LP Osteokarsinoma

download LP Osteokarsinoma

of 18

Transcript of LP Osteokarsinoma

  • 8/11/2019 LP Osteokarsinoma

    1/18

    LAPORAN PENDAHULUAN

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

    OSTEOSARKOMA

    disusun untuk memenuhi tugas program pendidikan profesi ners

    di ruang Seruni Stase Keperawatan Medikal Bedah

    Oleh:

    Mahendra Pandu Negara, S.Kep

    NIM. 082311101032

    PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2014

  • 8/11/2019 LP Osteokarsinoma

    2/18

    1. Kasus

    Osteosarkoma

    2. Proses Terjadinya Masalah

    A. Pengertian

    Osteosarkoma disebut juga osteogenik sarkoma adalah suatu

    neoplasma ganas yang berasal dari sel primitif (poorly differentiated cells)

    di daerah metafise tulang panjang (Salter,1999; dalam Siki, 2009). Disebut

    osteogenik karena perkembangannya berasal dari sel osteoblastik sel

    masenkim primitif. Osteosarkoma biasanya terdapat pada metafisis tulang

    panjang dimana lempeng pertumbuhaannya (epiphyseal growth plate) yang

    sangan aktif yaitu pada distal femur, proksimal tibia dan fibula, proksimal

    humerus dan pelvis (Patterson, 2008; dalam Siki, 2009).

    Berdasarkan atas gradasi, lokasi, jumlah dari lesinya, penyebabnya,

    maka osteosarkoma dibagi atas beberapa klasifikasi atau variasi yaitu :

    1) Osteosarkoma klasik, disebut juga osteosarkoma intrameduler derajat

    tinggi (High-Grade Intramedullary Osteosarkoma) merupakan tipe

    yang paling sering dijumpai. Tipe ini sering terjadi di daerah lutut dan

    distal femur pada anak-anak dan dewasa muda (Frassica, 2004; dalam

    Siki, 2009). Penderita biasanya datang dengan keluhan nyeri atau

    adanya benjolan. Terdapatnya benjolan di dekat sendi yang sering kali

  • 8/11/2019 LP Osteokarsinoma

    3/18

    sangat besar, nyeri tekan dan tampak pelebaran pembuluh darah pada

    kulit di permukaannya. Tidak jarang menimbulkan efusi pada sendi

    yang berdekatan. Sering juga ditemukan adanya patah tulang patologis

    (Gebhardt, 2002; dalam Siki, 2009).

    2) Osteosarkoma hemoragi atau telangiectasis osteosarkoma. Tumor ini

    mempunyai derajat keganasan yang sangan tinggi dan sangat agresif.

    Diagnosis dengan biopsi sangat sulit karena tumor sedikit jaringan yang

    padar dan sangat vaskuler.

    3) Parosteal osteosarkoma, tipe osteosarkoma yang dirandai dengan

    adanya lesi pada permukaan tulang. Biasanya terjadi pada umur yang

    lebih tua dari osteosarkoma klasik yaitu pada umur 20 40 tahun.

    Bagian posterior dari distal femur merupakan daerah predileksi yang

    paling serung (Lewis, 2000; dalam Siki, 2009). Tumor dimulai dari

    daerah korteks tulang dengan dasar yang lebar, makin lama lesi ini

    menginvasi sampai ke dalam korteks dan masuk ke endosteal.

    4)

    Periosteal osteosarkoma, disebut juga osteosarkoma derajat sedang

    (moderate-grade) yang merupakan lesi pada permukaan tulang bersifar

    kondroblastik dan sering terjadi pada proksimal tibia.

    5)

    Osteosarkoma sekunder, dapat terjadi dari lesi jinak pada tulang yang

    mengalami mutasi sekunder dan biasanya terjadi pada umur lebih tua,

    misalnya berasal dari osteoblastoma.

