LP Halusinasi
Transcript of LP Halusinasi
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI PENDENGARAN
A. Kasus (Masalah Utama)
Perubahan sensori persepsi perceptual : halusinasi
B. Proses Terjadinya masalah
1. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera
seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun. (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah
dan pola diri stimulus yang mendekat yang diperkasai secara internal atau eksternal
disertai dengan suatu pengurangan berlebihan distrarsi atau kelainan berespon terhadap
stimulus (Nurjanah, 2004).
Menurut Aziz (2003) halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai
adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai suatu yang “khayal”. halusinasi
sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yang “terepsi”. Halusinasi
dapat terjadi karena dasar-dasar organik fungsional, psikotik maupun histerik.
Halusinasi adalah gangguan pencerpan (persepsi) panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan dimana terjadi
pada saat kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart & Sundeen, 1998).
Kondisi dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah atau pola dari
stimuli yang dating dikaitkan dengan penurunan, berlebihan, distorsi atau kerusakan
respon terhadap stimulasi (Nurjannah, 2004).
Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan
persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizophrenia). Bentuk halusinasi ini bisa
berupa suara-suara bising atau mendengung. Tetapi paling sering berupa kata-kata yang
tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien
menghasilkan respon tertentu seperti : bicara sendiri, bertengkar atau respon lain yang
membahayakan. Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan
mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati.
Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor dari gangguan
schizophrenia atau satu syarat diagnostik minor untuk metankolia involusi, psikosa mania
depresif dan syndrome otak organic.
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi (Aziz, 2003)
dengan karakteristik tertentu, diantaranya:
a. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik)
Halusinasi dengar merupakan persepsi sensori yang salah terhadap stimulus dengar
eksternal yang tidak mampu di identifikasi.
Halusinasi dengar merupakan adanya persepsi sensori pada pendengaran individu
tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata (Stuart dan Sundeen, 2006).
Tanda dan gejala:
Prilaku pasien yang teramati adalah sebagai berikut:
1) Melirikan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang
berbicara.
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang
berbicara atau kepada benda mati seperti mebel, tembok dll.
3) Terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak tampak.
4) Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara.
b. Halusinasi penglihatan (visual, optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya sering
muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat
gambaran- gambaran yang mengerikan.
c. Halusinasi penciuman (olfaktorik)
Biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak,
melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai pengalaman
yang dianggap penderita sebagai suatu kondisi moral
d. Halusinasi pengecapan (Gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman, penderita
merasa mengecap sesuatu
e. Halusinasi raba (taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau atau seperti ada ulat yang bergerak di bawah kulit
f. Halusinasi seksual, ini termasuk halusinasi raba
Penderita merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizoprenia denagn waham
kebesaran terutama mengenai organ-organ
g. Halusinasi kinestetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam sutau ruangan atau anggota
badannya yang bergerak-gerak, misalnya ”phantom phenomenon” atau tungkai yang
diamputasi selalu bergerak-gerak
h. Halusinasi viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan keparahannya.
Stuart & Laraia (2001) membagi fase halusinasi dalam empat fase berdasarkan tingkat
ansietas yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirnya. Semakin erat fase
halusinasi, klien semakin berat mengalami ansietas dan semakin dikendalikan oleh
halusinasinya. Fase-fase tersebut adalah sebagai berikut:
a. Fase I: Comforting
Ansietas sedang, halusinasi menyenangkan
Karakteristik: klien mengalami persaan mendalam seperti ansietas, kesepian,
rasa bersalah, dan takut, serta mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan
untuk meredakan ansietas. Individu mengenali bahwa pikiran-pikiran dan
pengalaman sensori berbeda dalam kendali kesadaranjika ansietas dapat ditangani.
Merupakan non psikosis
Perilaku klien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan
bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, jika
sedang asyik dengan halusinasinya, diam dan asyik sendiri.
b. Fase II: Condeming
Ansietas berat, halusinasi menjadi menjijikkan. Karakteristik: pengalaman
sensori yang menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dsan mungkin
mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien
mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari
orang lain.
Merupakan halusinasi dan psikosis ringan. Perilaku klien: meningkatkan
tanda-tanda system saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan denyut
jantung, pernafasan dan tekanan darah. Rentang perhatian klien menyempit, asyik
dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi
dan realita.
c. Fase III: Controlling
Ansietas berat, pengalaman sensori menjadi berkuasa. Karakteristik: klien
menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi
tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami pengalaman
kesepian jika sensori halusinasi berhenti. Merupakan halusinasi pada keadaan
psikosis.
Perilaku klien kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti.
Klien mengalami kesukaran berhubungan dengan dengan orang lain dan rentang
perhatian hanya beberapa detik atau menit. Klien menunjukkan adanya tanda-tanda
fisik ansietas berat yaitu berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase IV: Conquering
Panik, umumnya menjadi melebar dalam halusinasinya.. Karakteristik:
pengalaman sensori menjadi mengancam, jika klien mengikuti perintah halusinasi
halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intrevensi terapeutik.
Merupakan halusinasi pada keadaan psikosis berat.
