LP MATERNITAS.Doc
-
Upload
joepri-ahmad -
Category
Documents
-
view
23 -
download
0
description
Transcript of LP MATERNITAS.Doc
TINJAUAN TEORI
INTRANATAL CARE
I. Pengertian
- persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput
janin dari tubuh ibu. (sulaiman sastrawinata, 1983).
- Persalinan adalah uatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin turi) yang
dapat hidup didunia luar, dari rahim melalui jlan lahir atau jlan lain.
(rustam muchtar, 1998).
II. Tujuan
1. untk mengetahui tahap persalinan sebagai acuan penilaian kemajuan
persalinan dan sebagai dasar untuk menentukan rencana perawatan
selanjutnya.
2. untuk mengetahui kelainan – kelainan yang mungkin dapat mengganggu
kelancaran persalinan atau segera mengetahui persalinan beresiko.
3. memberikan asuhan yang memadai selama persalianan dalam upaya
mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan
memperhatikan aspek saying ibu dan sayang bayi.
III. Jenis persalinan
a. menurut cara persalinan.
- persalinan spontan.
Proses lahir bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan dan alat,
serta tidak meluakai ibu dan bayi yang berlangsung kurang dari 24
jam.
- Persalinan buatan
Persalinan pervaginam dngan bantuan alat – alat atau melalui dinding
perut dengan operasi scio caesaria.
- Persalinan anjuran
Kekuatan yang diperlukan unruk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan seperti pemberian pitocin atau prostaglandin
atau pemecahan ketuban.
b. Menurut usia (tua kehamilan)
1. abortus.
Pengeluarana buah kehamilan sebelum kehamilan 22 mg atau bayi
dengan berat badan kurang dari 500 g.
2. partus imaturus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg dan 28 mg atau bayi
dengan berat badan antara 500 g dan 999 g.
3. partus prematurus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 mg dan 37 mg atau dengan
berat badan 1000 g dan 2499 g.
4. partus matures / aterm
pengeluaran buah kehamilan antara 37 mg dan 42 mg atau bayi dengan
BB 2500 g atau lebih
5. partus post matures / serotinus
pengeluaran buah kehamilan setelah 42 mg.
IV. Sebab – sebab yang menimbulakn persalinan.
1. teori penurunan hormon progesterone.
Progesterone menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen didalam darah,
tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga
menimbulkan his.
2. teori oxytocin.
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot – otot rahim.
3. teori placenta menjadi tua.
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesterone yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal
ini akan menimbulkan his.
4. teori prostaglandin.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan.
5. pengaruh janin.
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada
anencephalus, kehamilan sering lama dari biasanya
6. teori distensi rahim.
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot –
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
7. teori iritasi mekanik
dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser
dan ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his.
V. Gejala persalianan.
a. rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
b. keluarnya lendir bercampur darah lebih banyak. Hal ini terjadi karena
robekan – robekan kecil yang terjadi pada serviks
c. kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar, lunak dan terdapat pembukaan
.
VI. Tanda – tanda permulaan persalinan.
- kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida. Pada
primigravida kepala anak pada bulan terakhir berangsur – angsur turun
kedalam rongga panggul. Pada multigravida, dinding rahim dan perut
sudah kendor kekenyalannya sudah berkurang sehingga kekuatan
mendesak kebawah tidak seberapa, biasanya kepala bru turun pada
permulaan persalinan.
- Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
- Perasaan sering atau susah BAB karena vesika urinaria karena tertekan
oleh bagian terbawah janin.
- Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya his.
- Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, sekresi bertambah, kadang –
kadang bercampur darah
VII. Penurunan kepala janin.
[ERIKSA LUAR PERIKSA DALAM KETERANGAN
5/5
- kepala diatas PAP
- mudah digerakkan
H I – II
- sakit digerakkan
- bagian terbesar PAP
belum masuk panggul
H II - III
- bagian terbesar kepala
belum masuk panggul
H III +
- bagian terbesar kepala
sudah masuk panggul
H III - IV
- kepala didasar
panggul
H V
- diperineum
Ket :
: kepala janin
: PAP
H I : sama dengan atas pintu panggul / PAP
H II : sejajara dengan H I melalui pinggir bawah simpisis
H III : sejajar dengan H I melalui spina iskhiadika
H V : sejajar dengan H I melalui ujung os coxigius
VIII. Proses persalinan
1. kala I.
- dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10
cm)
- terbagi menjadi 2 fase :
a. fase laten : serviks berdilatasi kurang dari 4 cm
b. fase aktif : serviks berdilatasi 4 – 9 cm, kecepatan pembukaan 1
cm atau lebih perjam, penurunan kepala dimulai.
- Pada kala pembukaan his belum begitu kuat, datangnya 10 – 15
menit dan tidak seberapa mengganggu ibu hingga ia sering masih
dapat berjalan
- Lambat laun his bertambah kuat, interval menjadi lebih pendek,
kontraksi lebih kuat dan lebih lama, lendir darah bertambah banyak.
- Lamanya kala I untuk primipara 12 jam dan untuk multipara 8 jam.
- Kemajuan persalinan dalam kala I :
a. kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
- kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan
frekuensi dan durasi.
- Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam
selama persalinan faseaktif (dilatasi serviks berlangsung
atau ada disebelah kiri garis waspada).
- Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
b. kemajuan yang kurang baik pada kala I :
- Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase
laten.
- Kecepatan pembukaan servuks lebih lambat dari 1 cm
perjam selama persalinan fase aktif ( dilatasi serviks berada
disebalah kanan garis waspada).
- Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin
- Kemajuan pada kondisi ibu.
a. jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam
keadaan dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup
melalui oral atau IV dan berikan analgesik secukupnya.
b. Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
c. Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi
yang kurang. Segera berikan dextrose IV.
- Kemajuan pada kondisi janin.
a. jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari
180 x / menit) curigai adanya gawat janin.
b. Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek fleksi
sempurna digolongkan dalam malposisi atau malpresentasi.
2. kala II
a. dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.
b. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 – 100 detik,
datngnya tiap 2 – 3 menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini
dan ditandai dengan keluarnya cairan yang kekuningan secara
sekonyong – konyong dan banyak.
c. Pasien mulai mengejan.
d. Pada akhir kala 2 sebagai tanda bhwa kepala sudah sampai didasar
panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.
e. Dipuncak his, bagian terkecil dri kepala nampak dalam vulva, tetapi
hilang lagi waktu his berhenti. Pada his berikutnya bagian kepala
yang nampak lebih besar lagi, tetapi surut kembali kalau his terhenti.
Kejadian ini disebut kepala membuka pintu.
f. Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran
terbesar dari kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak dapat
mundur lagi. Pada saat ini tonjolan tulang ubun – ubun saat ini telah
lahir dan sub oksiput ada dibawah simpisis. Pada saat ini disebut
kepala keluar pintu. Karena pada his berikutnya dengan ekstensi
lahirlah ubun – ubun besar, dahi dn mulut pad komisura posterior.
g. Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dn kemudian terjadi putaran
paksi luar, sehingga kepala melintang. Sekarang vulva menekan pad
leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak
keluar lendir dan cairan.
h. Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian baru
depan disusul oleh seluruh badan anak dengan fleksi lateral sesuai
dengan paksi jalan lahir.
i. Lamanya kala 2 pada primi kurang lebih 50 menit dan pada multi
kurang lebih 20 menit.
3. kala III
- dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta.
- Lamanya kala uri kurang lebih 8,5 menit dan pelepasan plasenta
hanya memakan waktu 2 – 3 menit.
4. kala IV
- Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
postpartum.
IX. Pathways
X. Diagnosa keperawatan tujuan dan intervensi.
Kala I :
1. gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi
dan intensitas kontraksi uterus.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam nyeri dapat
teratasi dengan KH :
- tampak rileks diantara kontraksi
- dapat menjelaskan penyebab nyeri.
Intervensi :
- kaji derajat ketidak nyamanan malalui isyarat verbal dan non verbal.
- Bantu dalam penggunaan tehnik pernapasan / relaksasi yang tepat dan
masase pinggang
- Bantu tindakan kenyamanan mis : gosokan pada kaki, punggung, tekanan
sakral, perubahan posisi.
- Jelaskan penyebab nyeri.
- Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1- 2 jam, palpasi diatas simpisis
untuk menentukan ada tidaknya distensi setelah blok syaraf.
- Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas dan pola kontraksi uterus
setiap 30 menit.
- Monitor vital sign.
2. resti cedera terhadap janin behubungan dengan hipoksia jaringan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih selama 1 x 3 jam tidak
terjadi cedera pada janin dengan KH :
- DJJ dalam batas normal
Intervensi :
- lakukan palpasi (leopold) untuk menentukan posisi janin, berbaring dan
presentasi.
- Hitung DJJ dan perhatikan perubahan periodik pada respon terhadap
kontraksi uterus.
- Catat kemajuan persalinan.
- Berikan perawatan pada ibu.
3. resti cedera terhadap maternal berhubungan dengan perlambatan mortilitas
gastric, dorongan fisiologis.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 1 x 2 jam
tidak terjadi cedera pada maternal dengan KH :
- klien mengatakan resiko dan alasan dan intervensi khusus sudah dimengerti.
- Klien kooperatif untuk melindungi diri sendiri / janin dari dari cedera.
- Klien bebas dari cedera / komplikasi
Intervensi :
- pantau aktivitas uterus , catat frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi.
- Lakuakn tirah baring saat persalinan menjadi lebih intensif. Hindari
meninggalkan klien tanpa perhatian.
- Tempatkan klien pada posisi agak tegak miring kiri
- Berikan perawatan perineal setiap 4 jam.
- Pantau suhu dan nadi.
- Berikan es batu atau cairan jernih pada klien bila memungkinkan, hindari
makanan padat.
- Anjurkan klien untuk bernapas pendek dan cepat atau meniup bila ada
dorongan untuk mengejan.
4. resti gngguan pertukran gas pada janin berhubungan dengan perubahan
suplai O2 atau aliran darah.
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan pertukaran gas pada janin dengan KH :
- DJJ dalam batas normal (120 – 160 x / menit).
- Bayi tidak mengalami hipoksia selama persalinan.
Intervensi :
- kaji faktor – faktor maternal atau kondisi yang menurunkan sirkulasi
uteroplasental.
- Pantau DJJ setiap 15 – 30 menit.
- Pantau DJJ dengan segera bila ketuban pecah.
- Pantau besarnya janin pada jalan lahir melalui pemerikasaan vagina .
- Kaji perubahan DJJ selama kontraksi.
5. gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan dilatasi atau
regangan dan hipoksia jringan, tekanan mekanik dari bagian presentasi.
Tujuan :
Pasien merasa nyeri berkurang dengan KH :
- klien menyatakan rasa nyeri berkurang.
- Klien mampu menggunakan tehnikm yang tepat untuk mempertahankan
kontrol, istirahat diantara kontraksi.
Intervensi :
- kaji derajat ketidak mampuan melalui isyarat verbal dan non verbal.
- Kaji perubahan klien terhadap sentuhan fisik selama kontraksi.
- Pantau frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi uterus.
- Bantu klien dan ajarkan mengubah bernapas menjadi lebih cepat mis :
tiupan napas pendek dan cepat.
- Berikan lingkungan yang tenang dengan ventilasi adekuat.
- Lakukan gosokan sakral / punggung, pengubahan posisi.
- Pantau dilatasi serviks.
- Catat penonjolan perineal.
- Anjurkan klien untuk berkemih.
- Berikan dorongan dan informasi tentang kemajuan persalinan dan berikan
reinforcement untuk upaya klien / pasangan.
- Pantau tanda vital ibu dan janin.
- Kolaborasi pemberian analgesik.
6. resti terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan
aliran balik vena, hipovolemia, perubahan tahanan vskuler sistemik.
Tujuan :
Tidak terjadi penurunan curah jantung dengan KH :
- tanda – tanda vital sesuai terhadap tahap persalinan.
- Tidak ada edema, DJJ dalam batas normal (120 – 160 x / menit).
Intervensi :
- kaji tekanan darah dan nadi diantara kontraksi, sesuai indikasi
- perhatikan ada dan luasnya edema.
- Pantau DJJ selama dan diantara kontraksi.
- Infus balance cairan.
Kala II :
1. resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif,
penurunan masukan
tujuan :
tidak terjadi kekurangan volume cairan dalam tubuh dengan KH :
- tanda – tanda vital dalam batas normal.
- Keluaran urine adekuat.
- Membran mukosa kental.
- Bebas dari rasa haus.
Intervensi :
- ukur masukan dan keluaran.
- Kaji turgor kulit, beri cairan peroral.
- Pantau tanda – tanda vital sesuai indikasi.
- Kaji DJJ dan perhatikan perubahan periodek.
- Atur posisi klien tegak atau lateral.
- Kolaborasi pemberian cairan parenteral
2. resti infeki terhadap maternal berhubungan dengan prosedur infasif berulang.
Trauma jaringan, perslinan lama.
Tujuan :
Klien tidak terjadi infeksi dengan KH :
- bebas dari tanda – tanda infeksi (rubor, tumor, dolor, calor, dan
fungsilaesa)
Intervensi :
- lakukan perawatan perineal setiap 4 jam menggunakan tehnik aseptik.
- Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.
- Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu dengan
menggunakan tehnik aseptik.
- Pantau tanda – tanda vital dan laborat leukosit.
- Gunakan aseptik bedah pada persiapan peralatan.
- Batasi jumlah orang yang ada pada saat persalinan.
Kala III :
1. resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran pervaginam
akibat atonia.
Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan volume cairan akibat HPP. Dengan KH :
- kontraksi uterus adekuat.
- Kehilangan darah dalam batas normal (<500 ml).
- Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
- anjurkan klien untuk masase fundus.
- Pantau tanda – tanda vital dan pengeluaran pervaginam.
- Palpasi uterus dan masase uterus perlahan setelah pengeluaran plasenta.
- Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta.
- Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan yang berlebihan.
- Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin, perhatikan ukuran,
insersi tali pusat dan ketuban.
- Berikan cairan peroral.
- Hindari menarik tali pusat secara berlebihan.
2. gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan,
respon fisiologis setelah melahirkan.
Tujuan :
Rasa nyeri berkurang dengan KH :
- klien menyatakan nyeri berkurang atau klien beradaptasi dengan nyerinya.
- Ekspresi wajah rileks tak gelisah.
- Perut tidak mules, luka bersih dan tidak bengkak.
Intervensi :
- bantu dengan penggunaan tehnik pernapasan selama perbaikan luka.
- Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan.
- Lakukan perawatan luka episiotomi dengan tehnik aseptik dan oleskan
salep topikal.
- Ganti pakaian dan klien yang basah, berikan selimut yang hangat.
- Jelaskan pada klien perubahan fisiologis setelah melahirkan.
3. kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan
kurangnya sumber – sumber informasi.
Tujuan :
Klien dan keluarga mengetahui tentang proses persalinan dengan KH :
- klien memahami respon fisiologis setelah melahirkan.
- Secara aktif klien ikut dalam upaya mendorong untuk meningkatkan
pengeluaran plasenta.
Intervensi :
- diskusikan proses normal persalinan kala III.
- Jelaskan alasan untuk respon perilaku seperti menggigit, tremor.
- Diskusikan ritinitas periode pemulihan selama 4 jam pertama setelah
melahirkan.
Kala IV :
1. perubahan ikatan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau
peningkatan perkembangan anggta keluarga.
Tujuan :
Klien mampu beradaptasi dengan perubahan setelah melahirkan dengan KH
- klien menggendong bayinya.
- Klien mampu mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan ikatan yang
tepat.
Intervensi :
- anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi.
- Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi serta membantu
dalam perawatan bayi, sesuai kondisinya.
- Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan perilaku untuk
menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus.
- Catat perilaku / pengungkapan yang menunjukkan kekecewaan / kurang
minat / kedekatan.
- Terima keluarga dan sibling dengan senang hati selama periode
pemulihan.
- Jamin privasi keluarga pada pemeriksaan selama interaksi awal dengan
bayi baru lahir sesuai kondisi ibu dan bayi.
- Anjurkan dan bantu pemberian ASI.
2. resti kekurangan cairan berhubungan dengan kelelahan atau kegagalan
meometri dan mekanisme homeostatic.
3. gangguan istirhat tidur berhubungan dengan kontraki uterus.
DAFTAR PUSTAKA
1. Moechtar Rustam, Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Jilid I,
Edisi 2, Editor : Delfi Lutan. EGC, Jakarta, 1998.
2. Bagian Obstetri Dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung, Obstetri Fisiologi, Penerbit : Eleman, Bandung, 1983.
3. Saifudin A.B dkkm, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal, Edisi
I, Catatan I, Yayasan Bina Pustaka Sasworo Prawirohardjo, Jakarta, 2002.
4. Doengoes M. E, Rencana Perawatan Maternal / Bayi, Edisi 2, EGC, jakarta, 2001.