LO 1

41
LO 1 : Pertimbangan Pencabutan Gigi (Indikasi, Kontra, anamnesa, pemeriksaan) Pertimbangan-pertimbangan dalam melakukan pencabutan : 1. Identifikasi sisa jaringan keras gigi akibat karies, maupun trauma. Kerusakan mahkot yang cukup besar pada skenario dapat mempersulit adaptasi tang terhadap gigi yang akan dicabut. 2. Identifikasi kelainan periapikal dan struktur gigi yang berdekatan. 2.1 Struktur gigi yang berdekatan perlu dilakukan pengamatan, karena jika didapatkan malposisi dan berjejal dapat mempersulit adaptasi tang. 2.2 Kelainan Periapikal seperti hipersementosis, sclerosis tulang, dan ankilosis dapat mempersulit pencabutan dengan menggunakan tang. Pada kasus kelainan periapikal ini metode pencabutan mengguakan tang merupakan kontra indikasi. Metode yang digunakan pada kaus-kasus ini adalah Open Method Retraction. 3. Bentuk, Jumlah, serta pola akar Akar yang melengkung dengan ekstremitas yang sangat tajam (dilaserasi) menjadi faktor penyulit dalam pencabutan dengan menggunakan tang. 4. Tekanan terkontrol Kondisi tekanan terkontrol dapat tercipta dari posisi operator dan posisi pasien yang tepat,

description

jb

Transcript of LO 1

Page 1: LO 1

LO 1 : Pertimbangan Pencabutan Gigi (Indikasi, Kontra, anamnesa,

pemeriksaan)

Pertimbangan-pertimbangan dalam melakukan pencabutan :

1. Identifikasi sisa jaringan keras gigi akibat karies, maupun trauma.

Kerusakan mahkot yang cukup besar pada skenario dapat mempersulit

adaptasi tang terhadap gigi yang akan dicabut.

2. Identifikasi kelainan periapikal dan struktur gigi yang berdekatan.

2.1 Struktur gigi yang berdekatan perlu dilakukan pengamatan, karena jika

didapatkan malposisi dan berjejal dapat mempersulit adaptasi tang.

2.2 Kelainan Periapikal seperti hipersementosis, sclerosis tulang, dan

ankilosis dapat mempersulit pencabutan dengan menggunakan tang.

Pada kasus kelainan periapikal ini metode pencabutan mengguakan

tang merupakan kontra indikasi. Metode yang digunakan pada kaus-

kasus ini adalah Open Method Retraction.

3. Bentuk, Jumlah, serta pola akar

Akar yang melengkung dengan ekstremitas yang sangat tajam (dilaserasi)

menjadi faktor penyulit dalam pencabutan dengan menggunakan tang.

4. Tekanan terkontrol

Kondisi tekanan terkontrol dapat tercipta dari posisi operator dan posisi

pasien yang tepat, serta metode teknik pencabutan yang dipilih efektif

sesuai kondisi gigi yang akan dicabut.

Indikasi pencabutan gigi sulung

Karies yang melibatkan pulpa

Gigi sulung yang belum tanggal pada eaktunya, sehingga

mengganggu erupsi gigi permanen yang akan menggantikannya.

Penyebab gigi sulung yang tidak tanggal ini bermacam-macam,

seperti misalnya resorpsi akar yang salah, dan erupsi yang tidak

biasanya pada banyak akar.

Gigi sulung dengan kelainan periapikal.

Gigi sulung dengan fraktur  akar.

Page 2: LO 1

LO 2 : Persiapan pencabutan gigi anak

Pada tahap pre operative perlu diperhatikan persiapan alat dan bahan yang

akan digunakan baik dalam proses pemberian anastetikum maupun pada proses

operasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat memilih alat dan obat anastesi yaitu:

1. Gunakan syringe yang dapat diaspirasi.

2. Penggunaan jarum yang disposable. Hal ini bertujuan untuk menghindari

resiko menularkan infeksi dari pasien yang satu ke pasien yang lain.

3. Kebanyakan injeksi menggunakan jarum pendek dengan panjang 2 atau

2,5 cm. Jarum panjang dengan ukuran 3 cm biasanya digunakan untuk

blok gigi inferior, Jarum halus (30 gauge) digunakan untuk infiltrasi dan

jarum tebal (27 gauge) digunakan untuk semua injeksi lain.

4. Hal yang penting bagi dokter gigi ketika akan menganastesi pasien anak

adalah dosis yang disesuaikan dengan berat badan anak. Seperti contoh

Prilokain (Nama dagang Citanes atau Forte) yeng memiliki lama kerja

pada pulpa (60-90 menit) dan pada jaringan lunak 3-8 jam. Dosis Prilokain

yaitu 6,0 mg/kg berat badan anak.

5. Larutan anestesi yang digunakan umumnya adalah Lignokain 2% +

1:80.000 adrenalin. Sedangkan, jika injeksi dengan adrenalin merupakan

kontraindikasi, dapat menggunakan larutan prilokain 3% + felipresin (0.31

iu//ml).

Anastesi

Pemilihan syringe dan jarum

Pemilihan jarum harus disesuaikan dengan kedalaman anastesi yang akan

dilakukan. Jarum suntik pada kedokteran gigi tersedia dalam 3 ukuran (sesuai

standar American Dental Association = ADA) ; panjang (32 mm), pendek (20

mm, dan superpendek (10 mm).

Petunjuk :

1. Dalam pelaksanaan anastesi lokal pada gigi, dokter gigi harus

menggunakan syringe sesuai standar ADA.

