Lp Bab.print

download Lp Bab.print

of 22

Transcript of Lp Bab.print

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN ELIMINASI BAB

Disusun oleh: Narita Aprilia Eka Putri P 27220010 107

DIII KEPERAWATAN BERLANJUT DIV POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2011

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN ELIMINASI BAB A. Konsep Dasar Eliminasi Bowel Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka dari sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal, lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas, perubahan kebutuhan peralatan mandi. Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawat harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi. Dalam penulisan Laporan Pendahuluan ini, yang disusun untuk memenuhi tugas Konsep Dasar Manusia yang terdiri dari konsep dasar eliminasi bowel dan konsep asuhan keperawatan. 1. Definisi Eliminasi Bowel Eliminasi bowel adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami disfungsi usus yang dapat mengakibatkan konstipasi, diare, inkontinesia. (Carpenito,1997) 2. Fisiologi Sistem Pencernaan Saluran gastrointestinal adalah sebuah rentetan saluran membrane mukosa. Tujuan organ ini adalah untuk mengabsorpsi cairan dan nutrisi, menyiapakan makanan untuk absorpsi dan digunakan oleh sel-sel tubuh dan merpakan tempat feses sementara. Volume dari cairan yang diabsorpsi oleh gastrointestinal banyak membuat keseimbangan cairan sebagai fungsi utama dari system gastrointestinal. Pada pencernaan cairan dan makanan saluran

gastrointestinal juga banyak mendapat sekresi dari organ-organ seperti kandung empedu dan pancreas. Penyakit yang serius dapat mengganggu absorpsi dan sekresi yang normal dari saluran gastrointestinal, disebabkan karena ketidakseimbangan cairan. Secara normal,makanan dan cairan masuk kedalam mulut, dikunyah (jika padat) didorong ke faring oleh lidah dan ditelan dengan adanya refleks otomatis, dari esophagus kedalam lambung. Pencernaan berawal dimulut dan berakhir di usus kecil walaupun cairan akan melanjutkannya sampai direabsorpsi di kolon. Dalam buku Anatomi dan Fisiologi modern yang dikarang oleh Gibson (1995) saluran pencernaan terdiri dari : a. Mulut Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan. Menguyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut pada permukaan saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan ke dalam faring, dimana makanan bergerak ke esophagus bagian atas dan kemudian kebawah kedalam lambung. b. Esophagus Esophagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan secret mukoid yang berguna untuk perlindungan. c. Lambung Gumpalan makanan memasuki lambung dengan bagian porsi terbesar dari saluran pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan adanya peristaltic, yaitu gerakan otot konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari otot yang mendorong substansi makanan dalam gerakan menyerupai gelombang. Pada saat makanan bergerak kea rah spingter pylorus pada ujung distal lambung, gelombang peristaltic meningkat. Kini gumpalan lembek makanan telah

menjadi substansi yang disebut chime. Chime ini dipompa melalui spingter pylorus kedalam duodenum. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengosongkan kembali lambung setelah makan adalah 2 sampai 6 jam. d. Usus kecil Usus halus yang terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum yang panjangnya .meter dengan diameter 2.5 cm. usus besar terdiri dari rectum, colon dankemudian bermuara pada anus. Panjang usus besar sekitar 1.5 meter dengan diameter 6 cm. usus menerima makanan yang sudah berbentuk chyme (setengah padat) untuk mengabsorpsi air, nutrisi dan elektrolit. Usus sendiri mensekresi mucus, potassium, bikarbonat dan enzim. Fungsi usus adalah untuk menyekresi cauran usus, menerima getah empedu dan getah pankreas, mencerna makanan, mengabsorpsi air, garam dan mineral, serta menggerakan isi usus melalui kontraksi segmen pendek dan peristaltik rush (gelombang peristaltik usus yang kuat) yng menggerakan isi usus lebih cepat. Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul menjadi feses di usus besar. Dari makan sampai mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Makanan yang sudah melewati usus halus : chyme akan tiba di rektum 4 jam setelah ditelan. Jumlah chyme yang diabsorpsi kurang lebih 350ml. e. Usus besar (kolon) Kolon orang dewasa panjangnya 125-150 cm atau 50-60 inchi, terdiri dari: 1. Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil2. Kolon, terdiri dari kolon asenden, transvesum, desenden dan

sigmoid 3. 4. Apendiks Rectum, 10-15 cm/ 4-6 inchi Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai

sectum, maka semua zat makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya cair (disebut chyme). Selama perjalanan didalam kolon (16-20 jam) isinya menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan sampai di rectum feses bersifat padat-lunak. Gerakan kolon dibagi menjadi tiga bagian yaitu, pertama haustral shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu mengabsorpsi air, kedua kontarksi haustral yaitu gerakan untuk mendorong materi air dan semi padat sepanjang kolon, ketiga gerakan peristaltik yaitu gerakan maju ke anus yang berupa gelombang. Fungsi utama usus besar (kolon) adalah:1.

