rencana kerja pelatihanCLTS di daerah

JUNI 2005Pelatihan penyusunan Renstra AMPLdi dua regional, Makasar dan PuncakPelatihan CLTS di Sambas Penyiapan pelaksanaan studi SANIMASOutcome Monitoring Study (SOMS)Pertemuan dan diskusi Global PSPReview, sebagai bagian dari pengka-yaan isu-isu kebijakan berbasis lem-baga, dilakukan di Jakarta.Kegiatan lapangan studi analisis pela-yanan AMPL di era desentralisasi.Inisiasi kemitraan AMPL, melaluikerjasama pemerintah dengan PlanInternational (LSM)

JULI 2005Roadshow Kebijakan Berbasis Ma-syarakat kepada Pengambil Kebijakandi Propinsi Bangka BelitungTemu wicara radio, Sonora PangkalPinangPelatihan CLTS di Kabupaten Bogor,Muara Jambi dan Muara EnimPenyusunan Laporan semesterWASPOLADiskusi persiapan studi Donor Har-monization

AGUSTUS 2005Lokakarya operasionalisasi Kebijak-an, Hotel Permata Alam PuncakPertemuan koordinasi pelaksanaankebijakan, Makasar untuk Pokja wila-yah Timur di Makasar, Roadshow Kebijakan berbasis masya-rakat kepada Policy Makers di Pro-pinsi NTB, Gorontalo dan BantenTalk show di TVRI stasiun GorontaloPameran dan Seminar SSAWF di Bali

SEPTEMBER 2005Pertemuan tim koordinasi WASPO-LA, dihadiri oleh Direktur Permukim-an dan Perumahan Bappenas, PokjaAMPL, AusAID, WSP-EAP danWASPOLA,Pameran dan seminar SSWAF di Bali,Lokakarya sinergi kegiatan AMPL ditingkat daerah,Lokakarya operasionalisasi Kebijakankepada mitra proyek dan LSM, HotelSatelit Surabaya,Roadshow Kebijakan Berbasis Ma-syarakat kepada Policy Makersdi Propinsi Jawa Tengah,Roadshow Kebijakan Berbasis Ma-syarakat kepada Policy Makers di Ka-bupaten Pandeglang, Tangerang, Kab.Lombok Barat,Lokakarya dan pelatihan Rentrakepada TKK Proyek CWSHRoad show Kebijakan Lembaga kepa-da Dirjen PPPL, Depkes.

Presentasi studi analisis pelayananAMPL era desentralisasi

OKTOBER 2005Orientasi MPA-PHAST untuk PokjaKabupaten dan Propinsi di BandungLokakarya dan pelatihan strategi ke-berlanjutan WSLIC di regional Timurdan Barat di Padang dan SurabayaRoadshow Kebijakan Berbasis Masya-rakat kepada Policy Makers di PropinsiSumatera Barat, dihadiri oleh WakilGubernur, Ka Bappeda kabupaten, kota,dinas-dinas, tokoh masyarakat, PokjaAMPL, dan WASPOLA.Road show Kebijakan Berbasis Lem-baga kepada Dirjen PMD, DepdagriPertemuan jaringan kerja dan kemi-traan AMPL, di Hotel Kartika Chan-dra Jakarta.Pertemuan dan diskusi pelaksanaanstudi donor harmonisasiPertemuan dengan lembaga donor,SIDA (Swedish International Deve-lopment Agency) Lokakarya penyusunan rencana kerjaWASPOLA tahun 2006, Hotel Inter-continental

NOVEMBER 2005Mid Term Review WASPOLAKunjungan studi dalam rangka pe-ngayaan kebijakan lembaga, keAustralia oleh Pokja AMPL danWASPOLALokakarya data AMPL di PropinsiBanten

DESEMBER 2005Mid term review WASPOLALokakarya pengembangan data AM-PL oleh Pokja Propinsi dan Kabupa-tenPelatihan CLTS untuk PCI (LSM) diKabupaten PandeglangFinalisasi annual plan WASPOLAtahun 2006Fasilitasi lokakarya penyusuan ren-cana kerja Plan International (LSM)Fasilitasi lokakarya data oleh PokjaAMPL. dormaringan h. saragih

Sanitasi,ketika masih dipikirkan

terpisah daripembangunan air minum,

yang diibaratkan padakereta api adalahkereta tua yang

berjalanterseok-seok.

Page 17: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Apa jadinya hidup tanpa air.Kehidupan pasti tidak berlang-sung sebab air merupakan sum-

ber kehidupan. Sayang, walaupun air dibumi sangat melimpah, masih adaorang yang belum bisa menikmatinyadengan layak. Sebagian besar waktumereka habis untuk mencari air. Mere-ka menjadi miskin karena tidak sempatmelakukan kegiatan produktif. Habiswaktunya untuk mencari air.

Kini masyarakat perdesaan patutberbangga. Mereka tak sia-sia bahumembahu mengatasi persoalan bersa-ma, menghadirkan air bersih di dekatrumahnya. Bahkan mereka bekerjabakti siang malam untuk mewujudkanimpiannya. Usaha mereka tak sia-sia.Kini, tidak kurang dari 1.656.881 jiwamasyarakat perdesaan menikmati tam-bahan akses air bersih hasil kegiatanWSLIC-2.

WSLIC-2 atau Water and Sanita-tion for Low Income Communities, ada-lah kegiatan air bersih dan sanitasi yangdiperuntukkan bagi masyarakat ber-penghasilan rendah yang tinggal di dae-rah perdesaan. Ini merupakan perwu-judan kegiatan kemitraan masyarakatdan pemerintah. Kegiatan ini sepe-nuhnya milik masyarakat. Masyarakatmerencanakan kegiatan dengan menyu-sun Rencana Kerja Masyarakat (RKM),melaksanakan, mengawasi dan melaku-

kan pengeloaan sarana pascakegiatan.Kegiatan ini sepenuhnya dilaksanakanoleh masyarakat melalui Tim Kerja Ma-syarakat (TKM) yang dibentuk secarademokratis, dari-oleh-dan untuk ma-syarakat. Dalam bekerja masyarakat di-dampingi oleh tim fasilitator. Masyara-kat juga berkontribusi sebesar 20 per-sen dari nilai RKM (nilai RKM berkisarantara Rp 195 - 250 juta per desa). Pe-merintah memfasilitasi kegiatan masya-rakat ini dan menyediakan dana pen-damping sebesar 8 persen dari nilaiRKM melalui APBN dan APBD. Sisa-nya, 72 persen, merupakan dana hibahdesa yang berasal dari pinjaman lunaktanpa bunga dari Bank Dunia (IDA-Cre-dit) dan hibah dari pemerintah Austra-lia melalui AusAID.

Project Management Report (PMR)merupakan laporan tiga bulanan Mana-jemen Proyek ke Bank Dunia dan ins-tansi lintas sektor terkait yang terga-bung dalam Tim Pengarah. PMR sam-pai dengan triwulan ketiga (Juli-Sep-tember 2005) menunjukkan akses air

bersih untuk 1,66 juta jiwa (47 persendari 3,5 juta jiwa). Data lain menunjuk-kan jumlah desa terpilih (sort list) 1.605desa (80 persen), desa yang sudah me-laksanakan MPA-PHAST 1.450 (73 per-sen), Tim Kerja Masyarakat (TKM) yangdibentuk 1.439 (72 persen), RencanaKerja Masyarakat (RKM) yang diajukan1.311 (66 persen), dan RKM yang telahdisetujui 1.160 (58 persen). Sebanyak681 desa (34 persen) telah menyelesai-kan pembangunan sarana air bersih. Se-cara keseluruhan implementasi kegiatantelah mencapai 48 persen. Dari hasil mi-si supervisi VIII WSLIC-2 (30 Mei-13 Ju-ni 2005), Bank Dunia memberi penilaianpencapaian kegiatan WSLIC-2 denganpredikat "satisfactory".

Penyediaan air bersih hanyalah sa-saran antara kegiatan WSLIC-2.WSLIC-2 bertujuan untuk meningkat-kan status kesehatan, produktivitas dankualitas hidup masyarakat yang ber-penghasilan rendah di perdesaan. Kare-nanya bersamaan pembangunan saranaair bersih dilaksanakan berbagai kegiat-

LAPORAN UTAMA

Percik Desember 2005 15

1,66 Juta Jiwa Penduduk Desa Dapatkan Akses Air Bersih Dari WSLIC-2

Masyarakat perdesaanbahu membahu bergotong

royong membangun sarana airbersih dan sanitasi.

Tidak kurang dari 1,66 juta jiwamasyarakat berpenghasilan

rendah di perdesaan mendapattambahan air bersih

melalui kegiatan WSLIC.

FOTO: HARTONO KARYATIN

Menkes DR Siti Fadilah Supari, SPJP, membuka kran umum di Kp. Montor LekongDesa Aikmal Utara Kab. Lombok Timur. Ketua CPMU WSLIC-2 Zainal I Nampira, SKM Mkes dan

Kepala Desa Aikmel Utara, ikut mendampingi. Kunjungan Menkes dilaksanakan pada 14 Juli 2005.

FOTO: HARTONO KARYATIN

Page 18: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

an PHBS (perilaku hidup bersih dan se-hat) di masyarakat dan di sekolah (SD).Melalui kegiatan ini norma-normaPHBS diperkenalkan ke masyarakat.Tidak kurang dari 1.931 kegiatan usahakesehatan sekolah (UKS) dilaksanakandi berbagai Sekolah Dasar di wilayahkerja WSLIC-2. Salah satu kegiatannyaadalah pemberantasan penyakit cacing-an.

Tambahan akses air bersih tersebuttelah dinikmati masyarakat desa di limapropinsi, yakni Sumatera Barat, Suma-tera Selatan, Kepulauan Bangka-Beli-tung, Jawa Timur dan NTB. ProvinsiJawa Barat dan Sulawesi Selatan barumengimplementasi kegiatan WSLIC-2di tahun 2005, bahkan propinsi Sulawe-si Barat akan memulai kegiatannya ta-hun 2006. Dengan demikian ketigapropinsi tersebut belum menikmatitambahan akses air bersih. Wilayahkerja WSLIC-2 tersebar di delapan pro-pinsi, 35 kabupaten, dan 2.300 desa diseluruh Indonesia.

Rencana ke DepanPada tahun 2006, WSLIC-2 meren-

canakan untuk implementasi kegiatandi 610 desa. Desa-desa ini tersebar didelapan wilayah propinsi dan 35 kabu-paten yang merupakan wilayah kerja

WSLIC-2. Ke depan WSLIC-2 akan lebih mem-

perkuat kegiatan kesehatan dan sanitasimelalui perubahan perilaku hidup ber-sih dan sehat (PHBS) di kalangan ma-syarakat dan sekolah. Hal ini merupa-kan langkah tindak lanjut rekomendasimisi supervisi VIII WSLIC-2 Juni lalu.Manajemen juga memberi penekanankegiatan pascakonstruksi agar kegiatanberkesinambungan. Institusi lokal darikecamatan sampai kabupaten bahkansampai provinsi akan lebih dilibatkan.

Manajemen WSLIC-2 telah meng-ambil berbagai kebijakan. Buku Pedo-man Penyusunan RKM (Rencana KerjaMasyarakat) telah direvisi. Kegiatan sani-tasi secara terinci harus tercermin dalamRKM yang disusun masyarakat. Harusada keterpaduan antara kegiatan sanitasidi masyarakat dan di sekolah. RKM yangdisusun masyarakat harus mencakup pe-layanan sarana air bersih minimal 80 per-sen dari warga/KK yang dilayani. Bahkanmasyarakat harus sudah membuat renca-na untuk mencapai 100 persen buang airbesar (BAB) di jamban.

Kini telah tersedia Katalog PilihanOpsi Sanitasi dan flash card sanitasi.Melalui buku ini disediakan berbagai pi-lihan teknologi jamban. Melalui me-dia komunikasi ini fasilitator (CFT) da-

pat memfasilitasi masyarakat untuk me-milih teknologi jamban sesuai yang di-inginkan dan sesuai kemampuannya.Disediakan pilihan bagi masyarakat un-tuk memilih jamban, dari yang palingsederhana yang dapat dibuat oleh ma-syarakat sampai yang tersedia di tokomaterial.

Puskesmas dan sanitarian akan di-beri alokasi dana untuk melakukanpembinaan dan fasilitasi. Kapasitas sa-nitarian Puskesmas akan ditingkatkanmelalui pelatihan bidang MPA-PHAST,Klinik Sanitasi, CLTS dan PKA. Khususbagi kepala Puskesmas akan dilakukanorientasi pendekatan klinik sanitasi.Pada lokasi WSLIC-2 akan dilakukanintegrasi kegiatan kesehatan dan sanita-si melalui Klinik Sanitasi. Dalam pela-tihan dan refreshing CFT, fokus padabidang sanitasi ini akan lebihditekankan kembali.

Dalam peningkatan kegiatan kese-hatan dan sanitasi baik di sekolah danmasyarakat akan dilakukan lokakaryanasional Exit Strategi Program UKSdan PHBS di Masyarakat. Kegiatan iniakan ditindaklanjuti di tingkat kabupa-ten dalam bentuk diseminasi dan orien-tasi Guru UKS. Aparat kecamatan akanmemberikan dukungan kegiatan PHBSsekolah (paket pascakonstruksi). Du-kungan kegiatan juga akan diberikandalam bentuk pengembangan mediapromosi, baik di tingkat nasional, pro-pinsi dan kabupaten.

Uji coba CLTS (Community Led TotalSanitation) di beberapa kabupatenWSLIC-2 dan non-WSLIC-2 dinilai berha-sil. Pendekatan CLTS ini akan dikembang-kan dalam implementasi WSLIC-2. Untukitu akan dilakukan lokalatih fasilitatorCLTS bagi petugas propinsi dan kabupatenserta orientasi fasilitator CLTS kecamatan.Di tingkat desa, implementasi kegiatan sa-nitasi dilakukan melalui fasilitasi CLTS.Melalui pendekatan CLTS, diharapkan ter-jadi perubahan yang signifikan untuk me-nihilkan BAB (buang air besar) di tempatterbuka. (Hartono Karyatin, Media &

Communications Specialist WSLIC-2).

LAPORAN UTAMA

Percik Desember 2005 16

FOTO: ISTIMEWA

Page 19: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Ketika WSLIC diperkenalkan, re-aksi negatif muncul dari peme-rintah daerah. Mereka sangat

meragukan konsep WSLIC ini. Merekamempertanyakan konsep pemberda-yaan masyarakat yang melibatkan war-ga miskin untuk memberikan kontribu-si. Rakyat miskin kok disuruh berkon-tribusi. Selain itu, pemerintah daerahmasih meragukan apakah bisa masya-rakat mengelola dana yang diberikan.Mereka sangat khawatir ada kebocoran.Itu dua hal pokok yang dikhawatirkan.

Pemda sempat menawarkan konseppenyaluran dana melalui kabupaten.Artinya dana tidak disalurkan langsungke masyarakat tapi ke pemda. Pemdayang mengelola untuk masyarakat.Sementara kita ingin dana langsungturun ke tangan masyarakat dan kemu-dian masyarakat mengelola sendiri mu-lai dari perencanaan, pelaksanaan,hingga pertanggungjawabannya.

Setelah berjalan sejak 2002-2003,proyek ini bisa membangun pemaham-an baru bagi pemda dan stakeholderslain. Bupati sudah mulai mau meresmi-kan dan menyerahkan proyek tersebutkepada masyarakat. Memang prosesperubahan tidak bisa kita lihat dari sisifisik. Bahkan dulu reaksi internal Dep-kes pun awalnya agak susah.

Sekarang di tahun 2005, programini diserahkan pusat kepada kabupaten.Implementasi proses berlangsung daribawah. Kita ingin menggabungkan pe-ran keduanya sehingga rasa memilikipemda ada.

WSLIC menerapkan prinsip akun-tabilitas. Tim Kerja Masyarakat (TKM)yang bekerja tanpa diberi honor tapidituntut transparan dan diaudit olehauditor independen. Ini adalah proyekyang pertama kali menerapkan auditkeuangan kepada masyarakat.

Dari pengalaman kita, ternyatamembangun sarana fisik itu mudah. Ka-pasitas semua lini sangat menonjol dantidak bisa diukur. WSLIC telah mengha-silkan empat hal utama yakni pening-katan kapasitas institusi dan masya-rakat, peningkatan perilaku hidup ber-sih dan sehat (PHBS), penyediaan airbersih dan sanitasi, serta manajemenpengelolaan.

Berdasarkan evaluasi yang dilaku-

kan oleh misi bank Dunia, tim MidTerm Review, Technical Audit, timOutput Monitoring Study, dan studianalis dampak ekonomi, tidak ada halyang luar biasa. WSLIC akan dikem-bangkan untuk proyek CWSH. Dari sisikesehatan proyek ini telah memberidampak yang signifikan terhadap per-baikan kesehatan masyarakat. Secarateknis, hasil kerja masyarakat telahmemenuhi standar. Hal yang perludiperhatikan ke depan hanya pe-ningkatan kualitas monitoring sertatender dan properti agar lebih fokus.

Malahan di Jawa Timur dan JawaBarat, pemerintah daerah setempat te-lah mengembangkan program WSLICini ke kabupaten lain yang belum mene-rima proyek tersebut. Lebih dari itu, ki-ta tidak sekadar ingin menyelesaikanproyek ini dan mereplikasikannya, tapiharus ada keberlanjutan. Apa artinyakalau tidak ada keberlanjutan? (MJ)

LAPORAN UTAMA

Percik Desember 2005 17

Zainal I. Nampira, Ketua CPMU WSLIC 2

Perubahan Tak Bisa Dilihat dari Sisi Fisik

Setelah berjalan sejak2002-2003, proyek ini bisa

membangun pemahaman barubagi pemda dan stakeholderslain. Bupati sudah mulai mau

meresmikan dan menyerahkanproyek tersebut kepada

masyarakat.

FOTO: MUJIYANTO

Page 20: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Tahun 2005 merupakan tahunketiga pelaksanaan Sanitasi Ber-basis Masyarakat (SANIMAS).

Program yang dibuat sebagai solusi al-ternatif untuk perbaikan sanitasi kam-pung padat/kumuh/miskin perkotaanini telah menunjukkan hasil yang posi-tif.

Paling tidak ini bisa dilihat dari ko-ta/kabupaten yang melaksanakan pro-gram tersebut yakni Kota Denpasar (Ba-li), Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Ko-ta Kediri, Kota Blitar, Kabupaten Sido-arjo, dan Kabupaten Pamekasan (JawaTimur). Bahkan kini SANIMAS telah di-replikasikan lagi di empat kota di JawaTengah dan dua kabupaten di DIY.

Keberhasilan program ini mendo-rong pemerintah untuk melaksanakankegiatan serupa mulai tahun 2006 ini di100 lokasi. Rencana ini didorong gunamencapai target Millennium Develop-ment Goals (MDGs) 2015. Hingga kinibelum ditentukan kota/kabupaten ma-na saja di Indonesia yang akan menda-patkan proyek tersebut. Yang pasti se-banyak 17 kabupaten/kota di Jawa Ti-mur telah mengajukan minatnya.

SANIMAS hadir untuk mengisi ke-senjangan teknologi, pelayanan, dan da-na. Penduduk kampung padat/kumuh/-miskin perkotaan biasanya lebih sukamemilih jamban sederhana dan murah.Untuk membangun itu paling tidakbutuh dana Rp. 500 ribu. Persoalannya,lahan tidak cukup tersedia. Di sisi lain,untuk membangun sanitasi terpusatbiayanya sangat mahal. Berdasarkanpengalaman, setiap kepala keluargaakan dikenai biaya Rp. 7-7,5 juta.

SANIMAS berusaha memberikanteknologi yang efisien dan biaya yangterjangkau dengan peningkatan pela-yanan. Beban yang harus ditanggungper KK dalam SANIMAS berkisar

Rp. 2,5-3 juta. SANIMAS mengembang-kan prinsip demand responsive appro-ach (pendekatan tanggap kebutuhan),partisipasi masyarakat, pilihan teknis,seleksi sendiri (self selection process),dan pemberdayaan (capacity building).

SANIMAS memiliki model-modelpilihan sanitasi yakni tangki septik ber-sama, Instalasi Pengolahan Air Limbah(IPAL) Komunal dengan pemipaan, danMCK Plus. Sedangkan komponen dalamSANIMAS yaitu toilet/WC, pemipaan,pengolahan, pembuangan dan peman-faatan kembali, serta operasional danperawatan. Masing-masing komponentersebut memiliki tingkat pembiayaan,efisiensi, dan pembuatan dari yang se-derhana dan murah hingga yang mahaldan rumit.

Tentang pembiayaan, SANIMAS di-danai oleh empat stakeholders yaknipemerintah pusat, pemerintah daerah(kab/kota), donor/swasta, dan masya-rakat. Berdasarkan proyek yang sudah

berjalan, komposisinya sebagai berikut:pemerintah pusat 27 persen, pemdakab/kota 55 persen, BORDA 16 persen,dan masyarakat 2 persen.

Karena adanya dana pemdampingdari pemda kab/kota, maka SANIMASmengadakan proses seleksi. Hanya ka-bupaten/kota yang berminat dan sang-gup menyediakan anggaran yang akandimasukkan dalam proses tersebut. Ma-syarakat calon penerima manfaat pun diseleksi. Yang diutamakan adalah ma-syarakat miskin yang tidak punya jam-ban. Setelah seleksi, akan terpilih lokasidan selanjutnya masyarakat dimintamenyusun rencana kerja. Baru kemudi-an konstruksi dan akhirnya operasio-nalisasi. Waktu keseluruhan, dari pro-ses persiapan hingga operasional me-makan waktu sekitar satu tahun.

Pembelajaran SANIMASPelaksanaan SANIMAS hingga ta-

hun 2005, memberikan pembelajaran

LAPORAN UTAMA

Percik Desember 2005 18

SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)

Menuju Program Nasional

FOTO:ANDRE K

Page 21: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

penting bagi para stakeholders dan ke-lanjutan proyek tersebut. Frank Fla-derer, BORDA Representative Indone-sia mencatat ada delapan pelajaran,yaitu:

Informasi kepada stakeholdersSebaiknya informasi multicity semi-nar diberikan kepada para pengambilkeputusan di tingkat kab/kota danfasilitasi presentasi roadshow dilaku-kan kepada kab/kota secara individu-al hanya berdasarkan permintaan (su-rat minat). Sebaiknya kab/kota disa-rankan untuk menyusun pemetaansanitasi (city sanitation maps) untukmempermudah pemkot/pemkab me-nyusun long list kampung kumuh danmengundang masyarakat yang memi-liki potensi kebutuhan.Identifikasi masyarakatMasyarakat yang diundang untukmemperoleh penjelasan tentangSANIMAS sebaiknya sudah memper-oleh informasi yang cukup tentangproyek sebelum mereka mengikutipresentasi.Kriteria seleksi''Willingness to pay'' atau kemauanuntuk berkontribusi harus diklarifi-kasi sebelumnya, termasuk di dalam-nya adalah status lahan untuk infra-struktur SANIMAS. Pilihan teknologi sarana sanitasiModel-model sanitasi berbasis ma-syarakat penting diinformasikan ter-lebih dahulu sebelum ada penjelasankomponen-komponen yang akan di-pilih oleh masyarakat. Informasi awaltermasuk pola pengelolaan sanitasiberbasis masyarakat.Rencana kerja masyarakatMasyarakat hanya mau membentukKSM dan siap memberikan kontribusijika semua stakeholders benar-benartelah memberikan komitmen untukimplementasi proyek.PengelolaanKSM selalu kesulitan untuk meng-ikuti sistem administrasi keuangansebagaimana diperlukan oleh peme-rintah. Oleh karena itu, ke depan

pelaksana/konsultan harus bertang-gung jawab untuk membantu penge-lolaan keuangan yang transparan diKSM. Sedangkan untuk meningkat-kan efisiensi penggunaan dana, disa-rankan agar kelebihan dana diperbo-lehkan untuk membangun infrastruk-tur kecil yang ada di masyarakat de-ngan persetujuan stakeholders.PembiayaanPembiayaan perlu memasukkan kom-ponen kegiatan pemberdayaan ma-syarakat, untuk membiayai kegiatan-kegiatan pendampingan masyarakat,pelatihan bagi KSM, fasilitator, tu-kang dan mandor serta komponen pe-nyusunan disain teknis. Biaya kompo-nen pemberdayaan untuk setiap lo-kasi rata-rata 25-30 persen dari kom-ponen fisik

Operasional dan perawatanAnalisis laboratorium untuk efflu-ent limbah harus dilakukan secararegular di laboratorium rujukanagar segera diketahui jika ada ma-salah dengan limbah buangannya. Pemerintah kab/kota perlu menye-diakan sarana pengolahan lumpurtinja untuk mengantisipasi pengu-rasan lumpur/desludging.Masih perlu dukungan bagi KSMSANIMAS untuk pengoperasiandan perawatan sarana sanitasiyang telah dibangun agar peman-faatan sarana tetap maksimal.Perlu media atau forum bagi KSMdan operator yang difasilitasi olehstakeholders pemerintah atau LSMguna memecahkan permasalahanyang terjadi di kemudian hari.