Page 3: LO 1

2. Jarum pendek dapat digunakan untuk beberapa injeksi pada jaringan lunak

yang tipis, jarum panjang digunakan untuk injeksi yang lebih dalam.

3. Jarum cenderung tidak dipenetrasikan lebih dalam untuk mencegah

patahnya jarum.

4. Jarum yang digunakan harus tajam dan lurus dengan bevel yang relative

pendek, dipasangkan pada syringe. Gunakan jarum sekali pakai

(disposable) untuk menjamin ketajaman dan sterilisasinya. Penggunaan

jarum berulang dapat sebagai transfer penyakit.

5. Citojet dapat digunakan untuk injeksi intraligamen (Gambar 1).

Persiapan pemberian lokal anestesi

1. Sebagian negara mempunyai hukum yang mengharuskan izin tertulis dari

orang tua (Informed Concent) sebelum melakukan anastesi pada pasien

anak.

2. Anak bertoleransi lebih baik terhadap anastesi lokal setelah diberi makan ±

2 jam

3. Penjelasan lokal anastesi tergantung usia pasien anak, teknik penanganan

tingkah laku anak yang dapat dilakukan, misalnya TSD (Gambar

2-4) modelling.

Page 4: LO 1

Gambar: Instrumen dapat diperlihatkan pada anak (kiri). Penyuntikan dilakukan

menggunakan kaca agar anak dapat melihat prosedur penyuntikan

(kanan)menggunakan kaca agar anak dapat melihat prosedur penyuntikan

Anastesi dan pencabutan

1. Instrumen yang akan dipakai, sebaiknya jangan diletakkan di atas meja.

Letakkan pada tempat yang tidak terlihat oleh anak dan diambil saat akan

digunakan. Jangan mengisi jarum suntik di depan pasien, dapat

menyebabkan rasa takut dan cemas.

2. Sebaiknya dikatakan kepada anak yang sebenarnya bahwa akan ditusuk

dengan jarum (disuntik) dan terasa sakit sedikit, tidak boleh dibohongi.

Instrumen dapat diperlihatkan pada anak (kiri). Penyuntikan dilakukan

menggunakan kaca agar anak dapat melihat prosedur penyuntikan (kanan)

Selama penyuntikan, asisten memegang tangan anak, agar anak tidak

bergerak

3. Rasa sakit ketika penyuntikan sedapat mungkin dihindarkan dengan cara

sebagai berikut:

a. Memakai jarum yang kecil dan tajam

Gambar 4 : Kombinasi perawatan dengan audioanalgesik

Gambar 3 : Selama penyuntikan, asisten memegang tangan anak, agar anaktidak bergerak

Page 5: LO 1

b. Pada daerah masuknya jarum dapat dilakukan anastesi topikal lebih

dahulu. Misalnya dengan 5 % xylocaine (lidocaine oitmen)

c. Jaringan lunak yang bergerak dapat ditegangkan sebelum penusukan

jarum

d. Deposit anastetikum perlahan, deposit yang cepat cenderung menambah

rasa sakit. Jika lebih dari satu gigi maksila yang akan dianastesi,

operator dapat menyuntikkan anastesi awal, kemudian merubah arah

jarum menjadi posisi yang lebih horizontal, bertahap memajukan jarum

dan mendeposit anastetikum.

e. Penekanan dengan jari beberapa detik pada daerah injeksi dapat

membantu pengurangan rasa sakit.

5. Aspirasi dilakukan untuk mencegah masuknya anastetikum dalam

pembuluh darah, juga mencegah reaksi toksis, alergi dan hipersensitifitas.

6. Waktu untuk menentukan anastesi berjalan ± 5 menit dan dijelaskan

sebelumnya kepada anak bahwa nantinya akan terasa gejala parastesi

seperti mati rasa, bengkak, kebas, kesemutan atau gatal. Dijelaskan agar

anak tidak takut, tidak kaget, tidak bingung atau merasa aneh. Pencabutan

sebaiknya dilakukan setelah 5 menit. Jika tanda parastesi tidak terjadi,

anastesi kemungkinan gagal sehingga harus diulang kembali.

7. Vasokontristor sebaiknya digunakan dengan konsentrasi kecil, misalnya

xylocaine 2 % dan epinephrine 1 : 100.000.

LO 3 : Penatalaksanaan anastesi dan pencabutan

ANASTESI

Anastesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada

satu bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal aatau suntikan

tanpa menghilangkan kesadaran. Teknik anastesi lokal merupakan pertimbangan

yang sangat penting dalam perawatan pasien anak. Ketentuan umur, anastesi

topikal, teknik injeki dan analgetik dapat membantu pasien mendapatkan

pengalaman positif selama mendapatkan anastesi lokal.

Anestesi Topikal

Page 6: LO 1

Anestesi topikal digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan pada

saat insersi jarum ke membran mukosa. Selain itu, interaksi operator dengan

anak untuk mengalihkan perhatian mereka dan meningkatkan sugestibilitas

mereka terhadap kecemasan dapat mengurangi kekurangan dari anestesi

topical. Anastesi topical efektif pada permukaan jaringan (kedalaman 2-3

mm).

Bahan anastesi topikal yang dipakai dapat dibagi sebagai berikut :

1. Menurut bentuknya : Cairan, salep, gel

2. Menurut penggunaannya : Spray, dioleskan, ditempelkan

3. Menurut bahan obatnya : Chlor Etil, Xylestesin Ointment, Xylocain

Oitment, Xylocain Spray

4. Anastesi topikal benzokain (masa kerja cepat) dibuat dengan konsentrasi >

20 %, lidokain tersedia dalam bentuk cairan atau salep > 5 % dan dalam

bentuk spray dengan konsentrasi > 10%.

