*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilm Surakarta HUBUNGAN STATUS ...
Transcript of *Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilm Surakarta HUBUNGAN STATUS ...
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
HUBUNGAN STATUS GIZI SMA NEGERI
Skripsi ini Disusun untuk memenuhi salah satu syarat
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
PUBLIKASI KARYA ILMIAH STATUS GIZI DENGAN KADAR HEMOGLOBINEGERI 1 MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO
Skripsi ini Disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh Ijazah S1Gizi
Disusun Oleh :
BUKHARI SALAM J 310 070 023
PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2012
1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Page 1
DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI DI 1 MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO
Skripsi ini Disusun untuk memenuhi salah satu syarat
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 2
HALAMAN PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan antara Status Gizi dengan Kadar
Hemoglobin pada Siswi di SMA Negeri 1
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.
Nama Mahasiswa : Bukhari Salam
Nomor Induk Mahasiswa : J310070023
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 03 Agustus 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Surakarta, 03 Agustus 2012
Penguji I : Muwakhidah SKM. M.Kes ( )
Penguji II : Siti Zulaekah, A, M.Si ( )
Penguji III : Endang Nur W, M.Si, Med ( )
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 3
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO
Bukhari Salam
BUKHARI SALAM J 310 070 023 CORRELATION NUTRITIONAL STATUS WITH HEMOGLOBIN LEVELS IN FEMALES STUDENT AT STATE 1 HIGH SCHOOL OF MOJOLABAN SUKOHARJO REGENCY
Anemia is the most important nutritional problem in Indonesia, which is caused by iron deficiency. Anemia is cused by lack of hemoglobin, which means also lack of oxygen throughout the body. Women are more prone to anemia, especially in adolescence. This is evident from the high prevalence of iron anemia in adolescent girls. Adolescent girls more prone to suffer from anemia because their iron requirements is relatively high, including to replace the loss of basal, increased need for physical growth, and replace the iron lost during menstruation.
To know correlation between nutritional status with Hemoglobin Levels in females student at state 1 high school of Mojolaban sukoharjo regency.
The research implemented a survey-observational with cross-sectional approach. Subject of the research is 33 individuals selected by using multi stage sampling. Data of nutritional status was taken by standart antropometric procedures. Dietary data used a questionnaire and data of hemoglobin concentration by hemoque methode. Data is analyzed by using correlation test of Pearson-product moment.
Based on univariate analysis, respondents who had less nutritional status of 21,2% and normal nutritional status at 78,8%, The results of hemoglobin levels 36.4% of normal subjects, where as hemoglobin levels are not normally subject to 63.6%. The results of Pearson product moment correlation test p value = 0.237 The result can be concluded that there is no correlation between nutritional status with hemoglobin levels in females student at state 1 high school of Mojolaban Sukoharjo regency. Key words : Nutritional status, adolescent girls, hemoglobin levels References : 48 (1997-2011)
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 4
PENDAHULUAN
Anemia merupakan salah satu
masalah gizi mikro yang cukup serius
dengan prevalensi tertinggi dialami
negara berkembang termasuk
Indonesia. Remaja putri lebih rentan
menderita anemia karena kebutuhan
akan zat besi relative tinggi, termasuk
untuk menggantikan kehilangan
basal, kebutuhan yang meningkat
untuk pertumbuhan fisik, dan
mengganti kehilangan zat besi saat
menstruasi. Menurut data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Sukoharjo,
prevalensi anemia wanita usia subur
tahun 2008 sebesar 48,5 % dan pada
tahun 2009 sebesar 33, 84 % (Dinkes
Sukoharjo, 2009). Prevalensi anemia
wanita usia subur untuk daerah
Mojolaban pada tahun 2010 adalah
sebesar 48 % (Dinkes Sukoharjo,
2011).
Penyebab langsung terjadinya
anemia antara lain , defisiensi asupan
gizi dari makanan (zat besi, asam
folat, protein, vitamin C, riboflavin,
vitamin A, seng dan vitamin B12),
konsumsi zat-zat penghambat
penyerapan besi, penyakit infeksi,
malabsorpsi, perdarahan dan
peningkatan kebutuhan
(Ramakrishnan, 2001). Penyebab
utama anemia gizi pada remaja putri
adalah karena kurangnya asupan zat
gizi melalui makanan sementara
kebutuhan zat besinya relative tinggi
untuk pertumbuhan dan menstruasi
(Halberg, 2003).