    6)

    Osteosarkoma intramedular derajat rendah, merupakan tipe yang sangat

    jarang dan merupakan variasi osseofibrous derajat rendah yang terletak

    intrameduller. Secara mikroskopik gambarannta mirip parosteal

    osteosarkoma.

    7) Osteosarkoma akibat radiasi, bisa terjadi setelah mendapatkan radiasi

    melebihi 30Gy. Onsetnya biasanya sangat lamas berkisar antara 3 35

    tahun, dan derajat keganasannya sangat tinggi.

    8) Multifokal osteosarkoma, disebut juga Multifocal Osteosarkoma

    merupakan tipe yang sangat jarang terjadi dengan terdapatnya lesi

    tumor secara bersamaan pada lebih dari satu tempat. Ada dua tipe yaitu

  • 8/11/2019 LP Osteokarsinoma

    4/18

    Synchronous, dimana terdapatnya lesi bersamaan pada lebih dari satu

    tulang dan tipe Metachronous, yaitu tumor pada tulang lain setelah

    beberapa waktu atau setelah pengobatan tumor pertama.

    Staging Dari Osteosarkoma

    Pada tumor muskuloskeletal stagingnya memakaiEnneking System,

    yang telah dipakai oleh Muskuloskeletal Tumor Society, begitu juga pada

    osteosarkoma. Staging ini berdasarkan gradasi histologis dari tumor (low-

    grade dan high-grade), ekstensi anatomis dari tumor (intrakomparmental

    atau ekstrakompartmental), dan ada tidaknya metastase.

    B. Etiologi

    Penyebab yang pasti terhadap kanker belum diketahui secara jelas

    tetapi faktor-faktor etiologi yang membantu terbentuknya kanker sudah

    banyak diketahui yang disebut bahan-bahan karsinogen, sinar ultraviolet,

    sinar radio aktif, parasit dan virus.Penyebab pasti dari osteosarkoma tidak

    diketahui, namun terdapatberbagai faktor resiko untuk terjadinya

    osteosarkoma yaitu

    1) Faktor herediter

    2)

    Faktor lingkungan

    Menurut para ahli, faktor lingkungan yang berperan pada kejadian

    osteosarkoma adalah bahan kimia, virus, radiasi dan lain-lain. Radasi

  • 8/11/2019 LP Osteokarsinoma

    5/18

    sinar radio aktif dosis tinggi adalah satu satunya faktor lingkungan yang

    dianggap sebagai penyebab osteosarkoma.

    3) Faktor kimia

    Senyawa yang dianggap menyebabkan perubahan genetik, termasuk

    senyawa berilium, methylcholanthrene dan Fluorida. Fluor (F) adalah

    elemen golongan halogen dan tidak pernah terdapat bebas di alam.

    Ikatan fluor baik organik maupun inorganik disebut fluoride. Bukti

    laboratorium menunjukkan bahwa fluoride dapat bermutasi pada

    konsentrasi yang cukup. Mutagen kebanyakan bersifat karsinogen.

    Tulang adalah situs utama untuk akumulasi fluoride dalam tubuh, dan

    tingkat akumulasi ini meningkat dalam periode perkembangan tulang.

    4) Faktor virus

    Faktor virus pertama kali di kemukakan oleh seorang ahli yang

    bernama Rous et al (1912) yang melaporkan bukti dari etiologi virus

    sarkoma. Virus yang di beri nama Rous Sarcoma Virus (RSV (sebuah

    retrovirus virus atau RNA) mengandung gen yang disebut V-Src, yang

    memiliki homolog alami dianggap sebagai proto-onkogen.

    5) Pertumbuhan tulang yang cepat

    Pertumbuhan tulang yang sangat cepat terlihat sebagai predisposisi

    osteosarkoma, seperti yang terlihat bahwa insidennya meningkat pada

    saat pertumbuhan remaja. Lokasi osteosarkoma paling sering pada

    metafisis, dimana area ini merupakan area pertumbuhan dari tulang

    panjang.