Cara melakukan anastesi topikal adalah :

1. Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan anastesi

topikal.

2. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik

(Gambar 5) ± 15 detik (tergantung petunjuk pabrik) kurang dari waktu

tersebut, obat tidak efektif.

3. Pasien bayi dapat menggunakan syring tanpa jarum untuk mengoleskan

topikal aplikasi (Gambar 6)

4. Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal 2

menit, agar obat bekerja efektif. Salah satu kesalahan yang dibuat pada

pemakaian anastesi topikal adalah kegagalan operator untuk memberikan

waktu yang cukup bagi bahan anastesi topikal untuk menghasilkan efek

yang maksimum.

Page 7: LO 1

Gambar 5. Gunakan cotton bud untuk mengoleskan topikal anastesi pada area

yang akan disuntik

Gambar 6. Aplikasi topical anastesi dengan syringe tanpa jarum

Anestesi topical yang disarankan untuk digunakan yaitu benzocaine

yang memiliki rasa yang nyaman bagi anak-anak jumlah yang berlebihan

dihindari pada pemberian anestesi topical.

2.6 Anestesi Lokal

Page 8: LO 1

2.7 Bahan Anastesi (Anastetikum)

Sejumlah anastetikum yang ada dapat bekerja 10 menit – 6 jam, dikenal

dengan bahan Long Acting. Namun anastesi lokal dengan masa kerja panjang

(seperti bupivakain) tidak direkomendasikan untuk pasien anak terutama

dengan gangguan mental. Hal ini berkaitan dengan masa kerja yang panjang

karena dapat menambah resiko injuri pada jaringan lunak.

Bahan yang sering digunakan sebagai anastetikum adalah lidocaine dan

epinephrine (adrenaline). Lidocaine 2 % dan epinephrine 1 : 80.000

merupakan pilihan utama (kecuali bila ada alergi). Anastetikum tanpa

adrenalin kurang efektif dibandingkan dengan adrenalin. Epinephrin dapat

menurunkan perdarahan pada regio injeksi.

Contoh bahan anastetikum :

1. Lidocaine (Xylocaine) HCl 2 % dengan epinephrine 1 : 100.000

2. 2. Mepicaine (Carbocaine) HCl 2 % dengan levanordefrin (Neo-cobefrin)

1 : 20.000.

3. Prilocaine (Citanest Forte) HCl 4 % dengan epinephrine 1 : 200.000

4. Hal yang penting bagi drg ketika akan menganastesi pasien anak adalah

dosis.

Dosis yang diperkenankan adalah berdasarkan berat badan anak (tabel).

Tabel 1 : Dosis anastesi lokal maksimum yang direkomendasikan

(Malamed)

Page 9: LO 1

Anestesi Lokal Teknik Infiltrasi

Teknik anestesi infiltrasi lokal merupakan teknik dengan

mendepositkan larutan anestesi lokal di sekitar ujung-ujung saraf terminal

sehingga efek anestesi hanya terbatas pada tempat difusi cairan anestesi tepat

pada area yang akan dilakukan instrumentasi. Teknik ini sering dilakukan

pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah. Daya penetrasinya

pada anak cukup dalam karena komposisi tulang dan jaringan belum begitu

kompak.

Tahap melaksanakan infiltrasi anastesi :

1. Keringkan mukosa dan aplikasikan bahan topikal anastesi selama 2 menit

2. Bersihkan kelebihan bahan topikal anastesi

3. Tarik mukosa

4. Untuk mengalihkan perhatian anak, drg dapat menekan bibir dengan

tekanan ringan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk sehingga mukosa

yang akan disuntik terlihat.

5. Masukkan jarum, jika menyentuh tulang tarik jarum keluar sedikit

Page 10: LO 1

6. Aspirasi

7. Suntikan bahan anastetikum 0,5 – 1,0 cc secara perlahan (15-30 detik)

Teknik Anestesi Infiltrasi Rahang Atas dan Rahang Bawah

1. Teknik Infiltrasi Labial pada Area Gigi Anterior Maksila

Regio anterior maksila dipersarafi oleh cabang nervus alveolar anterio

superior maksila.

a. Tarik jaringan untuk menentukan tempat injeksi

b. Bevel jarum dihadapkan parallel terhadap tulang

c. Masukkan jarum berukuran 30-gauge atau 10 mm pada mucobuccal

fold, pada anak dibuat lebih dekat ke margin gingiva dibandingkan

pasien dewasa dan anastetikum dideposit dekat ke tulang alveolar

menuju apeks gigi

d. Masukkan jarum sesuai kedalaman apeks akar, pada gigi sulung

kedalaman jarum lebih dangkal dibandingkan dengan gigi permanen

e. Bevel jarum harus mengarah pada tulang periosteum, lalu aspirasi

f. Injeksikan cairan anestesi lokal perlahan

g. Tarik jarum dan aplikasikan kassa 2x2 sengan tekanan untuk

hemostasis

Gambar 12. Teknik anastesi supraperiosteal. Injeksi dekat tulang alveolar menuju

apeks gigi.

