LP Remathoid Artritis.docx

25
LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK A. KONSEP DASAR 1. PENGERTIAN Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri. mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETUAAN Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan meliputi : - Hereditas : Ketuaan / genetik - Nutrisi : Makanan - Status kesehatan - Pengalaman hidup - Lingkungan - Stress 3. BATAS-BATAS LANJUT USIA a. Menurut organisasi kesehatan dunia Lanjut usia meliputi : - Usia pertengahan (middle age) = 45 – 59 tahun 1

Transcript of LP Remathoid Artritis.docx

Page 1: LP Remathoid Artritis.docx

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK

A. KONSEP DASAR

1. PENGERTIAN

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri. mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan

yang diderita (Constantinides, 1994).

Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai

sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup.

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETUAAN

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan meliputi :

- Hereditas : Ketuaan / genetik

- Nutrisi : Makanan

- Status kesehatan

- Pengalaman hidup

- Lingkungan

- Stress

3. BATAS-BATAS LANJUT USIA

a.Menurut organisasi kesehatan dunia

Lanjut usia meliputi :

- Usia pertengahan (middle age) = 45 – 59 tahun

- Lanjut usia tua (very old) = diatas 90 tahun

b.Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad

- Masa bayi = 0 – 1 tahun

- Masa pra sekolah = 1 – 6 tahun

- Masa sekolah = 6 – 10 tahun

- Masa pubertas = 10 – 20 tahun

- Masa setengah umur = 40 – 60 tahun

1

Page 2: LP Remathoid Artritis.docx

- Masa lanjut usia = > 60 tahun

c.Menurut Dra. Ny. Jos Masdani

- Fase invebtus = 25 – 40 tahun

- Fase verilitas = 40 – 50 tahun

- Fase prosenium = 55 – 65 tahun

- Fase senium = 65 tahun – tutup usia

d.Menurut Prof. Dr. Koesoemoto Setyonegoro

- Usia dewasa muda (elderly adulthood) = 20 – 25 tahun

- Usia dewasa penuh (geniatric age) = > 65 tahun yang meliputi :

1. Young old = 70 – 75 tahun

2. Old = 75 – 80 tahun

3. Very old = > 80 tahun

e.Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1965

Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.

4. PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANJUT USIA

Perubahan yang terjadi pada lanjut usia meliputi :

a. Perubahan-perubahan fisik

1. Sel

- Lebih sedikit jumlahnya

- Lebih besar ukurannya

2. Sistem Persyaratan

- Berat otak menurun 10 – 20 %

- Lamban dalam respon dan waktu untuk bereaksi

3. Sistem Pendengaran

- Membaran timpani menjadi atropi

- Pendengaran bertambah menurun

4. Sistem Penglihatan

- Hilangnya daya akomodasi

- Lensa lebih suram

5. Sistem Kardiovaskuler

2

Page 3: LP Remathoid Artritis.docx

- Elastisitas, dinidng aorta menurun

- Katup jantung menebal dan menjadi kaku

6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

- Temperatur tubuh menurun secara fisiologik 350 C

- Tidak dapat memproduksi panas

7. Sistem Respirasi

- Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku

- Menurunnya aktivitas dari silia

8. Sistem Gastrointestinal

- Kehilangan gigi

- Indra pengecap menurun

9. Sistem Genitourinaria

- Atrofi vulva (wanita)

- Pembesaran prosfat 75 % (laki-laki)

10. Sistem Endokrin

- Produksi dari semua hromon menurun

- Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah

11. Sistem Kulit

- Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak

- Menurunnya respon terhadap trauma

12. Sistem Muskuloskeletal

- Kifosis

- Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas

b. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

- Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

- Kesehatan umum

- Tingkat pendidikan

- Keturunan

- Lingkungan

c. Perubahan Psikososial

3

Page 4: LP Remathoid Artritis.docx

- Pensiun

- Merasakab atau sadar akan kematian

- Perubahan dalam cara hidup

- Penyakit kronis dan ketidakmampuan

d. Definisi Kurangnya Perawatan Diri

Kurangnya perawatan diri adalah kebersihan perorangan suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

BATASAN-BATASAN KARAKTERISTIK

- Mayor

1. Kurangnya kemampuan untuk makan sendiri

a. Tidak dapat memotong makanan atau membuka

b. Tidak dapat membawa makanan kemulut

2. Kurangnya kemampuan untuk mandi sendiri (termasuk membasuh

keseluruh tubuh, menyisir rambut, menggosok gigi, melakukan perawatan

terhadap kulit, dan kuku serta menggunakan rias wajah).

