LP Gasteritis. Seles

8
GASTRITIS A. Konsep Medis 1. Pengertian gastritis a. Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal b. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung. 2. Macam-macam gastritis Berdasarkan manifestasi klinis gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. a. Gastritis akut erosif atau gastritis hemoragik. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis. b. Gastritis kronik 1) Ditinjau dari etiologi gastritis kronik diklasifikasikan dalam tiga kelompok : a) Gastritis kronik tipe A (autoimun) Terjadi gangguan absorbsi vitamin B 12 yang menyebabkan timbulnya anemia pernisiosa. b) Gastritis kronik tipe B

description

gASTRITIS

Transcript of LP Gasteritis. Seles

TINJAUAN PUSTAKA

GASTRITIS

A. Konsep Medis

1. Pengertian gastritis

a. Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal

b. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung.

2. Macam-macam gastritis

Berdasarkan manifestasi klinis gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik.

a. Gastritis akut erosif atau gastritis hemoragik.

Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.

b. Gastritis kronik

1) Ditinjau dari etiologi gastritis kronik diklasifikasikan dalam tiga kelompok :

a) Gastritis kronik tipe A (autoimun)

Terjadi gangguan absorbsi vitamin B12 yang menyebabkan timbulnya anemia pernisiosa.

b) Gastritis kronik tipe B

Etiologi pasti tidak diketahui, tetapi mempunyai hubungan yang erat dengan kuman Helicobacter pylori.c) Gastritis kronik tipe AB

Merupakan gastritis kronik yang distribusi anatominya menyebar ke seluruh gaster. Penyebaran ke arah corpus tersebut cenderung meningkat dengan bertambahnya usia.

2) Ditinjau dari aspek patologis gastritis kronik ada dua macam :a) Gastritis kronik atrofik

Ciri khas kelainan ini ialah sifatnya yang progresif, ireversibel, sekresi asam lambung dan pepsin menurun.

b) Gastritis kronik superfisial

Pada lamina proria terdapat infiltrasi sel radang limfosit, sel plasma dan neutrofil bertambah terutama di sekitar tubulus bagian superfisial. Jumlah kelenjar tidak ada perubahan, terutama pada mukosa corpus lambung.

3. Etiologi

Penyebab yang sering dijumpai :

a. Obat analgetik-anti inflamasi terutama aspirin.

b. Bahan kimia misalnya lisol.

c. Merokok.

d. Alkohol.

e. Stress.

f. Refluks usus-lambung.

g. Endotoksin bakteri (masuk setelah menelan makanan yang terkontaminasi).

h. Beberapa makanan berbumbu termasuk lada dan cuka.

i. Aspek imunologis

Hubungan antara sistem imun dan gastritis kronik menjadi jelas dengan ditemukannya autoantibodi terhadap faktor intrinsik pada pasien dengan anemia pernisiosa.

j. Aspek bakteriologis

Helicobacter pylori lebih sering dijumpai. Atropi mukosa lambung akan terjadi pada banyak kasus, setelah bertahun-tahun mendapat infeksi Helicobacter pylori.

4. Patofisiologi

Aspirin, alkohol, nikotin dan zat-zat lain masuk ke dalam lambung. di dalam lambung terdapat sawar mukosa lambung yang berfungsi sebagai proteksi. Tetapi bila sawar mukosa lambung melemah atau rusak oleh bahan tersebut di atas, asam hidroklorida dan pepsin berdifusi ke dalam mukosa. Asam hidroklorida merangsang pengeluaran histamin 2. Histamin 2 yang dikeluarkan tersebut merangsang sel-sel parietal untuk mensekresi lebih banyak asam yang berdifusi kembali ke mukosa untuk merangsang pengeluaran histamin lebih lanjut, yang memicu pengeluaran lebih banyak asam dan seterusnya sehingga tercipta suatu lingkaran setan menyebabkan erosi mukosa yang terus membesar di bawah pengaruh asam dan pepsin.5. Gambaran klinik

