LP Apendisitis

14
LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS Oleh: Riana Vera Andantika 1. Kasus (masalah utama) (Diagnosa Medis) Diagnosa Medis: Apendisitis 2. Proses terjadinya masalah (pengertian, penyebab, Patofisiologi, tanda & gejala, Penangan) a. Pengertian Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis. Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001). Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia10 sampai 30 tahun (Mansjoer, 2000). Jadi, dapat disimpulkan apendisitis adalah kondisi dimana terjadi infeksi pada umbai apendiks dan merupakan penyakit bedah abdomen yang paling sering terjadi. Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis akut dan apendisitis kronik (Sjamsuhidayat, 2005). Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritonieum lokal. Gajala apendisitis akut ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini sering

Transcript of LP Apendisitis

Page 1: LP Apendisitis

LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS

Oleh: Riana Vera Andantika

1. Kasus (masalah utama) (Diagnosa Medis)

Diagnosa Medis: Apendisitis

2. Proses terjadinya masalah (pengertian, penyebab, Patofisiologi, tanda & gejala,

Penangan)

a. Pengertian

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis. Apendisitis akut adalah

penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah rongga abdomen,

penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001). Apendisitis

adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut

yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan,

tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia10 sampai 30 tahun (Mansjoer, 2000). Jadi,

dapat disimpulkan apendisitis adalah kondisi dimana terjadi infeksi pada umbai apendiks

dan merupakan penyakit bedah abdomen yang paling sering terjadi.

Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis akut dan apendisitis

kronik (Sjamsuhidayat, 2005). Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang

didasari oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai

maupun tidak disertai rangsang peritonieum lokal. Gajala apendisitis akut ialah nyeri

samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar

umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan

menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ketitik mcBurney. Disini nyeri

dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik

setempat.

Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya riwayat

nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik

dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh

dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan

ulkus lama dimukosa, dan adanya sel inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik antara

1-5%.

Page 2: LP Apendisitis

b. Etiologi

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor

pencetusnya. sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor

pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris

dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan

apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica

(Sjamsuhidajat, De Jong, 2004). Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan

makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis.

Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan

fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya

ini akan mempermudah timbulnya apendisitis akut (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).

c. Patofisiologi

Apendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi lumen apendiks yang disebabkan

oleh feses yang keres atau fekalit, tumor atau benda asing (Smeltzer,2001). Penjelasan ini

sesuai dengan pengamatan epidemiologi bahwa apendisitis berhubungan dengan asupan

serat dalam makanan yang rendah (Burkitt, Quick, Reed, 2007). Obstruksi tersebut

menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama

mucus tersebut semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai

keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang

meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema,

diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke

dalam lumen, yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai

apendiks menjadi bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis

atau gangren. Perforasi akan segera terjadi dan menyebar ke rongga peritoneal. Jika

perforasi yang terjadi dibungkus oleh omentum, abses lokal akan terjadi (Burkitt, Quick,

Reed, 2007). Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat

sehingga menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah.

d. Manifestasi Klinis

Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah

danhilangnya nafsu makan. Pada apendiks yang terinflamasi, nyeri tekan dapat dirasakan

pada kuadran kanan bawah pada titik Mc.Burney yang berada antara umbilikus dan

spinalis iliaka superior anterior. Derajat nyeri tekan, spasme otot dan apakah terdapat

Page 3: LP Apendisitis

konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi apendiks. Bila

apendiks melingkar dibelakang sekum, nyeri dan nyeri tekan terasa didaerah lumbal. Bila

ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapatdiketahui hanya pada pemeriksaan rektal.

Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung apendiks berada dekat rektum. Nyeri pada saat

berkemih menunjukkan bahwa ujung apendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter.

Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus kanan dapat terjadi. Tanda rovsing

dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial

menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah. Apabila apendiks telah ruptur,

nyeri menjadi menyebar. Distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi

pasien memburuk (Smeltzer C. Suzanne, 2001). Pada pasien lansia, tanda dan gejala

apendisitis dapat sangat bervariasi. Tanda-tanda tersebut dapat sangat meragukan,

menunjukkan obstruksi usus atau proses penyakit lainnya. Pasien mungkin tidak

mengalami gejala sampai ia mengalami ruptur apendiks. Insidens perforasi pada apendiks

lebih tinggi pada lansia karena banyak dari pasien-pasien ini mencari bantuan perawatan

kesehatan tidak secepat pasien-pasien yang lebih muda (Smeltzer C. Suzanne, 2001).

e. Penanganan

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Diagnosis

didasarkan pada pemeriksaan fisik lengkap, tes laboratorium dan sinar x. Hitung darah

lengkap menunjukkan peningkatan jumlah darah putih lebih dari 10.000/mm3 dan

pemeriksaan ultrasound dapat menunjukkan densitas kuadran kanan bawah atau kadar

aliran udara terlokalisasi. Antibiotik dan cairan IV diberikan serta pasien diminta untuk

membatasi aktivitas fisik sampai pembedahan dilakukan ( akhyar yayan,2008 ). Analgetik

dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendiktomi (pembedahan untuk

mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.

Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum umum atau spinal, secara terbuka

ataupun dengan cara laparoskopi yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif

(Smeltzer C. Suzanne, 2001). Bila apendiktomi terbuka, insisi Mc.Burney banyak dipilih

oleh para ahli bedah

Page 4: LP Apendisitis

3. a. Pohon masalah

Hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan diet rendah serat

Obstruksi lumen apendiks

Terhambatnya aliran mukus

Ulserasi mukosa edema, dan diapedesis bakteri

Proses inflamasi pada peritoneum

Nyeri pada daerah kanan

bawah

Apendisitis

PembedahanPerforasi apendiks,

abses apendiks, ruptur apendiks

Peritonitis, obstruksi usus, syok

hipovolemik,ileus, sepsis

Aliran limfe terhambat Distensi abdominal Gangguan

pada katup ileosekal

Suhu tubuh MK: Hipertermi

MK: Konstipasi

Mual Muntah

Tekanan intralumen

Penigkatan keluaran cairan

MK: Defisit volume cairan

tubuh

Lemah

MK: Intoleransi Aktivitas

MK: Nyeri Akut

Nafsu makan

MK: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

MK: Gangguan pola tidur

Apendiktomi

MK: Ansietas

Luka incisi MK: Ansietas Anestesi

MK: Kerusakan integritas kulit

Page 5: LP Apendisitis

b. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

4. Diagnosis keperawatan (minimal 5 diagnosa keperawatan)

Pre Ops

a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury biologi

b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif,

mual muntah

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi oleh karena factor biologis.

d. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Post-Ops

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik

b. Resiko infeksi berhubungan dengan procedure invasive

Kerusakan jaringan

Ujung saraf terputus

Pelepasan prostaglandin

MK: Kerusakan integritas jaringan kulit

Nyeri dipersepsikan

MK: Resiko infeksiPeristaltik usus

Distensi abdomen

Mual muntahMK: Defisit volume cairan tubuh

MK: Ketidakseimbangna nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

MK: Nyeri Akut

Stimulasi dihantarkan

Spinal cord & cortex cerebri

Nyeri

MK: Defisit perawatan

diri

Page 6: LP Apendisitis

c. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara

aktif, mual muntah

d. Ketidakseimbangna nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ketidakmampuan untuk

mencerna nutrisi oleh karena factor biologis.

e. Defisit perawatan diri: Mandi berhubungan dengan nyeri

5. Rencana tindakan keperawatan (masing masing diagnosa minimal 5 rencana tindakan)

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. Nyeri akut

berhubungan dengan

agen injuri fisik

NOC:

a. Pain Level

b. Pain control

c. Comfort level

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x 24

jam pasien tidak

mengalaminyeri dengan

kriteria :

a. Mampu mengontrol nyeri

b. Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan

menggunakan manajemen

nyeri

c. Mampu mengenali nyeri

d. Menyatakan rasa nyaman

setelah nyeri berkurang

e. Tanda vital dalam rentang

normal

f. Tidak mengalami gangguan

tidur

NIC : Manajemen Nyeri

a. Kaji nyeri secara

komprehensif (lokasi,

durasi, frekuensi,

intensitas)

b. Observasi isyarat-isyarat

non verbal dari

ketidaknyamanan

c. Berikan pereda nyeri

dengan modifikasi

lingkungan (missal

ruangan tenang dan

batasi pengunjung)

d. Berikan analgesic sesuai

kebutuhan

e. Kontrol factor-faktor

yang mempengaruhi

2. Resiko infeksi

berhubungan dengan

procedure invasive

NOC:

