LP Ostomilitis
-
Upload
lya-ragill-djoyodiningrat -
Category
Documents
-
view
71 -
download
5
Transcript of LP Ostomilitis
BAB IPENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANGOsteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulitdi sembuhkan dari pada infeksi
jaringan lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi , tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di tempat lain ( misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas ). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang ( misalnya : fraktur terbuka, cedera traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang).
Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.
1.2 Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan Osteomyelitis2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mengetahui pengertian Osteomyelitis b. Mahasiswa mengetahui penyebab Osteomyelitis c. Mahasiswa mengetahui patofisiologi Osteomyelitis d.Mahasiswa mengetahui klasifikasi Osteomyelitis
e. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis Osteomyelitis f. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan Osteomyelitis
g. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang Osteomyelitish. Mahasiswa mengetahui evaluasi diagnostik Osteomyelitisi. Mahasiswa mengetahui komplikasi Osteomyelitisj. Mahasiswa mengetahui pencegahan Osteomyelitis
k. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan Osteomyelitis
1
1.3 Metode PenulisanMetode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
menggunakan pendekatan studi kasus dan kepustakaan yang dilaksanakan pada klien.
2
BAB IIPEMBAHASAN
A. Anatomi dan Fisiologi
Tulang dalam garis besarnya dibagi atas:
1. Tulang panjang
Yang termasuk tulang panjang misalnya femur, tibia, fibula, ulna dan humerus,
Ujung tulang panjang dinamakan epifisis. Plat epifisis memisahkan epifisis
dari diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Pada
orang dewasa mengalami klasifikasi. Ujung tulang panjang ditutupi oleh kartilago
artikular pada sendi-sendinya. Sedangkan, daearah batas disebut diafisis dan daerah
yang berdekatan dengan garis epifisis disebut metafisis. Daerah ini merupakan suatu
daerah yang sangat sering ditemukan adanya kelainan atau penyakit, oleh karena
daerah ini merupakan daerah metabolic yang aktif dan banyak mengandung
pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan perkembangan pada daerah lempeng
epifisis akan menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang. Tulang panjang disusun
untuk menyagga berat badan dan gerakan.
2. Tulang pendek
Contoh dari tulang pendek antara lain tulang vetebra dan tulang-tulang karpal
3. Tulang pipih
Yang termaasuk tulang pipih antara lain tulang iga, tulang scapula dan tulang pelvis.
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut korteks
dan bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan diluarnya dilapisi
oleh periosteum. Periosteum pada anak lebih tebal dari orang dewasa, yang
memungkinkan penyembuhan tulang pada anak lebih cepat dibandingkan orang
dewasa.
3
.
Gambar 1. Tulang Panjang
Tulang tersusun atas sel, matriks protein, dan deposit mineral. Sel-selnya
terdiri atas tiga jenis dasar—osteoblas, osteosit, dan osteoklas.
1. Osteoblast
Osteoblas merupakan salah satu jenis sel hasil diferensiasi sel
mesenkim yang sangat penting dalam proses osteogenesis atau osifikasi. Sebagai
sel, osteoblas dapat memproduksi sunstansi organik intraseluler atau matriks,
dimana kalsifikasi terjadi di kemidian hari. Tulang baru dibentuk oleh osteoblast
yang membentuk osteoid dan mineral pada matriks tulang bila proses ini selesai
osteoblast menjadi osteosit dan terperangkap dalam matriks tulang yg
mengandung mineral.
2. Osteosit
Berfungsi memelihara kontent mineral dan elemen organik tulang.
3. Osteoclast
Sel yang bersifat multinukleus, tidak ditutupi oleh permukaan tulang
dengan sifat dan fungsi resorpsi serta mengeluarkan tulang.
4
Matriks tulang menyimpan kalsium, posfor, magnesium, dan fluor.
Tulang mengandung 99% dari seluruh kalsium tubuh dan 90% dari seluruh fosfor
tubuh. Unit dasar dari kortek tulang disebut sistem haversian. Yg terdiri dari
saluran haversian (yang berisi pembuluh darah, saraf dan lymphatik), lacuna
(berisi osteosit), lamella, canaliculi (saluran kecil yang menghubungakan lacuna
dan saluran haversian).
Bagian luar tulang diselimuti oleh membran fibrus padat yang
dinamakan periosteum. Periosteum memberi nutrisi pada tulang dan
memungkinkannya tumbuh selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligamen.