3. Kurang perawatan diri instrumental

a. Kesulitan berbelanja

b. Kesulitan mengelolah keuangan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KURANG

PERAWATAN DIRI

1. Body image

2. Praktek sosial

3. Status sosial ekonomi

Gambaran individu terhadap

dirinya sangat mempengaruhi

kebersihan diri

Bila pada lansia selalu dimanja

dalam kebersihan diri, maka

kemungkinan akan terjadi

perubahan pada personal hygiene

Sabun, pasta gigi, sampo, alat

mandi yang dibutuhkan dalam

perawatan diri memerlukan uang

untuk menyediakannya

4

Page 5: LP Remathoid Artritis.docx

4. Pengetahuan

5. Budaya

6. Kebiasaan seseorang

7. Kondisi fisik

Pengetahuan yang baik dapat

meningkatkan kesehatan

Disebagian masyarakat yang baik

dapat dimandikan

Kebiasaan orang yang

menggunakan produk t3

Pada keadaan sakit t3 kemampuan

untuk merawat diri berkurang

LAPORAN PENDAHULUAN

REUMATHOID ARTRITIS

1.1 Pengertian

Reumatoid Artritis (RA) adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui

penyebabnya. Karakteristik RA adalah terjadinya kerusakan dan proliferasi pada

membrane synovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan

deformitas. Mekanisme imunologis tampak berperan penting dalam memulai timbulnya

penyakit ini. Pendapat lain mengatakan, arthritis rheumatoid adalah gangguan kronik

yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok

penyakit jaringan penyambung difus yang diperantarai oleh imunitas.

1.2 Etiologi

Penyebab rheumatoid arthritis belum diketahui, akan tetapi factor –faktor yang penting dalam

timbulnya penyakit antara lain;

1. Genetik

5

Page 6: LP Remathoid Artritis.docx

Sekitar 60% dari pasien dengan AR membawa epitop bersama dari cluster HLA-DR4

yang merupakan salah satu situs pengikatan peptide-peptida molekul HLA-DR tertentu

yang berkaitan dengan AR.

2. Lingkungan

Untuk beberapa decade, sejumlah agen infeksi seperti organism Mycoplasma, Epstein-

Barr dan virus rubella menjadi predisposisi peningkatan AR.

3. Hormonal

Hormon seks mungkin memainkan peran, terbukti dengan jumlah perempuan yang tidak

proporsional dengan AR, ameliorasi selama kehamilan, kambuh dalam periode

postpartum dini, dan insiden berkurang pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral.

4. Imunologi

Semua elemen imunologi utama memainkan peran penting dalam propagasi, inisiasi, dan

pemeliharaan dari proses atoimun AR. Peristiwa seluler dan sitokin yang mengakibatkan

konsekuensi patologis kompleks, seperti proliferasi synovial dan kerusakan sendi

berikutnya.

1.3 Manifestasi Klinis

Ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada klien arthritis rheumatoid.

Manifestasi ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh karenanya

penyakit inimemilki manifestasi klinis yang bervariasi, antara lain:

1. Gejala-gejala konstituonal, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun, dan demam.

Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat.

2. Poliartritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun

biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial

dapat terserang.

3. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat generalisata tetapi

terutama menyerang sendi-sendi. Kekuatan ini berbeda dengan kekakuan pada sendi

pada osteoarthritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu

kurang dari satu jam.