Page 11: LO 1

Gambar 13. Posisi jarum

Gambar 14. Posisi jarum untuk anastesi kaninus

2. Teknik Anestesi Infiltrasi Bukal Maksila / Mandibula

Persarafan pada gigi molar sulung dan permanen berasal dari nervus

alveolar posterior superior dan nervus alveolar superior tengah

mempersarafi akar mesiobukal dari gigi molar sulung dan tetap, serta gigi

premolar. Teknik anestesi ini menggunakan tahap 1- 6 yang dijelaskan

pada teknik anestesi infiltrasi, dengan jarum yang digunakan berukuran

27-gauge, cairan anastetsi dideposit pada sulkus bukal ± 2 cc (Gambar 7a

dan 7b) untuk pencabutan molar satu sulung. Sambil jarum ditarik,

dideposit kembali anastestikum 0,2 cc untuk memperoleh efek maksimum.

Bukal infiltrasi 0,5 – 1,0 cc cukup untuk menganastesi jaringan lunak

sekitar gigi yang akan dicabut.

Page 12: LO 1

Gambar 15. Posisi jarum untuk anastesi gigi molar sulung atas

2.8 ANESTESI BLOK

Anestesi blok : Hilangnya rasa sakit pada suatu daerah tertentu karena

pemberian anestesi pada pusat saraf.

Indikasi :

1. Pencabutan gigi molar sulung yang akarnya belum teresorpsi

2. Pencabutan molar tetap

Teknik Blok Anestesi Rahang Atas pada Gigi Sulung

Teknik yang dapat dilakukan, terutama ketika infiltrasi tidak mungkin

diberikan karena infeksi lokal, dan menghasilkan analgesia yang dalam pada

gigi sulung rahang atas atau gigi molar permanen. Ini menghasilkan blok

pada posterior dan seringkali pada bagian tengah nervus superior yang

memasuki bagian posterior rahang atas pada fossa infratemporalis.

Gambar: Injeksi bukal infiltrasi pada

region molar atas susu

Gambar: Bukal infiltrasi pada molar dua bawah sulung

Page 13: LO 1

Bagaimana pun juga, tidak sama dengan teknik posterior superior nerve

block, teknik ini tidak memiliki resiko merusak vaskularisasi plexus

pterygoid dengan formasi hematoma untuk tingkatan lebih lanjutnya.

Maxillary zygomatic buttress dipalpasi dengan jari penunjuk

Sebagian besar larutan analgesik lokal dimasukkan dari distal butress

Pertama kali dimasukkan, larutan analgesik akan bekerja pada aspek

distal rahang atas jari penunjuk. Pasien sebaiknya diminta untuk

mengoklusikan rahang pada stase ini. Hal ini dilakukan untuk mencegah

processus coronoideus pada rahang bawah memblok pergerakan distal dari

jari.

Page 14: LO 1

Blok molar rahang atas. Sebagian besar larutan lokal analgesik dimasukkan

ke bawah mukosa di mukosa distal sampai zygomatic buttress (A). Larutan

analgesik kemudian bekerja sepanjang aspek distal rahang atas sampai fossa

infratemporalis (B) dan memblok bagian posterior superior dental nerves

(PSDN)

Teknik Blok Anestesi Rahang Bawah

Teknik :

1. Bidang oklusi rahang bawah disejajarkan dengan lantai.

2. Telunjuk letakkan pada permukaan oklusal gigi molar supaya menyentuh

sudut oklusal.

3. Kuku menghadap ke lidah, temukan trigonum retromolar, kemudian kuku

sandarkan pada linea oblique interna

4. Tusukan jarum di dekat ujung jari, tabung suntik terletak antara m1 dan

m2 pada sisi yang berlawanan.

5. Bila sudah menyentuh tulang, tarik sedikit, tabung disejajarkan bidang

oklusal sisi yang akan dianestesi. Keluarkan obat anestesi kurang lebih 0,5

cc untuk menganestesi N. Lingualis. Kemudian tabung suntik kembalikan

pada posisi semula, terletak antara gigi C dan M1. Arahkan ke bawah

bidang oklusi, mencapai foramen mandibula. Bila sudah menyentuh

tulang, aspirasi lalu dikeluarkan 1 cc untuk menganestesi N. alveolaris

interior.

Untuk menganestesi bagian bukal, dilakukan anestesi infiltrasi, yaitu 0,5

cc untuk menganestesi N.buksinatorius. Efek anestesi terlihat setelah lima

Page 15: LO 1

menit, dengan teranestesinya daerah mukosa pipi, anterior lidah dan bibir

pada sisi yang dianestesi.

PENCABUTAN

Instrumen Ekstraksi Untuk Gigi Sulung

Biasanya dokter gigi menggunakan alat instrumentasi ekstraksi gigi

anak sama dengan yang digunakan untuk gigi dewasa. Tetapi banyak juga

dokter gigi anak dan oral and maxilofacial surgeons lebih memilih tang

ekstraksi anak-anak yang lebih kecil seperti no.150S dan 151S, karena

beberapa sebab :

1. Ukuran tang nya yang lebih kecil lebih memudahkan untuk masuk dalam

kavitas oral dari pasien anak-anak.

2. Tang ekstraksi yang lebih kecil lebih mudah disembunyikan dalam tangan

operator.

3. Bentuk paruh dari tang yang lebih dapat beradaptasi dengan bentuk

anatomi gigi sulung.

