Long Case Katarak

43
LONG CASE KATARAK SENILIS IMATUR TIPE BRUNESEN ODS PEMBIMBING : Penyusun : 030.06.330 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD BUDHI ASIH PERIODE 9 APRIL – 12 MEI 2012

description

kasus katarak

Transcript of Long Case Katarak

LONG CASE

KATARAK SENILIS IMATUR TIPE

BRUNESEN ODS

PEMBIMBING :

Penyusun :

030.06.330

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

RSUD BUDHI ASIH

PERIODE 9 APRIL – 12 MEI 2012

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmat yang

diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Katarak

Senilis Imatur Tipe Brunesen ODS”. Adapun maksud dari penyusunan laporan kasus ini

adalah untuk memenuhi salah satu tugas dalam menjalankan kepaniteraan klinik di bagian

Ilmu Penyakit Mata di Rumah Sakit Umum Budhi Asih,Jakarta.

Sehubungan dengan penyusunan laporan kasus ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada dr. Dr. Heru Mahendrata S, SpM, selaku pembimbing sekaligus pengajar

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata RSUD Budhi Asih, yang telah memberikan

bimbingan serta masukan dalam penyusunan laporan kasus ini.

Tentunya dalam penulisan dan penyelesaian laporan kasus ini tidaklah luput dari

kesalahan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu kritik serta saran yang membangun dari

para pembaca sangatlah diharapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.

Besar harapan penulis semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca

pada umumnya dan bagi teman – teman akademika pada khususnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Jakarta, 2012

Penulis

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

1

KATA PENGANTAR

2

DAFTAR ISI

3

BAB I STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien

4

II Anamnesis

4

III Pemeriksaan Fisik

5

IV Resume

7

V.Diagnosis

7

VI.Pemeriksaan Anjuran

8

VII.Penatalaksanaan

8

VIII.Prognosis

8

BAB II ANALISA KASUS

9

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3

III.1 Anatomi lensa

12

III.2 Definisi Katarak

13

III.3 Epidemiologi

13

III.4 Etiologi

14

III.5 Patogenesis

14

III.6 Patofisiologi

15

III.7 Klasifikasi

16

III.8 Diagnosis

25

III.9 Pengobatan

26

III.10 Komplikasi

27

III.11 Prognosis

28

DAFTAR PUSTAKA

29

BAB I

STATUS PASIEN

4

I. Identitas

Nama : Tn. C

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 76 tahun

Pekerjaan : Dosen

Pendidikan : Sarjana

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Mayjen Sutoyo No. 76, Cililitan, Kramat Jati,

Jakarta Timur

II. Anamnesis

Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 23 April 2012 pukul 10.00 WIB

A. Keluhan Utama

Penglihatan kedua mata kabur sejak 1 tahun yang lalu.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 1 tahun yang lalu, penglihatan kedua mata pasien kabur seperti melihat

asap. Penglihatan menurun secara perlahan dan mulai mengganggu aktivitas pasien.

Mata kanan dirasakan lebih kabur dibandingkan mata kiri. Keluhan pada mata kanan

dirasakan kabur sejak 1 tahun yang lalu kemudian pada mata kiri sejak 1 minggu

yang lalu. Pasien merasa lebih nyaman melihat pada malam hari dibandingkan pada

siang hari sering merasa silau.

Sebelum ini pada tanggal 27 Februari 2012, pasien telah berobat ke RS Tria

Dipa dan didiagnosa katarak. Pasien diberi obat tetes mata tetapi tidak ada

perbaikan.

Pasien menyangkal adanya penglihatan seperti pelangi, mata merah, mata

berair, rasa nyeri dan gatal pada mata serta sakit kepala. Tidak terdapat keluhan

perubahan bentuk maupun warna dari benda. Pasien menyangkal adanya riwayat

trauma sebelumnya.

5

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menyangkal adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus dan asma.

Tidak ada riwayat alergi terhadap obat-obatan. Pasien memakai kaca mata baca.

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien menyangkal adanya anggota keluarga yang memiliki keluhan yang

sama dengan dirinya. Pasien juga menyangkal adanya riwayat hipertensi dan

diabetes melitus pada anggota keluarga.