Menurut Badan Litbang
Kesehatan (2001), berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan pada
remaja putri menunjukkan bahwa
kelompok remaja putri mengalami
banyak masalah gizi antara lain
anemia dan indeks massa tubuh
(IMT) kurang dari batas normal atau
kurus.
Berdasarkan hasil penelitian
Dinas Kesehatan sukoharjo tahun
2011 yang dilakukan di SMA Negeri 1
Mojolaban, menunjukkan bahwa dari
100 siswi yang diperiksa kadar
hemoglobinnya, ada 35 % siswi yang
memiliki kadar hemoglobin dibawah
angka normal. Dari Hasil penelitian
tersebut maka peneliti ingin
mengetahui hubungan status gizi
dengan kadar hemoglobin pada
remaja putri di SMA Negeri 1
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 5
TINJAUAN PUSTAKA
Anemia merupakan keadaan
penurunan kadar hemoglobin,
hematokrit dan jumlah eritrosit
didalam sel darah merah lebih rendah
atau jumlah hemoglobin dalam sel
yang terlalu sedikit dari pada nilai
normal untuk kelompok orang yang
bersangkutan, baik dari kelompok
umur, jenis kelamin dan kehamilan
(Guyton dan Hall, 2005).
Hemoglobin merupakan
komponen utama eritrosit yang
berfungsi membawa oksigen dan
karbondioksida. Warna merah pada
darah disebabkan oleh kandungan
hemoglobin (Hb) yang merupakan
susunan protein yang komplek yang
terdiri dari protein, globulin dan satu
senyawa yang bukan protein yang
disebut heme (Masrizal, 2007).
Masyarakat indonesia
mendefinisikan remaja dengan
batasan usia yaitu 10-24 tahun dan
belum menikah, dengan
pertimbangan karena usia 10 tahun
merupakan usia dimana remaja putri
mengalami perubahan dalam
tubuhnya, tetapi perubahan yang
terjadi bisa berbeda-beda pada setiap
remaja putri. WHO menetapkan batas
usia 10-20 tahun sebagai batasan
usia remaja. Walaupun batasan
tersebut didasarkan pada usia
kesuburan (fertilitas) wanita, batasan
ini berlaku juga untuk remaja pria dan
WHO membagi kurun usia tersebut
dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-
14 tahun dan remaja akhir 15-20
tahun (Sarwono, 2000).
Status gizi seseorang ditentukan
berdasarkan pengukuran
antropometri (tinggi badan, berat
badan, lingkar kepala dan
sebagainya), pengukuran secara
biokimia (berdasarkan darah dan
urine), kesehatan fisik, sosial
ekonomi, kebiasaan diet dan
sebagainya. Status gizi ini dapat
dibagi menjadi tiga yaitu status gizi
normal atau yang diinginkan, status
gizi kurang dan status gizi lebih
(Wardlaw dan Anne, 2009). Status
gizi adalah keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi (Almatsier,
2004). Masalah status gizi pada
remaja di Indonesia meliputi kurang
zat gizi makro (karbohidrat, protein,
lemak) dan kurang zat gzi mikro
(vitamin, mineral). Kurang zat gizi
makro dan mikro menyebabkan tubuh
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 6
menjadi kurus, berat badan turun,
anemia dan mudah sakit. Status gizi
merupakan gambaran secara makro
akan zat gizi tubuh kita, termasuk
salah satunya adalah zat besi.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini bersifat
observasional dengan pendekatan
cross sectional. Variabel yang diambil
oleh peneliti yaitu kadar hemoglobin
sebagai variable terikat sedangkan
status gizi sebagai variabel bebas.
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Juli 2011 sampai Januari 2012.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Mojolaban Kabupaten
Sukoharjo dengan dasar
pertimbangan jumlah remaja putri
yang anemia cukup banyak serta
belum pernah dilakukan penelitian
tentang status gizi pada remaja putri
di SMA Negeri 1 Mojolaban.
Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara multi stage
sampling yaitu dengan mengacak
kelas yang berpopulasi 100 siswi
kemudian mengacak nama dari
responden disetiap kelas yang sudah
memenuhi kriteria inklusi dengan
sistem undian menjadi 33 subjek.
Data primer pada penelitian ini
didapatkan dari responden secara
langsung dengan metode wawancara
mengenai karakteristik subjek yaitu
nama, kelas, tanggal lahir, jenis
kelamin, umur, nama sekolah dan
alamat rumah. Data kadar Hb
diperoleh dari hasil pengambilan
sampel darah pada siswi yang
dilakukan oleh analis kesehatan
dengan menggunakan alat hemoque.
Data pola makan yang meliputi
frekuensi makan, konsumsi teh,
konsumsi protein hewani, dan
konsumsi sayuran hijau dengan
menggunakan questioner. Data
antropometri meliputi berat badan
dan tinggi badan menggunakan
microtoise dan timbangan injak.
Data sekunder adalah data
yang diperoleh bukan dengan cara
observasi langsung atau wawancara.
Data sekunder pada penelitian ini
meliputi: gambaran umum sekolah,
keadaan gedung, sarana dan
prasarana, dan data jumlah siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Subjek Menurut Umur Subjek dalam penelitian ini sesuai
dengan kriteria inklusi dan ekslusi
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 7
diambil sebanyak 33 siswi dari kelas
X. Karakteristik subjek penelitian
berdasarkan usia yaitu rata-rata usia
yaitu 15,39 ± 0,56, untuk usia minimal
subjek penelitian adalah 14 tahun
dan usia maksimal 16 tahun. Subjek
penelitian yang usianya 14 tahun
sebanyak 1 (3%) siswi, 15 tahun ada
18 (54,5%) siswi, dan 16 tahun
sebanyak 14 (42,4%) siswi. B. Karakteristik Subjek Menurut
Status Gizi Tabel 12 Karakteristik Subjek Penelitian Menurut Status Gizi Status
Gizi (IMT)
Jumlah
N %
Kurang 26 78,8
Normal 7 21,2
Jumlah 33 100
Dari tabel disamping diketahui bahwa
responden yang mempunyai status
gizi kurang berjumlah 7 orang
(21,2%) dan status gizi normal
berjumlah 26 orang (78,8%).
Terdapat responden mengalami
status gizi kurang, kemungkinan
faktor penyebabnya adalah Pola dan
gaya hidup modern yang membuat
remaja cenderung lebih menyukai
makan di luar rumah bersama
kelompoknya. Pada umumnya remaja
mempunyai kebiasaan makan yang
kurang baik. Beberapa remaja
khususnya remaja putri sering
mengonsumsi makanan dalam
jumlah yang tidak seimbang
dibandingkan dengan kebutuhannya
karena takut kegemukan dan
menyebut makan bukan hanya dalam
konteks mengonsumsi makanan
pokok saja tetapi makanan ringan
juga dikategorikan sebagai makan
(Arisman, 2004). C. Karakteristik Responden
Menurut Pola Makan Sebanyak 20 (60,6%) siswi
memiliki kebiasaan makan utama <3
kali sehari. konsumsi makanan
sumber protein hewani sangat kurang
yaitu dalam penelitian ini terdapat
75,8% subjek penelitian yang
mengkonsumsi protein hewani <3 kali
sehari dengan konsumsi rata-rata 1
kali sehari . Zat besi secara alamiah
diperoleh dari makanan, dapat
berasal dari hewan maupun
tumbuhan. Zat besi yang berasal dari
tumbuhan (non heme) memiliki daya
serap antara 1-6%, lebih rendah
dibanding zat besi yang berasal dari
hewan (heme), yakni 7-22%
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 8
(Arisman, 2004). konsumsi sayuran
hijau subjek <3 kali sehari yaitu
sebanyak 78,8% dengan konsumsi
rata-rata ± 50 g/hari. subjek penelitian
yang memiliki kebiasaan
mengkonsumsi sumber vitamin C
seperti buah pepaya, nanas, dan
mangga yang mengkonsumsi kurang
dari 5 kali dalam seminggu sebanyak
60% subjek penelitian. Melalui aneka
ragam bahan makanan, kekurangan
zat gizi pada bahan makanan yang
satu dapat dilengkapi oleh jenis
bahan makanan lainnya. Bahan
pangan yang dikonsumsi hendaknya
terdiri atas sumber energi, protein
(hewani dan nabati), susu dan
olahannya, roti dan biji-bijian, serta
buah dan sayur (Arisman, 2004).