Seteah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x 24

jam masalah teratasi dengan

kriteria hasil:

NIC:

a. Observasi ital. sign,

penampilan luka dan

daerah sekitar luka

b. Observasi kecukupan

Page 7: LP Apendisitis

a. Pasien memahami

tentang pencegahana

dan pengendalian

infeksi

b. Terbtas dari tanda atau

gejala infekai

nutrisi pasien dan hasil

laboratorium

c. Rawat luka dengan

memperhatikan teknik

steril (septic

&antiseptic), cuci

tangan sesuai [rosedur

sebelum dan sesuadah

melakukan interaksi

terhadap pasien

d. Bersihkan lingkungan

dengan benar selama

dan setelah digunakan

oleh pasien, terapkan

universal precaution

e. Ajarkan pasien teknik

mencuci tangan yang

benar, ajarkan keluarga

untuk mencuci tangan

sewaktu kontak dengna

pasien

f. Kolaborasi pemberia

antibiotic

3. Defisit volume cairan

tubuh berhubungan

dengan kehilangan

volume cairan secara

aktif, mual muntah

NOC:

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan manajemen

cairan selama 2 x 24

jam,diharapkan keseimbangan

cairan pada pasien adekkua

Kriteria Hasil:

a. Keseimbangan intake

& otput dalam batas

normal

b. Elektrolit serum dalam

NIC:

Manajemen Cairan

a. Pertahankan intake dan

output yang adekuat

b. Monitor status hidrasi

membrane mukosa

yang adekuat

c. Monitor status

hemodinamik

d. Monitor intake output

Page 8: LP Apendisitis

batas normal

c. Tidak ada mata

cekung

d. Tekanan darah dalam

batas normal

yang akurat’

e. Monitor berat badan

4. Ketidakseimbangna

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

ketidakmampuan untuk

mencerna nutrisi oleh

karena factor biologis.

NOC:

a. Nutrional status:

adequacy of nutrient

b. Nutrional status: food

and fitual intake

c. Weight control

Setelah dilakuka

tindakan keperawatan

selama 2 x 24 jam

nutrisi kurang teratasi

dengan kritria hasil:

a. Alnumin serum

b. Pre albumin serum

c. Hematokrit

Hemoglobin

d. Jumlah limfosit

NIC:

a. Monitor intake dan

output

b. Adanya penurunan BB

dan gula darah

c. Monitor kekeringan

rambut kusam, total

protein, Hb dan kadar

Ht

d. Kaji adanya alergi

makanan

e. Jelaskan adanya alergi

makanan

f. Anjurkan banyak

minum

g. Kolaborasi dengan

dokter tentang

kebutuhan suplemen

makanan

h. Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan

5. Defisit perawatan diri:

Mandi berhubungan

dengan nyeri,

kelemahan

Setelah dilakukan tindakan

asuhan keperawatan selama 2

x 24 jam pada pasien dengan

deficit perawatan diri dapat

Self Care Assistance

1. Monitor kemampuan

klien untuk perawatan

diri secara mandiri

Page 9: LP Apendisitis

teratasi dengan kriteria hasil:

Self Care : ADL

pasien melaporkan bisa

melakukan ADL secara

mandiri

2. Kaji kebutuhan klien

akan alat bantu untuk

ADL

3. Bantu klien dalam

pemenuhan ADL

sampai mandiri

4. Ajarkan dan pada klien

cara perawatan diri

mandiri sesuai dengan

kemampuan

5. Ajarkan keluarga untuk

perawatan yang dapat

dilakukan sendiri pada

klien jika tidak mampu

dalam pemenuan ADL

6. Daftar pustaka

Daftar Pustaka

Burkit, H.G., Quick, C. R. G., dan Reed, J.B., 2007. Appendicitis. In: Essential Surgery Problems, Diagnosis & Management. Fourth Edition. London: Elsevier

Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakrta :EGC

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Nuararif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC

Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2, alih bahasa Kuncara, H.Y, dkk. Jakarta:EGC