Berikut merupakan ciri-ciri dari instrumentasi untuk pencabutan gigi anak :

a. Instrumen untuk pencabutan gigi sulung RA

Untuk insisive central, lateral, caninus maksila gunakan tang #150

SS universal. Paruh tang ini cenderung mempunyai kontak point daripada

flat contact sehingga sesuai dengan morfologi mahkota gigi sulung dan

cukup sempit untuk mencekram mahkota gigi anterior maksila karena akar

gigi maksila anterior bulat, maka gerakan ekstraksi dapat dimulai terlebih

dahulu dari lingual untuk mengekspansi gigi dari soketnya kemudian baru

ke arah bukal dan kemudian bisa dikombinasikan dengn gerakan rotasi.

Untuk gigi molar sulung maksila, gunakan tang #150 SS. Tang

diarahkan ke lingual untuk pertama kali kemudian ke bukal untuk

mengekstraksi.

Tang untuk rahang atas biasanya berbentuk tang biasa yang lurus

antara kepala dan badang tang tersebut, diantaranya :

- Gigi sulung anterior :

Page 16: LO 1

Tang dengan kepala yang lurus dengan badan tang.

- Gigi sulung posterior:

Tang dengan kepala agak membengkok dari badan tang.

- Akar gigi :

Tang dengan kepala tang agak tertekuk dan kedua ujung tang saling

bertemu.

b. Instrumen untuk pencabutan gigi sulung RB

Untuk gigi sulung anterior mandibula, gunakan tang #151

universal SS. Paruhnya mempunyai kontak serupa dengan tang #150.

Untuk gigi yang crowded atau supernumerary, diindikasikan untuk

menggunakan tang yang berbeda yang mempunyai paruh lebih sempit.

Page 17: LO 1

Untuk mengekstraksi gigi molar 1 sulung mandibula dapat kita

dapat menggunakan tang #151 SS universal. Sedangkan untuk molar 2

sulung mandibula, kita dapat menggunakan dua tang yang berbeda

tergantung dari posisi perkembangan premolar 2 dan juga jumlah tulang

alveolar di atasnya yang dapat diidentifikasi melalui radiograf. Tang yang

digunakan untuk mengekstraksi gigi molar 2 sulung dapat berupa tang

#151 atau tang #23 (cowhorn).

Tang #151 digunakan jika tidak ada tulang alveolar dan premolar

kedua yang akan erupsi letaknya dekat di bawah molar sulung kedua.

Teknik ekstraksi yang digunakan serupa dengan teknik pencabutan gigi

molar 1 sulung mandibula.

Namun tang lain yakni tang #23 cowhorn dapat digunakan jika

terdapat tulang alveolar dan letak gigi premolar 2 tidak begitu dekat

dengan gigi molar 2 sulung. Walaupun penggunaan tang ini sendiri masih

menyisakan pro dan kontra, sumber – sumber yang menyarankan

penggunaan tang ini mengungkapkan bahwa walaupun ada kemungkinan

untuk ikut tercabutnya benih gigi premolar 2 permanen, faktanya hanya

sedikit yang mengalami kejadian ini.

Penggunaan cowhorn ini sendiri disebabkan karakteristik

morfologi gigi molar 2 sulung mandibula yang konvergen pada 1/3 tengah

akar yang berbeda dengan gigi molar 1 sulung dimana konvergen pada 1/3

apikal akar. Sebagai tambahan, akar mesial mempunyai groove yang

mengalir ke aspek mesial dan groove yang serupa juga terdapaat di aspek

distal. Sifat ini membuat gigi molar 2 sulung kontraindikasi dengan

gerakan rotasi sehingga untuk ekstraksinya kita dapat menariknya melalui

dimensi vertikal yang diakomodasi dengan baik oleh tang cowhorn. Paruh

tang cowhorn diletakkan pada bifurkasi molar 2 sulung, kemudian

digerakkan ke arah lingual selanjutnya ke bukal.

Berbeda dengan tang untuk rahang atas, pada tang untuk rahang

bawah rata rata kepalanya membentuk sudut 90° terhadap badannya

sehingga terlihat seperti bengkok, diantaranya :

- Gigi sulung anterior:

Page 18: LO 1

Tang dengan kepala yang sedikit runcing penyerupai capit pada

ujungnya.

- Gigi sulung posterior :

Tang dengan kepala yang sedikit membulat dibanding tang anterior

dan ujungnya terdapat takik.

- Akar gigi :

Page 19: LO 1

Tang untuk akar ini menyerupai tang untuk gigi posterior namun tidak

memiliki takik pada ujungnya, dan kedua ujung tang ini saling

bertemu.

- Berikut adalah gambar dari tang #23 (cowhorn)

Selain instrumen tang, dalam ekstraksi gigi untuk anak anak juga

menggunakan alat bantu seperti bend atau elevator, dan beberapa

instrumen standar untuk pemeriksaan seperti :

- Kaca mulut

- Sonde

- Pinset

- Injektor

- Ekskavator

- Cotton roll

- Betadine cane yg diisi betadin

- Dan lain lain.

Gambar :

Beberapa alat yang harus dipersiapkan sebelum pencabutan gigi pada anak

Page 20: LO 1

Tata Cara Pencabutan Gigi Sulung

1. Posisi Operator

Dengan pengenalan sistem “four handed dentistry”, operator harus

melakukan ekstraksi dalam posisi duduk, setelah mengambil posisi yang

benar tergantung pada kuadran mana dia bekerja.