Absorpsi air dan nutrisi Proteksi/perlindungan dengan mensekresikan mucus yang

2. bakteri. 3.

akan melindungi dinding usus trauma oleh feses dan aktivitas Menghantarkan isi makanan sampai ke anus dengan cara

berkontraksi. f. Anus/ anal/ orifisium eksternal Panjangnya 2.5-5 cm atau 1-2 inchi, mempunyai dua spinkter yaitu internal (involunter) da eksternal (volunteer). Panjangnya rectum bervariasi,sesuai dengan usia: Bayi Toddler Pra sekolah Sekolah Dewasa 3. Proses Defekasi Di dalam buku kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan, Akademi keperawatan Depkes RI, 1996 menyebutkan: Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran isi metabolisme berupa feses dan : 2.5 - 3,8 cm : 4 cm : 10 cm : 10 cm : 10 - 15 cm

flatus berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Di dalam proses defekasi terjadi 2 macam reflek yaitu: a. Refleksi defekasi instrinsik Reflek ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi distensi rectum yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltic. Setelah feses tiba di anus, secara sistematis spinkter interna relaksasi maka terjadilah defekasi. Fisiologinya: Feses masuk rectum Distensi/ ketegangan rectum Rangsangan plektus mesentrikus Terjadi peristaltik di kolon ascenden, sigmoid, rectum Feses terdorong ke anus Sfinger internal tidak menutup, sfinger eksternal relaksasi b. Refleks defekasi parasimpatis Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf yang kemudian diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan rectum yang menyebabkan intesitasnya peristaltic, relaksasi spinter internal, maka terjadilah defekasi. Fisiologisnya: Feses masuk rektum Rangsangan saraf rektum Dibawa ke spinal cord

Kembali ke kolon descenden, sigmoid dan rektum Intensifkan peristaltic relaksasi sfinger internal, intensifkan reflek intrinsic Rangsang defekasi/BAB Kontraksi otot abdominal dan diafragma Tekanan intra abdomen naik Otot levantur anus kontraksi Menggerakan feses untuk melalui konal anal Defekasi Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan diafragma dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisis jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak adalah CO2, metana. H2s, O2 dan Nitrogen. Feses terdiri 75% air dan 25% materi padat. Feses normal berwarna coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin dan aktivitas bakteri. Bau khas karena pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk. Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rectum. Jika reflex defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan mengkontrasikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan rectum meluas untuk menampung kumpilan feses. Susunan feses terdiri dari :

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Bakteri yag umumnya sudah mati Lepaskan epithelium dari usus Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus) Garam terutama kalsium fosfat Sedikit zat besi dari selulosa Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Defekasi a. Usia Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia manula control defekasi menurun b. Diet Bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Contohnya, makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk kedalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi. c. Intake cairan Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorpsi cairan yang meningkat. d. Aktivas Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi. Gerakan peristaltic akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon. e. Fisiologis Keadaan cemas, takut, marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga menyebabkan diare. f. Pengobatan Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi. Laksatik dan katarik dapat melunakkan feses dan mengakibatkan peristaltic. Tetapi bila digunakan waktu lama, kedua obat tersebut dapat menurunkan tonus otot sehingga usus menjadi kurang responsive

terhadap stimulus insaktif. Obat-obatan yang dapat mengganggu pola defekasi antara lain: narkotik, opiate, dan antikolinergik. g. Gaya hidup Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar,h. Prosedur diagnostik