Perilaku klien: perilaku terror akibat panik. Klien berpotensi kuat untuk
melakukan suicide atau homicide. Aktivitas fisik klien merefleksikan isi halusinasi
seperti perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonia, klien tidak mampu
berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu
orang.
2. Rentang Respon
Halusinasi merupakan respon maladaptive individu yang berada dalam rentang
respon neurologi (Stuart, 2001). Ini merupakan respon persepsi paling mal adaptif. Jika
pasien sehat persepsinya akurat mampu mengidentifikasi stimulus berdasarkan informasi
yang diterima melalui panca indera. Klien dengan halusinasi menginterpretasikan dengan
stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara kedua respon
itu adalah respon individu yang karena suatuhal mengalami kelainan persepsi yaitu salah
mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut dengan ilusi. Klien mengalami
ilusi jika interpretasi yang di dilakukannya terhadap stimulus panca indera tidak akurat
sesuai dengan timulus yang diterima. Rentang respon tersebut digambarkan sesuai
gambar :
Respon adatif Respon maladaptif
- Pikiran logis - Pikiran kadang - Kelainan pikiran
menyimpang atau delusi
- Persepsi akurat - Illusi - Halusinasi
- Emosi konsisten - Reaksi emosional - Ketidakmampuan
dengan pengalaman berlebih/kurang mengalami emosi
- Perilaku sesuai - Perilaku ganjil/ - Ketidakteraturan
hubungan tak lazim
- Hubungan social - Menarik diri - Isolasi sosial
3. Manifestassi klinis
Tahapan halusinasi, karakteristik dan perilaku yang ditampilkan (tim keperawatan jiwa
FIK- UI, 1999)
TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN
Tahap 1
Memberi rasa nyaman
tingkat ansietas
sedang secara umum
halusinasi merupakan
suatu kesenangan
Mengalami ansietas,
kesepian,rasa
bersalah, dan
ketakutan.
Mencoba berfokus
pada pikiran yang
dapat menghilangkan
ansietas.
Pikiran dan
pengalaman sensori
masih ada dalam
kontol kesadaran
NON PSIKOTIK
Tersenyum, tertawa
sendiri.
Menggerakkan bibir
tanpa suara.
Pergerakan mata yang
cepat.
Respon verbal yang
lambat.
Diam dan
berkonsentrasi.
Tahap 2
Menyalahkan
Tingkat kecemasan
berat secara umum
halusinasi
menyebabkan rasa
Pengalaman sensori
menakutkan.
Merasa dilecehkan
oleh pengalaman
Terjadi peningkatan
denyut jantung,
pernafasan dan tekanan
darah.
Perhatian dengan
antipati sensori tersebut.
Mulai merasa
kehilangan kontrol.
Menarik diri dari
orang lain.
NON PSIKOTIK
lingkungan berkurang.
Konsentrasi terhadap
pengalaman sensorinya.
Kehilangan
kemampuan
membedakan halusinasi
dengan realitas
Tahap 3
Mengontrol.
Tingkat kecemasan
berat.
Pengalaman
halusinasi tidak dapat
ditolak lagi.
Klien menyerah dan
menerima
pengalaman
sensorinya
(halusinasi)
Isi halusinasi menjadi
atraktif.
Kesepian bila
pengalaman sensori
berakhir.
PSIKOTIK
Perintah halusinasi
ditaati.
Sulit berhubungan
dengan orang lain.
Perhatian terhadap
lingkungan berkurang,
hanya beberapa detik.
Tidak mampu
mengikuti perintah dari
perawat, tampak tremor
dan berkeringat..
Tahap 4
Klien sudah dikuasai
oleh halusinasi.
Klien panik.
Perilaku panik.
Resiko tinggi
mencederai.
Agitasi atau kataton
Tidak mampu berespon
terhadap lingkungan.
4. Kemungkinan Penyebab
a. Factor predisposisi
1) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf-syaraf pusat dapat
membuat gangguan realita. Gejala yang mungkintimbul adalah : hambatan dalam
belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku ,menarik diri.
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis
klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas
adalah : penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) Sosio budaya
Kondisi social budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, konflik social budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Factor presipitasi
1) Stresor internal
Dari individu sendiri seperti proses penuaan
2) Stresor eksternal
Dari luar individu seperti keluarga, kelompok masyarakat dan lingkungan dan
bencana.
3) Waktu / lama terpapar stresor
4) jumlah stresor
5. Kemungkinan akibat bila halusinasi tidak teratasi
a. Akibat dari halusinasi
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori : Halusinasi dapat beresiko
mencedrai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/membahayakan diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
b. Tanda dan gejala
- Memperlihatkan permusuhan
- Mendekati orang lain dengan ancaman
- Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
- Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
- Mempunyai rencana untuk melukai
-
6. Manajemen Halusinasi
Dalam Nursing Intervention Classification (Mccloskey & Bulechek, 2000).
Tindakan keperawatan dalam penanganan halusinasi meliputi bina hubungan terapeutik
dan saling percaya, dukung klien bertanggung jawab terhadap perilakunya, manajemen
halusinasi, pendidikan kesehatan: proses penyakit, dan perawatan serta fasilitasi
kebutuhsn belajar.