D. Karakteristik Subjek Penelitian Menurut Kadar Hemoglobin
Tabel ditribusi Kadar Hemoglobin Kadar Hemoglobin Jumlah
(n) (%)
Anemia 21 63,6
Tidak anemia 12 36,4
Berdasarkan parameter statistik
Kadar hemoglobin subjek penelitian
mempunyai rata-rata 11,42 ± 1,25
g/dl, dengan nilai minimal sebesar
9,20 g/dl dan nilai maksimal sebesar
15,10 g/dl. Sebanyak 63,6%
responden memiliki status anemia ,
dan sebanyak 36,4% memiliki status
tidak anemia. Remaja putri
mempunyai risiko yang lebih tinggi
terkena anemia daripada remaja
putra. Alasan pertama karena setiap
bulan pada remaja putri mengalami
haid. Seorang wanita yang
mengalami haid yang banyak selama
lebih dari lima hari dikhawatirkan
akan kehilangan besi, sehingga
membutuhkan besi pengganti lebih
banyak daripada wanita yang haidnya
hanya tiga hari dan sedikit. Alasan
kedua adalah karena remaja putri
seringkali menjaga penampilan,
keinginan untuk tetap langsing atau
kurus sehingga berdiet dan
mengurangi makan. Diet yang tidak
seimbang dengan kebutuhan zat gizi
tubuh akan menyebabkan tubuh
kekurangan zat gizi yang penting
seperti besi (Arisman, 2004).
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 9
E. Hubungan Status Gizi dengan Kadar
Hemoglobin
Status
Gizi
Kejadian Anemia
p
Anemia Tidak anemia
Total
N % N % N %
1 Normal 17
65,4 9 34,6 16 100 0,237*
2 Kurang 4 57,1 3 42,9 7 100
Tabel diatas menunjukkan
bahwa terdapat 4 siswi (57,1%) yang
anemia memiliki status gizi kurang
dan 17 siswi (65,4%) dengan status
gizi normal. Siswi yang tidak anemia
dengan status gizi kurang sebanyak 3
siswi (42,9%) dan 9 siswi (34,6%)
dengan status gizi. Diperoleh nilai p =
0,237, karena nilai p > 0,05 berarti,
Ho diterima sehingga tidak ada
hubungan antara status gizi dengan
kadar hemoglobin. Hal ini dapat
disebabkan karena IMT tidak hanya
dipengaruhi oleh kadar Hb atau
kejadian anemia saja, Penyebab
langsung terjadinya anemia antara
lain , defisiensi asupan gizi dari
makanan (zat besi, asam folat,
protein, vitamin C, riboflavin, vitamin
A, seng dan vitamin B12), konsumsi
zat-zat penghambat penyerapan besi,
penyakit infeksi, malabsorpsi,
perdarahan dan peningkatan
kebutuhan (Ramakrishnan, 2001)
serta pada remaja putri mengalami
menstruasi, perubahan gaya hidup,
kurangnya gerak badan, sehingga
dapat menyebabkan IMT menjadi
kurang atau tidak normal (Depkes RI,
1998).
Status gizi didapat orang dari
nutrien yang diberikan kepadanya.