    C.

    Tanda dan Gejala

    Modern Cancer Hospital Guangzhou(2012) menyebutkan beberapa gejala

    klinis pada pasien dengan osteosarkoma sebagai berikut :

    1) Pasien osteosarkoma pada tulangnya terdapat benjolan keras, pada

    umumnya benjolan tersebut terasa sakit terkadang tidak sakit.

    2) Pasien osteosarkoma biasanya muncul fraktur patologis atau perubahan

    bentuk pada tulang.

  • 8/11/2019 LP Osteokarsinoma

    6/18

    3)

    Pasien osteosarkoma mengalami demam, berat badan menurun, mudah

    lelah dan penurunan aktivitas hidup.

    4) Pasien akan merasa nyeri hebat pada tulang yang sulit untuk dijelaskan.

    5)

    Tanpa ada sebab yang jelas dapat terjadi patah tulang, satu ataupun

    lebih.

    6) Karena adanya gencetan dari tumor ke pembuluh darah menyebabkan

    anggota distal tubuh menjadi keram atau mati rasa.

    7) Pasien merasakan nyeri pada tulang dan sendi bahkan sampai bengkak,

    pada malam hari rasa sakit akan semakin terasa, bahkan sakit terus

    menerus atau saat tergencet atau mendapat timpaan akan terasa sakit.

    D.

    Patofisiologi

    Osteosarkoma dapat terjadi pada tulang mana saja. Namun lebih

    sering padatulang ekstremitas yang posisinya dekat dengan metaphyseal

    growth plate. Bagian yang paling sering adalah femur (42% dengan kejadian

    75% tumor pada distal femur), tibia (19% dengan kejadian 80% pada

    proksimal tibia), dan humerus (10% dengan kejadian90% tumor pada

    proksimal humerus). Lokasi lainnya adalah tengkorak dan rahang(8%) serta

    pelvis (8%).

    Penyebab osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya hubungan

    kekeluargaan menjadi suatu predisposisi. Begitu pula adanya hereditery.

    Dikatakan beberapa virus onkogenik dapat menimbulkan osteosarkoma

    pada hewan percobaan. Radiasi ion dikatakan menjadi 3% penyebab

  • 8/11/2019 LP Osteokarsinoma

    7/18

    langsung osteosarkoma. Akhir-akhir ini dikatakan ada 2 tumor suppressor

    gen yang berperan secara signifikan terhadap tumorigenesis pada

    osteosarkoma yaitu protein P53 (kromosom 17) dan Rb (kromosom 13).

    Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari

    tulang memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis

    osteosarkoma. Tumor bisa tumbuh di dalam tulang atau pada permukaan

    tulang dan berlanjut sampai pada jaringan lunak sekitar tulang epifisis dan

    tulang rawan sendi. Osteosarkoma bermetastase secara hematogen paling

    sering ke daerah paru atau pada tulang lainnya. Adanya tumor di tulang

    dapat menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik

    (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang).

    Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa

    ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas

    tibia. Secara histolgik tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat

    yang berdifferensiasi jelek. Tumor ini akan memecah melalui dinding

    periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya yaitu garis epifisis

    membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang. Adanya tumor pada

    tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi

    dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi dan

    respon osteoblastik. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor

    maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dan terdapat lesi

    sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

    E. Pemeriksaan Penunjang

    1)

    Biopsi

    Biopsi merupakan diagnosis pasti untuk menegakkan osteosarkoma.

    Pada gambaran histopatologi akan ditemukan stroma atau dengan high

    grade sarcomatous dengan sel osteoblast yang ganas, yang akan

    membentuk jaringan osteoid dan tulang. Pada bagian sentral akan

    terjadi mineralisasi yang banyak, sedangkan bagian perifer

    mineralisasinya sedikit.