III. Pemeriksaan Fisik

A. Status Generalis

Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 110/90 mmHg

Nadi : 76 x/menit

Suhu : afebris

Pernapasan : 18 x/menit

B. Status Ophtalmologis

Visus: AVOD : 1/60, S-2,50 6/60, PH : (-)

AVOS : 6/15, PH : (-)

Pemeriksaan Okuli Dekstra Okuli Sinistra

Kedudukan Bola Mata Ortoforia Ortoforia

Pergerakan Bola Mata Baik, ke segala arah Baik, ke segala arah

Palpebra Superior Ptosis (-), oedem (-) Ptosis (-), oedem (-)

6

Ektropion (-), entropion (-)

Trikiasis (-), distrikiasis (-)

Ektropion (-), entropion (-)

Trikiasis (-), distrikiasis (-)

Konjungtiva tarsalis superior Hiperemi (-), litiasis (-)

Folikel (-)

Hiperemi (-), litiasis (-)

Folikel (-)

Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi silier (-)

Perdarahan subkonjungtiva (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi silier (-)

Perdarahan subkonjungtiva (-)

Konjungtiva tarsalis inferior Hiperemi (-), litiasis (-)

Folikel (-)

Hiperemi (-), litiasis (-)

Folikel (-)

Kornea Jernih Jernih

Camera Oculi Anterior Dalam Dalam

Iris Warna coklat

Gambaran kripti baik

Warna coklat

Gambaran kripti baik

Pupil Bulat, isokor, RC L +, RCTL + Bulat, isokor, RCL +, RCTL +

Lensa Coklat

Shadow test (+)

Coklat

Shadow test (+)

Vitreous Humor Jernih Jernih

Funduskopi Refleks fundus (+)

Papil bulat, batas tegas

CDR : 0,33, arteri : vena = 2:3

Reflek makula (+), dark area

Edema makula (-)

Refleks fundus (+)

Papil bulat, batas tegas

CDR : 0,33, arteri : vena = 2:3

Reflek makula (+), dark area

Edema makula (-)

Tekanan Intra Okuler Palpasi normal

13,6 mmHg

Palpasi normal

12,1 mmHg

Retinometri 0,5 0,5

IV. Resume

Pasien laki-laki, usia 76 tahun, datang ke poliklinik mata RSUD Budhi Asih dengan

keluhan penglihatan kedua mata pasien kabur seperti asap sejak 1 tahun yang lalu. Mata

kanan dirasakan lebih kabur dibandingkan mata kiri.Keluhan pada mata kanan dirasakan

7

sejak 1 tahun yang lalu dan pada mata kiri sejak 1 minggu yang lalu. Penglihatan menurun

secara perlahan dan mulai mengganggu aktivitas pasien. Pasien mengaku silau jika terkena

cahaya atau sinar. Penglihatan pada waktu malam hari lebih baik. Pasien sebelumnya

berobat ke RS Tria Dipa dan didiagnosis katarak, diberi obat tetes mata namun tidak ada

perbaikan. Pasien menyangkal adanya penglihatan seperti pelangi, mata merah, mata berair,

rasa nyeri dan gatal pada mata serta sakit kepala. Tidak terdapat keluhan perubahan bentuk

maupun warna dari benda. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya.

Pada status oftalmologis, didapatkan:

AVOD : 1/60, S-2,50 PH : (-)

AVOS : 6/15, PH : (-)

Pemeriksaan Okuli Dekstra Okuli Sinistra

Lensa Coklat

Shadow test (+)

Coklat

Shadow test (+)

Vitreous Humor Jernih Jernih

Funduskopi Refleks Fundus (+) (samar)

Papil bulat, batas tegas

CDR : 0,33, arteri : vena = 2:3

Reflek makula (+), dark area

Edema makula (-)

Refleks fundus (+)

Papil bulat, batas tegas

CDR : 0,33, arteri : vena = 2:3

Reflek makula (+), dark area

Edema makula (-)

V. Diagnosis

Diagnosis Banding

1. Katarak senilis stadium imatur tipe Brunesen ODS , OD>OS

2. Glaukoma kronik ODS

3. Degenerasi makula ODS

4. Retinopati

Diagnosis Kerja

Katarak senilis stadium imatur tipe Brunesen ODS , OD>OS

VI. Pemeriksaan Anjuran

8

Laboratorium darah

Gula darah

EKG

Rontgen thoraks

Konsul Penyakit Dalam

Keratometri

Biometri

USG mata

Anel test

VII. Penatalaksanaan

Anjuran kepada pasien untuk melakukan operasi katarak OD atau OS

Rencanakan operasi katarak dengan teknik Phacoemulsification dengan

pemasangan intra ocular lens (IOL)

VIII. Prognosis

- Ad vitam : ad bonam

- Ad functionam : ad bonam

- Ad sanationam : dubia ad bonam

BAB II

ANALISA KASUS

Diagnosis katarak senilis stadium imatur tipe Brunesen ODS pada pasien ini

ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi.

