Sistem pembelajaran tahfidz dian firmansyah-

118
SISTEM PEMBELAJARAN TAHFIDZ AL -QUR’AN HUBUNGANNYA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( Penelitian di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah Kabupaten Bandung ) Oleh Dian Firmansyah NRMK: 48342.2010 NIM: 10.AI.2.0178 SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Yamisa Soreang Bandung SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) YAMISA SOREANG BANDUNG 2014 M / 1435 H

Transcript of Sistem pembelajaran tahfidz dian firmansyah-

SISTEM PEMBELAJARAN TAHFIDZ

AL -QUR’AN HUBUNGANNYA DALAM UPAYA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA

PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM ( Penelitian di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah Kabupaten Bandung )

Oleh

Dian Firmansyah

NRMK: 48342.2010

NIM: 10.AI.2.0178

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Yamisa Soreang Bandung

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

(STAI) YAMISA SOREANG

BANDUNG

2014 M / 1435 H

PENGESAHAN

Skripsi berjudul: Sistem Pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an

Hubungannya Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, telah dipertanggung jawabkan

dalam Sidang Munaqosyah STAI Yamisa, tanggal 12 Juli 2014, dan telah

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

Bandung, 12 Juli 2014

Sidang Munaqosyah

Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota,

Drs. H. Yayan Hasuna Hudaya Drs. H. Mamat Saeful Qodir, M.Si

Anggota:

Penguji I, Penguji 2,

( ) ( )

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dian Firmansyah

NIM : 10.AI.2.0178

Jurusan : PAI

Fakultas : Tarbiyyah STAI Yamisa Soreang-Bandung

Menyatakan dengan sesungguhnya skripsi saya ini adalah asli hasil karya atau

penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari hasil karya orang lain kecuali pada

bagian-bagian yang dirujuk dari sumbernya.

Soreang,Juli 2013

Yang menyatakan

Dian Firmansyah

NIM: 10.AI.2.0178

ABSTRAK

DIAN FIRMANSYAH. Sistem Pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an

Hubungannya Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian Di Sdit Fithrah Insani 2 Baleendah

Kabupaten Bandung)

Skripsi. Soreang: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah STAI

Yamisa Soreang, 2014.

Latar belakang penelitian ini adalah bahwa dalam pendidikan secara

operasional menjadi tugas dan kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga dan

memelihara Al-Qur‟an, salah satunya ialah dengan menghafalkannya. Namun

keadaan di zaman modern sekarang ini, masih sedikit orang Islam yang mau

menghafalkan Al-Qur‟an. Untuk menarik minat mereka ialah perlu adanya metode

pembelajaran yang memudahkan dan sistematis. Oleh karena itu diperlukan metode

pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang sistematis untuk menunjang keberhasilan

mereka dalam menghafal Al-Qur‟an. Ada beberapa metode yang digunakan untuk

pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang.

Yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah metode apa yang

digunakan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2

Manggahang, bagaimana keberhasilan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang

dicapai oleh siswa SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang, serta faktor apa saja yang

mendukung dan menghambat pelaksanaan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an

di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang Penelitian ini bertujuan untuk

mendiskripsikan secara kritis tentang metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an bagi

siswa-siswi kelas V di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang, dan menggambarkan

prestasi yang dicapai oleh siswa-siswi serta faktor apa saja yang dapat menjadi

pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan metode pembelajaran Tahfidzul

Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat dipergunakan untuk menyempurnakan penerapan sistem pembelajaran

Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang. Penelitian ini merupakan

penelitian kualitatif dengan mengambil latar SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang.

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan (observasi),

wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan

memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan dan dari makna itulah

ditarik kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem

pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang diterapkan di SDIT Fithrah Insani 2

Manggahang yaitu : (1)metode yang diterapkan adalah metode talaqi, takrir, setor,

dan metode tes hafalan. (2) prestasi yang dicapai peserta didik berbeda-beda,

sebagian besar telah mencapai target. (3) pengaruh tahfidz terhadap kemampuan

belajar siswa sangatlah signifikan. Adapun faktor-faktor yang menjadi pendukung

pelaksanaan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an terdiri dari faktor usia santri,

faktor kecerdasan, faktor tujuan dan minat, faktor lingkungan. Sedangkan faktor

yang menghambat metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2

Manggahang ialah terletak dalam diri siswa secara psikis yaitu malas-malasan,

inginnya selalu bermain dan adanya tingkat kecerdasan yang kurang dari beberapa

siswa. Serta pengaruhnya pada kecerdasan sangat penting khususnya pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam. Diharapkan penelitian ini menjadi rujukan bagi

lembaga-lembaga pendidikan formal dalam menerapkan pembelajaran Tahfidzul

Qur‟an secara permanen dan sistematis.

Kata Kunci : Sistem Pembelajaran, Tahfidzul Qur‟an, Kemampuan siswa,

Pendidikan Agama Islam.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan

rahmat dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada

Nabi Muhammad saw yang telah menuntun manusia menuju jalan kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat.

Penulisan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang sistem pembelajaran

Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang, Baleendah. Penulis

menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan,

bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih

kepada:

1. Dekan Fakultas Tarbiyah STAI Yamisa Soreang

2. Bapak Drs. H. Yayan Hasuna Hudaya, M.M.Pd. selaku Ketua STAI Yamisa

3. Ketua dan Sektretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah

STAI Yamisa Soreang.

4. Bapak Drs. H.M. Fadil Syamsuddin, M.Si., selaku Pembimbing 1.

5. Ibu Dra. Hj. Aisyah Hudaya, S.Ag., M.Si, selaku Pembimbing 2

6. Bapak Drs. H. M. Aep Tata Surya, SHI. M.M. selaku Dosen wali

7. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Tarbiyah STAI Yamisa Soreang.

8. Bapak Kepala Sekolah beserta para Bapak dan Ibu Guru SDIT Fithrah

Insani 2 Manggahang, Baleendah.

9. Bapak dan Ibuku tercinta beserta semua keluarga terima kasih atas segala

kasih sayang, kepercayaan, dukungan dan do‟a yang tak henti-hentinya

mengalir di setiap waktu dalam sujud pada Ilahi Rabbi.

10. Istriku yang sholihah dan sabar, semoga keluarga kita tetap menjadi

keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, terima kasih atas segala

perhatian dan kasih sayangmu, serta anakku Nashifah yang selalu menjadi

inspirasiku, Abi sayang Shifa.

11. Sahabat-sahabatku sejurusan (PAI) yang telah memberikan banyak inspirasi,

sukses selalu untuk semuanya.

12. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penulisan skripsi ini yang tidak

mungkin disebutkan satu persatu. Semoga amal baik yang telah diberikan

dapat diterima di sisi Allah swt, dan mendapat limpahan rahmat dari-Nya,

amin.

Soreang, 06 Juli 2014

Penulis

Dian Firmansyah

NIM. 10.AI.2.0178

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... iii

ABSTRAK ........................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 8

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 9

1.4 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 10

1.5 Metode Penelitian ....................................................................................... 27

BAB II LANDASAN TEORITIS ................................................................... 32

2.1 Sistem Pembelajaran ................................................................................... 32

2.2 Pengertian Menghafal Al-Qur‟an ................................................................ 41

2.3 Tujuan Menghafal Qur‟an ........................................................................... 42

2.4 Syarat-syarat Menghafal Al-Qur‟an ............................................................ 43

2.5 Keutamaan Menghafal Al-Qur‟an ............................................................... 45

2.6 Ancaman Melupakan Al-Qur‟an ................................................................. 50

2.7 Metode Menghafal Al-Qur‟an ..................................................................... 53

2.8 Definisi Kemampuan ................................................................................... 56

2.9 Bidang Studi Pendidikan Agama Islam ....................................................... 57

2.9.1 Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................................ 57

2.9.2 Tujuan Pendidikan Agama Islam ...................................................... 58

2.9.3 Ruang Lingkup pendidikan Agama Islam ......................................... 60

2.9.4 Tolak Ukur Prestasi Belajar .............................................................. 62

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 64

3.1 Sejarah Berdiri dan Proses Perkembangannya ........................................... 64

3.2 Letak Geografis dan Lingkungan ............................................................... 67

3.3 Dasar dan Tujuan Pendidikannya ............................................................... 68

3.4 Keadaan Siswa, Guru, dan Karyawan ........................................................ 73

3.5 Keadaan Sarana dan Prasarana ................................................................... 76

3.6 Administrasi Sekolah ................................................................................. 79

3.7 Prestasi yang telah dicapai ......................................................................... 85

3.8 Deskripsi dan Analisis Data ....................................................................... 86

3.9 Faktor Pendukung dan Penghambat Tahfidzul Qur‟an .............................. 95

BAB IV KESIMPULAN ............................................................................... 102

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 102

3.2 Saran-saran ............................................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rekapitulasi Peserta Didik setiap tahun pelajaran ........................ 74

Tabel 3.2 Jumlah Rombel ............................................................................. 74

Tabel 3.3 Jumlah Lulusan dan Peserta didik ................................................ 75

Tabel 3.4 Hasil Tahfidz yang Dicapai Siswa-siswi ...................................... 89

Tabel 3.5 Nilai Perkembangan PAI .............................................................. 93

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Agama Islam, pendidikan di ambil dari Al-Qur‟an dan Hadits dimana Al-

Qur‟an merupakan kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW untuk

menjadi petunjuk, pelajaran serta pedoman hidup bagi umat Islam. Dan

sesungguhnya hanya orang-orang yang mau membaca, mempelajari dan

menghayati serta mengambil pelajaran dari ayat-ayat Al-Qur‟an sehingga akan

menjadi petunjuk dan pedoman hidupnya. Al-Qur‟an diturunkan oleh Allah SWT

ditengah-tengah bangsa Arab yang pada waktu itu kebanyakan ialah masyarakat

yang masih buta huruf. Meskipun begitu, mereka mempunyai satu keistimewaan

yaitu ingatan yang sangat kuat. Melihat kenyataan seperti itu maka disarankan suatu

cara yang selaras dengan keadaan itu dalam menyiarkan dan memelihara Al-Qur‟an.

Al-Qur‟an sumber utama ajaran Islam. Al-Qur‟an adalah kitab suci yang

diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan pada umat

manusia sebagai rahmat yang tiada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya

terkumpul wahyu Illahi yang menjadi petunjuk, pegangan dan pedoman hidup

manusia dalam mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup, baik di dunia

maupun di akhirat. Al-Qur‟an sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, di kala

senang maupun susah, di kala gembira maupun sedih. Bahkan membaca Al-Qur‟an

tidak hanya menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi

orang yang gelisah jiwanya.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Mas‟ud ketika diminta nasehat oleh

seseorang tentang kegelisahan hatinya, beliau berkata: ”kalau penyakit itu yang

menimpamu maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu:

1. Ketempat orang membaca Al-Qur‟an, engkau baca Al-Qur‟an atau engkau

dengar baik-baik orang yang membacanya.

2. Pergi ke tempat majelis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah.

3. Atau engkau cari waktu dan tempat yang sunyi, disana engkau berkhalwat

menyembah Allah, umpama diwaktu tengah malam buta, disaat orang tidur

nyenyak, engkau bangun mengerjakan sholat malam meminta dan memohon

kepada Allah ketenangan jiwa, ketentraman jiwa dan kemurnian hati.

Dengan demikian tidak ada suatu kebahagiaan dihati seorang mukmin,

melainkan bila membaca Al-Qur‟an, tapi selain bisa membaca, mendalami arti dan

maksud yang terkandung di dalamnya yang terpenting adalah menghafalnya.

Karena menghafal Al-Qur‟an merupakan suatu pekerjaan dan tugas yang mulia

disisi Allah Swt, dalam memelihara kemurnian Al-Qur‟an itu sendiri, Rasulullah

SAW bersabda:

ه عوار قان ىه عت ي ى كر خ

“sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur‟an dan

mengajarkannya” (HR. Bukhari).

Hadits diatas terlihat keutamaan orang membaca Al-Qur‟an dan

mengamalkannya sangat besar. Selain dibaca, Al-Qur‟an perlu untuk dihafalkan,

karena dengan menghafal Al-Qur‟an, akan dapat menjaga keaslian dan kemurnian

Al-Qur‟an itu sendiri. Menghafal Al-Qur‟an merupakan kebutuhan umat Islam

sepanjang zaman. Sebuah masyarakat tanpa hufadz (penghafal) Al-Qur‟an akan

sepi dari suasana Al-Qur‟an yang mulia. Oleh karena itu pada zaman Rasulullah

SAW mereka yang menghafal Al-Qur‟an akan mendapat kedudukan yang khusus.

Tanpa menghafal Al-Qur‟an dan mengamalkannya, manusia tidak akan meraih

kembali Izzahnya.

Al-Qur‟an diturunkan dengan hafalan bukan dengan tulisan, maka setiap

ada wahyu yang turun, nabi menyuruh menulisnya dan menghafalkannya. Nabi

menganjurkan supaya Al-Qur‟an itu dihafalkan, selalu dibaca dan diwajibkan

membaca dalam sholat, sehingga dengan demikian Al-Qur‟an terpelihara

keasliannya dan kesuciannya. Sebagaimana firman Allah:

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur‟an dan sesungguhnya

Kamilah yang benar-benar memeliharanya” (Q.S Al Hijr: 9).

Menghafal Al-Qur‟an bukanlah pekerjaan yang gampang, akan tetapi bukan

pula suatu hal yang tidak mungkin, walaupun demikian telah banyak orang yang

hafal Al-Qur‟an di luar kepala. Hal ini terbukti sudah ada sejak zaman Rasulullah

SAW sampai sekarang. Al-Qur‟an yang terdiri dari 30 juz, 6666 ayat dan 114 surat

tidak mudah dihafal begitu saja sekalipun oleh orang jenius, karena itu diperlukan

adanya metode yang efektif untuk menghafalkannya. Dalam buku pedoman

pembinaan Tahfidzul Qur‟an yang disusun salah satu penerbit, disebutkan dua

metode dalam menghafal Al-Qur‟an yaitu tahfidz dan takrir, sedang di buku lain

dikatakan juga dua metode dalam menghafal Al Quran yang satu dengan yang lain

tidak dapat dipisahkan yaitu tahfidz dan takrir. Di Indonesia telah tumbuh subur

lembaga-lembaga pendidikan Islam (pondok pesantren) yang mendidik para

santrinya untuk menjadi hafidz dan hafidzah yang dikelola secara khusus menghafal

Al-Qur‟an. Salah satu lembaga pendidikan di wilayah Bandung yang memberikan

kesempatan untuk belajar menghafal Al-Qur‟an yaitu Sekolah Islam Terpadu

Fithrah Insani 2.

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks dan unik, artinya setiap

orang mempunyai cara atau tipe yang berbeda dengan orang lain, cara dan tipe itu

mengarah pada tercapainya tujuan yang dikehendaki yaitu kemampuan akademik.

Kemampuan akademik masing-masing individu tidaklah sama, hal ini disebabkan

bahwa kemampuan akademik itu dipengaruhi banyak faktor. Baik faktor intern

maupun ekstern. Seluruh aktifitas belajar siswa adalah untuk memperoleh prestasi

yang baik. Oleh karena itu setiap siswa berlomba-lomba untuk mencapai prestasi

yang baik dengan suatu usaha yang dilakukan seoptimal mungkin. Mengenai

berlomba-lomba untuk mencapai prestasi yang baik ini sesuai dengan ajaran Islam

yang mengajarkan agar umat Islam berlomba-lomba dalam kebaikan. Hal ini

dituangkan dalam Al-Qur‟an surat Al Baqarah ayat 148:

... ......

“Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan” (Q.S Al Baqarah: 148).

Pendidikan secara operasional menjadi tugas dan kewajiban umat Islam

untuk selalu menjaga dan memelihara Al-Qur‟an, salah satunya ialah dengan

menghafalkannya. Namun keadaan di zaman modern sekarang ini, masih sedikit

orang Islam yang mau menghafalkan Al-Qur‟an. Untuk menarik minat mereka

ialah perlu adanya sistem pembelajaran yang memudahkan dan sistematis. Oleh

karena itu diperlukan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang sistematis untuk

menunjang keberhasilan mereka dalam menghafal Al-Qur‟an. Yang menjadi

permasalahan penelitian ini adalah bagaimana sistem yang diterapkan dalam

pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah, bagaimana

hubungannya dengan Pendidikan Agama Islam, bagaimana keberhasilan metode

pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang dicapai oleh siswa SDIT Fithrah Insani 2

Baleendah, serta faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan

metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara kritis tentang metode

pembelajaran Tahfidzul Qur‟an bagi siswa-siswi di SDIT Fithrah Insani 2

Baleendah, dan menggambarkan prestasi yang dicapai oleh siswa-siswi serta faktor

apa saja yang dapat menjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan

pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk menyempurnakan penerapan

pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah.

Al-Qur‟an sebagai kitab suci umat Islam dari masa ke masa pertama kali

diturunkan sampai sekarang terjaga keaslian dan kemurniannya walaupun dalam

sejarah banyak golongan yang ingin menghancurkannya. Secara operasional

menjadi tugas dan kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga dan memeliharanya,

salah satunya ialah dengan menghafalkannya. Namun keadaan di zaman modern

sekarang ini, masih sedikit orang Islam yang mau menghafalkan Al-Qur‟an. Untuk

menarik minat mereka ialah perlu adanya sistem pembelajaran Al-Qur‟an sejak dini

di sebuah lembaga pendidikan formal seperti halnya Sekolah Dasar Islam Terpadu

(SDIT), namun alangkah baiknya jika sistem tersebut diterapkan oleh banyak

sekolah-sekolah. Kenapa pembelajaran tahfidz Al-Qur‟an ini dibutuhkan?. Dewasa

ini penulis merasa risih melihat generasi-generasi muda yang sangat jauh dari Al-

Qur‟an, jangankan menghafalnya, membacanya saja sangat jarang, bahkan tidak

bisa satu huruf-pun untuk membacanya. Maka dari itu sisitem pembelajaran

Tahfidzul Qur‟an ini bisa dipandang sebagai salah satu upaya pendidikan Al-

Qur‟an guna memberantas semua itu.

Berdasarkan uraian di atas penulis berusaha untuk mencoba meneliti sejauh

mana pelaksanaan progam menghafal Al-Qur‟an berpengaruh terhadap kemampuan

akademik siswa. Padahal asumsi yang dijadikan dasar dalam penelitian untuk

mengetahui pengaruh pelaksanaan menghafal Al-Qur‟an terhadap kemampuan

akademik siswa SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah, khususnya pada mata pelajaran

PAI (Pendidikan Agama Islam).

Menghafal Al-Qur‟an ialah suatu amal ibadah, akan mengalami banyak

hambatan dan rintangan, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, apalagi di

zaman sekarang di mana arus modernisasi dan globalisasi tidak dapat dihindarkan.

Hal ini membawa dampak psikologis bagi manusia. Oleh karena itu diperlukan

sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang sistematis untuk menunjang

keberhasilan mereka dalam menghafal Al-Qur‟an.

Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Fithrah Insani 2 merupakan lembaga

pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun

berdasarkan kurikulum nasional yang diperkaya dengan kurikulum Islami secara

terpadu. SDIT Fithrah Insani 2 hadir dengan konsep Sekolah Karakter.

Pembelajaran dilakukan sedemikian rupa agar anak belajar dengan suasana ceria

dan tidak membosankan.

Berbagai program unggulan ditawarkan di sekolah ini, seperti Tahfidzul

Qur‟an, Bilingual, Jurnalistik, program IPTEK dan komputer. Siswa juga dilatih

terampil dan berjiwa enterpreneurship melalui pelatihan life skill. Sekolah yang

menerapkan sistem Full Day School ini bercita-cita mewujudkan generasi yang

cakap, cendekia dan berakhlaq mulia. Caranya antara lain dengan menanamkan

nilai-nilai agama sejak dini, membiasakan anak berperilaku Islami dalam kehidupan

sehari-hari. Dengan Happy Learning-nya, SDIT Fithrah Insani 2 diharapkan dapat

menciptakan suasana belajar yang kondusif dan mengasyikkan bagi para siswanya.

