Lp Halusinasi Jadi
Embed Size (px)
description
Transcript of Lp Halusinasi Jadi

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
HALUSINASI
Disusun Oleh :
1. Dessy Tamara P17420113048
2. Desy Krissanti P17420113049
3. Dewi Susilowati P17420113050
4. Elly Rahmawati P17420113051
5. Etika Dharavina P17420113052
6. Gita Prastika P17420113053
7. Ida Kanti Romdani P17420113054
8. Imam Irvani P17420113055
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2014/2015

LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
A. MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian
Halusinasi adalah kesalahan persepsi yang berasal dari lima panca indera yaitu
pendengaran, penglihatan, peraba, pengecap dan penghidu (Stuart & Laria, 2005).
Halusinasi adalah ketidakmampuan klien menilai dan merespon pada realitas, klien tidak
dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan
dan kenyataan, klien tidak mampu memberi respon secara akurat sehingga tampak
berlaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan (Keliat, 2006)
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsangan yang
menimbulkannya atau tidak ada obyek (Sunardi, 2005). Halusinasi adalah gangguan
penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat
terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh
dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima
rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain klien berespon
terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat
dibuktikan (Nasution, 2003).
Halusinasi sebagai “hallucinations are defined as false sensory impressions or
experiences” yaitu halusinasi sebagai bayangan palsu atau pengalaman indera.
(Sundeen's, 2004). Kesimpulannya bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca
indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

Jenis Halusinasi
Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :
1) Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3) Halusinasi penghidung (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4) Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
5) Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6) Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7) Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

2. Etiologi
a. Faktor Prediposisi
Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah:
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal
dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah
koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
3. Manifestasi Klinis
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara
sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan
gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri
tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 1999) :
a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan, Gejala klinis :
1) Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara
3) Gerakan mata cepat
4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan, Gejala klinis :
1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan, Gejala klinis :
1) Cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk).
d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan, Gejala klinis :
1) Pasien mengikuti halusinasi
2) Tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
4. Proses Terjadinya Halusinasi
Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan
yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain. Ada yang
mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran
stimulus yang yang datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini akan
menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar. Bila input ini
dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal atau
patologis, maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscious bisa
dilepaskan dalam bentuk halusinasi. Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai
dengan adanya keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah
retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi
diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna.
Berikut adalah fase dari terjadinya halusinasi
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001) :

1) Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa
yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
diam dan asyik.
2) Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai
lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan
sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf
otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung,
pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
3) Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi
dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan
orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain
dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan
berhubungan dengan orang lain.
4) Consquering
Terjadi pada panik pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak
mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon
lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

5. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Isolasi sosial : menarik diri faktor predisposisi : faktor presipitasi :
1. Biologis 1. Biologis
2. Psikologis 2. Stress lingkungan
3. Sosial budaya 3. Sumber koping
6. Rencana Intervensi
1. SP 1 pasien Halusinasi
Tindakan Keperawatan :
a) Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik
b) Membantu pasien mengenal halusinasi
c) Mengidentifikasi jenis, waktu, isi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi dan
respon klien terhadap halusinasi
d) Mendiskusikan dengan klien tentang apa yang dirasakan jika halusinasi dan
beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
e) Mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi
f) Mengajarkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal rencana kegiatan
harian
Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Fase Orientasi
Perawat : ”Selamat pagi mbak?”
Pasien : “pagi..”
Perawat : “Nama saya perawat..., saya biasa di panggil .... Saya adalah perawat
yang akan merawat mbak disini.
“Saya yang bertanggung jawab merawat mbak dan dinas dari jam 7 pagi
sampai jam 2 siang nanti, jadi kalau ada sesuatu yang diperlukan atau
ingin disampaikan silahkan menyampaikannya pada saya”
Perawat : “kalau boleh tahu nama mbak siapa? Mbak sukanya dipanggil
siapa?”
Pasien : “saya L panggil saja saya mbak L”
Perawat : “baik... mbak L bagaimana perasaanya hari ini?”
Pasien : “saya takut suster”
Perawat : “takut kenapa mbk? Bisa diceritakan kepada saya?”
Pasien : “tadi malam ada yang bisikin saya kalau mau bunuh sayaa sus”
Perawat : “ baiklah mbak, bagaimana kalau kita sekarang berbincang-bincang
tentang masalah mbak?Saya di sini siap membantu mbak L untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi sehingga nantinya saya harapkan
mbak L pada akhirnya dapat menyelesaikan masalah yang ada sendiri
meskipun sudah tidak dirawat di rumah sakit ini.”
Pasien : “iyaa sus”
Perawat : “Kalau mbak L bersedia cerita mengenai masalah mbak L,saya akan
mencoba bersama-sama mbak L mencari solusi masalah yang ada dan
saya akan menjaga rahasia dari masalah yang di alami mbak L,
bagaimana mbak apakah mbak L mau?”
Pasien : “iya sus”
Perawat : “mau di mana mbak kita berbincang-bincang?”
Pasien : “di sini saja sus”
Perawat : “baiklah mbak, mau berapa lama kita berbincang-bincang?”
Pasien : “15 menit saja sus”
Perawat : “okee 15 menit yaa”

