Lp Komunitas Anak
-
Upload
panjidammen -
Category
Documents
-
view
4 -
download
2
description
Transcript of Lp Komunitas Anak
A. Pengertian
Belajar adalah usaha untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi atau
situasi-situasi diluar kita. Dalam menyesuaikan diri itu termasuk mendapatkan
kecekatan-kecekatan pengertian-pengertian yang baru, dan sikap-sikap yang baru.
(Wahib Abdul Mstaqim, 2003)
Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah.
Ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang
berbeda dengan orang yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan
belajar ini tidak selalu disebabkan karena factor intelligensi yang rendah
(kelaianan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan karena faktor lain di luar
intelligensi.
B. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
1. Kemampuan pembawaan
Kita ketahui bahwa tidak ada dua orang yang pembawaan sama. Juga di dalam
kemampuan tiap orang mempunyai potensi kemampuan sendiri – sendiri.
Kemampuan pembawaan ini mempengaruhi belajarnya anak. Anak yang
mempunyai kemampuan pembawaan yang lebih akan lebih cepat belajar dari pada
anak yang mempunyai kemampuan yan kuranng. Tetapi dalam hal ini kita tidak
mengatakan bahwa kemampuan pembawaan ini adalah faktor yang paling penting
atau faktor dominan dalam belajar. Kekurangan di dalam kemampuan pembawaan
ini masih dapat diatasi dengan banyak cara, misalnya dengan membuat latihan –
latihan yang banyak. Jadi banyak faktor pembawaan ini hanyalah salah satu faktor
dari belajar.
2. Kondisi phisik orang yang belajar
Orang yang belajar tidak terlepas dari phisiknya. Menurut penyelidkan yang telah
dilakukan oleh seorang mahasiswa FIP UGM Yogyakarta bahwa kondisi phisik
mempengaruhi prestasi belajar.
Maka adanya anak yang sering sakit prestasinya menurun. Anak yang cacat
misalnya kurang pendengaran, kurang penglihatan prestasinya juga kurang apabila
dibandingkan dengan anak normal. Maka perlu diperhatikan kondisi phisik anak
belajar.
3. Kondisi psikis anak
Selain kodisi phisik kondisi psikisharus pula diperhatikan. Keadaan psikis yang
kurang baik banyak sababnya, mungkin disebabkan gangguan atau keadaan
lingkungan; situasi rumah, keadaan keluarga, ekonomi, pemusatan terhadap soal –
soal lain. Ini semua menjadi gangguan belajar. Maka perlu dijaga supayakondisi
psikis orang yang belajar dipersiapkan sebaiknya – sebaiknya, supaya dapat
membantu belajar.
4. kemampuan belajar
Didalam individu yang belajar harus ada dorongan dalam dirinya, yang dapat
mendorongnya ke suatu tujuan yang berarti kemauan belajar ini sangat erat
hubungannya dengan keinginan dan tujuan individu. Inin berbeda – beda dalam
masing – masing individu, maka untuk memberi dorongan pad masing – masing
individu berbeda – beda pula caranya untuk dapat dorongan seseeorang harus
ditemukan: perhatianya, latar belakangnya, kemampuanya dengan cara membuat
hubungan pribadi. Apabila pendidikan sudah mendapatkan itu semua, maka
dapatlah ia membuat pelajaran yang diberikan itu sedemikian rupa sehingga orang
yang belajar merasa bahwa pelajaran itu sangat berarti baginya dan ia merasa
bahwa ia dapat mencapainya, maka terbentuklah keinginan belajar.
5. Sikap terhadap Guru, mata pelajaran dan pengertian mereka mengenai
kemajuan mereka sendiri
Bagaimana sikap murid terhadap guru ini juga mempengaruhi belajarnya. Murid
yang benci terhadap gurunya tak akan lancer belajarnya. Sebaliknya apabila murid
suka pada gurunya tentu akan membantu belajarnya. Di sini perlu diperhatikan
sikap guru terhadap murid. Sikap yang baik, ramah mengenal murid, ini akan
menjadi dorongan bagi murid untuk menyukai gurunya. Pula tidak terlepas dari
penampilan guru. Guru yang selalu muram yang tak baik, cara berpakaian akan
mempengaruhi sikap murid.
Sikap murid terhadap mata pelajaran inipun faktor yang penting bagi belajar.
Mata pelajaran yang disukai akan lebih lancar dipelajari dari pada pelajaran yang
kurang disenangi. Mata pelajaran dapat disenangi atau dibenci tergantung dari
banyak faktor. Mungkin guru yang menyajikan pertama kali kurang baik,
mungkin disebabkan adanya kegagalan-kegagalan yang dihadapi murid dalam
menghadapi pelajaran itu dan lain-lain.