SDIT Fithrah Insani 2 sangat memperhatikan dalam hal perkembangan anak

didiknya. Meskipun sekolah ini belum lama berdiri namun sekolah ini bisa

dikatakan sebagai dasar yang bagus dan baik. Kemudian peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an, di mana

Tahfidzul Qur‟an menjadi salah satu program unggulan SDIT Fithrah Insani 2

Baleendah dengan istilah TTQ (Tilawah Tahfidzul Quran), namun yang akan

penulis bahas dipenelitian ini ialah mengenai tahfidz-nya. Pembelajaran yang

dilakukan di SDIT Fithrah Insani 2 sangat menarik, tidak monoton dan hampir

semua mata pelajaran dilaksanakan dengan senyaman mungkin agar anak-anak

belajar lebih giat lagi dan menyenangkan bagi mereka. Dalam pelaksanaan

pembelajaran Tahfidzul Qur‟an guru tidak hanya membawa anak-anak di dalam

kelas namun juga dilakukan di luar kelas seperti di bawah pohon, masjid, bahkan di

lapangan depan halaman sekolah. Karena belum terlalu lama berdiri di mana mata

pelajaran Tahfidzul Qur‟an merupakan program unggulan dan pelaksanaan

pembelajaran Tahfidzul Qur‟an sebagai salah satu upaya untuk menjaga Al-Qur‟an,

maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian di SDIT Fithrah Insani 2.

Melihat dari latar belakang masalah di atas, maka perlu adanya penelitian

tentang sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an, serta pengaruhnya terhadap

Pendidikan Agama Islam di SDIT Fithrah Insani 2, karena sekolah tersebut

mempunyai sebuah perbedaan yang menonjol dalam kegiatan belajar-mengajar

dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang lain, terutama dalam proses

pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di mana sekolah ini termasuk sekolah yang belum

lama berdiri yaitu sekitar lima tahun yang lalu. Maka dari itu, peneliti mencoba

memberikan penelitian ini dengan judul Sistem Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an

Hubungannya dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa pada Mata

Pelajaran PAI (Penelitian di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah Kabupaten

Bandung).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka

yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana sistem

pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an hubungannya dalam upaya meningkatkan

kemampuan siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Agar penulisan penelitian ini tidak menyimpang dari pokok masalah

tersebut, penulis batasi masalah dalam beberapa hal yaitu:

1. Bagaimana sistem pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an yang diterapkan SDIT

Fithrah Insani 2 ?

2. Bagaimana pengaruh Tahfidzul Qur‟an terhadap kecerdasan anak ?

3. Bagaimana hubungan antara Tahfidzul Qur‟an dengan kemampuan

akademik siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ?

4. Bagaimana keberhasilan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang

dicapai oleh siswa SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah ?

5. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan

pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 ?

Dengan batasan masalah ini diharapkan lebih fokus dalam melakukan

penelitian dan memperjelas kajian untuk hasil yang benar-benar

dipertanggungjawabkan keabsahannya.

1.3 Tujuan Penelitian

Dari Rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui sistem yang digunakan dalam pembelajaran Tahfidzul

Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah.

b. Untuk mengetahui pentingnya pengaruh Tahfidzul Qur‟an terhadap

kecerdasan anak

c. Untuk mengetahui hubungan antara Tahfidzul Qur‟an dengan kemampuan

akademik siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

d. Untuk mengetahui keberhasilan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di

SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah.

e. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam

pelaksanaan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2

Baleendah.

1.4 Kerangka Berpikir

Al-Qur‟an bukanlah merupakan sebuah buku dalam pengertian umum,

karena ia tidak pernah diformulasikan, tetapi diwahyukan secara berangsur-angsur

kepada Nabi Muhammad SAW sesuai situasi yang menuntutnya, seperti yang

diyakini sampai sekarang, pewahyuan Al-Qur‟an secara total dan secara sekaligus

itu tidak mungkin karena Al-Qur‟an diturunkan sebagai petunjuk bagi kaum

muslimin secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada.

Al-Qur‟an merupakan sumber ajaran Islam, di dalamnya mengandung

berbagai petunjuk manusia yang disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain

melalui bentuk kisah (cerita). Semua kandungan Al-Qur‟an merupakan petunjuk

untuk dijadikan pedoman manusia dalam menjalankan kehidupannya agar

mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (Rosihon Anwar, 2000:25).

Sebagai sumber utama yang tidak akan pernah surut, Al-Qur‟an banyak

menawarkan gagasan dan konsep-konsep yang perlu dijabarkan ke dalam bentuk

operasional melalui bimbingan Rasul, agar dapat dirasakan kehadirannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Tidak diragukan lagi, Al-Qur‟an telah meninggalkan dampaknya terhadap

pribadi Rasulullah SAW, dan para sahabatnya. Aisyah istri Beliau, telah

memberikan kesaksian tentang hal itu, dikatakannya: Akhlak beliau adalah Al-

Qur‟an. Bahkan Allah SWT sendiri telah terlebih dahulu memberikan kesaksian itu

dengan firman-Nya, dalam QS. Al-Furqan ayat 32:

“Berkatalah orang-orang kafir, “Mengapa Al-Qur‟anitu tidak diturunkan

kepadanya sekali turun saja ?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu

dengannya dan Kami membacakan kelompok demi kelompok”.

Terdapat dua isyarat paedagogis, yaitu: peneguhan hati dan pengokohan

iman dan pengajaran Al-Qur‟an secara tartil (kelompok demi kelompok). Berkaitan

dengan pengajaran Al-Qur‟an ini, Allah SWT menurunkan beberapa tuntunan

paedagogis yang jelas kepada Rasulullah SAW. Allah berfirman QS Al-Qiyamah:

16-19:

“Janganlah gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur‟an, karena hendak

cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah

mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, maka

ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah

menjelaskannya”.

Kehidupan Rasulullah SAW baik di waktu damai, perang, bermukim,

bepergian, maupun berada di rumahnya di tengah-tengan para sahabatnya,

memberikan kesaksian yang serupa dengan yang diberikan oleh Aisyah dan seluruh

kaum Muslimin, yaitu bahwa akhlaknya adalah Al-Qur‟an. Do‟a-do‟anya dipetik

dari Al-Qur‟an, baik dengan lafalnya langsung maupun dengan maknanya saja. Al-

Qur‟an memberikan kesan dan dampak yang besar terhadap jiwa kaum muslimin

pada masa itu. Jika dipelajari makna dari setiap ayat yang telah dibaca, maka akan

menemukan berbagai manfaat yang diperoleh dari membaca, misalnya, dapat

meningkatkan kesehatan mental selain membacanya yaitu apabila dihafal, maka Al-

Qur‟an dapat memperkuat daya ingat yang nantinya akan berpengaruh pada

kemampuan belajar anak baik secara akademik maupun ruhiyahnya. Manusia

dalam melakukan hubungan dan interaksi dengan lingkungannya baik materiil

maupun sosial, semua itu tidak keluar dari tindakan penyesuaian diri. “Tetapi

apabila seseorang tersebut tidak dapat atau tidak bisa menyesuaikan diri

dikatakan kesehatan mentalnya terganggu atau diragukan” (Dzakia Drajat,

1974:10).

“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang

mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang

telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Al-Fath: 4).

Ayat di atas menerangkan bahwa Allah mensifati diri-Nya bahwa Dia-lah

Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana yang dapat memberikan ketenangan

jiwa ke dalam hati orang yang beriman.

Berdasarkan kejelasan keterangan ayat-ayat Al-Qur‟an diatas, maka dapat

dikatakan bahwa semua misi dan tujuan dari ajaran Al-Qur‟an (Islam) yang

berintikan kepada akidah, ibadah, syariat, akhlak dan muamalat adalah bertujuan

dan berperan bagi pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang

berkualitas dan berbahagia.

1. Tahfidzul Qur’an

Al-Qur‟an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca. Menurut istilah,

Al-Qur‟an adalah wahyu Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw

melalui malaikat Jibril (Ruhul Amin). Al-Quran menggunakan bahasa Arab dan

merupakan mu‟jizat bagi rasul. Orang yang membaca dan memahami Al-Qur‟an

akan mendapatkan pahala dan hidayah dari Allah swt.

Al-Qur‟an adalah sumber hukum Islam yang pertama dan utama. Dalam

menetapkan segala keputusan, seorang muslim harus berpegang teguh kepada Al-

Qur‟an dan tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur‟an.

Firman Allah Swt: Q.S Annisa: 59

........

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), “

Ayat diatas Allah SWT memerintahkan kepada setiap orang beriman agar

taat kepada Allah swt, maksudnya dengan mengikuti segala perintah-Nya dan

menjauhi segala larangan-Nya sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur‟an.

Dengan demikian maka Al-Qur‟an menjadi pedoman dalam kehidupan dan sumber

hukum Islam. Isi kandungan Al-Qur‟an antara lain:

a. Tuntunan yang berkaitan dengan akidah, yakni ketetapan tentang wajib beriman

kepada Allah swt, malaikat-malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari akhir dan

qadha serta qadar.

b. Tuntunan yang berkaitan dengan akhlak yaitu ajaran agar orang muslim memiliki

sifat-sifat mulia.

c. Tuntunan yang berkaitan dengan ibadah yakni shalat, puasa, zakat dan haji

d. Tuntunan yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia, dalam bermasyarakat.

Istilah Tahfidzul Qur‟an dapat diartikan sebagai proses mempelajari Al-Qur‟an

dengan cara menghafalnya agar selalu ingat dan dapat mengucapkannya di luar

kepala tanpa melihat mushaf. Menghafal Al-Qur‟an telah dilakukan sejak al

Qur‟an itu diturunkan. Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad yang

ummy (tidak dapat membaca dan menulis) yang diutus oleh Allah SWT di

kalangan umat yang ummy pula. Al-Qur‟an diturunkan secara berangsur-angsur

dalam masa 22 tahun, 2 bulan 22 hari. Jadi menghafal Al-Qur‟an adalah proses

mempelajari Al-Qur‟an agar masuk di dalam ingatan supaya hafal, sehingga

dapat melafalkan di luar kepala tanpa melihat mushaf.

Dari pengertian di atas, secara teori dapat kita bedakan adanya 3 aspek

dalam berfungsinya ingatan, yaitu :

a. Mencamkan, yaitu menerima kesan-kesan

b. Menyimpan kesan-kesan

c. Mereproduksi kesan-kesan

Atas dasar kenyataan inilah maka biasanya ingatan didefinisikan sebagai

kemampuan untuk menerima kesan dengan sengaja dan dikehendaki, atau bisa juga

disebut dengan menghafal. Sedangkan pengertian menghafalkan Al-Qur‟an adalah

membaca dan mempelajari Al-Qur‟an tanpa melihat tulisan dalam mushaf Al-

Qur‟an. Pada perkembangan lebih lanjut, hifdzul Qur‟an (menghafal) merupakan

upaya mengakrabkan orang yang beriman dengan kitab sucinya sehingga ia tidak

buta terhadap isi yang ada di dalamnya.

Menghafal Al-Qur‟an sudah merupakan kebiasaan bagi umat Islam sejak

zaman Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad saw sangat besar perhatiannya

terhadap Al-Qur‟an. Ia selalu membacanya dalam setiap kesempatan bahkan malam

sekalipun. Quraish Syihab menambahkan bahwa Al-Qur‟an adalah kitab Allah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat. Kemukjizatan Al-

Qur‟an bersifat immaterial yaitu kemukjizatan yang logis dan dapat dibuktikan

sepanjang masa, dapat dipahami oleh akal, tidak dibatasi oleh waktu dan tempat

tertentu, dapat dijangkau oleh yang menggunakan akal di mana dan kapan saja.

”sesungguhnya orang yang didalam hatinya tidak ada al-Qur‟an sedikitpun

(yang dihapal), bagaikan rumah yang akan roboh” (HR. Tirmidzi)

Hukum menghafal Al-Qur‟an menurut para ulama adalah fardu kifayah.

Fardu kifayah dimaksudkan sebagai suatu kewajiban yang ditujukan kepada

seluruh orang mukallaf tetapi apabila telah dikerjakan oleh sebagian mereka maka

kewajiban itu telah terpenuhi dan orang yang tidak mengerjakannya tidak dituntut

lagi untuk mengerjakannya. Hikmah yang dapat diambil dari adanya fardu kifayah

ini jumlah para penghafal Al-Qur‟an tidak kurang dari jumlah mutawatir sehingga

terhindar dari pemalsuan.

Menghafal Al-Qur‟an adalah suatu pekerjaan mulia, dan keberhasilan

seseorang dalam menghafal Al-Qur‟an tidak lepas dari keberhasilan kinerja memori

atau ingatan dalam diri seseorang. Dan dalam hal ini ada tiga tahapan kerja dalam

memori, yaitu:

a. Encoding (memasukkan informasi dalam ingatan)

b. Storage (menyimpan informasi yang telah dimasukkan)

c. Retrieval (mengingat kembali).

Manghafal Al-Qur‟an dengan seluruh materi ayat yang meliputi bagian-

bagian waqof, washol, fonetik-nya dan lain-lain adalah sangat penting, oleh

karenanya seluruh proses pengingatan terhadap ayat dan bagian-bagiannya mulai

awal hingga akhir harus tepat. Keliru dalam proses memasukkan atau proses

penyimpanan akan berakibat keliru pula dalam proses pengingatan kembali dan

bahkan sulit ditemukan dalam gudang memori.

Disamping tiga tahapan dalam kerja memori, ada dua jenis memori atau ingatan:

a. Ingatan jangka pendek yaitu proses pengingatan kembali sebuah obyek yang

berlangsung cepat dan mudah, seakan obyek yang diingat bersifat aktif dan

dalam kesadaran.

b. Ingatan jangka panjang yang merupakan proses pengingatan kembali sebuah

obyek atau nama yang berlangsung lama atau proses pengingatan kembali yang

berlangsung sulit karena obyek atau nama tidak berada dalam kesadaran

(bersifat pasif).

Perbedaan antara ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang dapat

ditinjau dari tiga sisi:

a. Tahap Enconding

1) Ingatan jangka pendek lebih memilih suatu kode akustik (paling tidak untuk

situasi yang membutuhkan pengulangan) dan ingatan jangka pendek hanya

berisi apa yang dipilih.

2) Ingatan jangka panjang didasarkan pada makna.

b. Tahap Storage

1) Ingatan jangka pendek terbatas pada 7 chunk (kelompok unit)

2) Ingatan jangka tidak terbatas.

c. Tahap Retrieval

1) Ingatan jangka pendek bebas dari kesalahan

2) Ingatan jangka panjang lebih mudah lupa.

Menghafal Al-Qur‟an didahului dengan proses encoding yaitu pemasukan

informasi berupa ayat-ayat Al-Qur‟an ke dalam ingatan melalui indra penglihatan

dan pendengaran. Dua indra ini sangat penting dalam penerimaan informasi. Dalam

beberapa ayat disebutkan dua indra ini selalu beriringan, inilah sebabnya dianjurkan

kepada para penghafal Al-Qur‟an untuk memperdengarkan suaranya untuk

didengarkan sehingga dua alat sensorik ini bekerja dengan baik.

Menurut Darwis Hude, tanggapan dari pengamatan melalui dua alat indra

sensorik ini harus bersifat tanggapan identik yang bersifat foto copy seperti apa

yang dilihat dan didengarkan, oleh karenanya disarankan untuk memakai satu

mushaf Al-Qur‟an dan tidak berganti-ganti sehingga tidak mengubah struktur pada

peta mental. Peta mental adalah proses yang memungkinkan untuk mengumpulkan,

mengorganisasi, menyimpan dalam pikiran, memanggil serta menguraikan kembali

informasi tentang lokasi relatif dan tanda-tanda tentang lingkungan. Al-Qur‟an

yang sering dipakai para hafidz terkenal dengan nama Al-Qur‟an pojok atau Al-

Qur‟an sudut. Al-Qur‟an pojok sering disebut Al-Qur‟an Bahriyyah karena Al-

Qur‟an ini diterbitkan pertama kali oleh percetakan Bahriyyah Turki. Ciri dari Al-

Qur‟an sudut/Bahriyyah adalah pada setiap halaman terdiri dari 15 baris dan tiap

juz berisi 20 halaman. Setelah proses encoding/memasukkan informasi, proses

selanjutnya adalah storage/penyimpanan. Informasi yang masuk berupa ayat-ayat

Al-Qur‟an yang dihafal, menurut Darwis Hude disimpan di gudang memori yang

terletak di memori jangka panjang. Perjalanan informasi dari awal diterima indra

masuk ke memori jangka pendek dan bahkan ada yang langsung masuk ke memori

jangka panjang. Untuk bisa memasukkan memori dari ingatan jangka pendek ke

ingatan jangka panjang menurut Darwis Hude ada dua:

a. Automatic Processing yaitu proses penyimpanan yang bersifat otomatis dan

biasanya bersifat istimewa bagi seseorang seperti mendapat hadiah besar.

b. Effortful Processing yaitu penyimpanan yang diupayakan karena informasi yang

masuk dianggap biasa. Menghafal Al-Qur‟an menurut M. Darwis Hude

termasuk pada kategori yang kedua yaitu penyimpanan yang diusahakan. Salah

satu usaha penyimpanan hafalan Al-Qur‟an ke memori jangka panjang dengan

cara mengulang atau takrir.

Pengulangan untuk memasukkan informasi ke gudang memori ada dua

macam:

a. Maintenance Rehearsal yaitu pengulangan untuk memperbaharui ingatan tanpa

mengubah struktur (pengulangan tanpa berfikir).

b. Elaborative Rehearsal yaitu pengulangan yang diorganisasikan dan diproses

secara aktif serta dikembangkan hubungan-hubungannya sehingga jadi sesuatu

yang bermakna.

Takrir atau pengulangan yang dilakukan dalam menghafal Al-Qur‟an masuk

dalam kategori pertama yaitu pengulangan yang dilakukan tanpa mengubah struktur

dan yang terpenting adalah pengulangan yang selalu diusahakan hingga ayat-ayat

yang dihafalkannya menjadi lancar.

Proses selanjutnya setelah strorage adalah proses pengungkapan kembali

atau retrievel. Proses retrieval dapat terjadi dengan dua macam:

a. Serta merta yaitu informasi yang telah tersimpan di gudang memori secara aktif

keluar tanpa adanya pancingan.

b. Dengan pancingan yaitu informasi yang tersimpan akan keluar dengan adanya

pancingan yang ditimbulkan.

Di dalam pengungkapan kembali hafalan ayat-ayat Al-Qur‟an yang telah

tersimpan dalam gudang memori menurut Darwis Hude termasuk proses retrieval

yang kedua di mana pengungkapan kembali terjadi dengan pancingan. Dalam

menghafal Al-Qur‟an, ayat-ayat yang telah dibaca sebelumnya menjadi pancingan

yang akan dibaca kemudian. Pengorganisasian yang baik terjadi di waktu proses

penyimpanan informasi akan memudahkan proses pengingatan kembali. Al-Qur‟an

adalah kitab suci yang sudah tersusun rapi ayat-ayatnya secara berurutan. Hal ini

memudahkan bagi para penghafal Al-Qur‟an untuk mengingat kembali ayat-ayat

yang telah dihafal karena ayat-ayat yang telah dibaca sebelumnya otomatis menjadi

pancingan ayat-ayat yang sesudahnya.