9

1. Seorang laki-laki berusia 76 tahun datang dengan keluhan penglihatan kedua mata

kabur sejak 1 tahun yang lalu. Dari segi usia dapat dipikirkan gangguan penyakit-

penyakit mata yang berkaitan dengan peningkatan usia seperti kelainan degeneratif

yang terjadi di dalam lensa, vaskuler ataupun gangguan metabolik. Penurunan

penglihatan ini tidak disertai dengan keluhan mata merah, gatal dan berair. Dari hal

tersebut maka dapat disimpulkan terdapat suatu keadaan mata tenang dengan

penurunan visus perlahan pada dua bagian mata kiri dan kanan, sehingga kita dapat

memikirkan penyakit yang mungkin terjadi adalah glaukoma kronik, katarak ,

retinopati dan degenerasi makula

2. Dari anamnesis didapatkan awalnya terdapat keluhan penglihatan kabur seperti

melihat asap, fotofobia, penglihatan membaik pada malam hari. Dari anamnesis

tersebut ditemukan tanda- tanda adanya suatu penyakit katarak berupa penglihatan

buram. Hal ini sesuai dengan teori, dimana pasien dengan katarak mengeluh

penglihatan berkabut, berasap atau berembun. Tajam penglihatan menurun

disebabkan proses hidrasi dan denaturasi protein yang menghamburkan bekas

cahaya sehingga mengurangi transparansi lensa. Tajam penglihatan membaik pada

waktu malam kerna pada waktu siang lensa perlu mencembung dan pupil miosis dan

mengakibatkan penglihatan terbatas pada lensa yang keruh. Fotofobia diakibatkan

adanya bagian yang jernih dan keruh pada lensa yang menyebabkan pantulan cahaya

tidak sama.

3. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan mata kanan visus 1/60 S-2,50 6/60 ph

(-), mata kiri visus 6/15 ph (-). Lensa ODS coklat, shadow test ODS (+) dan

refleks fundus ODS (+). Pada pemeriksaan funduskopi pada mata kanan ditemukan

papil bulat, batas tegas, CDR : 0,33, arteri : vena = 2:3, reflek makula (+), edema

makula (-) dan dark area (+). Pada pemeriksaan oftalmologi sesuai dengan teori,

dimana pinhole negatif yang mengarahkan pada kekeruhan media refraksi dan

kelainan organik.Pemeriksaan visus tersebut sesuai dengan diagnosis katarak

immatur yaitu visus 5/60-1/60 ditambah lagi dengan refleks fundus (+). Lensa ODS

berwarna coklat dan terdapat dark area pada pemeriksaan funduksopi memberi arti

katarak nukleus grade IV.Dimana terdapat perubahan warna pada inti lensa dewasa

10

yang sklerotik dari warna kelabu (grade 1) kuning (grade II)amber (grade III)

coklat/hitam(grade IV). Pemeriksaan papil menunjukkan hasil yang normal.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftamologis, maka pasien ini

didiagnosa dengan katarak senilis stadium imatur tipe Brunesen ODS. Seperti yang

kita ketahui, katarak digolongkan dalam mata tenang visus turun perlahan. Maka

diagnosa banding yang mungkin antara lain glaucoma kronik ,retinopati dan

degenerasi makula.

Retinopati dijadikan salah satu didiagnosa banding karena dari anamnesis

didapatkan penurunan penglihatan perlahan tanpa mata merah. Retinopati dapat

disingkirkan karena pada pemeriksaan funduskopi didapatkan papil bulat, batas

tegas, CDR : 0,33, arteri : vena = 2:3, reflek makula (+), edema makula (-).Dari

anamnesis pasien tidak ada riwayat hipertens dan DM.

Glaukoma kronik dapat disingkirkan karena pasien ini tidak mengeluh sakit

kepala, perubahan bentuk maupun warna benda serta pada pemeriksaan fisik

didapatkan tekanan intraokuler dalam batas normal.

Degenerasi makula dapat disingkirkan karena gambaran retina dapat dilihat

demgan jelas pada pemeriksaan funduskopi. Degenerasi makula dan retinopati dapat

disingkirkan dengan pemeriksaan retinometri.Pada pasien ini pemeriksaan

retinometri dapat mencapai 0,5 ODS.

Penatalaksanaan adalah dengan pembedahan merupakan solusi terbaik untuk

mengobati katarak dengan angka keberhasilan mencapai + 95 %. Alasan pada pasien

ini dianjurkan untuk dilakukannya operasi katarak antara lain:

1. visus pada mata kanan 1/60 dan pada mata kiri 6/15 dan mulai

mengganggu aktivitas.

2. menghindari terjadinya hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa

bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan

perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi miopik.

Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan

sehingga bilik mata depan akan lebih sempit. Pada stadium intumesen ini

akan mudah terjadi penyulit yaitu glaukoma. Oleh karena itu, sebaiknya

dilakukan pengeluaran lensa walaupun kekeruhan lensa belum total

11

karena jika sudah terjadi glaukoma,ini akan menjadi salah satu penyulit

dalam melakukan operasi atau bedah katarak.

Dianjurkan dilakukan phacoemulsification karena lebih menguntungkan dengan

insisi yang lebih sedikit dan tanpa jahitan sehingga mempermudah penyembuhan

luka pasca operasi.

