LP nyeri
-
Upload
indah-laily -
Category
Documents
-
view
85 -
download
4
Transcript of LP nyeri
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri)
I. Konsep Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri)
A. Kebutuhan Rasa Nyaman
Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2006) megungkapkan
kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi),
dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek
yaitu:
a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah
lainnya.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan
kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum
dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa
nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena
kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi
perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan
tanda pada pasien.
B. Nyeri
1. Definisi
Nyeri merupakan kondisi berupa prasaan yang tidak menyenangkan .
sifatnyasangat subyektif karena prasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atautindakanya dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasirasa nyeri yang di alaminya. Berikut ini
pendapat beberapa ahli mengenai rasa nyeri :
a. Menurut Mc. Coffery (1979)
1
Nyeri adalah suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dimana
eksistensinya diketahui jika seseorang pernah mengalaminya.
b. Menurut Wolf, Firest (1974)
Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau
perasaan nyeri yang bisda menimbulkan ketegangan.
c. Menurut Arthur C. Cuvton (1983)
Nyeri adalah suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul bila mana
jaringan yang sedang dirusak dean menyebabkan individu tersebut
bereaksi atau menghilangkan rangsang nyeri.
d. Secara umum nyeri di artikan sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkanakibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut
saraf dalam tubuh ke otakdan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis maupun
emosional ( A.AZIZ Alimul Hidayat 2008 )
2. Fisiologi Nyeri
Munculnya nyeri sangat berkaitan dangan reseptor dan adanya
rangsangan.Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan
ujung -ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit at;iu bahkan myelin
yang tersebar pada kulit dan mukosa,khususnya pada organ viseral,
persendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu.Reseptor dapat
memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan.Stimulasi
tersebut dapat berupa kimiawi,termal,listrik atau mekanis, stimulasi oleh zat
kimiawi diantaranya seperti histamine,prostaslandin dan macam-macam
asam seperti yang dilepas apabila terjadi kerusakan pada jaringan.
Selanjutnya stimulasi yang di terima oleh reseptor tersebut ditransmisikan
berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis
tersebut berupaimpuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua
jenis tersebut, yaitu A( delta ) yang bermyelin rapat dan serabut lamban
(serabut C ).Impuls-impuls yang ditranmisikan oleh serabut delta( serabut A )
mempunyai sifatinhibitor yang di tranmisikan ke serabut C.Serabut-serabut
aferen masuk ke sefinal melalui akar dorsal ( dorsal doot ) sertasenape pada
dorsal horn tersebut terdiri atas beberapa lapisan atau lamina yang saling
bertautan. Diantara lapisan 2 dan 3 terbentuk substantia selantinosa yang
merupakan saluran utama impuls kemudian impuls menjadi nyeri
menyebrangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke
2
jalur spinal asendens yang paling utama yaitu spinothaimiktract ( sst ) atau jalur
spinetalamus spinoreticular tract ( srt ) yangmembawa informasi mengenai sifat mengenai
lokasi nyeri.Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu
jalur oplate dan jalur monoplate . jalur oplate di tandai dari thalamus yang melalui otak
tengah dan medulla ke anduk dorsal sumsum tulang belakang neorotransmiter dalam
implush supresif.Super supresif telah mengaktifkan stimulasi nociceptor yang di
tranmisikan olehserabut A. Jalur monoplate merupakan jalue desenden yang tidak
memeberikan responterhadap nolaxone yang kurang banyak diketahui mekanismenya
( long 1989 )
3. Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang berlangsung tidak melebihi enam
bulan,serangan mendadak dari sebab yang sudah diketahui dan daerah
nyeri biasanya sudah diketahui, nyeri akut ditandai dengan ketegangan
otot, cemas yang keduanya akan meningkatkan persepsi nyeri.
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis, nyeri yang berlangsung enam bulan atau lebih,
sumber nyeri tidakdiketahui dan tidak bisa ditentukan lokasinya. Sifat
nyeri hilang dan timbul pada periode tertentu nyeri menetap.
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis
Pengancama
n
Suatu kejadian Suatu situasi, status
eksistensi
Sumber Sebab eksternal atau
penyakit dalam
Tidak diketahui atau
pengobatan yang terlalu
lama
Serangan Mendadak Bisa mendadak,berkembang
dan terselubung
Waktu Kurang dari 6 bulan Lebih dari 6 bulan
Pernyataan
nyeri
Daerah nyeri tidak diketahui
dengan pasti
Daerah nyeri sulit dibedakan
intensitasnya sehingga sulit
dievaluasi
Gejala klinis Pola respon yang khas
dengan gejala lebih jelas.
Pola respon bervariasi sedikit
gejala-gejala.
Pola Terbatas Berlangsung terus-menerus
3
sehingga dapat bervariasi
Perjalanan Berkurang beberapa saat Meningkat setelah beberapa
saat
Selain perjalanan nyeri di atas terdapat jenis nyeri yang spesifik di antaranya nyeri
somatis , nyeri viseral, nyeri menjalar(nyeri paint),nyeri psikoogenik, nyeri phantom di
ekstremitas,nyeri neurologist dan lain-lain. Umumnya nyeri somatis dan viseral ini
bersumber dari bolit dan jaringan dibawah kulit superficial, yaitu pada otot dan tulang nyeri
menjalar adalah nyeri yang berasal pada bagian tubuh yang lain. Nyeri phsikogenik
adalah nyeri yang tidak di ketahui secara fisik biasanya timbul akibat psikologis. Nyeri
phantom adalah nyeri yang di sebabkan kerana salah satu ekstremitas diamputasi . nyeri
neourologis adalah bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme dibeberapa jalur
syaraf.
4. Tanda dan Gejala Nyeri
a. Seseorang dapat menoleransi menahan nyeri atau dapat mengenali
stimulasi sebelum merasakan nyeri.
b. Trauma pada jaringan tubuh misalnya karena pembedahan akibat
terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor.
c. Gangguan pada jaringan tubuh misalnya karena edema, akibat
terjadinya penekanan pada reseptor nyeri.
d. Tumor dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
e. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria koronaria
yangmenstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.
f. Spasme otot, dapat menstimulasi otot
5. Macam Stadium Nyeri
a. Sadium prodomol: gejala-gejala awal berupa demam, mual dan rasa
nyeri ditenggorokan beberapa hari.
b. Stadium sensoris: penderita merasa nyeri, rasa panas di sertai
kesemutan pada tempat bekas luka,kemudian di susul dengan gejala
cemas dan reaksi-reaksi yang berlebihan terhadap rangsangan
sensotik.
4
c. Stadium eksistasi: tonus otot-otot dan aktifitas simpatik menjadi
meninggi dengan gejala hiperdiosis, hipersalivasi, hiperlaksimasi dan
pupil di latasi.
6. Sifat-sifat nyeri
a. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energy
b. Nyeri bersifat subjektif dan individual
c. Nyeri tidak dapat diilai secara objektif seperti sinar X dal lab darah
d. Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan
fisiologis, tingkah laku, dandari pertnyataan klien
e. Hanya pasien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa
rasanya
f. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis
g. Nyeri merupanan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan
h. Nyeri mengawali ketidakmampuan
i. Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri yang
tidak optimal
Secara ringkas sifat nyeri dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Nyeri bersifat individual
b. Nyeri tidak menyenangkan
c. Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi
d. Bersifat tidak berkesudahan
7. Fase Nyeri
Menurut Meinhart dan McCaffery mendiskripsikan 3 fase pengalaman nyeri :
1. Fase antisipasi, terjadi sebelum nyeri diterima.
Fase ini merupakan fase yang paling penting, karena fase ini bisa
mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinkan seseorang
belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut.
Peran perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam
memberikan informasi pada klien.
2. Fase sensasi, terjadi saat nyeri terasa
Fase ini terjadi ketika klien merasa nyeri, karena nyeri itu bersifat
subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda.
Toleransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang dengan
5
orang yang lain. Orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap
nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya orang
yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri
dengan stimulus nyeri keil. Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap
nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang toleransi
terhadap nyerinya rendah sudah mencari upaya pencegahan nyeri,
sebelum nyeri dating. Keberadaan enkefalin dan endorphin membantu
menjelaskan bagaimana orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari
stimulus yang sama. Kadar endorphin tiap individu, individu dengan
endorphin tinggi
3. Fase akibat (aftermath)
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini
klien masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat
krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala pasca nyeri.
Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat
(aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat
berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan
rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.
8. Respon Fisiologis Terhadap Nyeri
1 Stimulasi simpatik : nyeri ringan, moderat, dan superficial
a. Dilatasi saluran bronchial dan peningkatan respirasi rate
b. Peningkatan heart rate
c. Vasokonstriksi perifer, peningkatan Blood Pressure
d. Peningkatan nilai gula darah
e. Peningkatan kekuatan otot
f. Dilatasi pupil
g. Penurunan motilitas GI
2 Stimulus Parasimpatik 9nyeri berat dan dalam)
a. Muka pucat
b. Otot menyeras
c. Penurunan heart rate dan blood pressure
d. Nafas cerat dan irregular
e. Nausea dan Vomitus
f. Kelelahan dan keletihan
6
9. Respon tingkah laku terhadap nyeri
Respon tingkah laku terhadap nyeri dapat mencakupi ;
1 Pernyataan verbal (mengaduh, menangis, sesak napas, mendengkur)
2 Ekspresi wajah ( meringis, menggetukkan gigi, menggigit bibir)
3 Gerakan tubuh ( gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan
jari dan tangan)
4 Kontak dengan orang lain (menghindari percakapan, kontak social,
penurunan perhatian, focus pada penghilangan nyeri)
10. Respon Individu Terhadap Nyeri
a. Tahap aktivitas (activation)
Dimulai saat pertama individu menerima rangsang nyeri sampai tubuh
bereaksi terhadap nyeri yang meliputi : respon simpatoadrenal, muskuler, dan
emosional.
Respon Simpatoadrenal Respon Muskuler Respon Emosional
1 Denyut nadi naik
2 Tekanan darah naik
3 Pernapasan naik
4 Berkeringat
5 Mual dan muntah
karena darah
mengalir dari otot
visceral ke otot paru,
jantung, dan otot
keras
6 Pucat
7 Dilatasi bronchial
8 Glikogenolisis
9 Pelepasan eritrosit
dari limpa
10 Dilatasi pupil
1 Tensi otot naik
2 Otot kaku
menggeliat sakit
3 Gelisah
4 Mengambil
posisi tertentu
5 Imobilitas
6 Mengusap
daerah nyeri
1 Bergejolah
2 Mudah
tersinggung
3 Perubahan
tingkah laku
4 Berteriak
5 Mengangis
6 Diam
7 Keawaspadaan
b. Tahap Pemantulan (Rebound)
7
Pada tahap ini nyeri sangat hebat tetapi singkat. Pada tahap ini pula
system saraf parasimpatis mengambil alih tugas sehingga terjadi respon
yang berlawanan terhadap aktifitas. Sedikit merasakan nyeri dan individu
dengan sedikit endorphin merasakan nyeri lebih besar.
c. tahap adaptasi ( adaptation ).
Saat nyeri berlangsung lama tubuh mencoba untuk beradaptasi
melalui peran endotrins. Reaksi adaptasi tubuh ini terhadap rasa nyeri dapt
berlangsung beberapa jam atau beberapa hari. Bila nyeri berkepanjangan
maka akan menurunkan sekresi norepineprin sehingga individu merasa
tidak berdaya, tidak berharga dan lesu.
11. Faktor yang mempengaruhi respon nyeri
1. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika
sudah patologis dan mengalami perubahan fungsi. Pada lansia
cenderungmemendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri
adalah hal yang alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami
penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2. Jenis Kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan
dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (contoh : tidak
pantas kalau laki-laki (contoh : tidak pantas kalau laki-laki mengeluh nyari,
wanita boleh mengalami nyeri).
3. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka merespon nyeri
(contoh : suatu daerah yang menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat
dari kesalahannya sendiri).
4. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan
bagaimana mengatasinya.
5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatian pada nyeri dapat mempengaruhi
persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan
dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan
8
respon nyeri yang menurun. Teknik relaksasi, guided imagery merupakan
teknik untuk mengatasi nyeri.
6. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas.
7. Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri yang lama timbul kembali,
maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang
mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
8. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan
sebaliknya koping maladaptif akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
9. Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga
atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan.
12. Skala Nyeri
Skala Intensitas Numerik 0 – 10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan :
a. Skala nyeri ringan dengan kriteria tanpa obat , nyeri dapat hilang
dengantindakan.
b. Skala 4-8 nyeri sedang dengan kriteria nyeri dapat hilang dengan
menggunakaobat
c. Skala 9-10 nyeri berat dengan kriteria nyeri dapat hilang dengan
menggunakanobat dan dalam waktu yang lama
13. Manajemen Nyeri
a. Management Farmakologi, terdiri atas:
1) Analgesik non opioids
Termasuk non steroidal anti inflamatory drugs (NSAIDS, seperti: Aspirin,
acetaminaphen dan ibuprofen. Menurun American Pain Society, obat-obatan
ini bekerja pada syaraf perifer di daerah luka dan menurunkan tingkat/level
inflamasi.
2) Analgesik Opioids
9
Analgesik opioids termasuk opium derivate, seperti morfin dan kodein.
Obat-obatan ini bekerja dengan cara mengubah mood, pergatian, perasaan
pasien menjadi lebih baik dan lebih nyaman walaupun terdapat nyeri.
3) Analgetik Adjuvant
Analgetik adjuvant adalah terapi pengobatan selain menggunakan
analgesik, tetapi dapat mengurangi tipe-tipe nyeri kronik, contohnya
Diazepam (Valium) yang dapat menggunakan rasa nyeri pada saat terjadi
spasmen otot membantu tidur nyenyak.
b. Management non Farmakologik, terdiri atas:
a. Intervensi Fisik
Tujuan dari intervensi fisik adalah:
1) Membuat nyaman.
2) Mengurangi disfungsi fisik.
3) Menormalkan respom fisiologis.
4) Mengurangi ketakutan.
b. Cutanecus Stimulation
Yang termasuk cutaneous stimulation:
1) Pemijatan/massage
2) Kompres panas/dingin
3) Asuppressure
4) Contralateral Stimulation
c. Immobilisasi
Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan ada saat
kontraktur atau terjadi ketidakseimbangan otot. Splint ini harus diubah
posisisnya tiap 30 menit untuk mencegah terjadinya penyakit baru seperti
dicubitus.
d. TENS
Transcutaneous Electrice Nerve Stimulation (TENS) adalah noninvasive,
teknik kontrol nyeri nonal gesik untuk klien dengan nyeri akut ataupun kronik.
e. Akupuntur
Akupuntur telah diterapkan di Cina dan mendapat erhatian tinggi dari
Amerika Utara. Biasanya digunakan untuk neri akut.
f. Placebo
10
Placebo adalah salah satu bentuk treatment seperti medikasi atau
tindakan keperawatan yang menghasilkan efek pada klien bahwa tindakan
yang dilakukan atau yang diberikan perawat dapat menyembuhkan penakit.
g. Distraksi
Contoh dari distraksi adalah pada saat klien dipindahkan dari ruang
bedah mungkin tidak merasakan nyeri saat melihat pertandingan sepak bola
di televisi, tapi nyeri akan dirasakan lagi pada saat pertandingan itu sudah
selesai.
h. Hypnosis
Hypnosis digunakan untuk memfokuskan konsentrasi dan meminimalisir
distraksi.
i. Relaksasi
Macam-macam teknik relaksasi : meditasi, yoga dan latihan relaksasi
progresif. Teknik ini tidak dilakukan pada pasien yang nyeri akut karena
ketidakmampuan berkonsentrasi. Latiahan relaksasi progresif
mencangkuplatihan control nafas, kontraksi dan relaksasi otot.
11
II. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian nyeri akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri yang
efektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan
secara perbedaan masing-masing individu, maka perawat perlu mengkaji
semua faktor yang mempengaruhi nyeri, seperti faktor fisiologis, psikologis,
perilaku, emosional dan sosiokultural. Pengkajiam nyeri terdiri atas dua
komponen utama, yakni (a) riwatay nyeri untuk mendapatkan data klien dan (b)
observasi langsung pada respon perilaku fisiologis klien. Tujuan pengkajian
adalah untuk mendapatkan penanaman objektif terhadap pengalamn subjek.
Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRTS :
P (pemicu) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
Q (quality) dari neri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat.
R (region) yaitu daerh perjalanan nyeri
T (time) adalah lama/ waktu seranga tau frekuensi nyeri
a. Riwayat Nyeri
Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberikan klien
kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri
dan situasi tersebut dengan kata-kata mereka sendiri.
Langkah ini akan membantu perawat memahami makna nyeri bagi
klien dan bagaimana ia berkoping terhadap aspek antara lain :
1) Lokasi
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien
menunjukkan area nyerinya. Pengkajian ini biasanya dilakukan dengan
bantuan gambar tubuh. Klien biasanya menandai bagian tubuhnya yang
menglami nyeri. Ini sangat bermanfaat, terutama untuk klien yang
memiliki lebih dari satu sumber nyeri.
2) Intensitas Nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan
terperpercaya untuk melakukan intensitas nyeri pasien. Skala nyeri yang
paling sering digunakan adalah rentang 0-5 atau 0-10. Angka “0”
menandakan tidak nyeri sama sekali dan angka tertinggi menandakan
nyeri “terhebat” yang dirasakan klien. Intensitas nyeri dapat diketahui
dengan bertanya kepada pasien melalui skala nyeri wajah, yaitu Wong-
Baker FACES Rating Scale yang ditujukan untuk klien yang tidak mampu
12
menyatakan intensitas nyerinya melalui skala angka. Ini termasuk anak-
anak yang tidak mampu berkomunikasi secar verbal dan lansia yang
mengalami gangguan komuniasi.
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik)
4-6 : Nyeri sedang (secara objektif) klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan nyeri, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan nyeri, dapat
mengikuti perintahdengan baik).
7-9 : Nyeri berat (secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapt menunjukkan
lokasi nyeri, tidak daoat mendeskripsikan nyeri, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi, napas panjang dan distraksi).
10 : Nyeri sangat berat (klien sudah tidak bis a berkomunikasi).
3) Kualiatas Nyeri
Terkadamng nyeri bisa terasa seperti “dipukul-pukul” atau “ditusuk-
tusuk”. Perawat pwrlu mwncatat kata-kata yang digunakan klien untuk
menggambarkan nyerinya sebab informasi yang akurat dapat
berpengaruh besar pada diagnosi dan etiologi nyeri serta pilihan tindakan
yang diambil.
4) Pola Nyeri
Pola nyeri meliputi : waktu awitan, durasi/lamanya nyeri dan
kekambuhan atau interval nyeri. Karenanya, perawat perlu mengkaji
kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri
berulang dan kapan nyeri terakhir kali muncul.
5) Faktor Presipitasi
Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri.
Sebagai contoh: aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada.
Selain itu, faktor lingkungan ( lingkungan yang sangat dingin atau sangat
panas ), stressor, fisik dan emosional juga dapat memicu munculnya nyeri.
6) Gejala yang menyertai
Gejala ini meliputi : mual, muntah, pusing dan diare. Gejala tersebut
bisa disebabkan oleh awitan nyeri atau oleh nyeri itu sendiri.
13
7) pengaruh aktifitas sehari-hari
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas harian
klien akan membantu perawat memahami persepsi klien tentang nyeri.
Beberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri adalah tidur, nafsu
makan, konsenterasi, pekeerjaan, hubungan interpersonal, hubungan
pernikahan, aktivitas dirumah, aktivitas waktu senggang serta status
emosional.
8) Sumber koping
Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam
menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman
nyeri sebelumnya atau pengaruh agama/budaya.
9) Respon afektif
Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi, tergantung pada situasi,
derajat dandurasi nyeri, interpretasi tentang nyeri dan banyak faktor lainnya.
Perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, lelah, depresi atau
perasaan gagal pada diri klien.
b. Observasi respons perilaku dan fisiologi
Banyak respons nonverbal/perilaku yang bisa dijadikan indicator nyeri
diantaranya :
1) Ekspresi wajah :
Menutup mata rapat-rapat
Membuka mata lebar-lebar
Menggigit bibir bawah
2) Vokalisasi
Menangis
Berteriak
3) Imobilisasi ( bagian tubuh yang mengalami nyeri akan digerakkan tubuh
tanpa tujuan yang jelas )
Menendang-nendang
Membolak-balikkan tubuh diatas kasur
Sedangkan respons fisiologi untuk nyeri bervariabel bergantung pada
sumber dan durasi nyeri. Pada awal awitan nyeri akut respons fisiologis :
Peningkatan tekanan darah
Nadi dan pernafasan
Diaphoresis
14
Dilatasi pupil akibat terstimulasinya system saraf simpatis.
Akan tetapi, jika nyeri berlangsung lama dan saraf simpatis telah
beradaptasi, respon fisiologi tersebut mungkin akan berkurang tau bahkan
tidak ada. Karenanya, penting bagi perawat untuk mengkaji lebih dari satu
respons tersebut merupakan indicator yang buruk untuk nyeri.
2. Diagnosis keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
b. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan jaringan
3. Perencanaan Keperawatan
a. Nyeri akut
1) Tujuan : setelah dilakukan selama 1X24 jam tindakan diharapkan nyeri
berkurang
2) Kriteria hasil :
a) Nyeri berkurang
b) Ekspresi wajah tenang
c) Tanda-tanda vital
d) Klien dapat istirahat dan tidur normal sesuai dengan usianya
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau/ catat karakteristik nyeri,
catat laporan verbal, petunjuk
nonverbal dan respon
hemodinamik.
2. Ambil gambar lengkap terhadap
nyeri dari pasien termasuk lokasi,
intensitas ( 0-10 ), lamanya,
kualitas ( dangkal atau menyebar )
dan penyebaran.
3. Anjurkan klien untuk melaporkan
nyeri dengan segera.
4. Bantu melakukan teknik relaksasi
misalnya : nafas dalam/perlahan,
perilaku distraksi. Visualisasi dan
bimbingan imajinasi.
5. Periksa tanda-tanda vital sebelum
1. Variasi penampilan dan perilaku
pasien karena nyeri terjadi sebagai
temuan pengkajian.
2. Nyeri sebagai pengalaman subyektif
dan harus digambarkan oleh pasien.
Bantu pasien untuk menilai nyeri
dengan membandingkannya dengan
penngalaman nyeri.
3. Penundaan pelaporan nyeri
menghambat peredaran nyeri/
memerlukan peningkatan dosis
obat. Selain itu nyeri berat dapat
menyebabkan syok dengan
merangsang system syaraf simpatis,
mengakibatkan kerusakan lanjut
dan mengakibatkan kerusakan
15
atau sesudah penggunaan obat
narkotik
6. Berikan obat analgesic sesuai
indikasi
lanjut dan mengganggu diagnostic
serta hilangnya nyeri.
4. Membantu dalam penurunan
persepsi/respon nyeri. Memberikan
control situasi, meningkatkan
perilaku positif.
5. Hipotensi/ depresi pernafasan dapat
terjadi sebagai akibat pemberian
narkotik.
6. Membantu proses penyembuhan
pasien.
b. Nyeri kronis
Tujuan : setelah dilakukan selama 2X24 jam tindakan diharapkan nyeri teratasi
sebagian.
Criteria hasil :
1. Skala nyeri dalam rentang 1-3
2. Raut muka tidak menahan nyeri
3. Klien sudah tidak memegangi area yang nyeri
INTERVENSI RASIONAL
1. Catat karsteristik nyeri
2. Berikan posisi seifowler
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Kolaborasi pemberian obat
analgesic sesuai dengan indikasi
1. Mempermudah dalam tindakan
pengobatan kepada klien
2. Membantu memberikan rasa
nyaman kepada klien
3. Menambah pengetahuan pasien
dalam mengurangi rasa nyeri
4. Membantu pasien dalam
mengurangi rasa nyeri
4. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan
dalam merespon rangsangan nyeri, diantaranya hilangnya perasaan nyeri,
adanya respons fisiolosgis yang baik dan pasien mampu melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa keluhan nyeri.
16