Periosteum mengandung syaraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang
paling dekat dengan tulang mengandung osteoblas yang merupakan sel
pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vasculer tipis yang menutupi rongga sum-
sum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklas
melarutkan tulang untuk memelihara rongga sum-sum terletak dekat endosteum
dan dalam lakuna howship.
Sumsum tulang merupakan jaringan vasculer dalam rongga sumsum
tulang panjang dan dalam tulang pipih. Sumsum tulang merah terutama terletak di
dalam sternum vertebra dan rusuk pada tulang dewasa, bertanggung jawab pada
produksi sel darah merah dan putih. Pada orang dewasa, tulang panjang terisi oleh
sumsum lemak kuning.
Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai 5 fungsi
utama, yaitu:
1. Membentuk rangka badan
2. Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot
3. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam,
seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru.
4. Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium dan garam.
5. Sebagai organ yang berfugsi sebagai jaringan hemopoetik untuk memproduksi
sel-sel darah merah, sel-sel darah putih dan trombosit.
5
B. 2.1 DEFINISIOsteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentu kaninvolukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut : Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylusinfluensae (Depkes RI, 1995).
Osteomyelitis adalah infeksitulang (Carpenito, 1990). Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997) Osteomielitis adalah infeksi pada jaringan tulang tulang dan dapat bersifat
akut maupun kronis (Price, 2002). Osteomielitis merupakan infeksi pada tulang yang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi pada jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap infeksi, tingginya tekanan jaringan dan pembekuan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati) (Smeltzer, 2002)
Osteomielitis adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi lokal akut atau trauma tulang, biasanya disebabkan oleh E. Coli, Stapilococcus Aurius atau Streptococcus Pyogenes. (Tucker, 1998)
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah. (Corwin, 1996)
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur. (http://www.eMedicine.com/osteomielitis.html).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa osteomielitis adalah infeksi pada jaringan tulang yang sulit disembuhkan, disebabkan oleh bakteri atau jamur dan bersifat akut ataupun kronis.
2.2 ETIOLOGIOrganisme spesifik yang diisolasi dari osteomielitis seringkali
dihubungkan dengan usia pasien atau keadaan-keadaan tertentu yang
menyertainya (trauma atau riwayat operasi). Staphylococcus aureus terlibat pada
kebanyakan pasien dengan osteomielitis hematogenous akut dan bertangguang
jawab atas 90% kasus pada anak-anak yang sehat. Penyebab osteomielitis pada
anak-anak ialah Staphylococcus aureus (89-90%), Streptococcus (4-7%),
6
Haemophillus influenza (2-4%), Salmonella typhi dan Escherichia coli (1-2%).
Bakteri penyebab osteomielitis kronik terutama Staphylococcus aureus (75%),
atau Escherichia coli, Proteus atau Pseudomonas aeruginosa. Staphylococcus
epidermidis merupakan penyebab utama osteomielitis kronik pada operasi-
operasi ortopedi yang menggunakan implan.
Selain disebabkan bakteri piogenik, osteomielitis juga dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri granulomatosa seperti tuberkulosis dan siphilis melalui proses
spesifik, oleh jamur seperti aktinomikosis yang pada awalnya seringkali bersifat
kronik. Selain itu juga dapat disebabkan oleh virus.
Organism Comments
Staphylococcus aureus Organism most often isolated in all types of osteomyelitis
Coagulase-negative staphylococci or Propionibacterium species
Foreign-bodyassociated infection
Enterobacteriaceae species or Pseudomonas aeruginosa
Common in nosocomial infections
Streptococci or anaerobic bacteria Associated with bites, fist injuries caused by contact with another person's mouth, diabetic foot lesions, decubitus ulcers
Salmonella species or Streptococcus pneumoniae
Sickle cell disease
Bartonella henselae Human immunodeficiency virus infection
Pasteurella multocida or Eikenella corrodens
Human or animal bites
Aspergillus species, Mycobacterium avium-intracellulare or Candida albicans
Immunocompromised patients
Mycobacterium tuberculosis Populations in which tuberculosis is prevalent
Brucella species, Coxiella burnetii (cause Population in which these pathogens are
7
of chronic Q fever) or other fungi found in specific geographic areas
endemic
Organisms Commonly Isolated in Osteomyelitis Based on Patient Age
Infants (<1 year) Group B streptococci Staphylococcus aureus Escherichia coli
Children (1 to 16 years) S. aureus Streptococcus pyogenes Haemophilus influenzae
Adults (>16 years) Staphylococcus epidermidis S. aureus Pseudomonas aeruginosa Serratia marcescens E. coli
Adapted with permission from Dirschl DR, Almekinders LC. Osteomyelitis. Common causes and treatment recommendations. Drugs 1993;45:29-43.