Kuadran kanan dan kiri maksila serta kuadran kiri mandibula

( Regio V, VI, VII) : Operator berada pada posisi di depan sampai ke

samping pasien (arah jam 7 sampai arah jam 9)

Kuadran kanan mandibula (Regio VIII) : operator pada posisi di

belakang sampai di samping pasien (arah jam 9 sampai jam 11)

Armamentarium ekstraksi dan posisi operator (Sumber: textbook of

pedodontic Shoba Tandon, 2008)

2. Teknik Pencabutan gigi

Gigi Anterior Maksilla :

Bagian melintang dari akar gigi ini membulat. Gaya pertama

diberikan ke arah apikal kemudian tekanan ringan ke arah lingual.

Tekanan yang sedikit ini melebarkan tulang gingival bagian lingual. Gaya

berikutnya adalah gerakan berlawanan arah jarum jam yang melonggarkan

gigi dengan gerakan yang melepaskan. Kemudian, diteruskan dengan gaya

Page 21: LO 1

ke arah labial, yang akan melepaskan gigi dari soketnya. (Shoba Tandon,

2008)

Gigi anterior maksilla memiliki akar tunggal yang cenderung

conical. Hal ini menyebabkan gigi cenderung memiliki resiko fraktur

rendah dan mendukung gerakan rotasi. Tang A no 1 digunakan untuk

ekstraksi gigi anterior maksilla.

Gigi Anterior Mandibula :

Bagian melintang dari akar gigi ini adalah oval. Setelah gaya

inisial pada apikal gigi, arah gaya berikutnya adalah ke arah labial dalam

satu gerakan. Setelah gigi terasa longgar dari soketnya, gerakan

berlawanan arah jarum jam mengeluarkan gigi dari soketnya.

Gigi anterior mandibula memiliki akar tunggal. Hal ini

menyebabkan seorang dokter gigi harus berhati-hati dalam menggerakkan

tang agar jangan sampai mengganggu gigi yang berdekatan karena akan

mudah sekali menjadi untuk menjadi goyang. Hal ini juga menyebabkan

dokter gigi dapat menggunakan gerakan rotasi dan sedikit gerakan ke arah

labial dan lingual dapat melepaskan gigi dari soketnya.

Page 22: LO 1

Gigi Molar sulung Maksilla :

Karena akar palatal melengkung, gerakan untuk pencabutan gigi

diarahkan ke palatal dengan tekanan ringan. Tekanan ringan diaplikasikan

dengan tujuan agar tidak sampai mematahkan akar palatal yang

melengkung. Kemudian diteruskan dalam satu gaya ke arah bukal, gigi

menjadi longgar dan gerakan berlawanan arah jarum jam mengeluarkan

gigi dari soketnya.

Gigi molar maksilla berbeda dengan gigi permanen. Ketinggian

konturnya lebih dekat ke cementoenamel junction dan akarnya lebih

divergen dan diameternya lebih kecil. Karena struktur akar melemah saat

erupsi gigi permanen, sering terjadi fraktur akar saat pencabutan gigi

maksilla. Hal lain yang harus diperhatikan adalah hubungan antara molar

sulung dengan mahkota premolar yang akan tumbuh. Apabila akar

mengelilingi mahkota premolar, bukan mustahil premolar ikut tercabut

bersama molar sulung.

Setelah perlekatan epithelial dipisahkan, elevator 301 lurus

digunakan untuk luksasi gigi dan ekstraksi diselesaikan dengan tang

universal maksilla no 150S.

Page 23: LO 1

Gigi Molar sulung Mandibula :

Potongan melintang dari akar gigi ini adalah datar dalam arah

mesiodistal dan berbentuk lonjong. Gerakan rotasi merupakan kontra

indikasi. Gaya inisial pertama adalah tekanan ringan ke arah lingual,

semudian diteruskan dalam satu gaya ke bukal sampai gigi melonggar dari

soketnya. Setelah itu, gerakan rotasi berlawanan arah jarum jam

mengeluarkan gigi dari soketnya..

Pada pencabutan gigi molar mandibula, dokter gigi harus

memberikan support oleh tangan yang tidak melakukan ekstraksi pada

mandibula pasien supaya tidak terjadi cedera sendi temporo mandibular.

Setelah luxasi dengan elevator lurus no 301, tang no 151S digunakan

untuk mengekstraksi gigi.

Page 24: LO 1

LO 4 : Komplikasi

Komplikasi Anastesi

Komplikasi Lokal

1.Kegagalan Mendapatkan Efek Anastesi

Kegagalan ini disebabkan oleh kesalahan teknik yang menyebabkan

jumlah larutan yang didepositkan di dekat saraf terlalu sedikit atau menyebabkan

larutan anastesi terdeposit ke pembuluh darah. Tidak melakukan penyuntikan

pada daerah radang dan pemberian obat dengan komposisi kimia yang berbeda

menyebabkan terjadinya kegagalan efek anastesi ini.

Efek anastesi pada setiap individu berbeda. Pada pasien yang peka dengan

larutan anastesi lokal, maka dengan sedikit anastesi saja dapat memberikan efek

yang kuat pada daerah yang luas. Sedangkan pada pasien yang kurang peka maka

dibutuhkan waktu dan larutan yang lebih banyak.

2. Sakit Selama dan Setelah Penyuntikan

Pengontrolan rasa sakit sangat dibutuhkan, oleh karena itu teknik

penyuntikan harus dilakukan secara tepat, penggunaan jarum suntik yang tajam

dan mendeponir larutan secara perlahan dapat mengurangi rasa sakit. Selain itu

pemberian anastesi topikal juga diperlukan untuk mengurangi rasa sakit selama

penyutikan.