2. Fase Kerja
Perawat : “ baik mbak kita mulai perbincangan kita sekarang ya mbak? Tadi
kan mbak bilang kalau ada yang bisikin mbak katanya mau bunuh mbak?
Apakah benar mbak?”
Pasien : “ iyaa sus, saya takut”
Perawat :”Apakah mbak terus-menerus mendengar suara-suara itu? Kapan saja
suara itu terdengar?”
Pasien :” suara itu muncul saat saya sendiri sus”
Perawat :”apakah mbak sudah pernah menanyakan kepada orang lain? Apakah
orang lain juga mendengar suara tersebut?”
Pasien :”belum pernah sus, tapi yang lain pada gak ketakutan ok”
Perawat :”Situasi yang bagaimana yang menurut mbak menjadi pencetus
munculnya suara itu?”
Pasien :”kalau sepi sus”
Perawat :”Berapa kali suara itu terdengar?”
Pasien :”berkali kali sus kalu saya sendiri, apalagi kalau malam hari mau
tidur”
Perawat :”Apakah mbak merasa terganggu dengan suara-suara tersebut?”
Pasien :”iyaa sus, saya takut”
Perawat :”Apakah yang mbak lakukan jika suara-suara itu terdengar?”
Pasien :”saya cuma diam dan menutup telinga”
Perawat :”Apakah dengan cara seperti itu suara-suara tersebut bisa hilang?”
Pasien :”enggak sus, suaranya masih tetap muncul”
Perawat :”begini mbak, jadi menurut cerita mbak tadi dapat disimpulkan bahwa
mbak mengalami masalah halusinasi, yaitu mbak mendengarkan suara-
suara yang sebenarnya tidak ada dan orang lain tidak mendengar.
Perawat :”bagaimana kalau sekarang kita belajar cara-cara untuk mencegah
suara-suara itu muncul?”
Pasien :”iyaa sus saya mau”
Perawat :”jadi mbak ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Yang

pertama dengan cara menghardik, kedua dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain, yang ketiga dengan cara melakukan kegiatan yang
sudah terjadwal dan yang terkhir minum obat dengan teratur”
Pasien :”banyak ya sus”
Perawat :”iyaa, bagaimana kalau hari ini kita belajar cara yang pertama dulu
mbak, yaitu menghardik?”
Pasien :”iya sus”
Perawat :”caranya adalah saat suara-suara tadi itu muncul,langsung mbak L
bilang pergi saya tidak mau dengar... say tidak mau dengar! Kamu suara
palsu! Begitu suara diulang-ulang,dengan telinga kita ditutup yaa Ayo
mbak saya ajari dan peragakan ya?”
Pasien :” (pasien memperagakan)
Perawat :” wah bagus mbak, coba lagi?”
Pasien :”(pasien memperagakan lagi)”
Perawat :”wah bagus ya mbak L sudah bisa”
3. Fase Terminasi
Perawat : “Bagaimana perasaan mbak setelah berbincang-bincang dengan saya
dan telah belajar cara mencegah halusinasi mbak ?”
Pasien :”seneng sus”
Perawat :”kalau suara-suara itu muncul mbak bisa melakukannya yaa?
Bagaimana kalau kita buat jadwal kegiatan harian, mau jam berapa saja
mbak latihanya?”
Pasien :”2kali saja sus, pagi sama malam”
Perawat :”(memasukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian pasien). Baiklah bagaimana kalau besok kita lanjutkan
berdiskusi tentang bagaimana cara untuk mngontrol halusinasi cara yang
kedua?”
Pasien :” iya sus”
Perawat :”mau di mana kita ketemu mbak?”
Pasien :”di kamar saya saja ya sus?”