2.3 PATOFISIOLOGI
FATOR PREDISPOSISI8
Resiko penyebaran infeksi
Kelemahan fisik Pengeluaran pus
Usia,virulensi kuman,riwayat trauma,nutrisi dan luka infeksi
Invasi mikroorganisme dari tempat lain
Yang beredar dari sirkulasi darah
Masuk ke jukstaepifisis
Tulang panjang
osteomielitis
fagositosis
proses inflamasi
hyperemia,pembengkakan,gangguan fungsi,
pembentukan pus,dan kerusakan integritas jaringan
gangguan demam peningkatan tekanan pembentukan pus dan
thermoregulasi jaringan tulang dan medula nekrosis jaringan
nafsu makan menurun
iskemia penyebaran infeksi
ketidakseimbangan kemampuan nekrosis tulang ke organ penting
nutrisi kurang dari tonus otot
kebutuhan menurun pembentukan abses tulang nyeri
9
Gangguan citra diri
tirah baring lama deformitas dan bau
penekanan lokal dan adanya luka
kerusakan
integritas kulit
2.4 EPIDEMIOLOGIOsteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II, tetapi dapat pula
ditemukan pada bayi dan neonatus. Insiden di amerika 1 dari 5000 anak, dan 1 dari
10
1000 pada neonatal. Pada keseluruhan insiden terbanyak pada negara berkembang.
Osteomielitis pada anak-anak sering bersifat akut dan menyebar secara hematogen,
sedangkan osteomielitis pada orang dewasa merupakan infeksi subakut atau kronik
yang berkembang secara sekunder dari fraktur terbuka dan meliputi jaringan lunak.
Kejadian pada anak laki-laki lebih sering dibandingkan dengan anak
perempuan dengan perbandingan 4:1. Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang
panjang, misalnya femur, tibia, humerus, radius, ulna dan fibula. Namun tibia menjadi
lokasi tersering untuk osteomielitis post trauma karena pada tibia hanya terdapat
sedikit pembuluh darah.
Faktor-faktor pasien seperti perubahan pertahanan netrofil, imunitas humoral,
dan imunitas selular dapat meningkatkan resiko osteomielitis.
2.5 KLASIFIKASIA. Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:
1. Osteomielitis Primer.Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
2. OsteomielitisSekunder.Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya
B. Berdasarkan lama infeksi, osteomielitisterbagimenjadi 3, yaitu:1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen)Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local. Serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk11
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub-akutYaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronisYaitu osteomielitis yang
terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi padatulang yang fraktur.
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :
1. Staphylococcus (orang dewasa) 2. Streplococcus (anak-anak)3. Pneumococcus dan Gonococcus
2.6 MANIFESTASI KLINISJika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awaitan mendadak, sering terjadi
dengan manifetasi klinis septikema (misalnya :menggigil, demamtinggi, tachycardia dan malaise umum). Gejala sistemik pada awalnya dapat menutupi gejala local secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum kekorteks tulang, akan mengenai posterium, dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak, dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengantekanan pus yang terkumpul.
Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah terinfeksi membengkak, hangat, nyeri, dan nyeri tekan.
12
Pada pasein dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
Pada pasien dengan Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat menggerakan anggota tubuh.
2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS1. Terapi
Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan evaluasi tepat terhadap mikroorganisme penyebab dan kelemahan mikroorganisme tersebut dan 4-6 minggu terapi antibiotic yang tepat.
Debridement tidak perlu dilakukan jika telah cepat diketahui. Anjuran pengobatan sekarang jarang memerlukan debridement. Bagaimana jika terapi antibiotic gagal, debridement dan pengobatan 4-6 minggu dengan antibiotic parenteral sangat diperlukan. Setelah kultur mikroorganisme dilakukan, regimen antibiotic parenteral (nafcillin[unipen] + cefotaxime lain [claforan] atau ceftriaxone [rocephin]) diawali untuk menutupi gejala klinis organism tersangka. Jika hasil kultur telah diketahui, regimen antibiotic ditinjau kembali. Anak-anak dengan osteomielitis akut harus menjalani 2 minggu pengobatan dengan antiniotik parenteral sebelum anak-anak diberikan antibiotic oral.
Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan umumnya diobati dengan antibiotic dan tindakan debridement. Terapi antibiotik oral tidak dianjurkan untuk digunakan. Tergantung dari jenis osteomielitis kronis. Pasien mungkin diobati dengan antibiotik parenteral selama 2-6 minggu. Bagaimanapun,tanpa debridement yang bagus, osteomielitis kronis tidak akan merespon terhadap kebanyakan regiment antibiotic, berapa lama pun terapi dilakukan. Terapi intravena untuk pasien rawat jalan menggunakan kateter intravena yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama (contohnya : kateter hickman) akan menurunkan masa rawat pasien di rumah sakit.
Terapi secara oral menggunakan antibiotic fluoroquinolone untuk organism gram negative sekarang ini digunakan pada orang dewasa dengan osteomielitis. Tidak ada fluoroquinolone yang tersedia digunakan sebagai antistaphylococcus yang optimal, keuntungan yang paling penting dari insidensi kebalnya infeksi nosokomial yang didapat dengan bakteri staphylococcus. Untuk lebih lanjutnya, sekarang ini quinolone tidak menyediakan pengobatan
Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidak nyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.
13
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.Pemberian antibiotic dapat dilakukan :1. Melalui oral (mulut)2. Melalui infuse : jika diberikan melalui infus, maka diberikan selama 2
minggu, kemudian diganti menjadi melalui mulut. Jika dalam 24 jam pertama gejala tidak membaik, maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan operasi untuk mengurangi tekanan yang terjadi dan
14
untuk mengeluarkan nanah yang ada. Etelah itu dilakukan irigasi secara kontinyu dan dipasang drainase. Teruskan pemberian antiniotik selama 3-4 minggu hingga nilai laju endap darah (LED) normal.
Initial Antibiotic Regimens for Patients with Osteomyelitis
Organism Antibiotic(s) of first choice Alternative antibiotics
Staphylococcus aureus or coagulase-negative (methicillin-sensitive) staphylococci
Nafcillin (Unipen), 2 g IV every 6 hours, or clindamycin phosphate (Cleocin Phosphate), 900 mg IV every 8 hours
First-generation cephalosporin or vancomycin (Vancocin)
S. aureus or coagulase-negative (methicillin-resistant) staphylococci
Vancomycin, 1 g IV every 12 hours
Teicoplanin (Targocid),* trimethoprim- sulfamethoxazole (Bactrim, Septra) or minocycline (Minocin) plus rifampin (Rifadin)
Various streptococci (groups A and B b-hemolytic organisms or penicillin-sensitive Streptococcus pneumoniae)
Penicillin G, 4 million units IV every 6 hours
Clindamycin, erythromycin, vancomycin or ceftriaxone (Rocephin)
Intermediate penicillin-resistant S. pneumoniae
Cefotaxime (Claforan), 1 g IV every 6 hours, or ceftriaxone, 2 g IV once daily
Erythromycin or clindamycin
Penicillin-resistant S. Pneumoniae
Vancomycin, 1 g IV every 12 hours
Levofloxacin (Levaquin)
15
Enterococcus species Ampicillin, 1 g IV every 6 hours, orvancomycin, 1 g IV every 12 hours
Ampicillin-sulbactam (Unasyn)
Enteric gram-negative rods Fluoroquinolone (e.g., ciprofloxacin [Cipro], 750 mg orally every 12 hours)
Third-generation cephalosporin
Serratia species or Pseudomonas aeruginosa
Ceftazidime (Fortaz), 2 g IV every 8 hours (with an aminoglycoside given IV once daily or in multiple doses for at least the first 2 weeks)
Imipenem (Primaxin I.V.), piperacillin-tazobactam (Zosyn) or cefepime (Maxipime; given with an aminoglycoside)
Anaerobes Clindamycin, 600 mg IV or orally every 6 hours
For gram-negative anaerobes: amoxicillin-clavulanate (Augmentin) or metronidazole (Flagyl)
Mixed aerobic and anaerobic organisms
Amoxicillin-clavulanate, 875 mg and 125 mg, respectively, orally every 12 hours
Imipenem
IV = intravenous. *--Currently available only in Europe.