LAPORAN UTAMA

Percik Desember 2005 19

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Indonesia berpenduduk 213,6 juta jiwa (2002). Sebanyak 53 persen (120 juta jiwa)tinggal di Pulau Jawa. Sebagian besar tinggal di perdesaan, dan hanya 35 persen yangberada di perkotaan. Tahun 2025 diperkirakan penduduk yang tinggal di perkotaanmenjadi 60 persen.Setiap hari 400 ribu meter kubik limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai dantanah tanpa pengolahan. Sebanyak 61 persennya ada di Pulau Jawa.Sistem sewerage terpusat hanya ada di tujuh kota, melayani 973 ribu penduduk (1,31persen dari jumlah penduduk kota atau 0,5 persen dari total penduduk Indonesia).Pembuangan akhir limbah tinja di perkotaan: 63,07 persen tangki septik, 16,70 kesungai/danau, 14,44 ke tanah, 5,79 persen ke kolam/pantai/lainnya (BPS 2002).Umumnya model tangki septik berbentuk bak resapan atau langsung ke sungai/salu-ran. Akibatnya air sungai dan air tanah di perkotaan umumnya terkontaminasi bakteriE. coli.Diperkirakan 70-75 persen beban polusi air bersumber dari rumah tangga.

TTaannttaannggaann SSaanniittaassii

FOTO:MUJIYANTO

Page 22: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

B a g a i m a n aAnda meli-

hat kondisi pe-nyelenggaraanair minum danp e n y e h a t a nlingkungan ditahun 2005 ini?

Tahun ini kon-disi air minumdan penyehatan lingkungan kita mulaimembaik. Di departemen, khususnyaPekerjaan Umum, sudah kembali kesektor. Jadi sudah ada direktorat pe-ngembangan air minum, pengembang-an PLP, sehingga lebih konsentrasi. Kitaberharap itu lebih baik. Sekarang kerjasama di pusat juga semakin membaikkarena pada level interdepartemen su-dah makin matang. Kita juga sudah mu-lai mengintroduksi pendekatan-pende-katan baru seperti CLTS, SANIMAS.Rencananya tahun depan kita akan re-plikasi lebih besar lagi. Mudah-mudah-an tahun depan kita lebih bisa, bukanhanya menyusun kebijakannya saja, ta-pi mulai pilot proyek dan implementasidari kebijakan tersebut.

Bagaimana implementasi kebi-jakan nasional pembangunanAMPL berbasis masyarakat?

Ini cukup bagus karena Bank Duniamakin tertarik. Sekarang akan scale upuntuk national wide. Memang pende-katan ini butuh waktu yang cukup lama.Tapi saya cukup optimistis karena ma-syarakat cukup menyenangi pendekatanini. Mereka terlibat langsung. Pemerin-tah juga makin ringan sebab tak harusmengerjakannya sendiri. Kita bisa ber-sama-sama antara pusat, propinsi, ka-bupaten/kota, dan masyarakat. Danyang paling penting, dengan kebersa-maan itu kita bisa saling mengingatkan

bila ada yang tidakpas. Bagaimanapuntetap butuh penga-wasan yang makinkuat dan baik.

Beberapa pe-merintah daerahtelah mengimple-mentasikan kebi-

jakan ini. Langkah apa yang akandiambil agar replikasi berlang-sung lebih cepat?

Yang akan datang, kita berharap ti-dak hanya diseminasi kebijakan tetapidiseminasi yang diikuti oleh pilot pro-ject. Jadi daerah bisa melihat ini lho ke-bijakannya dan ini lho implementasi-nya. Ini akan menjadi semacam demon-stration plot (demplot) supaya orang bi-sa melihat langsung, tentu sesuai karak-ter daerah masing-masing. Dengan de-mikian akan mudah direplikasi ke dae-rah-daerah lain.

Dari proses implementasi, apa-kah ada hal baru atau koreksi ter-hadap kebijakan yang ada?

Ada pasti. Misalnya, kebijakan na-sional ini kok belum membumi. Me-mang sulit untuk membuat kebijakansampai detail karena kita membatasi se-batas kewenangan kita saja yaitu set uppolicy. Kita tidak mungkin bicara nantiimplementasinya seperti ini dan seba-gainya, duitnya dari sini dan lainnya.Kita membatasi level nasional sampaikebijakan saja. Implementasinya justrukita harapkan dari daerah. Makanya ki-ta mencoba mendesiminasikan kebijak-an ke daerah sehingga daerah bisamembuat kebijakan yang sesuai dengankondisi mereka dan mereka pula yangmengimplementasikan. Itu kritik yangcukup positif. Ini tantangan kita bahwa

apa yang kita tulis kata per kata itu be-nar-benar ada manfaatnya. Jangan ter-lalu tinggi ngambangnya.

Kemajuan penyusunan kebijak-an nasional pembangunan AMPLberbasis lembaga seperti apa?

Mudah-mudah akhir tahun ini sele-sai. Memang ini tidak mudah diban-dingkan dengan kebijakan nasionalpembangunan AMPL berbasis masya-rakat. Ini lebih sulit karena menyangkutbanyak pihak. Sebagai contoh, untukkomponen air minum saja kita harusmengetahui SOP untuk restrukturisasiutang dari Menteri Keuangan sepertiapa. Kebijakan ini kan tidak bisa kitaoperasionalisasikan bila SOP itu belummuncul. Ini tentu butuh waktu. Kebi-jakan ini penting sebagai payung. Ka-rena kalau kita bicara detail soal utangPDAM misalnya, permasalahan pokok-nya kan bukan sekadar masalah uang.Ada masalah manajemen, system engi-neering yang belum lengkap, ada masa-lah tarif, kemampuan masyarakat untukmembayar. Ini sangat kompleks.

Sejauh mana pentingnya kebi-jakan nasional pembangunanAMPL berbasis lembaga ini diban-dingkan yang berbasis masyara-kat?

Keduanya sama penting. Ketika kitamenyusun policy framework tersebut,kita mengetahui bahwa ada dua sistempengelolaan yang saling mengisi yaituyang berbasis masyarakat dan yang ber-basis lembaga. Hanya saja permasalah-annya agak beda. Kalau yang berbasismasyarakat lebih mudah karena masya-rakat bisa dijadikan sebagai subjek.Yang berbasis lembaga, masyarakatadalah user (pengguna). Sedangkan su-bjeknya adalah institusi-institusi seperti

WAWANCARA

Percik Desember 2005 20

Direktur Perumahan dan Permukiman, Bappenas, Ir. Basah Hernowo, MA.Preventif Lebih Penting

daripada Kuratif

Page 23: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

PDAM, dinas kebersihan, dan sebagai-nya. Jadi nuansanya sedikit berbeda.Oleh karena itu memperlakukan masya-rakatnya pun sedikit berbeda. Kalauyang berbasis masyarakat, kita barengdengan mereka, sementara yang berba-sis lembaga kita berhadapan denganmasyarakat tapi bisa diskusi. Sebab itustrategi yang ingin kita terapkan untukmengatasi hal itu adalah pembentukansemacam forum pengguna pelayanan,apakah itu air minum, kebersihan, lim-bah dan lainnya.

Untuk yang berbasis lembaga,apakah akan ada pilot project se-perti yang berbasis masyarakat?

Mungkin kita akan lakukan itu, tapiagak sedikit berbeda karena kita ber-bicara dengan perusahaan.

Peluang dan prospek apa yang ki-ra-kira bisa diambil di tahun depanguna meningkatkan sektor air mi-num dan penyehatan lingkungan?

Mudah-mudahan kerja sama kita de-ngan Bank Dunia program national widebisa berhasil. Kita mencoba mengupaya-kan agar dananya soft loan. Saya harapkankalau ini bisa kerjakan maka kita sudahbisa menggerakkan. Dengan national wideini cakupan akan lebih banyak. Sayangnyaini masih berupa utang, kita inginnya sihgratis. Yang paling penting lagi adalah kitamencoba memperbaiki aspek lain dari ma-salah air minum dan sanitasi yaitu berupaasset management. Kita akan mengintro-duksi ini sebagai pekerjaan pokok darisemua institusi yang mengelola air minumdan penyehatan lingkungan. Kelihatannyamemang kelemahan kita di sini. MisalnyaPDAM, bisa jadi tidak memiliki data me-ngenai asetnya. Kalau data aset saja tidakpunya, bagaimana mau kerja. Kita akanmemperbaiki tahap demi tahap.

Kelanjutan implementasi kebi-jakan nasional pembangunan AMPLberbasis masyarakat tahun depanseperti apa?

Kita akan mengadakan replikasi

SANIMAS, generasi berikutnya dariWSLIC atau katakan WSLIC 3 denganscope yang berubah, implementasi pro-yek-proyek pinjaman ADB sepertiCWSH, dan ProAir dari Jerman, sani-tasi dari Swedia dan Belanda.

Untuk yang berbasis lembaga,apakah akan ada pilot project se-perti yang berbasis masyarakat?

Mungkin kita akan lakukan itu, tapiagak sedikit berbeda karena kita berbi-cara dengan perusahaan.

Apakah institusi-institusi ter-kait, seperti PDAM, terlibat dalampembuatan kebijakan ini?

Mereka tidak semua terlibat. Kita pi-lih secara acak dalam penyusunan. Sayaoptimistis bahwa pemilihan acak itusudah bisa mewakili PDAM. Kalau kitalihat PDAM di Indonesia ini kan bera-gam sekali, ada yang punya pelanggandi bawah 5 ribu, bahkan ada yang pe-langgannya di atas 100 ribu. Permasa-lahannya juga berbeda. Bicara PDAMSurabaya, Medan, Jakarta, itu kanutangnya cukup besar. Kalau kita pecah-kan sekarang, tampaknya tak cukup wak-tu. Kita akan berangkat dari yang kecil danmenengah dulu karena relatif mudahdiatasi. Misalnya, Cirebon. Antara kotadan kabupaten mengapa tidak kerja samadengan Kuningan dan daerah sekitarnyasehingga orang-orang di kota Cirebon bisaterlayani kebutuhan airnya.

Sejauh mana kepedulian dae-rah saat ini terhadap implementa-si kebijakan nasional pembangun-an AMPL?

Pada waktu awal kita mengintroduksikebijakan ini, daerah sepertinya masihwait and see. Setelah tahu betul scope danjabaran policy ini, mereka sekarang antu-sias sekali. Contohnya Banten, NTB, NTT.

Kepedulian masyarakat terma-suk NGO terhadap implementasikebijakan ini, pandangan Anda?

Ini menarik. Kalau masalah kepe-

dulian, saya yakin kepedulian masyara-kat terhadap lingkungan termasuk airitu meningkat. Cuma respon pemerin-tah masih kurang, khususnya DPR.Mestinya DPR lebih melihat lagi bahwasekarang ini merebak berbagai jenis pe-nyakit yang sebenarnya merupakan ma-salah lingkungan, polio, flu burung, ko-lera, diare, DB. Menurut saya alokasikesehatan itu jangan hanya untuk ku-ratif, tetapi justru dibesarkan untukpreventif. Percuma kita punya rumahsakit bagus dengan dokter pandai-pan-dai tapi kalau makin tahun jumlah pa-sien terus bertambah. Kenapa kita tidakmencoba tindakan preventifnya yang le-bih ditekankan. Australia misalnya, me-reka baru membuat sewerage systemsetelah adanya diare pada tahun 1970-an, walaupun itu mahal sekali. Tapisetelah itu penyakit tersebut turun dras-tis. Inggris pada waktu kena penyaktipes, mereka langsung memperbaiki sys-tem seweragenya. Harusnya Indonesiaberangkat dari situ. Jangan sampaiisunya hanya bagaimana mengobati,tapi harus dilihat penyebabnya itu apasih. Tentunya bukan hanya burungnyakena flu, kan pasti ada penyebab lain.Mungkin lingkungan yang tidak bagus.

Upaya apa yang bisa dilakukanagar kalangan wakil rakyat inilebih peduli?

Ini tidak mudah. Kalau ada kesempat-an saya ingin bisa berdiskusi dengan mere-ka. Sebenarnya kita bisa lihat Tangerang,nggak usah jauh-jauh, dimana di sana adawabah kolera. Lihat penyebabnya apa? Ba-rangkali wakil rakyat perlu bukti. Kenapanggak turun ke lapangan? Tantangan buatkita untuk meyakinkan legislatif.

Kepedulian sektor swasta?Swasta banyak yang peduli terhadap

masalah ini. Tinggal sekarang bagaima-na kita membuat jaringan dengan mere-ka. Kita ingin berkolaborasi dengan me-reka, mereka punya dana, dan pende-katan kita digunakan oleh mereka se-hingga mereka bisa sukses. (MJ)

WAWANCARA

Percik Desember 2005 21

Page 24: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

B agaimana kondisi Air Minumdan Penyehatan Lingkungan

di Indonesia pada saat ini?Perlu saya jelaskan dulu bahwa he-

alth is the anal of the system. Maaf inibahasa kasar, bahwa kesehatan adalahduburnya dari sistem. Jadi kalau hulu-nya bagus, misalnya tubuh manusiasebagai suprasistem yang di dalamnyaada sistem-sistem, maka sistem terakhiradalah dubur yaitu health. Limbahnyadi sana. Kalau yang masuk ke dalamtubuh kita bagus maka kita akan buangair besarnya lancar, tidak sembelit, ti-dak diare. Jadi kalau sistem-sistempembangunan di hulunya tidak benarmaka status kesehatan masyarakat akanrendah, seperti ada demam berdarah,diare. Penyakit ini disebabkan karenapencemaran makanan dan minumanoleh tinja akibat hulu yang tidak beres.

Nah kalau kita lihat kondisi air mi-num dan penyehatan lingkungan, Indo-nesia merupakan negara yang besar danluas dengan jumlah penduduk lebih dari200 juta. Pemerintah telah mengupa-yakan berbagai macam proyek pemba-ngunan sarana air minum dan penye-hatan lingkungan sejak puluhan tahunyang lalu. Namun hasilnya belum seper-ti yang diharapkan. Saya sendiri dokterlulusan tahun 1974. Itu ada Inpres No5/1974 yang namanya Samijaga (SaranaAir Minum dan Jamban Keluarga). Sayadiperintah ke Jambi dengan perintahpresiden itu. Jadi waktu itu pemerintahsudah menyadari bahwa hulunya adalahair minum dan jamban keluarga. Saatini akses masyarakat terhadap saranaair minum baru mencapai 50 persendan akses terhadap penyehatan ling-kungan mencapai 63,5 persen berdasar-kan laporan MDGs Indonesia. Kalau ki-ta bicara teori Bhlum, yaitu status kese-

hatan ditentukan oleh herediter atauketurunan (bibit, bebet, bobot) dan pe-layanan kesehatan, perilaku, dan ling-kungan. Perilaku dan lingkungan sangatmenentukan status kesehatan masyara-kat. Karena itu ada pepatah Sulawesi Se-latan 'memindahkan gunung itu sulit,mengubah perilaku manusia lebih sulitlagi'. Lingkungan merupakan faktoryang paling besar mempengaruhi kese-hatan dan hampir semua penyakit me-nular faktor utamanya adalah lingkung-an yang buruk. Dan itu yang digarapoleh direktorat jenderal kami. Dapat di-gambarkan seperti kasus berbagai pe-nyakit yang muncul akhir-akhir ini, pe-nyebabnya adalah lingkungan yang jeleksebut saja demam berdarah, kholera, fluburung dan pemanfaatan air yang tidakmemenuhi persyaratan kesehatan sertaperilaku masyarakat yang tidak sesuaidengan norma-norma hidup bersih dansehat.

Kendala yang dihadapi untukpeningkatan sektor ini?

Saya katakan pemerintah sudah cu-kup berusaha, bahkan tidak hanya pe-merintah. Kalau kita bicara public he-alth, atau healthy public policy, publikitu adalah organize government res-pons. Artinya government itu lintas sek-tor. Harus ketemu dengan organize

community. Dua-duanya harus ketemu,karena yang kita terapkan adalah pro-gram appropriate technology in health.Jadi harus betul-betul appropriate tech-nology. Saat ini masih banyak masyara-kat yang belum mendapatkan akses ter-hadap air minum. Indonesia yang sebe-tulnya isinya tanah dan air, kalau sam-pai kekurangan air pasti ada sesuatuyang tidak beres dalam penatalaksa-naannya sehingga cenderung untukmenggunakan air yang kurang meme-nuhi syarat kesehatan, ditambah de-ngan kondisi lingkungan terutama sani-tasi dasar yang jelek, dan perilaku ma-syarakat yang tidak sesuai dengan nor-ma-norma hidup bersih dan sehat. Jadikalau kita bicara Indonesia Sehat 2010,bukannya 2010 tidak ada orang sakit,tapi yang paling penting masyarakat ki-ta hidup dengan perilaku hidup bersihdan sehat, hidup dalam lingkunganyang sehat, dan punya akses terhadaplayanan kesehatan yang mereka butuh-kan. Kalau tiga ini dipenuhi maka statuskesehatan masyarakat kita akan me-ningkat dari waktu ke waktu yang di-tandai dengan umur harapan hidup ber-tambah panjang, angka kesakitan makinberkurang. Sekarang kita lihat angka ke-matian bayi 35 per seribu kelahiran hi-dup, angka kematian balita 46 per se-ribu kelahiran hidup. Sebagian besar di-sebabkan oleh infeksi saluran pernafas-an akut dan diare. Kalau kita bicara di-are kuncinya adalah lima F yaitu feces,fingers, flys, fluid, field, dan food. Jadikotoran yang dibuang di sembarang tem-pat mencemari jemari, terbawa lalat,mencemari air dan sebagainya yang bisamenimbulkan penyakit. Hal ini akan sa-ngat mempengaruhi kondisi kesehatandan mempermudah penularan penyakit.Jadi faktor air sangat penting. Maka kita

WAWANCARA

Percik Desember 2005 22

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,Dr. I Nyoman Kandun, MPH.

Primary Health Care Jadi Kunci

Page 25: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

suruh orang cuci tangan. Tapi masalah-nya air buat cuci tangan tidak ada.Cinganbun, cuci tangan dengan sabunsehabis buang air atau sebelum me-nyentuh makanan. Untuk mengatasi inikita punya konsep, conseptual frame-work, dan legal framework.

Bagaimana kepedulian peme-rintah daerah di sektor ini?

Merujuk UU No. 32 Tahun 2004tentang Pemerintah Daerah bahwatanggung jawab penanganan terhadapair minum dan sanitasi menjadi kewe-nangan Pemerintah Daerah. Artinyapemerintah daerah berhak mengaturrumah tangganya sendiri. Pusat tugas-nya membuat kebijakan, memberikantraining, dan sebagainya. Misalnya yangdisebut rumah sehat itu begini lho. Airminum yang memenuhi standar kese-hatan itu seperti ini, lingkungan sehatitu begini. Mau pemerintah daerahmembuat dindingnya dari beton, ataubambu terserah yang penting meme-nuhi standar rumah sehat. Kalau per-syaratan kesehatan dilanggar maka pas-ti akan menderita penyakit dalam jang-ka pendek, menengah, dan panjang.

Jadi dengan adanya UU No 32, dan33 tentang perimbangan anggaran,sebenarnya pemerintah daerah menda-pat bagian porsi duit untuk mengaturrumah tangganya. Nah seberapa jauhpemerintah daerah memprioritaskanpembangunan kesehatan lebih daripadapembangunan fisik, itu kembali padakonsepsi dan persepsi otoritas di sana.Tentunya investasi yang paling bagusitu adalah di bidang pendidikan dankesehatan. Kalau SDM-nya cerdas dansehat, maka yang lain gampang. Ituhulunya, human development index,ditambah pertumbuhan ekonomi. Kalauketiga serangkai ini dijalankan denganbaik maka akan gemah ripah loh jinawitata tentrem kertaraharja.

Pemerintah kabupaten, kota danpropinsi, baik legislatif maupun ekse-kutifnya, pada umumnya belum me-nempatkan pelayanan air minum dan

penyehatan lingkungan sebagai priori-tas. Mereka membangun jalan, jemba-tan, dan sarana fisik lainnya. Itu tidaksalah. Tapi sebagai orang kesehatan kitaberharap sektor kesehatan mendapatalokasi minimal 15 persen dari APBD.Dukungan dana untuk sektor tersebutmasih sangat kecil. Bahkan ada peme-rintah daerah yang menjadikan Pus-kesmas dan rumah sakit daerah sebagaisumber pendapatan daerah. Harusnyatempat itu sebagai cost loss investasi.Jangan mengharapkan kembali dari si-tu. Kedudukan dan status lembaga yangmengelola air minum khususnya di dae-rah perkotaan seperti PDAM, masihperlu ditingkatkan sehingga lembagatersebut dapat mandiri dan memberi-kan pelayanan yang optimal pada pe-langgan. Jadi PDAM sendiri mengalamibanyak masalah sehingga masyarakatada yang memplesetkan PDAM sebagaiperusahaan daerah air mandi. Hanyabisa untuk mandi tidak seperti di negaramaju langsung bisa diminum yang dise-but potable water. Mungkin hanya adadi Singaraja dan Bogor. Kalau air PDAMyang kita minum di sini yang masuktelur cacing dan E. coli mungkin. Kitatidak meledek mereka. PDAM sih maumemproduksi air siap minum sesuaistandar, tapi tidak semudah itu karenavariabelnya banyak sekali, makanya kitaharus bantu mereka.

Sumber Daya Manusia perlu diting-katkan tidak hanya yang terlibat dalamlembaga yang resmi seperti PDAM, na-mun juga masyarakat baik individumaupun kelompok untuk menyediakansarana air minum guna memenuhikebutuhannya sendiri. Jadi masyarakatjangan menuntut pemerintah saja.Pembangunan itu tanggung jawab kitabersama. Hal ini sangat terkait denganperilaku masyarakat terutama per-lakuan masyarakat terhadap air minumdan lingkungan. Sekarang air PDAMbuat cuci mobil, buat nyiram kebun, inikan terlalu mahal. Selain itu sumberdaya air perlu dilakukan perlindungandan penghutanan di sekitar mata air

guna meningkatkan tampungan danresapan air sehingga dapat menjaminkesinambungan debit air. Ini sebenar-nya adalah pendekatan multifaktorial.Beberapa tahun terakhir banyak mataair yang turun kapasitasnya. Sebagai-mana yang diungkapkan oleh BupatiLumajang--Jawa Timur, di kabupaten-nya sejak 4 tahun terakhir sudah kehi-langan 100 sumber mata air. Mata airtempat saya main sewaktu di Bali sudahhilang. Dan tak kalah pentingnya sikapmasyarakat yang masih belum mema-hami pentingnya hutan untuk memper-tahankan mata air, perilaku dan per-lakuan masyarakat terhadap air minumdan lingkungan yang tidak sesuai de-ngan norma-norma hidup bersih dansehat. Sebagai contoh banyaknya kasuspenyakit yang timbul pada akhir-akhirini seperti kolera di Tangerang, polio,flu burung, malaria disebabkan karenalingkungan yang jelek. Dan untuk me-nangani kemampuan keuangan peme-rintah yang sangat terbatas, harus di-upayakan agar semua potensi sumberdana yang ada dari dalam negeri, luarnegeri dan masyarakat dapat dike-rahkan untuk mendukung upaya inisecara efisien dan efektif.

Upaya yang disiapkan untukmengatasi keadaan tersebut?

Sebagai negara hukum, kita harusmempersiapkan perangkat-perangkathukumnya. Ada Undang-undang No-mor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sum-ber Daya Air, UU Nomor 32 Tahun2004 tentang Pemerintah Daerah, yangmana tanggung jawab penanganan ter-hadap air minum dan sanitasi menjadikewenangan Pemerintah Daerah, UUNomor 33 Tahun 2004 tentang Perim-bangan Keuangan Antara PemerintahPusat dan Pemerintah Daerah. Ada jugaPeraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun2005 tentang Air Minum, PP Nomor 27Tahun 1999 tentang Analisis MengenaiDampak Lingkungan Hidup, PP Nomor82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

WAWANCARA

Percik Desember 2005 23

Page 26: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Kualitas Air dan Pengendalian Pence-maran Air, Peraturan Presiden No. 7Tahun 2005 (Rencana PembangunanJangka Menengah Nasional, 2004-2009), antara lain menyangkut Pro-gram Lingkungan Sehat. Juga pemerin-tah mengeluarkan Keputusan MenteriKesehatan No. 907 Tahun 2002 tentangSyarat-Syarat dan Pengawasan KualitasAir Minum, Kepmenkes No. 1274 Tahun2005 (Rencana Strategis DepartemenKesehatan, 2005-2009), antara lain me-nyangkut program penggunaan air ber-sih dan jamban. Selain itu telah disusunkebijakan tentang Pembangunan Sara-na Air Minum dan Penyehatan Ling-kungan Berbasis Masyarakat dan Lem-baga (WASPOLA), serta optimalisasisumber dana yang ada dari luar negeri,dalam negeri dan masyarakat untukpembangunan sarana air minum danpenyehatan lingkungan. Tak kalah pen-ting dari itu, pemerintah mendorongpartisipasi masyarakat dalam pemba-ngunan sarana air minum dan penye-hatan lingkungan.