Pemeriksaan diagnostik tertentu, khususnya yang ditujukan untuk melihat struktur saluran pencernaan, mengharuskan dilakukan pengosongan lambung (mis, dengan enema atau katartik). Tindakn ini dapat mengganggu pola eliminasi sampe klien dapat makan dengan normal. Selain itu, prosedur pemeriksaan dengan barium dapat menambah masalah. Sisa barium yang tertinggal dalam saluran pencernaan akan mengeras dan menyebabkan impaksi usus. i. Penyakit Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi. j. Anestesi dan Pembedahan Anestesi umum dapat menghalangi implus parasimpatis sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini berlangsung 24-48 jam yang disebut dengan ileus paralitik. k. Nyeri Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti hemoroid, fraktur ospubis, episiotomy akan mengurangi keinginan untuk BAB. l. Kerusakan sensorik dan motorik Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan stimulus sensorik untuk defekasi. m. Posisi saat defekasi Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi. Posisi ini memungkinkan individu mengerahkan tekanan intraabdomen dan mengerutkan otot pahanya sehinnga memudahkan proses defekasi. (Tarwoto,2004)

5.

Karakteristik Gangguan Eliminasi Bowel Mayor (harus terdapat) (Carpenito,1997) a. Feses keras, berbentuk b. Kebiasaan menggunakan laksatif/enema c. Buang air besar kurang dari 3 kali seminggu d. Feses cair atau lunak e. Frekuensi meningkat (lebih dari 3 kali sehari) Minor (mungkin terdapat) a. Rasa tidak enak pada abdomen b. Rasa penuh pada rectum c. Sakit kepala d. Anoreksia e. Dorongan f. Kram abdomen g. Bising usus menurun atau meningkat

6.

Masalah umum Pada Eliminasi Bowel Untuk eliminasi bowel terdapat beberapa masalah, seperti yang disebutkan dalam buku Tarwoto, 2004 antara lain:1. Konstipasi : gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses

yang kering dan keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stress psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas, usia.2. Fecal imfaction : Masa feses keras di lipatan rectum yang diakibatkan

oleh retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas ,diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.3. Diare : keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi buang air

besar akibat cepatnya chime melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menyerap air. Diare dapat

disebabkan karena stress fisik, obat-obatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi intestinal.4. Inkontinensia Usus : hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol

pengeluaran feses dan gas melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persarafan di daerah anus. Penyebabnya karena penyakitpenyakit neuromuskuler, trauma spinal cord, tumor spinter anus eksterna. 5. Kembung: flatus yang berlebihan di daerah intestinal sehinggan menyebabkan distensi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan (barbiturate, penurunan ansietas, penurunan aktivitas intestinal), mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas dapat berefek anestesi.6. Hemmoroid : pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat pengikatan

tekanan

di daerah tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis,

peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan, dan obesitas.B. Konsep Keperawatan

Konsep asuhan keperawatan pada laporan ini mengacu pada teori TarwotoWartonah. 2004 1. Pengkajian a. Riwayat keperawatan 1. 2. Pola defekasi Perilaku defekasi pola.3. Deskripsi feses 4. Diet

: frekuensi, pernah berubah : penggunaan laksatif, cara mempertahankan : JWBK (jumlah, warna, bau, konsistensi) : makanan yang mempengaruhi defekasi,

makanan yang biasa dimakan, makanan yang dihindari, dan pola msksn ysng teratur/tidak. 5. 7. 8. Cairan Kegiatan yang spesifik Penggunaan medikasi : obat-obat yang mempengaruhi defekasi : jumlah dan jenis minuman/hari : kegiatan sehari-hari6. Aktivitas

9.

Stress

: stress berkepanjangan atau pendek, koping

untk menghadapi atau bagaimana menerima 10. Pembedahan/ penyakit menetap b. Pemeriksaan fisik1. Abdomen

: distensi, simetri, gerakan peristaltic, adanya : tanda-tanda inflamasi, perubahan warna,

masa pada perut, tenderness. 2. Rectum dan anus lesi, fistula, hemorrhoid, adanya masa, tenderness c. Keadaan feses Konsistensi, bentuk, warna, jumlah, unsure abnormal dalam fese: lender d. Pemeriksaan Diagnosis 1. 2. 3. Anuskopi Proktosigmoidoskopi Rontgen dengan kontras

2. Diagnosa keperawatan

a. Gangguan eliminasi bowel: konstipasi (actual/resiko) Definisi: kondisi dimana seseorang individu mengalami perubahn pola yang normal berdefekasi dengan karakteristik menurunnya frekuensi buang air besar dan feses yang keras. Kemungkinan berhubungan dengan: 1. Immobilitas 2. Menurunnya aktivitas fisik 3. Ileus 4. Stress 5. Kurang privasi 6. Menurunnya mobilitas intestinal 7. Perubahan atau pembatasan diet Kemungkinan ditandai dengan : 1. Menurunnya bising usus 2. Mual