Dapat timbul rasa nyeri di sekitar epigastrium, anoreksia, nausea, kembung, muntah, dan keluhan-keluhan anemia seperti cepat letih, lesu, lemah. Jika terjadi lesi yang berat pada mukosa lambung dapat terjadi hematemesis dan melena.6. Pemeriksaan diagnostik

a. Analisis HCl lambung untuk mengetahui sekresi lambung.

b. Endoskopi untuk mengetahui erosi pada mukosa lambung.

c. Histopatologi untuk melihat batasan-batasan kelainan pada sel-sel kelenjar mukosa lambung.

d. Tes serologis untuk mendeteksi Helicobacter pylori.7. Pengobatan

a. Diberikan anti histamin Cimetidine 1 amp/8 jam.

b. Diberikan anti emetik misalnya Raclonid 1 amp/8 jam 3 x 1 atau kalau perlu.

c. Diberikan obat penetralisir asam lambung misalnya Antasida 3 x 1.

d. Diberikan antibiotik misalnya Amoxicillin 500 mg 3 x 1.

8. Komplikasi

a. Perdarahan saluran cerna bagian atas.

b. Terjadi ulkus kalau prosesnya hebat.

c. Jarang terjadi perforasi.

d. Anemia pernisiosa.

e. Penyempitan daerah antrum pilorus.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Hal-hal yang perlu dikaji

Riwayat kesehatan berkaitan dengan status kesehatan pasien dan faktor-faktor seperti gaya hidup, hubungan/pola dalam keluarga dan pengaruh budaya.

Pada kasus gastritis, pengkajian yang didapatkan yaitu :

a. Data subjektif : timbulnya anoreksia, mual dan tidak nyaman pada perut.

b. Data objektif : muntah (jumlah, frekuensi, adanya darah) dan nyeri tekan yang ringan pada epigastrium atau midepigastrium.

2. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan pada kasus gastritis meliputi :

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrien yang tidak adekuat.

b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.

c. Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan diet dan proses penyakit.

d. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.

3. Perencanaan/Intervensi keperawatan

Disesuaikan dengan diagnosa keperawatan

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrien yang tidak adekuat.

Intervensi keperawatan :

1) Berikan makanan porsi kecil tapi sering.

2) Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi.

3) Anjurkan untuk menghindari makanan yang mengandung kafein dan alkohol.

4) Anjurkan kepada klien untuk berhenti merokok.

5) Monitor tetesan infus jika klien diberikan terapi intravena.

b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.

Intervensi keperawatan :

1) Pantau masukan dan urine yang keluar setiap hari untuk mendeteksi tanda-tanda awal dehidrasi (haluaran urine minimal 30 ml/jam, masukan minimal 1,5 L/hari).

2) Observasi adanya indikator gastritis hemoragi : takikardia, hipotensi dan hematemesis (muntah darah).

3) Berikan cairan intravena (3 L/hari) jika klien tidak bisa makan.

c. Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan diet dan proses penyakit.

Intervensi keperawatan :

1) Beri HE kepada klien tentang diet dan proses penyakit gastritis.

2) Beri klien daftar zat-zat yang perlu dihindari.

3) Beri HE kepada klien yang menderita anemia pernisiosa tentang kebutuhan terhadap injeksi vitamin B12 jangka panjang.

4) Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian antibiotika dan obat-obatan untuk menurunkan sekresi lambung.

d. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi

Intervensi keperawatan :

1) Kaji tingkat nyeri dan kenyamanan pasien setelah penggunaan obat-obatan penghilang nyeri.

2) Pasien dianjurkan untuk menghindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi mukosa lambung.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, 2002. Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta

Carpenito J. Lynda, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, 2001, Cetakan 1, Edisi 8, EGC, Jakarta

Doenges E Marilynn et al, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000, Cetakan 1, Edisi 3, EGC, Jakarta

Price A Sylvia, Wilson M Lorraine, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, 2006, Edisi 6, Volume 1, EGC, Jakarta

Wilkinson M Judith, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, 2007, Cetakan 1, Edisi 7, EGC, Jakarta

PAGE