Adapun tindakan dalam manajemen halusinasi menurut Standar Asuhan
Keperawatan Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Grasia Pemerintah Provinsi Daerah
Yogyakarta (2006) adalah:
a. Diskusikan cara baru untuk memutus atau mengontrol halusinasi
b. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus atau mengontrol yang telah dipilih
dan dilatih
c. Beri kesempatan untuk melakukan cara mengontrol atau memutus halusinasi yang
telah dipilih atau dilatih
d. Evaluasi bersama klien cara baru yang telah dipilih atau diterapkan
e. Beri reinforcement positif kepada klien terhadap cara yang dipilih dan diterapkan
f. Libatkan klien dalam TAK orientasi realita, stimulasi persepsi umum, dan stimulasi
persepsi halusinas
Menurut Stuart (2006) salah satu strategi dalam merawat klien halusinasi
dengan mengkaji gejala halusinasi yaitu:
a. Lama halusinasi
Mengamati isyarat perilaku yang mengindikasikan adanya halusinasi
b. Intensitas
Mengamati isyarat yang mengidentifikasikan tingkat intensitas dan lama halusinasi
c. Frekuensi
Membantu pasien mencatat banyaknya ha,usinasi yang dialami klien setiap hari.
1. Penatalaksanaan medis pada halusinasi pendengaran
Penatalaksanaan klien skizoprenia adalah dengan pemberian obat – obatan dan tindakan
lain, yaitu :
a. Psikofarmakologis
Obat – obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang
merupakan gejala psikosis pada klien skizoprenia adalah obat – obatan anti psikosis.
Adapun kelompok yang umum digunakan adalah :
b. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)
KELAS KIMIA NAMA GENERIK
(DAGANG)
DOSIS
HARIAN
Fenotiazin Asetofenazin (Tindal)
Klorpromazin (Thorazine)
Flufenazine (Prolixine,
Permitil)
Mesoridazin (Serentil)
Perfenazin (Trilafon)
Proklorperazin
(Compazine)
Promazin (Sparine)
Tioridazin (Mellaril)
Trifluoperazin (Stelazine)
Trifluopromazin (Vesprin)
60-120 mg
30-800 mg
1-40 mg
30-400 mg
12-64 mg
15-150 mg
40-1200 mg
150-800mg
2-40 mg
60-150 mg
Tioksanten Klorprotiksen (Taractan)
Tiotiksen (Navane)
75-600 mg
8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg
c. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
C. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Masalah Keperawatan
a. Resiko kekerasan terhadap diri dan orang lain
b. Gangguan sensori persepsi : halusinasi
c. Isolasi sosial : menarik diri, hambatan komunikasi verbal
d. Gangguan pola tidur
D. Diagnosa Keperawatan : NANDA
NURSING CARE PALNING (NCP)
PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
A. PENGKAJIAN FOKUS
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembagan terlambat
1) Usia bayi, tdak terpenuhi kebutuhan makanan, minuman dan rasa aman
2) Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi
3) Usia sekolah mengalami peristiwa yang terselesaikan
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
1) Komunikasi peran ganda
2) Tidak ada komunikasi
3) Tidak ada kehangatan
4) Komunikasi dengan emosi berlebihan
5) Komunikasi tertutup
6) Orang tua membandingkan anak-anaknya, orang tua yang otoritas, dan
komflik orang tua.
c. Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri
tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri
negative dan koping destruktif.
d. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang
terlalu tinggi.
e. Faktor biologis
Adanya kejadian fisik berupa atropi otak, pembesaran ventrikel, perubahan besar,
dan bentuk sel koteks limbik.
f. Faktor genetik
Ada pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota terdahulu yang mengalami
skizofrenia dan kembar monozigot.
2. Perilaku
Bibir komat-kamit, tertawa sendiri, bicara sendiri, kepala mengangguk-angguk
seperti mendengar sesuatu, tiba-tiba menutup telinga, gelisah, bergerak seperti
mengambil atau membuang sesuatu, tiba-tiba marah dan menyerang, duduk terpaku,
memandang satu arah, menarik diri.
3. Fisik
a. ADL
Nutrisi tidak adekuat bila halusinasi memerintahkan untuk tidak makan, tidur
terganggu karena ketakutan, kurang kebersihan diri atau tidak mandi, tidak
mampu berpartisipasi dalam kegiatan aktifitas fisik yang berlebihan atau kegiatan
ganjil.
b. Kebiasaan
Berhenti dari minuman keras dan penggunaan obat-obatan serta zat halusinogen
dan tingkah laku merusak diri.
c. Riwayat kesehatan
Skizofrenia delirium berhubungan dengan riwayat demam dan penyalahgunaan
obat.
d. Riwayat skizofrenia dalam keluarga
e. Fungsi system tubuh
Perubahan barat badan, hipotermi (demam), neurological perubahan mood,
disorientasi ketidakefektifan endokrin oleh peningkatan temperature.
4. Status emosi
Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negative atau bermusuhan,
kecemasan berat atau panik, suka berkelahi.
a. Isi halusinasi
1) Mendengar atau melihat apa?
2) Suaranya berkata apa?
b. Waktu terjadinya halusinasi
1) Kapan halusinasi terjadi?
c. Situasi pencetus
1) Dalam situasi seperti apa halusinasi muncul?
d. Respon terhadap halusnasi
1) Bagaimana perasaan pasien kalau ada halusinasi
2) Apa yang dilkukan jika halusinasi muncul?