Perawat :”baik mbak, jam berapa?”
Pasien :”siang ya sus habis makan jam 2?”
Perawat :“baiklah, untuk hari ini kita sudahi dulu ya mbak, terimakasih selamat
pagi mbak”
2. SP 2 Pasien Halusinasi
Tindakan Keperawatan :
Melatih halusinasidengan cara bercakap-cakapdenganoranglain
1. Fase Orientasi
Perawat :“Selamat siang, mbak L ! masih ingat dengan saya?
Pasien :”siang suster,”
Perawat :” Bagaimana kabarnya? Masih ingat kan, saya perawat... yang kemarin.”
Pasien :”ya sus, susteryang kemarin ya”
Perawat :”iyaa.. Apa yang mbak rasakan hari ini? Apakah suara-suaranya masih
sering muncul?”
Pasien :”terkadang masih muncul suster”
Perawat :”apakah mbak sudah berlatih tentang cara kemarin?”
Pasien :”sudah kemarin susu”
Perawat :”coba sekarang bagaimana kalau diulang bagaimana caranya mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik?”
Pasien : (pasien memperagakan)
Perawat :”bagusss, mbak sudah lancar ya”
Perawat :“baiklahseperti janji saya kemarin ya mbak, bahwa hari ini kita akan
berlatih mengontrol halusinas cara yang kedua?
Pasien :”iya sus”
Perawat :”mau latihan berapa menit mbak?
Pasien :”ya, 5 menit sus”
Perawat :”Bagaimana kalau nanti kita berbincang-bincang selama 15 menit saja
mbak?
Pasien :”yaudah sus, terserah suster”
Perawat :” Baik, kita akan bercakap-cakap di ruangan ini, sesuai janji kita

kemarin, bagaimana mbak?.”
Pasien :”ya suster “
2. Fase Kerja
Perawat :”untuk cara yang kedua dalam mengontrol halusinasi adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain mbak”
Pasien :”bagaimana sus”
Perawat :”begini, jadi kalau mbak mulai mendengar suara-suara seperti kemarin
yang sering muncul, mbak langsung saja cari teman diajak ngobrol, minta
teman untuk mengobrol dengan mbak caranya begini “tolong, sayamulai
mendengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya!” atau kalau ada orang
dirumah misalnya kakak mbak L, katakan “kak ayo ngobrol dengan saya,
saya sedang dengar suara-suara.” Begitu?”
Pasien :”gitu sus”
Perawat :”ayo sekarang mbal lakukan seperti yang saya ajarkan tadi?”
Pasien :”(pasien meperagakan)”
Perawat :”bagus, coba sekali lagi mbak?”
Pasien :”(pasien memperagakan)”
Perawat :”baguss, nah latihan terus yaaa, disini mbak bisa mengajak perawat atau
pasien lain untuk bercakap-cakap”
3. Fase terminasiPerawat :”bagaimana perasaanya setelah latihan ini?”
Pasien :”seneng sus, ternyata ada banyak cara untuk mencegah halusinasi”
Perawat :”ityaa mbak, jadi sudah ada berapa cra yang kita pelajari untuk mencegah
suara-suara itu?”
Pasien :”dua sus,”
Perawat :”apa saja mbak?”
Pasien :”kemarin cara menghardik dan ini bercakap-cakap dengan orang lain”
Perawat :”baguss, cobalah kedua cara ini klau suaranya muncul lagi yaa?”
Pasien :”iya sus”

Perawat :”bagaimana kalau sekarang kita masukkan kedalam jadwal kegiatan mbak
L?”
Pasien :”iyaa mbak”
Perawat :”mau berapa kali mbak?”
Pasien :”2 kali saja sus, kayak kemarin”
Perawat :”baiklah mbak, nanti lakuakan secara teratur yaa kalau suara-suara itu
muncul”
Pasien :”iyaaa”
Perawat :”besok kita ketemu lagi, untuk latihan cara yang ketiga, bagaimana
mbak?”
Pasien :”iyaa sus”
Perawat :”mau dimana lagi mbak?”
Pasien :”di taman lah sus ganti”
Perawat :”baiklah mbak, jm berapa?”
Pasien :”jam 8 pagi yaa?”
Perawat :”okee, sampai ketemu besok yaa mbak, terimakasih untuk hari ini”
Pasien :”sama-sama suster”
3. SP 3 Pasien Halusinasi
Tindakan Keperawatan :
Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan aktivitas terjadwal.
Perawat : “Selamat pagi bu ?”
Pasien : “Pagi”
Perawat : “bagaimana perasaan ibu hari ini?”
Pasien : “Baik”
Perawat : “Apakah suara-suaranya mulai muncul?”
Pasien : “Masih, kadang”
Perawat : “Apakah sudah dipakai dua cara yang sudah kita latih?”
Pasien : “Sudah kok sus”
Perawat : “Bagaimana hasilnya?”
Pasien : “lumayan berkurang sus”