Apakah kita mampu untuk me-ngejar target MDGs 2015?

Sebetulnya Tuhan itu telah mem-berikan bumi ini lengkap. Tinggal wis-dom kita untuk mengelolanya. Seharus-nya tidak ada orang kekurangan air.Makhluk itu diciptakan dengan segalamakanan dan minumannya. Tapi adayang serakah, ada yang tidak mengenallingkungannya sehingga ada orang yangtidak kebagian. Ada yang mandi buatkeleknya 100 liter, padahal di Pulau Bu-aya sulit mendapat air. Kita terus ber-upaya mencapai target MDGs agar men-dekati kesepakatan yang telah ditetap-kan dengan mengerahkan semua ke-mampuan yang ada baik yang bersum-ber dari dalam maupun luar negeri da-lam upaya meningkatkan cakupan airminum dan penyehatan lingkungan.Goal pertama dari MDGs itu sebenar-nya adalah pengentasan kemiskinan.Indonesia masih memerlukan kerjasama internasional, khususnya dengan

negara maju. Penggunaan pinjaman lu-ar negeri harus dimanfaatkan secara efi-sien dan efektif serta dialokasikan un-tuk kegiatan-kegiatan yang memilikidaya ungkit tinggi. Pemerintah Daerahdan masyarakat perlu berkomitmen da-lam menggalang pinjaman dana luarnegeri. Karena kurangnya modal do-mestik, harus diusahakan agar arus ma-suk modal asing lebih besar dari padaarus modal keluar. Agar hal ini terwu-jud, harus diperbaiki iklim investasi ba-gi penanam modal yang telah ada danyang akan datang. Jadi kita harus mem-bangun apa yang namanya supportiveenvironment.

Bagaimana peran masyarakatdalam pembangunan yang diha-rapkan dalam AMPL?

Bicara soal masyarakat, masyarakatkita harus diberdayakan. Jangan sam-pai masyarakat kita menjadi masyara-kat pengemis. Dan kita-pemerintah-red-menjadi sinterklas, bagi-bagi se-suatu. Itu tidak mendidik. Saya palingtidak setuju cara seperti itu karena ma-syarakat kita itu sebenarnya harga diri-nya sangat tinggi. Sebenarnya masya-rakat itu kalau diberdayakan, mampu.Masyarakat yang berdaya itu cirinyatiga. Rumangsa melu handarbeni, sen-se of belonging, atau punya rasa memi-liki. Sehingga mereka kelola sendiripembangunan yang berbasis pada ko-munitas atau dalam bahasa Jawanya,sebagai rumangsa melu hangrungkepi.Yang ketiga adalah funded by the com-munity, dibiayai sendiri. Makanya de-ngan WSLIC I, WSLIC II, filosofinyaadalah itu dengan adanya village actionplan, rembug bersama. Itu tidak hanyauntuk masyarakat tapi juga lembagaswadaya masyarakat (LSM). Jangansampai ada LSM yang ngacau, sehinggasingkatannya menjadi Lambene Sakge-leme Mangap (bibirnya asal ngomong).Kita berharap ada LSM yang betul-betultulus untuk menggerakkan masyarakat.Jadi masyarakat bisa diberdayakan, adadua kuncinya. Pertama, jangan ada dus-

ta di antara kita, katakan yang sebenar-nya. Kedua, memberdayakan masyara-kat harus terbuka, dengan membangunkepercayaan. Bukan mengajari. Namunkarena seringnya kita pendekatan pro-yek, kita tidak sabar. Kita terburu-burumelihat hasilnya. Padahal hasilnya se-benarnya superfisial, tidak mendalam,dan tidak ada sense of belonging karenamasyarakat tidak terlibat.

Masyarakat sebagai pengguna perlumemahami bahwa perlakuan yang ku-rang baik terhadap air minum dan ling-kungan akan berakibat buruk terhadapkesehatan yang akan merugikan masya-rakat sendiri. Oleh karena itu perlu ke-terlibatan masyarakat secara aktif da-lam pembangunan sarana, sehingga ka-lau rusak, mereka membetulkannyasendiri. Jadi filosofi 20 persen kontri-busi masyarakat, 16 persen inkind, dan4 persen cash, itu filosofi yang bagus.Dan yang lebih penting, harus ditanam-kan dalam benak siapapun untuk meng-hilangkan kesan bahwa tanggung jawabpengelolaan lingkungan tidak semuanyaberada di pundak pemerintah. Mung-kin kelirunya kita, sering datang sebagaisinterklas, datang disambut, dikasihulos, dan sebagainya tanpa melibatkanmasyarakat. Habis itu rusak dan tinggalpuing-puing, masyarakat tak peduli. Itukalau saya bilang sebagai proyek pasarmalam. Jadi ada tiga faktor utama parti-sipasi masyarakat, yakni pertama me-mutuskan sendiri kegiatan yang akandilaksanakan. Ini yang paling penting.Leadership di tingkat lokal itu kita tum-buhkan. Kedua, mengelola dan melak-sanakan kegiatan. Ketiga, membiayaisendiri semua kegiatan yang dilaksana-kan. Ini merupakan bentuk empower-ment, kalau mau ngrogoh sakunya sen-diri. Untuk itu telah dikembangkan pen-dekatan-pendekatan pemberdayaanmasyarakat yang bersifat inovatif, se-perti DRA (demand responsive ap-proach), MPA-PHAST (Methodologyfor Participatory Assessments-Partici-patory Hygiene And Sanitation Trans-formation), CLTS (Community Led

WAWANCARA

Percik Desember 2005 24

Page 27: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Total Sanitation), revolving fund, danlain-lain.Perbaikan perilaku masyarakatagar sesuai dengan norma kesehatanperlu ditingkatkan. Hal ini perlu dila-kukan karena sangat berpengaruh ter-hadap kehidupan masyarakat. Sebagaicontoh, mengutip hasil riset kesehatanbelum lama ini--WSP, dengan penyedia-an air minum yang baik akan mengu-rangi penyakit diare sebanyak 15-20persen, pembuangan kotoran yang baikmengurangi 30-50 persen dan cuci ta-ngan dengan sabun mengurangi 42-47persen. Kalau semua dijumlahkanmungkin 99 persen diare itu akan terce-gah. Kalau ada diare mungkin karenafood intolerance misalnya laktose, jadibukan karena mikroba.

Bagaimana harapan peran daripihak swasta?

Swasta jangan diam dan berusahahanya mencari keuntungan. Sebetulnyakeuntungan yang dia dapatkan juga ka-rena adanya daya beli masyarakat, kese-hatan masyarakat itu. Mereka mampubekerja dan produktif. Karenanya keun-tungan itu harus dikembalikan kepadamasyarakat dalam bentuk communitydevelopment. Swasta merupakan kom-ponen yang perlu dilibatkan dalam pro-ses pembangunan dengan melakukaninvestasi terhadap sarana pelayanan pu-blik maupun menyisihkan sebagian ke-untungannya untuk diinvestasikan pa-da peningkatan pelayanan sosial.Community development fund yangumumnya sudah dianggarkan terutamaoleh perusahaan besar dapat diinvesta-sikan untuk peningkatan pelayanan so-sial bagi masyarakat sekitar. Masyara-kat makmur, produktif dan sehat, makaperusahaannya akan sustain. Paling ti-dak ada empat hal yang dapat dipetikmanfaatnya bagi perusahaan yangmenginvestasikan sebagian keuntung-annya bagi peningkatan pelayanan so-sial, yakni pertama, meningkatkanapresiasi dan pemahaman masyarakatatas fungsi corporate dan corporatecommunity development programs;

kedua, terciptanya harmoni sosial de-ngan masyarakat khususnya masyara-kat sekitar perusahaan; ketiga, mengu-rangi dampak kurang baik bagi masya-rakat sekitar, seperti pencemaran ling-kungan, ekses sosial, dan lain sebagai-nya, dan terakhir, turut membantupemberdayaan sosial ekonomi masyara-kat sekitar dan fungsi perusahaan.

Perusahaan swasta seharusnya me-miliki komitmen dan tanggung jawabsosial untuk mengembangkan danmemajukan masyarakat sekitar. Penye-diaan dana pengembangan masyarakattidak hanya dilakukan oleh perusahaanyang besar saja tetapi juga oleh semuaperusahaan swasta maupun BUMNyang menjalankan usahanya di Indone-sia. Untuk itu perlu dirumuskan kebija-kannya secara tepat sehingga jelasperan dan tanggung jawabnya.

Anda tadi mengemukakan, ting-kat kesadaran masyarakat masihrendah. Faktor apa yang menyebab-kannya, bukankah kita sudah lamamerdeka?

Saya tidak mau terjebak denganmenyalahkan masyarakat. Ini salah kitasemua. Tugas pemerintah mencerdas-kan bangsa, itu amanat dari pembukaanUUD 45. Jadi pendidikan itu pentingbaik formal maupun informal. Saya per-nah menggarap apa yang namanya com-posit index, untuk HDI. Jadi ibu-ibuyang pendidikannya minimal SMP, sta-tus kesehatan keluarganya bagus. Kalaupendidikannya SMP ke atas, kemam-puan untuk menyerap informasi baikdan perubahan perilaku lebih mudah

karena mereka adalah agent of change.Kuncinya adalah pendidikan ibu. Selainitu sebetulnya pendidikan kesehatansejak dini di sekolah memegang peranpenting. Harusnya Usaha KesehatanSekolah (UKS) itu menjadi kunci. Danbanyak lembaga informal yang bisagunakan sebagai forum pendidikankesehatan masyarakat. Pendidikan ke-sehatan masyarakat sebenarnya kita haruskembali kepada pendekatan primaryhealth care. Jadi mulai dari householdlevel, tingkat rumah tangga, kemudianmeningkat ke tingkat komunitas masyara-kat. Baru nanti Puskesmas sebagai pusatrujukan. Setelah itu baru ke rumah sakitkabupaten. Kalau ini saja diperkuat, kese-hatan masyarakat kita akan baik. Jadinggak usah muluk-muluk, primaryhealth care. Filosofinya adalah equity,memeratakan pelayanan. Kuncinya ada-lah harus ada kerja sama lintas sektor,mengutamakan upaya preventif promo-tive, menggunakan teknologi tepat guna,dan mengikutsertakan masyarakat.

Beberapa pemerintah daerahbelum begitu peduli dengan kese-hatan, bagaimana ini bisa terjadi?

Saya tak mau menyalahkan mereka.Mungkin kita belum bagus advokasinyakepada pemerintah daerah dalammenjual program kesehatan. Misalnyakita kaitkan dengan health economic,anda investasi 1 dolar akan panen 10 do-lar, mungkin harus begitu. Kalau adamalaria di daerah Anda, kerugiannyasegini, kalau dirupiahkan segini, pro-duktivitas menurun. Kalau ada orangmencret, tidak kerja dan tidak masuksekolah, kemudian dihitung denganrupiah, maka akan kehilangan sekianmilyar setahun. Jadi kalau APBD Andaalokasikan sekian milyar, anda akanpanen sekian. Jadi kita harus bisaadvokasi seperti itu. Selama ini, teman-teman kesehatan memakai bahasa kese-hatan yang hanya mereka saja yangmengerti. Jadi teman-teman kesehatansendiri perlu diberdayakan untuk mem-berdayakan orang lain. (MJ)

WAWANCARA

Percik Desember 2005 25

Filosofinya adalah equity,memeratakan pelayanan.

Kuncinya adalah harus adakerja sama lintas sektor,

mengutamakan upaya preven-tif promotif, menggunakanteknologi tepat guna, dan

mengikutsertakan masyarakat.

Page 28: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Desa Lonuo menyimpan ceritayang monumental di bidangpembangunan Air Minum dan

Penyehatan Masyarakat (AMPL) berba-sis masyarakat, setara dengan DesaDembe I yang dinyatakan oleh Guber-nur Gorontalo, Ir H. Fadel Muhammad,akan menjadi model pembangunan AirMinum Berbasis Masyarakat di Goron-talo. Sarana air minum sistem perpipa-an gravitasi di Desa Lonuo ini dibangunpada tahun 1996/7 oleh proyek ABPL(Air Bersih dan Penyehatan Lingkung-an).

Pada tahun 1998 Desa Lonuo me-raih juara nasional di bidang pengelola-an sarana air minum dari DepartemenDalam Negeri yang penyerahannya dila-kukan di Yogyakarta. Tahun berikutnya,1999, pada saat World Bank melak-sanakan penilaian dengan mengguna-kan metode Participatory Learningand Action Initiative (PLA) di empatdesa di Gorontalo yaitu: Lamu, Ta-lumelito, Longalo, dan Lonuo, sekali la-gi Desa Lonuo mendapat penghormat-an. Desa Lonuo dan Longalo, dijadikanmodel dan didokumentasikan secaraelektronik-difilmkan dan digandakanmenjadi CD dan beredar di negara-ne-gara berkembang-oleh Water and Sani-tation for East Asia and Pasific (salahsatu divisi dari Bank Dunia).

Dokumentasi elektronik ini menje-laskan mengenai pentingnya meli-batkan masyarakat dengan tanpa mem-bedakan kaya, miskin, usia, dan jeniskelamin dalam pengambilan keputusanpelaksanaan pembangunan agar saranayang dibangun berkelanjutan dan ber-fungsi secara efektif. Pada saat BankDunia melakukan penilaian, semua sis-tem AMPL di keempat desa dalam kon-

disi prima baik kualitas sarananya, ke-lembagaan, administrasi keuangan, te-naga teknisnya, regularitas layanan, dansebagainya. Bisa dikatakan, inilah mo-del I pembangunan AMPL yang selarasdengan Kebijakan Nasional.

Dalam perkembangannya, meski-pun sampai saat ini sarananya masihberfungsi baik, ternyata terdapat pa-sang surut yang cukup menarik untukdisimak. Tulisan ini akan mengungkap-kannya.

Masa LaluPada masa lalu penduduk Desa Lo-

nuo, sebagaimana desa lainnya yangmengalami kesulitan air, lebih disibuk-kan dengan kegiatan mencari air. Alo-kasi waktu untuk mencari air sangat be-sar, menyisihkan kegiatan yang lebih

produktif (lebih bernilai ekonomi).Penduduk desa mencari air ke sumur-sumur dangkal yang mereka buat di tepisungai. Karena lokasi sumur cukup ja-uh dari tempat tinggalnya, kegiatanmencari air untuk memenuhi kebutuh-an utama mereka telah menyita banyakwaktu dan tenaga. Karenanya, pada ma-sa lalu, penduduk Lonuo hidup terbe-lenggu kemiskinan.

Permasalahan semakin pelik karenamereka juga tidak mampu mengem-bangkan gaya/cara hidup yang higienis.BAB (buang air besar) di sembarangtempat merupakan hal yang umum dila-kukan. Mereka BAB dengan menggu-nakan "WC Putar". Maksudnya, padasaat BAB di bawah pohon kelapa, di se-mak-semak, atau di sungai, bila adaorang lewat mereka akan memutartubuhnya, atau memutari pohon, untukmenyembunyikan "aurat utamanya".Cara seperti ini lazim dilakukan pada

WAWASAN

Percik Desember 2005 26

Cerita Dari Lonuo, Gorontalo

Setia Melayani Selama Delapan TahunOleh:

Isman Uge* dan Alma Arif**

FOTO:ALMA ARIEF

Page 29: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

masa lalu, yang tentu saja "kotoran"yang bertebar di sembarang tempatdalam jumlah besar akan menjadi sum-ber penyebaran penyakit yang lazimdisebut "water borne disease". Jenispenyakit water borne disease sepertidiare, ISPA, sakit kulit, iritasi mata, ko-lera, berjangkitnya sangat erat terkaitdengan kualitas dan kuantitas per-sediaan air yang digunakan untukmemenuhi kebutuhan hidup dan me-melihara kebersihan. Bukan hal yanganeh bila penduduk Desa Lonuo padamasa lalu secara periodik selalu kejang-kitan penyakit yang oleh penduduk se-tempat disebut "tiba berangkat", kare-na siapapun yang terjangkit penyakittersebut pasti akan mati (berangkat keakhirat).

Kesejahteraan MeningkatKesejahteraan masyarakat mening-

kat pesat pasca pembangunan saranaair mimum. Ada keterkaitan yang bersi-fat sistemis antara tingkat pemenuhankebutuhan air dan meningkatnya kese-jahteraan masyarakat.

Sejak masyarakat bisa mencukupikebutuhan air secara mudah, kesehatanmereka secara berangsur angsur sema-kin membaik. Jenis penyakit yang dise-but tiba berangkat, hilang dengan sen-dirinya. Hal ini tentu saja terkait de-ngan perilaku hidup bersih dan sehat.Karena tersedia air dan mudah menda-patkannya, mereka menjadi bisa mem-bangun jamban, dan bisa membersih-kan diri secara lebih sempurna baik pa-da saat mandi maupun sehabis BAB.

Selain itu, seiring meningkatnya ke-sehatan dan jumlah waktu yang dialo-kasikan untuk kegiatan produktif, tarafkehidupan ekonomi mereka meningkatpula. Penduduk, khususnya ibu-ibu,mempunyai pekerjaan baru untuk me-nambah penghasilan rumah tangga, yai-tu menganyam tikar, sementara untukbapak-bapak bisa bekerja lebih lama dikebun/ladang. Sedangkan bagi anak-anak yang masih sekolah, kini merekatidak pernah lagi terlambat karena tidak

lagi harus mencari air. Masih banyak la-gi perubahan yang terjadi karena kemu-dahan dalam memperoleh air bersih.

Pengelolaan Sarana dan KendalanyaPada saat dilakukan penilaian pada

tahun 1999, sistem ABPL di Desa Lonuodalam keadaan prima. Kelembagaanpengelola air, tidak diragukan, ber-fungsi sangat baik. Lembaga pengelolaair yang diberi nama UPS (unit pengelo-la sarana) diketuai seorang wanita ber-nama Satria Kyai. Kelompok PengelolaSarana (KPS) diperlengkapi perangkatsekretaris, bendahara, seksi teknis, sek-si peran serta masyarakat, dan kader ke-sehatan lingkungan.

Hasil penilaian menunjukkan bah-wa iuran bagi pemakai sarana yang di-kumpulkan oleh ketua KPS bisa ber-jalan lancar, dengan pembukuan yangrapi. Pengawasan secara teknis pema-kaian sarana air juga dilakukan, danbila ada berbagai kerusakan bisa di-tangani tim teknis yang memang sudahdilatih dengan baik oleh LPMD.

Bisa dikatakan bahwa UPS sudah se-dikit melakukan pengembangan sarana.Bila pada mulanya di Desa Lonuo terda-pat 14 kran umum dan enam hidranyang berfungsi baik, sekarang hampirsemua hidran dan kran umum tersebut

tidak berfungsi lagi (ini yang menjadidasar informasi yang sampai ke penulisbahwa sarana di Lonuo sudah rusak).Tidak berfungsinya sarana tersebut bu-kan karena rusak tetapi karena sudahberkembang menjadi kran rumah tang-ga (household connection).

Kini seluruh rumah tangga di desaLonuo sudah bisa mengakses layananair minum, kecuali dusun tiga yang lo-kasinya di tempat ketinggian. Sebanyak184 KK di Desa Lonuo dan 8 KK dariDesa Tamboo (desa tetangga) kini men-dapatkan layanan air. Meskipun begitupada puncak musim kemarau-sebagai-mana yang terjadi di tempat lain-suplaiair sangat berkurang. Untuk mencukupikebutuhan air di musim kemarau, pen-duduk memfungsikan sarana air padamalam hari, mengumpulkan ke dalambak penampung atau ember.

Sistem yang berjalan dengan mulustersebut menjadi goyah pada tahun2000, pada saat berlangsung pemilihankepala desa. Sesuatu yang tidak ter-antisipasi terjadi, gara gara salah seo-rang calon kepala desa dalam upayamemperoleh dukungan menjanjikanuntuk menghapus iuran air yang se-sungguhnya besarnya tidak seberapayaitu sebesar Rp 1.000/rumah tang-ga/bulan.

WAWASAN

Percik Desember 2005 a

FOTO:ALMA ARIEF

Page 30: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Kejadian tersebut menjadi presedenburuk, sebab penduduk menjadi mem-belot, menolak membayar iuran. Sejaktahun 2000 itu UPS sama sekali tidakberfungsi sampai saat ini. Keadaan ter-sebut semakin diperburuk karena salahseorang pengurus UPS yaitu sekretarisUPS meninggal dunia. Satria Kyai men-jelaskan lebih lanjut, dalam waktu dekatini rencananya akan dilaksanakan rapatuntuk melakukan pemilihan pengurus .

Sejak terjadi pembelotan tersebutberbagai kejadian yang sangat merugi-kan bermunculan. Pada tahun 2002ada penduduk desa tetangga yang mela-kukan tapping untuk mendapatkan airtanpa seijin UPS. UPS menegur dantidak memperbolehkan tetapi malah di-laporkan ke polisi. Menanggapi hal itu,UPS melaporkan balik dengan tuduhanmelakukan pencurian air. Akhirnyaorang tersebut bahkan yang dipanggildan diperiksa oleh polisi. Selain itu,karena peraturan semakin banyak yangdilanggar, penduduk ada yang membu-at kolam.

Karena skema iuran tidak lagi berja-lan, kini bila ada kerusakan seperti pipabocor karena pecah, kran rusak, bak pe-nangkap mampet, dan sebagainya, ma-syarakat digerakkan oleh kepala desauntuk beriuran dan bergotong-royong

memperbaiki kerusakan. Namun sejauhini hal itu hanya untuk menanggulangikerusakan kecil, bukan kerusakan be-sar.

Keadaan yang seperti itu akansemakin tidak terkendali bila tidak adapemulihan fungsi UPS. Pada tahun ter-akhir ini, dengan adanya perhatian daripemerintah dengan melibatkan UPSLonua dalam kegiatan diskusi air ber-sih, tumbuh lagi semangat baru untukmengaktifkan kembali UPS dengan me-lakukan pergantian pengurus dan mem-fungsikan semua perangkat dan aturanyang ada. Bahkan terakhir ini ada ke-inginan untuk meniru sistem yang dite-rapkan Kelurahan Dembe I, yaitu me-mungut iuran berdasarkan besarnya pe-makaian air dengan cara memasang

meteran. Namun gagasan ini tidak dika-bulkan oleh pemerintah kabupaten. Me-nurut Satria Kyai, pemerintah beralasanbahwa pemungutan retribusi harus me-lalui Perda.

PembelajaranAda berbagai pelajaran yang bisa

dipetik dari pengalaman Lonuo.Beberapa di antaranya adalah:

Ada faktor-faktor yang tidak tera-malkan (aspek sosial budaya) yangmempengaruhi keberlanjutan saranadan layanan air. Kelembagaan pengelola sarana airmempunyai peranan yang sangatpenting bagi keberlanjutan saranadan layanan. Kelembagaan pengelola sarana yangkuat bisa mengatasi faktor-faktor lainyang mempengaruhi keberlanjutan. Pada saat peran kelembagaan mele-mah, keberlanjutan sarana dan la-yanan menjadi terancam.UPS dan sebagian masyarakat Lonuomasih menyadari akan peran pentingUPS dan sistem pengelolaan yangbaik bagi keberlanjutan sarana danlayanan.Masih ada keinginan untuk mengak-tifkan kembali sistem iuran sesuaidengan besarnya pemakaian air de-ngan cara memasang meteran.Pemerintah menghadapi dilema an-tara menegakkan aturan dan keber-lanjutan layanan air dan kemandirianmasyarakat.Berbagai permasalah yang dihadapiDesa Lonuo masih bisa dipecahkandengan cara mempertemukan semuaanggota masyarakat untuk kembalibermusyawarah mencari jalan keluarbersama.

*Kabid PerencanaanPengembangan Wilayah ,

Tata Ruang dan Lingkungan Hidup,Bappeda Propinsi Gorontalo

**Konsultan WASPOLA,peneliti di Pusat Penelitian Sains

dan Teknologi

WAWASAN

Percik Desember 2005

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Karena iuran tidak lagiberjalan, bila ada

kerusakan seperti pipabocor, kran rusak,

bak penangkap mampet,masyarakat digerakkan oleh

kepala desa untukbergotong-royong

memperbaiki kerusakan.