Prognosis ad vitam ad bonam karena katarak senilis stadium imatur tidak

mengancam jiwa atau menyebabkan kematian. Prognosis ad fungtionam ad bonam

karena dengan operasi yang baik tajam penglihatan pasien dapat kembali seperti

semula, walaupun hasil operasi berbeda-beda pada setiap pasien. Prognosis ad

sanationam dubia ad bonam karena kemungkinan untuk timbulnya katarak sekunder

pasca operasi belum dapat disingkirkan terutama jika pada proses irigasi aspirasi

kurang bersih.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III. 1 Anatomi dan Fisiologi Lensa

12

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal

sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula (zonula

Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat

humor aquaeus dan disebelah posterior terdapat viterus.Kapsul lensa adalah suatu membran

semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis

epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan

bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-

kelamaan menjadi kurang elastik. Lensa terdiri dari 65% air, 35% protein, dan sedikit sekali

mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa

daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk

teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di

lensa.

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan

kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian

anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior

lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion

Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan

keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di

dalam oleh Ca-ATPase. Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-

shunt (5%). Metabolisme lensa terutama bersifat anaerob akibat rendahnya kadar oksigen

terlarut di dalam aqueous. Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam

13

lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose

reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah

menjadi fruktosa oleh enzim sorbitol dehidrogenase.

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk

memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat

zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil,

daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk

memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula

berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis

diiringi oleh peningkatan daya biasnya.Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris,

zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi.

Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan

berkurang.Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola

mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri.

III. 2 Definisi Katarak

Katarak berasal dari bahasa Yunani (Katarrhakies), bahasa Inggris (Cataract) dan

Latin (Cataracta) yang berarti air terjun. Mungkin sekali karena pasien katarak seakan-akan

melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya. Katarak adalah setiap

keadaan kekeruhan (opasitas) pada lensa yang tidak dapat menggambarkan obyek dengan

jelas di retina, yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi

protein lensa atau kedua-duanya.

III. 3 Epidemiologi

Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada

sekitar 10% orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka

yang berusia antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia

lebih dari 75 tahun. Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering

pada wanita dibanding pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio pria

dan wanita adalah 1:8 dengan dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari 65 tahun dan

menjalani operasi katarak.

14

Diketahui kebutaan di Indonesia berkisar 1, 2% dari jumlah penduduk Indonesia.

Dari angka tersebut presentasi angka kebutaan utama ialah :

- Katarak 0,70 %

- Kelainan kornea 0,13 %

- Penyakit glaukoma 0,10 %

- Kelainan refraksi 0,06 %

- Kelainan retina 0,03 %

- Kelainan nutrisi 0,02 %

III. 4 Etiologi

Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain

yang mungkin terlibat, antara lain : trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes),

merokok, dan herediter. Katarak akibat penuaan merupakan penyebab umum gangguan

penglihatan. Katarak yang disebabkan bahan toksik, keracunan beberapa jenis obat dapat

menimbulkan katarak seperti eserin (0,25-0,5%), kortikosteroid, ergot dan antikolinesterase

topical. Kelainan sistemik atau metabolic yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes

mellitus, galaktosemia, dan distrofi miotonik.

Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik

(katarak senile, juvenile, herediter) atau kelainan kongenital mata. Katarak dapar

disebabkan oleh berbagai faktor, seperti : faktor fisik, kimia, penyakit predisposisi, genetik

dan gangguan perkembangan, infeksi virus di masa pertumbuhan janin, dan usia.

III. 5 Patogenesis

Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian, pada lensa

katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas

cahaya dan mengurangi transparaninya. Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan

perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat. Temuan tambahan mungkin berupa

vesikel di antara serat-serat lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang

menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam terbentuknya katarak,

antara lain kerusakan oksidatif (dari proses radikal bebas), sinar ultraviolet dan malnutrisi.

Secara umum ada dua proses patogenesis katarak, yaitu :

15

1. Hidrasi

Terjadi penimbunan komposisi ionik pada korteks lensa dan penimbunan cairan di

antara celah-celah serabut lensa

2. Sklerosis

Serabut-serabut lensa yang terbentuk lebih dahulu akan terdorong kearah tengah

sehingga bagian tengah menjadi lebih padat (yang disebut nucleus), mengalami

dehidrasi serta penimbunan kalsium dan pigmen

III.6 Patofisiologi

Stadium I : Karena berbagai sebab seperti yang telah di jelaskan di atas, lensa mengalami

perubahan-perubahan yang bisa menyebabkan hidrasi cairan bola mata ke dalam lensa dan

atau terjadinya denaturasi protein lensa itu sendiri, sehingga timbul kekeruhan (opasitas)

pada lensa.

Stadium II : Bila proses ini terus berlangsung lensa makin mencembung dan dapat

mendorong iris ke depan, sehingga aliran aqueus humor (cairan bola mata) juga akan

tersumbat akibat aliran melalui COP (Camera Oculi Posterior) semakin sempit sehingga

dapat menimbulkan komplikasi glaukoma.