3. Nyeri abdomen 4. Adanya masa pada abdomen bagian kiri bawah 5. Perubahan konsistensi feses, frekuensi BAB. Kondisi klinik yang mungkin terjadi : 1. Anemia 2. Hipotiroidisme 3. Dialisa ginjal 4. Pembedahan abdomen 5. Paralisis 6. Cedera spinal cord 7. Immobilitas yang lama Tujuan yang diharapkan : 1. Pasien kembali ke pola normal dari fungsi bowel. 2. Terjadi perubahan pola hidup untuk menurunkan faktor konstipasi. 1. 2. usus 3. Jika terjadi fecak impaction: a.Lakukan pengeluaran manual b.Lakukan gliserin klisme 4. Konsultasikan dengan dokter tentang: a.Pemberian laksatif b.Enema c.Pengobatan 5.Barikan cairan adekuat 6. Berikan makanan tinggi serat dan hindari makanan yang INTERVENSI RASIONAL Catat dan kaji JWBK dan 1. Pengkajian dasar untuk mengetahui adanya masalh bowel 3. Membantu mengeluarkan feses 4. Meningkatkan eliminasi 5. Membantu feses lebih lunak 6. Menurunkan konstipasi 7. Meningkatkan pergerakan usus 8. Menguatkan otot dasar pelvis, mengurangi/ menghindari inkontinenesia Kaji dan catat pergerakan 2. Deteksi dini penyebab konstipasi

waktu BAB

banyak mengandung gas dengan konsultasi bagian gizi 7. 8. Bantu klien dalam Berikan pendidikan melakukan aktivitas pasif dan aktif kesehatan tentang: a.Personal hygiene b.Kebiasaan diet c.Cairan dan makanan yang mengandung gas d.Aktivitas e.Kebiasaan BAB Sementara itu dari Carpenito (1997) Kriteria hasil Individu akan 1. 2. 3. Intervensi 1. Kaji faktor-faktor penyebab: perubahan lingkungan, stress, rujuk ke konstipasi kolonikb. Jika disebabkan oleh kebiasaan menggunakan laksatif atau enema

Mengungkapkan nyeri berkurang saat defekasi Menggambarkan faktor-faktor penyebab jika diketahui Menggambarkan rasional dan prosedur tindakan

a. Jika disebsbkan oleh diet, cairan, latihan, efek samping obat,

dan salah penafsiran tentang eliminasi usus normal, rujuk ke konstipasi yang dirasakan. c. Jika penyebabnya tidak diketahui, tangani seperti konstipasi kolonik dan teruskan untuk mengkaji penyebabnya. d. Jika disebabkan oleh nyeri saat defekasi, gunakan tindakan untuk konstipasi yang berhubungan dengan nyeri defekasi 2. Kurangi nyeri rectal, jika mungkin, dengan mengintruksikan pasien untuk melakukan tindakan korektif:

a. Dengan lembut berikan pelumas pada anus untuk mengurangi rasa nyeri saat defekasib. kompres dingin untuk mengurangi rasa nyeri

c. Lakukan rendam duduk atau berendam dalam bak atau air hangat (43-46 celcius) selama interval 15 menit untuk menyejukand. Konsultan dengan dokterntenteang penggunaan anestesi local dan

agen antisepitik 3. Lindungi kulit dari konstipasi: a. Evaluasi area kulit sekitarnyab. Bersihkan dengan benar dengan agen non iritasi (mis: gunakan

gerakan yang lembut, gunakan tissu yang lembut setelah defekasi) c. Anjurkan rendam duduk setelah defekasi d. Dengan lembut beri emolin atau pelumas pelindung 4. Berikan penyuluhan kesehatan jika diperlukan a. Ajarkan metoda untuk mencegah tekanan rectal yang menyebabkan hemoroid b. Hindari duduk terlalu lama dan menekan defekasi c. Pelunak feses (mis: diet makanan kasar, perbanyak masukan cairan). b. Gangguan Eliminasi : Diare Definisi : Keadaan dimana terjadi perubahan kebiasaan buang air besar dengan karakteristik feses berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100 200 ml sekali defakasi. Kemungkinan berhubungan dengan : 1. 2. 3. 4. Inflamasi, iritasi, dan mal absorpsi Pola makan yang salah Perubahan proses pencernaan Efek samping pengobatan

Kemungkinan data yang ditemukan :

1. 2. 3. 4.