Ada tiga jenis kekurangan gizi, ada
yang kurang secara kualitatif dan ada
yang kurang secara kuantitatif, serta
kekurangan keduanya. Apabila
kuantitas nutrient cukup,tetapi
kualitasnya kurang maka orang dapat
menderita berbagai kekurangan
vitamin, mineral, protein dan lain-
lainnya. Masalah status gizi pada
remaja di Indonesia meliputi kurang
zat gizi makro (karbohidrat, protein,
lemak) dan kurang zat gzi mikro
(vitamin, mineral). Kurang zat gizi
makro dan mikro menyebabkan tubuh
menjadi kurus, berat badan turun,
anemia dan mudah sakit (Soemirat,
2000). KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut :
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 10
1. Subjek penelitian yang usianya
14 tahun sebanyak 3%, 15 tahun
sebanyak 54,5%, dan 16 tahun
sebanyak 42,4% siswi. Subjek
yang mempunyai kebiasaan
makan utama <3 kali sehari
sebesar 60,6%. Terdapat 75,8%
responden yang mengkonsumsi
protein hewani <3 kali sehari
dengan konsumsi rata-rata 1 kali
sehari. Sebagian besar
kebiasaan konsumsi sayuran
hijau subjek <3 kali sehari yaitu
sebanyak 78,8% dengan
konsumsi rata-rata ± 50 g/hari
2. Hasil pemeriksaan kadar
hemoglobin responden yang
kadar normal atau tidak
menderita anemia sebesar
36,4%, dan yang memiliki kadar
hemoglobin tidak normal atau
yang menderita anemia sebesar
63,6%.
3. Responden yang mempunyai
status gizi kurang sebesar
21,2% dan status gizi normal
sebesar 78,8%.
4. Tidak ada hubungan antara
status gizi dengan kadar
hemoglobin pelajar putri
(p=0,237).
B. Saran
1. Pihak sekolah harus lebih
intensif dalam memberikan
informasi pada siswi misalnya
dengan memberikan
penyuluhan tentang anemia
kepada siswi dengan
menyisipkan materi anemia
dalam pelajaran.
2. Pihak instansi Dinas
Kesehatan dapat melakukan
program mendeteksi dini
kejadian anemia lebih rutin
agar angka anemia siswi yang
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 11
cukup tinggi dapat segera
ditanggulangi.
3. Siswi diharapkan dapat lebih
bisa menjaga atau lebih peduli
dengan pola makan yang baik
untuk bisa diterapkan di rumah
maupun disekolah, sehingga
zat-zat gizi yang dikonsumsi
dapat terserap dengan baik
dan memenuhi kebutuhan
tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Allen, L., Prentice A. 2005. Encyclopedia of Human Nutrition Second Edition. Elsevier Academic Press. Spain : 250
2. Almatsier, S. 2003. Prinsip dasar ilmu gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: 184-5,194-7,248-9.
3. Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta
4. Arnelia, AH. 2005. Perilaku Makan Khas Remaja. Reksa. Jakarta
5. Astutik, I. 2010. Hubungan Faktor Konsumsi dan Kadar Serum Protein dengan Kadar Hb pada Pengantin Wanita. Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya
6. Badham, J., Zimmermann, MB., Kraemer, K. 2007. The Guide Book Nutritional Anemia. SIGHT AND LIFE press. Switzerland : 102-105
7. Besral., Meilianingsih, L., dan Junaiti, S. 2007. Pengaruh Minum Teh Terhadap Kejadian Anemia Pada Usila di Kota Bandung. Abstrak. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok.
8. Boy, EA. 2009. Kebutuhan gizi pada remaja. Rineka Cipta. Jakarta
9. Briawan, D., Harahap, H., Martianto, D., Hubungan Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Body Images pada Remaja di Bogor. Gizi Indonesia 2008: 31 (1): 49-59
10. Cendani, C., dan murbawani, EA. 2011. Asupan Mikronutrien, Kadar Hemoglobin dan Kesegaran Jasmani pada remaja putri di SMAN 2 Semarang. J M Med Indonesia Volume 45, Nomor 1, Tahun 2011: 26-33.