6

Page 7: LP Remathoid Artritis.docx

4. Artritis erosive, merupakan cirri khas arthritis rheumatoid pada gambaran radiologic.

Perdangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan dapatdilihat pada

radiogram.

5. Deformitas

Kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Dapat

terjadi pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas

boutonnierre, dan leher angsa merupakan beberapa deformitas tangan yang sering

dijumpai pada klien. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul

sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga terserang dan akan

mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan

ekstensi.

Nodul-nodul rheumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga

orang dewasa penderita arthritis reumathoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas

ini adalah bursa olekranon (sendi siku), atau di sepanjang permukaan ektensor dari

lengan, walaupun demikian nodul-nodul ini dapat juga timbul pada tempat-tempat

lainnya. Adanya nodul-nodul ini biasanya merupakan petunjk penyakit yang aktif dan

lebih berat.

6. Adapun manifestasi ekstraartikuler dari arthritis rheumatoid antara lain:

Kulit: Nodula subkutan, Vaskulitis (menyebabkan bercak-bercak cokelat), lesi-lesi

ekimotik.

Jantung: Perikarditis, temponade pericardium (jarang terjadi), lesi perdangan pada

miokardium dan katup jantung.

Paru-paru :Pleuritis dengan atau tanpa efusi, perdangan pada paru-paru

Mata: skleritis

Sistem saraf : Neuropati perifer, sindrom kompresi perifer, termasuk sindrom carpal

tunner, neuropati saraf ulnaris, paraliasis peronealis, dan abnormalitas vertebra

servikal.

Sistemik: Osteoporosis generalisata, sindrom felty dan sebagainya.

7. Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid anatara lain:

Kriteria Definisi1. Kaku pagi hari Kekakuan pagi hari pada persendian dan di

7

Page 8: LP Remathoid Artritis.docx

sekitarnya, sekurangnya selama satu jam sebelum perbaikan maksimal.

2. Artritis pada 3 daerah Pembengkakan jaringan lunak, persendian atau terjadi efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada sekurang-kurangnya tiga sendi secara bersamaan.

3. Artritis pada persendian tangan Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu persendian tangan seperti yang tertera di atas.

4. Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama pada kedua belah sisi.5. Nodul reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau

permukaan ekstensor atau daerah juksta-artikular.6. Faktor Reumatoid serum Terdapatnya titer abnormal factor rheumatoid serum.7. Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang khas bagi RA.

1.4 Patofisiologi

8

Genetik Lingkungan Hormonal Imunologi

Membawa epitop (situs pengikatan peptide molekul HLA-DR4)

Agen infeksi: Mycoplasma, rubella dll.

Hormon seks. Ex: amilorase saat hamil, penggunaan kontrasepsi oral

Reaksi autoimun oleh Limposit T & B

Seluler

Idiopatik

Mengaktifkan fibroblast sinovial

Mengaktifkn makrofag & populasi sel lainnya

Membentuk sitokinin proinflamasi

Reumathoid Artritis (RA)

Sitokin abnormal

Penyimpangan produksi dan regulasi

Gerak sendi terganggu

Page 9: LP Remathoid Artritis.docx

1.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Laju endap darah (LED) adalah pengukuran suatu indeks peradangan yang bersifat tidak

specific di dalam darah. Pada arthritis rheumatoid nilainya bisa mencapai 100mm/jam

atau lebih. Hal ini pertanda LED dapat dipakai untuk memantau aktifitas penyakit.

Anemia normositik normokromik dapat disebabkan oleh arthritis rheumatoid melalui

pengaruhnya terhadap sum-sum tulang.

2. Parameter hematologi termasuk jumlah CBC dan analisis cairan sinovia.

Profil sel darah lengkap: anemia, trombositosis, trombositopenia, leukositosis dan

leucopenia.

Analisis ciran sinovia: inflamasi cairan sinovia, dan dominasi neutrofil (60-80%)

WBC count (>2000/mikroliter) hadir dengan jumlah WBC umumnya dari 5000-

50000/uL.