  • 8/11/2019 LP Osteokarsinoma

    8/18

    2)

    Foto Polos

    Penampakan kasar dari sarkoma osteogenik bervariasi. Neoplasma

    tersebut dapat berupa osteolitik, dengan tulang yang telah mengalami

    kerusakan dan jaringan lunak diinvasi oleh tumor, atau osteoblastik

    sebagai akibat pembentukan tulang sklerotik yang baru. Foto polos

    thoraks juga perlu dibuat untuk melihat adanya metastase ke paru-paru.

    3) CT scan dan MRI

    CT (Computed Tomographic) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging)

    dikerjakan untuk mengetahui adanya ekstensi dari tumor ke jarinagn di

    sekitarnya, termasuk juga pada jaringan neurovaskuler atau invasinya

    pada jaringan otot.

    4) Bone Scan (Bone Scintigraphy)

    Pemeriksaan ini bertujuan menentukan tempat terjadinya metastase,

    adanya tumor yang poliostotik, dan eksistensi tumor. Apakah intraoseus

    dan ekstraoseus. Juga untuk mengetahui adanya skip lesion, sekali pun

    masih lebih baik dengan MRI. Radio aktif yang digunakan adalah

    thallium T1 201. Thallium scantigraphy digunakan juga untuk

    memonitor respons tumor terhadap pengobatam kemoterapi dan

    mendeteksi rekurensi lokal dari tumor tersebut.

    5) Angiografi

    Angiografi merupakan pemeriksaan yang lebih invasif. Dengan

    angiografi dapat ditentuka jenis suatu osteosarkoma, misalnya pada

    High Grade Osteosarcoma akan ditemukan adanya neovaskularisasi

    yang sangat ekstensif. Selain itu angiografi dilakukan untuk

    mengevaluasi keberhasilan pengobatan preoperatif kemoterapi yang

    mana apabila terjadi mengurang atau hilangnya vaskularisasi tumor

    menandakan respon terapi kemoterapi preoperatif berhasil.

    F. Penatalaksanaan

    1) Penatalaksanaan Medis

    Akhir-akhir ini osteosarkoma mempunyai prognosis yang lebih baik.

    Hal tersebut disebabkan karena prosedur peegakan diagnosis dan

  • 8/11/2019 LP Osteokarsinoma

    9/18

    staging tumor yang lebih baik, begitu juga dengan adanya pengobatan

    yang lebih baik dan canggih. Dalam penanganan osteosarkoma

    modalitas pengobatannya dapat dibagi atas dua bagian yaitu dengan

    kemoterapi dan operasi.

    a) Kemoterapi

    Kemoterapi merupakan pengobatan yang sangat vital pada

    osteosarkoma, terbukti dalam 30 tahun belakangan ini dengan

    kemoterapi dapat mempermudah melakukan prosedur penyelamatan

    ekstremitas (limb salvage procedure) dan meningkatkan survival

    ratedari penderita. Regimen standar kemoterapi yang dipergunakan

    dalam pengobatan osteosarkoma adalah kemoterapi preoperatif

    (preoperative chemotherapy) yang disebut juga dengan induction

    chemotherapy atau neoadjuvant chemotherapy dan kemoterapi

    postoperatif (postopera-tive chemotherapy) yang disebut juga

    dengan adjuvant chemotherapy.

    Kemoterapi preoperatif merangsang terjadinya nekrosis pada tumor

    primernya, sehingga tumor akan mengecil. Selain itu akan

    memberikan pengobatan secara dini terhadap terjadinya mikro-

    metastase. Keadaan ini akan membantu mempermudah melakukan

    operasi reseksi secara luas dari tumor dan sekaligus masih dapat

    mempertahankan ekstremitasnya. Pemberian kemoterapi

    postoperatif paling baik dilakukan secepat mungkin sebelum 3

    minggu setelah operasi.

    b)

