Pemeriksaan Kesehatan FR-KLL Pada Situasi Khusus KEMENKES RI
LP KLL revisi
-
Upload
frasetya-sipiriliuw-rasiowear-hawhaw -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
description
Transcript of LP KLL revisi
2.1.1 Kecelakaan Lalu Lintas Kecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari kejadian-kejadian yang
tidak terduga sebelumnya, dan selalu mengakibatkan kerusakan pada benda, luka atau kematian.
Kecelakaan lalu lintas dibagi atas “A motor-vehicle traffic accident” dan ”Non motor-vehicle traffic
accident´, “A motor-vehicle traffic accident” adalah setiap kecelakaan kendaraan bermotor di jalan
raya. “Non motor-vehicle traffic accident”, adalah setiap kecelakaan yang terjadi di jalan raya, yang
melibatkan pemakai jalan untuk transportasi atau untuk mengadakan perjalanan, dengan
kendaraan yang bukan kendaraan bermotor. Berdasarkan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Tahun 2009 Bab I :- Pasal 1 Ayat (24), kecelakaan lalu lintas adalah
suatu peristiwa di jalan yang tidak di sangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan
dengan atau pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.
Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas
1. Faktor pemakai jalan
Pemakai jalan merupakan unsur yang terpenting dalam lalu lintas, karena manusia sebagai
pemakai jalan adalah unsur yang utama terjadinya pergerakan lalu lintas (seosantiyo,
1985). Disebutkan bahwa faktor manusia sebagai pengguna jalan dapat dipilah menjadi
dua golongan, yaitu :
A. Pengemudi, termasuk pengemudi kendaraan tak bermotor
B. Pejalan kaki, termasuk para pedagang asongan, pedagang kaki lima, dan lain-lain.
2. Faktor pengemudi
Tingkah laku pribadi pengemudi di dalam arus lalu lintas adalah faktor yang menentukan
karakteristik lalu lintas yang terjadi.
3. Faktor pejalan kaki
Pejalan kaki sangat mudah mengalami cidera serius atau kematian jika ditabrak oleh
kendaraan bermotor.
4. Faktor kendaraan
Sebab-sebab kecelakaan yang disebabkan faktor kendaraan yaitu kecelakaan lalu lintas
karena perlengkapan, penerangan, pengamanan, dan mesin kendaraan.
5. Faktor jalan
Jalan sebagai landasan bergeraknya kendaraan harus direncanakan sedemikian rupa agar
memenuhi syarat keamanan dan kenyamanan bagi pemakainya.
6. Faktor lingkungan
Berbagai faktor lingkungan jalan berpengaruh dalam kegiatan lalu lintas. Hal ini
mempengaruhi pengemudi dalam mengatur kecepatan (mempercepat, konstan,
memperlambat atau berhenti)
Perlukaan dan Kematian dalam Kecelakaan Lalu Lintas
Kematian dalam kecelakaan lalu lintas dapat terjadi sebagai akibat dari tabrakan atau benturan dari
kendaraan. Secara imajinatif semua model dari sarana transportasi mempunyai kemampuan untuk
menyebabkan kematian atau kecacatan. Kematian karena kecelakaan lalu lintas dapat dibagi menjadi
empat kategori tergantung dari arah terjadinya benturan pada kendaraan, antara lain :
1. Arah depan Ini adalah paling umum, yang kejadiannya kira-kira mencapai 80% dari semua
kecelakaan lalu lintas. Tabrakan dari arah depan terjadi bila dua kendaraan/orang bertabrakan yang
mana keduanya arah kepala, atau bagiandepan dari kendaraan menabrak benda yang tidak bergerak,
seperti tembok, ataupun tiang listrik. Sebagai akibat dari energi gerak, penumpang darikendaraan
bermotor akan terus melaju (bila tidak memakai sabuk pengaman pada pengguna mobil). Pola dan
lokasi luka akan tergantung dari posisi saat kecelakaan.
2. Arah samping (lateral) Biasanya terjadi di persimpangan ketika kendaraan lain menabrak dari arah
samping, ataupun mobil yang terpelintir dan sisinya menghantam benda tidak bergerak. Dapat terlihat
perlukaan yang sama dengan tabrakan dari arah depan, bila benturan terjadi pada sisi kiri dari
kendaraan, pengemudi akan cenderung mengalami perlukaan pada sisi kiri, dan penumpang depan akan
mengalami perukaan yang lebih sedikit karena pengemudi bersifat sebagai bantalan. Bila benturan
terjadi pada sisi kanan, maka yang terjadi adalah sebaliknya, demikian juga bila tidak ada penumpang.
3. Terguling Keadaan ini lebih mematikan (lethal) dibandingkan tabrakan dari samping, terutama bila
tidak dipakainya pelindung kepala (helm), terguling di jalan, sabuk pengaman dan penumpang terlempar
keluar mobil. Beberapa perlukaan dapat terbentuk pada saat korban mendarat pada permukaan yang
keras, pada beberapa kasus, korban yang terlempar bisa ditemukan hancur atau terperangkap di bawah
kendaraan. Pada kasus seperti ini penyebab kematian mungkin adalah traumatic asphyxia
4. Arah belakang Pada benturan dari arah belakang, benturan dikurangi atau terserap oleh bagian
bagasi dan kompartemen penumpang belakang (pada pengguna mobil), yang dengan demikian
memproteksi penumpang bagian depan dari perlukaan yang parah dan mengancam jiwa
Trauma
Upaya Pencegahan Ada 3 fase pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas yaitu:
1. pencegahan pada fase sebelum terjadi kecelakaan, yaitu:
A. Pencegahan kecelakaan lalu lintas melalui pengendalian faktor manusia, yaitu:7
- Ujian pengambilan SIM harus dilaksanakan dengan konsisten sesuai dengan peraturan
pemerintah republik indonesia No 44 Tahun 1993.