Diantara beberapa hal yang harus terpenuhi sebelum seseorang memasuki

periode menghafal Al-Qur‟an ialah:

a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori-teori atau

permasalahan-permasalahn yang sekiranya akan mengganggu.

b. Niat yang ikhlas

d. Memiliki keteguhan dan kesabaran

e. Istiqomah

f. Menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela

g. Izin orang tua wali atau suami

h. Mampu membaca dengan baik.

Disamping syarat-syarat menghafal Al-Qur‟an sebagaimana yang

diterangkan di atas yang dianggap penting sebagai faktor pendukung menghafal Al-

Qur‟an ialah:

a. Usia yang ideal

b. Manajemen waktu

c. Tempat menghafal.

a. Kenapa Harus Hafal Al-Quran?

Menghafal Al-Qur‟an bukanlah sebuah kerja mengukir sebuah keterampilan

membaca tanpa melihat mushaf, atau pembekalan diri sebagai guru Al-Quran.

Sesungguhnya hal itu merupakan konsekuensi logis bagi siapa saja yang mau

menghafal Al-Quran. Dan jika itu yang menjadi target menghafal Al-Quran, maka

sesungguhnya tidak cukup kuat untuk membangun motivasi yang besar untuk

bersabar dalam menghafal.

Kondisi di atas mirip sebuah konsekuensi orang yang makan pasti kenyang,

walaupun ia tidak menginginkannya. Tetapi menghafal Al-Qur‟an memiliki

dimensi jauh lebih besar dari sekedar menjadi seorang Hafizh. Karena itu, jika

dimensi itu diyakini dengan sepenuh hati, akan dapat meledakkan bom motivasi

yang besar dalam hati kita. Dimensi itu adalah:

Menghafal Al-Qur‟an adalah bentuk penghambaan diri kepada Allah. Karena

sepanjang menghafal, kita akan selalu ingat dan lebih dekat kepada Allah.

Melalui ayat-ayat Al-Qur‟an yang terulang-ulang dalam lidah kita dan berbagai

macam ibadah yang akan kita lakukan berkaitan langsung dengan Al-Quran.

Puncaknya adalah agar kita diakui oleh Allah sebagai Al „Abd, sebagaimana

Allah memberikan sebutan tersebut kepada tokoh-tokoh besar dari hamba-

hamba pilihan-Nya, seperti para anbiya, syuhada dan shalihin.

Menghafal Al-Qur‟an adalah proses pembinaan diri menuju keimanan yang

lebih baik. Untuk mencapai kesuksesan dalam menghafal Al-Quran, dibutuhkan

komitmen yang kuat terhadap apa yang dinasihatkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Jika kita mampu mengendalikan jiwa ini untuk lebih tunduk kepada Allah, maka

kita akan mampu menundukkan jiwa ini untuk berlama-lama dengan Al-Quran.

Menghafal Al-Qur‟an adalah proses aktif dan intensif mempersiapkan kehidupan

akhirat yang lebih baik. Karena apa yang kita baca akan menghasilkan pahala

dan berbagai macam fadhilah yang besar di sisi Allah. Selain itu Al-Qur‟an

mengingatkan kita agar selalu waspada terhadap kehidupan akhirat yang

menyengsarakan dan memotivasi kita untuk beramal sebaik-baiknya.

Tujuan puncak menghafal itu adalah agar kita lebih dekat dengan Allah,

yang kemudian mewarnai seluruh sendi kehidupan kita. Maka kalau saja sudah 5

tahun kita menghafal, dan tidak kunjung selesai 30 juz, tapi sepanjang hidup kita

bisa terus intensif besama Al-Qur‟an dan arahan-arahannya (taujihat), hal ini

sungguh jauh lebih baik daripada 5 tahun kita sukses menjadi penghafal Al-Quran,

bahkan sampai juara 1 MHQ (Musabaqoh Hifdzul Qur‟an) internasional, tapi

setelah itu kita berhenti dari semua aktivitas yang terkait dengan Al-Quran.

Karenanya, marilah kita bersama-sama menjadi penghafal yang berhasil

menginternalisasikan Al-Qur‟andalam diri kita, sehingga Al-Qur‟an dapat

melejitkan sisi-sisi wawasan, ibadah, akhlaq dan ruhiyah.

b. Menghafal Al-Qur’an itu Mudah

“Dan sungguh telah Kami mudahkan Al-Qur‟an untuk diingat. Adakah

orang yang mau mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17, 22, 32, 40).

Para ahli tafsir menjelaskan maksud ayat ini adalah bahwa Allah telah

memudahkan semua bentuk interaksi dengan Al-Qur‟an kepada setiap manusia

yang mau mempelajarinya, termasuk di dalamnya menghafal Al-Quran. Percayakah

kita dengan jaminan pasti dari Allah ini? Kalau kita percaya, berarti 50% modal

menghafal Al-Qur‟an sudah ada di tangan anak didik kita. Sisanya adalah usaha

dan kesabaran serta mujahadah (usaha keras) kita untuk memindahkan ayat-ayat

Allah ini ke dalam dada anak didik kita. Agar lebih yakin,

ا هسغ الاب تكك هعتن ز او اظق او ائؤرق تاءن

“Dan Aku (Allah) telah menurunkan kepadamu Al-Qur‟an yang tidak

tercuci dengan air dan dapat kamu baca dalam keadaan tidur dan jaga (kitab yang

bisa tersimpan dalam dada manusia)” (HR. Muslim).

Bagaimana menumbuhkan dan mempertahankan keyakinan ini?

1. Allah dan Rasul-Nya telah menjamin bahwa Al-Qur‟an bisa dihafal.

Masalah ini harus kita tempatkan sebagai aqidah atau keyakinan iman di

dalam dada kita. Tidak percaya, berarti penyimpangan keimanan.

2. Mulailah menghafal sekarang juga, hilangkan berbagai alasan penundaan.

Misalnya, “Ah, nanti kalau sudah selesai kuliah”, atau “Kalau sudah

mendapat pekerjaan”, dan lain-lain. Karena segera beramal akan

menumbuhkan keyakinan. Sebaliknya, menunda-nunda suatu niat yang

baik akan memudarkan keyakinan.

3. Bacalah selalu fadhilah-fadhilah menghafal Al-Quran, agar kita punya

banyak alasan untuk memotivasi diri.

4. Segera mencari ustadz/ustadzah yang dapat membimbing anak didik kita

untuk menghafal Al-Quran.

5. Bergaullah dengan para penghafal Al-Quran, agar tumbuh perasaan,

“Kalau beliau bisa hafal, maka saya juga pasti bisa hafal!”

6. Berdo‟alah kepada Allah agar kita dapat melaksanakan apa yang kita

yakini. Karena di balik doa ada janji yang pasti bahwa Allah akan

menolong hamba-Nya yang meminta pertolongan kepada-Nya.

c. Sekilas Tentang Teori Pikiran Manusia

Pikiran manusia terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Consious (pikiran sadar)

dan Subconsious (pikiran bawah sadar). Kondisi ketika pikiran sadar aktif adalah

kondisi kita sehari-hari. Kondisi kita saat tidak sedang tidur. Pada kondisi ini,

seorang manusia akan mampu memiliki banyak fokus. Dia akan mampu berpikir

lebih dari satu. Misalkan ketika seseorang sedang memasak, dia juga bisa sambil

melakukan aktivitas lain seperti sambil menonton TV, atau bahkan sambil mencuci.

Pada kondisi sadar, otak manusia mampu melakukan 5-9 fokus sekaligus.

Diantara pikiran sadar dan bawah sadar tersebut, terdapat semacam sekat

yang bernama Recticular Activating System (RAS) atau juga sering disebut faktor

kritis (Moruzzi dan Magoun: 1949).

Gelombang otak manusia

Faktor kritis ini berfungsi sebagai filter yang akan menyaring setiap

informasi yang diterima oleh pikiran sadar untuk kemudian dimasukkan ke pikiran

bawah sadar. Faktor kritis akan menganalisa setiap informasi yang diterima, jika

informasi yang diterima itu dianggap penting, maka informasi tersebut akan

dimasukkan ke pikiran bawah sadar, jika tidak maka tidak.

Pada saat pikiran bawah sadar aktif, seorang manusia hanya akan memiliki

1 fokus saja dalam pikirannya. Ketika gelombang otak berada pada kondisi Alpha

atau Theta akan menyebabkan seseorang menjadi sugestif bahkan sangat sugestif

karena hanya memiliki 1 fokus, saat inilah kondisi pikiran manusia sedang berada

pada kondisi pikiran bawah sadar. Pada kondisi ini otak akan dengan mudah

menyerap informasi yang diterima.

Setiap informasi yang sudah masuk ke dalam pikiran bawah sadar manusia

bersifat permanen. Menghafal Al-Qur‟an merupakan suatu aktivitas untuk

memasukkan hafalan ke dalam pikiran bawah sadar agar menjadi permanen dalam

ingatan. Untuk mengaktifkan pikiran bawah sadar, usaha yang perlu dilakukan

adalah menembus faktor kritis.

Peneliti mengidentifikasi definisi kemampuan dalam belajar siswa yang

disebut kecerdasan sebagai: Situasi kesesuaian psikologi seseorang melalui empat

dimensi utama, yaitu dimensi religious atau spiritual, dimensi psikologis, sosial dan

dimensi fisik. Di Saudi Arabia juga pernah pernah dilakukan sejumlah penelitaian

yang menghasilkan bahwa peran hafalan Al-Qur‟an sangat besar dalam

pengembangan keterampilan siswa di sekolah dasar. Selain itu, dibuktikan juga

dampak positif dari Al-Qur‟an pada prestasi akademik yang diperoleh peserta didik

di Universitas.

Hasil studi itu menyebutkan dengan jelas antara dimensi keagamaan siswa,

utamanya hafalan Al-Qur‟an. Selain itu, disebutkan juga tentang tingkat

ketidakseimbangan mental siswa yang tidak disiplin dengan tuntunan agama, atau

hanya memiliki hafalan yang minim terhadap Al-Qur‟an. Saran yang diberikan

dalam penelitian ini adalah agar para guru dan pendidik umumnya memperhatikan

aspek hafalan Al-Qur‟an peserta didik. Ini disebabkan bukti-bukti yang dihasilkan

tentang adanya pengaruh positif yang sangat jelas bagi anak didik secara prestasi

maupun kehidupan sosial mereka. Juga dikarenakan hafalan Al-Qur‟an menjadi

sebab paling penting bagi stabilitas mental. Bahkan karena pengaruh positif yang

terjadi dalam diri siswa oleh hafalan Al-Qur‟annya, studi ini juga menghimbau para

guru dan pendidik untuk meningkatkan hafalan anak didik melebihi target

kurikulum yang ditetapkan pihak sekolah atau lembaga pendidikan. Beberapa

manfaat menghafal Al-Qur‟an yang dihasilkan, baik oleh penelitian maupun

pengalaman, yaitu:

1. Pikiran akan terang

2. Daya ingat yang semakin kuat

3. Memiliki ketenagan dan stabilitas psikologis

4. Memunculkan rasa gembira dan senang yang tak bisa dilukiskan

5. Menghilangkan rasa takut, cemas dan sedih

6. Meningkatnya kemampuan berbahasa, khususnya bahasa arab

7. Memiliki kemampuan hubungan sosial yang baik dan mudah menarik

kepercayaan orang lain

8. Terhindar dari penyakit kronis yang umum dialami orang

9. Lebih meningkatkan kemampuan memahami dan menguasai persoalan

10. Mempunyai mental yang lebih tenang dan stabil.

1.5 Metode Penelitian

Untuk mempermudah dalam melakukan penelitian dan menganalisa data,

maka dalam penelitian ini digunakan metode sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field reseach) yang

bersifat kualitatif, yakni penelitian yang bertujuan melakukan studi yang mendalam

mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambar yang

terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

psikologi belajar dengan menggunakan aliran psikologi behavioristik. Pada

mulanya, pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat didominasi oleh pengaruh

dari Thorndike (1874-1949). Teori belajar Thorndike disebut “connectionism”,

karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan

respon. Teori ini sering pula disebut “trial-and error learning”. Individu yang

belajar melakukan kegiatan melaui proses “trial-and-error” dalam rangka memilih

respon yang tepat bagi stimulus tertentu.

Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap

tingkah laku berbagai binatang antara lain kucing, tingkah laku anak-anak dan

orang dewasa. Objek penelitian dihadapkan kepada situasi baru yang belum dikenal

dan membiarkan objek melakukan berbagai pada aktivitas untuk merespon situasi

itu. Dalam hal itu, objek mencoba berbagai cara bereaksi sehingga menemukan

keberhasilan dalam membuat koneksi sesuatu reaksi dengan stimulasinya.

Dari penelitiannya, Thorndike menemukan hukum-hukum:

a. “Law of readiness” : jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk

bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan.

b. “Law ot exercise” : makin banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan

stimulus respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu disertai dengan

“reward”.

c. “Law of effect” : bilamana terjadi hubungan antara stimulus dan respon, dan

dibarengi dengan “state of affairs” yang memuaskan, maka hubungan itu

menjadi lebih kuat. Bilamana hubungan dibarengi “state of affairs” yang

mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkurang.

Penulis dalam penelitian ini berusaha memahami arti peristiwa dan

kaitannya dalam proses belajar, terutama perilaku belajar siswa dan guru dalam

proses pelaksanaan metode pembelajatan Tahfidzul Qur‟an serta hasil dari

pelaksanaan metode pembelajatan Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2

Baleendah.

3. Metode Penentuan Subyek

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh,

sehingga subyek penelitian dapat berarti orang atau apa saja yang menjadi sumber

penelitian. Sebagai penelitian kualitatif, sumber data utama penelitian ini adalah

kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-

lain.

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

a. Kepala sekolah

b. Pendidik mata pelajaran Tahfidzul Qur‟an

c. Peserta didik SDIT Fithrah Insani 2

4. Metode Pengumpulan Data

Mengingat penelitian ini merupakan merupakan penelitian kualitatif, maka

merujuk pada pendapat Lexy J. Moloeng, metode yang digunakan sebagai cara

untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah pengamatan (observasi),

wawancara, dan penelaahan dokumen (dokumentasi) dengan uraian sebagai

berikut:

a. Metode Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, seperti:

mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,

kepedulian, dan lain-lain. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik

wawancara bebas terpimpin yaitu pertanyaan yang diajukan telah dipersiapkan

sebelumnya dengan cermat dan lengkap, namun penyampaian bebas tanpa terikat

oleh nomor urut yang telah digariskan.

Adapun yang akan diwawancarai oleh peneliti nanti yaitu kepala sekolah,

pendidik atau guru mata pelajaran Tahfidzul Qur‟an serta peserta didik itu sendiri.

b. Metode Observasi

Observasi diarahkan sebagai pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap

gejala yang diselidiki. Teknik observasi yang digunakan adalah jenis observasi

partisipan yaitu pengamat ikut serta dalam kegiatan, dia tidak hanya berperan saja

namun ikut serta dalam kegiatan. Metode ini digunakan untuk meneliti dan

mengamati metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 serta

mengamati dan mencatat tentang situasi yang ada antara lain: letak geografis serta

sarana prasarana yang dimiliki madrasah guna memperkuat data hasil wawancara

dan dokumentasi.

d. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, dan sebagainya. Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk

memperoleh data mengenai kurikulum, satuan pembelajaran, struktur organisasi,

jumlah guru dan karyawan, jumlah siswa serta lain-lain yang berhubungan dengan

penelitian.

c. Analisis Data

Data atau keterangan tentang konsep yang akan dibahas dan diteliti yang

diperoleh melalui teknik pengumpulan data pada langkah kelima, dikumpulkan

kemudian dianalisa dengan mempergunakan teknik sebagai berikut:

a. Deduksi, yaitu upaya untuk memperoleh kaidah-kaidah yang bersifat khusus

melalui penalaran dan penganalisaan (Lexy J. Moleong, 1993:190).

b. Induksi, yaitu upaya memperoleh kaidah-kaidah yang bersifat umum melalui

penalaran dan penganalisaan terhadap kaidah-kaidah yang bersifat khusus (Lexy

J. Moleong, 1993:190).

c. Komparasi, yaitu upaya membandingkan beberapa keterangan-keterangan atau

data yang diperoleh untuk mendapatkan argumentasi yang lebih kuat serta

mampu memberikan kejelasan yang layak untuk dijadikan pegangan dalam

penelitian ini (Lexy J. Moleong, 1993:190).

d. Menarik kesimpulan, yaitu langkah terakhir dalam penelitian ini adalah menarik

kesimpulan tentang fungsi menghafal Al-Qur‟an sebagai pembangun kesehatan

mental (kecerdasan/smart brain), kemampuan belajar siswa sehingga dapat

diperoleh hasil penelitian sebagai jawaban dari pada permasalahan yang

dijadikan pada penelitian ini.

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Sistem Pembelajaran

Apa itu sistem? Sistem adalah sekelompok komponen dan elemen yang

digabungkan menjadi satu untuk mencapai tujuan tertentu. Ada banyak pendapat

tentang pengertian dan definisi sistem yang dijelaskan oleh beberapa ahli. Berikut

pengertian dan definisi sistem menurut beberapa ahli:

Jogianto (2005:2), Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang

berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini

menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata, seperti

tempat, benda dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi.

Indrajit (2001:2), Sistem adalah kumpulan-kumpulan dari komponen-

komponen yang memiliki unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya.

Lani Sidharta (1995:9), Sistem adalah himpunan dari bagian-bagian yang

saling berhubungan, yang secara bersama mencapai tujuan-tujuan yang

sama.

Murdick, R. G (1991:27), Sistem adalah seperangkat elemen yang

membentuk kumpulan atau prosedur-prosedur atau bagan-bagan pengolahan

yang mencari suatu tujuan bagian atau tujuan bersama dengan

mengoperasikan data dan/atau barang pada waktu rujukan tertentu untuk

menghasilkan informasi dan/atau energi dan/atau barang.

Davis, G. B (1991:45), Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang

beroperai bersama-sama untuk menyelesaikan suatu sasaran.

Komponen atau Karakteristik sistem adalah bagian yang membentuk sebuah

sistem, diantaranya:

Objek, merupakan bagian, elemen atau variabel. Ia dapat berupa benda fisik,

abstrak atau keduanya.

Atribut, merupakan penentu kualitas atau sifat kepemilikian sistem dan

objeknya.

Hubungan internal, merupakan penghubungan diantara objek-objek yang

terdapat dalam sebuah sistem.

Lingkungan, merupakan tempat dimana sistem berada.

Tujuan, Setiap sistem memiliki tujuan dan tujuan inilah yang menjadi

motivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tidak

terkendali. Tentu tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.

Masukan, adalah sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya

menjadi bahan untuk diproses. Masukan tersebut dapat berupa hal-hal yang

tampak fisik (bahan mentah) atau yang tidak tampak (jasa).

Proses, adalah bagian yang melakukan perubahan dari masukan menjadi

keluaran yang berguna dan lebih bernilai (informasi) atau yang tidak

berguna (limbah)

Keluaran, adalah hasil dari proses. Pada sistem informasi berupa informasi

atau laporan, dsb

Batas, adalah pemisah antara sistem dan daerah luar sistem. Batas disini

menentukan konfigurasi, ruang lingkup atau kemampuan sistem. Batas juga

dapat diubah atau dimodifikai sehingga dapat merubah perilaku sistem.

Mekanisme pengendalian dan umpan balik, digunakan untuk

mengendalikan masukan atau proses. Tujuannya untuk mengatur agar

sistem berjalan sesuai dengan tujuan.

Kata sistem (system) dapat dimaknai sebagai metode (method), rencana

(plan), aturan (order), keteraturan (regularity), kebiasaan (rule), susunan rencana

(scheme), jalan, cara (way), kebijakan (policy), kecerdasan (artifice), susunan

aturan (arrangement), rencana (program)

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma)

adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan

bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai

suatu tujuan. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas

yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat.

Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan

yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh

umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa

elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga

membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat

yang berada dinegara tersebut.

Kata "sistem" banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam

forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan

pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian

yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki

hubungan di antara mereka.

a. Elemen sistem

Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu: tujuan,

masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik serta

lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen yang membentuk sebuah

sistem:

1. Tujuan

Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin

banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa

tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu

sistem dengan sistem yang lain berbeda.

2. Masukan

Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem

dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang

berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang

berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah

informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan).

3. Proses

Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari

masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa

informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya

saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan

mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien.

4. Keluaran

Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi,

keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.

5. Batas

Batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar

sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau

kemampuan sistem. Sebagai contoh, tim sepakbola mempunyai aturan permainan

dan keterbatasan kemampuan pemain. Pertumbuhan sebuah toko kelontong

dipengaruhi oleh pembelian pelanggan, gerakan pesaing dan keterbatasan dana dari

bank. Tentu saja batas sebuah sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga

akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan menjual saham ke publik,

sebuah perusahaan dapat mengurangi keterbasatan dana.

6. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik

Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan

menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini

digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah

untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.

7. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan

bisa berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau

menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu saja harus

ditahan dan dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan operasi sistem,

sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus dijaga, karena akan memacu

terhadap kelangsungan hidup sistem.

b. Jenis sistem

Ada berbagai tipe sistem berdasarkan kategori:

Atas dasar keterbukaan:

o sistem terbuka, dimana pihak luar dapat mempengaruhinya.

o sistem tertutup.

Atas dasar komponen:

o Sistem fisik, dengan komponen materi dan energi.

o Sistem non-fisik atau konsep, berisikan ide-ide.

Al-Qur‟an bukanlah merupakan sebuah buku dalam pengertian umum,

karena ia tidak pernah diformulasikan, tetapi diwahyukan secara berangsur-angsur

kepada Nabi Muhammad SAW sesuai situasi yang menuntutnya, seperti yang

diyakini sampai sekarang, pewahyuan Al-Qur‟an secara total dan secara sekaligus

itu tidak mungkin karena Al-Qur‟an diturunkan sebagai petunjuk bagi kaum

muslimin secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada.

Al-Qur‟an merupakan sumber ajaran Islam, di dalamnya mengandung

berbagai petunjuk manusia yang disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain

melalui bentuk kisah (cerita). Semua kandungan Al-Qur‟an merupakan petunjuk

untuk dijadikan pedoman manusia dalam menjalankan kehidupannya agar

mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (Rosihon Anwar, 2000:25).

Sebagai sumber utama yang tidak akan pernah surut, Al-Qur‟an banyak

menawarkan gagasan dan konsep-konsep yang perlu dijabarkan ke dalam bentuk

operasional melalui bimbingan Rasul, agar dapat dirasakan kehadirannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Tidak diragukan lagi, Al-Qur‟an telah meninggalkan dampaknya terhadap

pribadi Rasulullah SAW, dan para sahabatnya. Aisyah istri Beliau, telah

memberikan kesaksian tentang hal itu, dikatakannya: Akhlak beliau adalah Al-

Qur‟an. Bahkan Allah SWT sendiri telah terlebih dahulu memberikan kesaksian itu

dengan firman-Nya, dalam QS. Al-Furqan ayat 32:

“Berkatalah orang-orang kafir, “Mengapa Al-Qur‟an itu tidak diturunkan

kepadanya sekali turun saja ?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu

dengannya dan Kami membacakan kelompok demi kelompok”.

Terdapat dua isyarat paedagogis, yaitu: peneguhan hati dan pengokohan

iman dan pengajaran Al-Qur‟an secara tartil (kelompok demi kelompok). Berkaitan

dengan pengajaran Al-Qur‟an ini, Allah SWT menurunkan beberapa tuntunan

paedagogis yang jelas kepada Rasulullah SAW. Allah berfirman QS Al-Qiyamah:

16-19:

“Janganlah gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur‟an, karena hendak

cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah

mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, maka

ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah

menjelaskannya”.

Kehidupan Rasulullah SAW baik di waktu damai, perang, bermukim,

bepergian, maupun berada di rumahnya di tengah-tengan para sahabatnya,

memberikan kesaksian yang serupa dengan yang diberikan oleh Aisyah dan seluruh

kaum Muslimin, yaitu bahwa akhlaknya adalah Al-Qur‟an. Do‟a-do‟anya dipetik

dari Al-Qur‟an, baik dengan lafalnya langsung maupun dengan maknanya saja. Al-

Qur‟an memberikan kesan dan dampak yang besar terhadap jiwa kaum muslimin

pada masa itu. Jika dipelajari makna dari setiap ayat yang telah dibaca, maka akan

menemukan berbagai manfaat yang diperoleh dari membaca, misalnya, dapat

meningkatkan kesehatan mental selain membacanya yaitu apabila dihafal, maka Al-

Qur‟an dapat memperkuat daya ingat yang nantinya akan berpengaruh pada

kemampuan belajar anak baik secara akademik maupun ruhiyahnya. Manusia

dalam melakukan hubungan dan interaksi dengan lingkungannya baik materiil

maupun sosial, semua itu tidak keluar dari tindakan penyesuaian diri. “Tetapi

apabila seseorang tersebut tidak dapat atau tidak bisa menyesuaikan diri

dikatakan kesehatan mentalnya terganggu atau diragukan” (Dzakia Drajat, 1974:

10).

“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang

mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang

telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Al-Fath: 4).

Ayat di atas menerangkan bahwa Allah mensifati diri-Nya bahwa Dia-lah

Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana yang dapat memberikan ketenangan

jiwa ke dalam hati orang yang beriman.

Berdasarkan kejelasan keterangan ayat-ayat Al-Qur‟an diatas, maka dapat

dikatakan bahwa semua misi dan tujuan dari ajaran Al-Qur‟an (Islam) yang

berintikan kepada akidah, ibadah, syariat, akhlak dan muamalat adalah bertujuan

dan berperan bagi pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang

berkualitas dan berbahagia.

2.2 Pengertian Menghafal Al-Qur’an

a. Menurut Etimologi

Kata menghafal berasal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa

Arab dikatakan al-Hifdz dan memiliki arti ingat. Maka kata menghafal juga

dapat diartikan dengan mengingat. Mengingat, menurut Wasty Soemanto

berarti menyerap atau meletakkan pengetahuan dengan jalan pengecaman

secara aktif.

b. Menurut Terminologi

Istilah menghafal mempunyai arti sebagai, tindakan yang berusaha

meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Menghafal adalah suatu

aktifitas menanamkan suatu materi di dalam ingatan, sehingga nantinya

dapat diingat kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli.

Menghafal merupakan proses mental untuk mencamkan dan menyimpan

kesan-kesan, yang suatu waktu dapat diingat kembali ke alam sadar.

Menghafal yang dimaksud penulis, adalah menghafal Al-Quran yaitu

menghafalkan semua surat dan ayat yang terdapat di dalamnya, untuk dapat

mengucapkan dan mengungkapkannya kembali secara lisan pada semua surat dan

ayat tersebut, sebagai aplikasi menghafal Al-Quran. Menghafal Al-Quran

merupakan suatu sikap dan aktivitas yang mulia, dengan menggabungkan Al-Quran

dalam bentuk menjaga serta melestarikan semua keaslian Al-Quran baik dari tulisan

maupun pada bacaan dan pengucapan atau teknik melafalkannya. Sikap dan

aktifitas tersebut dilakukan dengan dasar dan tujuan sebagai berikut:

2.3 Tujuan menghafal Al-Qur’an

Kaum muslimin baik dalam wajib kifayah maupun sunnah, dalam

menghafal Al-Quran dikarenakan dengan dilatarbelakangi oleh beberapa tujuan,

yang diantaranya ialah:

1. Agar tidak terjadi penggantian atau pengubahan pada Al-Quran, baik pada

redaksionalnya (yaitu pada ayat-ayat dan suratnya) maupun pada

bacaannya. Sehingga Al-Quran tetap terjamin keasliannya seperti segala

isinya sebagaimana ketika diturunkan Allah dan diajarkan oleh Rasulullah

saw.

2. Agar dalam pembacaan Al-Quran yang diikuti dan dibaca kaum muslimin

tetap dalam satu arahan yang jelas sesuai standar yaitu mengikuti qiraat

mutawatir, (yaitu mereka yang telah menerima periwayatannya melalui

periwayatan yang jelas dan lengkap yang termasuk dalam qiraat sab‟ah

sesudah sahabat yang terdiri dari “Nafi‟ bin Abdur Rahman di Asfahan,

Ibnu Katsir di Makkah, Abu Amr di Basrah, Abdullah bin Amir al-

Yahshaby di Damaskus, Asm bin Abi Najwad di Kufah, hamzah bin Habib

At-Taimy di Halwa dan al-Kisai. (baca; tokoh-tokoh ahli qiraat)

3. Agar kaum muslimin yang sedang menghafal Al-Quran atau yang telah

menjadi hafiz dapat mengamalkan Al-Quran, berperilaku dan berakhlak

sesuai dengan isi Al-Quran.

4. Dengan menghafal siswa-siswi SDIT Fithrah Insani 2 dapat mengasah

kemampuannya dalam pelajaran, tidak hanya kemampuan akademik saja

yang mereka dapatkan tapi kemampuan yang didasari nilai-nilai religi atau

tauhid yang kuat.

2.4 Syarat-Syarat Menghafal Al-Qur’an

Amal apapun yang tidak dilandasi langkah yang jelas dan manhaj yang

terang, sulit untuk memperoleh keberhasilan yang diharapkan. Seperti

serampangan, semaunya, egoisme dan seenaknya bertolak belakang dengan dengan

pelaksanaan yang baik. Bertentangan dengan hasil yang mengiringinya, mengekang

jalan-jalan kesuksesan dan akibatnya akan mempengaruhi individu dan kelompok

yang bekerja untuk hal itu.

Agar langkah mulia ini berhasil, maka yang harus diperhatikan adalah:

a. Realistis

Langkah dalam menghafal ini haruslah realistis dengan apa yang ingin kita

hafal dan waktu yang kita luangkan dalam menggapai tujuan. Jika kita

mengatakan, “Aku ingin hafal Al-Qur‟an dalam waktu sepekan, karena aku

seorang mahasiswa dan punya banyak mata kuliah yang padat.”

Jelas ini bukan langkah yang realistis..! Karena itu kita harus membuat langkah

yang jelas.

b. Jelas

Misalnya kita ingin menghafal Al-Qur‟an seluruhnya, yaitu 30 juz.

c. Terukur

Yaitu kita harus menentukan waktu-waktu khusus untuk menghafal dan

melakukan muroja‟ah. Begitu pula kita harus menentukan kapan kira-kira kita

bisa merealisasikan target kita tersebut. Dalam arti menentukan waktunya.

Apakah setahun, dua tahun atau bahkan sampai 10 tahun misalnya.

2.5 Keutamaan Menghafal Al-Qur’an

Al-Qur‟an selain dibaca dan direnungkan juga perlu untuk dihafal.

Dipindahkan dari tulisan kedalam dada, karena hal ini merupakan ciri khas orang-

orang yang diberi ilmu, juga sebagai tolak ukur keimanan dalm hati seseorang, juga

sebagai tangga ilmu pengetahuan dan pengokoh rasa agama dan keistiqomahannya.

Allah berfirman:

“Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada

orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami

kecuali orang-orang yang zalim.

Maksudnya ayat diatas ialah bahwa ayat-ayat Al Quran itu terpelihara

dalam dada dengan dihapal oleh banyak kaum muslimin turun temurun dan

dipahami oleh mereka, sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mengubahnya.

Bahkan rasulullah sendiri mengatakan “Sesungguhnya orang yang di dalam

dadanya tidak terdapat sebagian ayat dari pada Al-Qur‟an, bagaikan rumah yang

tidak berpenghuni”.

Berikut beberapa kelebihan dan keutamaan menghafal Al-Qur‟an:

a. Menghafal Al-Qur’an adalah awal mula Rasulullah menerimanya dari

Jibril.

Allah SWT mensifatkan Al-Qur‟an ini dengan firman-Nya yaitu Qur‟an

Surat Al-Ankabut ayat 49. Sungguh betapa indahnya ayat tersebut menjelaskan

tentang keagungan posisis dada-dada yang hafal firman Allah azza wajalla. Ayat

ini mensifatkan tentang penghafal Al-Qur‟an bahwasannya merekan ini adalah

orang-orang yang diberikan ilmu. Apakah selain kitabullah ini dianggap ilmu..?.

Allah Subhanahu wata‟alla menjelaskan dari sela-sela ayat tersebut bahwa Dia

memilih di antara hamba-hamba-Nya sekelompok orang, hati mereka dijadikan

sebagai wada untuk menghimpun kalam-Nya. Inilah keutamaan yang besar.

Malah jika manusia memikirkan masalah ini, yakni masalah pengkhususan

umat ini yang dada-dada ulamanya menjadi sebab terhimpunnya Al-Qur‟an yang

terang pastilah mereka akan mengetahui nilai para penghafal kitabullah.

b. Al-Qur’an adalah Sumber dan Muara semua Undang-Undang Hidup Umat

Manusia.

Al-Qur‟an adalah pedoman umat. Ke sanalah hukum dan rujukan hukum di

antara manusia. Dari sanalah sistem dan syariat. Tidak ada hal kecil atau besar

melainkan informasinya terdapat didalam kitab yang mulia ini. Allah berfirman:

... ......

“....Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab....(Qs. Al-

An‟am: 38)

Sebagian mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz

dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam

Lauhul mahfudz. dan ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Quran dengan arti:

dalam Al-Quran itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum,

hikmah-hikmah dan pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan

kebahagiaan makhluk pada umumnya.

c. Menghafal Al-Qur’an hukumnya fardhu kifayah.

Sebagian ahli ilmu m,enegaskan bahwa menghafal Al-Qur‟an itu wajib atas

umat ini. Jika sebagian dari mereka telah melakukannya, maka gugur dosa atas

yang lainnya. Badrudin Zarkasyi mengatakan: “ Teman-teman kami berkata bahwa

belajar Al-Qur‟an hukumnya fardhu kifayah. Demikian pula menghafalkannya

wajib atas umat ini..”

وانعبادي انشاف ف جا ان جر ب صرح ة، ي ال عهى كفاة ض فر آ ا نقر حف ظ أ هى اع

ى ع وان : ان جو قال ا. ر موغ انت ب د إن ق ت طر فل ف انت واتر عدد قطع ل أ ف

ان كم ،وإلأثى ا نباق ذاا نعددسقطي وبهغو قاوبذنكقو ف،فإ ر .وانت ح

Al Hafizh Suyuthi mengatakan, “Ketahuilah bahwasannya menghafal al

Quran hukumnya adalah fardhu kifayah atas seluruh umat Islam sebagaimana

penegasan al Jurjani dalam as Syafi, al „Ibadil. Al Juwaini menjelaskan hal ini

dengan mengatakan bahwa maksudnya kemutawatiran [jumlah yang banyak] bagi

para penghafal al Quran tidak boleh terputus sehingga al Quran terjaga dari

penggantian dan pengubahan. Sehingga jika di tengah tengah umat telah dijumpai

penghafal al Quran dalam jumlah yang mutawatir maka hukum wajib ini telah

gugur dari yang lain. Namun jika jumlah tersebut belum terpenuhi maka semua

umat Islam dosa karenanya.

d. Meneladani Rasulullah

Allah telah menjadikan Rasulullah sebagai uswah hasanah bagi umat ini.

Dan menghafal Al-Qur‟an adalah bagian dari bentuk taasi (meneladani) beliau.

Konon beliau menghafalnkannya, merutinkan tilawahnya dan bertalaqqi bersama

Jibril alaihissalam. Begitu pula Rasulullah mengajarkannya kepada para

sahabatnya dan mereka membacanya di hadapan beliau.

e. Sebagai bentuk meneladani Salaf Sholeh.

Menghafal Al-Qur‟an di usia dini dan masa muda merupakan bentuk taasi

(meneladani) kepada salaf sholeh, meneruskan jejak keras mereka dan menempuh

bentuk hidayah mereka. Para salaf sholeh dahulu mulai menghafal Al-Qur‟an

sebelum menghafal seluruh disiplin ilmu. Maksudnya sebelum jenis-jenis ilmu

lainnya, yaitu mereka menghafal Al-Qur‟an terlebih dahulu barulah kemudian

menuntut ilmu.

f. Menghafal Al-Qur’an adalah karakteristik umat nabi Muhammad

Ibnu Jazari rahimullah berkata: “Sebenarnya asal muasal transformasi Al-

Qur‟anitu dilakukan dengan hafalan lewat hati dan dada manusia. Bukan melalui

tulisan mushaf dan buku-buku. Inilah karakteristik yang paling mulia.”

Tokoh Orientalis, Laura Faghliry mengatakan: “Hari ini kami surut, tapi

disana ada ribuan orang di antara mereka yang mampu mengulang-ulang Al-Qur‟an

secara hafalan. Di Mesir saja jumlah para huffaznya melebihi jumlah orang-orang

Kristen yang bisa hafal Injil di benua Eropa secara keseluruhan.”

Sedangkan James Michaez mengatakan: “Mungkin Al-Qur‟an inilah satu-

satunya kitab yang paling banyak dibaca di dunia. Sangat jelas bahwa ia adalah

kitab yang paling mudah dihafal.”

g. Menghafal Al-Qur’an adalah Megaproyek yang tidak mengenal Bahasa

Kegagalan.

Biasanya bahasa takut gagal menjadi hambatan dan penghalang yang

memisahkan antara banyak orang dengan obsesi-obsesi mereka. Banyak sekali

akhir dari proyek-proyek manusia yang berakhir dengan kegagalan dan tidak lagi

bisa dilanjutkan kembali. Akan tetapi proyek menghafal Al-Qur‟an ini tidak ada

lagi bagi bahasa kegagalan di atas.

h. Menghafal Al-Qur’an dapat Tingkatkan Prestasi Akademis

Orang yang terbiasa menghafal Al-Qur‟an, maka ia akan belajar keseriusan

dalam hidup, serta belajar mengatur hidupnya. Para akademisi dan spesialis

sependapat bahwa menghafal Al-Qur‟an memiliki efek yang baik dalam

pengembangan keterampilan dasar pada siswa, serta dapat meningkatkan

pendidikan dan prestasi akademis.

Dr. Abdullah Subaih, profesor psikologi di Universitas Imam Muhammad

bin Su'ud al-Islamiyah di Riyadh, menyerukan kepada para pelajar agar mengikuti

halaqoh-halaqoh menghafal Al-Qur‟an. Ia juga menegaskan bahwa hafalan Al-

Qur‟an tersebut dapat membantu untuk konsentrasi dan merupakan syarat

mendapatkan ilmu. Ia juga menambahkan bahwa semua ilmu pengetahuan, baik itu

ilmu kedokteran, matematika, ilmu syari'ah, ilmu alam dan lain sebagainya,

membutuhkan konsentrasi yang tinggi dalam meraihnya. Dan bagi orang yang

terbiasa menghafalkan Al-Qur‟an, ia akan terlatih dengan konsentrasi yang tinggi.

Menurutnya, sel-sel otak itu seperti halnya dengan anggota tubuh yang lainnya,

yakni harus difungsikan terus. Orang yang terbiasa menghafal, maka sel-sel otak

dan badannya aktif, dan menjadi lebih kuat dari orang yang mengabaikannya. Dr.

Subaih juga menjelaskan bahwa orang yang terbiasa menghafal Al-Qur‟an, maka ia

akan belajar keseriusan dalam hidup, serta belajar mengatur hidupnya. Selain itu,

mereka juga memiliki kemampuan dalam merencanakan tujuan hidup, serta

meraihnya.