5. Faktor presipitasi
a. Sosial budaya
Stress lingkungan mengakibatkan respon neurologis maladapatif
1) Penuh kritik
2) Kehilangan harga diri
3) Gangguan hubungan interpersonal
4) Tekanan ekonomi
b. Status mental
a. Persepsi: Halusinasi
1) Pendengaran
2) Penglihatan
3) Perabaan
4) Pengecapan
5) Penghidu
6. Status intelektual
Gangguan persepsi penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecapan, isi pikir.
Data yang perlu dikaji dari setiap jenis halusinaasi yaitu:
1) Halusinasi pendengaran
a) Data objektif
Bicara sendiri, marah-marah tanpa sebab, menyedangkan telinga kearah tertentu,
menutup telinga
b) Data subjektif
Mendengar suara-suara kegaduhan, mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap,
mendengar suara yang menyruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
2) Penglihatan
a) Data objektif
Menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan dengan sesuatu yang tidak jelas
b) Data subjektif
Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartoon, melihat hantu, atau monster
3) Perabaan
a) Data objektif
Menggaruk-garuk kulit
b) Data subjektif
Mengatakan ada serangga dipermukaan kulit, merasa seperti tersengat listrik
4) Pengecapan
a) Data objektif
Sering meludah-ludah
b) Data subjektif
Merasa seperti urin, darah atau feses
5) Penciuman
a) Data objektif
Menghidu seperti sedang mencium bau-bauan tertentu, menutup hidung
b) Data subjektif
Membaui bau-bauan seperti darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan
B. INTERVENSI
N
O
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
(NOC)
INTERVENSI KEPERAWATAN
(NIC)
1 Gangguan
sensori
persepsi:
halusinasi
(audiotori,
visual,
perabaan,
pengecapan,
dan pengidu)
b.d perubahan
penerimaan
sensori,
transmisi dan
integrasi,
perubahan
sensori
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 x
pertemuan diharapkan klien mampu menetapkan dan
mengerti realita/kenyataan serta menyingkirkan
kesalahan persepsi sensori dengan kriteria hasil :
Distorted Thought Control (1403):
1. Klien mampu mengenal halusinasi
2. Klien mampu mengendalikan halusinasi
3. Klien mampu menyebutkan frekuensi dari
halusinasi
4. Klien mampu menggambarkan isi dari
halusinasi
5. Klien melaporkan penurunan halusinasi
6. Klien mampu bertanya mengenai validitas dari
realita
7. Klien mampu menjalin hubungan dengan orang
lain
Halusinasi Management
1. Bangun hubungan saling percaya dengan klien
2. Monitor dan atur tingkat aktivitas dan stimulasi dari
lingkungan
3. Pelihara lingkungan yang aman
4. Sediakan tingkat pengawasan pasien
5. Catat tingkah laku klient yang mengindikasikan
halusinasi
6. Pelihara rutinitas konsisten
7. Atur konsistensi pemberian perawatan sehari-hari
8. Dukung komunikasi yang jelas dan terbuka
9. Sediakan kesempatan pada klien untuk mendiskusikan
halusinasinya
10.Dukung pasien mengekspresikan perasaanya dengan cara
yang tepat
11.Fokuskan kembalipasien pada topic jika komunikasi
persepsi, stress
psikologis,
stimulus
lingkungan
berlebih,
stimulus
lingkungan
tidak
mencukupi,
ketidakseimba
ngan biokimia
penyebab
distorsi sensori
(illusi,
halusinasi),
ketidakseimba
ngan elektrolit,
ketidakseimba
ngan biokimia.