FOTO:SUBARI

Kendati dalam

kondisi sulit,

masyarakat

masih bisa

menikmati

air bersih

sistem

perpipaan.

b

Page 31: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Setiap tahun tanah atau lahan per-tanian di Bali dikonversi (dialih-fungsikan) ke non-pertanian (vi-

la, mall, hotel, restaurant, lapangangolf, perumahan dan bangunan pusatjasa bisnis pariwisata lainnya). Dalamtempo 10 tahun (1990 - 2000) untuk se-luruh Bali mencapai 1.000 hektar pertahun. Saat ini hanya tersisa lebih ku-rang sekitar 86.082 hektar tanah sawah,dan yang bukan sawah lebih kurangsekitar 476.450 hektar (termasuk peru-mahan), serta lahan lainnya seperti ra-wa dan tambak lebih kurang seluas 886hektar. Bila percepatan kehilangan1.000 hektar setahun ini tidak segera di-hentikan maka Bali akan kehilangan sa-wah-sawah dalam waktu puluhan tahunlagi. Bayangkan saja betapa sesaknyaBali ketika itu terjadi. Padahal pulau inihanya memiliki luas lebih kurang 5.632kilometer persegi.

Hilangnya tanah pertanian di Balibukan soal sederhana dan sekadar soalkehilangan lahan dan petani tak memi-liki pekerjaan lagi seperti sudah banyakterjadi di Jawa. Hilangnya tanah-tanahpertanian akan berdampak pada terku-burnya sebagian besar perikehidupanorang Bali. Ini sungguh mengerikan, ka-rena tanah-tanah pertanian, bagi orangBali, mengusung satu simbol kebudaya-an agraris yang menjadi mata air (tirthaamertha) sebagian besar kehidupanmereka.

Berkaitan dengan masalah tanahdan simbol kebudayaan agraris yangmenjadi mata air sebagian besar ke-hidupan masyarakat Bali, terdapat per-talian hukum antara manusia, tanahdan air dalam hukum adat Bali didasar-kan pada alam pikiran serba berpasang-an. Berdasarkan pandangan ini manu-sia Bali tidak dapat lepas dari tanah olehkarena : 1) Tanah merupakan tempat

tinggal keluarga dan masyarakat; 2)Memberikan sumber kehidupan, teruta-ma dalam menghasilkan air sebagai sa-lah satu simbol utama dalam prosespenciptaan (brahman); 3) Tempat war-ga yang meninggal dikuburkan; 4) Di-percayai merupakan tempat tinggal de-wa-dewa pelindung jagat dan tempatroh leluhur bersemayam (Ter Haar,1991).

Kompleksitas pemikiran religiusmagis yang melahirkan ikatan hukumadat yang berupa ikatan hak dan kewa-jiban ini terus berlangsung di Bali.Hanya saja seiring dengan berkem-bangnya modernisasi dan modernitas -yang terbungkus dengan kata-kata se-mu "pembangunan" yang dipopulerkanpertama kali oleh Sutan Takdir Alisjah-bana - kesadaran mengenai adanya hu-bungan antara masyarakat dan tanahini mulai menurun. Demikian pula hal-nya dengan keyakinan dari adanya per-talian hidup antara manusia dan airmulai ditinggalkan setelah perubahanperilaku masyarakat yang konsumtifdengan lebih mementingkan nilai uangyang cepat. Perubahan tersebut men-jadikan masyarakat pemilik tanahmengalihfungsikan tanahnya sebagaiperumahan atau bangunan lain, danmereka bekerja di hotel atau restoran dibekas tanah mereka. Bentuk-bentukupacara yang ada untuk menghormatitanah dan air akhirnya hanya sebagairitual dan simbol bukan lagi sebagaiwujud bakti mereka terhadap bumi.

Konversi Subak ke PariwisataSubak sebagai salah satu pranata so-

sial di Bali merupakan organisasi petani

yang bergerak dalam usaha pengaturanair irigasi untuk lahan basah atau sawah- yang sifat otonominya dalam peng-aturan air merupakan salah satu perbe-daan dengan Perkumpulan Petani Pe-makai Air (P3A) yang ada di Jawa.Uniknya lagi, walaupun tidak memilikikoordinasi dengan Dinas PekerjaanUmum terutama Sub Dinas Pengairansecara rutin, subak mempunyai ikatanyang tetap dengan lembaga di luar su-bak, yaitu sedahan dan dinas pertanian- Sedahan yang erat hubungannya de-ngan urusan perpajakan, dan juga seba-gai koordinator urusan perpajakan be-berapa subak (sedahan agung), penyu-luh pertanian (PPL) yang erat hubung-annya dengan sumber informasi perta-nian. Ibaratnya subak mempunyai ta-ngan kanan yang bergandengan dengansedahan dan tangan kiri yang bergan-dengan dengan penyuluh pertanian.Tapi jika menyangkut urusan air, subaksungguhlah mandiri, mereka seolah-olah telah mewarisi keahlian mengaturair dari nenek moyangnya.

Demikian pula keberadaan subaksebagai organisasi sosial yang bersifatreligius memiliki nilai-nilai yang sangatunik, sehingga menarik minat wisata-wan dan ilmuwan berkunjung danmengadakan penelitian di Bali. Dengandemikian dapat dikatakan subak ber-peran sebagai salah satu aset pariwisatabagi Bali, karena selain mengatur air kedalam tiga fungsi kehidupan masya-rakat adat Bali, yaitu : 1) Fungsi keaga-maan; 2) Fungsi sosial; dan 3) Fungsiekonomis, subak juga menjaga apa yangdisebut dengan tiga fungsi suci sawah,yaitu : 1) Di sawah ada keindahan ke-hidupan (rice terrace); 2) Di sawah adaaktivitas ritual; dan 3) Di sawah jugaada atraksi budaya. Ketika ketiga fungsiair yaitu, keagamaan, sosial dan ekono-

WAWASAN

Percik Desember 2005 c

Kearifan Masyarakat Lokal Melestarikan AirBelajar dari Masyarakat Adat dan Krama Subak di Bali

Oleh:I Gede Arya Sunantara

Page 32: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

mi, digabungkan dengan ketiga fungsisuci sawah yaitu, keindahan, aktivitasritual, dan atraksi budaya, maka ia me-rupakan daya tarik tersendiri di matawisatawan. Jika daya tarik itu hancur,maka tanpa disadari pariwisata Baliyang adiluhung juga akan lenyap. Olehkarena itu, seyogyanya kini subak diles-tarikan atau dibina perkembangannya.

Kegiatan yang dilakukan oleh subakdigolongkan menjadi dua macam, yaitukegiatan yang ada hubungannya dengankeagamaan dan non-keagamaan. Ke-giatan yang ada hubungannya dengankeagamaan meliputi membuat sesajenuntuk sawah, sembahyang di pura su-bak atau pura lainnya yang ada hubung-annya dengan pengairan, serta meng-adakan perbaikan di tempat-tempatsembahyang subak. Upacara sembah-yang di pura subak dilakukan pada hari-hari tertentu. Di samping itu juga adahari-hari lain untuk membuat sesajenyang erat kaitannya dengan kegiatan disawah, seperti upacara mapag toya(upacara menyongsong datangnya air).Kegiatan lainnya adalah adanya upacarangewiwit bulih (mempersiapkan bibitpadi), upacara nandur (menanam pa-di), upacara padi umur dua belas hari,sampai kepada upacara bersyukur kare-na panen berhasil. Upacara kadang-ka-dang dilakukan secara berkelompok ya-itu di pura subak, kadang-kadang jugadilakukan sendiri-sendiri di masing-masing petak sawahnya. Tempat sem-bahyang tersebut dibuat dari bahan se-derhana sampai bahan permanen, dimana saat itu seluruh krama (anggota)subak beriring-iringan menuju sawah-nya masing-masing pada hari yang dite-tapkan oleh rapat subak (pauman).

Kegiatan di luar keagamaan terdiriatas membuat dan memperbaiki salur-an air, tempat pembagian air ke sawahmasing-masing (temuku), memperbaikijalan subak, pemberantasan hama, danlain sebagainya yang ada hubungannyadengan usaha peningkatan produksi.Pengawasan jalannya air juga dilakukansecara teratur. Anggota subak secara

bergiliran mengawasi jalannya air darisumber air sampai ke temuku, tempatpembagian air langsung ke sawah ma-sing-masing anggota subak. Seandainyadijumpai kerusakan-kerusakan kecilyang mengganggu jalannya air, makakerusakan tersebut segera diperbaiki.

Perhatian terhadap subak menjadipenting karena berhubungan denganupaya menjaga aspek fisik (ekologis) su-bak yang dalam konsep Tri Hita Karanadisebut unsur palemahan (tanah/sawahdan air) sehingga dapat merembet ke-pada usaha untuk menjaga aspek sub-sistem sosial anggota/krama subak pa-wongan dan aspek lingkungan spiritualparhyangan. Karena keanggotaan su-bak di Bali tidak membedakan agama,ada anggota yang beragama Hindu,Islam, dan Kristen. Memang kegiatansubak terutama didasarkan pada ritualAgama Hindu karena kebanyakan ang-gota subak (krama) beragama Hindu.Anggota yang bergama Islam dan Kris-ten tetap ikut membayar iuran yang di-perlukan untuk kegiatan subak. Tetapimereka melakukan sembahyang esuaidengan agamanya masing-masing.Anggota beragama Islam mengadakansembahyang di masjid, sedangkan yangberagama Kristen di gereja. Perbedaanagama tidak merupakan masalah dalamkeanggotaan subak. Karena itulah ma-

nakala subak bubar maka taruhanberikutnya adalah Bedugul dan UlunSuwi, Pura-nya Krama Subak sebagaipedoman hidup manusia Bali juga akanhancur.

Dereligiusitas Subak = Desakrali-sasi Air

Di tengah mulai munculnya ke-sadaran akan pentingnya agama, dalamhal ini Agama Hindu untuk menjagalingkungan terutama air saat ini,melalui ajeg-nya subak, masyarakat danpemerintah daerah di Bali sebagai ele-men utama pelaksana keinginan terse-but masih belum sepenuhnya terbebasdari ikatan "cara berfikir institusio-nalis". Padahal rasionalisme dalamHindu ketika menilai dan melihat re-ligiusitas subak dan kesakralan air tidakhanya terbatas pada ritus dalam artisempit, tetapi sesungguhnya memadu-kan simbol penilaian moral dan simbolkonstruktif agama, dengan kata lain ju-ga menggunakan bentuk ritualisme da-lam arti yang lebih luas sehingga secaradiakronis terangkum dan teridentifikasimulai dari hal-hal periferal sampai padahal-hal yang esensial atau terkait de-ngan tattwa.

Kaitannya dengan simbol penilaianmoral ketika melihat religiusitas subakdan kesakralan air, masyarakat Hindu

WAWASAN

Percik Desember 2005 d

Page 33: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Bali berhadapan dengan tatanan yangsenantiasa harus dianggap suci(luanan), sehingga harus dijaga agar ti-dak tercemar dengan hal-hal yang bersi-fat profan (tebenan). Secara kontinumkonsep luan-teben harus dipisahkansecara tegas, tetapi secara filsafati kedu-anya mesti senantiasa berpasangan,terutama untuk membangkitkan sum-ber kekuatan atau bayu. Sehingga pe-makaian simbol-simbol penilaian moraldalam menilai religiusitas subak dankesakralan air ini mengharuskan selu-ruh warga Bali - baik itu pemeluk Aga-ma Hindu (krama adat) maupun wargapendatang non-Hindu (krama tamiu) -harus paham tentang "kedudukan" su-bak dan air sehingga dapat menghin-darkan diri dari pelanggaran-pelanggar-an yang mengakibatkan kecemaran (le-teh), sehingga konsepsi rwa bhinedayang mempertentangkan konsep kesu-cian (suci, purity) dan kecemaran (le-teh, pollution) selalu dapat terjaga de-ngan baik.

Sedangkan dalam kaitannya dengansimbol-simbol konstruktif ketika meni-lai religiusitas subak dan kesakralan air,dalam masyarakat Hindu dikenal ada-nya pembedaan kedudukan, warna danstruktur keagamaan yang berjenjang,dimana kemudian akan menurunkan

perbedaan distribusi wewenang, kekua-saan, kependetaan dan keagamaan yangberstruktur ketika mendefinisikan reli-giusitas subak dan kesakralan air.

Prinsipnya, air dari mata air di da-lam Agama Hindu adalah salah satusyarat yang diperlukan (tirtha untukpatirthan) dalam upacara Panca Yajnabaik yang bersifat rutin (nityakala) ma-upun yang bersifat insidental (naimiti-kakala). Unsur air dalam Agama Hindudianggap sebagai sarana menyucikan,unsur yang memberikan kemakmuran,dan arus kehidupan yang harus disebe-rangi seseorang untuk menuju kebaha-giaan sejati (Titib, 2001). Karena itu da-lam mencermati pola pergeseran akankebutuhan subak dan ketersediaan airseperti yang diuraikan di atas di tengah-tengah kondisi kehidupan rakyat yangsemakin "irasional" dan sekaligus "hi-permoralitas" terhadap nilai-nilai ketu-hanan, kemanusiaan, dan pembangun-an ini, akhirnya - mau tidak mau, disa-dari maupun tidak - menghasilkan fluk-tuasi keadaan lingkungan yang terusberkembang menjadi persoalan multi-dimensional. Pendeknya, masalah ter-berangusnya subak dan masalah ke-langkaan air yang mulai terjadi di sana-sini di seantero Pulau Bali sekarang ini,bukan semata-mata sebagai produk

sampingan (by product) dari sebuah"proses horizontal", kasus ini juga tetapmerupakan unsur melekat (built-in ele-ment) dari sebuah ketidakselarasansebentuk "hubungan vertikal".

Menuju Transformasi Tradisi Meskipun tidak semua tradisi dalam

masyarakat lokal mengandung nilai-nilaipeka terhadap lingkungan, namun keber-adaan subak sudah tidak perlu diper-tanyakan lagi, minimal bagi orang-orangBali sendiri. Karena itu upaya merekayasatradisi masyarakat dengan dasar-dasarmodernisasi bukanlah pilihan yang bijak-sana. Yang diperlukan sesungguhnyaadalah sebuah upaya yang lebih ringkas,lebih sederhana, yaitu memahami setiaptradisi dan adat yang ada pada setiapdaerah, melakukan pemberdayaan ter-hadapnya, dan melakukan transformasibudaya di dalamnya. Transformasi bu-daya di sini maksudnya adalah mela-kukan suatu proses terciptanya hubungan(structure) yang secara mendasar barudan lebih baik. Strategi transformasi tra-disi dan budaya dalam masyarakat lokalini memungkinkan kita untuk tetap men-jaga, dan yang terpenting tetap memilikipluralitas tradisi dan budaya itu sendiri,serta memberikan ruang pada setiap ma-syarakat adat untuk menciptakan sejarahmereka sendiri. Intinya, strategi transfor-masi tradisi dan budaya dalam ma-syarakat adat ini harus memperhatikandimensi pemberdayaan (empowerment),menjamin dan menghargai self iden-tification dan mencegah terjadinya ke-budayaan tunggal (monoculture). Inilahsesungguhnya tantangan bagi masya-rakat adat maupun bagi kita semua, agarketika melihat religiusitas subak dansakralnya air dalam masyarakat Bali.Dunia tetap berujar bahwa Bali besertatradisi dan budayanya tetap merupakanthe morning of the world seperti kataNehru, atau sebagai the paradise islandseperti kata novelis Hickman Powell.

*Alumnus S.2 AN-Fisipol UGM dan MPRKUGM. Pemerhati masalah-masalah water

security. Tinggal di Yogyakarta.

WAWASAN

Percik Desember 2005 27

Page 34: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Rendi dan Gunadi dengan asyik-nya mengamati air yang barudiambilnya dari Danau Cibu-

bur. Beberapa indikator dimasukkan kebejana tempat air itu. ''30 derajat Celci-us,'' kata Rendi. ''Coba tes sekali lagi,''kata Gunadi tak percaya.

Tak jauh dari keduanya jongkok, te-man-temannya dari SMP 233 Jakartayang berjumlah 40 siswa melakukan halyang sama. Mereka mengukur kualitasair di danau itu. Indikator yang diukurselain suhu, juga jumlah oksigen terla-rut, pH, dan kekeruhan.

''Ini pengalaman yang baru, kita bisamengetahui tentang biotik air, kadar,suhu dan sebagainya,'' kata Rendi yangmengaku ranking dua di kelasnya. ''Ya,menambah pengetahuan baru. Karenadi sekolah hanya teori doang, praktek-nya kurang,'' tambah Gunadi.

Selain itu keduanya mengaku men-dapatkan pengetahuan baru bagaimanamenghemat dan menjaga sumber dayaair. ''Jangan mencuci sepeda dengan airdalam ember. Boros. Kalau mandi se-baiknya pakai shower. Jangan membu-ang sampah, tinja, oli sembarangan,''kata Rendi seraya menambahkan bah-wa air tidak hanya untuk manusia se-karang tapi juga generasi yang akan da-tang.

Hal baru juga didapatkan artis sine-tron Marshanda yang hadir sebagai bin-tang tamu. ''Wah aku senang banget.Pengetahuan aku jadi nambah. Akumendukung banget program ini dituju-kan kepada anak-anak. Semakin seringdiadakan maka semakin tertanam kepe-dulian terhadap air,'' katanya. Ia meng-aku sebelumnya tidak banyak tahu ten-

tang kualitas air. ''Aku sebelumnya takpernah mencoba mengukur yang kayakginian. Ternyata tak susah ya,'' ungkap-nya.

Selama hampir setengah hari peng-ukuran kualitas air dilakukan. Acara inimerupakan peringatan Hari MonitoringAir Sedunia. Sebetulnya peringatannyasendiri jatuh pada 12 Oktober. ''Ini ada-lah rangkaian kegiatan dari peringatantersebut,'' kata Job Supangkat dari Fo-rum Komunikasi Air Minum Indonesia(FORKAMI).

Kegiatan diisi dengan mengukurkualitas air di beberapa lokasi, lombamenggambar oleh 30 siswa dari 20 SDdi DKI, dan kunjungan ke instalasipengolahan air. Acara ini diselenggara-kan atas kerja sama FORKAMI, Thames

Pam Jaya (TPJ), dan Pam LyonnaiseJaya (Palyja).

Job menjelaskan tema utama per-ingatan ini yakni 'Selamatkan Air Kita'.Dari peringatan ini ada dua hal yangingin diraih yaitu perubahan perilakuberupa penghematan terhadap pema-kaian air dan stop pencemaran. ''In-tinya, perlakukan air secara bertang-gung jawab,'' tandasnya.

Dalam upaya itu, anak-anak dan re-maja menjadi target. Ini dilandasi asum-si bahwa anak-anak memiliki daya ubahyang lebih cepat dan bisa mempengaruhiorang tua atau keluarganya. ''Makanyakita mulai sejak dini, SD, SMP, agarmereka paham pentingnya sumber dayaair itu dilindungi,'' kata Ketua UmumFORKAMI, Abdullah Muthalib.

REPORTASE

Percik Desember 2005 28

Hari Monitoring Air Sedunia

Menanamkan KepedulianSejak Dini

FOTO:MUJIYANTO

Page 35: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Menurut Abdullah, meskipun airadalah sumber daya yang dapat diper-baharui, mengingat besarnya biaya danusaha yang harus dilakukan untuk me-mulihkan ketersediaan maupun kua-litasnya, menjadikan air adalah sumberdaya yang terbatas. Untuk itu, lanjut-nya, perlindungan sumber air harus di-lakukan oleh semua kalangan dimulaidari anak-anak, masyarakat, profesionalyang bergerak di bidang air, swasta,LSM, dan pemerintah. ''Melalui HariMonitoring Air ini kami berkeinginanmemercikkan kesadaran bersama akanpentingnya perlindungan sumber airdan kemudian bersama-sama bekerjameningkatkan ketersediaan maupunkualitas sumber air kita bagi kita, kinidan generasi mendatang,'' katanya.

Devy A Yheane, PR Manager TPJ,mengatakan pihaknya sendiri telah ber-usaha melaksanakan edukasi pelajardan kampanye kualitas air tanah. ''Kamitelah mengeluarkan sebuah modul edu-kasi berupa CD Rom. Isinya netral danumum yang bisa digunakan oleh siapasaja,'' kata Devy.

Januar, guru SMP 233, menilai pro-gram seperti ini bisa memberikan man-faat bagi siswanya. Menurutnya, di se-kolah siswa lebih banyak menerima teo-ri dan kurang praktek. ''Pelajaran ten-tang sumber daya air sebenarnya adadalam pembahasan tentang ekosistem.Tapi bagaimana mengukur kualitas air,ini belum pernah dipraktekkan di ke-giatan praktikum,'' jelasnya.

Senada dengan Januar, Yanti, guruSD Budi Wanita, Setiabudi, Jakarta Se-latan, menyambut baik program pem-belajaran yang diberikan dalam per-ingatan Hari Monitoring Air Seduniaini. Menurutnya, hasilnya selain ber-dampak kepada murid dan guru yangmendampingi. ''Acara ini sangat bagussekali. Secara pribadi, saya jadi tahubahwa kaporit itu bisa membunuh coli.Apa yang dijelaskan ketika kami me-ngunjungi tempat penjernihan air jugasangat mendidik bagi anak-anak,''katanya dengan penuh semangat.

Hanya saja, Yanti heran mengapakegiatan seperti ini tidak terlihat adanyaketerlibatan unsur pemerintah teruta-ma dari kalangan pendidikan. Mengapahanya LSM dan swasta saja yang pe-duli? Karenanya ia berharap ke depankegiatan terhadap kepedulian terhadapsumber daya air harus terus digalakkanoleh semua kalangan. ''Kegiatan sepertiini harus berlanjut terus. Kalau bisa me-libatkan semakin banyak pelajar. Dantidak sekadar lomba, tapi pendidikanbagi anak didik,'' tuturnya.

Job sepakat dengan harapan parapendidik. Menurutnya, kegiatan ini ba-ru awal. Peringatan Hari Monitoring AirSedunia di Indonesia tergolong baru ka-rena terlaksana dua tahun belakangan.''Kami tak berhenti sampai di sini. Kamiakan ajak stakeholders lain. Apa yangsudah kami lakukan akan kami perta-hankan tapi dengan obyek yang lebih lu-as lagi. Tentu kita butuh tahapan demitahapan,'' paparnya.

Ia menjelaskan, selama ini selain ke-pada pelajar, kampanye kepedulian ter-hadap sumber daya air juga diarahkan ke-pada masyarakat. Bersama Palyja danTPJ, FORKAMI menggarap para pelang-gan air minum di Jakarta dengan pen-didikan kesadaran. Selain itu lembaga itumengadakan talk show di radio setiapminggu ketiga tiap bulan. ''Responnyasangat positif. Ternyata mereka begitupeduli dan ingin tahu lebih banyak ten-tang air minum khususnya dan sumberdaya air pada umumnya,'' jelas Job.

Yang pasti, pendidikan mengenaikualitas air mutlak diperlukan bagi se-mua kalangan. Dan untuk itu, semuastakeholders mau tak mau harus peduliakan hal itu. Caranya dengan ikut sertaaktif dalam setiap kegiatan yang meng-arah kepada perlindungan sember dayaair. Jangan sampai mereka baru pedulibegitu musibah terjadi. Seperti aktaRendi, ''Tak ada air, kehidupan kita a-kan rusak.'' mujiyanto

REPORTASE

Percik Desember 2005 29

K alau melihat masyarakat saat ini,menurut aku, sebenarnya sih sudah

peduli. Tapi mungkin pedulinya belumriil. Perlu banyak wawasan yang harusdicari agar supaya kepedulian itu terwu-jud dalam kehidup-an nyata.

Contoh membu-ang sampah ke sun-gai. Menurutku, me-reka yang membu-ang sampah ke su-ngai itu mungkin sa-ja sudah tahu bahwaitu tidak boleh. Tapimengapa kok sampaitidak boleh. Padahalkalau diberi tahu se-cara gamblang, bu-

kan hal sulit untuk meninggalkan kebia-saan buruk tersebut. Secara mudahnya,kalau sungai bersih, bayar air kan bisalebih murah karena pengolahan air se-makin ringan. Bukan begitu. (MJ)

Marshanda, Artis dan Duta Lingkungan

Masih Kurang Peduli

FOTO:MUJIYANTO

Page 36: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Perusahaan Daerah Air Minum(PDAM) belum masuk ke DesaJambearjo, Kecamatan, Tajinan,

Kabupaten Malang, Jawa Timur. Tapi disetiap rumah telah terpasang meteranstandar PDAM. Kok bisa? Ini berkatadanya proyek Water Supply for LowIncome Community (WSLIC) 2 di desatersebut.