Esensi utama dari menghafal Quran bukanlah mendapatkan hafalan Al

Quran. Itu hanyalah bonus. Esensi utama dari menghafal Quran adalah agar kita

semakin sering berinteraksi dengan Al Quran. Karena ketika kita menghafal al

Quran, kita dituntut untuk senantiasa mengulangnya. Dan dengan mengulang itulah

ingatan kita akan semakin tajam. Akan lebih baik lagi bila kita mengulangnya

bersama keluarga atau kelompok halaqoh/mentoring.

Itulah sebabnya kita bisa membaca Al Fatihah tanpa mushaf dengan

mudahnya, bahkan meski pikiran kita tidak fokus ke bacaan, kita masih bisa

menyelesaikannya. Ya, karena kita telah beratus-ratus kali mengulangnya. Jadi,

sesungguhnya tidak ada sikap permisif bagi yang merasa ingatannya kurang baik

untuk tidak menghafal al Quran.

Al-Qur‟an adalah satu-satunya kitab suci yang dihafal oleh ribuan umat

manusia dari seluruh penjuru dunia sepanjang zaman. Dalam usia muda, (usia pra

sekolah hingga SMA) kegiatan menghafal Al-Qur‟an sangat urgen ditanamkan

dalam ingatan mereka agar ingatan mereka yang masih bersih terisi dengan hal-hal

yang bermanfaat. Oleh karena itu, orang tua dan para pendidik hendaknya

memberikan perhatian dan bimbingan yang tepat agar generasi muda ini menjadi

generasi yang bermanfaat bagi agama. Manusia dikatakan belajar jika mengalami

perubahan tingkah laku yang relatif permanen, perubahan pengetahuan,

pengalaman, pemahaman, keterampilan yang terjadi dalam individu sebagai hasil

interaksinya dengan lingkungannya.

2.6 Ancaman Melupakan Al-Qur’an

Al-Qur‟an memiliki banyak keistimewaan, banyak keutamaan bagi siapa

saja yang membaca, mendengarkan dan mengamalkan ajarannya. Namun ada

fenomena ditengah masyarakat sebagian diantara mereka yang meninggalkan Al

Qur‟an seperti yang tergambar dalam firman Allah.

Nabi Muhammad mengadu kepada Allah tentang kaumnya yang sudah

meninggalkan dan acuh tak acuh kepada Al Qur‟an. Bagaimanakah kategorinya?

Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah menyebutkan bahwa ada beberapa kategori

„hajrul Qur‟an “ ( meninggalkan Al Qur‟an ) diantaranya:

1. Meninggalkan iman kepada Al Qur‟an

2. Tidak beramal dengan Al Qur‟an

3. Tidak berhukum dengan Al Qur‟an

4. Tidak memahami dan bertadabur

5. Tidak menggunakan sebagai terapi untuk penyakit hati

Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat diatas menyebutkan Jika mereka

dibacakan Al Qur‟an, mereka menandingi dengan pembicaraan dan bahasa lain

sehingga tidak mendengar Al Qur‟an.

· Meninggalkan ilmu dan menghafalnya

· Meninggalkan iman dan membenarkannya

· Meninggalkan tadabur dan memahaminya

· Meninggalkan beramal perintah dan larangannya

· Beralih ke syair,perkataan, lagu, senda gurau dan perkataan lain.

“Barangsiapa berpaling dari Al-Qur‟an, maka sesungguhnya ia akan

memikul dosa yang besar di hari kiamat.” (QS. Thaha: 100)

Atau di ayat yang lain Allah berfirman:

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya

baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari

kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124)

Imam Ibnu Katsir juga menjelaskan:

Berpaling dari peringatan-Ku artinya menyelisihi perintah-Ku dan yang

diturunkan kepada Rasul (berpaling dari Qur‟an dan Sunnah), serta

mengambil petunjuk lain selain Qur‟an dan Sunnah.

Kehidupan yang sempit artinya hatinya tidak tenang, selalu gelisah, dadanya

sesak/sempit karena kesesatannya. Atau kehidupannya yang sempit/susah,

atau disempitkan kuburannya.

Di akherat dalam keadaan buta, karena kesesatannya itu yang

menghantarkan ke neraka Jahannam.

Menurut Imam Ibnul Qoyyim, bahwa perilaku meninggalkan Al-Qur‟an

(berpaling dari Al-Qur‟an) itu bermacam-macam bentuknya, diantaranya adalah:

1. Tidak mau (enggan) mendengarkannya dengan seksama. (atau mau

mendengarkan tetapi tidak iman)

2. Tidak mengamalkan kandungannya.

3. Tidah bertahkim atau menjadikannya sebagai landasan hukum dalam

memutuskan setiap perkara.

4. Tidak bertafakkur, memahaminya dan mengetahui apa yang dikehendaki

oleh Allah (bukan dengan kehendak kita, seperti yang dilakukan orang-

orang Islam liberal).

5. Tidak menjadikannya sebagai obat penyembuh bagi berbagai macam

penyakit hati.

2.7 Metode Menghafal Al-Qur’an

SDIT Fithrah Insani 2, Baleendah memiliki suatu visi misi yang cukup

mulia dan penuh dengan harapan agar nantinya siswa-siswi yang sudah lulus dari

SDIT bisa menjadi anak yang sholeh, bertanggung jawab dan menjadi seorang

pemimpin yang bijaksana.

Hasil observasi dan wawancara dengan guru wali kelas di dalam proses

belajar mengajar di kelas metode yang digunakan ialah tidak menentu, namun yang

sudah digunakan dan dipraktekkan ialah metode guru membaca dahulu satu ayat

yang diulang-ulang sebesar 3 kali atau lebih yang kemudian para siswa

menirukannya dengan sistem yang sama pula yaitu mengulang-ulang satu ayat

tersebut sebanyak 3 kali atau lebih. Selanjutnya mengecek satu persatu hafalan satu

ayat tersebut, jika ada yang belum hafal diulang kembali secara bersama-sama

kemudian dicek lagi hafalannya satu persatu sampai siswa hafal. Setiap kali

pertemuan pelajaran tahfidz materi hafalannya sebanyak dua ayat, namun jika

ayatnya pendek-pendek kadang ditambah satu ayat menjadi tiga ayat.

Awal mulanya proses pembelajaran Tahfidzul Qur‟an anak-anak diminta

berkumpul di lantai secara melingkar mengelilingi gurunya yaitu Pak Yahya.

Kemudian Pak Yahya memulai pelajaran tahfidz dengan meminta kepada para

siswa untuk membaca materi tahfidz yang sudah dihafalkan pada hari-hari yang

telah lalu secara bersama-sama. Setelah itu prosesnya seperti di atas yaitu guru

membaca satu ayat pendek sebanyak 3 kali atau lebih kemudian para siswa diminta

menirukan secara bersama-sama sebanyak 3 kali atau lebih lalu dicek satu persatu

hafalan satu ayat yang telah dihafal tadi. Di akhir pelajaran Pak Yahya mengulang

dari ayat pertama sampai dua atau tiga ayat yang baru saja ditambah hafalannya.

Kemudian para siswa dicek lagi satu persatu, jika sudah hafal anak tersebut boleh

duduk dikursi masing-masing namun jika ada yang belum hafal dan dari awal tidak

mengikuti pelajaran tahfidz dengan baik dan benar atau sering ramai sendiri maka

siswa tersebut diberi hukuman berdiri di depan atau di pojok kelas selama kurang

lebih 5 – 10 menit.

Dari pengamatan dan wawancara proses pembelajaran Tahfidzul Qur‟an

yang dilaksanakan di SDIT Fithrah Insani 2 berdasarkan uraian yang penulis

kemukakan di atas maka dapat di klasifikasikan metode yang diterapkan oleh guru

tahfidz yang sekaligus manjadi wali kelas ialah :

a. Metode Talaqi

Metode Talaqi, yaitu cara menghafal dengan guru memabaca perayat kemudian

siswa meniru bacaan guru. Dalam hadits yang disebutkan bahwa Rasulullah belajar Al-

Qur‟an secara talaqi lewat malaikat Jibril dan berangsur-angsur dalam penghafalannya,

karena mengingat bahwa Al-Qur‟an terdiri atas enam ribuan ayat lebih.

b. Metode Takrir (pengulangan)

Metode takrir adalah suatu metode mengulang hafalan yang sudah

diperdengarkan kepada instruktur (guru) yang fungsinya adalah untuk menjaga agar

materi yang sudah dihafal tidak kelupaan.

Pelaksanaan metode takrir ini adalah pada saat setiap kali siswa-siswi kelas

3 mau pulang sekolah dan setiap di awal pelajaran tahfidz dilaksanakan.

Diterapkannya metode takrir ini adalah untuk menyeimbangkan antara banyaknya

hafalan secara keseluruhan dengan kemampuan menambah hafalan sehingga

dengan adanya metode takrir ini diharapkan tidak terjadi kelupaan terhadap ayat-

ayat yang telah dihafal. Dengan demikian, maka dengan kegiatan menghafal

metode takrir sangat diperlukan.

c. Metode Setor

Istilah setor dalam aktifitas menghafal Al-Qur‟an adalah memperdengarkan

hafalan-hafalan baru kepada guru. Kegiatan setor ini wajib dilakukan oleh semua

siswa yang menghafal Al-Qur‟an. Karena pada waktu setor inilah maka hafalan

siswa disimak oleh guru sehingga dengan setor hafalan santri akan terus bertambah,

di samping itu bacaan dan hafalan siswa juga dapat terpelihara kebenarannya.

Kegiatan setor hafalan Al-Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2, Baleendah

secara umum caranya tidak jauh berbeda dengan metode di pondok pesantren yang

khusus untuk program tahfidz. Adapun caranya adalah siswa secara satu persatu

memperdengarkan hafalan-hafalan baru yang telah dihafalnya kepada guru.

Sebelum sampai pada tahap setor hafalan, terlebih dahulu bacaan siswa harus

disema‟ oleh guru tahfidznya. Pada langkah ini, siswa membacanya dengan melihat

langsung (binnadzar) yang biasanya dilakukan setelah akhir pelajaran.

Kemampuan setor hafalan bagi siswa sangat beragam, sehingga banyak atau

sedikitnya setor tidak dibatasi tetapi semua itu disesuaikan dengan kemampuan

siswa sendiri-sendiri. Metode setor ini memiliki efek yang besar untuk memelihara

hafalan, sehingga pelaksanaannya sangat dibutuhkan dan sangat ditekankan oleh

pihak SDIT Fithrah Insani 2, langkah ini dimaksudkan agar siswa selalu rutin dan

rajin menghafal sehingga diharapkan santri mampu mencapai target yang

ditetapkan.

d. Metode Tes Hafalan

Metode tes hafalan adalah usaha yang dilakukan oleh pihak SDIT Fithrah

Insani 2, Baleendah untuk menilai keadaan hafalan santri dengan penekanan pada

materi ketepatan bacaan yang meliputi makhroj maupun tajwidnya. Pelaksanaan tes

ini dilakukan ketika ujian tengah semester dan akhir semester, sedangkan yang

bertindak sebagai penguji adalah guru Tahfidzul Qur‟an itu sendiri.

Tindak lanjut dari pelaksanaan metode tes hafalan ini adalah untuk

memperbaiki hafalan. Bila hafalan siswa itu dinilai kurang baik, sebelum ia

melangkah pada materi hafalan selanjutnya. Dalam proses pembelajaran yang

diterapkan oleh guru Al-Qur‟an SDIT Fithrah Insani 2 ini terkadang mempunyai

beberapa kendala atau hambatan yang timbul ketika proses pembelajaran itu

berlangsung.

2.8 Definisi Kemampuan

Kemampuan yang dimaksud peneliti disini ialah Kemampuan akademis.

Kemampuan akademis terbagi menjadi 2 bagian yaitu gifted dan talented. Istilah

gifted ditujukan untuk orang yang memiliki kemampuan akademis (secara umum)

yang tinggi. Misalnya, seorang yang mendapatkan skor IQ yang tinggi pada

pengerjaan tes kecerdasan/intelegensi (terkait: IQ Tidak Sama dengan Kecerdasan),

sedangkan talented adalah kemampuan seseorang yang unggul dalam bidang

akademis khusus (seperti matematika, bahasa) juga bidang musik, seni, dan drama.

Contoh orang yang talented adalah seseorang yang unggul dalam bidang akademik,

kususnya matematika sehingga mendapatkan penghargaan atas kemampuan

akademiknya.

Maka dari itu, sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an ini diharapkan bisa

mencapai kemampuan-kemampuan tersebut, karena dengan seringnya menghafal,

anak akan terbiasa mengingat sesuatu yang sekalipun sulit, daya ingatnya akan

semakin terasah yang di akibatkan rangsangan-rangsangan otak yang diterimanya

lewat hafalan.

2.9 Bidang Studi Pendidikan Agama Islam

2.9.1 Pengertian Bidang Studi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan adalah "segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan

anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan".

Menurut Ki Hajar Dewantara sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata,

bahwa pendidikan adalah "Usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang

ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan".

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah

usaha yang dilakukan secara sadar untuk mendewasakan manusia baik jasmani

maupun rohani melalui pengajaran dan pelatihan. Adapun yang dimaksud dengan

Pendidikan Agama seperti yang dijelaskan pada undang-undang Sisdiknas Nomor

20 tahun 2003 pasal 30 BAB IV menjelaskan bahwa pendidikan

keagamaan; .pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik

menajdi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran

agamanya dan menjadi ahli ilmu agama.

Berdasarkan pengertian umum tersebut,dalam bukunya Ilmu Pendidikan

Islam, Zakiyah Darajat dan kawan-kawan menjelaskan bahwa yang dimaksud

dengan Pendidikan Agama Islam adalah:

"Suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya

setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam

Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada

akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang

telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan

keselamatan dunia dan akhirat kelak".

Kemudian dalam edaran Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam

Departemen Agama RI, sebagaimana dikutip oleh Drs. H. M. Alisuf Sabri

mengartikan bahwa:

"Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa

dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalakan agama Islam melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan

adalah menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama

dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional".

Dari berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

Agama Islam adalah usaha bimbingan yang dilakukan secara sadar untuk

mengarahkan anak didik mencapai kedewasaan baik jasmani maupun rohani sesuai

dengan ajaran agama Islam dan pada akhirnya dapat menjadikan ajaran agama

Islam sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan.

2.9.2 Tujuan Bidang Studi Pendidikan Agama Islam

Tujuan yaitu "sasaran yang akan dicapai seseorang atau sekelompok orang

yang melakukan kegiatan. Bila pendidikan kita dipandang sebagai suatu proses,

maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir pendidikan.

Dalam proses pendidikan, tujuan akhir merupakan tujuan tertinggi yang hendak

dicapai. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan.pada hakekatnya adalah

suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang

diinginkan.

Suatu proses yang diinginkan dalam usaha pendidikan adalah proses yang

terarah dan bertujuan yaitu mengarahkan anak didik kepada titik optimal

kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya

kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan social serta hamba

Tuhan yang mengabdikan diri kepada Nya. Dalam pendidikan agama Islam, nilai-

nilai yang hendak dibentuk adalah nilai-nilai Islam. Artinya tujuan pendidikan

agama Islam adalah tertanamnya nilai-nilai Islam ke dalam diri manusia yang

kemudian terwujud dalam tingkah lakunya.

Untuk lebih jelasnya tentang tujuan pendidikan agama Islam, maka peneliti

akan mengutip beberapa pendapat ahli pendidikan sebagai

berikut:

Menurut Mahmud Yunus, tujuan pendidikan agama Islam adalah

menyiapkan anak supaya diwaktu dewasa kelak mereka cakap melakukan

pekerjaan dunia dan amalan akhirat, sehingga tercapai kebahagiaan bersama dunia

dan akhirat. M. Arifin mengemukakan bahwa tujuan pendidikan agama Islam

adalah terciptanya manusia yang berilmu pengetahuan tinggi, dimana iman dan

takwanya menjadi pengendali dalam penerapan atau pengaruhnya dalam

masyarakat. Sedangkan secara garis besarnya tujuan pendidikan agama Islam

menurut Zakiyah Darajat ialah untuk membina manusia menjadi hamba Allah yang

shaleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perbuatan, pikiran dan perasaan.

Pada dasarnya tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan Islam tak

terlepas dari eksistensi manusia hidup di dunia ini, yaitu dalam rangka beribadah

kepada Allah selaku khalik sekalian makhluknya. Dalam Surat Adz-Dzariyat ayat

56 Allah berfirman:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

menyembah-Ku (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama

Islam adalah merealisasikan manusia muslim yang beriman dan bertaqwa serta

berilmu pengetahuan yang mampu mengabadikan diri kepada Allah dan selalu

mengerjakan perintah Nya dan menjauhi laranganNya.

2.9.3 Ruang Lingkup Bidang Studi Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup pendidikan agama Islam memiliki cakupan sangat luas,

karena ajaran Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh aspek

kehidupan manusia, maka pendidikan agama Islam merupakan pengajaran tata

hidup yang berisi pedoman pokok yang digunakan oleh manusia dalam menjalani

kehidupannya di dunia ini dan untuk menyiapkan kehidupannya yang sejahtera di

akhirat nanti.

Dalam bukunya, "Ilmu Pendidikan Islam", M. Arifin Ilham mengatakan

bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup segala bidang kehidupan

manusia di dunia dimana manusia mampu memanfaatkannya sebagai tempat

menanam benih amaliah yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti, maka

pembentukan nilai dan sikap amaliyah islamiyah dalam pribadi manusia baru akan

tercapai dengan efektif bilamana dilakukan melalui proses kependidikan yang

berjalan di atas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan.

Dalam buku "Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam",

disebutkan mengenai ruang lingkup pendidikan agama Islam adalah mewujudkan

keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara Hubungan manusia dengan Allah

SWT, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam.

Bagian bahan pengajaran pendidikan agama Islam itu sendiri

meliputi:

a. Keimanan

b. Ibadah

c. Akhlak

d. Syari'ah

e. Mu'amalah

f. Tarikh.

Sedangkan luas dalamnya pembahasan tergantung pada lembaga pendidikan

yang bersangkutan, tingkat kelas, tujuan dan tingkat kemampuan anak didiknya.

Untuk sekolah-sekolah agama, pembahasannya lebih luas dan mendalam dari pada

sekolah-sekolah umum.

2.9.4 Tolak Ukur Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

Prestasi belajar siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan evaluasi atau

assessment, karena dengan cara itulah dapat diketahui tinggi rendahnya prestasi

belajar siswa atau baik buruk prestasi belajarnya. Disamping itu evaluasi berguna

pula untuk mengukur tingkat kemajuan yang dicapai oleh siswa dalam satu kurun

waktu proses belajar tertentu, juga untuk mengukur posisi atau keberadaan siswa

dalam kelompok kelas serta mengetahui tingkat usaha belajar siswa.

Adapun ragam evaluasi yang dapat dilakukan untuk mengukur prestasi

belajar siswa dalah sebagai berikut :

a. Pre test adalah evaluasi yang dilakukan guru secara rutin pada setiap akan

memulai penyajian materi baru. Tujuannya adalah mengidentifikasi taraf

pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan.

b. Post test adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir

penyajian materi. Tujuannya untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas

materi yang telah disajikan.

c. Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang dilakukan setelah selesai penyajian

sebuah satuan pelajaran. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi bagian-

bagian tertentu yang belum dikuasai siswa.

d. Evaluasi Formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir penyajian

satuan pelajaran atau modul. Tujuannya untuk memperoleh umpan balik yang

sama dengan evaluasi diagnostik, yaitu untuk mengetahui kesulitan belajar siswa.

e. Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengukur kinerja

akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program

pengajaran.

