Lp Halusinasi

26
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DI RUANG VIP, KELAS I, II DAN RBD RSJD SAMBANG LIHUM Tanggal 07 Agustus s/d 19 September 2015 Oleh : Sari Dewi Intan Kumala, S.Kep NIM I14111031

description

lp halusinansi

Transcript of Lp Halusinasi

Page 1: Lp Halusinasi

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI

DI RUANG VIP, KELAS I, II DAN RBD

RSJD SAMBANG LIHUM

Tanggal 07 Agustus s/d 19 September 2015

Oleh :

Sari Dewi Intan Kumala, S.Kep

NIM I14111031

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2015

Page 2: Lp Halusinasi

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI

DI RUANG VIP, KELAS I DAN II

RSJD SAMBANG LIHUM

Tanggal 07 Agustus s/d 19 September 2015

Oleh:

Sari Dewi Intan Kumala, S.Kep

NIM I14111031

Gambut, September 2015

Mengetahui,

a.n Koordinator Stase Keperawatan Jiwa Pembimbing Lahan

Mutia Rahmah, S.Kep,Ns Murliani , S.Kep,Ns NIK. 1990 2015 1 172 NIP. 19781015 199803 2 001

Page 3: Lp Halusinasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Halusinasi

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan

rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Pasien

memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan akan adanya objek atau

rangsangan yang nyata. Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada

rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi semua sistem penginderaan

dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu baik.

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.

Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung,

tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat

yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan

pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa

bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat

seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia

menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak.

Macam-macam halusinasi (Menurut Stuart, 2007):

a. Halusinasi dengar (akustik, auditorik), pasien itu mendengar suara yang

membicarakan, mengejek, menertawakan, atau mengancam padahal tidak

ada suara di sekitarnya.

b. Halusinasi lihat (visual), pasien itu melihat pemandangan orang, binatang

atau sesuatu yang tidak ada.

c. Halusinasi bau / hirup (olfaktori). Halusinasi ini jarang di dapatkan. Pasien

yang mengalami mengatakan mencium bau-bauan seperti bau bunga, bau

kemenyan, bau mayat, yang tidak ada sumbernya.

d. Halusinasi kecap (gustatorik). Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi

bau / hirup. Pasien itu merasa (mengecap) suatu rasa di mulutnya.

Page 4: Lp Halusinasi

e. Halusinasi singgungan (taktil, kinaestatik). Individu yang bersangkutan

merasa ada seseorang yang meraba atau memukul. Bila rabaab ini

merupakan rangsangan seksual halusinasi ini disebut halusinasi heptik.

Rentang Respon Neurobiology

Respon adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis

Persepsi akurat

Emosi konsisten

dengan

pengalaman

Perilaku sesuai

Hubungan sosial

harmonis

Kadang-kadang

proses pikir

terganggu (distorsi

pikiran

Ilusi

Menarik diri

Reaksi emosi >/<

Perilaku tidak biasa

Waham

Halusinasi

Sulit berespons

Perilaku

disorganisasi

Isolasi sosial

B. Core of Problem

C. Etiologi Halusinasi

a. Faktor predisposisi

Resiko Tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

CP : Perubahan persepsi sensori: Halusinasi Auditori dan Visual

Isolasi sosial : menarik diri

Page 5: Lp Halusinasi

1) Faktor perkembangan

Tugas perkembangan pasien yang terganggu misalnya rendahnya

kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu

mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan

terhadap stress.

2) Faktor sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi

(unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya

pada lingkungannya.

3) Faktor biokimia

Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam

tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik

neurokimia seperti Buffofenon dan dimetytranferase (DMP). Akibat

stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter

otak.

4) Faktor psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah

terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada

ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi

masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari

alam nyata menuju alam khayal.

5) Faktor genetik dan pola asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh

orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi

menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat

berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor presipitasi

Page 6: Lp Halusinasi

Respons pasien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,

persaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku merusak diri, kurang

perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat

membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.

Secara umum pasien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan

setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak

berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor

dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan

(Keliat, 2006).

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan

halusinasi adalah:

1. Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang

mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu

masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara

selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk

diinterpretasikan.

2. Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap

stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

3. Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi

stressor.

D. Tanda dan Gejala

Page 7: Lp Halusinasi

Halusinasi berkembang melalui 4 fase, yaitu sebagai berikut:

a. Fase pertama

Disebut juga dengan fase comporting yaitu fase menyenangkan. Pada

tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.

Karakteristik: pasien mengalami stress, cemas perasaan perpisahan,

rasa bersalah, kesepian, yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan.

Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini

hanya menolong sementara.

Perilaku pasien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,

menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal

yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.

b. Fase kedua

Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi

menjadi menjijikkan, termasuk dalam psikotik ringan.

Karakteristik: pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan,

kecemasan meningkat, melamun, dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai

dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Pasien tidak ingin orang lain tahu,

dan ia tetap dapat mengontrolnya.

Perilaku pasien: meningkatnya tanda-tanda system saraf otonom

seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Pasien asyik dengan

halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.

c. Fase ketiga

Yaitu fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori

menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.

Karakteristik: bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,

menguasai dan mengontrol Pasien. Pasien menjadi terbiasa dan tidak

berdaya terhadap halusinasinya.

Perilaku pasien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian

hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa pasien

berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.

d. Fase keempat

Page 8: Lp Halusinasi

Yaitu fase conquering atau panik yaitu pasien lebur dengan

halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat.

Karakteristik: halusinasinya berubah menjadi mengancam,

memerintah, dan memarahi pasien.Paslien menjadi takut, tidak berdaya,

hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain

di lingkungan.

Perilaku pasien: perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri,

perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau kakatonik, tidak mampu

merespons terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berepons lebih

dari satu orang.

E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :

1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik

Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan

pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan

secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien

disentuh atau dipegang. Pasien jangan diisolasi baik secara fisik atau

emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah

dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien

diberitahu.

Pasien diberitahu tindakan yang akan dilakukan. Di ruangan itu

hendaknya disediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan

mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam

dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.

2. Melaksanakan program terapi dokter

Sering kali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan

rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara

persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan

betul ditelannya, serta reaksi obat yang diberikan.

3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada

Page 9: Lp Halusinasi

Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat

menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi

serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga

dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan

pasien.

4. Memberi aktivitas pada pasien

Pasien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,

misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat

membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk

hubungan dengan orang lain. Pasien diajak menyusun jadwal kegiatan dan

memilih kegiatan yang sesuai.

5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan

Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data

pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses

keperawatan, misalnya dari percakapan dengan pasien diketahui bila sedang

sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang

lain didekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan

agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau

aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya diberitahukan pada keluarga

pasien dan petugas lain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran

yang diberikan tidak bertentangan.

Penatalaksanaan Medis

Kelompok obat yang umum dipakai untuk terapi obat gangguan psikotik

antara lain:

Kelas Kimiawi Nama Generik (Dagang) Dosis HarianFenotiazin Asetofenazin (Tindal)

Klorpromazin (Thorazine)

Flufenazin (Prolixin, Permitil)

Mesoridazin (Serentil)

Perfenazin (Trilafon)

Proklorperazin (Compazine)

60-120 mg

30-800 mg

1-40 mg

30-400 mg

12-64 mg

15-150 mg

Page 10: Lp Halusinasi

Promazin (Sparine)

Tioridazin (Mellaril)

Trifluoperazin (Stelazine)

Triflupromazin (Vesprin)

40-120 mg

150-800 mg

2-40 mg

60-150 mg

Tioxanten Klorprotixen (Teractan)

Tiotixen (Navane)