Adanya pengertian tentang kemajuan mereka sendiri. Adanya pengertian, adanya
kemajuan atau, kemunduran dapat mendorong orang yang belajar untuk lebih giat
belajar.
Maka perlulah adanya apa yang disebut kurva belajar. Kurva belajar ini adalah
sebuah grafik yang dapat menggambarkan kemajuan belajar anak. Sebaiknya pada
masing-masing anak mempunyai kurva belajar sendiri-sendiri untuk tiap tahun
pelajaran. Meskipun kurva ini tidak menunjukan proses belajar seluruhya, tetapi
ini dapat menunjukan proses belajar seluruhnya, tetapi ini dapat menunjukan
pengaruh dari latihan, kenaikan dan kemunduran belajar dan juga waktunya.
6. Bimbingan
Di dalam belajar anak membutuhkan bimbingan. Bimbingan ini perlu diberikan
untuk mencegah usaha-usaha yang membuta, hingga anak tidak mengalami
kegagalan,melainkan dapat membawa kesuksesan. Bimbingan dapat
menghindarkan kesalahan dan memperbaikinya.
Bimbingan dapat diberikan sebelum ada usaha-usahabelajar, atau sewaktu-waktu
setelah ada usaha-usaha yang tidak terpimpin. Keefektifan bimbingan ini
tergantung dari macam-macam tugas dan kebutuhan dari orang yang belajar.
Karena ini dapat mencegah kesalahan yang bisa timbul dan mengakibatkan
adanya putus asa. Karena apabila pada permulaanya sudah mengalami kegagalan
ini akan berakibat bermacam-macam antara lain kebencian terhadap guru yang
memberikan mata pelajarannya, hingga dapat menghambat keefektifan belajar.
Tetapi harus diingat bahwa bimbingan jangan diberikan secara berlebihan, karena
hal ini akan merusak tujuan. Apabila orang yang belajar telah menguasai inti
tugasnya, bimbingan harus dihilangkan. Karena kalau diberikan terlalu banyak
bimbingan ini akan mengakibatkan terhambatnya inisiatif, hingga tidak ada
kemajuan lagi untuk berusaha. Dan sebaliknya apabila bimbingan diberikan
terlalu sedikit, maka perhatian akan hilang dan kepercayaan terhadap diri sendiri
akan menjadi lemah.
7. Ulangan
Di dalam belajar perlu adanya ulangan-ulangan. Hal ini adalah elemen yang vital
dalam belajar. Adanya ulangan-ulangan ini dapat menunjukan pada orang yang
belajar kemajuan-kemajuan dan kelemahan-kelemahannya. Dengan demikian
orang yang belajar akan menambah usahanya untuk belajar. Penting diperhatikan
tentang memberitahukan hasil ulangan, supaya anak tahu hasilnya. Dan perlu pula
memperbincangkan kesalahan-kesalahan yang diperbuat, supaya kesalahan baru
tidak diperbuat lagi.
C. Etiologi
Masalah kesulitan belajar ini, tentunya disebabkan oleh berbagai factor. Untuk
memberikan suatu bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar,
tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu faktor apa yang menjadi penyebab
munculnya masalah kesulitan belajar.
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua
golongan, yaitu :
1. Faktor intern (faktor dari dalam diri anak itu sendiri ) yang meliputi:
a. Faktor fisiologi
Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang
sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses
menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit
factor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab
munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi
menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan,
serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu,
dan lain sebagainya.
b. Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku
yang ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar
tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain itu yang
juga termasuk dalam factor psikoogis ini adalah intelligensi yang dimiliki oleh
anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 – 140), atau genius (lebih dari 140)
memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak
yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah
walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki
IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami
kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru perlu
mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya. Selain IQ factor
psikologis yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar
adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe anak
dalam belajar.
2. Factor ekstern (factor dari luar anak) meliputi ;
a. Faktor-faktor sosial
Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di rumah.
Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda
dengan anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu
diberikan perhatian. Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak,
apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga
memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.
b. Faktor-faktor non- sosial
Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah
kesulitan belajar adalah factor guru di sekolah, kemudian alat-alat pembelajaran,
kondisi tempat belajar, serta kurikulum.
D. Tipe Kesulitan Belajar
1. Dysleksia (Kesulitan membaca)
Anak yang memiliki keterlambatan kemampuan membaca, mengalami kesulitan
dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata (misalnya huruf atau suara
yang seharusnya tidak diucapkan, sisipan, penggantian atau kebalikan) atau
memahaminya (misalnya, memahami fakta-fakta dasar, gagasan, utama, urutan
peristiwa, atau topik sebuah bacaan). Mereka juga mengalami kesulitan lain
seperti cepat melupakan apa yang telah dibacanya. Sebagian ahli berargumen
bahwa kesulitan mengenali bunti-bunyi bahasa (fonem) merupakan dasar bagi
keterlambatan kemampuan membaca, dimana kemampuan ini penting sekali bagi
pemahaman hubungan antara bunyi bahasa dan tulisan yang mewakilinya.
Awalnya, seorang anak yang menderita disleksia mengalami kesulitan dalam
mempelajari bahasa lisan pada masa todler/pra sekolah. Selanjutnya ketika tiba
masanya untuk sekolah,anak ini mengalami kesulitan dalam mengenali dan
mengeja kata-kata, sehingga pada akhirnya mereka mengalami masalah dalam
memahami maknanya.
Disleksia mempengaruhi 5 hingga 10 persen dari semua anak yang ada. Kondisi
ini pertama kali diketahui pada abad ke sembilan belas, dimana ketika itu disebut
dengan buta huruf (word blindness). Beberapa peneliti menemukan bahwa
disleksia cenderung mempengaruhi anak laki-laki lebih besar disbanding anak
perempuan. Tanda-tanda disleksia tidak sulit dikenali, bila seorang guru dan
orangtua cermat mengamatinya. Sebagai contoh, bila anda menunjukkan sebuah
buku yang asing pada seorang anak penderita disleksia, ia mungkin akan
mengarang –ngarang cerita berdasarkan gambar yang ia lihat tanpa berdasarkan
tulisan isi buku tersebut. Bila anda meminta anak tersebut untuk berfokus pada
kata-kata dibuku itu, ia mungkin berusaha untuk mengalihkan permintaan
tersebut.. Ketika anda menyuruh anak tersebut untuk memperhatikan kata-kata,
maka kesulitan mebaca pada anak tersebut akan terlihat jelas.
2. Dysgraphia (Kesulitan Menulis)
Dalam sebuah pelatihan menjadi ahli ilmu kesehatan anak, terdapat seorang ahli
ilmu kesehatan yang bernama Stephen yang tidka pernah menulis apapun di atas
kertas. Ia menggunakan mesin ketik yang dapat dibawa kemana-mana (portable)
untuk segala sesuatu laporan pasien, catatan singkat. Kemudian diketahui bahwa
Stephen memang tidak dapat menulis secara jelas. seberapapun ia mencoba
dengan keras ia tidak dapat menulis apapun dengan jelas, sehingga dia dan orang
lain tidak dapat membaca tulisan tangannya.
Apa yang dialami Stephen merupakan problem kesulitan menukis (disgraphya).
Tentunya disgraphya ini berbeda dengan tulisan tangan yang jelek. Tulisan tangan
yang jelek biasanya tetap dapat terbaca oleh penulisnya, dan juga dilakukan dalam
waktu yang relatif sama dengan yang menulis dengan bagus. Akan tetapi untuk
dysgraphia, anak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menulis.
Dalam menulis sesuatu kita membutuhkan penglihatan yang cukup jelas,
keterampilan motorik halus, pengetahuan tentang bahasa dan ejaan, dan otak
untuk mengkoordinasikan ide dengan mata dan tangan untuk menghasilkan
tulisan. Jika salah satu elemen tersebut mengalami masalah maka menulis akan
menjadi suatu pekerjaan yang sulit atau tidak mungkin dilakukan.
3. Dyscalculia (Kesulitan Menghitung)
Kemampuan membedakan ide-ide abstrak, seperti angka-angka negatif, atau
system angka yang tidk menggunkan basis sepuluh. Meskipun banyak masalah
yang mungkin turut mempengaruhi kemampuan untuk memahami, dan mencapai
keberhaislan dalam pelajaran matematika. Istilah ‘dyscalculia’, biasanya mengacu
pada pada suatu problem khusus dalam menghitung, atau melakukan operasi
aritmatika, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Anak yang mengalami problem dyscalculia merupakan anak yang memiliki
masalah pada kemampuan menghitung. Anak tersebut tentunya belum tentu anak
yang bodoh dalam hal yang lain, hanya saja ia mengalami masalah dengan
kemampuan menghitungnya.
E. Penanggulangan Sulit Belajar
Anak dengan sulit belajar biasanya akan diterapi secara komprehensif yang
meliputi farmakoterapi, terapi perilaku, konseling, serta pelatihan guru maupun
orang tua. Penatalaksanaan ini membutuhkan konsistensi dan kesabaran ekstra
mengingat anak dengan kondisi ini memerlukan keteraturan dan kedisiplinan.
1. Penanggulangan Dyseleksia
Cara yang paling sederhana dan paling efektif untuk membantu anak-anak
penderita dysleksia belajar membaca dengan mengajar mereka membaca dengan
metode phonic. Idealnya anak-anak akan mempelajari phonic di sekolah bersama
guru, dan juga meluangkan waktu untuk berlatih phonic di rumah bersama orang
tua mereka.