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Berdiri dan Proses Perkembangannya

Pendirian SDIT Fithrah Insani digagas oleh beberapa orang (yaitu Didik

Agus Triwiyono, Maman Sulaeman, Saepudin, Rachmat Tarman dan Aries

Fariady) di desa Tanimulya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung yang pada

awal tahun 2002 merasa gundah terhadap anak-anak mereka yang akan memasuki

usia Sekolah Dasar. Kegundahan tersebut berawal pada kesulitan untuk

menemukan sekolah yang terjangkau dan berkualitas, baik dari sisi pembinaan

wawasan keilmuan maupun pembinaan mental, moral dan agamanya. Ada beberapa

Sekolah Islam Terpadu yang berkualitas tetapi relatif kurang terjangkau dari sisi

pertimbangan jarak dan pertimbangan ekonomi.

Berangkat dari kondisi tersebut beberapa orang tersebut bersepakat untuk

mengembangkan sebuah Sekolah Dasar Islam Terpadu, yang akhirnya diberi nama

Fithrah Insani. Belajar dari beberapa sekolah yang menggunakan konsep Sekolah

Islam Terpadu yang telah lebih dahulu tumbuh di Bandung dan sekitarnya, lengkap

dengan kurang dan lebihnya, beberapa orang tersebut kemudian memulai

langkahnya dengan tahapan berikut:

Mensosialisasikan gagasan pendirian SDIT, terutama kepada lingkungan

terdekat di wilayah Ngamprah;

Bersama beberapa tambahan orang lainnya membuat perencanaan pendirian

sekolah;

Membentuk Yayasan Fithrah Insani (YFI) yang akan menaungi lembaga SDIT

Fithrah Insani, (dewan pendirinya adalah Aam Salam Taufik, Didik Agus

Triwiyono

M. Mahdi Idris, Saepudin, Maman Sulaeman dan Yatno) melalui akte notaris no.

01 tanggal 20 Maret 2002 di hadapan notaris Iriawan, SH;

Membentuk sebuah badan otonom pengelola sekolah yaitu Badan Perguruan

Fithrah Insani (BP-FI) melalui Surat Keputusan Ketua Yayasan Fithrah Insani

No. KEP-001/YFI/04/2002 tangggal 11 April 2002;

Membuat nota kesepahaman kerjasama dengan Dewan Keluarga Masjid Al-

Mujahidin di Komp. Tanimulya Indah, desa Tanimulya, Ngamprah, yang isinya

adalah kesepakatan penggunaan lokal kelas yang ada di lingkungan Masjid Al-

Mujahidin tersebut untuk penyelenggaraan SDIT FI;

Bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Pendidikan Terpadu (LP2T)

Insani untuk membantu pengembangan perangkat lunak sekolah;

Melaksanakan persiapan teknis penyelenggaraan sekolah, di antaranya adalah :

menginventarisasi calon siswa dan membuka pendaftaran calon siswa,

menyeleksi calon guru (bersama LP2T), mengadakan seminar pendidikan, open

house dll;

Penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk pertama kalinya pada

bulan Juli 2002 dengan 24 orang siswa dan dua orang guru, yaitu Dra. Chairini

(merangkap Kepala Sekolah) dan Dra. Hartati (merangkap wali kelas), dan pada

bulan Januari 2003 ditambah dengan Dra. Dwi Handayanti.

Awal tahun 2003 BP-FI berhasil mengumpulkan dana untuk membebaskan

lahan seluas 560 m2 dan dana (sebagian di antaranya adalah hutang dari personal

dan dari Bank Syariah Mandiri Bandung) untuk membangun di atas tanah tersebut

gedung berlantai dua dengan enam ruang kelas dengan luas bangunan 255 m2.

Bangunan baru tersebut diselesaikan pada bulan Juni 2003 dan mulai dipergunakan

pada tahun pelajaran 2003-2004 yaitu mulai bulan Juni 2003.

Pada kesempatan selanjutnya pengembangan dilakukan terus baik dari sisi

kemampuan manajemen, penyediaan sarana-prasarana, peningkatan kualitas

penyelenggaraan KBM, pembinaan SDM dan siswa. Pada tahun 2004 berhasil

dibebaskan tanah tambahan seluas 350 m2 yang bersambung dengan lahan

sebelumnya, dan pada tahun 2005 dilakukan pembangunan tahap kedua sebanyak 4

lokal, di mana dua lokal dipergunakan untuk kantor dan laboratorium komputer

serta perpustakaan. Pada tahun ini jumlah siswa telah mencapai 225 siswa yang

terbagi dalam 9 rombel (rombongan belajar). Kemudian pada tahun 2006 dilakukan

pembangunan tahap ketiga dan keempat yang membangun tambahan 4 ruang kelas

pada lantai-2. Hal ini mengikuti kebutuhan ruang kelas sehubungan dengan

bertambahnya rombel yang menjadi 12 pada tahun pelajaran 2006-2007.

Selanjutnya pada tahun 2007 kembali dibangun 4 ruang kelas baru di lantai-

3 sehingga total telah tersedia 16 ruang kelas. Dan pada tahun pelajaran 2007-2008

SDIT Fithrah Insani telah menampung siswa baru sebanyak 141 siswa dalam 5

kelas paralel, sehingga total siswanya sebanyak 560 siswa. Merespon permintaan

saudara-saudara kami di wilayah Baleendah dan sekitarnya, pada tahun 2006

Yayasan Fithrah Insani mendirikan SDIT Fithrah Insani-2 dengan mengontrak

bangunan yang bertempat di Komplek Griya Prima Asri (GPA) Jl. Dadali E14 No.

13 Baleendah. Pada angkatan pertama ini terekrut sebanyak 29 siswa. Guna

pengembangan sekolah, YFI pada Februari 2007 alhamdulillah telah berhasil

membebaskan tanah seluas 2100 m2 di Jl. Laswi 177A Kel. Manggahang, Kec.

Baleendah yang kemudian dibangun lima lokal ruang kelas dan kantor. Hal itu

seiring dengan perkembangan siswa, di mana pada tahun pelajaran 2007-2008

SDIT FI-2 menerima 40 orang siswa baru yang terbagi dalam 2 rombel.

3.2 Letak Geografis dan Lingkungan

SDIT Fitrah insani 2 Baleendah Kab.Bandung, didirikan oleh yayasan

Fitrah insani yang mulai beroperasi pada tahun 2006, yayasan fitrah insani sendiri

didirikan pada tanggal 23 maret 2000, yang di pimpin oleh Hj.Chairini,S.Si. di

bawah pengawasan dewan Pembina yaitu bapak didik beserta pimpinan lainya,

berdirinya yayasan fitrah insani khususnya di wilayah baleendah (Manggahang),

merupakan usulan dari beberapa tokoh pendidikan di Baleendah serta beberapa dari

pengurus yayasan yang sebagian berdomisili di baleendah, karena yayasan fitrah

insani itu sendiri berada di wilayah bandung barat tepatnya di daerah ngamprah

padalarang, mengingat kawasan baleendah merupakan kawasan yang sangat

strategis dan masih minimnya sekolah Islam terpadu (SD IT) maka berinisiatiflah

fihak yayasan untuk mencoba membuka SD IT Fitrah insani 2 di baleendah, dan

Alhamdulillah dengan perjuangan keras dari waktu kewaktu mengalami kemajuan

yang cukup signifikan hingga sekarang.

Namun di balik hal tersebut, SD IT Fitrah insani 2 punya visi misi sendiri,

mengapa didirikanya sekolah ini, pikiran yang mendasar adalah SD IT Fitrah insani

menjadi bingkai dakwah yang bergerak di dunia pendidikan, visi SD IT Fitrah

insani adalah “menjaga fitrah membina insan kamil „Menjaga Fitrah adalah

menjaga apa yang melekat pada jati diri manusia yang terus di arahkan kearah yang

lebih baik, kemudian “Membina Insan Kamil “ yang artinya selalu menanamkan

nilai – nilai keislaman dan intelektual guna mencapai generasi Al-Qur‟an yang

syamil mutakamil dengan demikian para siswa yang menempuh pendidikan di SD

IT Fitrah insani bisa menjadi insan yang bertakwa, berakhlakul karimah dan

kemudian memiliki intelektual yang berkualitas dengan pembinaan akhlak, aqidah,

ibadah dan jasmani yang sehat kemudian di harapkan dapat melahirkan generasi

qur-ani yang cinta pada Al-Qur‟an dan dapat menjawab tantangan di masa depan.

2.Letak dan Lingkungan

SDIT Fitrah insani 2 baleendah berada di wilayah bandung selatan

kab.bandung, tepatnya di kecamatan baleendah, kelurahan manggahang RT 04, RW

18, Kp.Pasar kemis, SDIT Fitrah insani berada di wilayah strategis, mudah di

jangkau oleh sarana transfortasi dan jauh dari keramaian kota sehingga

memungkinkan belajar berlangsung dengan tenang.

3.3 Dasar dan Tujuan Pendidikannya

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Q.S Annisa: 9

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir

terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada

Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar”.

Sabda Rasulullah SAW: "Semua anak dilahirkan dalam keadaan fithrah.

Maka Ibu dan Bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi."

(H.R. Bukhori). Setiap pribadi, pasti memiliki potensi yang unik yang harus dibina

dan dikembangkan agar bermanfaat untuk dirinya, keluarga sekaligus menjadi aset

bagi ummat dan bangsa. Pola pendidikan pun harus diarahkan dengan seksama agar

proses pembinaan menjadi berkualitas serta dapat menjadi berkualitas serta dapat

menjaga kemurnian fithrahnya sebagai manusia seutuhnya sehingga terbentuklah

pribadi-pribadi insan kamil.

Oleh sebab itu, SD Islam Terpadu Fithrah Insani hadir di tengah-tengah

masyarakat sebagai salah satu solusi bagi para orang tua untuk memberikan

pendidikan yang baik dan berkualitas kepada anak.

Sistem Pendidikan

Sistem Pendidikan di SDIT Fithrah Insani menggunakan metode yang

terpadu dengan melakukan islamisasi bidang studi, menyeimbangkan pembinaan

akal, ruh dan jasad dengan mengedepankan kerjasama yang baik antara sekolah,

orang tua dan masyarakat (lingkungan). Pola pembelajaran dilaksanakan dengan

sistem semi full-day school dengan menerapkan konsep dasar “Integrated-

learning”, dimana seluruh program dan aktivitas anak yang ada di sekolah mulai

dari belajar, makan, dan beribadah dikemas dalam suatu sistem pendidikan.

VISI

Menjadi sekolah yang mendidik siswa memiliki dasar aqidah, berakhlak islami,

berilmu dan mandiri

MISI

1. Mendidik dan meluluskan siswa dengan keunggulan dalam kepribadian islami,

kemandirian, keterampilan dan keilmuan;

2. Menyediakan sekolah unggul dengan SDM,sarana dan prasarana berkualitas;

3. Mengelola sekolah dengan manajemen yang kuat dan profesional;

4. Sekolah yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

menggunakan multi media dan multi metode.

Kurikulum

Kurikulum yang digunakan mengacu pada pola KTSP dengan standar

kompetensi lulusan sesuai dengan Departemen Pendidikan Nasional yang

dipadukan dengan pola pembelajaran islami

Program Khusus

1. TTQ (Tilawah dan Tahfidz Qur'an)

Melalui pengajaran dengan metode 'A Ba Ta Tsa' selama 2 jam pelajaran

per hari

2. IPA Terpadu

Pembelajaran secara komprehensif didukung dengan alat peraga yang

memadai

3. Komputer

Melalui pembelajaran secara langsung dan aplikatif, sehingga siswa

memiliki kemampuan praktis yang bisa langsung dipraktekan. Didukung koneksi

internet 24 jam, lab. komputer dan IT based learning menjamin proses

pembelajaran yang terpadu dengan baik

4. Bahasa Inggris

Melalui kegiatan dalam mata pelajaran secara khusus dipadukan dengan

kegiatan ekskul

5. Bimbingan dan Konseling

Bekerjasama dengan psikolog dari lembaga independen, untuk memberikan

pelayanan terbaik kepada siswa dan orangtua

6. Outdoor Learning

Pembelajaran secara langsung di alam terbuka dalam mengembangkan sikap

mandiri, pantang menyerah dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan.

Quality Assurance

1. Hafal Al-Quran minimal minimal 2 (dua) juz;

2. Gemar tilawah Al-Quran dengan bacaan tartil;

3. Hafal hadits dan do'a pilihan;

4. Memiliki aqidah yang benar;

5. Hormat pada guru dan orang tua;

6. Memiliki kemampuan akademis untuk melanjutkan studi ke jenjang

pendidikan lanjutan yang berkualitas;

7. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik;

8. Memiliki dasar keterampilan komputer;

9. Mampu menampilkan akhlak yang terpuji, kesadaran ibadah, pola hidup

teratur, bersih dan sehat;

10. Siswa memiliki kemandirian belajar.

Fasilitas

1. SDM yang berkualitas baik dari segi kompetensi pendidikan dan keilmuan

maupun aqidah serta akhlaknya

2. Lokasi sekolah yang representative

3. Gedung 3 lantai milik sendiri, menjamin proses KBM dapat berjalan dengan

optimal

4. Masjid sebagai sarana pembinaan ibadah

5. Laboratorium komputer dengan akses internet 24 jam

6. Sarana parktikum Sains dilengkapi dengan sarana Multimedia

7. Perpustakaan sekolah sebagai penunjang belajar siswa

8. Sarana Olahraga

Ekstrakurikuler

1. Life Skill

> Menggambar dan Mewarnai

> Seni Drama dan Tari

> Seni Musik

> Catur

> Nasyid

> Handy craf

> Pramuka / Kepanduan

2. Ekskul Pilihan

> English Club

> Sains Club

> Renang

> Futsal

> Beladiri / Pencak Silat

> Beladiri/ Taekwondo

> Komputer

> Musik Gitar

3.4 Keadaan Siswa, Guru, dan Karyawan

a. Data Potensi Peserta Didik

1. Jumlah Peserta Didik: 519

2. Rekapitulasi Peserta Didik setiap tahun pelajaran.

Tabel 3.1

Tahun

Jumlah Peserta Didik

Per Level Kelas

Jumlah

K1s

1

Kls

2

Kls

3

Kls

4

Kls

5

Kls

.6

2006-2007

2007-2008

2008-2009

2009-2010

2010-2011

2011-2012

2012-2013

33

41

65

85

77

120

118

32

43

66

85

77

11

8

30

50

66

87

77

30

50

68

87

30

51

67

30

52

33

73

138

231

308

433

519

3. Jumlah Rombel

Tabel 3.2

Tahun Rombel per level Kelas Jumlah

Kls

1

Kls

2

Kls

3

Kls

4

Kls

5

Kls

6

2006-2007

2007-2008

1

2

1

1

3

2008-2009

2009-2010

2010-2011

2011-2012

2012-2013

3

3

3

4

4

2

3

3

3

4

1

2

3

3

3

1

2

3

3

1

2

3

1

2

6

9

12

16

19

4. Jumlah Lulusan dan Peserta didik yang melanjutkan ke jenjang sekolah

Tabel 3.3

Tahun

Pelajaran

Lulusan % Rata-rata NEM Siswa Melanjutkan

Jumlah Lulus Hasil Target Jumlah Target

2011-2012

2012-2013

30

52

100%

100%

30

52

100%

100%

b. Data Potensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

1. Tenaga Kependidikan

a. Guru Tetap Yayasan (GTY) : 23

b. Tenaga Non Guru:

- Tim TTQ : 12

- Staf TU : 4

- Pembina Ekskul : 8

- Staf Umum : 4

Jumlah Keseluruhan : 51 Orang

3.5 Keadaan Sarana dan Prasarana

Kegiatan belajar mengajar tentunya juga membutuhkan peralatan yang dapat

menunjang jalannya proses belajar mengajar. Dalam hal ini pihak guru sangat

mengupayakan peralatan-peralatan yang sekiranya menunjang kegiatan siswa,

walaupun bukan peralatan yang modern tetapi paling tidak siswa dapat mengerti dan

paham apa yang disampaikan oleh guru, selain itu sarana pra sarana yang terkadang

belum ada di sekolah yang maju sudah ada seperti halnya baju peralatan praktik haji.

Adapun sarana dan fasilitas pendidikan yang dimiliki SDIT Fithrah Insani 2,

Baleendah adalah sebagai berikut:

1. Ruang Belajar : 19 Ruang

2. Ruang Kepala Sekolah : 1 Ruang

3. Ruang Guru : 1 Ruang

4. Ruang dapur : 1 Ruang

5. Masjid : 1 Ruang

6. Ruang UKS : 1 Ruang

7. Ruang Perpustakaan : 1 Ruang

8. Ruang Tamu : 1 Ruang

9. Ruang TU : 1 Ruang

10. WC : 14 Ruang

11. Halaman Bermain dan Upacara : 1 Halaman

12. Area Parkir : 1 Halaman

13. Kantin Sekolah : 1 Halaman

14. Taman Sekolah : 7 Taman

15. Gudang : 1 Ruang

16. Ruang Laboratorium Komputer : 1 Ruang

17. Ruang Laboratorium IPA : 1 Ruang

Struktur ........................

3.6 Adminstrasi Sekolah

Kegiatan sekolah meliputi semua kegiatan yang berkaitan dengan

pendidikan di sekolah, kegiatan – kegiatan di sekolah harus di tunjang dengan

pelayanan administrasi sekolah yang teratur, terarah dan terencana, pelayanan

administrasi sekolah yang baik akan menunjang proses belajar mengajar yang baik

pula. Penyelenggaraan proses belajar mengajar yang baik akan dapat menghasilkan

hasil belajar siswa seperti yang di harapkan oleh tujuan pendidikan nasional.

pelayanan teknis edukatif yang di tunjang oleh pelayanan administrasi yang efektif

dan efisien akan meningkatkan mutu hasil belajar siswa. administrasi sekolah yang

efektif dan efisien menggunakan beberapa pendekatan yaitu:

1. Berorientasi kepada tujuan yang berarti bahwa administrasi sekolah menunjang

tercapainya tujuan pendidikan.

2. Berorientasi kepada pendayaagunakan semua sumber (tenaga dan sarana) secara

tepat guna dan berdayaguna.

3. Mekanisme pengelolaan sekolah meliputi : perencanaan, pengorganisasian di

lakukan secara sistematis dan terpadu.

Ruang lingkup administrasi sekolah yang terdapat di SD IT Fitrah Insani 2

Baleendah,adalah:

1. Administrasi kepala sekolah

2. Administrasi guru

3. Administrasi siwa

4. Administrasi kepegawaian

5. Administrasi keuangan

6. Administrasi keuangan menyurat

7. Administrasi surat

8. Administrasi perpustakaan

9. Administrasi pembinaan kesiswaan

10. Administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat

Berikut ini akan di uraiakan mengenai administrasi sekolah yang terdapat di

SD IT Fitrah Insani 2 Baleendah.

1. Administrasi Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai administrator harus mengorganisasikan semua

sumber daya secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan untuk mencapai

tujuan yang telah di tentukan. dalam melakukan tugasnya sehari – hari di bantu staf

kepala sekolah yaitu guru, tata usaha dan pegawai lainya yang ada di bawah

pembinaanya. kepala sekolah berkewajiban melakukan kegiatan yang di bagi tiga

tahapan yaitu:

a. Sebelum awal tahun; penerimaan siswa baru, pendaftaran calon siswa baru,

daftar keadaan siswa menurut tingkatan.

b. Selama tahun pelajaran yang di bagi dalam kegiatan tahunan,semester, bulanan

mingguan, dan harian.

