Lp Halusinasi

22
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI A. Masalah Utama: Perubahan persepsi sensori: halusinasi B. Proses Terjadinya Masalah 1. Pengertian Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih – lebihan, distorsi atau kelainan berespon terhadap semua stimulus (Towsend, 1998). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 1998). Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik. Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang diicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri. (Budi Anna Keliat, 1999)

description

k

Transcript of Lp Halusinasi

Page 1: Lp Halusinasi

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

A. Masalah Utama:

Perubahan persepsi sensori: halusinasi

B. Proses Terjadinya Masalah

1. Pengertian

Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang

diprakarsai secara internal atau eksternal) disertai dengan suatu

pengurangan, berlebih – lebihan, distorsi atau kelainan berespon

terhadap semua stimulus (Towsend, 1998). Halusinasi merupakan

gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang

sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada

rangsangan dari luar (Maramis, 1998).

Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera

tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem

penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu

penuh/baik. Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan

sumber atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal

rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri

secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa

bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang

diicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan

perasaannya sendiri. (Budi Anna Keliat, 1999)

2. Jenis Halusinasi

Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :

a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %

Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara –

suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang

membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan

untuk melakukan sesuatu.

b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %

Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk

pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau

Page 2: Lp Halusinasi

panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan

atau menakutkan.

c. Halusinasi penghidu (olfactory)

Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang

menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu

bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan

dementia.

d. Halusinasi peraba (tactile)

Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa

stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari

tanah, benda mati atau orang lain.

e. Halusinasi pengecap (gustatory)

Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan

menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

f. Halusinasi sinestetik

Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah

mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan

urine.

g. Halusinasi Kinesthetic

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

3. Fase Halusinasi

Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):

a. Comforting

Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang,

kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada

pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien

tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa

suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.

b. Condemning

Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan.

Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak

dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan

tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan

tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah),

Page 3: Lp Halusinasi

asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk

membedakan halusinasi dengan realita.

c. Controling

Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap

halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar

berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu

mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang

sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang

lain.

d. Consquering

Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien

mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi,

menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks

dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat

membahayakan.

4. Penyebab

Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi

antara lain klien menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan

kurangnya keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri

dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada

dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominan dibandingkan stimulus

eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan kemampuan membedakan

stimulus internal dengan stimulus eksternal. Kondisi ini memicu terjadinya

halusinasi.

Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena

panik, sterss berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial

menarik diri (Townsend, M.C, 1998). Menurut Carpetino, L.J (1998)

isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok

mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk

meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk

membuat kontak. Sedangkan menurut Rawlins, R.P dan Heacock, P.E

(1998), isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari

interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan

Page 4: Lp Halusinasi

hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berpikir,

berperasaan. Berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.

Tanda dan gejalanya dilihat dari beberapa aspek, yaitu :

a. Aspek fisik :

Makan dan minum kurang

Tidur kurang atau terganggu

Penampilan diri kurang

Keberanian kurang

b. Aspek emosi :

Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil

Merasa malu, bersalah

Mudah panik dan tiba-tiba marah

c. Aspek sosial

Duduk menyendiri

Selalu tunduk

Tampak melamun

Tidak peduli lingkungan

Menghindar dari orang lain

Tergantung dari orang lain

d. Aspek intelektual

Putus asa

Merasa sendiri, tidak ada sokongan

Kurang percaya diri

5. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

a. Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan

respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini

ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:

1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak

yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada

daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku

psikotik.

Page 5: Lp Halusinasi

2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang

berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin

dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan

terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi

otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral

ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil

(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung

oleh otopsi (post-mortem).

b. Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi

respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan

yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah

penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

c. Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita

seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,

bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

6. Faktor Presipitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan

setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan

tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap

stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan

kekambuhan (Keliat, 2006).

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan

halusinasi adalah:

a. Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur

proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk

dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara

selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk

diinterpretasikan.

Page 6: Lp Halusinasi

b. Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

c. Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi

stressor.

7. Tanda dan Gejala

Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi:

1. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan

Gejala klinis :

Menyeriangai/tertawa tidak sesuai

Menggerakkan bibir tanpa bicara

Gerakan mata cepat

Bicara lambat

Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

2. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan

Gejala klinis :

Cemas

Konsentrasi menurun

Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata

3. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan

Gejala klinis :

Cenderung mengikuti halusinasi

Kesulitan berhubungan dengan orang lain

Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah

Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu

mengikuti petunjuk)

4. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan

Gejala klinis :

Pasien mengikuti halusinasi

Tidak mampu mengendalikan diri

Tidak mamapu mengikuti perintah nyata

Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

(Budi Anna Keliat, 1999)

Page 7: Lp Halusinasi

8. Akibat

Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya

sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak

lingkungan (risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan). Hal ini

terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, di mana klien mengalami

panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-

benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan.

Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain

bahkan merusak lingkungan. Adanya gangguang persepsi sensori

halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C suatu keadaan

dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat

membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain.

Tanda dan gejala:

▪ Muka merah

▪ Pandangan tajam

▪ Otot tegang

▪ Nada suara tinggi

▪ Berdebat

Sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan,

memukul jika tidak senang.

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :

a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik

Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan

pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di

lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata,

kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi

baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau

mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan

meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu

tindakan yang akan di lakukan.

Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang

perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas,

Page 8: Lp Halusinasi

misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan

permainan

b. Melaksanakan program terapi dokter

Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan

rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya

secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat

yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.

c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah

yang ada

Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat

menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya

halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.

Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien

atau orang lain yang dekat dengan pasien.

d. Memberi aktivitas pada pasien

Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,

misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini

dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan

memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun

jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.

e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan

Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data

pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses

keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila

sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi

bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.

Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan

menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.

Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan

petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di

berikan tidak bertentangan.

Page 9: Lp Halusinasi

C. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Isolasi sosial : menarik diri

Harga diri rendah

D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

1. Masalah keperawatan

a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi

c. Isolasi sosial : menarik diri

2. Data yang perlu dikaji

a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Data Subyektif :

Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

Klien suka membentak dan menyerang orang yang

mengusiknya jika sedang kesal atau marah.

Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif :

Mata merah, wajah agak merah.

Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai:

berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.

Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan

tajam.

Merusak dan melempar barang-barang.

b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi

Data Subjektif :

Klien mengatakan mendengar bunyi yang

tidak berhubungan dengan stimulus nyata

Klien mengatakan melihat gambaran

tanpa ada stimulus yang nyata

Perubahan sensori perseptual: halusinasi

Page 10: Lp Halusinasi

Klien mengatakan mencium bau tanpa

stimulus

Klien merasa makan sesuatu

Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya

Klien takut pada suara/bunyi/gambar

yang dilihat dan didengar

Klien ingin memukul/melempar barang-

barang

Data Objektif :

Klien berbicara dan tertawa sendiri

Klien bersikap seperti mendengar/melihat

sesuatu

Klien berhenti bicara ditengah kalimat

untuk mendengarkan sesuatu

Disorientasi

c. Isolasi sosial : menarik diri

Data Subyektif :

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,

bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu

terhadap diri sendiri.

Data Obyektif :

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif

tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis,

Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi

janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan

kebersihan

E. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi

2. Isolasi sosial : menarik diri

F. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi

Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan

Tujuan khusus :

Page 11: Lp Halusinasi

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran

hubungan interaksi seanjutnya

Tindakan :

1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik dengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang

disukai

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar

klien

2. Klien dapat mengenal halusinasinya

Tindakan :

2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap

2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan

halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa stimulus memandang ke

kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara

2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya

a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar

b. Apa yang dikatakan halusinasinya

c. Katakan perawat percaya klien mendengar

suara itu , namun perawat sendiri tidak mendengarnya.

d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang

seperti itu

e. Katakan bahwa perawat akan membantu

klien

2.4 Diskusikan dengan klien :

a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi

b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore,

malam)

Page 12: Lp Halusinasi

2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi

halusinasi (marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien

mengungkapkan perasaannya.

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya

Tindakan :

3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi

halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)

3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber

pujian

3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya

halusinasi:

a. Katakan “ saya tidak mau dengar”

b. Menemui orang lain

c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari

d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien

tampak bicara sendiri

3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya

secara bertahap

3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih

3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil

3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi

4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya

Tindakan :

4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami

halusinasi

4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat

kunjungan rumah):

a. Gejala halusinasi yang dialami klien

b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk

memutus halusinasi

c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi

dirumah, diberi kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan

bersama, bepergian bersama

Page 13: Lp Halusinasi

d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu

mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko

mencederai diri atau orang lain

5. Klien memanfaatkan obat dengan baik

Tindakan :

5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi

dan manfaat minum obat

5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan

merasakan manfaatnya

5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek

samping minum obat yang dirasakan

5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi

5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.

Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri

Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

1.1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan

diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat

kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.

1.2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak

menjawab.

1.3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-

buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Tindakan :

2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-

tandanya

2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan

penyebab menarik diri atau mau bergaul

2.1. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda

serta penyebab yang muncul

Page 14: Lp Halusinasi

2.1. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan

perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain

dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Tindakan :

3.1 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan

berhubungan dengan orang lain

a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan

perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain

b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan

dengan orang lain

c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan

mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan

dengan orang lain

3.2 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan

dengan orang lain

a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan

perasaan dengan orang lain

b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain

c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan

mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak

berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial

Tindakan :

4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui

tahap :

K – P

K – P – P lain

K – P – P lain – K lain

K – Kel/Klp/Masy

4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai

4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

Page 15: Lp Halusinasi

4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam

mengisi waktu

4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan

orang lain

Tindakan :

5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan

dengan orang lain

5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan

dengan orang lain

5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan

perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga

Tindakan :

6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :

Salam, perkenalan diri

Jelaskan tujuan

Buat kontrak

Eksplorasi perasaan klien

6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

Perilaku menarik diri

Penyebab perilaku menarik diri

Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi

Cara keluarga menghadapi klien menarik diri

6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien

untuk berkomunikasi dengan orang lain

6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk

klien minimal satu kali seminggu

6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh

keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Lp Halusinasi

1. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa

Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003

2. Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri.

Jakarta : FIK UI. 1999

3. Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta :

EGC. 1999

4. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :

EGC, 1999

5. Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa,

Jakarta : EGC, 1995

6. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan

Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000