11. Depkes RI. 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur (WUS). Ditjen Gizi. Jakarta
12. Depkes RI. 2008. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Jakarta
13. Farida, Y., Baliwati, Khomsan, A., Dwiriani, CM. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta : 4.
14. Gibson, RS. 2005. Principles of Nutritional Assesment. Oxford University Press. New York
15. Green, H. 2000. Fisiologi Kedokteran. Binarupa Aksara. Tanggerang
16. Gropper, SS., Smith, JL., Groff, JL. 2009. Advance Nutrition and Human Metabolisme Fifth edition. Wordworth Cengage Learning. Canada
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 12
17. Guyton dan Hall. 2005. Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta
18. Guyton dan Hall. 2008. Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta
19. Isniati, 2007. Efek Suplementasi Tablet Fe+ Obat Cacing terhadap kadar Hemoglobin Remaja yang Anemia di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Pasir Kec. IV Angkat Candung Tahun 2008. J. sains Tek. Far, 12(2) 2007 : Hal 100-104
20. Kaur, S., Garg, BS. Epidemiological 2006. Correlates Of Nutritional Anemia In Adolsecent Girls In Rural Wardha. Indian Journal of Community Medicine. 31(4):255-8
21. Khoifin, Sapar, Anik, R., Kurdini, S., Toto, R., Sudarpa. 2001. Standar Pelayanan Gizi Wanita Usia Subur (WUS) Anemia Gizi Bagi Petugas. Sub Din Kesga Dinas Kesehatan Jawa Tengah.
22. Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta
23. Krummer, Debra, L., Etherton, K. 2006, Nutrition in Women Health, an Aspen Publication, Aspen Publishers Inc. Gaitherburtg Maryland.
24. Kurniasih, Dedeh, dkk. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Penerbit Buku Gramedia. Jakarta
25. Mahan, LK., Escott, Stump, S. 2008. Food, Nutrition, and Diet Therapy 12th edition. Saunders. Philadelphia
26. Masrizal. 2007. Studi literatur Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1)
27. Moore, MC .1997. Terapi Diet dan Nutrisi Edisi II, Hipokrates, Jakarta
28. Mulyawati, Y. 2003. Perbandingan Efek Suplementasi Tablet Tambah
Darah dengan dan Tanpa Vitamin C Terhadap Kadar Hb Pekerja Wanita di Perusahaan Plywood Jakarta. UI. Thesis.
29. Nasution, AH., Karyadi, D. 2004, Pengetahuan Gizi Mutakhir, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
30. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta
31. Patimah, St. 2007. Pola Konsumsi Ibu Hamil Dan Hubungannya Dengan Kejadian Anemia Defisiensi Besi, J. Sains & Teknologi, Desember 2007. Vol. 7 No. 3 : 137-152
32. Permaisih, D. 2003. Status Gizi Remaja dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2003-permaisih-868-gizi [20 maret 2012].
33. Priswanti. 2005. Hubungan Ketersediaan Pangan Keluarga Dan Tingkat Konsumsi Energi Protein, Fe, Asam Folat, Vitamin B12 Dengan Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) Dan Anemia Pada Ibu Hamil. Thesis. Universitas Diponegoro. Semarang
34. Proverawati, A., dan Asfuah, S. 2009. Gizi untuk Kebidanan, Muha medika : Yogyakarta
35. Qin, Y. dkk. 2009. Dietary intake of zinc in the population of Jiangsu Province, China. Asia Pac J Clin Nutr 2009;18 (2): 193-199
36. Ramakrishnan, U. 2001. Nutritional Anemias. CRC Press, Boca London, New York Washingon,DC.
37. Santoso, S., Ranti, AL. 2004. Kesehatan dan Gizi. Rineka Cipta : Jakarta
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 13
38. Sediaoetama, AD. 2006. Ilmu Gizi jilid II. Jakarta: Dian Rakyat.
39. Sediaoetama. 2004. Ilmu Gizi. Dian Rakyat : Jakarta
40. Sediaoetomo, AH. 2002, Ilmu Gizi II untuk Profesi dan Mahasiswa, Dian Rakyat, Jakarta
41. Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari sel ke system. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
42. Soemirat, J. 2000. Epidemiologi Lingkungan. Gadjah Mada Press. Yogyakarta
43. Supariasa, IDN. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta
44. Wardlaw, GM., Anne MS. 2009. Contemporary Nutrition Seventh Editon. Mc Graw Hill Higher Education Americas. 240-363. New York.
45. Waryono. 2010. Gizi Reproduksi. Pustaka Rihama : Yogyakarta
46. Who. 2002. Improvement of Nutritional Status of Adolescents. World Health Organization Regional Office for South-East Asia. New Delhi December 2002.
47. Winarno, FG. 2002. Makanan Analisa. Gramedia. Jakarta :