Adapted with permission from Lew DP, Waldvogel FA. Osteomyelitis. N Engl J Med 1997;336:999-1007, and Mader JT, Shirtliff ME, Bergquist SC, Calhoun J. Antimicrobial
treatment of chronic osteomyelitis. Clin Orthop 1999;(360):46-65.
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan darah
16
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcusPemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulangMerupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan
digunakan untuk serangkaian tes.5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru
Pemeriksaan tambahan :1. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama2. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada
T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.
2.9 EVALUASI DIAGNOSTIKPada Osteomielitis akut ; pemeriksaan sinar-x hanya menunjukan
pembengkakan jaringan lunak. Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nefrosis tulang, pengangkatan periosteum dan pembentukan tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI dapat membantu diagnosis definitive awal. Pemeriksaan darah memperhatikan peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah. Kulur darah dan kultur abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai.
Pada Osteomielitis kronik, besar, kavitas ireguler, peningkatan periosteum, sequestra atau pembentukan tulang padat terlihat pada sinar-x. Pemindaian tulang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi area terinfeksi. Laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih biasanya normal. Anemia, dikaitkan dengan infeksi kronik. Abses ini dibiakkan untuk menentukan organisme infektif dan terapi antibiotic yang tepat.
2.10 KOMPLIKASIA. Dini
17
1) Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)2) Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang
mendasarinya sembuh3) Atritis septik
B. Lanjut :1) Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan
fungsi tubuh yang terkena2) Fraktur patologis3) Kontraktur sendi4) Gangguan pertumbuhan
2.11 PENCEGAHANPencegahan Osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi fokal
dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatikan terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibioika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan Selma 24 sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya osteomielitis.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
18
A. PengkajianPengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:a) Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b) Riwayat keperawatan1) Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka, atau infeksi lainnya (bakteri pneumonia, sinusitis, kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
2) Riwayat kesehatan sekarang Apakah klien terdapat pembengkakan, adanya nyeri dan demam.
3) Riwayat kesehatan keluargaAdakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.
4) Riwayat psikososialAdakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
5) Kebiasaan sehari-haria) Pola nutrisi : anoreksia, mual, muntah.b) Pola eliminasi : adakah retensi urin dan konstipasi.c) Pola aktivitas : pola kebiasaan
6) Pemeriksaan fisika) Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam
dan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.b) Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi
kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
c) Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada osteomielitis akut)
d) Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan purulen.
e) Identisikasi peningkatan suhu tubuhf) Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa
lembek bila di palpasi.
B. Diagnosa keperawatan
19
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang respon manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara akountabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan.
Diagnosa pada pasien dengan osteomielitis adalah sebagai berikut (Marlyn E. Doengoes : hal ) :a) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.b) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeric) Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ;
imobilisasi.d) Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan
abses tulang, kerusakan kulit
C. Rencana Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dan ketidaknyamanan berkurang, serta tidak terjadi kekambuhan nyeri dan komplikaKriteria hasil :
` Tidak ada nyeri, klien tampak rileks, tidak ada mengerang dan perilaku melindungi bagian yang nyeri, frekuensi pernapasan 12-24 per menit, suhu klien dalam batas normal (36ºC-37ºC) dan tidak adanya komplikasi.Intervensi :1) Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas nyeri
R/: Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program
2) Pantau Status neurovaskuler ekstremitas yang terkena.R/: Neurovaskuler berpengaruh dalam proses percepatan penyembuhan
3.) Mempertahankan imobilisasi (back slab).R/ : Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka. Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan mengurangi nyeri. Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
4.) Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.R/ : Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman.
5.) Tinggikan bagian yang terkenaR/:Untuk mengurangi pembengkakan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.
6.) Lakukan Teknik manajemen nyeri relaksasi napas dalamR/: Untuk mengurangi persepsi nyeri
7.) Kolaborasi pemberian analgetik.R/: untuk menghilangkan/mengontrol nyeri
8.) Berikan penjelasan tentang penyebab dan akibat nyeri
20
R/: Klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan mobilitas fisik yaitu klien mampu beradaptasi dan mempertahankan mobilitas fungsionalnyaKriteria hasil :
Meningkatkan atau mempertahankan mobilitas, mempertahankan posisi fungsional, meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit dan mengkompensasikan bagian tubuh.Intervensi :
1. Observasi derajat mobilitas yang dihasilkan adalah cedera atau pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap mobilisasi
R/ Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya2. Bantu atau dorong perawatan diri atau kebersihan diri
(mandi,mencukur)R/ Terhindar dari kuman dan bakteri, dan memberikan rasa nyaman pada diri pasien
3. Tempatkan dalam posisi terlentang atau posisi nyaman dan ubah posisi secara periodic
R/ Meningkatkan kenyamanan pada pasien4) Berikan atau bantu mobilisasi dengan kursi roda, kruk,
tongkat sesegera mungkinR/ Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman.