Feses berbentuk cair Meningkatnya frekuensi BAB Meningkatnya peristaltik usus Munurunnya nafsu makan

Kondisi klinik yang mungkin ditemukan : 1. Peradangan bowel 2. Pembedahan saluran pencernan bawah 3. Gastritis Tujuan yang diharapkan : 1. Pasien kembali BAB ke pola normal 2. Feses berbentuk dan lebih keras INTERVENSI1. Monitor / kaji konsistensi,

RASIONAL 1. Dasar memonitor kondisi 2. Mengkaji status dehidrasi 3. Mengurangi kerja usus 4. Mempertahankan status hidrasi 5. Frekuensi BAB yang meningkat menyebabkan iritasi kulit sekitar anus 6. Menurunkan stimulus bowel 7. Sterss meningkatkan stimulus bowel8. Meningkatkan pengetahuan dan

warna, bau feses, pergerakan usus, cek berat badan setiap hari 2. Monitor dan cek elektrolit, intake dan output cairan 3. Kolaborasi dengan dokter pemberian cairan IV, oral, dan makanan lunak 4. Beriakan antidiare, tingkatkan intake cairan 5. Cek kulit bagian epidermal dan jaga dari gangguan integritas kulit 6. Kolaborasikan dengan ahli diet tentang rendah serat dan lunak 7. Hindari stress dan lakukan istirahat cukup 8. Berikan pendidikan kesehatan tentang : mencegah diare

a) Cairan b) Diet c) Obat-obatan d) Perubahan gaya hidup Sementara itu dari Carpenito (1997) : Kriteria Hasil Pasien akan :1) Menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, jika mengetahuinya 2) Menjelaskan rasional dari intervensi

3) Melaporkan diare berkurang Intervensi1) Kaji faktor-faktor penyebab / yang mempengaruhi : makan per selang,

makanan sembarangan / terkontaminasi, alergi makanan, perjalanan ke luar negeri, impaksi feses. 2) Kurangi diare : a. Hentikan makanan padat b. Minum cairan bening (jus buah) c. Lanjutkan menyusui, hentikan pemberian susu formula d. Hindari prduk susu, lemak, tepung beras, buah-buahan segar dan sayursayurane. Secara bertahap tambahkan makanan semi padat dan padat (cracers,

yogurt, nasi, pisang, dan jus apel) 3) Tingkatkan masukan oral untuk mempertahankan berat jenis normal urin (urin pucat dan kuning) 4) Perbanyak cairan tinggi kalium dan natrium (jus jeruk, buah anggur) 5) Hati-hati terhadap penggunaan cairan yang sangat panas atau dingin 6) Jelaskan kepada klien dan orang terdekat tentang intervensi yang diperlukan untuk pencegahan mendatang 7) Jika berhubungan dengan makan per selang : a. Ganti menjadi makan per selang drip-berlanjut b. Berikan lebih lambat bila terjadi tanda-tanda intoleransi gastrointestinal

c. Jika didinginkan, hangatkan didalam air hangat sampai mencapai suhu ruangan d. Encerkan sementara makanan kental e. Ikuti makanan per selang dengan jumlah air yang telah ditentukan untuk menjamin hidrasi8) Ajarkan tindakan pencegahan yang harus dilakukan bila melakukan

perjalanan jauh ke luar negeri a. Hindari makanan yang disajikan dingin b. Minum minuman yang mengandung karbonat atau minuman botol, hindari es c. Kupas buah-buahan dan sayuran segard. Konsulkan dengan pemberian asuhan pelayanan kesehatan utama untuk

penggunaan profilaktik bismuth subsalisilat ( misalkan : pepto-bismo ) 30 60 ml empat kali per hari selama perjalanan dan 2 hari setelah kembali atau antimikroba untuk pengobatan pelancong yang mengalami diare 9) Jelaskan cara untuk mencegah penyebaran infeksi ( cuci tangan, penyimpanan yang tepat, memasak, dan menangani makanan) c. Gangguan eliminasi : Inkontinensia Definisi : Keadaan dimana seorang individu mengalami perubahan dalam kebiasaan defakasi normal yang ditandai oleh pengeluaran feses secar involunter / diluar kehendak. Kemungkinan berhubungan dengan : 1. Menurunnya tingkat kesadaran 2. Gangguan sfingter anus 3. Gangguan neuromuskuler 4. Fecal impaction Kemungkinan data yang akan ditemukan : 1. Tidak terkontrolnya pengeluaran feses 2. Bau yang kotor oleh feses