3. Infeksi

Komplikasi ini biasanya disebabkan oleh masuknya organisme (bakteri)

dalam jaringan pada saat penyuntikan. Untuk menghindari terjadinya infeksi alat

harus benar benar steril dan teknik aseptik dilakukan dengan benar.

4. Trismus

Trismus merupakan kesulitan membuka mulut yang disebabkan oleh salah

satunya yaitu penyuntikan pada pterygoid medial diamna kerusakan pembuluh

darah menyebabkan infeksi atau hematom.

5. Hematoma

Page 25: LO 1

Hematoma dapat terjadi apabila jarum suntik tidak sengaja mengenai

pembuluh darah. Apabila kemungkinan akan terjadi infeksi maka harus segera

diberi antibiotik.

6. Masticatory Trauma

Pada pasien anak-anak sikap kooperatif dan kurangnya pengetahuan

bahwa daerah teranastesi akan menghilangkan sensasi beberapa waktu

menyebabkan anak anak menggigit mukosa mulutnya hingga terjadi ulcer, apabila

hal ini terjadi maka dapat ditanggulangi dengan dengan menggunakan air salin

hangat untuk membersihkan luka dan mengurangi pembengkakan. Untuk

mencegah terjadinya infeksi dapat diberikan antibiotik dan untuk mengurangi rasa

sakit dapat diberikan analgesik.

7. Parastesis

Parastesis merupakan bertahannya efek anastesi dalam jangka watu lama.

Hal ini disebabkan karena trauma pada saraf yang terkena jarum. Pemberian obat-

obatan dan termoterapi dapat mengurangi gejala ini. Bila pemulihan tidak terjadi

maka harus dirujuk ke spesialis saraf.

Komplikasi Sistemik

1. Reaksi Alergi

Reaksi alergi ditentukan oleh tingginya reaksi paien dalam

menerima obat anastesi dengan dosis yang kecil. Reaksi alergi dapat

berupa dermatitis, urtikaria, angiodema, dan syok anafilaktik. Reaksi

alergi dapat berkurang dengan pemberian antihistamin namum biasanya

dapat pulih dengan sendirinya. Pada kasus yang lebih parah dapat

disuntikkan larutan adrenalin 0,1 % 1 ml. Secara intramuskular.

2. Overdosis

Komplikasi ini yang paling sering terjadi pada pasien anak-anak

karena berat badan yang berbeda. Penanganan nya diatasi tergantung pada

efek yang terjadi seperti pusing, cemas, bingung, pandangan ganda,

Page 26: LO 1

tinitus, kebas atau nyeri pada sirkum oral. Selanjutnya diikuti ejang-

kejang, tidak sadar, kesulitan bernapas, bahkan menyebabkan gangguan

fungsi jantung dan susunan saraf pusta. Setelah ditangani pasien dapat

dirujuk ke rumah sakit.

Komplikasi Pencabutan Gigi Anak

Komplikasi pencabutan gigi anak dapat terjadi saat pencabutan maupun

post pencabutan. Berikut adalah komplikasi yang mungkin terjadi selama dan

setelah pencabutan gigi anak:

1. Fraktur

Gigi anak-anak mudah sekali terjadi fraktur karena gigi kecil dan juga

masih rapuh, tidak hanya gigi anak-anak yang rentan fraktur, melainkan

tulang rahang yang masih belum kompak juga menjadi rentan terjadinya

fraktur. Berikut jenis-jenis fraktur yang mungkin terjadi pada anak-anak.

Fraktur mahkota gigi yang akan dijabut

Fraktur pada mahkota ini dapat terjadi pada gigi sulung dengan

karies besar atau gigi dengan restorasi besar. kondisi ini dapat

diatasi dengan evaluasi fraktur melalui radiologi dan tindakan

pencabutan pada sisa gigi, tindakan pembelahan bifurkasi ataupun

pembukaan flap dapat dilakukan dalam mengevaluasi sisa gigi

yang fraktur.

Fraktur pada tulang alveolar

Fraktur tulang alveolar disebabkan terjepitnya tulang alveolar

diatara tang cabut s gigi biasanya meninggalkan serpihan fraktur/

fragmen tulang dan sisi tajam. Serpihan fraktur tulang alveolar

dapat diambil setelah pencabutan, sedangkan sisi tajam tulang

alveolar yang tajam dihaluskan terlebih dahulu kemudian

dilakukan penjahitan bila diperlukan kontro pendarahan.

Fraktur terhadap gigi antagonis atau gigi sebelahnya

Komplikasi ini terjadi apabila gigi sebelahnya merupakan

jembatan, atau karies besar, restorasi besar, overhanging, dan

goyang. Apabila gigi antagonis ataupun sebelahnya ini pada arah

Page 27: LO 1

pencabutan atau bahkan digunakan tumpuan pencabutan maka

fraktur terhadap gigi sebelahnya sangat memungkinan. Penanganan

kondisi tersebut dapat dilakukan evaluasi rongga mulut sebelum

tindakan pencabutan. Dan perbaikan gigi sebelahnya atauoun

pelepasan jembatan sebelum pencabutan.

Fraktur akar gigi

Akar gigi sulung mengalami resorpsi interne karena aktivitas

osteoklas benih gigi permanen dibawahnya. Proses resorpsi akar

gigi sulung ini tidak sama-sama pada masing-masing akar sehingga

terjadinya fraktur akar sangat memungkina selama proses luksasi

pencabutan. Akar yang tertinggal dapat dibiarkan pada kondisinya

bila susah dicabut dan akar belum terinfeksi. Akar tersebtu akan

naik kepermukaan selama perjalanan waktu atau justru akan

teressorpsi fisiologi oleh tubuh, tetapi kondisi ini perlu dilakukan

observasi selama akar gigi masih didalam tulang rahang. Apabila

diduga telah terinfeksi ataupun terjadi pendarahan dan posisi akar

sulit dijangkau, dapat dilakukan pembukaan flap.

fraktur mandibula.