Sebelumnya, di desa yang terletak18 km di sebelah selatan Kota Malang,warga desa mengandalkan kebutuhanairnya dari sungai yang mereka sebutsebagai Kali Manten. Kali yang tak ter-lalu besar itu membujur di bagian sela-tan desa. Selain ke kali, warga meman-faatkan sumber air yang berada dijurang dengan kedalaman sekitar 30meter. Inilah sumber air minum utamawarga, selain air sumur yang jumlahnyatidak terlalu banyak. ''Rata-rata sumurdi sini dalamnya 24 meter. Kalau meng-gali baru pun kadang belum tentu kelu-ar airnya,'' kata Abdullah, Kepala DesaJambearjo.

Tak heran, beberapa penyakit me-nular yang disebabkan air, terutama di-are, sempat singgah di desa yang ber-penduduk 3.734 jiwa (910 KK) tersebut.Rata-ratanya angka di atas 10 pada ta-hun 2004. Selain itu, banyak waktu di-habiskan oleh warga desa untuk meng-angkut air dari jurang atau sungai.''Waktu rata-rata yang dibutuhkan 1-1,5jam tiap hari,'' kata Abdullah. Pengam-bilan air itu dilakukan dengan cara dipi-kul.

Drs. Imam Nawawi, Ketua BadanPengelola Sarana Air Bersih (BPSAB)Desa Jambearjo menceritakan kondisiitu membuat sebagian warga buang airbesar sembarangan di sekitar rumahatau di sungai. ''Warga di sini sebagianbesar memang tidak mampu,'' jelasnya.

Di sisi lain, ada potensi sumber air

yang bisa mencukupi kebutuhan warga.Sumber air yang berada di jurang itu-warga menyebutnya Sumber Apak-memiliki debit 30 liter per detik. Na-mun warga tak mampu membangun in-frastruktur untuk mengangkat air terse-but dan mendistribusikan ke warga.Sampai beberapa waktu warga pasrahdengan keadaan.

Masuk Proyek WSLICBagai gayung bersambut. Keinginan

warga untuk memperoleh kemudahanakses air bersih akhirnya terpenuhi. Inisetelah ada proyek WSLIC. Warga men-cari tahu bagaimana bisa mendapatkanproyek tersebut untuk desanya. Ter-nyata, berbagai persyaratan harus dipe-nuhi. Dengan semangat gotong royong,warga mengumpulkan dana, karenaproyek tersebut mensyaratkan adaketerlibatan warga berupa in cash daninkind.

Melalui rembug desa, yang dihadirilebih dari 300 orang, akhirnya ditetap-

kan besarnya iuran. Ada empat kategoriiuran yakni A untuk golongan sangatmiskin dengan iuran sebesar Rp. 5.000,B untuk golongan miskin dengan iuransebesar Rp. 10.000, C untuk golongansedang dengan iuran sebesar Rp.15.000, dan D untuk golongan kayadengan iuran Rp 20-25 ribu. Dana itudikumpulkan melalui tiap RT yang adadi dua dusun yakni Dusun Jambearjodan Dusun Karangjambe. Total danayang terkumpul sebesar Rp. 8 juta.

Sebelumnya, warga telah mengada-kan rembug desa yang dihadiri ratusanwarga di balai desa untuk mengelolaproyek tersebut. Terpilih 14 orang war-ga desa setempat sebagai Tim Kerja Ma-syarakat (TKK). Mereka yang kemudianmembuat rencana kerja masyarakat(RKM) dan membentuk unit kerja tek-nis (UKT) dan unit kerja khusus (UKK).

Dari situ mulailah proyek WSLIC diJambearjo. Pusat mengucurkan danasebesar Rp. 144 juta, dana pendampingdari kabupaten sebesar Rp. 16 juta, dan

KISAH SUKSES

Percik Desember 2005 30

WSLIC 2 Desa Jambearjo, Malang

Sambungan Desa, Manajemen KotaFOTO: MUJIYANTO

Page 37: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

dana warga Rp. 8 juta. Partisipasimasyarakat juga diwujudkan da-lam bentuk inkind berupa kerjabakti setiap minggu. ''Kita hampirdua bulan kerja bakti,'' kata Imam.

Proyek itu dimulai denganpembangunan Bak PenampungAir (BAP) di Sumber Apak. Bak ituberupa bangunan silinder daribeton dengan diameter 2 meter.Silinder itu dibangun dengan ke-dalaman sekitar 4 meter ke dalamtanah. Selain itu dibangun pularumah panel listrik yang berjaraksekitar 5 meter dari BAP, dan tan-don penampung dengan ukuran 6x 6 persegi dan tinggi 2 meter yangbisa menampung air 50 meter kubik.Tandon air ini terletak di ujung desa,yang letaknya memang lebih tinggi.Untuk menaikkan air dari sumber digu-nakan pompa elektrik dengan kekuatan12.000 watt dengan kapasitas 3 liter perdetik. Pompa diletakkan di bagian atasBAP.Untuk menyalurkan air, TKM ber-sama warga membangun jaringan per-pipaan. Panjang jaringan itu mencapai9.050 meter.

Bersamaan dengan itu TKM punmenyelenggarakan program jambanbergulir; pelatihan kader kesehatan ma-syarakat, anak sekolah, dan guru; pem-bangunan tempat cuci tangan di seko-lah, dan pembinaan kantin UKS di seko-lah yang ada di desa tersebut.

Proyek yang dimulai Mei 2004 ituberakhir Mei 2005. Ini berarti masatugas TKM pun selesai. Untuk memeli-hara dan mengoperasikan sarana yangterbangun, warga dalam rembug desamembentuk Badan Pengelola SaranaAir Bersih (BPSAB). Pengurusnyaadalah para mantan TKM, beranggo-takan tujuh orang.

Pasca ProyekSetelah BPSAB terbentuk, organi-

sasi bentukan masyarakat itu langsungmelaksanakan tugasnya. Yang pertamadilakukan adalah melakukan penyam-bungan pipa ke rumah-rumah. ''Kita

memilih menggunakan meteran agarlebih adil. Yang pakai sedikit bayarsedikit, yang banyak bayar banyak,'' je-las Imam.

BPSAB menetapkan biaya sambung-an per rumah sebesar Rp. 250 ribu. Kinibiaya sambungan naik menjadi Rp. 300ribu, setelah adanya kenaikan bahan ba-kar minyak yang berimbas kepada ke-naikan harga peralatan sambungan. Se-dangkan biaya pemakaian, BPSAB me-netapkan Rp. 750 per liter kubik. Saatini ada 609 satuan sambungan.

Kesadaran masyarakat untuk mem-bayar iuran pun cukup baik. Warga da-tang sendiri ke loket pembayaran yangtelah ditentukan lokasinya oleh BPSAB.Terbukti belum ada yang menunggakmembayar. Pada November 2005, danayang masuk sekitar Rp. 6 juta denganpengeluaran sekitar Rp. 4 juta. Setiapbulan ada peningkatan pemasukan.

Uang hasil iuran pelanggan ini, me-nurut Imam, digunakan untuk pengem-bangan jaringan dan penggantianpompa. Bahkan beberapa waktu lalu,pompa baru dengan kapasitas 6 liter perdetik telah dipasang menggantikanpompa yang lama. ''Jadi sekarang, kitapunya dua pompa. Yang satu kita sim-pan, dan bisa gunakan sewaktu-waktubila ada kerusakan pompa yang ada,'' je-lasnya. Selain itu, hasil iuran ini jugaakan disisihkan kepada pengurus

BPSAB sebagai uang jasa.Sebelumnya pada saat men-jadi TKM, mereka tak mem-peroleh honor sama sekali.

BPSAB mengadakan ra-pat rutin tanggal 12 setiapbulan. Badan ini menggu-nakan prinsip manajementerbuka dan sistem keuang-an yang transparan sehing-ga akuntabilitasnya cukupbaik. Pengurusnya pun te-lah memiliki rencana kedepan termasuk menghi-tung penyusutan alat dansebagainya.

Dampak LangsungKepala Desa Jambearjo Abdullah

mengungkapkan keberadaan air bersihini mampu meningkatkan jumlah pemi-lik jamban. Sebelum ada proyek WSLICjumlah jamban di Jambearjo ada 310.Kini jamban tersebut menjadi 733 unit.Jumlah diare pun menurun.

Keberadaan air bersih ini men-dorong pembangunan rumah baru. Darisemula ada 910 rumah kini telah ber-tambah menjadi 968 rumah. Sebuahkompleks perumahan dibangun di wi-layah tersebut.

Selain itu, kata Abdullah, ada penu-runan ongkos air bagi warga yang ha-jatan. ''Dulu kalau hajatan, paling tidakwarga mengeluarkan Rp. 200 ribu un-tuk air. Kini cuma Rp. 13 ribu,'' katanya.

Yang pasti warga pun amat gembiradengan adanya proyek ini. ''Ya lebihenak sekarang. Nggak perlu lagi kesumber,'' kata Bagilin, warga yang se-mula harus turun ke jurang untukmengambil air.

Rupanya kini warga Desa Bulula-wang, Kecamatan Bululawang, yangbersebelahan dengan desa tersebut puntelah mengajukan diri untuk menda-patkan sambungan air bersih. BPSABpun telah siap memasang sambunganbaru. Tentu dengan harga yang berbeda.Ada yang mau belajar ke Jambearjo?

mujiyanto

KISAH SUKSES

Percik Desember 2005 31

FOTO: MUJIYANTO

Page 38: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Pesimistis. Inilah sikap yangmuncul ketika program Com-munity Led Total Sanitation

(CLTS) mulai masuk ke Indonesia. Ba-nyak kalangan ragu, mampukah masya-rakat dengan kesadaran sendiri me-ninggalkan kebiasaan buang air semba-rangan, sementara tidak ada insentifapapun yang diberikan oleh pemerintahkepada mereka.

Sikap pesimistis itu terjawab setelahprogram tersebut diujicobakan di enamkabupaten yakni Lumajang (Jawa Ti-mur), Sambas (Kalimantan Barat), Mu-ara Enim (Sumatera Selatan), MuaraJambi (Jambi), Sumbawa (NTB), danBogor (Jawa Barat). Proses uji coba per-tama diawali di Lumajang pada Mei2005, dan menyusul kabupaten lain pa-da Juni 2005.

Hasilnya cukup mencengangkan.Dalam satu sampai tiga bulan, masya-rakat yang dipicu melalui program iniberubah, kecuali di Kabupaten Bogor.Mereka tak lagi membuang air besarsembarangan, yang biasanya dilakukandi sepanjang sungai, kebun, atau se-mak-semak. Dengan kesadaran sendirimereka membangun jamban sesuaidengan kemampuan masing-masing.Keberhasilan itu tak cukup sampai di si-tu tapi terus menjalar ke desa-desa yanglain di sekitarnya. Bahkan di Sambas,Bupati telah mencanangkan programtersebut untuk seluruh wilayahnya.

Kamal Kar, pakar yang menemukankonsep CLTS, dalam lokakarya CLTStingkat nasional di Jakarta, 28-30 No-vember lalu, mengatakan capaian Indo-nesia sangat bagus. Dalam enam bulan

mampu mengubah sedikitnya 3.500orang untuk tidak buang air sem-barangan.

Program CLTS pertama kali dilak-sanakan di Bangladesh tahun 2000.Kini program tersebut telah menyebardi delapan negara termasuk Indonesia.Di setiap Negara ada pembelajaran yangbisa ditarik untuk memperbaiki proses.Kamal menguraikan di Bangladesh adakendala yakni berupa masuknya subsidiatau bantuan dari pemerintah, yang jus-tru menghambat keberhasilan program.Selain itu, target menjadi tujuan sehing-ga melupakan proses.

Makanya, Kamal menegaskan bah-wa keberhasilan program CLTS harusdidukung perubahan sikap pemerintah.Dalam hal ini pemerintah harus meng-hindari pemberian subsidi atau bantu-an. Selain itu, CLTS membutuhkan fasi-litator yang banyak untuk memicu ma-syarakat.

Oswar Mungkasa dari Direktorat Pe-rumahan dan Permukiman Bappenaspun menekankan yang terpenting dariprogram CLTS ini adalah proses peru-bahannya, bukan target deklarasi bebasbuang air besar sembarangannya. Ber-bagai prinsip dasar, karakteristik ma-syarakat, faktor pendorong kesuksesanharus terus dipelajari dan dikembang-kan.

Dari lokakarya nasional tersebutdihasilkan prinsip dasar program CLTS.Prinsip tersebut yakni:Yang harus dilakukan dalam CLTS

Memicu dengan baik (melalui prosesperkenalan, diskusi/analisas partisi-patif, transect walk, pemicuan danmotivasi)Pemahaman bahwa CLTS bukan pro-yek, tetapi sebuah pendekatanBelajar bersama (bukan penyuluhan)Pemicuan yang terus menerus untukmenimbulkan rasa malu, jijik, gengsi,dengan menggunakan bahasa yangdikenal di masyarakatPendampingan/monitoring yang in-tensifMeningkatkan ketrampilan fasilitatorMembentuk fasilitator baru (yangsiap mental, pantang menyerah, danberkomitmen tinggi) dan tim fasilita-tor masyarakatImplementasi CLTS di wilayah yangtidak ada proyekDukungan untuk menciptakan keswa-dayaan masyarakat (melalui kegiatangotong royong, tokoh adat, tokohagama)Memberi kebebasan untuk berinisi-atif

TEROPONG

Percik Desember 2005 32

Community Led Total Sanitation (CLTS)

Perubahan PerilakuTanpa Subsidi

Kamal Kar, pakaryang menemukan

konsep CLTS, dalamlokakarya CLTStingkat nasional

di Jakarta,28-30 Novemberlalu, mengatakancapaian Indonesia

sangat bagus.

1.

2.

3.4.

5.

6.7.

8.

9.

10.

Page 39: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Memberikan apresiasi/pujian kepadamasyarakat yang mau melakukanperubahanMemberikan saran/wawasan jikadimintaMemunculkan natural leader danmengundangnya ke wilayah lain (stu-di banding)Memfasilitasi untuk kerja sama de-ngan pihak ketigaDeklarasi jika sudah bebas BAB sem-baranganMenghilangkan kesenjangan di ma-syarakatMendukung pengembangan ke desasekitarSosialisasi secara berjenjang kepadastakeholdersKomitmen bersama lintas sektor(pelibatan semua sektor terkait)Pengaruh kelompok tertindas (seper-ti: perempuan, anak2, dan usila)Filtrasi dan dekomposisi.

Yang Tidak Boleh Dilakukan:Memberi subsidi dalam bentuk apa-punMengguruiMengaturMemberi instruksiMemaksakan kehendak, termasukmemaksa membuat WC dan menen-tukan modelnyaMenjanjikan/memberikan rewardMembawa misi proyekMembedakan strata masyarakatMenunjukkan identitas/jabatanMelaksanakan CLTS di lokasi, dimanasedang diterapkan pendekatan yangberbeda/yang berlawanan.

Prinsip tersebut memang tidaksemuanya harus dipenuhi. Tapi palingtidak, bila sebagian besar dipenuhi ma-ka keberhasilan program CLTS bukansuatu impian. Dengan memegang prin-sip tersebut bisa dikembangkan lebihluas ke seluruh Indonesia. Dan ini yangkini sedang dilakukan.

Mengenai desa yang dianggap telahbebas buang air besar (BAB) semba-rangan disepakati sebagai berikut:

partisipasi dan gotong royong tinggi.tidak ada lagi bangunan WC di ping-gir sungaimasyarakat sudah memiliki/membu-at WC di dekat rumah/darat .tidak ada lagi aroma/bau tahi dilingkungan penduduk.timbul rasa malu BAB/berak disem-barang tempat.meningkatnya derajat kesehatan ma-syarakat.

Sementara tentang belum berhasil-nya Kabupaten Bogor melaksanakanprogram ini, berdasarkan analisis dise-babkan berbagai faktor di antaranyaintensitas pemicuan dan pendampinganyang kurang (hanya sekali pada awalsaja). Kondisi ini menyebabkan sema-

ngat masyarakat yang telah terpicuberangsur-angsur pudar. Belum lagi,ternyata ada 'provokator' yang me-nyatakan bahwa CLTS membawa subsi-di untuk pembangunan jamban. Dantak jauh dari daerah uji coba, memangada desa yang sedang menyelengga-rakan proyek bersubsidi/stimulan/-bantuan.

Dari pengalaman di lapangan ter-lihat bahwa peran fasilitator, naturalleader, tokoh masyarakat, dan aparatpemerintah sangat menentukan. Tan-pa ada kerja sama yang harmonisantara mereka, program ini sulitdiwujudkan. Ini penting diperhatikankarena program ini memfokuskan pa-da perubahan perilaku, bukan me-ngejar target proyek.

Apa yang telah dicapai oleh CLTSmemberikan gambaran bahwa masya-rakat itu mampu mengubah perilaku-nya menjadi lebih baik dengan kesa-darannya jika diberdayakan. Dan prosesyang dilakukan di dalamnya tampaknyabisa ditiru untuk melakukan perubahandi bidang lain di luar buang air besarsembarangan. Jadi tak Cuma LubangTahi Saja. Mujiyanto

TEROPONG

Percik Desember 2005 33

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

1.

2.3.4.5.

6.7.8.9.

10.

--

-

-

-

-

Peran fasilitator, naturalleader, tokoh masyarakat, dan

aparat pemerintah sangatmenentukan. Tanpa ada kerja

sama yang harmonis antaramereka, program ini

sulit diwujudkan.

FOTO: ISTIMEWA

Page 40: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Dusun Pantai dan Dusun Usaha,Desa Segarau Parit, KecamatanTebas, Kabupaten Sambas,

Kalimantan Barat, berada di muara Su-ngai Sambas yang berbatasan langsungdengan laut Cina Selatan. Jaraknya se-kitar enam jam perjalanan dari Pontia-nak. Dari ibukota kabupaten letaknya ti-dak terlalu jauh, sekitar setengah jamperjalanan.

Untuk mencapai dusun tersebut,pengunjung harus menyeberangi sungaiSambas yang lebarnya sekitar satu kilo-meter dengan menggunakan kapal feryatau sampan. Dari penyeberangan ini,dusun tersebut berjarak sekitar dua ki-lometer melalui jalan darat.

Warga kedua dusun ini hidup daripertanian, buruh, dan nelayan. Setiapharinya mereka mengalami kesulitanair bersih. Tidak ada sumber air yangbisa dimanfaatkan untuk minum. Se-benarnya air di lingkungan mereka sa-ngat melimpah, tapi tidak bisa diman-faatkan karena payau. Untuk mencu-kupi kebutuhan air untuk minum danmemasak, mereka menampung air hu-jan. Tak heran di setiap rumah bisa di-jumpai tempayan-tempayan besar yangterbuat dari semen. Untuk mandi danmencuci, mereka memanfaatkan airyang ada.

Dusun Pantai dihuni oleh 1.057 jiwa(175 KK) yang tinggal di 174 rumah. Se-belum ada uji coba Community-Led To-tal Sanitation (CLTS), tidak ada wargayang memiliki jamban/WC. Mereka bu-ang air besar (BAB) di sungai, yang me-mang letaknya tak jauh dari rumah-rumah mereka. Sudah dapat dibayang-kan kondisi sungai yang ada di dusuntersebut.

Sedangkan Dusun Usaha dihunioleh 1.153 jiwa (183 KK) yang mendiami181 rumah. Secara geografis, dusun ini

letaknya agak jauh dari sungai diban-dingkan dengan Dusun Pantai. Takheran, bila sejak awal sudah ada yangmemiliki jamban/WC. Dari 181 rumah,sebanyak 54 rumah di antaranya memi-liki jamban/WC. Sisanya buang airbesar di sungai atau di kebun.

Sebenarnya, menurut Kepala DesaSegarau Parit Rajiman Jufri, telah adaaturan adat berkenaan dengan keber-sihan ini bagi warganya. Aturan itu an-tara lain buang air besar sembaranganitu tidak baik, tidak boleh ada air kotordi bawah jemuran baju, dan tidak bolehmandi dengan air tercemar. Namunaturan adat itu tampaknya hanya bersi-fat moral sehingga tak begitu dipedu-likan warga.

Maka pada 1 Juli 2005 diadakan pe-micuan di tingkat kabupaten dan kemudi-an praktek lapangan di dusun tersebut.Hasilnya, ada kesepakatan untuk mem-bangun 156 unit jamban/WC baru diDusun Pantai, dan 60 unit di Dusun Usa-ha. Selanjutnya proses tersebut terusdikawal oleh tim pendamping baik daritingkat kabupaten, kecamatan, dan desa.

Rajiman menjelaskan proses pem-bangunan jamban baru ini menemuikendala, terutama di Dusun Usaha. Pe-nyebabnya tenaga kerja terbatas karenabanyak warga menjadi perantau danmusim panen tiba. Namun itu akhirnya

bisa diatasi dengan cara kerja gotongroyong.

Masyarakat yang semula merasaberat akhirnya mau membangun jam-ban. Surianto, salah satu warga yangterlibat dalam program ini menjelaskankesadaran masyarakat itu muncul de-ngan sendirinya pascapemicuan. ''Kitatidak mengajari atau menggurui. To-koh-tokoh masyarakat juga membantudengan menyelipkan pesan-pesan kese-hatan ini di pengajian-pengajian,''katanya. Selain itu, sebagian masyara-kat ada yang merasa malu karena te-tangganya membuat jamban/WC dantak lagi buang air besar di sungai.

Warga membuat inovasi sendiri da-lam membangun jambannya. Ada yangmenggunakan kloset, tapi ada pula yangmembuat kloset dari corong minyak.

Dalam waktu sekitar satu bulan jam-ban/WC itu sudah jadi. Hasilnya di luarrencana. Di Dusun Pantai dari 156 yangdirencanakan, yang terbangun 174 jam-ban/WC baru. Artinya semua rumahtelah memiliki jamban/WC. Di DusunUsaha, rencana 60 unit tapi yang ter-bangun 105. Tak hanya itu, tiga dusunlainnya di Desa Segarau Parit pun terke-na imbasnya. Warga dusun lain mulaimeninggalkan buang air di kebun/su-ngai dan mulai membangun jambansetelah dilakukan pemicuan.

Perubahan itu menjadikan BupatiSambas terjun langsung ke desa itu. Disana Bupati ikut menyaksikan deklarasibebas buang air besar sembarangan.Bupati secara simbolis menghanyutkanpagar/kerudung jamban yang ada ditepi sungai.

''Sekarang enak, bersih, dan anak-anak bisa berkeliaran ke mana-manatanpa takut kena tahi. Kalau malam jugaenak buang air besarnya,'' kata Khairu-man, warga Dusun Pantai. (MJ)

TEROPONG

Percik Desember 2005 34

Desa Segarau ParitAturan Adat Tak Mempan

FOTO:MUJIYANTO

Page 41: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Dusun Sukamenanti, Desa Mua-ro Pijoan, Kecamatan JambiLuar Kota, Kabupaten Muaro

Jambi, Jambi, letaknya tak terlalu jauhdari ibukota propinsi Jambi. Denganperjalanan darat memakan waktu seki-tar setengah jam.

Dusun tersebut berada tiga kilome-ter dari jalan raya dan berada di sepan-jang tepian Sungai Batanghari. Dusunini sering menjadi langganan banjir.Dusun ini dihuni oleh 75 kepala keluar-ga (KK), rata-rata tinggal di rumahpanggung. Dari jumlah tersebut hanyasatu KK yang memiliki jamban yakniKetua RW, M Yumi Nangsiah. Warga la-innya buang air besar di sungai yangmenuju ke Sungai Batanghari. ''Kebia-saan itu sudah turun temurun,'' kataYumi.

Kondisi itu pula yang menjadikandusun ini terpilih bersama tiga dusunlainnya di Jambi untuk dijadikan lokasiuji coba program Community-Led TotalSanitation (CLTS). Pada 6 Juli 2005,masyarakat setempat dipicu untuk tidakmembuang air sembarangan. Hasilnyaberupa penolakan.

Lina, fasilitator pendamping meng-ungkapkan warga dusun tetap menolakuntuk meninggalkan buang air besar disungai. Alasannya, mereka tidak memi-liki air bersih. Saat itu, warga berjanjiakan membangun jamban/WC kalauada air bersih ke dusun tersebut.Penolakan itu justru datang dari tokohmasyarakat setempat.