75-600 mg

8-30 mg

Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg

Dibenzodiazepin Klozapin (Clozaril) 300-900 mg

Dibenzoxazepin Loxapin (Loxitane) 20-250 mg

Dihidroindolon Molindin (Moban 15-225 mg

F. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif

Halusinasi pendengaraan Bicara atau tertawa sendiri

Marah-marah tanpa sebab

Mengarahkan telinga ke arah

tertentu

Menutup telinga

Mendengar suara atau

kegaduhan

Mendengar suara yang

mengajak bercakap-cakap

Mendengar suara yang

menyuruh melakukan

sesuatu yang berbahaya

Halusinasi penglihatan Menunjuk-nunjuk ke arah

tertentu

Ketakutan kepada sesuatu

yang tidak jelas

Melihat banyangan, sinar

bentuk geometris, bentuk

kartoon, melihat hantu atau

monster

Halusinasi penghidu Menghidu seperti sedang

mambaui bau-bauan tertentu

Menutup hidung

Membaui bau-bauan seperti

bau darah urine, feses kadang-

kadang bau itu menyenangkan

Halusinasi pengecap Sering meludah

Muntah

Merasakan rasa seperti darah,

urine atau feses

Halusinasi perabaan Menggaruk-garuk kulit Menyatakan ada serangga

di permukaan kulit

Merasa tersengat listrik

G. Diagnosa Keperawatan

Page 11: Lp Halusinasi

1. Halusinasi

2. Isolasi sosial

3. Harga diri rendah

4. Risiko Perilaku kekerasan

Page 12: Lp Halusinasi

Rencana Tindakan Keperawatan (untuk Masalah Keperawatan Utama)

Dx Keperawatan

PerencanaanRasional

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Halusinasi (lihat/dengar/ penghidu/raba/kecap)

TUM: Pasien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminyaTUK 1 :

Pasien dapat membina hubungan saling percaya

1. Pasien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat : Ekspresi wajah

bersahabat. Menunjukkan rasa senang. Ada kontak mata. Mau berjabat tangan. Mau menyebutkan nama. Mau menjawab salam. Mau duduk berdampingan

dengan perawat. Bersedia mengungkapkan

masalah yang dihadapi.

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik : Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun

non verbal Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan

perawat berkenalan Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan

yang disukai pasien Buat kontrak yang jelas Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap

kali interaksi Tunjukan sikap empati dan menerima apa

adanya Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan

kebutuhan dasar pasien Tanyakan perasaan klien dan masalah yang

dihadapi pasien Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi

pasien.

Hubungan saling percaya merupakan langkah awal menentukan keberhasilan rencana selanjutnya.

Page 13: Lp Halusinasi

TUK 2 :Pasien dapat mengenal halusinasinya

2. Pasien mampu menyebutkan : Isi Waktu Frekuensi Situasi dan kondisi yang

menimbulkan halusinasi

Adakan kontak sering dan singkat secara bertahapObservasi tingkah laku pasien terkait dengan halusinasinya

(dengar / lihat / penghidu / raba / kecap)*, jika menemukan pasien yang sedang halusinasi: Tanyakan apakah pasien mengalami

sesuatu ( halusinasi dengar/ lihat/ penghidu /raba/ kecap )

Jika pasien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminya

Katakan bahwa perawat percaya pasien mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri tidak mengalaminya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi)

Katakan bahwa ada pasien lain yang mengalami hal yang sama.

Katakan bahwa perawat akan membantu pasien

Jika pasien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan pasien: Isi, waktu dan frekuensi terjadinya

halusinasi (pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadang – kadang )

Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi

Untuk mengurangi kontak pasien dengan halusinasinya dengan mengenal halusinasi akan membantu mengurangi dan menghilangkan halusinasi.

2. Pasien mampu menyatakan perasaan dan responnya saat mengalami halusinasi : Marah Takut Sedih Senang

Diskusikan dengan pasien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.

Diskusikan dengan pasien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut.

Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila pasien menikmati halusinasinya.

Mengenalkan pada pasien terhadap halusinasinya dan mengidentifikasi faktor pencetus halusinasinya.

Page 14: Lp Halusinasi

CemasTUK 3 :Pasien dapat mengontrol halusinasinya

3.1. Pasien mampu menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya

3.2. Pasien mampu menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi

3.3. Pasien mampu dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasi (dengar/lihat/penghidu/raba/kecap)

3.4. Pasien mampu melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasinya

3.5. Pasien mampu mengikuti terapi aktivitas kelompok

3.1. Identifikasi bersama pasien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri dll)3.2. Diskusikan cara yang digunakan pasien, Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian. Jika cara yang digunakan maladaptif

diskusikan kerugian cara tersebut3.3. Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol timbulnya halusinasi : Katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak

nyata ( “saya tidak mau dengar/ lihat/ penghidu/ raba /kecap pada saat halusinasi terjadi)

Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk menceritakan tentang halusinasinya.

Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari hari yang telah di susun.

Meminta keluarga/teman/ perawat menyapa jika sedang berhalusinasi.

3.4 Bantu pasien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya.

3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih.

3.6. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih , jika berhasil beri pujian

3.7. Anjurkan pasien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi

Menentukan tindakan yang sesuai bagi pasien untuk mengontrol halusinasinya

Page 15: Lp Halusinasi

TUK 4 :Pasien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya

4.1. Keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat

4.2. Keluarga mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendali kan halusinasi

4.1 Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat dan topik)

4.2 Diskusikan dengan keluarga ( pada saat pertemuan keluarga/ kunjungan rumah) Pengertian halusinasi Tanda dan gejala halusinasi Proses terjadinya halusinasi Cara yang dapat dilakukan pasien dan

keluarga untuk memutus halusinasi Obat- obatan halusinasi Cara merawat anggota keluarga yang

halusinasi di rumah ( beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama, memantau obat – obatan dan cara pemberiannya untuk mengatasi halusinasi )

Beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari bantuan jika halusinasi tidak tidak dapat diatasi di rumah

Keluarga merupakan orang terdekat yang bisa membantu pasien meningkatkan pengetaahuan keluarga dan cara merawat pasien halusinasi

TUK 5 :Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik

5.1. Pasien mampu menyebutkan; Manfaat minum obat Kerugian tidak minum

obat Nama,warna,dosis, efek

terapi dan efek samping obat

5.2. Pasien mampu mendemontrasikan penggunaan obat dengan benar

5.3. Pasien mampu menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter

5.1 Diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama , warna, dosis, cara , efek terapi dan efek samping penggunan obat

5.2 Pantau pasien saat penggunaan obat5.3 Beri pujian jika pasien menggunakan obat dengan

benar5.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa

konsultasi dengan dokter5.5 Anjurkan pasien untuk konsultasi kepada

dokter/perawat jika terjadi hal – hal yang tidak di inginkan .

Meningkatkan pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat. Mengetahui reaksi setelah min um obat. Ketetapan prinsip 5 benar minum obat membantu penyembuhan dan menghindari kesalahan minum obat serta membantu tercapainya standar

Page 16: Lp Halusinasi
Page 17: Lp Halusinasi

H. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Pasien Keluarga

Halusinasi SP I1. Mengidentifikasi jenis

halusinasi pasien2. Mengidentifikasi isi

halusinasi pasien3. Mengidentifikasi waktu

halusinasi pasien4. Mengidentifikasi

frekuensi halusinasi pasien5. Mengidentifikasi situasi

yang menimbulkan halusinasi 6. Mengidentifikasi

respons pasien terhadap halusinasi

7. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan menghardik

8. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

SP I1. Mendiskusikan masalah

yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya

3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi

SP II1. Memvalidasi masalah

dan latihan sebelumnya.2. Melatih pasien cara

kontrol halusinasi dengan berbincang dengan orang lain

3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

SP II1. Melatih keluarga

mempraktekkan cara merawat pasien dengan halusinasi

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien halusinasi

SP III1. Memvalidasi masalah

dan latihan sebelumnya.2. Melatih pasien cara

kontrol halusinasi dengan kegiatan (yang biasa dilakukan pasien).

3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

SP III1. Membantu keluarga

membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)

2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

SP IV1. Memvalidasi masalah

dan latihan sebelumnya.2. Menjelaskan cara

kontrol halusinasi dengan teratur minum obat (prinsip 5 benar minum obat).

3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

Page 18: Lp Halusinasi

DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati dan Hartono . Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika, 2010.

Maramis, W.f. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University Press, 2005.

Nita Fitria. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika, 2009.

Rasmun. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API). Jakarta : Fajar Interpratama, 2001.

Stuart dan Sundeen . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC, 2005. 

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Jakarta: EGC, 2007.