Skala penilaian:
1 : Tidak pernah ditunjukkan
2 : Jarang ditunjukkan
3 : Kadang ditunjukkan
4 : Sering ditunjukkan
5 : Selalu ditunjukkan
Cognitive orientation
1. Mengidentifikasi diri
2. Mengenali orang yang penting
3. Mengidentifikasi tempat sekarang
4. Mengidentifikasi hari yang benar
5. Mengidentifikasi bulan yang benar
6. Mengidentifikasi tahun yang benar
7. Mengidentifikasi musim yang benar
Skala :
1 : Tidak pernah ditunjukkan
2 : Jarang ditunjukkan
3 : Kadang ditunjukkan
pasien tidak tepat untuk lingkunga
12.Monitor halusinasi untuk adanya isi halusinasi kekerasan
pada diri atau orang lain
13.Dukung klien untuk menggambarkan control pada
tingkah laku sendiri
14.Dukung klien untuk mendiskusikan perasaan dan implus
daripada bertindakpada mereka
15. Dukng klien untuk mempalidasi halusinasi dengan
orang yang dipercaya
16.Tunjukan jika ditanya bahwa anda tidak mengalami
stimuli yang sama
17.Hindari berdebat dengan klien tentang validitas
darihalusinasi
18.Fokuskan diskusi pada perasaan saat itu, lebih dari isi
halusinasi
19.Sediakan pengobatan rutin antipsikotik dan antianxiety
20.Sediakan pendidikan pengobatan untuk pasien dan
significant other
21.Monitor pasienuntuk efek samping pengobatan dan efek
4 : Sering ditunjukkan
5 : Selalu ditunjukkan
Cognitive ability
1. Komunikasi yang jelas sewajarnya untuk umur
dan kemampuan
2. Mendemonstrasikan control terhadap kejadian
dan situasi
3. Memperhatikan
4. Konsentrasi
5. Mendemonstrasikan ingatan pendek atau segera
6. Mendemonstrasikan ingatan terbaru
7. Memproses informasi
8. Membuat keputusan penting
Skala :
1 : Sangat berkompromi
2 : Pada intinya berkompromi
3 : Sedang berkompromi
4 : Sedikit berkompromi
terapeutiknyang diinginkan
22.Sediakan keamanan dan kenyamanan pasient yang orang
lain pada saat pasien tidak mampu mengontrol tingkah
laku
23.Hentikan atau turunkan pengobatan yang mungkin
menyebabkan halusinasi
24.Sediakan pendidikan tentang penyakit pada pasienjika
halusinasi disebabkan oleh penyakit (misalnya delirium,
schizophrenia dan depresi)
25.Didik keluarga tentang cara untuk cara untuk mengatasi
pasien yang mengalami halusinasi
26.Monitor kemampuan merawat diri
27.Bantu perawatan diri jika diperlukan
28.Monitor status fisik pasien
29.Sediakan istirahat yang cukup dan nutrisi
30.Libatkan pasien dalam aktivitas berdasarkan realita yang
mungkin mengalihkan dari halusinasi
5 : Tidak berkompromi Cognitive stimulation
1. Konsultasikan dengan keluarga untuk membangun
dasar kognitif klien
2. Informasikan pada pasien mengenai kejadian yang
tidak mengancam baru-baru ini
3. Tawarkan stimulasi lingkungan melalui kontak dengan
personel yang bervariasi
4. Munculkan perubahan secara berangsur
5. Sediakan kalender
6. Stimulasi memori dengan mengulang pikiran pasien
terakhir yang diekspresikan
7. Bicara pada pasien
8. Sediakan rencana stimulasi persepsi
9. Gunakan tv, radio, atau music sebagai bagian dari
program stimulasi
10. Ijinkan periode istirahat
11. Tempatkan objek familiar dan foto dilingkungan
pasien
12. Gunakan pengulangan untuk menyampaikan materi
baru
13. Metode bervariasi dalam menyampaikan materi
14. Gunakan alat bantu memori: ceklist, jadwal dan
pengumuman
15. Kuatkan atau ulangi informasi
16. Sampaikan informasi sedikit dan konkrit
17. Minta pasien untuk mengulang informasi
18. Gunakan sentuhan terapeutik
19. Sediakan komunikasi verbal dan instruksi tertulis
Environmental management
1. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien berdasarkan
tinga fungsi fisik dan cogniti dan riwayat tingkah laku
masa lalu
3. Pindahkan lingkungan yang berbahaya
4. Pindahkan obyek yang berbahaya dari lingkungan
5. Amankan dengan menggunaka penghalang tempat tidur
jika tepat
6. Awasi pasien selama aktifitas diluar ruangan dengan
cara yang tepat
7. Sediakan tempat tidur dengan ketinggian yang rendah
dengan cara yang tepat
8. Sediakan alat bantu dengan cara yang tepat
9. Tempatkan objek sehingga dapat dijangkau
10. Sediakan ruangan sendiri jika diindikasikan
11. Sediakan tempat tidur yang bersih dan nyaman
12. Turunkan stimulus lingkungan dengan cara yang tepat
13. Hindari tereksposure yang tidak diperlukan aliran udara
terlalu panas, atau kipas angin
14. Control atau cegah suara yang berlebihan atau yang
tidak diinginkan jika memungkinkan
15. Batasi pengunjung
Reality orientation
1. Penggunaan pendekatan yang konsisten pada saat
interaksi dengan pasien dan merefleksikan kebutuhan
utama dan kemampuan pasien
2. Informasika kepada pasien tentang orang, tempat dan
waktu
3. Hindari frustasi pasien dengan pertanyaan tentang
orientasi yang membingungkan yang tidak dapat
dijawabsediakan lingkungan fisik yang konsisten dan
rutinitas harian