    Operasi

    Saat ini prosedurLimb Salvagemerupakan tujuan yang diharapkan

    dalam operasi suatu osteosarkoma. Maka dari itu melakukan

    reseksi tumor dan melakukan rekonstrusinya kembali dan

    mendapatkan fungsi yang memuaskan dari ektermitas merupakan

    salah satu keberhasilan dalam melakukan operasi. Dengan

    memberikan kemoterapi preoperatif (induction = neoadjuvant

    chemotherpy) melakukan operasi mempertahankan ekstremitas

  • 8/11/2019 LP Osteokarsinoma

    10/18

    (limb-sparing resection) dan sekaligus melakukan rekonstruksi akan

    lebih aman dan mudah, sehingga amputasi tidak perlu dilakukan

    pada 90 sampai 95% dari penderita osteosarkoma.

    c)

    Follow-up Post Operasi

    Post operasi dilanjutkan pemberian kemoterapi obat multiagent

    seperti pada sebelum operasi. Setelah pemberian kemoterapinya

    selesai maka dilakukan pengawasan terhadap kekambuhan tumor

    secara lokal maupun adanya metastase, dan komplikasi terhadap

    proses rekonstruksinya.

    2)

    Penatalaksanaan Keperawatan

    a) Manajemen nyeri

    Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas

    dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi

    (pemberian analgetika).

    b) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif

    Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan

    mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga

    untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.

    c)

    Memberikan nutrisi yang adekuat

    Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai

    efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan

    nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat

    mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral

    dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.

    d)

    Pendidikan kesehatan

    e) Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang

    kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik

    perawatan luka di rumah.

    (Smeltzer. 2002)

  • 8/11/2019 LP Osteokarsinoma

    11/18

    3. Pathway

    mendesak saraf

    Hambatan Mobilitas

    Fisik

    pembengkakan lokal

    mendesak saraf

    Nyeri Akut

    di dalam

    tulang

    Faktor resiko : herediter, lingkungan, kimiaradiasi, virus, pertumbuhan tulang yang terlalu cepat

    kerusakan gen

    proliferasi sel tulang

    secara abnormal

    neoplasma

    Osteosarkoma

    di permukaan

    tulang

    tumbuh sampai jaringan

    lunak di sekitar tulang

    epifisis & tulang rawan

    sendi

    neoplasma tumbuh

    kedalam sendi

    reaksi tulang abnormal

    jaringan lunak di invasi

    oleh sel tumor

    respon osteolitik dan osteoblastik

    penimbunan periosteum di

    sekitar lesi

    pertumbuhan tulang yang

    abortif/abnormal

    tulang lebih rapuh

    kerusakanstruktur tulang

    resiko patah

    tulang (fraktur)

    Resiko Cidera

    kerusakan integritas

    struktur tulang

  • 8/11/2019 LP Osteokarsinoma

    12/18

    4. Data Yang Perlu Dikaji

    A. Identitas pasien

    Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status perkawinan,

    alamat, dan lain-lain.

    B. Riwayat kesehatan

    - Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena.

    - Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak

    - Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya

    C. Pengkajian fisik

    -

    Pada palpasi teraba massa pada derah yang terkena.

    - Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor.

    - Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekan

    -

    Keterbatasan rentang gerak

    D. Hasil laboratorium/radiologi

    - Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan tulang

    baru.

    -

    Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang dari

    kortek tulang.

    -

    Terjadi peningkatan kadar alkali posfatase.

    5. Diagnosa Keperawatan

    A.

    Nyeri akut berhubungan dengan

    B. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

    C.

    Resiko cidera

    D.

    Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

    E. Ansietas berhubungan dengan

  • 8/11/2019 LP Osteokarsinoma

    13/18

    6. Intervensi Keperawatan

    No. Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional

    1. Nyeri akut berhubungan

    dengan agen cidera(pembengkakan lokal yang

    mendesak saraf dan cedera

    pada jaringan)

    NOC: pain level dan pain control

    Kriteria Hasil:-

    Pasien mampu mengontrol nyeri (tahu

    penyebab nyeri dan mampu menggunakan

    tehknik nonfarmakologi untuk menguranginyeri)

    -

    Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,

    frekuensi)

    Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri

    berkurang

    NIC:Pain Managament

    1. Kakukan pengkajian nyeri secarakomprehensif (lokasi, karakteristik, durasi,

    frekuensi, kualitas)

    Rasional : mengetahui skala nyeri yang

    dirasakan pasien2.