Metode phonic ini telah terbukti berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan
anak dalam membaca (Gittelment & Feingold, 1983). Metode phonic ini
merupakan metode yang digunakan untuk mengajarkan anak yang mengalami
problem dysleksia agar dapat membaca melalui bunyi yang dihasilkan oleh mulut.
Metode ini dapat dikemas dalam bentuk yang beraneka ragam, baik buku, maupun
software.
Bagi anda orang tua, berikut ini merupakan ide-ide yang dapat membantu anak
anda dengan phonic dan membaca:
a. Cobalah untuk menyisihkan waktu setiap hari untuk membaca.
b. Tundalah sesi jika anak terlalu lelah, lapar, atau mudah marah hingga dapat
memusatkan perhatian.
c. Jangan melakukan sesuatu yang berlebih-lebihan pada saat pertama;mulailah
dengan sepuluh atau lima belas menit sehari.
d. Tentukan tujuan yang dapat dicapai : satu hari sebanyak satu halaman dari buku
phonics atau buku bacaan mungkin cukup pada saat pertama.
e. Bersikaplah positif dan pujilah anak anda ketika dia membaca dengan benar.
Ketika dia membuat kesalahan, bersabarlah dan bantu untuk membenarkan
kesalahan. Jika dia ragu-ragu, berikan waktu sebelum anda terburu-buru memberi
bantuan.
f. Ketika anda membaca cerita bersama-sama, pastikan bahwa anak tidak hanya
melafalkan kata-kata, tetapi merasakannya juga. Tanyakan pendapatnya tentang
cerita atau karakter-karakter dalam cerita tersebut.
g. Mulailah dengan membaca beberapa halaman pertama atau paragraph dari
cerita dengan suara keras untuk memancing anak. Kemudian mintalah anak
membaca terusan ceritanya untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.
h. Variasikan aktivitas dengan meluangkan beberapa sesi untuk melakukan
permaianan kata-kata sebagai ganti aktivitas membaca, atau mintalah anak untuk
mengarang sebuah cerita, tulislah cerita tersebut, dan mintalah ia untuk membaca
kembali tulisan tersebut.
i. Jangan membuat sesi ini sebagai pengganti kegiatan membaca dengan suara
keras pada anak anda. Jika anda selalu membacakan cerita waktu tidur,
pertahankanlah itu. Ini akan sangat membantunya mengenal buku dengan punuh
kegembiraan.
j. Berikan hadiah padanya ketika dia melakukan sesuatu dengan sangat baik atau
ketika anda melihat perubahan yang nyata pada nilai-nilainya di sekolah.
2. Penanggulangan Dysgraphia
Sebagian ahli merasa bahwa pendekatan yang terbai untuk dysgraphia adalah
dengan jalan mengambil jalan pintas atas problem tersebut, yaitu dengan
menggunakan teknologi untuk memberikan kesmepatan pada anak mengerjakan
pekerjaan sekolah tanpa harus bersusah payah menulis dengan tangannya.
Ada dua bagian dalam pendekatan ini. Anak-anak menulis karena dua alasan :
a. Untuk menangkap informasi yang mereka butuhkan untuk belajar (dengan
menulis catatan).
b. Untuk menunjukkan pengetahuan mereka tentang suatu mata pelajaran (tes-tes
menulis).
c. Sebagai ganti menulis dengan tangan, anak-anak dapat meminta fotokopi dari
catatan-catatan guru atau meminta ijin untuk mengkopi catatn anak lain yang
memiliki tulisan tangan yang bagus.
d. Mengandalkan buku teks untuk belajar.
e. Belajar cara mengetik dan menggunakan laptop / note book untuk membuat
catatan di rumah dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
f. Menggunakan alat perekam untuk menangkap informasi saat pelajaran.
3. Penanggulangan Dyscalculia
Seperti halnya problem kesulitan menulis dan membaca, ada dua pendekatan yang
mungkin : kita dapat menawarkan beberapa bentuk penganganan matematika yang
intensif, atau dengan mengambil jalan pintas.
Pendekatan yang pertama, yaitu penanganan matematika yang intensif, dapat kita
lakukan dengan teknik “individualisasi yang dibantu tim”. Pendekatan ini
menggunakan pengajaran secara privat dengan teman sebaya (peer tutoring).
Pendekatan ini mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan belajar
seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada
juga yang lama. Teknik ini mendorong anak yang cepat menangkap materi
pelajaran agar mengajarkannya pada temannya yang lain yang mengalami
problem dyscalculia tersebut.
Pendekatan yang kedua, yaitu jalan pintas, diberikan kalkulator untuk
menghitung. Hal ini sederhana karena anak dengan problem dyscalculia tidak
memiliki masalah dengan kaitan antara angka, akan tetapi lebih kepada
menghitung angka-angka tersebut.