Namun warga yang telah menda-patkan pelatihan tidak putus asa. KetuaRW memulai mengambil inisiatif ber-sama warga yang telah terpicu. Caranyamereka yang ikut pelatihan, berjumlahenam orang, langsung membangunjamban/WC baru untuk memberi con-toh warga lainnya. Bersama dengan itu

Ketua RW menggandeng tiga ketua RTdi dusun tersebut untuk bergerak, ter-masuk meyakinkan Kepala Dusun Mar-zuki yang semula menentang. Langkahitu juga didukung oleh para pemudadan tokoh-tokoh agama. Seminggu ke-mudian tak ada lagi penghalang, danwarga mulai sadar.

Selama ini, menurut Yumi, beberapahal yang menjadi keberatan warganyaselain air bersih adalah faktor kebiasaandan daya beli bahan untuk membangunjamban. ''Banyak warga yang tidak mauasal bangun jamban,'' jelasnya. Untukmengatasi masalah ini ia bersama war-ga menggalakkan gotong royong, kerjabakti, baik dalam membangun kons-truksi jamban maupun mencetak klosetsederhana.

Perubahan perilaku warga ini jugaterus didorong oleh Kepala Desa Luk-man AS dan istri Camat Jambi Luar Ko-ta Ny. Habibah yang tak henti-henti me-ngunjungi warganya. Pemicuan juga di-lakukan dengan lomba kebersihan dan

jamban antar-RT. Dalam dua bulan se-luruh warga Dusun Sukamenanti telahbebas buang air besar di sungai.

Dengan inovasi masing-masing,warga memilih jamban sesuai kemam-puannya. Semuanya leher angsa. Entahsiapa yang mengarahkan, banyak di an-tara jamban yang dibangun adalah jam-ban melayang. Artinya closet terletaksatu meter di atas permukaan tanah. Iniuntuk menghindari banjir yang seringsinggah di dusun tersebut.

Berdasarkan pengakuan warga, me-reka tak banyak mengeluarkan uang un-tuk jamban ini. Rata-rata setiap jambansederhana hanya menghabiskan biayaRp. 14 ribu. Harga yang murah ini kare-na di dusun itu tersedia sumber pasir.Selain itu, camat setempat memberikanbantuan semen untuk membuat klosetmassal.

Marzuki, Kepala Dusun Sukame-nanti, mengaku sangat bergembira sete-lah dusunnya bebas BAB sembarangan.Kini, menurutnya, warganya telahmembuat kesepakatan bahwa siapa sajayang membangun jamban di sungaiakan dibakar.

Memang, di atas sungai yang menu-ju ke Sungai Batanghari tersebut tak adalagi jamban. Ini karena pada 26 Sep-tember ada gerakan penghanyutan jam-ban sungai. Acara ini dilakukan oleh Ke-pala Dinas Kesehatan Kabupaten MuaraJambi dan disaksikan oleh BupatiMuara Jambi.

Kini warga memiliki cita-cita untukmengajak warga dusun di sekitarnya.''Kita ingin dusun lain bebas BAB sem-barangan juga, karena kalau tidak tahi-nya tetap ke dusun kita,'' kata Yumi. Ha-nya saja ia tak berani memicu warga de-sa lain sendirian tanpa didampingi apa-rat pemerintah. ''Soalnya, mereka mere-mehkan kita,'' katanya. (MJ)

TEROPONG

Percik Desember 2005 35

Dusun Sukamenanti, Desa Muaro Pijoan

Bangun Jamban MelayangFOTO:MUJIYANTO

Page 42: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Kampung Babakan Le-mah Duhur, Desa Ci-mande, Kecamatan

Caringin, Kabupaten Bogor,Jawa Barat, terletak di perbu-kitan di bagian tenggara KotaBogor. Jarak dari Kota Bogorsekitar setengah jam perja-lanan. Secara geografis letak-nya bisa dikatakan di pinggirankota.

Kampung ini terdiri atasdua RT yakni RT 16 dan RT 17.Di RT 16 ada 59 rumah, se-dangkan di RT 17 ada 19 ru-mah. Masyarakatnya bekerjasebagai petani dan buruh di kota.

Untuk kebutuhan minum dan ma-sak, warga Lemah Duhur mendapatkan-nya dari air sumber yang diambil daridesa di atasnya dengan menggunakanselang. Sedangkan untuk kebutuhan la-innya seperti cuci dan buang air, wargamemanfaatkan selokan yang mengalirdi pinggir jalan, sebagian memanfaat-kan sungai yang berada di bawah desa.

Tak heran bila gumpalan-gumpalantahi bukan sesuatu yang aneh di kam-pung tersebut. Gumpalan itu bergerakpelan bersama air selokan yang meng-alir tepat di samping masjid. Terlihatseorang ibu yang dengan santainyamencuci piring yang habis dipakaianyadari air selokan itu.

Kondisi ini menjadikan dusun inimenjadi ajang uji coba CLTS, selain Du-sun Bojong Menteng (Desa CimandeHilir), Dusun Laladon dan Sengket (De-sa Sukaresmi). Maka warga pada Juli la-lu dipicu untuk mau mengubah perilakubuang air besar sembarangannya. Saatitu, menurut seorang pemicu, masya-rakat memang terpicu. Mereka bersediamengubah kebiasaannya dan berencanamembangun jamban.

Waktu terus berlalu. Agustus 2005,perubahan tak begitu terlihat. Warga te-tap saja asyik dengan BAB di selokan.Kondisi ini terus terjadi hingga perte-ngahan November ini. Berdasarkan da-ta yang dikumpulkan, warga RT 17 yangmemiliki jamban hanya tiga dari 19 KK,lima orang yang membuat lubang baru.Itu benar-benar lubang, tanpa tutup.Sedang di RT 16, dari 59 rumah, 24 me-miliki jamban, dan sembilan rumahmembuat lubang doang.

Muchtar Lintang, staf Dinas Kese-hatan Kabupaten Bogor, menjelaskankondisi ini terjadi karena intensitaspemicuan kurang, termasuk pendam-pingan. Ini juga diakui oleh CommunityFacilitator, Betty, yang seharusnyamendampingi warga. Ia mengaku takpernah hadir ke dusun tersebut karenadisibukkan oleh tugas proyek lain. Se-lain itu, petugas sanitarian yang semulabertanggung jawab di wilayah itu tidakada karena baru pindah ke tempat lain.

Lebih dari itu, lanjut Lintang, adapemahaman masyarakat-yang ini diku-atkan oleh Kepala Desa setempat-bah-wa akan ada bantuan subsidi untukmembangun jamban. Menurut warga,

kepala desa memberi tahubahwa warga hanya perlumembuat lubang saja, lainnyaakan dibantu pemerintah.Selain itu dugaan warga diku-atkan dengan adanya bantuanstimulan bagi warga di desatetangganya melalui proyeklain.

Kenyataan ini membuatpakar CLTS Kamal Kar terpicuuntuk melihat dari dekat kon-disi dusun. Faktanya memangtak bisa ditolak. AkhirnyaKamal Kar dengan kelihaian-nya melakukan pemicuan

kembali. Warga dikumpulkan di depanmasjid. Kamal menceritakan berbagaikeberhasilan desa-desa yang telah di-kunjunginya di Sambas dan Jambi. Iajuga menekankan betapa buruk dampakmembuang air sembarangan bagi kese-hatan.

Respon masyarakat belum terlihat.Akhirnya Kamal memberi pilihan kepadawarga dua hal yaitu pertama, akan men-gajak warga yang telah bebas BAB untukmelihat kampung tersebut yang masihBAB sembarangan, atau kedua, akanmemberitakan kondisi kampung inimelalui media massa. Warga tak maukeduanya. Mereka memilih akan mem-bangun jamban. Mereka menyatakansanggup bebas BAB sembarangan pada24 Desember, sebulan setelah pemicuan.

Ketua RT 17, Bimbin berjanji akanmenggerakkan warganya. Sebagai lang-kah awal, ia bersama masyarakat bergo-tong royong membuat lubang di dekatMCK umum untuk difungsikan sebagai-mana mestinya sehari kemudian. ''Se-karang sudah dipakai meski seder-hana,'' katanya. Yang lain? Semogatidak terulang membuat lubang tahisaja. (MJ)

TEROPONG

Percik Desember 2005 36

Kp. Babakan Lemah Duhur, Desa Cimande.

Cuma Bikin Lubang Tahi SajaFOTO:MUJIYANTO

Page 43: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Tanya:Bagaimana mengolah air limbah

rumah tangga dari buangan bekas man-di dan cuci serta dapur (grey water)?Apakah dapat dialirkan ke dalam septictank?

Mawardi AdiJl. Siaga Swadaya 17, Pasar Minggu,

Jakarta Selatan

Jawab:Air limbah rumah tangga dapat di-

bagi dalam dua kategori. Pertamaadalah air limbah dari kakus/WC yangdiistilahkan sebagai air buangan tinjaatau "black water" dengan kandunganorganik tinggi, pengaliran dan peng-olahannya dapat berupa tangki septik,cubluk atau bila tersedia, dialirkankedalam saluran limbah kota (sewer)untuk diolah di instalasi pengolahanlimbah kota-Instalasi Pengolahan Lim-bah (IPAL).

Kategori air limbah rumah tanggakedua adalah air limbah rumah tangga

bekas mandi, cuci dan air limbah dapurnon kakus (grey water); selain terdapatkandungan organik yang cukup tinggibiasanya juga tercampur dengan deter-jen bekas air cucian.

Air limbah non kakus ini tidak dapatdialirkan ke dalam tangki septik, olehkarena kandungan deterjen akan dapatmembunuh bakteri pengurai yang dibu-tuhkan dalam proses pembusukandalam tangki septik, oleh karenanyadiperlukan instalasi pengolahan khu-sus, yang disebut Sistem Pengolahan AirLimbah (SPAL) rumah tangga nonkakus.

DesainBangunan SPAL ini terdiri dari dua

bagian yaitu; (1) bak pengumpul/kon-trol yang terdiri atas (a) ruangpenangkap kotoran atau sampah, (b)ruang penangkap lemak/minyak dan (c)ruang penangkap pasir dan pengumpul,yang dihubungkan dengan pipa kedalam (2) tangki penyaring. Konstruksidapat terbuat dari konstruksi batu kali

atau batu bata atau beton, sedangkanlapisan penyaring berupa batu koraldiameter 2-4 cm setebal 60 cm danarang batok kelapa, dengan tebal/ke-tinggian 40 cm.

Arah aliranAir bekas cucian/mandi dialirkan

menuju bak pengumpul. Pertama di-alirkan ke ruang penangkap sampah (A)yang dilengkapi saringan di bagiandasarnya, kemudian butiran pasir yangterkandung di air akan mengendappada bagian dasar ruang pengumpul(C), sedangkan lapisan minyak akanmengambang di ruang penangkap le-mak (B), sedangkan air akan mengalirmenuju tangki penyaring, dan dialirkanke pipa PVC yang berada di tengah-te-ngah tangki, kemudian air akan meng-alir ke bagian bawah dan keluar darilubang PVC bagian bawah menuju keatas melalui saringan batu koral danarang batok kelapa, kemudian over-flow-nya dapat dialirkan ke salurandrainase.

KLINIK IATPI

Percik Desember 2005 37

Air Limbah Mandi dan Cuci

C

Arang batok kelapa 40 cm

Tangki Filter Up flow – 1,2 x 1,2 x 1,8 m3 (terbuat dari: beton / batu kali,/batu bata)

Tutup Tangki Resapan terbuat dari beton 8 cm

Bak pengumpul/ kontrol dari pasangan batu bata 0,5x0,5x0,6 m3

Pipa PVC penghubung Dia. 4 inch

Batu koral diameter 2-4cm, tebal 60 cm B = Ruang penangkap

lemak

A = Ruang penangkap sampah ,saringan kawat kasa 1cm2

A B

C = Ruang pengumpul dan penangkap pasir

Pipa PVC dia. 4 inc

(sumber: Teknologi Tepat guna Litbang PU Ciptakarya)

Pertanyaan dapat disampaikan melalui redaksi Majalah Percik.Kontributor: Lina Damayanti ([email protected]),

Dini Trisyanti ([email protected]), Sandhi Eko Bramono.

Majalah Percik bekerja sama dengan Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia, membuka rubrik Klinik.Rubrik ini berisi tanya jawab tentang air minum dan penyehatan lingkungan.

Page 44: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

"Water is a precious resour-ce. It is water that makesour earth unique, and life

possible." Kalimat tersebut menyambutdelegasi Indonesia yang datang keWater Discovery Center di Werribee,Australia. Karena air begitu berhargadan sumber daya air makin terbatasmenjadi alasan utama mengapa Austra-lia telah mulai menerapkan konsep re-claimed water (lebih dikenal sebagairecycled water) dalam pengelolaansumber daya air. Tulisan ini adalah ca-tatan perjalanan studi banding Kelom-pok Kerja AMPL dan SekretariatWASPOLA ke tiga kota di Australiayaitu Adelaide, Melbourne, dan Sydneyuntuk melihat pengelolaan sumber dayaair dengan fokus pada penerapan kon-sep reclaimed water.

Apa itu reclaimed water? Apa be-danya dengan recycled water?

Reclaimed water adalah air yang di-peroleh dengan memanfaatkan airbuangan (air limbah) yang telah diolahkembali dengan pengolahan lengkap se-hingga kualitasnya setara dengan stan-dar kualitas air minum. Sedangkanrecycled water adalah penggunaan airkembali secara umum tanpa harus me-menuhi standar kualitas tertentu. Na-mun istilah recycled water lebih dike-nal sehingga istilah ini lebih banyakdipergunakan terutama oleh konsumenyang memanfaatkan reclaimed water.Diagram siklus air yang diperoleh dariReclaimed Water Development forHorticulture berikut memberikan gam-baran mengenai terminologi reclaimedwater dan recycled water, dan jugaberbagai jenis pemanfaatannya.

Pemanfaatan reclaimed waterdi Australia

Australia saat ini termasuk salah sa-tu negara yang sudah mulai mengguna-kan reclaimed water dalam skala luas,yaitu untuk irigasi, pemeliharaan lanse-kap kota, penunjang ekosistem danlingkungan (mengairi wetlands/lahanbasah), dan bahkan untuk beberapa ke-perluan domestik selain air minum mi-salnya menyiram jamban/toilet, menyi-ram halaman, dan lain-lain. Di bebera-pa kota yang dikunjungi oleh Kelompok

Kerja AMPL, penggunaan untuk keper-luan domestik terutama dilakukan diarea permukiman yang relatif barukarena reclaimed water disalurkanmelalui sistem tersendiri yang terpisahdengan retikulasi air minum. Upaya'memasyarakatkan' reclaimed watertidak berhenti sebatas menyalurkannyakepada konsumen tetapi juga diikutidengan program edukasi dan kampanyepublik. Hal ini dilakukan untuk mem-bangun kepercayaan konsumen danmemastikan ketepatan pemanfaatan-

SEPUTAR WASPOLA

Percik Desember 2005 38

Karena air begitu berharga…(Catatan dari perjalanan studi banding Kelompok Kerja AMPL ke Australia)

Ground water aquifer

IndustrialResidential

Reclaimedwater

Sewage

EvaporationMunicipal

Precipitation (rain)

Transpiration

Potable water

Evaporation

WWTP

WTP

Irrigation

RunoffRecycled

Percolation

Penyaluran airmelalui 2 sistemretikulasi,pipa berwarna merahuntuk air minum danpipa berwarnaungu untuk reclaimedwater

FOTO: LINA DAMAYANTI

Page 45: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

nya. Pemanfaatan reclaimed water di-awasi dengan ketat oleh Departementeknis penanggung jawab dan EPA (En-vironmental Protection Agency), darimulai kualitas air yang didistribusikansampai ke prosedur pengoperasian danpemeliharaan sistem retikulasi baik ditingkat penyedia jasa (water utility)maupun konsumen. Bahkan untuk pe-manfaatan bagi sektor pertanian diWerribee, pinggiran kota Melbourne, se-belum reclaimed water didistribusikan,EPA mengharuskan konsumen (petani)membuat rencana pengelolaan lahan(Customer Site Management Plan) un-tuk memastikan pemanfaatannya dila-kukan dengan benar dan sesuai perun-tukkannya. Upaya lain yang dilakukanuntuk memasyarakatkan reclaimed wa-ter adalah melakukan pengaturan hargaair atau tarif. Di semua kota yang dikun-jungi tarif reclaimed water untuk do-mestik selalu lebih murah dari tarif airminum kecuali Sydney yang sedikit le-bih tinggi dari tarif air minum. Untukirigasi, harga air agak lebih tinggi di-bandingkan dengan domestik, namunsecara umum di semua jenis pemanfaat-an tarif yang diberlakukan selalu lebihrendah dibandingkan dengan biaya pro-duksi.

AdelaideAdelaide adalah ibukota negara ba-

gian South Australia dengan populasisekitar 1,1 juta penduduk. Seratuspersen penduduk di kota ini telah ter-layani oleh jaringan penyediaan airminum maupun saluran air limbah."Kami sudah tidak mempunyai masalahdalam hal penyediaan infrastrukturdasar AMPL, namun jika tidak dipi-kirkan dari sekarang di masa yang akandatang kami akan menghadapi masalahketersediaan sumber daya air," katasalah satu petugas SA Water, lembagapenyedia jasa milik pemerintah SouthAustralia yang bertanggung jawabdalam penyediaan air minum dan pe-ngelolaan air limbah. Menyadari pen-tingnya ketersediaan sumber daya air

untuk keberlanjutan penyediaan airminum, pemerintah South Australiamulai menerapkan konsep terpadudalam mengelola sumber daya air mere-ka, termasuk mulai memasyarakatkanreclaimed water. Bahkan Adelaidetelah melakukan penyimpanan kembaliair hujan (storm water) yang telah dio-lah ke dalam aquifer melalui AquiferStorage and Recovery (ASR) system.

MelbourneKeseriusan mereka dalam mengelo-

la sumber daya air langsung bisa dira-sakan oleh delegasi Indonesia saat me-nyusuri tepian sungai Yarra, sungaiyang sangat dibanggakan oleh pendu-duk kota Melbourne karena kebersihandan keindahannya. "Making Melbournethe World's most Water-Sensitive City"adalah tujuan utama pengelolaan sumberdaya air terpadu yang dilakukan olehMelbourne Water, lembaga milik peme-rintah negara bagian Victoria yang me-megang peranan sentral dalam pengelo-laan sumber daya air. Konsep keterpa-duan yang diterapkan oleh Melbourne

Water bisa dilihat di Western Waste-water Treatment Complex di Werribeeyang dikunjungi oleh Kelompok KerjaAMPL. Komplek seluas 11.000 hektarini tidak hanya melakukan pengelolaanair limbah sehingga memenuhi standaruntuk didistribusikan sebagai reclai-med water namun juga melakukan pe-meliharaan ekosistem dengan memba-ngun lahan basah (wetlands) dan fasili-tas penunjang ekosistem lain, dan jugamembangun Water Discovery Centersebagai pusat edukasi dan kampanyepublik.

SydneySydney Olympic Park adalah ikon

sistem pengelolaan terpadu di kota Syd-ney. Siapa yang menyangka kalau kom-plek yang digunakan oleh para jawaraolah raga dunia untuk beraksi di tahun2000 dulunya adalah lahan tempatpembuangan sampah domestik dan in-dustri. "Lalu sampahnya dikema-nakan?" itu adalah pertanyaan yang adadi benak hampir sebagian besar delegasiIndonesia. Sampahnya ternyata diman-

SEPUTAR WASPOLA

Percik Desember 2005 39

Air mancur menggunakan reclaimed water dengan latar belakang lansekap yang memanfaatkansampah di Sydney Olympic Park

FOTO: LINA DAMAYANTI

Page 46: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Guna meningkatkan kapasitasKelompok Kerja AMPL Daerahdalam proses pendampingan

WASPOLA dan POKJA AMPL Nasionaluntuk operasionalisasi kebijakan nasio-nal AMPL di daerah, WASPOLA menye-lenggarakan orientasi MPA-PHAST.Acara berlangsung di Bandung, 17-21Oktober 2005 dan di Solo pada 28Nopember-2 Desember2005.

Orientasi ini dimaksud-kan untuk mengajak peser-ta memahami pentingnyaperubahan pola berpikirpengelolaan pembangunanAMPL berbasis masya-rakat yang harus menitik-beratkan pada pendekatanterhadap kebutuhan (De-mand Responsive Appro-ach). Lebih khusus lagi,orientasi ini dimaksudkanuntuk meningkatkan pe-mahaman tentang MPA-PHAST (konsep dan pene-

rapannya) dalam perencanaan, moni-toring, dan evaluasi pembangunanAMPL berbasis masyarakat.

Lokakarya dibuka oleh OswarMungkasa dari Direktorat Perumahandan Permukiman Bappenas. Ia mene-kankan pentingnya keterlibatan masya-rakat dalam keberlanjutan dan efektivi-tas penggunaan sarana. MPA-PHAST,

menurutnya, hanyalah salah satu sa-rana guna meningkatkan keterlibatanmasyarakat. Lagi pula, metode ini ter-bukti cocok dalam mendorong keterli-batan masyarakat.

Materi yang dibahas dalam orientasiini antara lain (i) konsep pemberdayaanmasyarakat dalam proses pembangunanAMPL yang berkelanjutan; (ii) konsep

kesetaraan gender; (iii)kerangka kerja MPA-PHAST dalam peren-canaan, monitoring, eva-luasi dan pengambilankeputusan pembangunanAMPL berkelanjutan; (iii)keterkaitan MPA-PHASTdengan kebijakan nasio-nal pembangunan AMPLberbasis masyarakat; dan(iv) piranti MPA-PHAST.Peserta juga melaksa-nakan praktek/simulasipenggunaan MPA-PHAST melalui kunjung-an lapangan. (MJ)

SEPUTAR WASPOLA

Percik Desember 2005 40

Orientasi MPA-PHAST bagiKelompok Kerja AMPL Daerah

faatkan menjadi lansekap di komplekolahraga tersebut, tentunya setelahsampah toxic dan berbahaya dipin-dahkan ke TPA lain di luar kota. Selainmemanfaatkan kembali sampah, Syd-ney Olympic Park juga mene-rapkan pendekatan terpadu da-lam mengelola air minum, airlimbah, reclaimed water, airhujan, sistem irigasi, bangunan,lansekap, dan ekosistem. Kom-plek olah raga, permukimanyang menggunakan dua sistemretikulasi air (air minum dan re-claimed water), lansekap, lahanbasah/wetlands dan habitat un-tuk binatang, burung, dan he-

wan lainnya terpadu harmonis dalamsatu komplek. Pengelolaan sumber dayaair terpadu di Sydney Olympic Parkmampu menghemat kira-kira 850 jutaliter air minum (potable water) per

tahun dengan mengurangi pemakaianair minum di komplek ini sebesar 50persen.

Bagaimana dengan Indonesia?Mungkin sekarang ini tidak

hanya menjadi pertanyaan Ke-lompok Kerja AMPL yang telahmengikuti studi banding tetapitelah menjadi pertanyaan kitabersama.

Apakah kita akan menunggusampai kita terbebas dari ma-salah penyediaan infrstruktur da-sar di sektor AMPL atau kita mu-lai dari sekarang?

Lina DamayantiBasah Hernowo, Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas,

berdiskusi dengan Executif Direktur SA Water, Anne Howe.

FOTO: LINA DAMAYANTI

FOTO: ISTIMEWA

Page 47: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Badan Perencanaan Pembangun-an Nasional (Bappenas) menja-lin kerja sama dengan Plan In-

ternational-sebuah lembaga swadayamasyarakat-dalam penerapan kebijakanair minum dan penyehatan lingkungan(AMPL) untuk mengembangkan layan-an air minum dan penyehatan lingkung-an yang berkelanjutan. Jalinan kerja sa-ma itu diwujudkan dalam penandata-nganan kesepakatan (MoU) di KantorBappenas, Rabu (19/10), antara DeputiSarana dan Prasarana Bappenas ImronBulkin dan Country Director for PlanInternational Indonesia M.K. Ali.

Imron Bulkin menjelaskan saat initingkat akses masyarakat terhadap airminum dan sanitasi penduduk Indo-nesia tergolong rendah dibandingkannegara-negara di Asia Tenggara. Po-pulasi yang memiliki akses ke airminum tidak lebih dari 53,4 persensedangkan hanya 67,1 persen yangmemiliki jamban. Menurutnya, sejaktiga dekade terakhir pemerintah terusbekerja keras untuk meningkatkancakupan akses tersebut melalui berba-gai proyek dan program.

Tahun 2003, lanjutnya, pemerintahberhasil menyusun Kebijakan NasionalPembangunan Air Minum danPenyehatan Lingkungan BerbasisMasyarakat. Kebijakan ini bertujuanmendorong secara aktif para pemangkukepentingan sektor tersebut untukberperan secara aktif. Kebijakan terse-but terdiri atas 11 kebijakan dan 16strategi.

Selain itu, lanjut Imron, ada bebera-pa hal yang perlu mendapat perhatiansegera yakni jurang antara kebutuhanpengguna dan sarana air minum danpenyehatan lingkungan yang tersedia.Di samping itu keterbatasan danapemerintah, baik pusat maupun daerah,

dalam mengoperasikan dan memeliharasarana yang sudah ada. Oleh karena itu,Imron menyambut baik kerja sama inidan berharap kerja sama ini merupakanbagian dalam mengatasi persoalan-per-soalan yang muncul tersebut.

Sementara itu, MK Ali mengatakanlayanan sanitasi, hygiene, dan penyedi-aan air minum yang terpadu sangatpenting karena hal ini berkontribusi ter-hadap kelangsungan hidup dan pertum-buhan anak-anak serta kesehatanmasyarakat secara keseluruhan.Melalui kerja sama ini, lanjutnya,pihaknya akan membantu mengem-

bangkan panduan/prosedur yang dapatmempermudah penerjemahan kebi-jakan nasional pembangunan AMPL kedalam pelaksanaan di lapangan. Selainitu Plan akan memperluas kapasitasteknisnya untuk mengembangkan jeja-ring pengetahuan dalam sektor AMPLbersama dengan lembaga-lembagaterkait; mengembangkan strategikomunikasi untuk mendorong penerap-an perilaku hidup bersih dan sehatkepada anak-anak dan keluarga mere-ka; serta mendukung pelaksanaan risetdan pengembangan untuk memperluaspilihan-pilihan teknologi pada penyedi-aan air minum dan penyehatan ling-kungan bagi masyarakat.

Plan akan menyesuaikan programair dan sanitasinya dengan kebijakannasional AMPL. Kegiatan Plan akandilaksanakan di tujuh propinsi yakniJawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat,NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan NADserta di tiga kota besar yakni Jakarta,Surabaya, dan Makassar. (MJ)

SEPUTAR AMPL

Percik Desember 2005 41

Kerja Sama Bappenasdan Plan International Bidang AMPL

Layanan sanitasi, hygiene, danpenyediaan air minum yang

terpadu sangat penting karenahal ini berkontribusi terhadap

kelangsungan hidup dan pertum-buhan anak-anak serta kesehatanmasyarakat secara keseluruhan.

FOTO:DOK. PLAN INT’L

Page 48: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

SEPUTAR AMPL

Percik Desember 2005 42

Sekilas Plan International

Plan International merupakanlembaga swadaya masyarakatyang memfokuskan diri pada

anak-anak di seluruh dunia. Staf dansukarelawan LSM ini bekerja bersamaanak-anak, keluarga dan komunitasnyadi 60 negara. Aktivitasnya meliputi pe-ningkatan keahlian dan menyediakansumber daya yang memungkinkananak-anak memiliki kesamaan suaradan kesempatan untuk mengembang-kan kesehatan, pendidikan, dan tang-gung jawab orang dewasa. Selain ituPlan mengembangkan pendekatanlangsung dan kampanye bagi anak-anakdi seluruh dunia.

Visi Plan yaitu sebuah dunia dimanasemua anak-anak merealisasikan selu-ruh potensinya di masyarakat sesuai de-ngan hak dan martabatnya. Sedangkanmisinya yakni mencapai peningkatankualitas kehidupan anak-anak di ne-gara-negara berkembang melalui se-buah proses yang menyatukan budayaseluruh dunia dan menambah pema-haman dan nilai kehidupan.

Plan Indonesia sendiri melaksanakankegiatan di Indonesia mulai 2 September1969, berdasarkan kerja sama denganpemerintah Indonesia. Dalam menye-barluaskan programnya, Plan bermitra de-ngan organisasi lokal dan badan-badan pe-merintah. Plan bergerak di enam propinsiyakni Jawa Tengah, Jawa Timur, SulawesiSelatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), NusaTenggara Timur (NTT), dan NanggroeAceh Darussalam (NAD). Plan memiliki 13unit program di tingkat kabupaten/kota.

Plan Indonesia memiliki strategijangka menengah yang berlaku Juli2005-Juni 2010. Plan ingin memerangikemiskinan anak dan berkontribusi un-tuk merealisasikan Konvensi Hak Anakdi Indonesia dengan tujuan:

Hak atas air bersih, sanitasi, dankesehatanHak atas pendidikan

Mencapai kehidupan rumah tanggayang amanHak atas perlindungan dan partisi-pasiKerja sama bagi penguatan masyara-kat sipilMemulihkan kehidupan masyarakatpascatsunamiDi bidang kesehatan, Plan Indonesia

memandang anak-anak memiliki hakuntuk tumbuh secara optimum dalamlingkungan yang sehat, memperolehsanitasi yang baik, pelayanan kesehatandan higiene yang memadai. Dalamrangka itu Plan bergerak untuk:

Meningkatkan persentase keluarga yangmenerima layanan dasar kesehatanbermutu yang disediakan oleh Posyandu

Meningkatkan jumlah sekolah de-ngan kualitas program kesehatanyang baik dengan menyediakan fasili-tas kesehatan yang memadai sepertilingkungan yang baik bagi anak-anakuntuk belajar dan berhubungan di an-tara anak-anak.Menerapkan inisiatif kesehatanreproduksi dengan menekankan padakemampuan hidup para remajaseperti promosi kehidupan seksualyang aman dan bertanggung jawab,termasuk dengan penyebarluasaninformasi mengenai HIV/AIDS.Meningkatkan jumlah bantuan de-ngan membina tenaga terlatih me-lalui proyek keamanan ibu berbasismasyarakat. (MJ)

Butir-butir Kerja Sama Antara Bappenasdan Plan International

Percontohan/pelaksanaan program airminum dan penyehatan lingkungan sesuai de-ngan prinsip-prinsip kebijakan nasional. PlanIndonesia memberikan dukungan dalam upayapengembangan masyarakat, termasuk layan-an air minum dan penyehatan lingkungan, ke-pada lebih dari 300 desa/kawasan kumuh di15 kabupaten yang tersebar di tujuh propinsi.Dalam rangka itu Plan akan menjalin kerja sa-ma dengan pemerintah kabupaten untuk me-ningkatkan pemahaman terhadap pendekatantanggap kebutuhan dan menggali kemungkin-an pendanaan bersama dengan dinas terkaitdi bidang AMPL

Bantuan Teknis. Plan akan menyediakanbantuan teknis dan bantuan financial yang di-butuhkan termasuk dalam penyediaan tenagaahli untuk Bappenas.

Manajemen dan Jejaring Pengetahuan.Plan akan bekerja sama dengan KelompokKerja AMPL untuk mengumpulkan berbagaipembelajaran yang dapat dipetik dari berbagaiproyek AMPL. Bappenas dan Plan akan mem-bantu Pokja AMPL dalam upaya membentuk se-buah pusat informasi.

Pengembangan Strategi Komunikasi.Bappenas dan Plan sepakat mengadakan sebu-ah studi pengetahuan, sikap dan praktek, yangdapat memberikan umpan balik bagi pengem-bangan strategi komunikasi nasional.

Dukungan Penelitian dan Pengembang-an. Kedua belah pihak sepakat menempuh ber-bagai upaya yang diperlukan untuk pengadaandan penggunaan pilihan-pilihan teknis yang la-yak dan akan memfasilitasi Depkes dan Dep PUuntuk mengambil peran utama dalam peng-adopsian pilihan teknologi yang sesuai sertamendorong industri lokal dalam memproduksiproduk tersebut.

Jaminan dan Pemeriksaan Mutu(QA&I). Bappenas dan Plan akan mengembang-kan/menerapkan sistem QA&I baik untuk inter-vensi perangkat keras maupun 'lunak'.

Perencanaan Bersama dan Pemantau-an/Kajian Berkala. Bappenas, Plan, dan Pokja AMPL akan mengem-bangkan rencana aksi tahunan terinci danmengkaji kemajuan setiap triwulan serta me-lakukan perubahan yang diperlukan guna men-jaga efektivitasnya.

Page 49: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Dalam rangka menyebarlu-askan kegiatan Commu-nity Water and Sanitation

Health (CWSH) dan Water and Sa-nitation for Low Income Commu-nity (WSLIC) 2 kepada pemerintahdaerah yang akan memperolehproyek tersebut, Ditjen Bina Bang-da Depdagri menyelenggarakanlokakarya di Surabaya, 6-7 De-sember 2005. Lokakarya ini di-hadiri oleh 170 peserta terdiri ataspara bupati, DPRD, TKP, dan TKK.

Acara dibuka oleh Deputi Bi-dang Sumber Daya Manusia danKebudayaan Bappenas, Dr. Ir. DedyM. Maskuriyadi. Dalam sambutannya iamengatakan lingkungan merupakanfaktor penting dalam kesehatan.''Kesehatan bukan masalah yang berdirisendiri. Sebagian besar penyebab ma-salah kesehatan berada di luar sektorkesehatan,'' katanya.

Ia menjelaskan faktor di luar kesehat-an yang dimaksud yaitu lingkungan fisik,kimia, biologi, social ekonomi, budaya,dan politik. Selain itu ada faktor sifat-sifatyang melekat pada genetik individu, peri-laku, dan gaya hidup. ''Air dan sanitasimerupakan faktor yang terkait denganperilaku/gaya hidup yang menentukanstatus kesehatan,'' paparnya.

Dede mengungkapkan fakta hasilpenelitian WHO bahwa investasi padaanak (usia dini) akan menurunkan ang-ka kematian bayi. Jika akses air minumnaik 10 persen maka kematian bayiakan turun 3-4 persen. Sedangkan jikaanggaran kesehatan naik 10 persen ma-ka kematian bayi akan turun 0,8-1,5persen.

Sayangnya, lanjutnya, anggaran pe-merintah di sektor kesehatan masih ter-

golong rendah yakni hanya 5,4 persendari APBN atau hanya 9 dolar AS perkapita. Angka ini lebih rendah diban-dingkan anggaran negara Malaysia (6,9persen), dan Vietnam (8,1 persen).

Karena itu, peran semua pihaksangat diperlukan dalam mendukungupaya peningkatan derajat kesehatanmasyarakat melalui peningkatan ak-ses masyarakat terhadap layanankesehatan.

Acara lokakarya juga diisi denganpresentasi oleh Dirjen PP & PL Depkes,Direktur Permukiman dan PerumahanBappenas, serta penyampaian penga-laman dari Dinas Kesehatan Jawa Ti-mur dan Bupati Sambas, Kalbar.

Dirjen PP & PL Depkes dalam maka-lahnya yang disampaikan Staf Ahli Men-kes Bidang Peningkatan Kapasitas Ke-lembagaan dan Desentralisasi, Dwija S,menegaskan bahwa penyediaan airminum mempunyai kecenderungan da-pat mencegah kasus diare sebesar 35persen, penggunaan jamban mencegahdiare 28 persen, sedangkan bila meng-gunakan air minum dan kebiasaan cuci

tangan dengan sabun menurun-kan penyakit tersebut sebesar 35-65 persen.

Menurutnya, berdasarkanhasil monitoring dan pengamat-an, proyek WSLIC 2 bermanfaatbagi kesehatan masyarakat,namun perlu perbaikan dalamhal manajemen kegiatan. Berda-sarkan pembelajaran, metode,dan pendekatan yang dikem-bangkan WSLIC 2, pemerintahtelah memutuskan mengadakankegiatan dan pendekatan yangsama dalam proyek CWSH.Proyek CWSH rencananya akan

dilaksanakan di empat propinsi pada 20kabupaten selama lima tahun yangmencakup 1.000 desa (2006-2010).

Baik WSLIC 2 maupun CWSH ditu-jukan bagi desa dengan kriteria di ba-wah garis kemiskinan, kasus diare ting-gi, akses terhadap sarana air bersih dansanitasi masih rendah, dan ada komit-men dari pemerintah daerah untuk me-nyediakan dana pendamping.

Sementara itu, Direktur Permu-kiman dan Perumahan Bappenas, Ba-sah Hernowo, menjelaskan kondisi airminum dan penyehatan lingkungansaat ini dan kebijakan yang telah di-susun oleh pemerintah yakni kebijakannasional pembangunan AMPL berbasismasyarakat. Ia menekankan pen-tingnya penyatuan langkah yang efektifantara pemerintah pusat, propinsi, dankabupaten dalam rangka mencapai tar-get MDGs.

Lokakarya juga diisi dengan kun-jungan lapangan ke empat desa WSLIC2 di Kabupaten Malang yakni Desa Jam-bearjo, Kaliasri, Tlogosari, dan Petung-sewu. (MJ)

SEPUTAR AMPL

Percik Desember 2005 43

Diseminasi Kegiatan CWSHdan WSLIC 2

FOTO:MUJIYANTO

Page 50: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Lokakarya evaluasi pelaksanaankegiatan Sanitasi Berbasis Ma-syarakat (SANIMAS) berlang-

sung Rabu (8/12) lalu di Surabaya. Lo-kakarya yang diikuti oleh 220 pesertaini dibuka oleh Direktur PengembanganPenyehatan Lingkungan PermukimanDepartemen Pekerjaan Umum, Ir. Sus-mono.

Dalam sambutannya, ia menyatakanbahwa sanitasi berbasis masyarakat te-lah menjadi pola yang harus diterapkandi Indonesia sejak saat ini. ''Ini dalamrangka menuju Indonesia bebas buangair besar sembarangan tahun 2009,''tandasnya.

Menurutnya, pihaknya telah mem-programkan pengembangan SANIMASdi 100 lokasi. Ia berharap program inibisa didukung oleh pemerintah daerahdan pemangku kepentingan lainnya.''Kita perlu ada koordinasi dan sinkroni-sasi. Tentu PLP tak bisa berjalan sen-diri,'' tegasnya.

Acara lokakarya juga diisi denganpresentasi oleh Direktur Permukimandan Perumahan Bappenas, Ir. BasahHernowo, MA yang khusus memotretkondisi sanitasi perkotaan di Indonesia.Menurutnya, proporsi kepala keluargadi perkotaan yang menggunakan tangkiseptik dan cubluk mencapai 80,5 persen(tanpa memperhatikan kualitas sarana).Dari jumlah itu 73,13 persen KK memi-liki jamban keluarga, sedangkan 16,9menggunakan jamban bersama danjamban umum. Sementara kota yangmemiliki jaringan perpipaan sanitasiperkotaan hanya 10 kota dengan cakup-an hanya 13,9 persen.

Penyebab keadaan tersebut, menurutBasah, antara lain kesadaran publik me-ngenai sanitasi yang masih rendah, sis-tem sanitasi yang terbangun tidak ber-lanjut, rendahnya prioritas anggaran pa-da sektor sanitasi, dan belum ada kebi-

jakan dan kerangka pengaturan. Selainitu ada faktor pertumbuhan pendudukdan percepatan pembangunan sarana airminum dan sanitasi yang tidak seimbang.''Lebih dari 100 juta orang belum menda-patkan akses ke sanitasi,'' paparnya.

Di sisi lain, lanjutnya, pembangunansarana sanitasi memerlukan investasiyang banyak. Hingga tahun 2009, pa-ling tidak butuh dana Rp. 9 trilyun (ki-ra-kira Rp. 1,8 trilyun/tahun) untukmembangun sarana tersebut. Padahal,pemerintah tak memiliki dana sebesaritu. Karenanya, ia berpendapat perluada penggalian potensi investasi dariswasta dan masyarakat.

Basah menguraikan pengalamanyang bisa dipetik dari program pemba-ngunan sarana sanitasi yaitu (i) keber-lanjutan sistem sanitasi dipengaruhioleh aspek kelembagaan, keuangan, so-sial, teknik, dan lingkungan; (ii) partisi-pasi masyarakat menjadi kunci keber-lanjutan; (iii) proses fasilitasi masya-rakat pada proyek sanitasi memerlukanbiaya yang tidak sedikit dan waktu yanglama; (iv) sanitasi berbasis masyarakatharus dikelola pada level terendah; (v)komunikasi para stakeholders mening-katkan efisiensi pembangunan sanitasi;

(vi) pada beberapa kasus, pengelolaansistem sanitasi memerlukan keterli-batan seluruh stakeholders bahkanhingga melewati batas administrasi.

Ke depan, lanjutnya, agenda yangharus dilakukan yaitu keterpaduan stra-tegi, pemanfaatan kapasitas pendanaan,pemberian bantuan teknis, dan dukung-an lembaga. ''Seluruh stakeholders ha-rus bekerja sama secara sinergi dan si-multan,'' tandasnya.

Lokakarya diisi pula dengan pema-paran dari Frank Fladerer (BORDA Re-presentative Indonesia) dan SururWahyudi (CBS Program Coordinator)mengenai program SANIMAS dan pen-capaiannya. Selain itu ada juga pema-paran Pemda Blitar sebagai daerah yangmelaksanakan proyek SANIMAS, danpengelola SANIMAS dari KSM MijiSerasi Mojokerto.

Program SANIMAS diuji coba tahun2003 di enam kabupaten/kota di JawaTimur dan satu kota di Bali. Tahun2004, kegiatan ini direplikasi lagi didaerah tersebut. Tahun 2005, replikasiberlanjut lagi di enam kota di JawaTimur ditambah empat kota di JawaTengah, dua kabupaten di DIY, dan satukota di Bali. (MJ)

SEPUTAR AMPL

Percik Desember 2005 44

Lokakarya Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS)

FOTO:MUJIYANTO

Page 51: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Dalam rangka menjalin sinergipara stakeholders AMPL, Dir-jen Bina Bangda mengadakan

pertemuan lanjutan dengan mitra kerjastakeholders di Jakarta, 18 Oktober2005. Pertemuan itu dihadiri 37 pesertadari kalangan Lembaga Swadaya Ma-syarakat (LSM), pemerintah, danswasta.

Acara ini dibuka oleh Oswar Mung-kasa dari Direktorat Perumahan danPermukiman Bappenas. Dalam sambut-annya ia menjelaskan bahwa akses dankualitas pelayanan AMPL di Indonesiamasih rendah. Sarana yang tersedia ti-dak memenuhi syarat baik dari sisikesehatan maupun teknis. Di sisi lain,sektor sanitasi belum menjadi prioritas

pemerintah. Hal ini terbukti denganAPBN sektor permukiman kurang dari10 persen, dan di APBD malah lebihkecil. ''Khusus mengenai AMPL lebihkecil lagi,'' katanya.

Karena itu, menurutnya, peranserta masyarakat untuk ikut andilsangat penting. Terbukti masyarakatmampu berpartisipasi dan berkon-tribusi. Ia berharap kalangan swastabisa meningkatkan kepeduliannyamelalui agenda social responsibility.Menurutnya, langkah ini dapat men-ciptakan brand image.

Ia berharap pertemuan ini mampumembangun kesamaan persepsi stake-holder AMPL, pelaku di tingkat la-pangan dan pengambil kebijakan

dalam hal inovasi pendekatan, teknisdan pendanaan, mendorong kampa-nye berkelanjutan melalui media, pen-didikan dan produk komsumsi, sertameningkatkan sinergi antara pemerin-tah-swasta dan LSM.

Pertemuan itu juga diisi dengan pre-sentasi dari kalangan LSM dan swasta.Presentasi pertama disampaikan olehSurya Aslim dari Islamic Relief Indo-nesia tentang updating isu sanitasi. Pre-sentasi berikutnya oleh Kuwat Suryadidari PCI dengan tema mengubah peri-laku kelompok miskin melalui sanitasi.Presentasi terakhir disampaikan olehKetua Corporate Forum for Commu-nity Development (CFCD), Thendry Su-priatno. (MJ)

Menindaklanjuti MoU an-tara Bappenas dan PlanInternational, Rabu

(21/12), Plan bersama denganPokja AMPL mengadakan lo-kakarya di Jakarta. Kegiatan inidimaksudkan untuk mengimple-mentasikan MoU dalam bentuknyata. Lokakarya ini diikuti olehanggota Pokja AMPL, PlanIndonesia, dan WASPOLA.

Acara ini dibuka oleh DirekturPerumahan dan PermukimanBappenas, Ir. Basah Hernowo, MA.Dalam sambutannya ia menyatakan takmungkin pemerintah mencukupi danabagi pembangunan AMPL secarakeseluruhan. Untuk itu perlu keterli-batan semua stakeholder. LSM sebagaiorganisasi grass root dapat menjadimediator antara pemerintah dan ma-syarakat. Peran pemerintah bergeser

dari provider/penyedia menjadi fasili-tator. LSM dinilainya memiliki kepia-wiaan dalam pemberdayaan masyarakatdan penguasaan teknologi tepat guna,serta memobilisasi sumber pembiayaandan sumber daya manusia.

Ke depan, lanjutnya, semua stake-holder perlu meningkatkan sinergi, me-ngembangkan jejaring AMPL lebih lan-

jut dengan meningkatkan keterli-batan stakeholder non pemerin-tah, dan menggali sumber pen-danaan alternatif untuk pemba-ngunan AMPL, apakah itu darimasyarakat, lembaga donor, LSM,atau sektor swasta.

Lokakarya ini diisi dengandiskusi kelompok untuk meru-muskan kegiatan yang bisa dilak-sanakan oleh kedua belah pihakselama masa waktu kerja samayakni 2006-2008. Ada tujuh

lingkup kegiatan yakni (1) uji coba pro-gram air minum dan penyehatan ling-kungan; (2) bantuan teknis; (3) manaje-men dan jejaring pengetahuan; (4) pe-ngembangan strategi komunikasi; (5)dukungan penelitian dan pengem-bangan; (6) jaminan dan pemeriksaanmutu; (7) perencanaan bersama danpemantauan/kajian berkala. (MJ)

SEPUTAR AMPL

Percik Desember 2005 45

Pertemuan Sinergi Komunikasi dan Jaringan Mitra Kerja Stakeholders AMPL

Lokakarya Penyusunan Rencana KegiatanPemerintah Indonesia-Plan International

FOTO:OSWAR MUNGKASA

Page 52: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Kondisi PDAM di Indonesia yangjumlahnya lebih dari 300 belummenunjukkan kinerja yang baik.

Hanya 10 persen yang sehat. Sisanyamenghadapi banyak masalah mulai darimanajemen, sumber daya manusia, danmodal. Pembenahan terus dilakukankendati hasilnya belum menyeluruh. Ditengah kondisi seperti ini, pihak-pihaktertentu mencoba mendorong agarPDAM diprivatisasi sesuai arus global pri-vatisasi yang bergulir sejak 1990-an.Seolah-olah privatisasi adalah satu-sa-tunya jalan untuk memperbaiki kondisiperusahaan layanan publik tersebut,padahal ada pengalaman buruk darikasus privatisasi air di Jakarta.

Buku ini mencoba memberikan per-spektif lain terhadap bahaya privatisasikhususnya bagi kalangan miskin. Didalamnya diberikan contoh-contohkegagalan pengelolaan air minum olehperusahaan-perusahaan transnasionaldi sejumlah negara. Perusahaan terse-but gagal memenuhi janjinya untuk

memperbaiki layanan air. Karenaperusahaan swasta itu memfokuskanpada keuntungan, mereka menaikkantarif yang signifikan sampai pada levelyang tidak dapat dijangkau olehmasyarakat miskin.

Melalui buku ini tim penulisnyaberusaha menunjukkan bahwa terdapatalternatif lain yang menarik dan mungkin

dilakukan oleh pemerintah yangbirokratis dan inefisien selain terbawaarus privatisasi. Pembelajaran dari berba-gai negara di dunia ditunjukkan dalambuku ini misalnya gerakan koperasi diBolivia, air Porto Alegre di Brasil, pe-ngelolaan masyarakat di Kerela, India,Penang, Malaysia, dan Savelegu, Ghana.Eksperimen-eksperimen sukses ini jarangmendapat perhatian yang layak.Pembelajaran penting ini bisa menjadiinspirasi yang berharga dalam pengelo-laan air di Indonesia.

Satu hal yang patut disimak daribuku ini bahwa kegagalan perusahaanpublik tidak bisa semata-mata ditim-pakan kepada perusahaan tersebut.Faktornya sangat terkait dengan sistempemerintahan yang berlaku, misalnyasaat itu pemerintahannya diktator,tidak mengakui hak asasi manusia, dantidak transparan. Perusahaan publikakan bisa berkembang jika didukungoleh kepemerintahan yang baik (goodgovernance). MJ

K risis air yang melanda Indonesiamerupakan permasalahan umum

yang terjadi di seluruh dunia. Tak heranbila pada peringatan Hari Air SeduniaMaret 2004 lalu tema yang diangkatyaitu ''Water and Disaster'' (Air danBencana). Masyarakat internasional su-dah menyadari betapa dunia saat inimenghadapi ketidaksetimbangan air.Ini terjadi karena degradasi lingkunganyang cukup parah. Air sulit didapatkanpada musim kemarau, sebaliknya ber-lebih pada musim hujan sehingga me-nimbulkan bencana yang hebat.