4. Sediakan akses bagi objek yang familiar
5. Hindari situasi yang tidak familiar
6. Siapkan pasien untuk perubahan yang akan datangpada
rutinitas yang bias dilakukan dan perubahan pada
lingkungan sebelum terjadi
7. Sediakan pemberi perawatan yang familiar dengan
pasien
8. Sediakan objek yang mensimbolkan identitas gender
9. Dukung penggunaan alat yang dapat meningkatkan
input sensori (missal kacamata, alat bantu dengar)
10. Sediakan istirahat tidur yang adekuat
11. Sediakan akses untuk kabar kejadian terbaru
12. Dekati pasien dari depan dengan pelan
13. Sapa klien dengan namanya saat interaksi
14. Unakan pendekatan kalem dan tidak terburu buru pada
saat berinteraksi dengan pasien
15. Bicara dengan pasien dengan perilaku yang pealn
dengan volume yang tepat
16. Ulangi verbalisasi jika diperlukan
17. Beri perintah sederhana pada suatu waktu
18. Libatkan pasien dalam hal aktifitas yang konkret misal
ADLs
19. Libatkan pasien pada grup
20. Monitor untuk perubahan sensasi dan orientasi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
(NOC)
INTERVENSI KEPERAWATAN
(NIC)
2. Resiko
kekerasan
terhadap diri
sendiri b.d
kerusakan
kognisi
persepsual,ide
bunuh diri,
riwayat
percobaan
bunuh diri
multiple,
rencana bunuh
diri, status
emotional,
petunjuk
verbal(bicara
kematian, lebih
baik tanpa
diriku,
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama …x
24 jam diharapkan klien mampu mengontrol diri dan
perilaku kekerasan tidak terjadi dengan kriteria hasil :
Impulse Control (1405):
1. Mampu mengidentifikasi perilaku emosi
2. Mampu mengidentifikasi perasaan yang
mendorong kearah kekerasan
3. Mampu mengidentifikasi konsekuensi dari
perilaku kekerasan terhadap diri dan orang lain
4. Mampu menghindari situasi dan lingkungan
yang beresiko menimbulkan perilaku kekerasan
5. Menyatakan secara lisan mampu
mengendalikan emosi
6. Mempertahankan pengendalian diri tanpa
adanya pengawasan
Skala penilaian
1 : Tidak pernah ditunjukkan
Emotional support
1. Diskusikan dengan pasien tentang pengalaman
emosi
2. Dukung penggunaan mekanisme yang tepat
3. Bantu pasien mengenali perasaannya seperti cemas,
marah atau kesedihan
4. Mendengarkan ungkapan perasaaan klien dan
menanamkan kepercayaan
5. Diskusikan konsekuensi dari tidak menghadapi rasa
bersalah dan malu
6. Fasilitasi pasien untuk mengidentifikasi pola respon
yang biasa dilakukan pada saat mengatasi rasa takut
7. Sediakan dukungan selama penolakan, marah tawar
menawar dan fase penerimaan dari berduka
8. Identifikasi fungsi marah, frustasi, dan kegusaran
klien
9. Dukung pembicaraan atau biarkan pasien menangis
sebagai alat untuk menurunkan emosi
10. Temani klien dan sediakan jaminan keamanan
menanyakan
dosis obat yang
mematikan),
kesehatan
mental(psikosis,
gangguan
personalitas
berat
penyalahgunaan
alkohol),
konflik
hubungan
interpersonal,
latar belakang
keluarga.
2 : Jarang ditunjukkan
3 : Kadang ditunjukkan
4 : Sering ditunjukkan
5 : Selalu ditunjukkan
Risk detection:
1. Mengenali tanda dan gejala yang menandai
adanya resiko mencederai diri
2. Mengidentifikasi potenzia resiko kesehatan
3. Mencari validasi dari resiko yang dirasakan
4. Memperoleh pengetahuan dari riwayat keluarga
Skala:
1 : Tidak pernah ditunjukkan
2 : Jarang ditunjukkan
3 : Kadang ditunjukkan
4 : Sering ditunjukkan
5 : Selalu ditunjukkan
Distorted Thought Control (1403):
1. Klien mampu mengenal halusinasi
selama periode cemas
11. Sediakan bantuan dalam membuat keputusan
12. Turunkan kebutuhan dalam fungsi kognisi pada
saat pasien sakit atau lelah
13. Rujuk konseling dengan cara yang tepat
Environmental management
1. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien
berdasarkan tingkat fungsi fisik dan cognitif dan
riwayat tingkah laku masa lalu
3. Pindahkan lingkungan yang berbahaya
4. Pindahkan obyek yang berbahaya dari lingkungan
5. Amankan dengan menggunaka penghalang tempat
tidur jika tepat
6. Awasi pasien selama aktifitas diluar ruangan
dengan cara yang tepat
7. Sediakan tempat tidur dengan ketinggian yang
rendah dengan cara yang tepat
2. Klien mampu mengendalikan halusinasi
3. Klien mampu menyebutkan frekuensi dari
halusinasi
4. Klien mampu menggambarkan isi dari halusinasi
5. Klien melaporkan penurunan halusinasi
6. Klien mampu bertanya mengenai validitas dari
realita
7. Klien mampu menjalin hubungan dengan orang
lain
Skala penilaian:
1 : Tidak pernah ditunjukkan
2 : Jarang ditunjukkan
3 : Kadang ditunjukkan
4 : Sering ditunjukkan
5 : Selalu ditunjukkan
8. Sediakan alat bantu dengan cara yang tepat
9. Tempatkan objek sehingga dapat dijangkau
10. Sediakan ruangan sendiri jika diindikasikan
11. Sediakan tempat tidur yang bersih dan nyaman
12. Turunkan stimulus lingkungan dengan cara yang
tepat