Stadium III-IV : Sampai batas tertentu lensa yang terus mencembung akan kehilangan daya

elastisitasnya, sehingga lensa akan mengempes dan cairan dan protein lensa dari dalam

lensa keluar. COP kemudian menjadi dalam.

Cairan atau protein lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi

dalam bola mata karena di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi

uveitis dan glaukoma karena aliran melalui COP kembali terhambat akibat terdapatnya sel-

sel radang dan cairan / protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.

III. 7 Klasifikasi

Katarak dapat diklasifikasikan menurut beberapa aspek, yaitu :

1. Berdasarkan usia :

a. Katarak kongenital ( terlihat pada usia dibawah 1 tahun )

16

b. Katarak juvenil ( terlihat sesudah usia 1 tahun )

c. Katarak presenile (terlihat pada usia 40 – 50 tahun)

d. Katarak senile ( setelah usia 50 tahun )

2. Menurut anatomi :

a. Nuklear

b. Kortikal

c. Subkapsular (posterior/anterior) ―› jarang

3. Menurut derajat kekeruhan lensa :

a. Insipien

b. Imatur

c. Matur

d. Hipermatur

4. Menurut kecepatan perkembangannya :

a. Stationary

b. Progressive

5. Menurut lokai/bentuk :

a. Polaris anterior atau posterior

b. Axial

c. Zonula

d. Totalis

6. Menurut etiologi :

a. Katarak primer

b. Katarak sekunder

7. Menurut konsistensinya :

a. Katarak cair

b. Katarak lunak

c. Katarak keras

III. 7.1Katarak berdasarkan usia

Katarak Kongenital

17

Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah

lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab

kebutaan yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.

Dibagi menjadi 2 jenis :

a. katarak kapsulolentikular

katarak yang mengenai kapsul dan korteks

b. katarak lentikular

katarak yang mengenai korteks atau nukleus saja , tanpa disertai kekeruhan kapsul.

Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian primer

atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal atau umum.

Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat

prenatal infeksi ibu seperti rubella (trimester pertama),mumps, hepatitis, toxoplasma

Pada pupil bayi yang terkena katarak konginental akan terlihat bercak putih

(leukokoria).Penyulit pada katarak kongenital total adalah tidak kuatnya rangsangan pada

makula lutea , sehingga makula tidak berkembang sempurna , dan sering menyebabkan

ambliopia. Selain itu katarak konginetal dapat menyebabkan terjadinya nistagmus maupun

strabismus.Pengobatan katarak konginental bergantung kepada :

1. katarak total bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya/

segera setelah katarak terlihat

2. katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau

segera sebelum terjadi juling

3. katarak total atau kongenital unilateral, mempunyai prognosis yang buruk,

karena mudah sekali terjadinya ambliopia; karena itu sebaiknya dilakukan

pembedahan secepat mungkin, dan diberikan kacamata segera dengan latihan

bebat mata.

4. katarak bilateral parsial, dapat dicoba dengan kacamata dan midriatikum terlebih

dahulu , bila terjadi kekeruhan yang progresif disertai dengan tanda juling dan

ambliopia maka dilakukan pembedahan

Katarak Juvenil

18

Katarak juvenil adalah katarak yang lunak dan terdapat pada orang muda, yang

mulai terbentuknya pada usia lebih dari 1 tahun dan kurang dari 50 tahun. Biasanya

merupakan kelanjutan katarak kongenital atau merupakan penyulit penyakit sistemik

ataupun metabolik dan penyakit lainnya

Katarak Presenilis

Katarak presenilis adalah semua kekeruhan pada lensa yang terjadi pada usia antara

40-50 tahun. Biasanya bukan karena proses penuaan, melainkan karena komplikasi dari

penyakit sistemik atau metabolik, traumatik, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, dan

lain sebagainya.

Katarak Senilis

Kejadian paling sering adalah katarak yang disebabkan oleh usia lanjut atau senil.

Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di

atas 50 tahun kadang-kadang pada usia 40 tahun. Namun kekeruhan lensa dengan nukleus

yang mengeras akibat usia lanjut biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.

Katarak ini hampir selalu mengenai kedua mata, walaupun yang satu lebih berat daripada

yang lain. Kekeruhan dapat terjadi di korteks atau sekitar nukleus. Pada katarak senil

sebaiknya disingkirkan penyakit mata lokal dan sistemik seperti diabetes melitus yang dapat

menimbulkan katarak komplikata. Penyebab katarak ini masih kurang pasti, namun

dikaitkan dengan proses penuaan dan perubahan lensa pada usia lanjut. Tidak ada terapi

medis untuk katarak senil, namun ekstraksi lensa dapat diindikasikan apabila penurunan

penglihatan mengganggu aktifitas normal penderita.