- Hanya mereka yang telah mengikuti sekolah mengemudi yang diperkenankan ikut ujian
pengambilan sim.
- Bagi para pelanggar peraturan lalu lintas harus dikenai sanksi hukum dengan konsistensi
sesuai dengan undang – undang.
B. Pencegahan kecelakaan lalu lintas melalui pengendalian faktor kendaraan yaitu berupa
pengawasan kondisi kendaraan agar dalam kondisi layak jalan.
C. Pengendalian faktor jalan dalam rangka mencegah kecelakaan lalu lintas yaitu jalan
harus dirancang, dilengkapi, dipelihara dan dioperasionalkan sesuai teknisnya.
2. Pencegahan pada fase kejadian kecelakaan lalu lintas Pada fase kejadian kecelakaan,
diupayakan supaya risiko terjadinya cedera seminimal mungkin. Kondisi jalan dalam fase
ini tidak bisa dikendalikan. Hal yang bisa dikendalikan adalah kondisi kendaraan dan
faktor manusianya.
3. Upaya pencegahan pada fase setelah kejadian kecelakaan lalu lintas. Pada fase ini
pencegahan pada faktor manusianya, agar korban tidak menjadi lebih parah setelah
mengalami cedera. Pertolongan segera secara adekuat adalah kunci keberhasilan
pencegahan fase ini. Terhadap koban yang terancam jiwanya, mereka segera memberika
bantuan hidup dasar (basic live support) dengan cara yang sederhana tetapi benar.
Penolong yang lain segera menghubungi kepolisian dan rumah sakit terdekat untuk
mengirimkan ambulans.
Pemeriksaan Forensik Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas8 Pada kematian yang berhubungan
dengan sarana transportasi, pemeriksaan postmortem dilakukan untuk beberapa alasan : - Untuk
secara positif menegakkan identitas dari korban, terutama bila jenazah telah terbakar habis, atau
termutilasi. - Untuk menentukan sebab kematian dan apakah kematian disebabkan kesalahan atau
kecacatan sarana transportasi. Untuk menentukan seberapa luas luka yang diterima. - Untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan yang dapat menyebabkan kecelakaan tersebut, seperti
infark miokardial atau keracunan obat. - Untuk mendokumentasikan penemuan untuk
kemungkinan penggunaannya yang mengarah kepada penegakkan keadilan. Bukti-bukti sisa dapat
ditemukan pada kecelakaan kendaraan bermotor, danpada kasus-kasus tertentu harus dikumpukan
sebagai barang bukti. Barang bukti inidapat menjadi penting selanjutnya bila posisi dari penumpang dari
kendaraan bermotor pada waktu terjadinya benturan dipertanyakan. Bukti sisa ini dapat ditemukan di
dalam kendaraan ataupun pada tubuh korban. Pencarian bukti dapatdilakukan antara lain : a. Dalam
kendaraan Carilah rambut, darah, ataupun sobekan baju ataupun rambut dari penumpang yang
tertinggal pada pecahan kaca, gagang pintu/kenop, atau permukaan yang dimana terjadi benturan. b.
Pada tubuh korban Carilah tempelan cat, fragmen kaca, ataupun bagian dari kendaraan yang bisa
tertanam pada luka. Toksikologi juga seharusnya dilakukan baik pada pengemudi maupun penumpang
pada kecelakaan lalu lintas. Analisa ini haruslah mencakup pemeriksaan untuk alkohol, karbon
monoksida (CO), obat-obatan, dan narkotika. Beberapa kecelakaan lalu lintas disebabkan karena
tindakan bunuh diri (suicidal action). Beberapa bukti yang menyokong (corroborating evidences)
keadaan bisa ditemukan pada kasus seperti ini, seperti: a. Korban biasanya mempunyai sejarah
percobaan bunuh diri ataupun mengidap penyakit mental. b. Bukti pada tubuh korban yang
menyokong dapat ditemukan, seperti luka lama maupun baru, irisan pada pergelangan, ataupun
mengkonsumsi obat-obatan pada dosis letal. Dan pada beberapa kasus, individu akan menembak dirinya
sendiri di dada ataupun dikepala sewaktu mengendarai kendaraan. c. Investigasi pada tempat
kejadian perkara (TKP) tidak memperlihatkan adanya bukti-bukti ataupun adanya saksi yang
mendukung. d. Kendaraan bisa sudah keluar dari jalur dan dikemudikan langsung menuju kepada
benda yang tidak bergerak, ataupun sangat jarang ke arah kendaraan dari arah berlawanan. e. Bukti
lain yang dapat ditemukan seperti adanya batu ataupun objek yang besar diletakkan di bawah injakan
rem kendaraaan. Bila tabrakan dari kendaraan menyebabkan kebakaran, dan bila tubuh terbakar,
segala upaya haruslah dilaksanakan untuk mengidentifikasi jenazah yang terbakar.