Fraktur tulang rahang sering terjadi akibat tekanan pencabutan

yang terlalu besar. terutama pada tulang rahang bawah. Apabila

terjadi kondisi tersebut dikembalikan dislokasi ataupu asimetri

akibat fraktur kemudian diikat ekstraoral dan dilakukan rujukan

pada spesialis bedah mulut.

2. Disklokasi

Dislokasi benih gigi permanen dibawahnya

Karena gigi sulung akarnya divergen dan mencengkram benih gigi

permanen dibawahnya, seringkali terjadi benih gigi permanen

tersebut ikut tercabut selama proses pencabutan atau berpindah

posisi karena pencabutan. Maka benih gigi terbut harus

dikembalikan atau direposisi pada tempat semula dan dilakukan

penjahitan.

Dislokasi TMJ

Page 28: LO 1

Dislokasi ini sering terjadi pada pasien dengan rekuren dislokasi

tmj sehingga tmj mudah berubah dari tempatnya. Dislokasi ini bila

mampu dapat dilakukan reposisi langsung pada mandibulanya.

3. Pendarahan Berlebihan

Pendarahan dapat terjadi karena faktor sistemik ataupun faktor

teknik. Pendarahan berlebih karena kondisi sistemik seperti

riwayat penyakit sistemik hematologi penanganan dilakukan

dengan melakukan rujuan ke dokter ahli. Untuk itu anamnesa awal

merupakan tahap penting dalam menggali informasi terkait kondisi

sistemik. Apabila pendarahan disebabkan oleh robeknya vena

besar maka harus dilakukan klep pada vena tersebut. Jika

pendarahan karena kapiler local dapat diatasi dengan obat

adrenalin (epinefri), lidokain atau pehacain diresapkan di tampon

dan ditekan ke soket. Obat ini menyebabkan vasokontriksi kapiler

darah. Tindakan menghisap-hisap soket pasca pencabutan dapat

menyebabkan pendarahan karena benang-benang fibrin yang

terbentuk di ujung kapiler selalu pecah karena tindakan tersebut.

LO 5 : Post operasi, instruksi dan medikasi

Instruksi post operative anastesi lokal dan eksodonsia

Istirahat yang cukup, karena membantu proses penyembuhan luka.

Setelah dilakukan ekstraksi, pasien diinstruksikan untuk menggigit tampon

diatas bekas luka ekstraksi. Tekanannya dipertahankan paling tidak selama

30 menit. Apabila lewat 30 menit masih ditemukan pendarahan, maka

diinstruksikan untuk menggigit tampon selama 30 menit berikutnya.

Adanya sedikit pendarahan yang kadang-kadang masih keluar selama 24

jam pasca ekstraksi masih dapat dikatakan normal. Namun apabila terjadi

pendarahan hebat, segera hubungi dokter gigi.

Pasien baru boleh makan beberapa jam setelah ekstraksi, agar tidak

mengganggu terbentuknya blood clot. Apabila telah diperbolehkan makan,

Page 29: LO 1

makanlah makanan yang lembut. Hindari makanan keras, karena makanan

keras dapat merusak daerah bekas ekstraksi, serta jangan mengunyah di

sisi bekas ekstraksi.

Instruksikan pasien agar tidak memakan makanan atau meminum

minuman panas untuk sementara waktu. Rangsangan panas dapat

meningkatkan vaskularisasi sehingga pembentukan bekuan darah menjadi

lebih lambat.

Banyak minum untuk mencegah dehidrasi.

Ketidaknyamanan post ekstraksi biasanya diikuti dengan rasa sakit, maka

pasien diinstruksikan untuk mengkonsumsi analgesik yang telah

diresepkan oleh dokter gigi.

Instruksikan pasien untuk mengkonsumsi vitamin B dan C sebagai terapi

tambahan untuk penyembuhan jaringan.

Jaga kebersihan rongga mulut. Sikat gigi secara rutin, tidak boleh

berkumur dengan menggunakan hidrogen peroksida karena dapat

menghilangkan blood clot. Berkumurlah dengan obat kumur yang

mengandung analgesik atau dengan larutan povidon iodine yang telah

diencerkan dengan menggunakan air masak untuk menjaga kebersihan

rongga mulut. Caranya yaitu dengan mengambil air masak sebanyak 250

ml kemudian ditetesi 2-4 tetes larutan povidon iodine, lalu gunakan air

tersebut untuk berkumur.

Melakukan kompres dengan es atau potongan es kecil yang dimasukkan ke

dalam kantong plastik, kemudian dibungkus dengan sebuah handuk kecil.

Lalu tempelkan pada wajah dekat tempat ekstraksi. Hal tersebut dapat

dilakukan berulang, terutama 24 jam setelah ekstraksi guna mengurangi

rasa nyeri dan mencegah edema.

Jangan mengunyah permen karet atau merokok, karena hal tersebut dapat

meningkatkan insidensi dry socket. Selain itu nikotin pada rokok dapat

menghambat penyembuhan luka.

Page 30: LO 1

Instruksikan pasien untuk melakukan kontrol ke dokter gigi 4-5 hari

setelah dilakukannya ekstraksi.