Perubahan lensa yang terjadi pada usia lanjut yaitu sebagai berikut :

1. Kapsul

- Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)

- Mulai presbiopia

- Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

- Terlihat bahan granular

2. Epitel – makin tipis

- Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat

19

- Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

3. Serat lensa

- Lebih iregular

- Pada korteks jelas kerusakan serat sel

- Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein

nukleus lensa (histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin), sedangkan warna

coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibandingkan

yang normal

- Korteks tidak berwarna, karena :

Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi

Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda

III.7.2 Katarak berdasarkan anatomi

Katarak Nuklear

Katarak nuklear dimulai dengan adanya perubahan secara berlebihan yang dialami

oleh nukleus lensa yang diakibatkan karena bertambahnya umur sehingga menyebabkan

terjadinya sklerosis nuklear setelah usia pertengahan. Tipe ini berhubungan dengan myopia

karena terjadi peningkatan indeks refraksi dari nukleus lensa dan juga peningkatan abrasi

sperikal.Katarak nuklear cenderung untuk berkembang lambat. Walaupun pada umumnya

terjadi bilateral, namun bisa juga terjadi unilateral dan menyebabkan penderitanya tidak

dapat melihat jarak jauh dibandingkan dengan jarak dekat.

Pada stadium awal, mengerasnya nukleus lensa menyebabkan peningkatan index

refraksi dan kemudian menyebabkan terjadinya myopia lentikular. Pada beberapa kasus, hal

ini menimbulkan terjadinya second sight atau penglihatan ganda perubahan index refraksi

yang secara tiba-tiba antara nukleus sklerotik dan korteks dapat menyebabkan diplopia

monocular. Pada kasus lanjut usia, nukleus lensa menjadi lebih keruh dan berwarna coklat

yang dinamakan katarak nulear brunescent. Jenis katarak nigra (Brunesen) ini terjadi pada

pasien diabet dan miopia tinggi, dimana tajam pengelihatan lebih baik dari sebelumnya dan

biasanya pada usia lebih dari 65 tahun.

20

Katarak Kortikal

Katarak kortikal adalah kekeruhan pada korteks lensa, termasuk daerah anterior,

posterior dan equatorial korteks. Kekeruhan dimulai dari celah dan vakoula antara serabut

lensa oleh karena hidrasi oleh korteks. Katarak kortikal disebabkan oleh perubahan

komposisi ion dari korteks dan hidrasi lensa. Katarak ini biasanya terjadi bilateral namun

dapat juga terjadi asimetris. Dampak terhadap fungsi penglihatan bervariasi tergantung pada

lokasinya. Salah satu gejala yang sering timbul adalah penglihatan yang menjadi silau,

misalnya silau terhadap lampu mobil. Selain itu monokular diplopia juga bisa terjadi.

Katarak Subkapsular Posterior

Katarak subkapsular posterior ini sering terjadi pada usia yang lebih muda

dibandingkan tipe nuklear dan kortikal. Katarak ini terletak di lapisan posterior kortikal dan

biasanya axial. Indikasi awal adalah terlihatnya gambaran halus seperti pelangi dibawah slit

lamp pada lapisan posterior kortikal. Pada stadium lanjut terlihat granul dan plak pada

korteks subkapsul posterior ini. Gejala yang dikeluhkan penderita adalah penglihatan yang

silau dan penurunan penglihatan di bawah sinar terang. Dapat juga terjadi penurunan

penglihatan pada jarak dekat dan terkadang beberapa pasien juga mengalami diplopia

monokular.

21

III.7.3 Katarak berdasarkan derajat kekeruhan lensa

Insipien Imatur Matur hipermatur

Visus

Kekeruhan

6/6

Ringan

↓ (6/6 - 1/60)

Sebagian

↓↓ (1/300-1/~)

Seluruh

↓↓(1/300-1/~)

Masif

Cairan lensa normal Bertambah

(air masuk)

Normal Berkurang

(air keluar)

Iris normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata

depan

normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik

mata

normal Sempit Normal Terbuka

Shadow tes - + - Pseudo(+)

Penyulit - Glaukoma - Uveitis +

glaukoma

Katarak insipien

Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut:

kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan

posterior ( katarak kortikal ).

Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.

Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsularis

posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan

degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipien.

Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak

sama pada semua bagian lensa.

Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.

Katarak Imatur

Pada katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum

mengenai seluruh lapisan lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa

akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa

mencembung, akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma

sekunder.

22

Katarak Matur

Pada katarak matur lensa kehilangan cairan sehingga menyusut. Kekeruhan telah

mengenai seluruh masa lensa yang terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh dengan

warna kelabu atau amber (kuning sawo) biasanya coklat tua dan disebut black cataract.

Lama-kelamaan kekeruhan seluruh lensa ini akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik

mata depan dalamnya normal, iris shadow tidak ada dengan penyinaran samping. Pada

stadium ini katarak dapat dipisahkan dari kapsul lensa dan sudah masuk untuk dioperasi.

