LP Halusinasi.pdf

download LP Halusinasi.pdf

of 11

Transcript of LP Halusinasi.pdf

  • 7/21/2019 LP Halusinasi.pdf

    1/11

    LAPORAN PENDAHULUAN

    A. MASALAH UTAMA:

    Perubahan sensori persepsi : halusinasi

    B. PROSES TERJADINYA MASALAH

    a. Pengertian

    Persepsi yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak terjadi

    dalam realitas.1Halusinasi merupakan disfungsi otak yang disebabkan

    oleh neurotransmitter doamine. Halusinasi adalah persepsi sensori

    yang ditandai dengan ketidakberfungsian stimulus eksternal yang

    aktual.2

    Halusinasi adalah persepsi salah yang diterima panca indera dan

    berasal dari stimulus eksternal yang biasanya tidak diinterpretasikan ke

    dalam pengalaman.3

    1.

    Halusinasi pendengaran ; meliputi suara bising, suara mesin,

    dengungan listrik. Terdapat suara yang berbicara langsung kepada

    pasien, baik mengomentari perilaku pasien maupun percakapan

    dengan orang ketiga lainnya. Sifat suara dapat kongruen dengan

    alam perasaan sehingga cendenrung bersifat depresif.

    2. Halusinasi penglihatan ; misalkan sorotan atau cahaya, membentuk

    objek atau bahkan gambaran berkilau atau kompleks.

    3.

    Halusinasi penciuman ; meliputi halusinasi sederhana terhadapparfum atau aroma benda terbakar. Seperti pasien yang dapat

    mencium aroma gas beracun yang dipompa kedalam ruangan oleh

    orang yang dianggap menyerang mereka.

    4. Halusinasi peraba ; meliputi perasaaan disentuh seperti ditusuk

    kawat atau jarum suntik yang menyakitkan kedalam tubuh.

    5.

    Halusinasi pengecapan ; merasakan racun didalam makanan.

  • 7/21/2019 LP Halusinasi.pdf

    2/11

    b. Penyebab

    Salah satu yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya

    halusinasi antara lain klien menarik diri dan harga diri rendah. Akibat

    rendah diri dan kurangnya keterampilan berhubungan sosial klien

    menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan

    lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominant

    dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan

    kemampuan membedakan stimulus internal dengan stumulus eksternal.

    Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi.4

    Menurut Stuart, faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:8

    1. Biologis

    Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan

    dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.

    Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:

    a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan

    otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi

    pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan

    perilaku psikotik.

    b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter

    yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor

    dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

    c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal

    menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak

    manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,

    ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian

    depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan

    anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).

    2. Psikologis

    Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi

    respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan

  • 7/21/2019 LP Halusinasi.pdf

    3/11

    yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah

    penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

    3. Sosial Budaya

    Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita

    seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,

    bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

    Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan

    setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan

    tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu

    terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan

    kemungkinan kekambuhan.9

    Menurut Stuart, faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi

    adalah:8

    1. Biologis

    Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang

    mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme

    pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan

    untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak

    untuk diinterpretasikan.

    2. Stress lingkungan

    Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap

    stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan

    perilaku.

    3. Sumber koping

    Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi

    stressor.

  • 7/21/2019 LP Halusinasi.pdf

    4/11

    c.

    Tanda dan gejala

    Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering

    didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah

    tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau

    menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang me-

    nikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi

    yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut

    ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi:5

    Tahap I

    1.

    Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai

    2.

    Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

    3.

    Gerakan mata yang cepat

    4. Respon verbal yang lambat

    5. Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan

    Tahap II

    1. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas

    misalnya

    2. peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah

    3. Penyempitan kemampuan konsenstrasi

    4.

    Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan

    kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan

    realitas.

    Tahap III

    1. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh

    halusinasinya dari pada menolaknya

    2. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain

  • 7/21/2019 LP Halusinasi.pdf

    5/11

    d.

    Akibat/ dampak

    Dampak yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang mengalamI

    halusinasi adalah kehilangan kontrol dirinya. Dimana pasien

    mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasinya.

    Dalam situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide),

    membunuh orang lain (homicide), bahkan merusak lingkungan. Untuk

    memperkecil dampak yang ditimbulkan, dibutuhkan penanganan

    halusinasi yang tepat.6

    Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko

    mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A,

    2006). Menurut Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang

    melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik

    baik pada diri sendiri maupuan orang lain.

    Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan

    pada diri sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :

    Data subjektif :

    1.

    Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam

    2. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir

    Data objektif :

    1. Wajah tegang, merah

    2. Mondar-mandir

    3.

    Mata melotot rahang mengatup

    4. Tangan mengepal

    5.

    Keluar keringat banyak

    Mata merah

  • 7/21/2019 LP Halusinasi.pdf

    6/11

    C. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

    No Masalah keperawatan Data1. Risiko mencederai diri,

    orang lain dan lingkungan1. Data subjektif

    Klien mengatakan marah dan jengkelkepada orang lain, ingin membunuh,

    ingin membakar atau mengacak-acaklingkungannya.

    2. Data objektif

    Klien mengamuk, merusak dan melemparbarang-barang, melakukan tindakankekerasan pada orang-orang disekitarnya.

    2. Perubahan sensoriperseptual : halusinasi 1.

    Data Subjektif-

    Klien mengatakan mendengar bunyiyang tidak berhubungan denganstimulus nyata.

    - Klien mengatakan melihat gambaran

    tanpa ada stimulus yang nyata.- Klien mengatakan mencium bau tanpa

    stimulus.- Klien merasa makan sesuatu.- Klien merasa ada sesuatu pada

    kulitnya.- Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar

    yang dilihat dan didengar.- Klien ingin memukul/ melempar

    barang-barang.

    2. Data Objektif

    - Klien berbicar dan tertawa sendiri.- Klien bersikap seperti

    mendengar/melihat sesuatu.- Klien berhenti bicara ditengah kalimat

    untuk mendengarkan sesuatu.- Disorientasi.

    3. Isolasi sosial : menarikdiri

    1. Data Subjektif

    - Klien mengungkapkan tidak berdaya

    dan tidak ingin hidup lagi- Klien mengungkapkan enggan

    berbicara dengan orang lain- Klien malu bertemu dan berhadapan

    dengan orang lain.2. Data Objektif

    - Klien terlihat lebih suka sendiri

    - Bingung bila disuruh memilihalternatif tindakan

    - Ingin mencederai diri/ingin

    mengakhiri hidup

  • 7/21/2019 LP Halusinasi.pdf

    7/11

    D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    a.

    Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan

    halusinasi :..

    b. Perubahan sensori perseptual: halusinasi. berhubungan dengan

    menarik diri.

    E. RENCANA TINDAKAN

    Diagnosa 1

    TujuanUmum:

    Klien tidak mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

    Tujuan Khusus:

    1. Membina hubungan saling percaya

    Tindakan:

    1.1. Salam terapeutik perkenalkan diri jelaskan tujuan ciptakan

    lingkungan yang tenang buat kontrak yang jelas (waktu, tempat,

    topik)

    1.2. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan1.3. Empati

    1.4. Ajak membicarakan hal hal nyata yang ada di lingkungan

    2. Klien dapat mengenal halusinasinya

    Tindakan:

    2. 1. Kontak sering dan singkat

    2.2. Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal

    dan non verbal)

    2.3. Bantu mengenal halusinasinya dengan menanyakan apakah ada

    suara yang didengar apa yang dikatakan oleh suara itu Katakan

    bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, tetapi perawat

    tidak mendengamya. Katakan bahwa perawat akan membantu.

  • 7/21/2019 LP Halusinasi.pdf

    8/11

    2.4. Diskusi tentang situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu,

    frekuensi teriadinya halusinasi serta apa yang dirasakan jika

    teriadi halusinasi

    2.5. Dorong untuk mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi.

    Muncul

    3.

    Klien dapat mengontrol halusinasinya

    Tindakan:

    3. 1. Identifikasi bersama tentang cara tindakan j ika teriadi halusinasi

    3.2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien dan cara baru untuk

    mengontrol halusinasinya

    3.3. Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi: bicara dengan

    orang lain bila muncul halusinasi, melakukan kegiatan, mengatakan

    pada suara tersebut " saya tidak mau dengar!"

    3.4. Tanyakan hasil upaya yang telah dipilih / dilakukan

    3.5. Beri kesempatan melakukan cara yang telah dipilih dan beri pujian

    jika berhasil

    4.

    Klien dapat dukungan dari keluarga

    Tindakan:

    4.1. Beri pendidikan kesehatan pada pertemuan keluarga tentang

    gejala, cara memutus halusinasi, cara merawat, informasi waktu

    follow up atau kapan perlu mendapat bantuan

    4.2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

    5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar

    Tindakan:

    5.1. Diskusikan tentang dosis, nama, frekuensi, efek dan efek samping

    minum obat

    5.2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama, pasien,

    obat, dosis, cara dan waktu)

  • 7/21/2019 LP Halusinasi.pdf

    9/11

    5.3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping obat yang

    dirasakan

    5.4. Beri reinforcement positif bila klien minun obat yang benar

    Diagnosa 2

    Tujuan umum :

    Tidak terjadi perubahan persepsi sensori : halusinasi

    Tujuan khusus :

    1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

    Tindakan :

    1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik,

    memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan

    lingkungan yang tenang, buat kesepakatan / janji dengan jelas

    tentang topik, tempat, waktu

    1.2. Beri perhatian dan penghargaan : temani klien walau tidak

    menjawab

    1.3. Dengarkan dengan empati : beri kesempatan bicara, jangan

    terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan

    klien.

    2. Klien dapat menyebut penyebab menarik diri

    Tindakan :

    2.1. Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain

    2.2. Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri

    3.

    Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain

    Tindakan :

    3.1. Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain

    3.2. Bantu mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki untuk

    bergaul

    4. Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap : klien-

    perawat, klien-perawat-klien lain, perawat-klien-kelompok, klien-

    keluarga.

  • 7/21/2019 LP Halusinasi.pdf

    10/11

    Tindakan :

    4.1. Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkin

    perawat sama

    4.2. Motivasi/temani klien untuk berkenalan dengan orang lain

    4.3. Tingkatkan interaksi secara bertahap

    4.4. Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi

    4.5. Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi

    4.6. Fasilitasi hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik

    5. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan

    orang lain

    Tindakan :

    5.1. Diskusi dengan klien setiap selesai interaksi/kegiatan

    5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien

    6. Klien mendapat dukungan keluarga

    Tindakan :

    6.1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui

    pertemuan keluarga

    6.2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

    Pada pasien dengan halusinasi dapat pula kita terapkan metode

    thought stopping. Thought stopping (penghentian pikiran) merupakan

    salah satu contoh dari teknik psikoterapi kognitif behaviour yang dapat

    digunakan untuk membantu klien mengubah proses berpikir. Teknis nya

    secara sadar memerintah diri sendiri, stop!, saat mengalami pemikiran

    negatif berulang, tidak penting, dan distorted. Kemudian mengganti

    pikiran negatif tersebut dengan pikiran lain yang lebih positif dan

    realistis.10

  • 7/21/2019 LP Halusinasi.pdf

    11/11

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Videbeck, Sheila L ; alih bahasa, Renata Komalasari, Alfrina Hany.

    Keperawatan Jiwa. 2008. Jakarta : EGC

    2. Walsh, Lynne. 2007. Caring for patient who experience hallucinations.

    www.health.qld.gov.au. Diakses pada 25 Agustus 2014

    3.

    Brooker, Chris. ; alih bahas, Andry Hartono, Brahm U.Ensiklopedia

    Keperawatan. 2008. Jakarta : EGC

    4. Tomb, David A.Buku Saku Psikiatri. 2003 .Jakarta : EGC.

    5.

    Nasution, Siti Saidah. 2003.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan

    Perubahan Sensori.http://library.usu.ac.id/.Diakses pada 25 Agustus 2014

    6. Hawari.Manajemen Stres, Cemas & Depresi. 2009 . Jakarta: FKUI

    7.

    Aziz R, dkk,Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.

    Amino Gonohutomo, 2003

    8. Stuart and Laraia,. Psychiatric of Nursing, Edisi 8, Mosby Years Book.

    2007 .USA: Elsivier

    9.

    Keliat, Budi Anna, Dr, S.Kp, M.App, Sc, dkk. Proses Keperawatan Masalah

    Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. 2006 .Jakarta : EGC

    10.

    Widati, Amila, Retno Twistiandayani. 2013.Pengaruh Terapi Tought

    Stopping Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusina Pada Pasien

    Skizofrenia.jurnal.unimus.ac.id. Diakses pada 25 Agustus 2014

    http://library.usu.ac.id/http://library.usu.ac.id/http://library.usu.ac.id/http://library.usu.ac.id/