Perawat : “Bagus! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk
mencegah halusinasi yaitu melakukan aktivitas terjadwal. Mau dimana bu
kita bicara?”
Pasien : “ruang tamu saja.”
Perawat : “Baik, mari bu kita duduk di ruang tamu.”
Pasien : “iya”
Perawat : “Berapa lama kita bicara bu ?”
Pasien : “emm, terserah sus”
Perawat : “Bagaimana kalau 30 menit”
Pasien : “iya sus”
Perawat :” baik, apa saja yang biasa ibu lakukan?”
Pasien : “ya banyak sus”
Perawat : “kalau pagi-pagi apa kegiatannya bu?”
Pasien : “bangun tidur terus merapikan tempat tidur, lalu senam, selanjutnya
sarapan, kerja bakti bareng-bareng terus mandi. Itu sus kegiatannku kalau
pagi.”
Perawat : “lalu jam berikutnya apa bu?”
Pasien : “ya dari jam 10 sampai jam 12 nganggur sus.”
Perawat : “lalu setelah jam 12 kegiatannya apa saja bu?”
Pasien : “ya makan siang sus, trs nonton TV, kadang juga tidur 1-2 jam trs jam 3-
5 nganggur sus, gak ngapa-ngapain.”
Perawat : “lalu setelah jam 5 nganapin lagi bu?”
Pasien : “ya mandi sus, terus makan, terus gak ngapa-ngapain sus, lalu jam 9 saya
tidur sus”
Perawat : “waahhh...banyak sekali ya pak kegiatannya ! Mari kita latih dua
kegiatan hari ini. Bagaimana bu?”
Pasien : “iya sus. “
Perawat : “diantara kegiatan-kegiatan bapak tersebut kan masih ada waktu kosong
bu, bagaimana kalau waktu yang kosong tersebut kita isi kegiatan lagi?”
Pasien : “iya tidak apa-apa sus.”
Perawat : “tadi ibu mengatakan kalau pukul 10 sampai pukul 12 tidak melakukan

kegiatan apa-apa kan buk? Bagaimana kalau kita isi dengan kegiatan
membuat kerajinan tangan bunga bersama-sama dengan teman lainnya di
ruang kerajinan?”
Pasien : “iya sus”
Perawat : “lalu pukul 4 sore kan juga ada waktu luang ya bu? Bagaimana kalo kita
tambah kegiatan dengan menyiram tanaman. Alat untuk meniram tanaman
juga sudah tersedia di dekat kamar mandi taman bu. Bagaimana buk
apakah ibu setuju?”
Pasien : “iya sus setuju. “
Perawat : “Kegiatan ini dapat ibu lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul.
Kegiatan lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ibu ada
kegiatan.”
Pasien : “oh..begitu ya sus? Iya iya saya paham sus.”
Perawat : “iya bu. Lalu sekarang bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-
cakap cara yang ketiga untuk mencegah suara-suara?”
Pasien : “iya seneng sus. Ternyata menyibukkan diri untuk melakukan kegiatan
dapat menghilangkan suara-suara.”
Perawat :”Bagus sekali ! coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah
suara-suara muncul.”
Pasien : “yang pertama kemarin menghardik, lalu bercakap-cakap dengan teman,
lalu ini melakukan aktivitas terjadwal.”
Perawat : “wah bagus sekali ibuk bisa menjawab pertanyaan dengan benar.
Sekarang mari kita masukkan dalam aktivitas harian?”
Pasien : “iya sus,”
Perawat : “jam 10 sampai jam 12 diisi dengan kegiatan membuat kerajianan
tangan, lalu jam 4 diisi dengan kegiatan menyiram tanaman ya bu.
Lakukan sesuai jadwal ya bu.”
Pasien : “iya sus, saya mulai nanti ya sus dari menyiram tanaman.”
Perawat : “iya buk. Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas
cara minum obat yang baik serta guna obat. Jam 12 ya buk. Sekitar 15
menit saja. Kita ketemu diruang makan ya buk. Sampai jumpa bu.”