Katarak Hipermatur

Pada katarak hipermatur permukaan lensa dapat menjadi lebih keras atau lembek

dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul sehingga lensa menjadi

mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan

lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan

zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal,

maka korteks yang berdegenerasi dan mencair tidak dapat keluar. Hal ini akan

memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di

dalam korteks lensa karena lebih berat.

23

III.7.4 Katarak berdasarkan etiologi

Katarak Primer

Katarak primer merupakan katarak yang terjadi karena proses penuaan atau

degenerasi, bukan karena penyebab yang lain, seperti penyakit sistemik atau metabolik,

traumatik, toksik, radiasi dan kelainan kongenital.

Katarak Sekunder

1. Katarak Metabolik

Katarak metabolik atau disebut juga katarak akibat penyakit sistemik, terjadi

bilateral karena berbagai gangguan sistemik berikut ini : diabetes melitus,

hipokalsemia (oleh sebab apapun), defisiensi gizi, distrofi miotonik, dermatitis

atopik, galaktosemia, dan sindrom Lowe, Werner, serta Down.

2. Katarak Traumatik

Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada

lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapan angin dan petasan

merupakan penyebab yang sering; penyebab lain yang lebih jarang adalah anak

panah, batu, kontusio, pajanan berlebih terhadap panas (glassblower’s cataract), dan

radiasi pengion. Di dunia industri, tindakan pengamanan terbaik adalah sepasang

kacamata pelindung yang bermutu baik.

Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang

pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueous dan kadang-kadang vitreus masuk

ke dalam struktur lensa. Pasien sering kali adalah pekerja industri yang pekerjaannya

memukulkan baja ke baja lain. Sebagai contoh, potongan kecil palu baja dapat

menembus kornea dan lensa dengan kecepatan yang sangat tinggi lalu tersangkut di

vitreus atau retina.

3. Katarak Komplikata

Katarak komplikata merupakan katarak sekunder yang terjadi akibat

penyakit intraokular. Katarak dapat terbentuk akibat efek langsung penyakit

intraokular yang mempengaruhi fisiologi lensa, seperti uveitis rekuren yang parah.

Katarak ini biasanya berawal di daerah subkapsular posterior dan akhirnya mengenai

24

seluruh struktur lensa. Penyakit-penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan

pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis

pigmentosa dan ablatio retina. Katarak-katarak ini biasanya unilateral. Prognosis

visual tidak sebaik katarak terkait usia.

4. Katarak Toksik

Katarak toksik atau disebut juga katarak terinduksi obat, seperti obat

kortikosteroid sistemik ataupun topikal yang diberikan dalam waktu lama, ergot,

naftalein, dinitrofenol, triparanol, antikolinesterase, klorpromazin, miotik, busulfan.

Obat-obat tersebut dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.

5. Katarak Ikutan (membran sekunder)

Katarak ikutan merupakan kekeruhan kapsul posterior yang terjadi setelah

ekstraksi katarak ekstrakapsular akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa

yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari pasca ekstraksi

ektrakapsular. Epitel lensa subkapsular yang tersisa mungkin menginduksi

regenerasi serat-serat lensa, memberikan gambaran telur ikan pada kapsul posterior

(mutiara Elschnig). Lapisan epitel berproliferasi tersebut dapat membentuk banyak

lapisan dan menimbulkan kekeruhan yang jelas. Sel-sel ini mungkin juga mengalami

diferensiasi miofibroblastik. Kontraksi serat-serat tersebut menimbulkan banyak

kerutan kecil di kapsulposterior, yang menimbulkan distorsi penglihatan. Semua

faktor ini dapat menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan setelah ekstraksi

katarak ekstrakapsular.

Katarak ikutan merupakan suatu masalah besar pada hampir semua pasien

pediatrik, kecuali bila kapsul posterior dan vitreus anterior diangkat pada saat

operasi. Dulu, hingga setengah dari semua pasien dewasa mengalami kekeruhan

kapsul posterior setelah mengalami ekstraksi katarak ekstrakapsular. Namun, tehnik

bedah yang semakin berkembang dan materi lensa intraokular yang baru mampu

mengurangi insiden kekeruhan kapsul posterior secara nyata.

25

III. 8 Diagnosis

Diagnosis katarak dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

oftalmologi.

a. Anamnesis

Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan yang merupakan gejala utama yaitu :

Penglihatan yang berangsur-angsur memburuk atau berkurang dalam beberapa bulan

atau tahun merupakan gejala utama. Penurunan ketajaman penglihatan secara

progresif (gejala utama katarak). Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah.

Gambaran umum gejala katarak yang lain, yaitu : berkabut, berasap, penglihatan

tertutup film. Perubahan daya lihat warna. Gangguan mengendarai kendaraan pada

malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata. Lampu dan matahari sangat

mengganggu karena silau. Sering meminta ganti resep kacamata. Penglihatan ganda.

Menjadi baik untuk melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia).

b. Pemeriksaan oftalmologi

- Pemeriksaan visus atau ketajaman penglihatan

- Melihat lensa melalui senter tangan, kaca pembesar

Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan

lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris

shadow ).Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang

bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur.

- Slit lamp

Pemeriksaan dengan menggunakan slit lamp tidak hanya ditujukan untuk

melihat adanya kekeruhan pada lensa, tetapi juga untuk melihat struktur okular

yang lain seperti konjungtiva, kornea, iris dan segmen anterior lainnya

- Pemeriksaan oftalmoskop, sebaiknya dengan pupil berdilatasi.

Pemeriksaan ini harus dilakukan terutama pada katarak imatur dimana kita harus

meluhat keadaan fundus

Hal – hal yang perlu perhatian khusus:

- tajam pengelihatan kadang sering masih sangat baik pada katarak brunesen,

walaupun terlihat kekeruhan sudah padat pada nukleusnya

26

- pengelihatan yang nyata berkurang pada miopia tinggi walaupun katarak yang

terlihat belum berarti . hal ini mungkin disebabkan kelainan makula lutea

III. 9 Pengobatan

Satu-satunya terapi pada katarak adalah tindakan pembedahan, terapi bedah ini

dilakukan bila didapatkan indikasi pembedahan, yaitu :

Katarak matur, karena bila berlanjut menjadi katarak hipermatur dikhawatirkan akan

menimbulkan uveitis dan galukoma

Katarak hipermatur

Katarak yang menimbulkan komplikasi, seperti katarak immature yang

menimbulkan glaukoma.

Katarak yang mengganggu kehidupan sosial

Macam-macam tehnik pembedahan

1. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) atau ekstraksi intrakapsular

Jenis pembedahan yang sudah jarang dilakukan ini adalah mengangkat lensa

in toto, yakni mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya, melalui insisi limbus

superior 140 hingga 160 derajat. Pembedahan ini dapat dilakukan pada zonula Zinn

yang telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah putus. Pada ekstraksi ini tidak akan

terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sudah sangat

lama popular. Pembedahan ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan

pemakaian alat khusus sehingga penyulit tidak banyak seperti sebelumnya.

Katarak ekstraksi intrakapsular ini tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi

pada pasien yang berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligament

hialoidea jkapsular.

Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini adalah astigmatisma,

glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

2. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) atau ekstraksi ekstrakapsular.

Ekstraksi ini adalah tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana

dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior

27

dan meninggalkan kapsul posterior sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat

keluar melalui robekan tersebut.

Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan

kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intraokular posterior,

perencanaan implantasi sekunder lensa intra okular, kemungkinan prolaps badan

kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema,

pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan

katarak seperti prolaps badan kaca.

Jenis pembedahan ini sejak beberapa tahun silam telah menjadi operasi

pembedahan katarak yang paling sering dilakukan karena apabila kapsul posterior

utuh, maka lensa intraokuler dapat dimasukkan ke dalam kamera posterior. Insidensi

komplikasi pasca-operatif lebih kecil terjadi jika kapsul posteriornya utuh. Penyulit

yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

3. Phacoemulsifikasi

Fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah teknik

ekstrakapsular yang menggunakan getaran - getaran ultrasonik untuk mengangkat

nukleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm), sehingga

mempermudah penyembuhan luka pasca operasi. Teknik ini kurang efektif pada

katarak yang padat.

III. 10 Komplikasi

Glaukoma dikatakan sebagai komplikasi katarak. Glaukoma ini dapat timbul akibat

intumesenensi atau pembengkakan lensa. Jika katarak ini muncul dengan komplikasi

glaukoma maka diindikasikan ekstraksi lensa secara bedah. Selain itu Uveitis kronik yang

terjadi setelah adanya operasi katarak telah banyak dilaporkan. Hal ini berhubungan dengan

terdapatnya bakteri patogen termasuk Propionibacterium acnes dan Staphylococcus

epidermidis.

28

III. 11 Prognosis

Katarak senilis biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasien

mungkin meninggal sebelum timbul indikasi pembedahan.. Namun jika katarak dapat

dengan cepat terdeteksi serta mendapatkan pengobatan dan pembedahan katarak yang

tepat maka 95 % penderita dapat melihat kembali dengan normal.

29

DAFTAR PUSTAKA

1. Anatomi dan fisiologi lensa.Available at

http://majiidsumardi.blogspot.com/2011/03/anatomi-dan-fisiologi-lensa.html

(akses 24 April 2012)

2. Ilyas, Sidarta : ”Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah” dalam ”Ilmu

Penyakit Mata”. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, Edisi 3, 2008. Hal 200-226

3. Riordan Paul – Eva et al : ”Katarak” dalam : Riordan Paul – Eva, et al : ”Vaughan &

Asbury Oftalmologi Umum”. Jakarta : EGC, edisi 17, 2009 : hal 169

4. RC Augustesyn et all: “Lens” dalam The Eye : Annual Research Reviews, vol 1: hal

68-106.

30