1. Penyimpanan data pribadi siswa: data induk

2. Absensi siswa

3. Penilaian siswa

4. Mutasi siswa

Untuk memperlancar kegiatan kepala sekolah dalam program pendidikan

pengajaran di pergunakan format;

a. Jadwal kegiatan sekolah ( Kalender Penidikan )

b. Jadwal pelajaran sekolah

c. Buku laporan penyerahan pendidikan

d. Buku penyerahan STTB

e. Buku rencana evaluasi belajar

2. Administrasi Guru

Sesuai dengan ruang lingkup, fungsi dan tugas guru sebagai tenaga pendidik

dan pengajar pelaksana jenis – jenis kegiatan proses belajar mengajar administrasi

yang harus di lakukan oleh guru adalah:

a. Menyususn program semester dan satuan pendidikan

b. Menyususn rencana pelaksanaan pelajaran

c. Menyusun program pelaksanaan evaluasi, target kurikulum, pencapaian

kurikulum

d. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar

e. Menyususn nilai tes semester, analisa soal

f. Menyusun laporan pelaksanaan pelajaran setiap akhir semester

g. Melaksanakan evaluasi belajar (semester, tahunan )

h. Mengisi buku agenda kelas,raport (khusus bagi wali kelas )

i. Menyusun bank soal.

3. Administrasi Siswa

a. Daftar calon siswa kelas satu

b. Daftar keadaan sisiwa menurut kelas

c. Buku induk siswa

d. Mutasi siswa

e. Daftar hadir harian,mingguan

f. Papan absensi siswa

g. Daftar US 1 dan US 2

h. Tanda pengenal UAN

I. Daftar kumpulan nilai (UAN,UAS,UAM)

J. Rekapitulasi naik kelas/berhasil UAN, Buku agenda kelas

4. Administrasi Kepegawaian

Administrasi kepegawaian merupakan peñata usaha pegawai dalam

lingkungan sekolah.tujuan penatausahaan pegawai adalah menggunakan tenaga

pengajar agar berdaya guna dan berhasil guna untuk menciptakan, memelihara, dan

mengembangkan usaha kerja yang menyenangkan.

Administrasi kepegawaian meliputi:

a. Buku induk pegawai

b. Surat permintaan dan surat izin

c. Daftar mutasi kepangkatan

d. Uraian tugas

e. Permohonan izin belajar

f. Kenaikan Gaji

g. Surat – surat pengangkatan

h. Map kepegawaian,yang berisi :Copi Ijazah terakhir, Copi SK pengangkatan,

kenaikan gaji, kenaikan pangkat, DP 3, Usulan – usulan.

5. Administrasi Keuangan

Untuk penyelenggaraan usaha – usaha keuangan di perlukan kelengkapan

administrasi sebagai berikut:

a. APBS Dan APBS

b. Buku Kas Umum

c. Buku kas pembantu

d. Kartu iuran sekolah

e. Buku iuran penerimaan sekolah

f. Daftar penerimaan gaji/honorarium

g. Buku setoran bank

h. Arsip bukti pengeluarani

i. Laporan keuangan

6. Administrasi Perlengkapan

Perlengkapan mencakup semua barang yang di perlukan, baik yang maupun

yang bergerak maupun yang tidak bergerak, barang yang habis pakai maupun

barang yang habis pakai.administrasi yang di perlukan adalah:

a. Pengadaan

b. Penyimpanan dan penyaluran

c. Pemeliharaan

d. Penginventarisan dan penghapusan

e. Tata perlengkapan sekolah.

7. Administrasi Surat Menyurat

a. Pengolahan surat menyurat

b. Pengolahan arsip

c. Buku ekspedisi

8. Administrasi perpustakaan

a. Pengelolaan koleksi buku

b. Klasifikasi

c. Katalog

d. Buku induk.

e. Kartu anggota

f. Kartu peminjaman

9. Administrasi Pembinaan Kesiswaan

a. Pembinaan sikap,Pengtahuan Dan Keterampilan

b. Struktur Organisasi

c. Program Kegiatan dan pembiayaan

10. Administrasi Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menunjang pengembangan

masyarakat, oleh karena itu kegiatan sekoah dalam semua bidang harus relevan

dengan kegiatan masyarakat.

Melalui kurikuler dan ekstrakurikuler, sekolah meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap siswa agar dapat membangun dirinya serta ikut

bertanggung jawab atas pembangunan masyarakat dan bangsa secara perorangan

maupun berkelompok,sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

masyarakat.kegiatan sekolah hendaknya sinergis dengan kegiatan masyarakat.

3.7 Prestasi yang telah dicapai

1. Prestasi Akademik dan Non Akademik

Tahun 2007

Juara 1 Lomba Tahfidz Juz „Amma tingkat Kecamatan Baleendah

Juara 1 Lomba Busana Muslim Tingkat Kecamatan Baleendah

Tahun 2009

Juara 2 Lomba Membaca Pemahaman tingkat Gugus IV

Juara 3 Lomba Membaca Tingkat Gugus IV

Juara Harapan II Lomba Berhitung Tingkat Gugus IV

Juara Harapan III Lomba Dikte Tingkat Gugus IV

Tahun 2010

Juara 3 Lomba Baca Cerita Tingkat Provinsi Jawa Barat

Juara 2 Lomba Futsal Tingkat Kabupaten Bandung

Tahun 2012

Juara 3 Lomba Futsal Milad Fithrah Insani tingkat Bandung Raya

Juara 2 Lomba Smart IPS Tingkat Kecamatan Baleendah

Juara 1, 2, dan 3 Lomba Smart IPA Tingkat Kecamatan Baleendah

Juara 1 O2SN Karate Tingkat Kecamatan Baleendah dan Tingkat

Kabupaten Bandung

Juara 3 O2SN Karate Tingkat Provinsi Jawa Barat

Juara Umum Lomba Smart Competition Tingkat Bandung Raya.

3.8 Deskripsi dan Analisis Data

Untuk mengetahui hasil dari proses belajar mengajar perlu adanya suatu

evaluasi dari seorang guru. Yang dimaksud evaluasi di sini adalah suatu tindakan

untuk mengecek hafalan Al-Qur‟an pada siswa sehingga dapat diketahui tingkat

penguasaan dan kemampuan hafalannya setelah menyelesaikan kegiatan belajar

dalam waktu yang telah ditentukan. Tidak hanya hasil hafalannya yang penulis

deskripsikan, namun juga hasil perkembangan pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam-nya pun akan penulis paparkan. Dengan begitu akan diketahui

hubungan antara Tahfidzul Qur‟an dan kemampuan belajar pada bidang Pendidikan

Agama Islam.

Penilaian Tahfidzul Qur‟an dilaksanakan setiap akhir semester yang bersifat

ujian lisan . Untuk menentukan nilai Tahfidzul Qur‟an berupa hafalan takrir yang

dilakukan oleh guru tahfidz yang didasarkan pada seluruh kemampuan siswa dalam

menyetorkan hafalan yang meliputi dari segi tahfidz dan juga tartil.

Penilaian terhadap proses pembelajaran Tahfidzul Qur‟an dilakukan oleh

pembimbing, guru sebagai bagian integral dari pengajaran itu sendiri. Artinya

penilaian harus tidak terpisah dari materi dan metode pengajarannya. Dengan

demikian penilaian hasil belajar tersebut bertujuan melihat kemajuan belajar peserta

didik dalam hal penguasaan materi yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan

yang ditetapkan, yaitu meliputi tes hafalan Al-Quran pada tingkat hafalan yang

telah ditentukan, sehingga dapat diperoleh gambaran hasil belajar yang obyektif.

Untuk mengetahui tentang hasil pelaksanaan pembelajaran Tahfidzul

Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 didapatkan hasil bahwa mengenai penilaiannya

dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 menggunakan

standar nilai tersendiri, adapun penilaiannya untuk sehari-hari dan kenaikannya

ditentukan oleh guru yang membimbing.

Adapun standar nilai yang digunakan di SDIT Fithrah Insani 2 untuk

pelajaran Tahfidzul Qur‟an yaitu:

1. Nilai 75 dengan tingkatan sangat kurang, dengan ketentuan siswa tidak dapat

membaca Al-Qur‟an masih banyak mengalami kesalahan bacaan, tajwid, mad

serta makhrojul huruf kurang benar dan membacanya masih kurang lancar serta

masih sering dibantu guru.

2. Nilai 80 – 85 dengan tingkatan kurang, dengan ketentuan siswa dapat membaca

Al-Qur‟an tetapi masih banyak mengalami kesalahan bacaan, tajwid, mad serta

makhrojul huruf kurang benar dan membacanya masih kurang lancar serta

terkadang masih dengan bantuan dari guru.

3. Nilai 90 dengan tingkatan cukup, dengan ketentuan siswa dapat menghafal Al-

Qur‟an tetapi masih banyak mengalami kesalahan bacaan, tajwid, mad serta

makhrojul huruf kurang benar dan membacanya masih kurang lancar.

4. Nilai 95 dengan tingkatan sangat baik, dengan ketentuan siswa dapat menghafal

Al-Qur‟an dengan terang dan teratur, tidak terburu-buru, menghafalnya sesuai

dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid, mad dan makhrojul huruf.

Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu usaha, kemampuan dan sikap

seseorang dalam menyelesaikan suatu hal di bidang pendidikan. Kehadiran prestasi

belajar sangat penting dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu

yang berada di bangku sekolah. Prestasi juga mencerminkan sejauh mana siswa

telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan di setiap bidang studi.gambaran

prestasi siswa bisa dinyatakan dengan angka.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang menghasilkan sebuah prestasi

yang memuaskan memerlukan metode yang baik dan tepat yaitu metode yang ada

kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran. Yang dimaksud metode di sini adalah

cara-cara yang ditempuh dalam menyampaikan atau memberikan materi ayat-ayat

Al-Qur‟an berupa melafalkan ayat-ayat Al-Qur‟an tersebut tanpa melihat mushaf

Al-Qur‟an.

Setiap kali pertemuan dengan guru dalam pelajaran Tahfidzul Qur‟an siswa

tidak selalu menyetorkan hafalannya artinya ketika siswa itu sudah mampu untuk

menyetorkan hafalannya maka siswa akan menyetorkan hafalannya. Jika siswa

belum mampu untuk menyetorkan hafalannya maka ditunda pada pertemuan

berikutnya dan hafalan yang disetorkan juga semampunya.

Untuk mengatasi ayat-ayat yang sudah dihafal agar tidak lupa lagi atau

melekatkan hafalan yang sudah disetorkan biasanya siswa mengulang-ulang

hafalannya di waktu-waktu kosong. Seperti ketika di SDIT ada jam kosong atau

waktu luang di kelas, di mushola, di rumah dan lain-lain.

Pelajaran Tahfidzul Qur‟an bagi para siswa SDIT Fithrah Insani 2

dimaksudkan bukan untuk menghafalkan Al-Qur‟an secara keseluruhan (30 juz),

karena memang di SDIT Fithrah Insani 2 orientasi mendasar adalah para siswa

mampu membaca Al-Qur‟an. Akan tetapi, meskipun demikian menghafal Al-

Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2ini merupakan langkah awal penanaman hafalan

sejak dini yang diarahkan pada kebutuhan dalam melaksanakan ibadah sholat dan

kebutuhan di lingkungan masyarakat.

Dengan demikian sesuai dengan kurikulum yang dipakai di SDIT Fithrah

Insani 2, maka hasil-hasil yang dicapai oleh para siswa yang dijadikan sampling

dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.4

Hasil Tahfidz yang Dicapai Siswa-siswi Kelas 5 Salman

SDIT Fithrah Insani 2

Target Tahfizh : Al-Jinn Tahfizh

No Nama

1 Ahmad Fauzan Al-Rasyid Al-Mursalat

2 Ahmad Fauzi M'Noor Al-Mursalat

3 Ahmad Jahfal Taqiyuddin Nuh

4 Alwan Dzaki Huwaidi Al-Ma'arij

5 Arkan Firdaus Pathoni Al-Ma'arij

6 Ayasha Kuntum Amaranti Al-Buruj

7 Azmi Ajniha Qudsy Al-Qiyamah

8 Dhiyaul Husna Al-Qiyamah

9 Dimas Aulia Nugroho Al-Ma'arij

10 Fadzya Az Zhifa Riswandi Al-Qiyamah

11 Fatima Marjan Keshia Satriani Al-Insan

12 Fida Rahima Azzahra Al-Insan

13 Ismail Abdurrahim A-Lmursalat

14 Jaziear Fasya Agni Saffanah Al-Muddatsir

15 Marizka Shafira Nurul Aini Al-Muddatsir

16 Muhamad Ruhan Tazkyah Al-Mursalat

17 Muhammad Ariq Fauzi Al-Jinn

18 Muhammad Arsyi Chumaidy Murojaah

19 Muthia Raka Yasyfa Al-Muzammil

20 Nabila Nazwa Alawiah Murojaah

21 Novia Fitri Ramdayanti Al-Mursalat

22 Renita Putri Maharani Al-Mursalat

23 Ririn Shakila Az-Zahra Al-Jinn

24 Saffanah El-Nida Az-Zahra Al-Ma'arij

25 Salma Tsuraya Salsabila Murojaah

26 Shafa Lailatuzzahra Al-Insan

27 Syauqi Ash Shiddiq Al-Insan

28 Yusuf Abdullah Al-Mulk

29 Zaidan Rizqullah Dirgantara

Pratama Al-Muzamil

30 Yahya Ayyash Dermawan Al-Mulk

Mencapai Target 22 73,3%

Dibawah Target 8 26,7%

JUMLAH SISWA 30

Melihat tabel di atas banyak siswa yang sudah hafal surat sesuai yang di

targetkan. Di mana ada 22 anak yang mencapai target dan 8 anak yang belum

mencapai target, sementara yang di targetkan ialah surat Al-Jinn. Kedelapan anak

yang belum mencapai target tersebut yaitu Ahmad Jahfal Taqiyuddin, Alwan Dzaki

Huwaidi, Arkan Firdaus Pathoni, Ayasha Kuntum Amaranti, Dimas Aulia Nugroho,

Saffanah El-Nida Az-Zahra, Yusuf Abdullah, dan Yahya Ayyash Dermawan.

Sementara ke 22 anak yang lainnya, mereka berhasil mendapat nilai memuaskan

karena menghafal surat Al-Qur‟an sesuai yang telah ditentukan yaitu sudah

mencapai surat Al-Jinn bahkan ada yang melebihi.

Metode yang digunakan di SDIT Fithrah Insani ini sudah bisa dikatakan

cukup bagus, terlihat pada beberapa siswa yang sudah bisa menghafal surat-surat

yang wajib dihafalkan. Namun masih ada siswa yang sulit untuk menghafal karena

beberapa faktor diantaranya latar belakang keluarga yang tidak mendukung dan

kesadaran untuk belajar dengan sungguh-sungguh sangat kurang. Para siswa dalam

menghafalkan Al-Qur‟an menggunakan beberapa metode yang dilaksanakan di

SDIT Fithrah Insani 2 yaitu metode talaqqi, takrir, setor, dan metode tes hafalan.

Berdasarkan angket hasil penelitian, dari jumlah semua peserta didik kelas 5

Salman yang berjumlah 30 murid di dapati hasil jawaban yang berbeda-beda

mengenai pembelajaran Tahfidzul Qur‟an ini, yaitu:

1. 17 murid yang menjawab orang tua sebagai faktor pendorong mereka untuk

menghafal Al-Qur‟an sisanya atas kesadaran sendiri. Artinya orang tua lah

yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya, karena masih

sedikitnya minat anak-anak untuk menghafal Al-Qur‟an.

2. 26 murid yang menjawab kadang-kadang untuk membaca bahkan

menghafal Al-Qur‟an dirumah sendiri. Artinya tingkat kerajinan peserta

didik masih kurang dan hanya mengandalkan sekolah tempat mereka belajar,

makanya sekolah-sekolah diharapkan menjadi sekolah unggulan yang

berkualitas tidak hanya pendidikan umum saja namun nilai-nilai keagamaan

sangat di utamakan.

3. Dari segi metode yang di ajarkan, 28 peserta didik yang menjawab efektif.

Artinya metode yang di ajarkan SDIT Fithrah Insani 2 sudah lumayan bagus.

Metode yang digunakan ialah lebih banyak menggunakan metode talaqqi

yaitu guru mencontohkan dan murid meniru bacaan yang disampaikan oleh

guru dan hasilnya disetorkan.

4. Dalam tingkat kesulitan, terdapat 28 peserta didik yang menjawab masih

kadang mengalami kesulitan. Kesulitan-kesulitan tersebut yaitu terdapatnya

ayat-ayat yang sama kalimatnya hampir dari tiap surat khususnya juz-juz

terakhir seperti juz 30, 29 sebagai contohnya. Tidak hanya kalimat yang

sama, tapi juga disebabkan oleh pikiran yang kacau atau tidak konsentrasi

baik pengaruh lingkungan sekitar ataupun banyaknya pelajaran-pelajaran

lain yang mereka hadapi.

5. Dalam menghadapi ujian Tahfidz, agar mendapatkan nilai yang maksimal

sebagian besar peserta didik menjawab tilawah yang rajin merka tidak

hanya bertilawah tapi juga melakukan muroja‟ah (mengulang-ulang

hafalan)

Tabel 3.5

Nilai Perkembangan PAI

NO Nama Kognitif Psikomotorik Apektif

1 Ahmad Fauzan A 95 93 89

2 Ahmad Fauzi M'Noor 88 93 85

3 Ahmad Jahfal T 83 90 80

4 Alwan Dzaki H 87 93 85

5 Arkan Firdaus P 86 90 79

6 Ayasha Kuntum A 88 89 77

7 Azmi Ajniha Qudsy 94 94 83

8 Dhiyaul Husna 97 94 92

9 Dimas Aulia Nugroho 77 91 80

10 Fadzya Az Zhifa R 93 94 87

11 Fatima Marjan K S 87 92 86

12 Fida Rahima Azzahra 94 93 86

13 Ismail Abdurrahim 89 92 86

14 Jazier Fasya A S 79 93 86

15 Marizka Shafira N A 87 92 84

16 Muhamad Ruhan T 84 91 86

17 Muhammad Ariq F 87 93 89

18 Muhammad Arsy Ch 88 93 83

19 Muthia Raka Yasyfa 95 92 90

20 Nabila Nazwa A 96 94 88

21 Novia Fitri R 95 94 91

22 Renita Putri Maharani 89 92 89

23 Ririn Shakila A 81 90 85

24 Saffanah El-Nida A 94 92 85

25 Salma Tsuraya S 90 93 84

26 Shafa Lailatuzzahra 96 93 87

27 Syauqi Ash Shiddiq 86 90 80

28 Yusuf Abdullah 75 92 83

29 Zaidan Rizqullah D P 79 92 83

30 Yahya Ayyash D 87 92 83

Skor penilaian: min 70, max 100

Dilihat dari tabel diatas, baik dari kognitif, psikomotorik maupun apektif,

bahwa nilai Pendidikan Agama Islam para peserta didik ialah diatas rata-rata nilai

minimal yang berarti perkembangan kemampuan belajar mereka cukup baik.

Dengan dimunculkannya nilai aspek Pendidikan Agama Islam tersebut,

peneliti bisa mengetahui betapa pentingya pengaruh hafalan Al-Qur‟an terhadap

kemampuan belajar siswa, selain pemikirannya yang terasah karena sering

menghafal peserta didik juga akan memiliki nilai-nilai Islami yang akan selalu

melekat dalam kehidupan sehari-hari mereka.

3.9 Faktor Pendukung dan Penghambat Tahfidzul Qur’an

Ada beberapa faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam

proses belajar mengajar Tahfidzul Qur‟an, diantaranya menurut wawancara dengan

guru pengajar Tahfidzul Qur‟an sekaligus sebagai wali kelas III dan dari hasil

observasi yaitu :

1. Faktor Pendukung Pelaksanaan Menghafal Al-Qur‟an

Faktor pendukung yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah faktor-

faktor yang keberadaannya turut membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran

baik dari segi kualitatif maupun kuantitatif. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Faktor Usia Santri

Ada pepatah mengatakan, bahwa “belajar di waktu kecil, ibarat mengukir di

atas batu, dan belajar di waktu dewasa ibarat mengukir di atas air”. Makna pepatah

ini adalah faktor usia mempunyai pengaruh dalam pembelajaran. Pada masa anak-

anak secara kajian psikologis mempunyai daya ingat yang sangat tinggi sehingga

sangat tepat menanamkan pendidikan Al-Qur‟an termasuk di dalamnya hafalan

pada anak-anak. Pembelajaran pada masa anak-anak lebih mengena karena belum

begitu banyak pengaruh dari lingkungan luar sehingga sangat efektif untuk

menanamkan sifat disiplin yang bersifat rutinitas.