    Kontrol lingkungan pasien yang dapat

    mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

    pencahayaan, dan kebisingan

    Rasional : memberikan kenyamanan bagi

    pasien

    3. Ajarkan tentang tekhnik non farmakologi

    seperti teknik relaksasi nafas dalam

    Rasional : mengalihkan rasa nyeri yang

    dirasakan pasien

    4. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

    Rasional : mengurangi rasa nyeri pasien

    5. Tingkatkan istirahat

    Rasional : manajemen energi pasien6.

    Tvaluasi keefektifan control nyeri

    Rasional : mengevaluasi hasil tindakan danmenentukan intervensi lanjutan

  • 8/11/2019 LP Osteokarsinoma

    14/18

    2. Hambatan mobilitas fisik

    berhubungan dengan

    kerusakan integritas struktur

    tulang

    NOC:joint movement dan mobility level

    Kriteria Hasil:-Peningkatan aktivitas pasien

    -Memperagakan penggunaan alat bantu untuk

    mobilisasi

    NIC: exercise therapy (ambulation)1. Kaji kemampuan fungsional otot

    Rasional : mengidentifikasi kekuatan

    /kelemahan dapat membantu memberi

    informasi yang diperlukan untuk membantu

    pemilihan intervensi

    2. Atur posisi tiap 2 jam, (supinasi, sidelying)

    terutama pada bagian yang sakit

    Rasional : dapat menurunkan resiko iskemia

    jaringan injury. Sisi yang sakit biasanya

    kekurangan sirkulasi dan sensasi yang burukserta lebih mudah terjadi kerusakan

    kulit/dekubitus.

    3.

    Mulai ROM. Aktif/pasif untuk semua

    ekstremitas . Anjurkan latihan meliputi

    latihan otot quadriceps/gluteal ekstensi, jari

    dan telapak tangan serta kali.

    Rasional : meminimalkan atropi otot,

    meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah

    kontraktur, menurunkan resiko hiperkalsiurea

    dan osteoporosis pada pasien dengan

    haemorhagic.

    4. Tempatkan bantal di bawah aksila sampai

    lengan bawah

    Rasional : mencegah abduksi bahu dan fleksisiku

    5.

    Elevasi lengan dan tangan

    Rasional : dapat meningkatkan aliran balik

  • 8/11/2019 LP Osteokarsinoma

    15/18

    vena dan mencegah terjadinya formasi

    edema.

    6. Observasi sisi yang sakit seperti warna,

    edema, atau tanda lain seperti perubahan

    sirkulasi.

    Rasional : jaringan yang edema sangat mudah

    mengalami trauma, dan sembuh dengan lama.

    7. Kolarobarsi dengan ahli terapi fisik, untuk

    latihan aktif, latihan dengan alat bantu dan

    ambulasi pasien.

    Rasional : program secara individual akansesuai dengan kebutuhan pasien baik dalam

    perbaikan deficit keseimbangan , koordinasi

    dan kekuatan

    3. Resiko cidera NOC: fall prevention behavior

    Kriteria Hasil :

    - Klien mampu menjelaskan cara/metode

    untuk mencegah cidera-

    orientasi orang, waktu, dan tempat dengan

    baik

    -

    klien terbebas dari risiko cidera

    -

    klien mampu memodifikasi gaya hidup

    untuk mencegah cidera

    NIC: fall prevention1. Identifikasi kelemahan fisik atau kognitif

    yang berpotensi meningkatkan resiko cidera

    Rasional : mengetahui faktor yang dapat

    menyebabkan cidera klien2.

    Pasang set rail di samping kanan dan kiri bed

    klien

    Rasional : membantu mencegah klien jatuh

    dari tempat tidur

    3.

    Dorong klien untuk menggunakan tongkat

    atau walker

    Rasional : sebagai tumpuan klien dalam

    berjalan sehingga mengurangi risiko cidera

  • 8/11/2019 LP Osteokarsinoma

    16/18

    NIC: dementia management4. Gunakan kontak mata saat interaksi dengan

    klien

    Rasional : kontak mata menunjukkan

    perhatian

    5. Bicara dengan jelas dan pelan

    Rasional : membantu klien berkonsentrasi

    terhadap informasi

    6. Gunakan bahasa yang sederhana

    Rasional : bahasa sederhana mudah dicerna

    dan tidak membingungkan klien

    4. Resiko kerusakan integritas

    kulit berhubungan dengan

    imobilitas fisik

    NOC: tissue integrity (skin and mocus

    membranes)

    Kriteria Hasil:

    -Tidak ada luka, lesi pada kulit

    -Perfusi jaringan baik

    -Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan

    (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi

    pigmentasi)

    NIC: Pressure Management

    1. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan

    kering

    Rasional : menghindari terjadinya infeksi

    2. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali

    Rasional : mencegah luka dekubitus

    3. Monitor kulit aka adanya kemerahan

    Rasional : memantau tanda-tanda infeksi4.

    Oleskan lotion atau minyak pada daerah yang

    tertekan

    Rasional : mencegah luka dekubitus

    5.

    Monitor status niutrisi pasien

    Rasional : membantu pemulihan

  • 8/11/2019 LP Osteokarsinoma

    17/18

    5. Ansietas berhubungan dengan

    perubahan status kesehatanNOC: Anxiety self control, coping

    Kriteria Hasil:

    - Pasien mampu mengidentifikasi dan

    mengungkapkan gejala cemas

    - Mengidentifikasi, mengungkapkan dan

    menunjukkan tekhnik untuk mengontrol

    cemas- Vital sign dalam batas normal

    NIC: anxiety reduction

    1. Gunakan pendekatan yang menenangkan

    Rasional : memberikan rasa nyaman pada

    pasien

    2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang yang

    dirasakan selama prosedur

    Rasional : menurunkan rasa cemas pasien

    3. Dengarkan dengan penuh perhatian

    Rasional : memberikan penghargaan padapasien4.

    Identifikasi tingkat kecemasan

    Rasional : mengetahui tingkat cemas yang

    dirasakan pasien

    5.

    Instruksikan pasien menggunakan teknik

    relaksasi

    Rasional : mengurangi rasa cemas pasien

  • 8/11/2019 LP Osteokarsinoma

    18/18

    Daftar Pustaka

    1. Gloria M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman & Cheryl

    M. Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition.

    Mosby: United States of America.

    2. Kawiyana, Siki. 2009. Osteosarkoma Diagnosis dan Penanganannya.

    Denpasar : SMF Orthopaedi dan Traumatologi Bagian Bedah FK Unud.

    3. Modern Cancer Hospital Guangzhou. 2012. Gejala Osteosarkoma. [Serial

    Online]. http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-symptoms/bone-

    cancer-symptoms/.[Diakses 05 September 2014].

    4. Nanda International. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi

    2012-2014. Jakarta: EGC.

    5.

    Sue Moorhead, Maria Johnson, Meridean L. Maas, and Elisabeth Swanson.

    2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition Measurement

    Of Health Outcomes. Mosby: United States of America.

    6.

    Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

    Edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

    http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-symptoms/bone-cancer-symptoms/http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-symptoms/bone-cancer-symptoms/http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-symptoms/bone-cancer-symptoms/http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-symptoms/bone-cancer-symptoms/http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-symptoms/bone-cancer-symptoms/