Pasien : “iya sus”
4. SP 4 Pasien Halusinasi
Tindakan Keperawatan : melatih minum obat secara teratur
Perawat :” selamat siang bu, bagaimana perasannya siang ini?”
Pasien : “baik sus”
Perawat : apakah suara-suaranya masih muncul bu?
Pasien : dari tadi pagi belum sus
Perawat : apakah jadwal kegiatannya sudah dilakukan?
Pasien : sudah sus, tadi saya ikut membuat kerajinan tangan
Perawat :wah..hebat sekali ibu. apakah tadi pagi setelah sarapan sudah minum obat
bu?
Pasien : iya sus, minum
Perawat : baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatn yang ibu
minum. Kita akan berdiskusi selam 15 menit ya bu sambil menunggu
makan siang. Disini saja ya?
Pasien : iya sus
Perawat : ibu, kalau boleh saya tahu. Ibu merasakan perbedaan apa tidaj setelah
minum obat secara teratur?
Pasien : emm...beda apa tidak ya sus? Kayaknya tidak sus.
Perawat : apakah suara-suara itu berkurang atau hilang bu?
Pasien : iya berkurang sus setelah latihan kemarin dengan yang tadi
Perawat : sebenarnya itu pengaruh dari obat juga bu, minum obat sangat penting
agar suara-suara yang ibu dengar dan mengganggu selama ini tidak
muncul lagi.
Pasien : oh...begitu ya sus?
Perawat : iya buk. Berapa macam obat yang ibu minum?
Pasien : 3 sus
Perawat : (sambil menunjukkan obat) Yang 3 warna seperti ini ya bu?
Pasien : oh iya sus itu
Perawat : nah..ini yang berwarna orange gunanya untuk menghilangkan suara-

suara. Kalau obat yang warnanya putih ini gunanya agar ibu merasa rileks
dan tidak kaku-kaku. Untuk obat yang warnany merah jambu ini gunanya
untu menenangkan pikiran dan menghilangkan suara-suara.
Pasien : ohh..begitu toh su?
Perawat : iya bu. Obat-obat ini diminum 3 x sehari. Yaitu setiap pukul 7 pagi
setelah sarapan, pukul 1 siang setelah makan siang dan pukul 7 malam
setelah makan malam.
Pasien : iya sus, mengerti
Perawat : kalau suara-suaranya sudah hilang obatnya tidak boleh dihentikan ya
buk, sebab kalau putus obat ibu akan kambuh lagi dan sulit untuk sembuh
seperti keadaan semula.
Pasien : ohh..
Perawat : kalau obatnya habis ibu bisa minta ke dokter atau perawat untuk
mendapat obatnya. Dan ibu juga harus teliti minum obat-obatan ini.
Pastikan obatnya benar artinya ibu harus memastikan bahwa itu obat yang
benar-benar obat ibu. Jangan sampai keliru dengan obat orang lain. Baca
nama nama kemasannya apakah sesuai dengan nama ibu atau tidak.
Pastikan obatnya diminum pada waktunya ya bu dengan cara yang benar
yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya.
Pasien : iya iya sus
Perawat : ibu juga harus perhatikan juga berapa jumlah obatnya sekali minum.
Jangan sampai kurang dan jangan sampai lebih ya bu.
Pasien : iya sus.
Perawat : saya sarankan ibu juga lebih banyak minum air putih ya bu 8-10 gelas
sehari tujuannya agar tidak dehidrasi juga agar bibir ibu tidak pecah-
pecah. Begitu y ibu apa ibu paham atau ada yang ingin ditanyakan?
Pasien : paham sus
Perawat : sekarang bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap mengenai
obat?
Pasien : ya saya paham sus apa fungsinya obat tersebut
Perawat : sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara itu muncul

bu ?
Pasien : 4 ya sus
Perawat : iya benar 4. Coba sebutkan bu apa aja?
Pasien : yang pertama menghardik, lalu bercakap-cakap dengan orang lain lalu
melakukan aktivitas terjadwal lalu minum obat.
Perawat : benar sekali ibu. Sekarang mari kita masukkan jadwal minum obatnya
pada jadwal kegiatan harian. Pukul 7 pagi, 1 siang dan 7 malam ya bu
setelah makan. Jangan lupa ya bu kalau sudah waktuny minum obat ibu
bisa minta obatnya kepada perawat atau kalau dirumah minta dengan
keluarga di rumah. Nahh..makanan sudah datang bu, sekarang silahkan ibu
makan, dan jangan lupa obatnya diminum yaaa..
Pasien : iya sus
Perawat : besok kita bertemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara
yang telah kita bicarakan. Mau pukul berapa bu?
Pasien : jam 10 ya sus
Perawat : baik bu, pukul 10 ya. Bagaimana kalau kita bertemu di taman?
Pasien : iya sus boleh boleh..
Perawat : ibu selamat makan dan minum obat ya. Sampai jumpa!
5. SP 1 Keluarga
Tindakan Keperawatan : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat
pasien halusinasi.
ORIENTASI:
“Selamat pagi Bapak/Ibu!”“Saya yudi perawat yang merawat Bapak”
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Bapak?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang Bapak alami dan bantuan apa yang
Ibu bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama waktu Ibu?
Bagaimana kalau 30 menit”

KERJA:
“Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak Apa yang Ibu lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh Bapak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau
melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak
ada.”
“Kalau Bapak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara
untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain:
Pertama, dihadapan Bapak, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan
saja Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan,
tetapi Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya”.
”Kedua, jangan biarkan Bapak melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi
akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan
keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah
melatih Bapak untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Ibu pantau
pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!”
”Ketiga, bantu Bapak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa
konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih Bapak untuk minum obat
secara teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang
orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum
3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP
gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP
gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu
diminum untuk mencegah kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi Bapak dengan
cara menepuk punggung Bapak. Kemudian suruhlah Bapak menghardik suara tersebut.
Bapak sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bapak. Sambil menepuk punggung Bapak,
katakan: bapak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-

suara itu datang? Ya..Usir suara itu, bapak Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu
”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, pak”
”Sekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus Bu”
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi
Bapak?”
“Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat bapak?”
”Bagus sekali Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak?”
”Jam berapa kita bertemu?” Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi
6. SP 2 Keluarga
Tindakan Keperawatan : Melatih keluarga praktik merawat pasien langsung di hadapan
pasien. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat
pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
ORIENTASI:
“Selamat pagi”
“Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?”
”Apakah Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi Bapak yang
sedang mengalami halusinasi?Bagus!”
” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara memutus
halusinasi langsung dihadapan Bapak”.
”mari kita datangi bapak”
KERJA:
”Selamat pagi pak” ”pak, istri bapak sangat ingin membantu bapak mengendalikan suara-
suara yang sering bapak dengar. Untuk itu pagi ini istri bapak datang untuk
mempraktekkan cara memutus suara-suara yang bapak dengar. pak nanti kalau sedang
dengar suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka Ibu akan mengingatkan
seperti ini” ”Sekarang, coba ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang bapak
alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung bapak lalu suruh bapak

mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut” (saudara
mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien)Bagus sekali!Bagaimana pak?
Senang dibantu Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat jadwal harian bapak. (Pasien
memperlihatkan dan dorong istri/keluarga memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan
istri bapak ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk
melakukan terminasi dengan keluarga
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung
dihadapan Bapak?”
”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Bu. ibu dapat melakukan cara itu bila Bapak
mengalami halusinas”.
“bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal kegiatan
harian Bapak. Jam berapa Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa.”
7. SP 3 keluarga
Tindakan Keperawatan : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
ORIENTASI
“Selamat pagi Bu, sesuai dengan janji kita kemarin dan sekarang ketemu untuk
membicarakan jadual bapak selama dirumah”
“Nah sekarang kita bicarakan jadwal bapak di rumah? Mari kita duduk di ruang tamu!”
“Berapa lama Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”
KERJA
“Ini jadwal kegiatan bapak yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan. Coba Ibu lihat
mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan?” Bu
jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum
obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh bapak
selama di rumah.Misalnya kalau bapak terus menerus mendengar suara-suara yang
mengganggu dan tidak memperlihatkan

perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain.
Jika hal ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan ulang dan di
berikan tindakan”
TERMINASI
“Bagaimana Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara merawat bapak
di rumah !” Bagus(jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya untuk
dibawa pulang. Selanjutnya, silahkan ibu menyelesaikan administrasi yang di butuhkan.
Kami akan siapkan bapak untuk pulang”.

DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa . Jakarta: EGC.
Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa . Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press.
Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan Keluarga , Edisi
I. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Jakarta: EGC.
Anonim.2008. Askep Halusinasi. Dimuat dalam
http://augusfarly.wordpress.com/2008.08/21askep-halusinasi/. (diakses : 2 April
2015)