Siswa-siswi di SDIT Fithrah Insani 2 khususnya kelas 3 rata-rata berumur 9

tahun namun ada juga yang berumur 8 tahun. Di usia mereka yang masih muda

tersebut lingkungan di sekitarnya yang bersinggungan langsung dengannya sangat

mempengaruhi dalam kehidupan mereka. SDIT Fithrah Insani 2 mencoba untuk

menghiasi anak-anak tersebut dengan pendidikan yang berakhlakul karimah sesuai

dengan tuntunan dalam ajaran Islam yang tertuang di dalam Hadits dan Al-Qur‟an.

Siswa-siswi diajarkan untuk menghafal surat-surat di dalam Al-Qur‟an. Ketika guru

menerangkan dan mencontohkan dalam membaca surat yang menjadi materi

Tahfidzul Qur‟an setiap pertemuan anak-anak sangat mudah untuk menirukannya.

b. Faktor Kecerdasan Santri Tingkat Tinggi

Pada intinya, aktivitas menghafal adalah dominasi kerja otak untuk mampu

menangkap dan menyimpan stimulus dengan kuat sehingga kecerdasan otak

mempunyai peran yang besar untuk mengantarkan cepat atau lambatnya seorang

siswa dalam menghafal Al-Qur‟an. Peserta didik yang mempunyai kecerdasan

rendah akan lamban dalam mengikuti proses hafalan. Mereka memerlukan waktu

yang lebih banyak untuk belajar dan ikut berperan serta secara aktif dalam setiap

kegiatan belajar. Dan peserta didik yang memiliki IQ yang tinggi akan mempunyai

tingkat perhatian yang baik, belajarnya cepat dapat menyelesaikan pekerjaan dalam

waktu yang singkat, melibatkan diri secara aktif pada setiap kegiatan belajar tanpa

paksaan dari pihak luar. Perbedaan tingkat kecerdasan ini adalah salah satu faktor

yang paling berpengaruh dalam proses pembelajaran dan akan menentukan

kesuksesannya.

Selain itu faktor kecerdasan ini dapat dikontrol dengan penggunaan waktu

untuk menghafal. Siswa yang mempunyai tingkat kecerdasannya tinggi hanya

membutuhkan waktu sedikit, siswa-siswi tersebut yaitu yang telah mencapai target

hafalannya dan sebaliknya jika tingkat kecerdasannya kurang siswa akan

membutuhkan waktu yang lebih luang yaitu anak yang mendapat nilai rendah.

Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa kondisi tingkat kecerdasan

siswa SDIT Fithrah Insani 2 berada pada tingkat cukup dan selanjutnya faktor

kecerdasan ini pula akan mempengaruhi tingkat hasil para siswa untuk menghafal

Al-Qur‟an.

c. Faktor tujuan dan minat

Tujuan adalah arah yang hendak dicapai oleh suatu proses dan untuk

mencapai tujuan tersebut segala usaha dan upaya akan ditempuh. Tujuan ini adalah

tujuan yang terdapat dalam kurikulum yang kemudian didukung oleh tujuan

personal siswa sebagaimana yang dinyatakan dalam hasil angket sebagai berikut:

Dari pertanyaan “Apa tujuan saudara menghafal Al-Qur‟an?” yang penulis berikan

di angket yang menjawab semata-mata beribadah kepada Allah Swt 7 anak.

Kemudian yang menjawab ingin menjadi penghafal Al-Qur‟an 23 anak. Dengan

demikian tujuan ini akan mendukung pada tujuan umum yaitu membentuk generasi

Qur‟ani yang mencintai Al-Qur‟an, komitmen dengan Al-Qur‟an dan menjadikan

Al-Qur‟an sebagi bacaan dan pandangan hidup sehari-hari, karena dengan adanya

tujuan semata-mata untuk beribadah kepada Allah akan menimbulkan kesungguhan

dan keikhlasan para siswa dalam menghafal.

Selain tujuan hal yang dapat mendukung proses penerapan metode

menghafal Al-Qur‟an adalah minat. Minat ini merupakan dorongan dari dalam diri

para siswa tentang bagaimana perasaan ketika menghafal Al-Qur‟an.

d. Faktor Lingkungan

Lingkungan sebagai salah satu faktor yang dapat mendukung suatu

pembelajaran termasuk di dalamnya menghafal Al-Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2

dapat dilihat dari lingkungan tempat belajar yang terdiri dari sarana dan prasarana,

guru-guru serta lingkungan keluarga.

Selain itu pula lingkungan yang diciptakan oleh para guru seperti suasana

yang menyenangkan, keakraban pergaulan dan sebagainya juga sangat berpengaruh

bagi pshikis para siswa. Bila guru mampu menciptakan suasana yang

menyenangkan dan dapat menciptakan keakraban dengan para siswa, maka siswa

SDIT Fithrah Insani 2 akan lebih mudah diarahkan dan dapat menumbuhkan

keseriusan para siswa dalam belajar.

Ketika guru tahfidz melaksanakan pembelajaran di SDIT Fithrah Insani 2

ini, guru tidak hanya memberikan materi di kelas saja namun di luar kelas juga

seperti di halaman sekolah, di gubuk dekat kolam milik SDIT, di bawah pohon dan

di masjid juga. Dengan begitu siswa bisa belajar dengan senang dan bisa menarik

siswa untuk belajar dengan giat lagi.

Faktor lingkungan lain adalah lingkungan keluarga para siswa. Lingkungan

keluarga ini mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam mendukung tercapainya

pembelajaran di SDIT Fithrah Insani 2. Hal ini lebih dikarenakan bahwa

lingkungan keluarga mempunyai ruang waktu yang lebih banyak untuk belajar para

siswa. Perhatian keluarga terhadap anaknya akan mempengaruhi hasil yang dicapai

di SDIT Fithrah Insani 2. Dari petanyaan “Bagaimana keadaan lingkungan Saudara

untuk menghafal Al-Qur‟an?” yang penulis berikan di angket yang menjawab

sangat mendukung ada 3 anak, yang menjawab cukup mendukung ada 19 anak dan

sisanya 8 anak menjawab kurang mendukung. Artinya bahwa lingkungan keluarga

mereka cukup mendukung dalam menghafalkan Al-Qur‟an.

Bentuk dukungan ini dilakukan orang tua para siswa dalam bentuk

pemberian motivasi, arahan dan bimbingan, serta membantu siswa dalam

melancarkan hafalan. Selain itu pula kegiatan lain misalnya ketika masa liburan

para orang tua siswa tetap mengontrol hafalan anaknya, seperti meminta dibacakan

salah satu surat dan orang tua menyimaknya.

2. Faktor Penghambat

Berdasarkan hasil penelitian, selain faktor pendukung di atas, ada beberapa

hal yang menjadi hambatan tercapainya pelaksanaan metode menghafal Al-Qur‟an

di SDIT Fithrah Insani 2 yaitu terletak pada pshikis para siswa yang memang secara

pshikologis anak usia SD (5-12) merupakan masa perkembangan yang sulit

diarahkan. Diantaranya yaitu:

a. Tingginya Kemalasan Siswa

Ketika siswa-siswi sedang tidak sehat, capek dan jenuh serta kemungkinan

sedang ada permasalahan di rumah maupun di sekolah dengan temannya para siswa

terlihat malas untuk belajar menghafal Al- Qur‟an. Terbukti ketika guru meminta

para siswa membaca ayat yang dihafalkan ada yang protes dan mengeluh kecapean

serta mengucapkan males Pak.

b. Siswa lebih Senang Bermain-main

Ada beberapa siswa yang sering membawa mainan dan bermain dengan

teman sebangkunya atau teman yang lain. Walaupun sudah diperingatkan berulang

kali tetapi ada juga yang membawa mainan seperti kapal-kapalan. Hal itu sangat

menghambat dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an karena siswa tidak

memperhatikan guru secara sepenuhnya.

c. Faktor Kecerdasan Siswa Tingkat Rendah

Perbedaan kecerdasan pada setiap siswa dapat mempengaruhi proses

hafalan Al-Qur‟an. Artinya bagi siswa yang mempunyai tingkat kecerdasannya

kurang atau rendah akan membutuhkan waktu yang lebih luang dan sering

tertinggal dengan teman-teman yang lain yang mempunyai tingkat kecerdasan

tinggi.

d. Keterbatasan Metode yang dikuasai oleh Guru Tahfidzul Qur‟an

Dalam pelaksanaan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an guru

menerapkan metode yang ada namun terkadang monoton sehingga membuat anak

agak jenuh dan malas untuk mengikuti pelajaran tersebut.

e. Pengelolaan waktu yang kurang maksimal

Waktu yang disediakan untuk mata pelajaran Tahfidzul Qur‟an sangat

sedikit yang dilaksanakan hanya beberapa kali pertemuan dalam seminggu. Namun

dalam menggunakan waktu tersebut Pak Wahid sebagai guru tahfidz kurang begitu

memaksimalkannya. Hal tersebut terbukti ketika pelaksanaan pelajaran tahfidz

hanya digunakan untuk menghafal beberapa ayat saja dan sering main-main dengan

siswa-siswi. Dengan adanya kendala-kendala atau hambatan yang mempengaruhi

pengajaran tahfidzul Qur‟an, maka kegiatan pengajaran tidak dapat berjalan dengan

lancar dan upaya pencapaian tujuan mengalami kesulitan.

Adapun upaya-upaya yang ditempuh diantaranya adalah perlu adanya

bimbingan secara rutin di luar jam pelajaran Tahfidzul Qur‟an, berupa mengulang-

ngulang dalam bacaan shalat kerena faktor psikis yaitu daya mengingat dan

menghafal yang kurang maupun yang masih perlu bimbingan dalam membaca Al-

Qur‟an, dan juga perlu adanya motivasi dari guru untuk menggiatkan siswanya

dalam belajar Tahfidzul Qur‟an. Seharusnya ada kerjasama antara SDIT Fithrah

Insani 2 maupun orang tua siswa dalam mendukung program Tahfidzul Qur‟an ini,

sebab pendidikan adalah keterkaitan antara beberapa aspek. Kalau antara beberapa

aspek tersebut kurang mendukung maka hasilnya kurang maksimal.

BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya

maka kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah:

1. Metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang digunakan di SDIT Fithrah Insani

2 ini sudah baik dan efektif. Dan dikatakan baik dilihat dari proses yang

dilaksanakan oleh guru pengampu mata pelajaran Tahfidzul Qur‟an yang selalu

berusaha membimbing dan mengajarkan kepada para siswasiswi dengan metode

yang menjadi ciri khas SDIT saat ini yaitu dengan metode talaqqi, takrir, setor,

dan metode tes hafalan.

2. Sistem Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an sangat berpengaruh pada tingkat

kemampuan belajar siswa dilihat dari hasil penelitian yaitu banyaknya siswa

yang telah mencapai targetannya, serta sebagaimana menurut Dr. Abdullah

Subaih, profesor psikologi di Universitas Imam Muhammad bin Su'ud al-

Islamiyah di Riyadh, menyerukan kepada para pelajar agar mengikuti halaqoh-

halaqoh menghafal Al-Qur‟an. Ia juga menegaskan bahwa hafalan Al-Qur‟an

tersebut dapat membantu untuk konsentrasi dan merupakan syarat mendapatkan

ilmu. Ia juga menambahkan bahwa semua ilmu pengetahuan, baik itu ilmu

kedokteran, matematika, ilmu syari'ah, ilmu alam dan lain sebagainya,

membutuhkan konsentrasi yang tinggi dalam meraihnya. Dan bagi orang yang

terbiasa menghafalkan Al-Qur‟an, ia akan terlatih dengan konsentrasi yang

tinggi. Menurutnya, sel-sel otak itu seperti halnya dengan anggota tubuh yang

lainnya, yakni harus difungsikan terus. Orang yang terbiasa menghafal, maka

sel-sel otak dan badannya aktif, dan menjadi lebih kuat dari orang yang

mengabaikannya. Dr. Subaih juga menjelaskan bahwa orang yang terbiasa

menghafal Al-Qur‟an, maka ia akan belajar keseriusan dalam hidup, serta belajar

mengatur hidupnya. Selain itu, mereka juga memiliki kemampuan dalam

merencanakan tujuan hidup, serta meraihnya.

3. Dilihat dari hubungan Tahfidzul Qur‟an dengan Pendidikan agama Islam maka

sesuai tujuan Pendidikan Agama Islam itu sendiri yaitu; menyiapkan anak

supaya diwaktu dewasa kelak mereka cakap melakukan pekerjaan dunia dan

amalan akhirat, sehingga tercapai kebahagiaan bersama dunia dan akhirat

(Mahmud Yunus). M. Arifin mengemukakan bahwa tujuan pendidikan agama

Islam adalah terciptanya manusia yang berilmu pengetahuan tinggi, dimana

iman dan takwanya menjadi pengendali dalam penerapan atau pengaruhnya

dalam masyarakat. Sedangkan secara garis besarnya tujuan pendidikan agama

Islam.

Menurut Zakiyah Darajat ialah untuk membina manusia menjadi hamba

Allah yang shaleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perbuatan, pikiran dan

perasaan. Maka dapat disimpulkan bahwa sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an

yang diterapkan di SDIT Fithrah Insani 2 juga sebagai upaya untuk menuju

proses tersebut yaitu menjadikan anak-anak didik kita menjadi generasi yang

sholeh, cerdas, dan berakhlak mulia.

4. Prestasi yang dicapai oleh tiap siswa berbeda, dari 30 siswa 22 anak memenuhi

target dan tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum bahkan sebagian anak

melebihi terget, dan 8 anak belum memenuhi target dan tujuan yang ditetapkan

dalam kurikulum karena belum mencapai hafalan surat yang telah ditentukan

yaitu surat Al-Jinn. Mengingat bahwa menghafal Al-Qur‟an di SDIT Fithrah

Insani 2 bukan dimaksudkan untuk menghafal Al-Qur‟an secara keseluruhan (30

Juz), melainkan sebagai dasar hafalan Al-Qur‟an yang dibutuhkan secara

langsung untuk bacaan sholat dan do‟a. Sehingga hafalan dilakukan terhadap

surat-surat pendek (Juz 30 atau Juz‟ama) dan ayat-ayat pilihan.

5. Faktor yang menjadi pendukung pelaksanaan metode Tahfidzul Qur‟an adalah

sebagai berikut:

a. Faktor usia santri

Semakin dini anak belajar, akan semakin mudah menangkap materi hafalan

b. Faktor kecerdasan tingkat tinggi

Kecerdasan santri mendukung terhadap kemampuan menghafal Al-Qur‟an

c. Faktor tujuan dan minat

Tujuan yang ditetapkan didukung dengan minat para santri, sehingga

pelaksanaan metode lebih mudah dilakukan

d. Faktor lingkungan

Proses belajar para siswa SDIT Fithrah Insani 2 didukung oleh sarana yang

baik, peran guru mampu menciptakan lingkungan yang menyenangkan serta

peran aktif orang tua melalui arahan dan bimbingan di rumah untuk menghafal

Al-Qur‟an.

6. Sedangkan faktor yang menghambat metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di

SDIT Fithrah Insani 2 ialah terletak dalam diri siswa secara psikis yaitu malas-

malasan, inginnya selalu bermain dan adanya tingkat kecerdasan yang kurang

dari beberapa siswa. Namun faktor yang menghambat juga disebabkan oleh guru

itu sendiri dan metode yang digunakan kurang variatif dan menarik serta

pengaturan waktu yang belum maksimal.

B. Saran-saran

Pada bagian akhir skripsi ini izinkan peneliti memberikan sedikit saran atau

usulan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan mutu metode pembelajaran

Tahfizdul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 ini:

1. Hendaknya siswa-siswi selalu istiqomah dalam menghafal dan menjaga Al-

Qur‟an agar tercapai tujuan yang diinginkan.

2. Hendaknya kepala sekolah bisa meningkatkan kuantitas dan kualitas para siswa-

siswi Tahfidzul Qur‟an dengan cara memberikan pembekalan atau pelatihan

dalam mengajarkan materi Tahfidzul Qur‟an kepada setiap guru terutama yang

mengampu mata pelajaran Tahfidzul Qur‟an.

3. Hendaknya guru Tahfidzul Qur‟an belajar dari kesalahan dan kekurangan yang

telah lalu dalam mengajarkan materi hafalan Al-Qur‟an dan memperbaiki

dengan baik agar yang akan datang menjadi lebih baik di mana ada anak yang

belum tuntas dalam menghafal yang mendapat nilai rendah.

4. Perlunya mengembangkan metode dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yaitu

dengan menerapkan metode yang belum ada yang mudah dan bervariasi untuk

Tahfidzul Qur‟an agar anak didik tidak jenuh dan cepat dalam menghafal.

5. Menjadi masukan bagi sekolah-sekolah lain yang belum menerapkan sistem

Pembelajaran Tahfidz Al-Quran agar menjadi pelajaran tambahan.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal, Seluk Beluk Al-Qur‟an, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.

Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan

Spiritual: ESQ (Emotional Spiritual Quetiont), Jakarta: Arga, 2005.

Al-Mulham, Abdullah, Dr, Menjadi Hafizh Al-Qur‟an dengan Otak Kanan:

Panduan Sistematis, dan Aplikatif, Jakarta: Pustaka Ikadi, 2013

A.R, Abdul Aziz, Pedoman Dauroh Al-Qur‟an, Jakarta: Markaz Al-Qur‟an, 2011.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, cet ke-12

Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Anwar, Syaifudin, Metode Penelitian Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.

Bungin, Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif : Pemahaman Filosofis dan

Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada, 2005.

Bukhari, Imam, Shahih Bukhari, Beirut: Dar al-Fikri, 1967.

Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci

Al-Qur‟an, 1982.

DEPDIKBUD RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995.

Hadi, Amirul dan Haryanto, Metodologi Penelitian Pendidikan untu IAIN dan

PTAIN Semua Jurusan Komponen MKK, Bandung: Pustaka Setia, 1998.

H,Arifin, M., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah

dan Keluarga Sebagai Pola Pengembanagn Metodologi, Jakarta: Bulan

Bintang,1976.

Khodijah, Ai, Skripsi Program Pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an: Studi Deskriptif

pada SMA IT Asy-Syifa Boarding School Tambakmekar Jalan Gagak

Subang, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2012.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007.

Suryo Widagda, Ahmad Rony, Skripsi Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an,

Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2005.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Dian Firmansyah

NIM : 10.AI.2.0178

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 11 Maret 1982

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat asal : Kp. Langonsari RT 02 RW 03 Ds. Langonsari,

Kec. Pameungpeuk, Kab. Bandung

Status Marital : Menikah

Nama Istri : Nina Rakhmawati, A. Ma

Nama Anak : Nashifah Khoirish Shohibatur Rohmah

Nama Ayah : Didin Suhendra

Nama Ibu : Ihat Sholihat

Riwayat Pendidikan:

1. SD Negeri Bojong Malaka Baleendah

2. SLTP YPW (Yayasan Pendidikan Wiraswasta) Baleendah

3. Paket C (Kesetaraan) PKBM Karya Mandiri Dayeuh Kolot 2010

4. Masuk STAI Yamisa Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah tahun 2010

Soreang, 06 Juli 2014

Penulis

Dian Firmansyah

NIM. 10.AI.2.0178