Kondisi klinis yang mungkin ada : 1. Injuri spinal cord 2. Pembedahan usus 3. Pembedahan ginekologi 4. Stroke 5. Trauma pada daerah pelvis 6. Usia tua Tujuan yang diharapkan : 1. Pasien dapat mengontrol pengeluaran feses 2. Pasien kembali pada pola eliminasi yang normal INTERVENSI 1. Tentukan penyebab inkontinensia2. Kaji penurunan masalah ADL

RASIONAL 1. Memberikan data dasar untuk memberikan asuhan keperawatan 2. Pasien terganggu ADL karena BAB 3. Menentukan pola inkontinensia 4. Membantu mengontrol BAB 5. Menguatkan otot dasar pelvis 6. Mengontrol frekuensi BAB

yang berhubungan dengan masalah inkontinensia3. Kaji jumlah dan karakteristik

inkontinensia 4. Atur pola makan dan sampai berapa lama terjadinya BAB 5. Berkolaborasi dengan fisioterapis melakukan bowel training 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan Sementara menurut Carpenito ( 1997 ) : Kriteria Hasil :

Individu akan defakasi feses lunak berbentuk ( setiap hari, setiap 2 hari dan setiap 3 hari. Intervensi :1) Kaji pola eliminasi usus, diet dan gaya hidup sebelumnya

2) Tentukan status neurologis dan fisik sekarang serta tngkat fungsional 3) Rencanakan waktu eliminasi yang konsisten, tepat ( program defakasi setiap hari selama 5 hari atau sampai terbentuk pola, kemudian defakasi setiap hari lai, siang atau sore )4) Untuk individu dengan pusat reflek sakral yang utuh : a. Berbaring denagn posisi tegak atau jika secara fungsional mampu.

Jika tidak mampu melakukan posisi miring ke kiri gunakan stimulasi jari-jari : sarung tangan, pelumas, jari telunjuk (dewasa) b. Untuk yang secara fungsional mampu, gunakan alat-alat yang dapat membantu : dil stik, stimulator jari, dudukan pispot ditinggikan, dan pelumas serta sarung tangan yang sesuai. 5) Untuk individu dengan mobilitas ekstremitas atas dan mereka dengan inervasi sistem otot abdomen, ajarkan teknik mempermudah eliminasi usus yang tepat : a. Manuver Valsalva b. Membungkuk ke depan c. Duduk mengejan d. Massage abdomen6) Untuk individu-individu dengan tidak terdapat pusat reflek saklar : a. Rencanakan jadwal defakasi setiap hari, baik pagi atau sore dengan

evakuasi manual isi rectal b. Posisi tegak atau posisi duduk jika secara fungsional mampu c. Gunakan alat-alat bantu, pispot duduk, dan lubrikan jika perlu d. Ajarkan teknik mempermudah defakasi 1. Manuver Valsalva 2. Membungkuk ke depan 3. Massage abdomen4. Duduk mengejan jika pasien secara fungsional mampu

7) Untuk individu dengan penurunan kapasitas reservoir, cobalah untuk mengurangi volume feses dengan : a. Hindari makanan yang memberikan efek laksatif

b. Hindari makanan yang membentuk gas c. Batasi serat dalam diet8) Pertahankan catatan eliminasi jadwal defakasi termasuk waktu, bentuk

feses, metode yang digunakan, dan jumlah involunter jika ada 9) Ajarkan pentingnya diet tinggi serat dan masukan cairan yang optimal10) Bersihkan kulit setelah setiap kali defakasi. Lindungi kulit yang utuh

dengan salep (misalkan: pasta alumunium). Jika kulit tidak utuh, konsulkan pada perawat klinik spesialis atau ahli entersostomal11) Lakukan aktifitas fisik dan latihan yang sesuai sampai tingkat fungsional

(misalkan: latihamn abdomen, berjalan) 12) Ajarkan penggunaan pelunak feses yang tepat, penggunaan supositorial dan bahaya enema 13) Berikan informasi tanda-tanda dan gejala-gejala impaksi feses dan konstipasi 14) Berikan latihan perawatan rumah untuk individu yang secara fungsional dapat dengan program defakasi

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 1997. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Departemen Kesehatan RI. 1996. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta Gibson, J. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-cholina.pdf Tarwoto Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika