Majalah Agustian Firmansyah

10
Jurnal Penelitian 1 UJI EFEK EKSTRAK ETHANOL TANAMAN TAPAK LIMAN (ELEPHANTOPUS SCABER LINN) TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS SECARA IN VITRO Agustian Firmansyah*,Roekistiningsih **, Tantari Sugiman *** *Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB, **Laboratorium Mikrobiologi FKUB, ***Laboratorium Kulit dan Kelamin RSSA ABSTRAK Candida sp adalah jamur golongan yeast (ragi) yang merupakan flora normal pada berbagai organ pada manusia. Akan tetapi, jika terdapat gangguan pada tubuh maka jamur ini akan bertambah populasinya sehingga dapat menyebabkan kandidosis. Salah satu tanaman yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah tapak liman (Elephantophus scaber Linn). Penelitian yang dilakukan adalah True Experimental – Post Test Only Control Group Design menggunakan metode dilusi tabung (tube dilution). Ekstrak etanol tanaman tapak liman menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Konsentrasi akhir yang digunakan pada penelitian ini adalah 13,75%, 12,5%, 11,25%, 10% dan 8,25%. Metode dilusi tabung meliputi dua tahap, yaitu tahap pengujian bahan pada media Nutrient broth untuk menentukan KHM (Kadar Hambat Minimal) yang didapatkan pada konsentrasi 12,5% dan tahap uji streaking pada SDA (Sabouraud Dextrose Agar) untuk menentukan KBM (Kadar Bunuh Minimal) yang didapatkan pada konsentrasi 13,75%. Hasil penelitian secara signifikan bahwa semakin tingginya konsentrasi maka pertumbuhan koloni semakin rendah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Ekstrak tanaman tapak liman (Elephantophus scaber Linn) mempunyai efek sebagai antifungi terhadap Candida albicans in vitro. Kata kunci : Candida albicans, Elephantophus scaber Linn, uji dilusi tabung ABSTRACT Candida albicans is a yeast, which is normal flora of some organ in human body. However, if there is some disturbance to human immune system, the fungi will be overgrowth so that causes a disease called candidosis. One of many plants that is used by Indonesian is tapak liman (Elephantophus scaber Linn). This study is using laboratory experimental-post test only control group design by using tube dillution test. Final extract concentration that is used in this study are 13,75%, 12,5%, 11,25%, 10% and 8,25%. Tube dillution test consists of two steps. Step one is subtance test on nutrient broth to determine Minimum Inhibitory Concentration (MIC). Step two is to determine Minimum Fungisidal Concentration (MFC) by streaking the suspension to Sabouraud Dextrose Agar (SDA). In this study Minimum Inhibitory Concentration is observed on concentration of 12,5% and Minimum Fungisidal Concentration on 13,75%. This study result shows that the increasing of concentration of Elephantophus scaber extract causes the decreasing of Candida albicans growth significantly (0,000). Conclusion of this study is that ethanol extract of Elephantophus scaber has antifungal effect towards Candida albicans in vitro. Key words : Candida albicans, Elephantophus scaber Linn, tube dilution test

description

agustyan

Transcript of Majalah Agustian Firmansyah

Page 1: Majalah Agustian Firmansyah

Jurnal  Penelitian    

1    

UJI EFEK EKSTRAK ETHANOL TANAMAN TAPAK LIMAN (ELEPHANTOPUS SCABER LINN) TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS SECARA IN VITRO

Agustian Firmansyah*,Roekistiningsih **, Tantari Sugiman ***

*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB, **Laboratorium Mikrobiologi FKUB, ***Laboratorium Kulit dan Kelamin RSSA

ABSTRAK

Candida sp adalah jamur golongan yeast (ragi) yang merupakan flora normal pada berbagai organ pada manusia. Akan tetapi, jika terdapat gangguan pada tubuh maka jamur ini akan bertambah populasinya sehingga dapat menyebabkan kandidosis. Salah satu tanaman yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah tapak liman (Elephantophus scaber Linn). Penelitian yang dilakukan adalah True Experimental – Post Test Only Control Group Design menggunakan metode dilusi tabung (tube dilution). Ekstrak etanol tanaman tapak liman menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Konsentrasi akhir yang digunakan pada penelitian ini adalah 13,75%, 12,5%, 11,25%, 10% dan 8,25%. Metode dilusi tabung meliputi dua tahap, yaitu tahap pengujian bahan pada media Nutrient broth untuk menentukan KHM (Kadar Hambat Minimal) yang didapatkan pada konsentrasi 12,5% dan tahap uji streaking pada SDA (Sabouraud Dextrose Agar) untuk menentukan KBM (Kadar Bunuh Minimal) yang didapatkan pada konsentrasi 13,75%. Hasil penelitian secara signifikan bahwa semakin tingginya konsentrasi maka pertumbuhan koloni semakin rendah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Ekstrak tanaman tapak liman (Elephantophus scaber Linn) mempunyai efek sebagai antifungi terhadap Candida albicans in vitro. Kata kunci : Candida albicans, Elephantophus scaber Linn, uji dilusi tabung

ABSTRACT

Candida albicans is a yeast, which is normal flora of some organ in human body. However, if there is some disturbance to human immune system, the fungi will be overgrowth so that causes a disease called candidosis. One of many plants that is used by Indonesian is tapak liman (Elephantophus scaber Linn). This study is using laboratory experimental-post test only control group design by using tube dillution test. Final extract concentration that is used in this study are 13,75%, 12,5%, 11,25%, 10% and 8,25%. Tube dillution test consists of two steps. Step one is subtance test on nutrient broth to determine Minimum Inhibitory Concentration (MIC). Step two is to determine Minimum Fungisidal Concentration (MFC) by streaking the suspension to Sabouraud Dextrose Agar (SDA). In this study Minimum Inhibitory Concentration is observed on concentration of 12,5% and Minimum Fungisidal Concentration on 13,75%. This study result shows that the increasing of concentration of Elephantophus scaber extract causes the decreasing of Candida albicans growth significantly (0,000). Conclusion of this study is that ethanol extract of Elephantophus scaber has antifungal effect towards Candida albicans in vitro.

Key words : Candida albicans, Elephantophus scaber Linn, tube dilution test

Page 2: Majalah Agustian Firmansyah

Jurnal  Penelitian    

2    

PENDAHULUAN

Candida sp adalah jamur golongan yeast (ragi) yang merupakan flora normal pada berbagai organ pada manusia. Akan tetapi, terganggunya keseimbangan flora normal karena berbagai factor predisposisi, dapat menyebabkan meningkatnya jumlah populasi Candida sp. Meningkatnya jumlah populasi tersebut dapat menimbulkan penyakit yang disebut kandidiasis. Adapun spesies Candida yang dikenal banyak menimbulkan penyakit baik pada manusia maupun hewan adalah Candida albicans.1

Prevalensi infeksi Candida albicans pada manusia dihubungkan dengan kekebalan tubuh yang menurun, sehingga invasi dapat terjadi. Meningkatnya prevalensi infeksi Candida albicans dihubungkan dengan kelompok penderita dengan gangguan sistem imun seperti pada penderita AIDS, penderita yang mengalami transplantasi organ, dan kemoterapi antimaligna. Penelitian lain (Odds dkk, 1990), dapat diketahui bahwa dari 6.545 penderita AIDS, 44,8% nya adalah penderita kandidosis. Meningkatnya tindakan invasif seperti penggunaan kateter dan jarum infus juga dihubungkan dengan terjadinya invasi Candida albicans ke dalam jaringan. Penelitian yang dilakukan oleh Edward, dapat diketahui bahwa dari 344.610 kasus infeksi nosokomial yang ditemukan, 27.200 kasus (7,9%) disebabkan oleh jamur dan dari 27.200 kasus yang disebabkan oleh jamur, 21.488 kasusnya (79%) disebabkan oleh Candida.2

Sejak jaman dahulu tumbuhan telah dimanfaatkan oleh manusia untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Sampai saat ini tumbuhan masih menjadi sumber ekslusif sebagai penghasil senyawa kimia yang mempunyai aktifitas farmakologis. Dari keseluruhan obat yang diresepkan kepada pasien, sekitar 25% diantaranya merupakan senyawa obat yang berasal dari tumbuhan. Sekitar 11% dari 252 obat dasar yang telah ditetapkan oleh WHO, juga berasal dari senyawa obat yang berasal dari tumbuhan.3

Salah satu tanaman yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah tapak liman (Elephantophus

scaber Linn). Jenis penyakit yang dapat diatasi dengan tapak liman antara lain berbagai radang, seperti peradangan amandel, influenza, radang tenggorok, radang mata, radang ginjal yang akut dan krinis, serta radang rahim atau keputihan seperti diketahui salah satu penyebab keputihan adalah Candida. Selain itu dapat juga digunakan untuk untuk mengatasi perut kembung, hepatitis, beri-beri, disentri, gigitan ular, batuk seratus hari, kurang darah, dan lain-lain. Namun belum banyak dilakukan pembuktian secara ilmiah yang bertujuan untuk mengembangkan manfaat tanaman tapak liman ini terhadap Candida serta menguji efektifitas dan keamannnya sehingga dapat dipertanggung jawabkan penggunaan tanaman ini oleh masyarakat.

Penelitian telah dimulai sejak tahun 1960 dan menunjukkan komponen tapak liman (Elephantophus scaber Linn) antara lain epifriedelinol, falvonoid yang berfungsi untuk mendenaturasi ikatan protein pada membrane sel dan membuat membrane lisis, elephantopin, tripertin, lupeol, stigmasterol, triacontan-1-ol, dotria-contan-1-ol, lupeol asetat, deoksielephantopin dan isodeoksielephantopin. Bunganya mengandung luteolin-7-glukosida.4

METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan

adalah true eksperimental secara in vitro dengan post test only control group design.

Kelompok sampel terbagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok kontrol terdiri dari kontrol bakteri (konsentrasi 0%) dan kontrol bahan (konsentrasi 100%). Sedangkan kelompok perlakuan terdiri atas 5 konsentrasi (konsentrasi 13,75%, 12,5%, 11,25%, 10% dan 8,25%. Konsentrasi tersebut didapatkan dari beberapa penelitian eksplorasi yang telah dilakukan sebelumnya.

DATA HASIL PENELITIAN 1.Hasil Identifikasi Candida albicans

Penelitian ini menggunakan isolat jamur Candida albicans yang disediakan oleh Laboratorium Mikrobiologi FKUB. Masing masing isolat jamur di streaking

Page 3: Majalah Agustian Firmansyah

Jurnal  Penelitian    

3    

ulang di Sabouraud Dextrose Agar (SDA) kemudian diidentifikasi dengan pewarnaan Gram. Pada media Sabouaud Dextrose Agar (SDA), semua isolat jamur Candida albicans akan menghasilkan koloni yang berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, teksturnya halus, licin dan kadang sedikit terlipat lipat terutama pada koloni yang sudah tua. Ukuran koloni sangat dipengaruhi oleh umur biakan. Koloni berwarna putih kekuningan dan berbau asam seperti tape. Pada pewarnaan Gram dan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000x, didapatkan gambaran sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong.

2.Hasil Penentuan KHM Pada penelitian ini digunakan lima macam konsentrasi ekstrak tanaman tapak liman (Elephantophus Scaber Linn) yaitu 13,75%, 12,5%, 11,25%, 10% dan 8,25% serta konsentrasi 0% (kontrol positif atau jamur tanpa ekstrak) dan konsentrasi 100% sebagai kontrol negatif atau ekstrak tanpa jamur. KHM (Kadar Hambat Minimal) adalah kadar terendah dari antijamur yang mampu menghambat pertumbuhan jamur (ditandai dengan tidak ada kekeruhan pada tabung), setelah diinkubasikan selama 18-24 jam. Tingkat kekeruhan larutan ekstrak tanaman tapak liman diamati untuk menentukan KHM. Uji dilusi tabung dengan konsentrasi akhir masing masing dapat dilihat pada lampiran 1.

Berdasarkan hasil uji dilusi tabung, kekeruhan didapati pada konsentrasi 8,25%, 10%, dan 11,25%. Pada tabung dengan konsentrasi 12,5% dan 13,75% tidak ditemukannya kekeruhan pada tabung sehingga diperoleh besarnya KHM adalah 12,5%

. 3.Hasil Perhitungan KBM dan Jumlah

Koloni Setelah tabung diinkubasi selama

18-24 jam pada suhu 37°C dan diamati tingkat kekeruhannya untuk melihat KHM, tiap konsentrasi ekstrak tersebut diinokulasikan pada SDA. Kemudian SDA diinkubasikan pada suhu 37°C selama 18-24 jam. Penghitungan jumlah koloni

masing masing yang tumbuh pada SDA kemudian dihitung keesokan harinya dengan menggunakan colony counter. Hal ini berlaku untuk keempat isolat jamur Candida albicans untuk melihat KBM (Kadar Bunuh Minimal). KBM (Kadar Bunuh Minimal) adalah kadar terendah dari antifungi yang dapat membunuh jamur ditandai dengan tidak adanya koloni yang tumbuh pada media SDA yang telah dilakukan penggoresan sebanyak 1 ose.5 Hasil streaking jamur SDA dapat dilihat pada lampiran 2.

Dari hasil penghitungan dan pertumbuhan koloni keempat isolat jamur Candida albicans tersebut dapat ditentukan kadar bunuh minimal dari ekstrak tanaman tapak liman (Elephantophus Scaber Linn), yaitu tidak tumbuhnya koloni pada SDA. KBM terlihat pada konsentrasi ekstrak 13,75% pada keempat plate Candida albicans yang diteliti. Hasil penghitungan jamur Candida albicans yang tumbuh di SDA pada masing masing dapat dilihat pada tabel. Jumlah koloni dihitung menggunakan colony counter hasil dapat dilihat di lampiran 3.

Grafik Perbandingan Pertumbuhan

Koloni Terhadap Konsentrasi Ekstrak

Konsentrasi 1 = kontrol jamur Konsentrasi 2 = 8,25% Konsentrasi 3 = 10% Konsentrasi 4 = 11,25% Konsentrasi 5 = 12,5% Konsentrasi 6 = 13,75%  

Page 4: Majalah Agustian Firmansyah

Jurnal  Penelitian    

4    

PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan, dengan tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian ekstrak etanol tanaman tapak liman terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans secara in vitro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dilusi tabung yang meliputi dua tahap, yaitu tahap pengujian bahan pada media Nutrient broth untuk menentukan KHM (Kadar Hambat Minimal) dan tahap uji streaking pada SDA (Sabouraud Dextrose Agar) untuk menentukan KBM (Kadar Bunuh Minimal). Pada penelitian ini didapatkan KHM pada konsentrasi 12,5% dan KBM pada konsentrasi 13,75%.

Isolat jamur Candida albicans yang digunakan disediakan oleh Laboratorium Mikrobiologi FKUB. Masing masing isolat jamur di streaking ulang di Sabouraud Dextrose Agar (SDA) kemudian diidentifikasi dengan pewarnaan Gram. Pada media Sabouaud Dextrose Agar (SDA), semua isolat jamur Candida albicans akan menghasilkan koloni yang berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, teksturnya halus, licin dan kadang sedikit terlipat lipat terutama pada koloni yang sudah tua. Ukuran koloni sangat dipengaruhi oleh umur biakan. Koloni berwarna putih kekuningan dan berbau asam seperti tape.

Ekstrak tanaman tapak liman dibuat dengan cara mengekstrak tanaman tapak liman dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% sebagai penyarinya. Serbuk tanaman tapak liman didapat dari Materia Medika Batu, sedangkan proses pengekstrakan dilakukan di Laboratorium Kimia Politeknik Negeri Malang.

Analisis fitokimia ekstrak ethanol pada tanaman tapak liman (Elephantophus scaber L) menunjukkan banyak kandungan metabolit sekunder antara lain beberapa terpenoid, alkaloid, dan flavonoid6. Terpenoid, termasuk triterpenoid dan steroid merupakan senyawa bioaktif yang memiliki fungsi sebagai antijamur. Senyawa senyawa ini dapat menghambat pertumbuhan jamur, baik melalui membran sitoplasma maupun mengganggu pertumbuhan dan perkembangan spora jamur. Mekanisme

penghambatan oleh senyawa terpenoid masih belum diketahui dengan jelas7. Namun dengan adanya sifat hidrofobik atau lipofilik pada senyawa terpenoid kemungkinan menyebabkan kerusakan sitoplasmik membran, koagulasi sel, dan terjadinya gangguan proton pada sel jamur8. Alkaloid merupakan suatu senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen. bahwa alkaloid memiliki sifat basa pH > 7 dan pahit. Sifat basa ini kemungkinan akan menekan pertumbuhan jamur C. albicans, karena jamur tersebut tumbuh pada pH 4,5 – 6,59. Flavonoid, tanin dan saponin merupakan senyawa yang mempunyai efek farmakologi sebagai antijamur. Dimana flavonoid dengan kemampuannya membentuk kompleks dengan protein dan merusak membran sel dengan cara mendenaturasi ikatan protein pada membran sel, sehingga membran sel menjadi lisis dan senyawa tersebut menembus kedalan inti sel menyebabkan jamur tidak berkembang10.

Penelitian eksplorasi dilakukan terlebih dahulu sebelum menentukan konsentrasi perlakuan. Pada penelitian kali ini dilakukan 3 kali penelitian pendahuluan untuk mengetahui efek dan rentang dosis yang tepat dari ekstrak tanaman tapak liman yang dapat menghambat bahkan membunuh jamur Candida albicans. Penelitian eksplorasi pertama dilakukan dengan menggunakan rentang dosis konsentrasi akhir ekstrak 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,56%, 0,78%, yang kemudian dilakukan streaking pada media SDA dan diinkubasikan selama kurang lebih 18 – 24 jam. Dari penelitian tersebut didapatkan pada dosis 25% pertumbuhan terhambat. Pada konsentrasi ekstrak 6,25%, dan 3,125% didapatkan pertumbuhan koloni jamur Candida albicans terhambat, dan pada konsentrasi 1,56%,dan 0,78% tidak didapatkan hambatan pada pertumbuhan koloni jamur Candida albicans yang signifikan. Kemudian dilakukan penelitian eksplorasi kedua untuk mencari rentang dosis yang sesuai dengan menggunakan ekstrak tanaman tapak liman (Elephantophus Scaber Linn) yang baru. Pada penelitian eksplorasi yang kedua ini

Page 5: Majalah Agustian Firmansyah

Jurnal  Penelitian    

5    

mengggunakan rentang dosis konsentrasi akhir ekstrak 32,5%, 30%, 27,5%, 25%, 22,5%, 20% yang kemudian dilakukan streaking pada media SDA dan diinkubasikan selama kurang lebih 18 – 24 jam. Dari penelitian ini didapatkan pada dosis 20% - 32,5% tidak didapati pertumbuhan jamur Candida albicans. Hal ini bisa disebabkan oleh karena ekstrak tanaman tapak liman yang baru lebih kuat dibandingkan dengan ekstrak tanaman tapak liman yang sebelumnya, sehingga pada penelitian eksplorasi selanjutnya rentang dosis yang digunakan lebih rendah dari rentang dosis yang sudah digunakan pada penelititan eksplorasi kedua. Pada penelitian eksplorasi ketiga digunakan rentang dosis ekstrak tanaman tapak liman sebesar 15%, 12,5%, 10%, 7,5%, 5%, 2,5% yang kemudian dilakukan streaking pada media SDA dan diinkubasikan selama kurang lebih 18 – 24 jam. Pada dosis 2,5 – 7,5% didapatkan hambatan pertumbuhan pada jamur Candida albicans yang semakin besar seiring dengan kenaikan konsentrasi. Pada konsentrasi 12,5% didapatkan hambatan yang signifikan hingga jumlah koloni sangat sedikit. Dan pada konsentrasi 15% tidak didapatkan pertumbuhan koloni jamur Candida albicans. Dari penelitian eksplorasi dapat diketahui konsentrasi yang tidak didapatkan pertumbuhan jamur. Berdasarkan hasil penelitian eksplorasi didapatkan bahwa jamur Candida albicans tidak tumbuh pada konsentrasi 15%. Dari konsentrasi ini ditentukan angka yang tepat pada penelitian. Konsentrasi ekstrak yang digunakan pada penelitian ini adalah 13,75%, 12,5%, 11,25%, 10% dan 8,25%. Konsentrasi konsentrasi ini digunakan dalam penelitian karena hasil penelitian eksplorasi didapatkan bahwa jamur tidak lagi tumbuh pada konsentrasi akhir larutan 13,75%, sementara rentang konsentrasi kecil digunakan untuk menentukan KBM (Kadar Bunuh Minimal) yang lebih tepat.

KHM diperoleh dengan cara mengamati tingkat kekeruhan pada tabung dilusi. Pada penelitian kali ini KHM diperoleh pada konsentrasi ekstrak 12,5% setelah diinkubasi selama 18 – 24 jam terlihat dari sedikitnya kekeruhan pada tabung dengan konsentrasi 12,5%

dibandingkan dengan tabung lainnya. Sedangkan KBM diperoleh dengan mengamati banyaknya jumlah koloni jamur yang telah diinokulasikan pada media SDA. Pada penelitian ini KBM didapatkan pada konsentrasi ekstrak 13,75% karena tidak didapati koloni yang tumbuh. Dengan didapatkannya KBM berarti dapat diketahui bahwa ekstrak tanaman tapak liman memiliki sifat antifungi terhadap jamur Candida albicans.

Efek antifungi ekstrak tanaman tapak liman terhadap jamur Candida albicans diduga disebabkan oleh senyawa senyawa aktif yang memiliiki daya antifungi seperti terpenoid, alkaloid, dan flavonoid. Pada penelitian lain ekstrak tanaman tapak liman (Elephantophus scaber Linn) diduga memiliki efek antifungi terhadap jamur Candida albican tetapi belum didapatkan kejelasan pada dosis berapa pertumbuhan dari jamur tersebut terhambat11.

Selain memiliki efek antifungi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya juga mengungkapkan bahwa ekstrak tanaman tapak liman mengandung senyawa yang memiliki efek antibakteri terhadap MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus aureus). Pada penelitian tersebut digunakan rentang konsentrasi 4%, 3,5%, 3%, 2,5%, dan 2%. Efek antibakteri tanaman tapak liman terhadap MRSA diduga disebabkan oleh senyawa senyawa aktif yang memiliki daya antibakteri seperti lupeol, alkaloid, dan chalcone. Tetapi pada penelitian efek antibakteri tanaman tapak liman terhadap MRSA kadar hambat minimal KHM tidak didapatkan karena keterbatasan dalam pengamatan uji tabung dilusi12.

Dari uji normalitas penelitian kali ini didapatkan nilai signifikansi kurang dari 0,05 yang berarti data tidak terdistribusi normal, sehingga perlu dilakukan transformasi pada data tersebut. Nilai signifikansi setelah transformasi telah lebih dari 0,05 (pada penelitian ini 0,633) yang berarti data telah terdistribusi normal. Selain itu diperlukan uji homogenitas varian data sebelum memasuki uji One-Way ANOVA, berdasakan hasil uji homogenitas signifikansi setelah transformasi telah

Page 6: Majalah Agustian Firmansyah

Jurnal  Penelitian    

6    

lebih dari 0,05 (pada penelitian ini 0,431). Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa data telah homogen. Setelah diketahui bahwa data terdistribusi normal dan varian data telah homogen maka selanjutnya dapat dilakukan uji statistik One-Way ANOVA.

One-Way ANOVA merupakan pengujian untuk mengetahui perbedaan nyata antar konsentrasi ekstrak tanaman tapak liman terhadap rata rata pertumbuhan lima macam koloni jamur Candida albicans. Dari hasil uji One-Way ANOVA didapatkan angka signifikansi kurang dari 0,05 (pada penelitian ini 0,000). Hal ini berarti efek perubahan konsentrasi ekstrak terhadap jumlah koloni rata rata empat isolat jamur Candida albicans adalah berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Dari hasil uji Post Hoc pada penelititan kali ini dapat diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan di setiap pasangan kelompok sampel yang ditunjukkan dengan angka signifikansi kurang dari 0,05.

Pada penelitian kali ini didapatkan nilai uji korelasi spearman konsentrasi dibandingkan dengan jumlah koloni adalah 1 banding -0,989 yang berarti didapatkan korelasi yang kuat dengan semakin tingginya konsentrasi maka pertumbuhan koloni semakin rendah. Dari penjabaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak tanaman tapak liman terbukti efektif bersifat antifungi yang dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh Candida albicans. Sehingga hal ini membuktikan bahwa hipotesis yang disusun sebelumnya adalah benar. KESIMPULAN • Ekstrak tanaman tapak liman

(Elephantophus scaber Linn) efektif sebagai antifungi terhadap Candida albicans dan dapat menghambat serta membunuh Candida albicans secara in vitro yang dibuktikan dengan semakin tinggi konsentrasi ekstrak tanaman tapak liman (Elephantophus scaber Linn), maka semakin rendah pertumbuhan jamur Candida albicans.

 

• Kadar Hambat Minimal (KHM) diperoleh pada konsentrasi 12,5%.

• Kadar Bunuh Minimal (KBM) ekstrak tanaman tapak liman terhadap jamur candida albicans adalah pada konsentrasi ekstrak 13,75%.

SARAN • Diperlukan penelitian lebih lanjut

menggunakan isolat yang bermacam-macam dan ekstrak baru pada setiap percobaan.

• Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui presentase masing masing bahan aktif yang terkandung dalam ekstrak tanaman tapak liman (Elephantophus scaber Linn).

DAFTAR PUSTAKA 1. Mustofa E, & Handono, Kusworini.

2012, Pengaruh Stres terhadap Pertumbuhan Candida albicans, UB Press, Malang.

2. Windari D, 2010. Bahaya Candida albicans (online). http:// dewiwindari.wordpress.com/. Diakses tanggal 20 November 2012.

3. Ika, 2010. Isolasi Senyawa Berkhasiat Obat dari Tumbuhan. (online) http:// alamlearning.blogspot.com/2010/06/isolasi-senyawa-berkhasiat-obat-dari.html?q=isolasisenyawaberkhasiatobat. Diakses tanggal 20 Desember 2012.

4. Avani KSN. 2005. A study of the antimicrobial activity of Elephantopus scaber. p: 126-127. B.V. Patel Pharmaceutical Education & Research Development Centre, Thaltej, Ahmedabad-380 054, India.

5. Dzen SM, Roekistiningsih, Santoso S, Winarsih S. 2003. Bakteriologi Medik, Malang. Banyumedia Publishing.

6. Ho WY, Ky H, Yeap SK, Rahim RA, Omar AR, Ho CL, Alitheen NB. Traditional Practice, Bioactivities and Commercialization Potential of Elephantopus Scaber Linn. Journal of Medicinal Research Plants, 2009, 3(13) P : 1212 – 1221.

7. Natta, L., Orapin., Krittika dan Pantip. 2008. Essensial Oil from Zingiberaceae for Anti FoodBorne Bacteria.

Page 7: Majalah Agustian Firmansyah

Jurnal  Penelitian    

7    

International Food Research Journal. 15, (3), 337-346.

8. Lutfiyanti R, Ma’ruf WF, Dewi EN. 2012. AKTIVITAS ANTI JAMUR SENYAWA BIOAKTIF EKSTRAK Gelidium latifolium TERHADAP Candida albicans. Tugas akhir, Tidak diterbitkan, Fakultas Perikanan Universitas Diponegoro, Semarang.

9. Tominaga K, Higuchi K, Hamasaki N, Hamaguchi M, Takashima T, Tanigawa, In Vivo Action of Novel Alkyl Methyl Quinolone Alkaloids Against Helicobacter Pylori. Journal of Antimicrobial Chemotherapy, 2002. 50; 1-6.

10.Sulistyawati, D. dan Mulyati, S. 2009. Uji Aktivitas Antijamur Infusa Daun Jambu Mete ( Anacardium occidentale, L.) Terhadap Candida albicans. Biomedika.2(1)

11.Singh A. 2009. Phytochemical Investigation and Invitro Immunomodulatory Activity of Whole Plant of Elephantopus Scaber Linn. (online) .http://182.48.228.18:8080/jspui/handle/123456789/1057. Diakses tanggal 2 November 2013

12.Kurcik, B., Trajkovska. 2009. Acinetobacter spp.– A Serious Enemy Threatening Hospitals Worldwide. Macedonian Journal of Medical Sciences, 2(2): 157-162. Widya DT, 2007. Efek Ekstrak Daun Tapak Liman Sebagai Antibakter Terhadap Methicillin-resistant Staphylococcus aureus MRSA Secara In Vitro. Tugas akhir, Tidak diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.

Menyetujui, Pembimbing I

dr. Roekistiningsih, DMM, MS, SpMK NIP. 19490206 197803 2 001

Page 8: Majalah Agustian Firmansyah

Jurnal  Penelitian    

8    

LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Uji Dilusi Tabung

(A) Konsentrasi 8,25% (B) Konsentrasi 10% (C) Konsentrasi 11,25% (D) Konsentrasi 12,5% (E)Konsentrasi 13,75%

B  A   C   D   E  

Page 9: Majalah Agustian Firmansyah

Jurnal  Penelitian    

9    

Lampiran 2 Pertumbuhan Jamur Candida albicans Pada Media SDA

(A) Konsentrasi 8,25% (B) Konsentrasi 10%

(C) Konsentrasi 11,25% (D)Konsentrasi 12,5%

(E)Konsentrasi 13,75% (F) Konsentrasi 15%

(G)Kontrol Jamur (H) Kontrol Bahan

Page 10: Majalah Agustian Firmansyah

Jurnal  Penelitian    

10    

Lampiran 3 Hasil Perhitungan Jumlah Koloni Tiap Plate pada Media NAP dengan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis

Konsentrasi Jumlah Koloni (CFU/Plate) Jumlah Rerata Standar Deviasi

I II III IV 13,75% 0 0 0 0 0 0 0

12,5% 4 6 4 5 19 4,75 0,95

11,25% 12 15 17 19 63 15,75 2,98

10% 124 136 146 97 503 125,75 21,2

8,25 % 295 306 288 257 1146 286,5 21

0% 943 876 824 1034 3677 919,25 90.7