Parameter imunologi: factor rheumatoid hadir pada sekitar 60-80% pasien dengan

AR.

3. Studi Imaging

9

Hiperaktivasi membrane sinovial

Jaringan pannus

Menyerang tulang, menghancurkan tulang rawan

Mengalami degredasi

Artritis Erosif

Otot melakukan perubahn generatif

Kehilangan elastisitas & kekuatan kontraksi otot

Lelah BB menurun

Pergerakan antar tulang tanpa sinovial

Gesekan permukaan kasar

Kerusakan jar. sekitar

Kekakuan di pagi hari

Mk: Nyeri

Reaksi inflamasi

demam

Deformitas sendi

Munculnya nodul2

Mk: Hambatan mobilitas fisik

Mk: Keletihan Ketidakseimba

ngan nutrisi: kurang dari kebutuhan

Menyerang organ lain

Kardiovaskular: lesi,perikarditis dsb.

Kulit: nodul subct

Mata: skleritis Sistem saraf

neuropati perifer

sistemik

Page 10: LP Remathoid Artritis.docx

Radiografi: perhatikan bahwa erosi mungkin ada pada kaki, bahkan tanpa adanya rasa

sakit dan tidak adanya erosi di tangan.

MRI: Modalitas ini digunakan terutama pada pasien dengan kelainan tulang belakang,

leher, pengenalan awal erosi berdasarkan citra MRI telah cukup divalidasi.

Ultrasonografi: Hal ini memungkinkan pengakuan efusi pada sendi yang tidak mudah

diakses (misalnya sendi panggul dan sendi bahu pada pasien obesitas) dan kista.

Bone Scanning : Temuan dapat membantu memedakan inflamasi dari perubahan yang

bisa menyebabakan peradangan pada pasien dengan minimal pembengkakan.

Densitometri: Temuan yang berguna untuk membantu mendiagnosis perubahan

dalam kepadatan mineral tulang mengindikasikan osteoporosis.

4. Temuan Histologis: Infiltrat Limfoplasmasistik dari sinovium dengan neovaskularisasi

dilihat dari AR mirip dengan yang terlihat pada kondisi lain dan ditandai dengan

sinovitia. Reumatoid nodul awal ditandai dengan vaskulitas kecil dan kemudian oleh

peradangan granulomatosa.

1.6 Penatalaksanaan

1. Langkah pertama dalam program penatalksanaan arthritis rheumatoid adalah memberikan

pendidikan kesehatan yang cukup tentang penyakit kepada klien, keluarganya, dan siapa

saja yang berhubungan dengan klien. Pendidikan kesehatan diberikan meliputi pengertian

tentang patofisiologi penyakit, penyebaba dan prognosis penyakit, semua komponen

program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber batuan

untuk mengatasi penyakit, dan metode-metode yang efektif tentang penatalaksanaan yang

diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan kesehatan ini harus dilakukan secara

terus-menerus. Pendidikan dan informasi kesehatan juga dapat diberikan dari bantuan

klub penderita, badan-badan kemasyarakatan, dan dari orang-orang lain yang juga

menderita arthritis rheumatoid, serta keluarga mereka.

2. Istirahat adalah penting karena arthritis rheumatoid biasanya disertai rasa lelah yang

hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat timbul setiap hari, tetapi ada masa-masa di

mana klien merasa keadaannya lebih baik atau lebih berat. Kekakuan dan rasa tidak

nyaman dapat meningkat apabila beristirahat. Hal ini memungkinkan klien dapat mudah

10

Page 11: LP Remathoid Artritis.docx

terbangun dari tidurnya pada malam hari karena nyeri. Di samping itu latihan-latihan

spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup

gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, dan sebaiknya dilakukan sedikit dua

kali sehari. Obat-obat penghilang nyeri mungkin perlu diberikan sebelum latihan, dan

mandi parafin dengan suhu yang dapat diatur antara suhu panas dan dingin dapat

dilakukan. Ala-alat pembanu dan adaftif mungkin diperlukan untuk melakukan aktivitas

kehidupan sehari-hari. Latihan yang diberikan sebaiknya dilakukan oleh tenaga ahli yang

sudah mendapatkan pelatihan sebelumnya, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja karena

latihan yang berlebihan dapat merusak struktur-struktur penunjang sendi yang memang

sudah lemah oleh adanya penyakit.