13. Hindari tereksposure yang tidak diperlukan aliran
udara terlalu panas, atau kipas angin
14. Control atau cegah suara yang berlebihan atau yang
tidak diinginkan jika memungkinkan
Batasi pengunjung
Activity Therapy
1. Berkolaborasi dengan terapis lain dalam
memberikan terapi aktivitas
2. Ajak pasien untuk berkomitmen tentang
peningkatan jumlah aktivitas
3. Ajak pasien untuk mengenal aktivitas yang
disenangi
4. Identifikasi adanya penurunan minat pada saat
beraktivitas
5. Ajak pasien untuk ikut serta dalam terapi
aktivitas kelompok
6. Berikan terapi yang tidak berkompetisi dan aktif
7. Bantu pasien dan keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam aktifitas
8. Bantu pasien membuat jadwal periode yang
spesifik dalam hal aktivitas
9. Sediakan aktifitas motorik untuk menghilangkan
ketegangan otot
10. Bantu dalam aktifitas fisik teratur
11. Berikan reinforcement positif atas apa yang telah
dicapai pasien
12. Monitor keadaan respon emosional, fisik, social,
dan spiritual terhadap aktivitas yang dilakukan
NO DAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
(NOC) (NIC)
3. Isolasi sosial
b.d perubahan
status mental,
tidak mampu
dalam
memuaskan
hubungan
pribadi, nilai
social tidak
diterima,
perilaku social
tidak diterima,
sumber
personal tidak
adekuat,
keterkaitan
imatur,
perubahan
penampilan
Klien diharapkan mampu bersosialisasi dengan optimal
Setelah dilakukan intervensi selama x pertemuan
interaksi social optimal dengan kreteri hasil :
Family Environment Internal (2601)
1. Ikut serta dalam kegiatan bersama keluarga
2. Pasien dapat berkomunikasi dengan keluarga
3. mampu menerima kunjungan dari teman atau
anggota keluarga
4. Saling mendukung dengan anggota keluarga
Skala penilaian
1 : Tidak ditunjukkan
2 : Jarang ditunjukkan
3 : Kadang ditunjukkan
4 : Sering ditunjukkan
5 : Selalu ditunjukkan
Social Interaction skills
Socialization enhancement
1. Dukung pengembangan keterlibatan dalam
hubungan yang telah terbina
2. Meningkatkan kesabaran dalam mengembangkan
hubungan
3. Meningkatkan hubungan dengan orang yang
mempunyai ketertarikan dan tujuan yang sama
4. Dukung aktifitas sosial dan komunitas
5. Dukung pasien untuk mau berbagi masalah yang
dimiliki dengan orang lain
6. Dukung kejujuran dalam menunjukkan jati diri
pasien paa orang lain.
7. Dukung ketertarikan baru secara menyeluruh
8. Dukung menghormati orang lain
9. Rujuk pasien pada grup analisis transaksional atau
program dimana memahami transaksi dapat
ditingkatkan dengan tepat
10. Beri umpan balik dari kemajuan dalam perawatan
fisik,
perubahan
keadaan
sejahtera
1. Kerjasama
2. Sensitive
3. Kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain
4. Kemampuan untuk menjalin hubungan dengan
orang lain
5. Kehangatan
6. Kemampuan untuk bersikap relaks
Dengan skala :
1. Tidak pernah
2. Terbatas
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Selalu
mengenai penampilan personal atau aktivitas lain
11. Bantu pasien meningkatkan kesadaran mengenai
kekuatan dan batasan dalam berkomunikasi
dengan orang lain
12. Gunakan bermain peran untuk mempraktekkan
peningkatan keterampilan dan teknik komunikasi
13. Sediakan model peran yang mengekspresikan
marah dengan cara yang tepat
14. Mengkonfrontasi mengenai kerusakan penilaian
oleh pasien
15. Beri umpan balik pada saat pasien mampu
memahami hal yang lain
Activity therapy
1. Berkolaborasi dengan terapis lain dalam
memberikan terapi aktivitas
2. Ajak pasien untuk berkomitmen tentang
peningkatan jumlah aktivitas
3. Ajak pasien untuk mengenal aktivitas yang
disenangi
4. Identifikasi adanya penurunan minat pada saat
beraktivitas
5. Ajak pasien untuk ikut serta dalam terapi aktivitas
kelompok
6. Berikan terapi yang tidak berkompetisi dan aktif
7. Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam aktifitas
8. Bantu pasien membuat jadwal periode yang
spesifik dalam hal aktivitas
9. Sediakan aktifitas motorik untuk menghilangkan
ketegangan otot
10. Bantu dalam aktifitas fisik teratur
11. Berikan reinforcement positif atas apa yang telah
dicapai pasien
12. Monitor keadaan respon emosional, fisik, social,
dan spiritual terhadap aktivitas yang dilakukan
Behavior modification:
1. Bantu pasien
mengidentifikasi masalah dari kurangnya
ketrampilan sosial.
2. Dukung pasien untuk
memverbalisasikan perasaannya berkaitan dengan
masalah interpersonal.
3. Bantu pasien
mengidentifikasi hasil yang diinginkan dalam
hubungan interpersonal atau situasi yang
problematik.
4. Bantu pasien
mengidentifikasi kemungkinan tindakan dan
konsekuensi dari hubungan interpersonal/
sosialnya.
5. Identifikasi ketrampilan
sosial yang spesifik yang akan menjadi fokus
training.
6. Bantu pasien
mengidentifikasi step tingkah laku untuk
mencapai ketrampilan sosial.