5) Konsul dengan ahli terapi fisik atau rehabilitasi spesialisR/ Untuk melanjutkan intervensi selanjutnya
3 Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ;
imobilisasi.Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah gangguan infeksi kulit teratasi dan kembali dalam batas normal.Kriteria hasil :Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk mencegah kerusakan kulit, memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.Intervensi :
1) Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan dan perubahan warna kulitR/ Untuk mengetahui adanya infeksi yang terjadi sebagai
indikasi untuk melakukan intervensi selanjutnya.
21
2) Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutanR/ Mengatasi resiko iritasi pada kulit.
3) Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit sesuai indikasiR/ untuk menghilangkan nyeri dan melancarkan sirkulasi
darah4) Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan
dengan alcohol atau bedak dengan jumlah sedikit beratR/ Untuk membunuh kuman atau bakteri yang terdapat
pada luka.5) Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau
lepaskan gips, dan dukung bantal setelah pemasanganR/ sebagai penyangga agar tidak terjadi cedera
6) Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada akhir dan bawah beban atau gips.R/ mengetahui adanya iritasi yang membuat nyeri pada
area pada gips tersebut.
4, Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang, kerusakan kulitTujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka diharapkan penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak terjadinya infeksi yang berkelanjutan.Kriteria hasil :Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam dan juga tidak terjadinya infeksi yang berkepanjanganIntervensi :1) Awasi TTV. Perhatikan demam ringan, menggigil,nadi dan pernapasan
cepatR/: Untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi
2) Observasi drainase dari lukaR/: adanya drain meningkatkan resiko infeksi
3) Ganti balutan dengan sering , pembersihan dan pengeringan kulit sepanjang waktuR/: Balutan yang basah menyebabkan kulit iritasi dan memberikan media
bagi bakteri4) Berikan antibiotic sesuai indikasi
R/: mengurangi resiko infeksi
D. Evaluasi
22
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan perencanaan berhasil di capai.Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan :1. Proses ( sumatif )
Fokusnya adalah aktifitas dari proses keperawatan dan kualitas tindakan evaluasi dilaksanakan sesudah perencanaan keperawatan.
2. Hasil ( formatif )Fokusnya adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan.
Evaluasi yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi :a. Mengalami peredaan nyeri
1) Melaporkan berkurangnya nyeri2) Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi3) Tidak mengalami ketidak nyamanan bila bergerak
b. Peningkatan mobilitas fisik1) Berpartisipasi dalam aktifitas perawatan diri2) Mempertahankan fungsi penuh ekstermitas yang sehat3) Mem perlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan
amanc. Tidak terjadi perluasan infeksi
1) Memakai antibiotic sesuai resep2) Suhu badan normal3) Tidak ada pembengkakan4) Tidak ada pus5) Angka leukosit dan laju endap darah (LED) kembali normal
d. Integritas kulit membaik1) Menyatakan kenyamanan2) Mempertahankan intergritas kulit3) Mempertahankan proses penyembuhan dalam batas normal
e. Mematuhi rencana terapeutik1) Memakai antibiotic sesuai resep2) Melindungi tulang yang lemah3) Melakukan perawatan luka yang benar4) Melaporkan bila ada masalah segera
23
BAB IIIPENUTUP
3.1 KesimpulanOsteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulit di sembuhkan dari pada
infeksi jaringan lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi , tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.
3.2 SaranDemikian dari hasil makalah kami, kami menyadari atas ketidak sempurnaan
makalah ini, saran dan kritik kami harapkan demi perbaikan makalah yang telah kami susun.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume
3,
EGC : Jakarta
2. Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC ; Jakarta.
3. Price, S. A., 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6.
Jakarta: EGC.
4. Suratin, Skm, dkk. 2008. Sistem Muskuluskeletal. EGC: Jakarta
5. Rasjad C. Struktur dan fungsi Tulang. Dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi
3. Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta.2007. Hal 6-11
6. Anatomi Tulang. www.HealthForAll.com . Last update March 2009
7. Jong W., Sjamsuhidayat R. 2005. Infeksi Muskuloskeletal. In Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi kedua. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 903 – 910.
25