3. Penderita arthritis rheumatoid idak memerlukan diet khusus karena variasi pemberian diet

yang ada belum terbuki kebenarannya. Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang

sangat penting.

4. Obat-obat dipakai untuk mengurangu nyeri, meredakan peradangan, dan untuk mencoba

mengubah perjalanan penyakit. Nyeri hamper tidak dapat dipisahkan dari arthritis

rheumatoid, sehingga ketergantungan terhadap obat harus diusahakan seminimum

mungkin. Obat utama pada arthritis rheumatoid adalah obat-obatan aniinflamasi

nonsteroid (NSAID).

Obat anti inflamasi nonsterod bekerja dengan menghalangi proses produksi mediator

peradangan. Tepatnya menghambat sintesis prostaglandin atau siklo-oksigenase. Enzim-

enzim ini mengubah asam lemak sistemik endogen, yaitu asam araknoid menjadi

prostaglandin , prostasiklin, tromboksan, dan radikal-radikal oksigen.

1.7 Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1. Aktivitas/Istirahat:

Gejala : Nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stres pada

sendi, kekakuan sendi pada pagi hari , biasanya terjadi secara bilateral dan simetris.

Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, aktivitas istirahat, dan

pekerjaan. Gejala lain keletihan dan kelelahan yang hebat.

11

Page 12: LP Remathoid Artritis.docx

Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak, artrofi otot, kulit; kontraktur/ kelainan pada

sendi dan otot.

1. Kardiovaskular

Fenomena Ryneud jari tangan/kaki, misalnya pucat intermitten, sianotik, kemudian

kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.

2. Integritas Ego

Faktor-faktor stres akut/kronis, missal financial, pekerjaan, keputusasaan dan

ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri missal

ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh.

3. Makanan/ cairan

Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat:

mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.

Tanda: Penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.

4. Higiene

Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri.

Keterganunga pada orang lain.

5. Neurosensori

Gejala: Kebas/Kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.

Tanda: Pembengkakan sendi simetris.

6. Nyeri/Kenyamanan

Fase akut dari nyeri (disertai /tidak disertai pembengkakan jaringan lunak dan sendi).

Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pada pagi hari)

7. Keamanan

Kulit mengilat, tegang : nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan dalam

menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap, kekeringan pada

mata, dan membrane mukosa.

8. Interaksi sosial

Kerusakan interaksi dengankeluarga/ orang lain, perubahan peran, isolasi

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis / Nyeri Kronis b.d ketunadayaan fisik kronis

2. Hambatan mobilitas fisik b.d kaku sendi

12

Page 13: LP Remathoid Artritis.docx

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d factor biologis: reumathoid

arthritis

4. Keletihan b.d peningkatan kelelahan fisik

Rencana Tindakan

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan/

Kriteria Hasil (NOC)Intervensi (NIC) Rasional

1 Nyeri Akut b.d agen cedera biologis.Batasan Karakteristik: Laporan secara

verbal atau non verbal

Fakta dan observasi nyeri

Gerakan melindungi

Tingkah laku berhati-hati

Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)

Tingakah laku distraksi

(jalan-jalan menemui orang lain, aktivitas berulang-ulang) Respon

autonom (diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan pola nafa, nadi dan dilatasi pupil)

Tingkah laku ekspresif (gelisah, marah,

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien dapat mengontrol nyeri dengan indikator: Mengenali factor

penyebab Mengenali onset

(lamanya sakit) Menggunakan

metode pencegahan

Menggunakan metode nonanalgetik untuk mengurangi nyeri

Menggunakan analgetik sesua dengan kebutuhan

Mencari bantuan tenaga kesehatan

Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan.

Menggunakan sumber-sumber yang tersedia

Mengenali gejala-gejala nyeri

Mencatat pengalaman nyeri sebelumnya

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi.

2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri

4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.

6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang

1. Untuk mengetahui permasalahan secara menyeluruh

2. Memvalidasi adanya nyeri

3. Untuk mempermudah penggalian informasi

4. Mengetahui factor yang mempengaruhi nyeri dari berbagai segi.

5. Mengetahui metode yang paling tepat untuk manajemen nyeri pasien.

6. Menentukan tindakan yang tepat.

7. Agar pasien termotivasi untuk memanage nyeri dengan baik.

8. Untuk mengurangi nyeri.

9. Antisipasi munculnya nyeri

10. Menetukan metode penanganan yang tepat.

13

Page 14: LP Remathoid Artritis.docx

menangis, merintih)

Berfokus pada diri sendiri

Muka topeng Fokus

menyempit Perubahan

nafsu makan

Melaporkan nyeri sudah terkontrol

ketidakefektifan control nyeri masa lampau.

7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pecahayaan dan kebisingan

9. Kurangi factor presipitasi

10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)

11. Ajarakan tentang teknik non farmakologi

12. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

13. Evaluasi keefektifan control nyeri

14. Tingkatkan istirahat

15. Kolaborasi dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak

11. Untuk memandirikan pasien.

12. Untuk mengurangi nyeri.

13. Untuk mengetahui keberhasilan tindakan.

14. Untuk memulihkan keadaan pasien, menurunkan nyeri

15. Agar nyeri dapat teratasi.

14

Page 15: LP Remathoid Artritis.docx

berhasil.2 Hambatan

mobilitas fisik b.d kaku sendi

Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam pasien dapat melakukan ambulasi berjalan dengan indikator: Mempertahankan

berat badan Melangkah Berjalan Lambat Berjalan dengan

kecepatan sedang Berjalan dengan

jarak yang lebih jauh

1. Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan.

2. Konsultasikan dengen fisioterapis tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan.

3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera.

4. Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi sesuai penyakitnya.

5. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi.

6. Latih pasien dalam pemenuhan ADL secara mandiri sesuai kemampuan.

7. Dampingi pasien dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan kebutuhan ADL.

8. Berikan alat bantu bila

1. Untuk memastikan kondisi pasien baik.

2. Memberikan ambulasi yang sesuai dengan kondisi pasien.

3. Agar pasien lebih mudah dalam mobilisasi.

4. Agar pasien mampu menyesuaikan dan mandiri.

5. Untuk perencanaan ambulasi pasien

6. Untuk memandirikan pasien.

7. Agar pasien terbantu.

8. Untuk mempermudah mobilisasi.

9. Untuk memandirikan pasien.

15

Page 16: LP Remathoid Artritis.docx

pasien membutuhkan.

9. Ajarkan bagaimana cara merubah posisi dan bantu jika memerlukan bantuan.

3 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d factor biologis: reumathoid arthritis

Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam ketidakseimbangan nutrisi :kurang dari kebutuhan dapat teratasi dengan indiktor:-intake nurien normalIntake makanan dan cairan normalBerat badan normalMassa tubuh normalPengukuran biokimia normal.

1. Kaji adanya alergi makanan atau pantangan.

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat dan sesua dengan kondisi pasien.

4. Berikan makanan yang terpilih.

5. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisinya

1. Untuk mengantisipasi pemberian makanan yang tidak sesuai.

2. Untuk memberikan nutrisi dengan komposisi sesuai.

3. Mencegah konstipasi

4. Makanan sesuai dengan diet pasien.

5. Agar pasien mampu memanage nutrisinya secara mandiri.

6. Agar pasien memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan benar.

16

Page 17: LP Remathoid Artritis.docx

DAFTAR PUSTAKA

Helmi, Zairin Noor. (2012).Buku Ajar Gangguan Muskuloskletal. Jakarta: Salemba Medika

Lukman & Ningsih,Nurma.(2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal.Jakarta: Salemba Medika.

NANDA International. (2009).Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. (2006).Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta: EGC

17