Perlindungan sumber daya airmenghadapi banyak kendala di antara-nya dana pemerintah yang terbatas, lajupeningkatan jumlah penduduk yangmakin cepat terutama di kota, krisis

ekonomi, eforia otonomi yang cenderungkebablasan dari kabupaten/kota. Di sisilain pelayanan air bersih belum menyen-tuh seluruh lapisan masyarakat yangmembutuhkan baik di kota maupun di de-sa, serta drainase masih terkesan tambalsulam dan tidak terintegrasi menjadi satusistem kesatuan yang utuh.

Oleh karena itu mau tidak mau penge-lolaan sumber daya air secara bijak, ter-padu, dan menyeluruh, merupakansebuah keharusan. Terpadu mencer-minkan keterikatan dengan berbagaiaspek dan para pemangku kepentingan(stakeholders) dan berbagai disiplin ilmu.Menyeluruh mencerminkan cakupanyang sangat luas, lintas batas sumberdaya, antarlokasi, hulu dan hilir,antarkondisi, jenis tata guna lahan, antarbanyak aspek dan antarmultidisiplin.Pengelolaan sumber daya air harus holis-tik dan berwawasan lingkungan. Semuadisiplin terlibat dan saling bergantungantara lain sosial, ekonomi, teknik,lingkungan, hukum, bahkan politik. Airadalah urusan semua kalangan, begitufilosofi yang seharusnya dicamkan. MJ

INFO BUKU

Percik Desember 2005 46

Solusi Tanpa Privatisasi

Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu

JUDUL:RECLAIMING PUBLIC WATER.CERITA SUKSES, PERJUANGAN DAN VISI DARI BERBAGAI NEGARAPENYUSUN:Belen Balanya, Brid

Brennan, Olivier

Hoedeman, Satoko

Kishimoto, dan Philipp Terhost

PENERBIT : Amrta Institute for Water

Literacy

Tahun Terbit : 2005

Tebal : 318 halaman

JUDUL :

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADUPENULIS :

Robert J. Kodoatie, Ph.D

dan Roestam Sjarief,Ph.D

Penerbit : Penerbit Andi Yogyakarta

Tahun Terbit : 2005

Tebal : xiii + 357 halaman

Page 53: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

SANIMAS adalah singkatan darisanitasi oleh masyarakat, sanita-tion by community. Program ini

pada awalnya merupakan kegiatan pilotproyek tahun 2001-2003 yang dibiayaioleh AusAID melalui WSP-EAP dengandukungan dari pemerintah Indonesia.Proyek ini dilaksanakan oleh BORDA.Program tersebut diimplementasikan ditujuh kota/kabupaten di dua provinsipadat penduduk di Indonesia yaituJawa Timur dan Bali. Pilot proyek iniselesai pada tahun 2003. Kemudianpada tahun 2004, program ini direp-likasikan lagi di kota/kabupaten yangsama. Semua proyek itu telah berakhirdan diresmikan.

SANIMAS merupakan program baruyang menggunakan cara pendekatanbaru bahkan sistem pendanaan yangjuga baru. Karena itu banyak pelajaran

yang bisa dipetik dari proyek ini. Darireplikasi ini pun, BORDA berhasilmenyusun panduan mengenai panduanpromosi dan presentasi kepada stakehol-der masyarakat, panduan seleksi mandirimasyarakat, panduan penyusunan ren-

cana kerja masyarakat, panduan pela-tihan untuk KSM dan masyarakat, danpanduan pengoperasian dan perawatansarana sanitasi masyarakat.

Melalui CD ini, BORDA ingin berba-gi pengalaman tentang penangananSANIMAS beserta seluk beluknya.SANIMAS I berbeda dengan SANIMASII. Tentu dari sisi proses, SANIMAS IIlebih mantap dibandingkan sebelum-nya. Selain itu, CD ini memberikanmasukan yang cukup berharga bagipemerintah baik di pusat maupun didaerah dalam keiikutsertaannya men-dukung proyek SANIMAS. Dan yangpaling menarik adalah bagaimana les-sons learned yang didapatkan selamaproses proyek berlangsung baik itu keti-ka seleksi kampung calon penerimaproyek, proses perencanaan, dan pelak-sanaan pembangunan. (MJ)

Air adalah kebutuhan vital kehi-dupan manusia. Keberadaan-nya tidak bisa digantikan oleh

benda yang lain. Namun sayangnyabelum semua manusia yang hidup didunia ini memiliki akses ke air minumdan penyehatan lingkungan. Berdasar-kan catatan Asian Development Bank,satu dari tiga orang di Asia tidak memi-liki akses ke air minum, sementarasetengah dari orang yang hidup di Asiadan Pasifik tidak memiliki akses ke sa-nitasi dasar yang baik. Kondisi ini jelassangat memprihatinkan. Maka wajarbila banyak bermunculan berbagai jenispenyakit yang berkait dengan air dansanitasi yang buruk.

Melalui CD ini, Bank PembangunanAsia (ADB) mempublikasikan isu air

yang berkaitan dengan masyarakatmiskin di sejumlah negara yang menja-di anggota ADB. CD yang berjudul'Water for All' ini berisikan 15 judulyang terdiri atas studi kasus, makalah

tematik, laporan kegiatan, statistik, danhasil studi regional. Sebenarnya, ADBsudah mempublikasikan hal tersebutdalam bentuk buku (blue print), yangbeberapa seri di antaranya pernahdimuat di majalah ini. CD ini meru-pakan bentuk soft copynya. Pembacajuga bisa mendapatkan terbitan inimelalui http://www.adb.org/water

Beberapa judul dalam CD itu antaralain: Water and Poverty; Poverty andWater Security; The Water andPoverty Initiative; Water and Povertyin the 3rd World Water Forum;Bringing Water to the Poor; PastExperience and Future Challenges;Small Pipe Water Network' 'WaterVoices' Documentaries; dan An Agendafor Change. (MJ)

INFO CD

Percik Desember 2005 47

Replikasi Sanimas 2004

Air untuk Semua

Page 54: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Forum Air Dunia

http://www.worldwaterforum4.org.mx/home/cuartowwf06.asp?lan=

F orum Air Dunia (World WaterForum) ke-4 akan berlangsung di

Meksiko pada 16-22 Maret 2006.Selama satu pekan, forum itu akanmembahas berbagai tema yang te-rangkum dalam sebuah kerangka kerja.Tema tersebut antara lain penyediaanair dan sanitasi, air untuk pertanian,dan lingkungan serta manajemen risiko.Tema-tema itu akan dibahas secaraparalel setiap hari. Ada 150 sesi, denganwaktu masing-masing 2 jam. Para pem-bicara utama juga akan menyampaikanmakalahnya.

Bersamaan dengan forum tersebutakan digelar Pameran Air Dunia (WorldWater Expo). Pemeran itu akan me-nampilkan berbagai hal baru dalam bi-dang teknologi, peralatan, dan peme-cahan persoalan air. Perusahaan-per-usahaan terkait dari berbagai negaraakan ambil bagian.

Konferensi Teknologi danManajemen Sampah

http://www2.widener.edu/~sxw0004/call.html

K onferensi Teknologi dan Manaje-men Sampah ke-21 akan diseleng-

garakan di Philadelphia, Amerika Se-

rikat, 26-29 Maret 2006. Konferensi inidiperkirakan akan dihadiri oleh pesertadari 40 negara. Mereka adalah parapeneliti, pendidik, pejabat pemerintah,konsultan, manajer, tokoh masyarakat,dan pihak-pihak lain yang bergerak dantertarik pada sektor persampahan.Tema yang dibahas sangat beragammulai dari kebijakan, peraturan, pen-didikan, ekonomi, sampai ke hal-halteknis seperti daur ulang, inovasiteknologi, dan studi kasus.

Konferensi ModelDrainase Perkotaan

http://www.icms.com.au/UDMandWSUD/

K onferensi International ModelDrainase Perkotaan ke-7 akan ber-

langsung 3-7 April 2006 di Melbourne,Australia. Bersama dengan itu akanberlangsung pula Konferensi Interna-sional ke-4 Water Sensitive Urban De-sign. Penyelenggara konferensi iniadalah International Water Association(IWA). Konferensi tersebut membahasdua topik utama mengenai modeldrainase perkotaan dan desain air mi-num di perkotaan. Kegiatan tersebut di-peruntukkan untuk kalangan yang ter-kait langsung dengan perencanaan danpenanganan perkotaan, baik itu peng-ambil kebijakan, ahli perkotaan, prakti-si air minum dan drainase, dan lainnya.

Agenda Air Dunia 2006http://www.conferencealerts.com/

water.htm

Situs ini khusus menampilkan agendaair pada November 2005 hingga

November 2006. Kegiatan-kegiatantersebut berlangsung di berbagai bela-han dunia. Setiap item kegiatan yangditampilkan dilengkapi dengan bataswaktu pengiriman makalah dan pendaf-taran sebagai peserta. Kendati topiknyamengenai air, agenda kegiatan yangdimuat juga termasuk sanitasi mes-kipun tidak banyak seperti konferensitoilet kering, konferensi energi, dan ke-lautan. (MJ)

INFO SITUS

Percik Desember 2005 48

Page 55: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Sebuah terobosan baru munculdalam pemurnian air. Air Rah-mat, begitu namanya. Rahmat

singkatan dari murah, mudah, dan he-mat. Air ini adalah larutan pemurni airminum yang mengandung 1,25 persensodium hypochlorite. Cairan ini dapatmeningkatkan derajat air bersih menja-di air minum tanpa direbus.

Air ini diproduksi, didistribusikan,dan dipasarkan oleh Aman Tirta, se-buah konsorsium yang terdiri atas PTTanshia Consumer Products, PT. Dos NiRoha, LOWE Worldwide, John HopkinsBloomberg School of Public Health/-Center for Communication Programs(CCP), CARE Indonesia, dan didukungoleh USAID.

Air Rahmat berfungsi sebagai desin-fektan, dengan cara mematikan mikro-organisme yang terbawa dalam air yangakan diminum. Ini terjadi karena fungsiChlorine yang terbukti secara efektifmenghentikan aktivitas sebagian besarorganisme hidup yang menyebabkanpenyakit diare pada manusia.

PenggunaanAir Rahmat ini hanya digunakan un-

tuk air tawar yang biasa untuk minum.Penggunaannya cukup mudah yaitudengan menuangkan sesuai takaran/pe-tunjuk. Misalnya 3 ml Air Rahmat un-tuk 20 liter air. Setelah itu campuran di-kocok/diaduk dan dibiarkan selama 30menit. Air Rahmat ini akan meng-hilangkan bakteri, virus, dan parasit la-innya. Air itu siap diminum, tanpa di-masak/direbus terlebih dahulu.

Penggunaan Air Rahmat ini diyakinimampu menghemat biaya bahan bakardan waktu. Satu kemasan air tersebutdijual dengan harga Rp. 4.000/botol.Satu botol yang berisi 100 ml ini cukupuntuk memurnikan 600 liter air yangmerupakan kebutuhan air untuk keluar-ga dengan empat orang per bulan.

Uji CobaSebelum diluncurkan, Air Rahmat

sudah diuji coba di Tangerang, NusaTenggara Barat (NTB), dan NanggroeAceh Darussalam (NAD). Hasilnya cu-kup aman dan efektif. Sebelumnya,Centers for Disease Control and Pre-vention (CDC) Amerika Serikat dan mi-

tranya telah melaksanakan program'Safe Water System' untuk menurunkaninsiden diare di 19 negara di Afrika,Asia, dan Amerika Latin dengan mem-pergunakan larutan yang sama. Surveidi beberapa negara tersebut menun-jukkan bahwa program ini berhasilmenurunkan sampai 50 persen insidendiare.

Cara MemperolehProduk Air Rahmat ini sementara

ini peredarannya masih terbatas. PadaDesember ini produk tersebut diluncur-kan di Propinsi Banten dan SumateraUtara. Diperkirakan pada Januari men-datang, Air Rahmat bisa didapatkanoleh masyarakat di empat propinsi lain-nya yakni Jawa Barat, Sumatera Barat,DKI Jakarta, dan Jawa Timur. Pendistri-busiannya melalui jaringan pemasarantradisional (warung, kios, toko kelon-tong, apotek), dan non-tradisional (LSM,bidan, kader kesehatan, dll). MJ

INOVASI

Percik Desember 2005 49

Air RahmatUbah Air Bersih Jadi Air Minum

Air Rahmat inihanya digunakan untuk

air tawar yang biasauntuk minum.Penggunaannya

cukup mudah yaitudengan menuangkan

sesuaitakaran/petunjuk.

FOTO:MUJIYANTO

Page 56: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Sebagian masyarakat terpaksamenggunakan air keruh sebagaiair minum pada musim kema-

rau. Meski disaring beberapa kali de-ngan kain, air tetap keruh. Ini tentutidak praktis dan tidak higienis.Sementara kalau menggunakan pen-jernih modern, harganya tidak dapatdijangkau oleh masyarakat. Maka dariitu, berbagai upaya dilakukan untukmenemukan saringan air yang mampumenjernihkan sekaligus higienis. Untukmenjawab kebutuhan itu pengrajinkeramik di Plered, Purwakarta, membu-at saringan air dari keramik.

Alat ini berfungsi sebagai dispenserair minum yang dilengkapi dengansaringan keramik berpori-pori mikrodengan lapisan partikel perak darikoloid perak yang dikeringkan danmelekat pada pori-pori keramik secarapermanen sebagai disinfektan. Hasilkarya pengrajin ini telah diuji efektivi-tasnya oleh Badan PengelolaanLingkungan Hidup Daerah (BPLHD)Propinsi DKI Jakarta.

Pengujian itu menunjukkan bahwakeramik penjernih air yang dilapisikoloid perak tersebut sangat efektifmenghilangkan bakteri sehingga yangtersaring layak sebagai air minum.Sementara keramik yang tidak dilapisikoloid perak, tidak mampu menghi-langkan bakteri pada air yang tersaring.

KonstruksiKeramik penjernih air terbuat dari

tanah liat dengan campuran berbagaibahan yang habis terbakar saat prosespembakaran keramik dan menjadi pori-pori yang sangat kecil. Umumnyaberwarna merah karena menggunakantanah liat Plered. Untuk membuat pori-pori keramik, campuran tanah liat yang

dipilih adalah serbuk gergaji.Kini warna keramik itu ada yang

putih untuk alasan estetika. Caranyadengan menggunakan bahan tanah dariSukabumi yang dicampur dengan dia-tomite dan tepung terigu untuk membu-at pori-pori.

Saringan keramik itu dicetak dengantekanan hidrologis kemudian dike-

ringkan dan dipanaskan hingga 850 de-rajat Celcius untuk tanah Plered dan1200 derajat Celcius untuk tanahSukabumi.

Penjernih air keramik ini terdiri atasdua bagian yakni bejana penyaring danbejana penampung air hasil penya-ringan. Air yang dituangkan padabejana penampung akan merembesmelalui saringan keramik ke bejanapenampung. Air yang menetes tertam-pung di bejana penampung dan siapdiminum. Hanya saja, air yang siapminum barulah hasil penyaringan yangkedua karena hasil penyaringan perta-ma masih berbau tanah. Ini karena adasisa abu pembakaran keramik dan sisakoloid perak yang melekat pada abu.Setelah air hasil penyaringan pertamadibuang, air hasil penyaringan berikut-nya sudah jernih, bebas bakteri, danlayak minum. (MJ)

INOVASI

Percik Desember 2005 50

Penjernih Air Minum Bebas Bakteri

Saringan Air KeramikFOTO-FOTO:ISTIMEWA

Page 57: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

Tanggal Bulan Kegiatan

11 November Pertemuan Persiapan Talk Show Kebijakan Nasional di televisi15 November Kick off meeting : Study of sanitation for Poor Urban Community16 November Pembahasan Persiapan Pinjaman Bank Dunia untuk Proyek NPCWSSS17 November Talk Show Kebijakan Pemb. AMPL Berbasis Lembaga di Metro TV21-24 November Kunjungan Lapangan ke Lokasi CLTS di Sambas, Muaro Jambi & Bogor21 November Rapat pokja AMPL, mengenai lokakarya pelatihan CLTS yg diselenggarakan

oleh Plan International24 November Rapat Pokja AMPL, mengenai Pembahasan Instrumen survey untuk study of

Sanitation for Poor Urban CommunityTalk Show Kebijakan Pemb. AMPL Berbasis Lembaga di TVRI

28-30 November Lokakarya Pemantauan Pelaksanaan uji coba CLTS di IndonesiaPelatihan MPA / PHAST & Penerapannya dalam Perencanaan & Monitoring Proyek AMPLyang Berbasis Masyarakat Di SoloMidterm Review WASPOLA

28-29 November Lokakarya Penyusunan Data Base AMPL di Gorontalo29-30 November Lokakarya Penyusunan Renstra AMPL utk Kab. Bone Bolango & Kab. Pohuwato29 November Workshop Persiapan Pelaksanaan Infrastructure Summit30 November Pertemuan dengan AusAID

Pertemuan Kelompok Kerja PSP Review1-2 Desember Pelatihan MPA / PHAST & Penerapannya dlm Perencanaan & Monitoring

Proyek AMPL yang Berbasis Masyarakat Di SoloPembahasan makalah Air Minum & Kemiskinan di LIPI

1-10 Desember Midterm Review WASPOLA1 Desember Pertemuan dengan Plan International, Mengenai Persiapan Pertemuan

Penyusunan PoAPertemuan Pokja AMPL dgn tim AusAid, ADB, Bangda dan Waspola Pusat

2 Desember Pembahasan makalah Air Minum & Kemiskinan di LIPI2 Desember Rapat Pokja AMPL: Perencanaan Kegiatan Pokja AMPL

Road Show Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat ke Sumbawa, NTB5 Desember Pembahasan Studi Donor Harmonisation 6-8 Desember Diseminasi Proyek CWSH dan WSLIC 2 untuk TKK & TKP di Surabaya6-9 Desember Sosialisasi Manual Pengelolaan Sarana AMPL bagi Aparat Tingkat Propinsi &

Kabupaten di Palembang7-8 Desember Diseminasi Tata Cara Perhitungan Tarif Air Minum 8 Desember Workshop Evaluasi SANIMAS & Diseminasi Pedoman Persampahan & Drainase Thn 20058-10 Desember Lokakarya Renstra AMPL Prop. Banten12-15 Desember Sosialisasi Manual Pengelolaan Sarana AMPL bagi Aparat Tingkat Propinsi &

Kabupaten di Lombok Barat13-16 Desember Pelatihan CLTS (kerjasama Pokja AMPL Banten-PCI) di Pandeglang14 Desember Pebahasan Rencana Tahunan WASPOLA15 Desember Lokakarya Review Pelaksanaan UNDP CCF 2001 - 200519 Desember Pertemuan Presentasi Assesment of The State Sanitation

Pertemuan Persiapan Lokakarya Penyusunan Rencana Kegiatan PemerintahIndonesia - Plan InternationalPertemuan Koordinasi Pokja AMPL - WASPOLA, mengenai evaluasi pelaksanaankegiatan WASPOLA

21 Desember Lokakarya Penyusunan Plan of Action Pemerintah Indonesia dengan Plan International22 Desember Lokakarya Review pengelolaan data Pembangunan AMPL Indonesia

dalam rangka persiapan SUSENAS 2006-2007

AGENDA

Percik Desember 2005 51

Page 58: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

B U K UWASTEWATER ENGINEERING. TREATMENT AND REUSEPenerbit: McGraw-Hill Science/Engineering/Math, Maret 2002

WATER AND WASTEWATER CALCULATIONS MANUALPenerbit: McGraw-Hill Professional, Mei 2001

METODE PENELITIAN SURVAI. EDISI REVISIPenerbit: PT. Pustaka LP3ES Indonesia, 1995

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT 2004Penerbit: Biro Pusat Statistik, 2005

L A P O R A N

Laporan Pertemuan Koordinasi Pe-laksanaan Kebijakan Nasional denganMitra Program & Lokakarya Operasio-nal Kebijakan Nasional PembangunanAMPL Berbasis Masyarakat di Daerahuntuk Mitra NGO dan LembagaPenerbit: Dirjen Bangda - Depdagri, 2005

Global Water Supply and SanitationAssessment 2000 ReportPenerbit: World Health Organization and UnitedNation's Children's Fund, 2000

Summary Laporan Pelaksanaan Replikasi SANIMAS 2004Penerbit: BORDA, 2005

PUSTAKA AMPL

Percik Desember 2005 52

P E R A T U R A NHIMPUNAN PERATURAN

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

HIDUP 2002-2004 Penerbit: CV. Eka Jaya Jakarta, 2005

S T U D I K A S U SLayanan Air Minum Usaha Kecil di Indonesia.Palembang, Jakarta Utara, Bandung Metropolitan, SubangPenerbit: Water and Sanitation Program - EAP, 2005

M A K A L A HMODIFICATIONS TO WATER UNDERTAKERS' EXISTING CONDITIONS OF APPOINTMENT

Penulis: Water Act 2003 - Water Supply Licensing, 2004

WATER ALLOCATION IN THE BRANTAS RIVER BASIN

CONFLICTS AND ITS RESOLUTIONS

Penulis: Aris Harnanto & Fahmi Hidayat, 2003

NOTE ON THE HEALTH IMPACT OF WATER AND

SANITATION SERVICE - CHM WORKING PAPER

SERIES - PAPER NO.WG5:23Penulis: Commission on Macroeconomics and Health, 2001

M A J A L A HJENTERAPenerbit: Direktorat Perumahandan Permukiman, Bappenas

AIR MINUMEdisi 120, September 2005

CHOICESVol. 13. No 4, Desember 2004Penerbit: UNDP

Page 59: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2005 Tema Wajah AMPL 2005 Kepdeulian Masih Kurang

LOS (Level Of Services)/Tingkat PelayananBesaran untuk menentukan tingkat pelayanan prasarana di suatu kawasan/daerah pelayanan.

Loss of head/Kehilangan TekananKehilangan potensi tekanan air baik akibat gesekan aliran dengan media penyalurnya, hambatan dari peralatan pengatur alir-annya, adanya terjunan dan sebagainya.

Lye/LindiCairan/larutan yang mengandung alkali-salah satu kandungan leachate

Manhole/Lubang PemeriksaanLubang yang dibuat/dibangun pada suatu bangunan fasilitas atau dalam sistem jaringan prasarana agar memungkinkan orang(petugas) masuk ke dalamnya untuk melakukan kegiatan pemeriksaan atau perbaikan bangunan/jaringan tersebut.

Manhole ChamberSaluran di bagian yang terendah pada lantai suatu ruangan (kamar mandi, dapur, ruang operasi yang basah, dan sebagainya)yang berfungsi menyalurkan/mengalirkan air buangan melalui suatu bak pengatur menuju saluran air kotor, agar lantai ru-angan tersebut selalu kering.

Marble TestCara/metode pengujian praktis untuk mengukur stabilitas air contoh, khususnya kadar alkali.

Mass diagram of Reservoir/Diagram massa reservoirDiagram yang menggambarkan akumulasi debit yang memasuki suatu reservoir terhadap fungsi waktu.

MATC (Maximum Allowable Toxicant Concentration)Konsentrasi maksimum zat-zat toksik (beracun) yang diizinkan untuk dihasilkan atau dilepas ke lingkungan oleh suatu indus-tri atau organisasi.

Maturation stabilization pondKolam stabilisasi air limbah yang bersifat aerob dan mempunyai beban masukan cemaran yang relatif rendah.

MCL (Maximum Contaminant Level)Taraf maksimum kontaminan (unsur-unsur yang mengotori) yang diizinkan untuk dihasilkan atau dilepas ke lingkungan

MethaneDisebut juga gas rawa-Senyawa hidrokarbon sederhana yang dihasilkan melalui proses dekomposisi (penguraian) limbah.Dapat dijadikan bahan bakar jika dicampur dengan udara dengan proporsi 90 persen.

MicroscreenUnit pengolahan air limbah berupa silinder yang berputar dengan tenaga motor. Sekelilingnya dililit oleh pelat berlubang-lubang membentuk saringan. Air limbah masuk melalui poros silinder dan menyebar ke sekeliling tangki silinder yangberlubang-lubang.

Mottled enamelPenyakit gigi yang disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi air dengan kadar florida yang melebihi 1,5 ppm.

Moveable intakeBangunan/peralatan penangkap air baku yang bisa digerakkan baik secara vertikal atau horizontal. Dibangun dari konstruksi yangtidak kaku/tidak berpatok seperti pompa dalam kerangkeng besi atau struktur ponton dan sebagainya. Dilengkapi dengan tali untukmengarahkan posisi yang terbaik pada suatu sumber yang relatif luas dan dalam, misalnya danau atau sungai yang dalam.

GLOSSARY

Dikutip dari Kamus Istilah & Singkatan Asing Teknik Penyehatan dan Lingkungan.Penerbit: Universitas Trisakti.