7. Sediakan model yang
menunjukkan step tingkah laku dalam konteks
situasi yang berarti bagi pasien.
8. Bantu pasien bermain peran
dalam step tingkah laku.
9. Sediakan umpan balik
(penghargaan atau reward) bagi pasien jika pasien
mampu menunjukkan ketrampilan sosial yang
ditargetkan.
10. Didik orang lain yang
signifikan bagi pasien (keluarga, grup, pimpinan)
dengan cara yang tepat mengenai tujuan dan
proses training ketrampilan sosial.
11. Libatkan orang lain yang
signifikan bagi pasien dalam session trai ning
ketrampilan sosial (bermain peran) dengan pasien,
dengan cara yang tepat.
12. Sediakan umpan balik
untuk pasien dan orang lain yang signifikan
tentang ketepatan dari respon sosial dalam situasi
training.
13. Dukung pasien dan orang
lain yang signifikan untuk mengevaluasi hasil dari
interaksi sosial, memberikan reward pada diri
sendiri untuk hasil yang positif dan penyelesaian
masalah yang hasilnya masih kurang dari yang
diharapkan.
Mood management
1. Menentukan apakah pasien saat ini berada pada
resiko keamanan pada diri atau orang lain
2. Memulai tindakan pencegahan yang dibutuhkan
untuk mengamankan pasien atau orang lain dari
bahaya kerusakan fisik
3. Monitor kemampuan perawatan diri
4. Monitor asupan cairan dan nutrisi
5. Bantu pasien untuk memelihara hidrasi yang
adekuat
6. Monitor status fisik dari pasien
7. Monitor dan mengatur tingkat aktivitas dan
stimulasi lingkungan sesuai dengan kebutuhan
pasien
8. Bantu pasien dalam memelihara siklus normal
dari tidur/bangun
9. Sediakan kesempatan untuk aktivitas fisik
10. Monitor fungsi cogniti
11. Bantu pasien dalam menaidetifikasi pemicu dari
moodnya yang terganggu
12. Dukung pasien dengan cara yang tepat untuk
mengambil peran aktif dalam penanganan dan
rehabilitasi
13. Bantu mengidentifikasi sumber yang tersedia dan
kekuatamn pribadi
14. Ajarkan koping baru keterampilan pemecahan
masalah
15. Sediakan restrukturisasi kognitif yang tepat
16. Bantu pasien untuk secara sadar memonitor
perasaan
NO DAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
(NOC)
INTERVENSI KEPERAWATAN
(NIC)
4. Gangguan pola
tidur b.d
ketidak
nyamanan
psikologis
yang lama,
pola aktifitas
sehari,
tempramen,
tidur yang
sehat tidak
adekuat,
perubahan
frekuensi dan
jadwal tidur,
depresi,
sendirian,
berduka, takut,
cemas, lelah,
bosan,
antisipasi.
Setelah dilakukan intervensi selama x pertemuan klien
dapat tidur dengan adekuat dengan kreteri hasil :
Sleep (0004)
1. Jam tidur teramati
2. pola tidur
3. kualitas tidur
4. efisiensi tidur (perbandingan waktu tidur atau
total waktu mencoba tidur)
5. gangguan tidur
6. rutinitas tidur
7. tidur sesuai untuk usia
8. terjaga dalam waktu yang tepat
9. EEG dalam rentang yang diharapkan
10. vital sign dalam rentang yang diharakan
Skala penilaian
1 : Sangat berkompromi
2 : Pada intinya berkompromi
3 : Sedang berkompromi
4 : Sedikit berkompromi
5 : Tidak berkompromi
Rest:
1. Jumlah istirahat
2. Pola istirahat
3. Kualitas istirahat
4. Secara fisik baik
Sleep enhancement
1. tentukan pola tidur atau aktifitas klien
2. perkiraan siklus kebiasaan bangun atau
tidur klien dalam rencana perawatan
3. tentukan pengaruh penggunaan obat
pada pola tidur
4. monitor atau catat pola tidur dan jumlah
waktu tidur
5. atur lingkungan yang nyaman
6. fasilitasi pemeliharaan kebiasaan tidur
rutin, isyarat sebelum tidurdan barang-barang yang
sudah lasim
7. atur jadwal pengobatan untuk
membantu siklus tidur atau bangunpasien
8. atur siklus lingkungan untuk
mempertahankan siklus siang malam yang normal
9. Bantu klien mengurangi tingkat stress
sebelum tidur
10. diskusikan dengan klien dan keluarga
mengenai ukuran kenyamanan teknik meningkatkan
waktu tidur dan perubahan gaya hidp yang dapat
mempengaruhi tidur yang optimal
Environmental management : comfort
1. Batasi pengunjung
2. Pilih teman sekamar dengan memperhatikan
lingkungan jika memungkinkan
3. Mencegah gangguan dan mempertimbangkan
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk, 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo.
Johnson Marion, dkk, 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). Mosby
Keliat, budi A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC : Jakarta
Mccloskey & Bulechek, 1996. Nursing Intervention Classification (NIC)
Nurjanah, Intansari, 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Mocomedia :
Yogyakarta
Santosa, Budi. 2005. Diagnosis Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi, Nursing
Intervention
Stuart GW, Sundeen, 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta