Makalah Stomatognasi LO 1

download Makalah Stomatognasi LO 1

of 25

Transcript of Makalah Stomatognasi LO 1

MAKALAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KRANIOFASIAL

Disusun oleh: Selvia Magdalena Berty Nur K. I.P (111610101001) (111610101004)

Rhanifda Amvitasari (111610101009) Sariwiwit Intan P.A (111610101087

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2012

Bab I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia dimulai dari embrio. Masa embrio merupakan dasar dari seluruh sistem organ manusia. Keadaan norrnal atau abnormal, semuanya ditentukan saat pertumbuhan dan perkembangan masa embrio. Dalam bidang kedokteran gigi, bagian embrio yang diutamakan pengamatan pertumbuhan danperkembangannya adalah bagian kraniofasial. Bagian kraniofasial ini meliputipembentukan calvaria dan basii kranial, pembentukan wajah dan palatum.Kraniofasial mulai terbentuk pada saat minggu kedua setelah ovulasi, pada saat masih berupa embrio. Pada saat perkembangan janin terbentuk lapisan ektoderm sewaktu sel blastula lalu menjadi lapisan trilaminar (endoderm, mesoderm, ektoderm). Penyatuan tonjolan tonjolan pada wajah kemudian akan membentuk wajah seutuhnya, sehingga kelainan pada masa ini akan menyebabkan kelainan wajah saat lahir. Pembentukan kraniofasial saat embrio dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Hormon dari ibu dan gen yang dibawa ibu. Hormon yang dihasilkan ibu saat mengandung dapat berpengaruh pada janin. Hormon tersebut ada untuk mempertahankan keberadaan dan kelangsungan hidup janin. Faktor ekstenalnya adalah nutrisi dari makanan yang dikonsumsi ibu. Protein, vitamin, lemak, mineral yang ada dalam makanan yang dikonsumsi ibu dapat mempercepat dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial.

1.2 Rumusan Bagaimana proses perkembangan dan pertumbuhan kraniofasial pada masa janin? 1.3. Tujuan Untuk mengetahui proses perkembangan dan pertumbuhan kraniofasial pada masa janin.

Bab II. Pembahasan

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Craniofasial Perkembangan kepala tergantung pada aktifitas induksi pusat pengatur prosensephalik dan rombenshephalik. Pusat prosensephalik, berasal dari mesodermal prakordal yang berjalan melalui garis primitive, berada di ujung rostral notokord di balik forebrain (prosensephalon) merangsang pembentukan alat indra penglihatan dan telinga tengah serta sepertiga atas wajah. Pusat rombensephalik kaudal merangsang pembentukan sepertiga bawah dan tengah dari wajah (rangka viseroskletal), termasuk telinga luar dan tengah. Perkembangan orofasial yang cepat merupakan ciridari tahap

perkembangan bagian cranial embrio, bila dibanding

dengan bagian kaudal.

Perbedaan kecepatan pertumbuhan, menyebabkan discus embirionik mempunyai bentuk seperti perlonjong, dengan daerah kepala yang membentuk bagian yang memanjang , baru kemudian ketiga laisan pada bagian cranial embrio, mulai mengalami perkembangan pada pertengahan minggu ke 3 sedang pemisahan lapiasan-lapisan benih tersebut tetap berlangsung pada bagian kaudal sampai akhir minggu ke 4. perkembangan ujung cranial embrio yang sangat cepat, menyebabkan kepala mempunyai besar setengah dari seluruh besar tubuh selama periode pasca somit embrionik (minggu ke 5- ke 8). Perkembangan pasca cranial selanjutnya akan menyebabkan kepala mempunyai besar seperempat dari seluruh panjang tubuh pada saat lahir, dan hanya 6-8% dari seluruh besar tubuh pada manusia dewasa (Sperber, 1991).

1. Dasar kranial Selama minggu keempat intra uterin, mesensim yang berasal dari mesodermal yang berasal dari mesodermal paraksial dan neural crest, berkondensasi antara otak sedang berkembang dan foregut, membentuk dasar kapsul ektomeningeal. Kondensasi ini merupakan pembentukan awal tengkorak. Selama periode somit akhir mesensim sklerotomal osipital terkondentrasi disekitar

notokord

yang

terletak

dibawah

otak

sedang

berkembang.

Mesenkim

terkonsentrasi ke sephalik membentuk dasar otak. Perubahan ektomenik mesensim menjadi tulang rawan merupakan permulaan dari kondrokranium dimulai pada hari ke 40 iu. Pusat kondrofikasi terbentuk sekitar ujung kranial notokord disebut tulang rawan parakordal. Perluasan kaudal dari kondrofikasi bergabung dengan gabungan sklerotom, keluar dari somit osipital keempat yang mengelilingi tube neural. Tulang rawan skleretorm bagian pertama dari tengkorak terbentuk, membentuk batas foramen magnum, menghasilkan analgen untuk bagian basilar dan condylar tulang osipital. Ujung kranial notokord berada setinggi membran orofaringeal yang

menutupi stomodeum. Tepat dikranial membran ini, munculah kantong hipofiseal (postspenoid) terbentuk pada kedua sisi hipofiseal dan bergabung membentuk tulang rawan basispenoid yang mengandung hipofisis dan nantinya menghasilkan sella tursica serta bagian belakang tubuh tulang spenoid. Di cranial kelenjar pituitary, penggabungan dua tulang rawan prespenoid (trabekular) membentuk bakal tulang prespenoid, yang akan membentuk bagian depan tubuh tulang sphenoid. Di lateral, pusat kondrofikasi orbitospenoid (sayap kecil) dan alispenoid (sayap besar) akan ikut membentuk sayap tulang sphenoid. Paling depan, gabungan tulang rawan presponoid akan menjadi tulang rawan prespenoid akan menjadi bidang tulang rawan vertical (tulang rawan mesetmoid) dalam septum nasal. Tulang rawan mesetmoid berosifikasi pada saat lahir, menjadi bidang tegak lurus tulang etmoid, tepi atasnya membentuk krita galli yang memisahkan bola-bola olfaktoris. Kapsul yang mengelilingi organ indra nassal dan otik (vestibulocochlear) berkondrifikasi dan bergabung menjadi tulang rawan dasar kranial. Kapsul nassal berkondrifikasi pada bulan ke dua ui, membentuk tulang rawan dengan atap dan dinding lateral yang dipisahkan oleh septum tulang rawan medial (mesetmoid).

Pusat osifikasi di dinding lateral membentuk massal lateral (labirin) dari tulang ethmoid dan concha nassal inferior. Septum nassal medial tetap berupa tulang rawan kecuali posterior anterior, dimana membran tiap sisi septum, pusat ossifikasi intramembranosis membentuk mula-mula sepasang tulang vomer kedua bagiannya bergabung sebelum lahir tetapi mengandung septum tulang rawan nassal, sampai pubertas. Alae vomer meluas kebelakang ke atas bassisspenoid membentuk atap nasofaring suatu tanda khas manusia. Pertumbuhan aposisional tulang periode postnatal pada tepi posterosuperior vomer, ikut berperan pada pertumbuhan septum nassal dan secara tidak langsung berperan dalam pertumbuhan ke bawah dan ke depan wajah. Kapsul nassal yang berkondrofikasi membentuk tulang rawan lubang hidung dan tulang rawan septum nassal. Pada fetus, tulang rawan septum memisahkan dasar kranial diatas dan vomern premaksila serta procesus palatal maksila. Tulang rawan septum nassal juga dianggap, dari pertumbuhannya berperan dalam pertumbuhan ke bawah dan ke depan dari bagian tengah wajah (berfungsi sebagai matrik fungsional). Kapsul otik terkondrifikasi dan bergabung dengan tulang rawan

parakordal umtuk nantinya berosifikasi sebagai bagian mastoid dan petrosal tulang temporal. Kapsul otik tidak berkondrifikasi pada manusia. Pusat kondrifikasi dasar cranial yang mulanya terpisah, bergabung menjadi bidang basal tunggal, tidak teratur dan berlubang-lubang. Pembentukan awal (prekondrifikasi) dari pembuluh darah, saraf cranial dan spinal cord antara otak sedang berkembang dan isi ektrakranialnya berperan dalam terbentuknya lubanglubang foramen pada biidang tulang rawan basal dan lantai tulang cranial. Kondrokranium yang terosifikasi akan bergabung dengan desmokranium yang terosifikasi untuk membentuk neurokranium. Otak sedang berkembang terletak di groove dangkal yang terbentuk dari kondrokranium. Fosa hipofiseal sentral yang dalam dikelilingi oleh tulang rawan prespenoid dari tuberkulum selae di anterior dan tulang rawan postspenoid dari dorsum selae di belakang.

Serat saraf olfaktoris menentukan pembentukan lubang dari bidang kribiform tulang etmoid. Perluasan tulang rawan orbitospenoid di sekitar saraf optic dan arteri optalmik, yang bila bergabung dengan bagian cranial bidang basal, membentuk foramen optic. Ruang antara tulang rawan orbitospenoid dan alispenoid akan tetap ada, suatu jalan untuk saraf okulomotor III, troklear IV, optalmik V dan abdusen VI serta vena optalmik seperti fisur orbital superior. Pertemuan alispenoid (sayap besar) dan tulang rawan prespenoid dari tulang sphenoid dimasuki oleh saraf maksilaris untuk membentuk foramen rotundum dari saraf mandibula untuk membentuk foramen ovale dan arteri meningeal tengah untuk membenntuk foramen spinosum. Tetap adanya tulang rawan

diantara daerah-daerah osifikasi alispenoid dan kapsul otik, berperan dalam pembentukan foramen laserum. Osifikasi di sekitar arteri carotid internal juga kanalisnya, terletak di pertemuan tulang rawan alispenoid dan postspenoid serta kapsul otik. Masuknya saraf wajah VII dan vestibulacochlear VIII melalui kapsul otik, memastikan paten dari internal akoustik meatus. Saraf glossofaringeal IX, Vagus X, dan spinal asesoris XI serta vena jugular internal berjalan antara kapsul otik dan tulang rawan parakordal, berperan dalam membentuk foramen jugular besar. Saraf hipoglosal XII berjalan antara skelerotom osipital, serta berperan dalam pembentukan kanalis hipoglosal atau condyle anterior. Spinal cord menentukan pembentukan foramen magnum. Osifikasi kondrokranial Hampir 110 pusat osifikasi terletak di tengkorak embrio manusia . Beberapa pusat ini bergabung membentuk 45 tulang di tengkorak neonatal . pada orang dewasa muda , terlihat 22 tulang tengkorak . Pusat osifikasi dalam bidang basal , meluas bersama alispenoid pada minggu ke 8 intra uterine membentuk dasar untuk bagian endokondral dari tulang osipital , sphenoid dan temporal(semuanya memiliki komponen tulang intramembranosis) dan untuk seluruh tulang endokondral et,oid dan concha nasal inferior . Sisa kondro cranial

yang tidak terosifikasi akan tetap pada saat lahir , sebagai alae dan septum hidung , pertemuan speno-osipital dan speno-petrosal apeks tulang petrosal dan antara bagian bagian tulang osipital yang terpisah . Tulang Osipital Berasal dari tulang rawan basikranial berperan melalui sklerotom osipital dan membrane desmokranial , tulang osipital berosifikasi dari tujuh pusat (dua intramembranosis , lima endokondral) sekitar medulla oblongata , yang menentukan pembentukan foramen magnum . Tulang osipital tumbuh dalam berbagai pola , dengan komponen komponennya yang merupakan sentrum , prosesu transversal , dan lengkung neural dari beberapa vertebra osipital yang berurutan . Tulang rawan basiosipital , sepertitubuh vertebral di lewati oleh notochord , vestigial yang masih ada pada saat lahir . Bagian squamous di atas garis nukal superior berosifikasi dari sepasang pusat osifikasi intramembranosis pada minggu ke 8 intra uterin , dan intranukal dari sepasang pusat osifikasi endokondral pada minggu ke 10 intra uterine . Pusat osifikasi basikranial endokondral medial tunggal muncul pada minggu ke 11 intra uterine membentuk tulang basiosipital di depan foramen magnum dan sepertiga anterior condyle osipital . Sepasang pusat osifikasi endokondral muncul pada minggu ke 12 intra uterine membentuk tulang eksoosipital di lateral foramen magnum , termasuk dua pertiga posterior condyle osipital , mengelilingi saraf hipoglosal untuk membentuk kelenjar hipoglosal . Tulang Temporal Komponen squamous dan timpani dari tulang ini berosifikasi dalam membrane , sedang elemen petrosal dan stiloid berosifikasi endokondral dari beberapa pusat osifikasi . Bagian squamous berosifikasi intramembranosis dari satu pusat yang muncul pada minggu ke 8 intra uterine prosesus sigomatik meluas dari pusat osifikasi ini . Cincin timpani mengelilingi ekternal akoustik meatus , berosifikasi dari empat pusat intramembranosis , dimulai pada minggu ke 3 intra uterine . Otosit telinga dalam merangsang kondrogenesis pada mesensim periotik

baik neural crest maupun mesodermal untuk membentuk kapsul otik . Bagian petrosal berosifikasi endokondral dalam kapsul otik dari 14 pusat . pusat ini mulai muncul pada minggu ke 16 dan bergabung selama bulan ke 6 intra uterine , ketika labirin telinga dalam sudah mencapai ukuran maksimal . Kapsul otik mulanya berhubungan dengan tulang rawan basiosipital , tetapi sinkondrosis berubah menjadi foramen laserum dan jugulare . Tulang petrosal membentuk kapsul otik dewasa , terdiri atas tiga lapisan yaitu endosteal dan lapisan petriosteal di bagian luar yang mengandung kanalis haversian . Labirin osseous tetap tidak berubah sepanjang hidup sebagai anyaman kapsul tulang yang melindungi labirin membranosis . Sebaliknya lapisan petrosal periosteal luar teremodeling menjadi tulang lamellar dan beradaptasi terhadap tekanan fungsional . Prosesus stiloid berosifikasi dari dua pusat di lengkung tulang rawan brankial hyoid . Pada minggu ke 22 intrauterine bagian petrosal dan cincin timpani bergabung kurang sempurna meninggalkan fisur petrotimpsni tempat lewatnya saraf korda timpani dan ligament diskomaleolar . Tulang etmoid Ini adalah tulang endokrondral, yang membentuk dasar medial dari fosa cranial anterior dan sebagian dari atap, dinding lateral , dan septum medial rongga hidung, berosifikasi dari tiga pusat; pusat medial tunggal di tulang rawan mesetmoid membentuk bidang tegak lurus dan Krista galli tepat sebelum lahir; sepasang pusat untuk labirin lateral yang terlihat pada tulang rawan kapsul nasal pada bulan ke 4 iu; dan pusat osifikasi sekunder yang muncul diantara bidang kribiform dan crista galli pada saat akhir. Pada umur 2 tahun, bidang tegak lurus bergabung dengan labirin, melalui penggabungan kribriform ; membentuk tulang etmoid tunggal. Concha Nasal Inferior Tulang endokondral berosifikasi pada tulang rawan dari bagian lateral kapsul nasal , membentuk pusat tunggal yang terlihat pada bulan ke 5 intrauterine . Osifikasi perifer dari gulungan tulang rawan membentuk lamella tulang ganda

ketika tulang rawan teresorpsi . Concha inferior terlepas dari kapsul nasal menjadi tulang yang terpisah . Tulang sphenoid Tubuh sphenoid berasal dari pusat prepenoid dan postspenoid. Satu pusat medial dan dua pusat osifikasi prspenoid muncul pada bualn ke 4 iu pada bagian mesetmoid tulang rawan basikranial untuk membentuk tulang prespenoid di depan tubekulum selae. Tulang postspenoid, muncul dari dua pasang pusat pada tulang rawan basispenoid pada kedua sisi kantung hipofiseal yang meluas ke atas selama bulan 4 iu, membentuk sela tursika, dorsum sella dan basispenoid. Penggabungan pusat osofikasi akan menutupi saluran orohipofiseal ; persistensi saluran sebagai saluran kraniofaringeal pada tubuh sphenoid, akan menimbulkan tumor kraniofaringeal. Pusat osifikasi endokondral dari sayap besar sphenoid akan terligat pada tulang alispenoid dan untuk sayap kecil pada tulang rawan orbitospenoid. Juga, pusat osifikasi intramembranosis akan muncul pada minggu ke 8 iu, untuk sayap besar dan untuk bidang petrigoid medial serta lateral. Jadi, Kondrokranium sangat penting sebagai pertemuan bersama antara rangka neurokraial dan wajah; permukaan endokranialnya berhubungan dengan otak sedang aspek ektokranialnya berhubungan dengan faring dan komplek wajah serta otot-otonya. Dasar cranial memiliki pertumbuhan yang cukup stabil

disbanding dengan kalvaria dan wajah, asalkan beberapa aspek aspek pertumbuhan elemen tengkorak dapat saling dibandingkan. Pertumbuhan neurokranium yang cepat terutama kalvaria berlawanan dengan pertumbuhan rangka wajah yang lebih lambat serta lama. 2. Kepala dan Leher Gambaran paling khas pada pembentukan kepala dan leher dihasilkan oleh arkusfaring atau brankial. Arkus-arkus ini muncul pada minngu keempat dan kelimaperkembangan dan ikut berperan menghasilkan penampilan luar khas dari fetus.

Pada awalnya arkus ini terdiri dari jaringan mesenkim yang dipisahkan oleh celahdalam yang dikenal dengan sebagai celah faring. Secara bersamaan dengan terbentuknya arkus dan celah , sejumlah kantong penonjolan, kantung faring (pharyngeal pouch), muncul di sepanjang dinding lateral usus faring yaitu bagian usus depan. Arkus faring tidak hanya membentuk leher , tetapi juga berperan penting dalam membentuk wajah. Pada akhir minggu keempat, bagian tengah wajah dibentuk oleh stomodeum, dikelilingi oleh pasangan pertama arkus faring. Ketika calon janin berusia 42 hari, dapat dikenali beberapatonjolan mesenkim : y y Prominensia mandibularis, (arkus faring pertama), kaudal dari stomodeum Prominensia maxilaris, (bagian dorsal arkus faring pertama), lateral dari stomodeum. y Prominensia frontotasalis, penonjolan yang sedikit membuat kranial dari stomodeum .

Arkus Faring Setiap arkus faring terdiri atas inti jaringan mesenkim yang dilapisi oleh ektodermdi permukaan luar dan epitel yang berasal dari endoderm di sebelah dalam y Arkus Faring Pertama Terdiri dari bagian dorsal, processus maxilaris yang menonjol ke bagian depan di bawah mata. Bagian ventral processus mandibularis terdapat kartilago Meckel yang selama perkembangan lebih lanjut lenyap kecuali dua unjung bagian dorsalnya yang menetap yang membentuk inkus dan maleus. Mesenkim processus maxilaris ini akan membentuk premaksila, maksila, os. Zygomaticum, os temporale melalui osifikasi membranosa. Processus madibula akan membentuk ototototpengunyah (m. Temporalis, m.Masseter,

m.Pterygoideus), m.Digastricus venter anterior, m.Milohioideus, m. Tensor timpani, dan m. Tensor veli palatini.Persarafan sensorik ke kulit wajah diberika oleh n. Mandibularis (cabang.trigeminus), n. Optalmikus, n. Maksilaris, dan n. Mandibularis y Arkus Faring kedua Tulang rawan arcus kedua atau arcus hioid (Kartilago Reichert) membentuk stapes, processus stiloideusos temporal, ligamentum

stilohioideum. Otot arkus hioid yaitu m. Stapedius, m. Stilohioideus, m. Digastricus venterposterior, m.auricularis, dan otot-otot ekspresi wajah. y Arkus Faring Ketiga Menghasilkan bagian bawah korpus dan kornu mayus os hioideum. Susunan otot terbatas pada m.Stilofaringeus. Otot ini disarafi oleh n.Glossofaringeus. y Arkus Faring Keempat dan Keenam Kartilago kedua arkus ini menyatu untuk membentuk Kartilago Laring : kartilago tyroidea, krikoidea, kornikulata, dan kuneiformis. Otot arkus keempat (m. Krikotiroideus, m. Levator veli palatini dan m.

Konstriktorfaringis) disarafi oleh n. Laringeus superior (cabang n.vagus). Dan arkus saraf keenam disarafi oleh n. Laringeus rekurens (cabang n.vagus)

Kantung Faring y Kantung Faring Pertama Membentuk divertikulum mirip tangkai, resesus tubotimpanikus yang berkontak dengan lapisan epitel celah faring pertama bakal meatus akustikusexternus. Bagian distal divertikulum melebar seperti kantong, rongga telingan tengah atau kavitas timpani primitif, dan bagian proksimalnya tetap sempit, membentuk tuba auditiva (eustachi). Lapisan dalam rongga timpani kemudian membantu pembentukan membrana timpani atau gendang telinga. y Kantung Faring Kedua

Lapisan epitelnya berpoliferasi dan membentuk tunas yang menembus ke dalammesenkim di sekitarnya. Tunas-tunas ini kemudian disusupi oleh jaringan mesoderm membentuk primodium tonsila palatina. Selama bulan ketiga dan keempat, tonsil diinfiltrasi oleh jaringan limfatik. Sebagian dari kantong menetap dan ditemukan pada orang dewasa sebagai fosatonsilaris. y Kantung Faring Ketiga Kantung ketiga dan keempat ditandai oleh sayap dorsal dan ventral di ujung distalnya. Pada minggu kelima, epitel sayap dorsal kantung ketiga berdiferensiasi menjadi kelenjar paratiroid inferior, sedangkan sayap ventralmembentuk timus. y Kantung Faring Keempat Epitel sayap dorsal kantung faring keempat membentuk kelenjar paratiroid superior. Saat kehilangan kontaknya dengan dinding faring,

kelenjarparatiroid meletakkan dirinya ke permukaan dorsal tiroid yang sedang bermigrasike kaudal menjadi kelenjar paratiroid superior. y Kantung faring Kelima Merupakan kantung yang paling terakhir berkembang, biasanya dianggap sebagai bagian dari kentung faring keempat. Kantung ini membentuk korpusultimobrankiale yang kemudian bergabung ke kelenjar tiroid. Selsel korpusultimobrankiale memberntuk sel parafolokel (sel C), kelenjar tiroid. Sel-sel inimengeluarkan kalsitonin, suatu hormon yang berperan dalam pengendalian kadarkalsium dalam darah.

3. Pembentukan wajah Wajah berasal dari 5 tonjolan yang mengelilingi cekungan sentral

stomodeum yang membentuk bakal mulut. Tonjolan adalah frontonasal tengah tunggal dan seasang tonjolan maksila dan mandibula. Kedua tonjolan terakhir berasal dari pasangan pertama dari ke enam lengkung brankial. Semua tonjolan dan lengkung ini berasal dari ektomesensim neural crest yang bergerak dari daerah dorsal ke daerah wajah dan leher.

Tonjolan

fronto

nasal

mengelilingi

forebrainyang

mengeluarkan

devertikulum optic lateral yang akan membentuk mata. Bagian frontal dari tonjolan antar mata membentuk dahi pada sudut inferolateral, membentuk penebalan plakoda nasal ektodermal (olfaktoris) plakoda ini dirangsang oleh saraf olfaktoris di bawahnya ditembus oleh perpanjangan ridge berbentuk tapal kuda terbalik, tonjolan nasal medial dam lateral yang mengelilingi tiap celah nasal yang terbenam. Celah ini merupakan bakal nares anterior yang pada awalnya berhubungan dengan stodeum. Penggabungan tonjolan-tonjolan wajah terjadi melalui dua tahap perkembangan pada letak yang berbeda ; melalui penggabungan tonjolan frontonasal, maksila, dan mandibula, atau melalui penggabungan komponenkomponen maksilanasal sentral. Penyartuan dari organ yang awalnya meruakan tonjolan terpisah, terjadi ketika groove yang memisahkan hilang akibat perpindahan ke dan/atau proliferasi mesensim di bawahnya. Engabungan tonjolan nasal medial yang dahulunya terletak bebas dengan tonjolan nasal lateral dan maksila pada tiap sisi membutuhkan disinsintegrasi dari permukaan kontak epitelia (sayap nasal) memungkinkan bergabungnya sel-sel mesensim

dibawahnya.kegagalan dientegrasi normal dari saya nasal, melalui kematian sel atau pertukaran mesensimal, merupakan enyebab dari celah bibir atas dan celah bagian depan palatum, dengan cara menghalangi penyatuan mesensim nasal medial dan maksila. Penggabungan tonjolan nasal medial dan maksila membentuk hubungan dengan rahang atas dan bibir serta memisahkan celah nasal dari

stomadeum.Penyatuan di garis tengah tonjolan nasal medial membentuk tuberkulum medial dan hiltrum bibir atas, ujung hidung dan alatum primer.Segmen intermaksilaris rahang atas (premaksila) untuk tempat

perkembangan ke 4 gigi insisivus, berasal dari bagian tengah palatum primer, yang pada mulanya berupa pasangan pembengkakan dari penyatuan tonjolan nasal medial yang terpisah jauh.Celah abnormal bilateral berasal dari kegagalan penggabungan tonjolan nasal medial dan maksila membentuk probosi tonjolan nasal medial (proc. globular).

Rahang bawah dan bibir berbentuk oleh penyatuan garis tengah dari sepasang tonjolan mandibula dan bagian pertama wajah akan terbentuk. Penyatuan lateral dari tonjolan maksila dan mandibula membentuk comisura sudut mulut. Selama minggu ke 7 intra uterin, pertukaran suplai darah dari wajah, dari arteri carotid internal menjadi ekternal terjadi sebagai hasil atropi normal arteri stapedial.Pertukaran ini I terjadi pada saat kritis dari perkembangan bagian tengan wajah dan palatum, menyebabkan kurang nya supalai darah dan terbentuknya celah bibir atas serta palatum. Tidak smua daerah wajah bertumbuh sama cepat selama awal perkembangan. Daerah tengah wajah (di antara mata ) cukup konstan dalam hubungannya dengan pertumbuhan lebar keseluruhan wajah yang cepat dan minggu ke 5 sampai 9 jarak interokuler akan , berkurang tetapi akan terjadi pembesarab dan konsulidasi dari primordial lain, suatu perubahan yang proporsi pertumbuhan yang salah pada saat ini, merupakan dasar dari terbentuknya cacat kraniofasial (Sperber, 1991).

a. Mata Mata berasal dari neuro-ektoderm, ectoderm permukaan dan mesoderm. Mula-mula tampak adanya gelembung ke lateral dari bagian otak depan yang disebut gelembung optic (optic vesicle). Gelembung optic tersebut akan berpisah dengan lapisan di dinding otak, tetapi masih dihubungkan oleh tangkai optic (optic stalk). Bersamaan dengan itu

lapisan ektoderm makin menebal, bundar dan padat yang disebut gelembung lensa (lens vesicle). Gelembung optic membentuk lapisan baru sehingga menjadi dua lapisan yang disebut mangkuk mata (optic cup).Antara gelembung lensa dan mangkuk optic dihubungkan oleh khoroid mata. Khoroid mata tersebut dilalui oleh pembuluh darah arteri, vena, dan serabut saraf .

b. Telinga Secara anatomis, organ telinga dibedakan menjadi: 1. Telinga dalam Tampak penebalan ectoderm kepala di daerah samping setinggi otak belakang (sepasang) yang disebut otic placode.Selanjutnya placode tersebut berinvaginasi ke lapisan mesenkim di sebelah dalamnya.Sehingga terbentuk lengkung otosis.Placode yang tertanam di lapisan mesenkim ini desebut otosis.Otosis memanjang dan berdiferensiasi membentuk duktus endolimfatik dan kantung (sac). 2. Telinga tengah

Kantung faring I bagian dalam berkembang menjadi tuba eustachii. Bagian tengah dari kantung faring I akan menjadi rongga timpani. Rongga timpani kemudian berkembang menjadi telinga tengah. Lapisan entoderm yang melapisi rongga ini akan membungkus tulang-tulang (maleus, inkus, stapes), tendon, ligament dan saraf dari telinga tengah. 3. Telinga Luar Termasuk telinga luar adalah daun telinga, liang telinga luar, dan membrane timpani. Closing membrane yang disusun oleh lapisan entodermdan lapisan ectoderm akan menjadi membrane timpani. Liang telinga luar berasal dari epitel lekuk branchial (ectoderm).Daun telinga dibentuk dari proliferasi mesenchim dari lengkung branchial I dan II.

c. Hidung

Mula-mula tampak olfactory palacode yaitu penebalan ectoderm di daerah ventrolateral kepala embrio.Placode berkembang menjadi lesung olfactory hidung (olfactory pit). Di sekitar lubang hidung tepinya agak menonjol, terdapat tonjolan medial dan tonjolan lateral yang dekat dengan proc. maksila. Masa jaringan di antara tonjolan medial sebelah kanan dan kiri disebut septum nasi. Lama kelamaan tonjolan medial hidung bergabung dengan proc. maksila yang terletak di sebelah lateralnya dan dengan demikian terbentuklah rongga hidung. Di sebelah dalam rrongga hidung, mula-mula masih ada membrane oro-nasal. Membrane ini pun akhirnya pecah, dan terjadilah hubungan antara rongga hidung dan rongga mulut.

d. Pembentukan Awal Palatum Maksila propium (kecuali premaksila) terbentuk berupa proc. maksilaris dari arcusmandibularis.Penulangan minggu ke-9.Palatum terbentuk pada dari maksila proc.

berlangsungpada

maksilaris kana n dan kiri serta proc. nasal medial.Proc. nasa l medial membentuk jaringan yg meliputi area incisivus maksila sentral danlateral dan sebuah proc kecil berbentuk segi 3 yang meluas kebelakang diketahui sebagaipalatum primer atau premaksila. Pa da sekitar minggu perkembangn ke-6, dua perluasanproc. maksilaris akan tumbuh ke arah dalam dan ke bawah sebagai proc.

palatinus.Palatum terbentuk dala m 2 bagian yaitu palatum primer

da n palatum sekunder.Bagian bwh proc. frontonasalis ikut membentuk regio philtrum dari labium oris superius berupa segmen pre-maksilaris yg mengandung 4 gigi incisivus. Pada minggu ke 8, proc palatines akan menja di horizontal, saling berkontak satu sa ma lain dan

bergabung tepat dibawahujung bebas septum nasi.Dengan terjadinya perubahan proc.palatinus, cavum oris primitiv akan terbagi menjadi 3 bagian yaitu cavum nasi kanan oris dan kiri diatas yang palatum t erletak

sedangberkemba ng,dan

cavum

definitif

dibawah palatum. Palatum yg sedangber kembang nantinya aka n terkena perluasan tulang di bagian depan dan otot di

ba gianbelakang (regio palatum molle). Pertumbuhan tulang dari pusat penulangan premaksilaris,maksila dan palatinum akan membentuk palatum durum

e. Lidah Lidah muncul pada dinding ventral orofaring primitif, dari batas dalam lengkung brankial pertama. Membran mukosa orofaringeal muncul ke mulut sedang berkembang sebagai kantung yang memebengkak, dari hasil masuknya jaringan otot dari somit osipital.

Selama 4 minggu Intra uterine, sepasang penebalan lateral dari mesensim muncul pada permukaan dalam lengkung brankial pertama, untuk membentuk pembengkakan lingual. Antara dan di balik pembengkakan ini, muncullah eminensia medial, tuberkulum impar (tuberkel tidak berpasangan), yang tepi kaudalnya ditandai dengan pit buta. Pit ini foramen caecum menandai daerah asal divertikulum tiroid, suatu duktus endodermal yang muncul selama periode somit. Divertikulum bergeser ke kaudal, di ventral faring sebagai duktus tiroglossus, yang membentuk bifurkasi serta terbagi untuk membentuk kelenjar tiroid. Pembengkakan lingual bertumbuh dan bergabung satu sama lain, mengelilingi tuberkulim impar, untuk membuat derivat mukosa ektodermal dari tubuh (dua pertiga depan) lidah. Di sekitar tepi penggabungan pembengkakan lingual yang menonjol, terdapat proliferasi epitelial ke mesensim di bawahnya. Degenerasi sel sentral dari lamina berbentuk tapal kuda ini membentuk sulkus, groove linguogingival, yang membebaskan tubuh lidah dari dasar mulut, kecuali dari frenulum garis tengah lidah. Indra perasa muncul melalui interaksi induktif antara sel-sel epiteal dan masuknya sel saraf gustatoris dari korda timpani (fasial), saraf glossofaringeal dan vagus. Indra perasa terbentuk dalam jumlah besar pada permukaan dorsal lidah dan dalam jumlah yang lebuh sedikit pada lengkung palatoglossal, palatum, permukaan belakang epiglotis dan dinding belakang orofaring. Sel-sel gustatori mulai terbentuk pada minggu ke 7 Intra Uterine, tetapi indra perasa baru terlihat pada minggu ke 13-15 Intra Uterine, ketika persepsi rasa mulai terangsang. Pada mulanya, hanya ada satu indra perasa pada papila fungiformis, tetapi indra akan berlipat ganda, mungkin dengan membentuk percabangan, pada kehidupan fetus selanjutnya. Semua indra perasa dalam papila fungiformis lidah sudah ada sejak lahir tetapi indra perasa pada papila sirkumvalata terbentuk postnatal. Pembesaran lidah yang berjalan dengan cepat dibanding ruang asalnya, menyebabkan lidah mengisi seluruh ruang stomatodeum yang nantinya akan terbagi menjadi mulut, orofaring, dan nasofaring. Pemisahan awal ruang

stomatodeum, melalui perkembangan ke lateral dari lereng palatal, tertunda oleh ukuran lidah yang sangat besar, yang meluas dari dasar ke atap stomatodeum. Hanya dengan pembesaran stomatodeum lebih lanjut, lidah akan masuk ke ruang stomatodeum dengan tepat, memungkinkan lereng palatal memisahkan mulut dari naso nasal. f. Rongga mulut Sekitar hari ke 25 setelah pembuahan, cavum oris primitivum (stomatodeum)akan berkembang sebagai suatu celah sempit yang dikelilingi oleh capsul otak di bagian atas,pericardium di bagian bawah, proc. mandibula dan proc. maksila di bag samping.Proc. mandibula meluas ke medial untuk membentuk ma ndibula primitiv danmemisahkan stomatodeum dar i pericardium. Pada saat bersamaan, capsul otak akanterpisah dari cavum oris primitiv melalui pembentukan Proc frontonasalis.Proc frontonasalis atau septum nasi primer, pada tahap ini akan membentuk sebagian besar tepi atas orifisium cavum oris.Proc mandibularis akan berkontak pada garis median, untuk membentuk batas bawah cavum oris. Proc maksilaris terbentuk dari proc. mandibularis dari sudut mulut dan akan tumbuh ke bawah pada kedua sisi wajah di balik matauntuk berkontak dgn proc nasalis lateralis, selanjutnya akan berkontak denganujung bawah proc nasalis medial. Pertumbuhan mandibula biasanya didahului dengan pertumbuhan cartilago Meckel.Pada embrio manusia cartilago Meckel akan berkembang ke bentuk sempurna pada mingguke-6. Cartilago Meckel pada tahap perkembangan ini berhubungan erat terhadapn.mandibularis, saraf arcus pharyngeus prismus, cabang2nya akan berfungsi sebagaipendukung skeletal.Riwayat perkembangan selanjutnya dari cartilago Meckel umumnyaberhubungan dgn perkembangan corpus mandibula.Pada mandibula terdapat 3 daerah pembentukan cartilago sekunder yangutama.Yang pertama dan terbesar adalah cartilago

condylarisberperan penting pada pertumbuhan mandibula.Cartilago ini muncul pertama kali pd minggu ke-12. Pada tahapini terlihat berupa potongan cartilago pada aspek superior dan lateral tulang pada proc. condylaris.Pada bulan ke-5 masa

kehidupan fetus, semua cartilago sudah digantikansebagian besar oleh trabekula tulang.Selama periode ini penebalan zona cartilago akanberkurang perlahan-lahan karena aktifitas proliferasi dari sel sel fibro sellular tumbuhlebih lambat, sampai akhirnya cartilago menghilang dan tulang pengganti membentuk seluruh bagian proc condylaris tersebut.

g.

Pertumbuhan Maksilla

Terbentuk pada pertengahan masa kehamilan akan menunjukan semua elemen dewasa, berbeda dalam berbagai aspek dengan tulang dewasa. Perbedaan utama terletak pada ukuran procesuss alveolaris yang kecil, kurangnya kedalaman sinus maksilaris. Procesuss alveolaris mandibula dan maksila berkembang di sekitar benih gigi yang sedang tumbuh semasa fetus. Bila pembentukan gigi terganggu dan gigi gagal bererupsi, procesussessus alveolaris tidak dapat berkembang. Bersama dengan erupsi gigi geligi, alveolus dan cryptus tempat berkembangnya gigi di dalam procesussessus alveolaris akan digantikan dengan socket .Perubahan tinggi vertikal mandibula, maksila dan tinggi wajah secara keseluruhan terutama disebabkan karena pertumbuhan procesuss alveolaris yang berlangsung setelah usia 3 tahun dan hampir seluruhnya merupakan hasil dari proses tsb setelah dekade pertama kehidupan. Pertumbuhan selanjutnya dari cavum oris umumnya disebabkan deposisi tulang disepanjang regio alveolaris,

pada permukaan bawah palatum dan pada fasies facialis mandibula serta maksila. Fasies lingualis procesuss alveolaris umumnya teresorpsi dlm batasan tertentu tetapi penambahan lebar palatum biasanya diakibatkan karena pertumbuhan procesuss alveolaris ke arah bawah dan keluar. Setelah bayi lahir procesuss alveolaris dan rangka wajah pendukung akan tumbuh dengan cepat dan pada saat gigi geligi susu sudah tumbuh sempurna, lingua tentunya sudah mempunyai ruangan yang cukup di dalam arcus dentalis. Gigi geligi dan gingiva Gigi geligi atas dan bawah, didukung oleh procesuss alveolaris tempat terletaknya soket gigi, umumnya membentuk arcus yang sesuai dengan bentuk lengkung. Tiap gigi terbentuk dari jaringan kalsifikasi , enamel, dentin, cementum dan cavum pulpa yang terdiri dari jaringan ikat, pembuluh darah, dan saraf. Tiap gigi melekat pada procesuss alveolaris melalui ligamentum periodontal. Pertumbuhan postnatal maksila seluruhnya terjadi dengan osifikasi intramembran karena tidak terdapat cartilago. Pertumbuhan maksila terjadi melalui 2 cara yaitu aposisi sutura-sutura yang menghubungkan maksila dengan kranium dan basis kranial serta remodeling tulang. Sementara maksila tumbuh ke bawah dan depan, permukaan anteriornya mengalami remodeling. Hampir seluruh permukaan anterior maksila mengalami resorpsi, kecuali daerah kecil disekitar spina nasalis anterior. Sementara terjadi pertumbuhan maksila ke bawah dan depan , ruangan antara sutura yang terbuka diisi oleh proliferasi tulang. Aposisi terjadi pada kedua sisi sutura sehingga tulang - tulang tempat perlekatan maksila bertambah besar. Tepi posterior maksila yang merupakan daerah tuberositas mengalami aposisi shg menambah ruangan untuk tempat erupsi gigi molar tetap. Panjang maksila bertambah setelah umur dua tahun yang terjadi akibat dari tuberositas maksila dan dengan pertumbuhan sutura sepanjang tulang palatal. Aposisi permukaan terjadi sebelah anterior lengkung tulang maksila. h. Pertumbuhan Mandibula

Mandibula merupakan tulang kraniofasial yang sangat mobil dan merupakan tulang yang sangat penting karena terlibat dlm fungsi fungsi vital antara lain : pengunyahan, pemeliharaan jalan udara, berbicara dan ekspresi wajah. Mandibula adalah tulang pipih berbentuk U dengan mekanisme

pertumbuhan melalui proses osifikasi endokondarial dan aposisi periosteal (osifikasi intramembranous) dan padanya melekat otot-otot dan gigi. Pertumbuhan mandibula ada dua macam : 1. Pola pertama, bagian posterior mandibula dan basis kranium tetap, sementara dagu bergerak ke bawah dan depan. 2. Pola kedua, dagu dan korpus mandibula hanya berubah sedikit sementara pertumbuhan sebagian besar terjadi pada tepi posterior ramus, koronoid dan kondilus mandibula. Gerakan pertumbuhan mandibula pada umumnya dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi di maksila. Dagu bergerak ke bawah dan depan hanya sebagai akibat pertumbuhan kondilus dan tepi posterior ramus mandibula. Korpus mandibula bertambah panjang melalui aposisi tepi posteriornya, sementara ramus bertambah tinggi melalui osifikasi endokondarial pada kondilus dan remodeling tulang. Selain tumbuh ke bawah dan ke depan, mandibula juga tumbuh ke lateral melalui aposisi permukaan lateral korpus, ramus dan alveolaris mandibula. Untuk mengimbangi aposisi lateral, terjadi resorpsi pada permukaan lingualnya. Procesuss alveolaris pembentukannya dikontrol oleh erupsi gigi dan diresorpsi bila gigi tanggal dan diekstraksi. Gigi pada kedua lengkung tidak menjadi protrusif ketika maksila dan mandibula tumbuh dan berpindah tempat, karena adanya relasi intercuspal gigi. Pertumbuhan procesuss alveolaris sangat aktif selama erupsi dan berperan sangat penting selama erupsi dan awal hubungan antar bonjoldan terus memelihara hubungan oklusal selama pertumbuhan vertikal maksila danmandibula.

Perkembangan Saraf Kranial Nuklei yang diperlukan untuk membentuk saraf kranial sudah ada pada minggu keempat perkembangan mudigah. Pada otak belakang, proliferasi pusatpusat di neuroepitelium akan membentuk delapan segmen terpisah yang disebut rhombomere. Pasangan-pasangan rhombomere tersebut akan membentuk nuklei motorik saraf kranial IV, V, VI, VII, IX, X, XI, dan XII. Ganglia sensorik untuk

saraf kranial berasal dari plakoda ektoderm dan sel neural krista. Plakoda ektoderm mencakup plakoda hidung, telinga, dan empat plakoda epibrankial. Plakoda epibrankial turut membentuk ganglia untuk saraf V, VII, IX, dan X. Sedangkan sel krista neuralis membentuk hampir semua ganglia saraf kranialis. Kesimpulan Bagian embrio yang diutamakan pengamatan pertumbuhan

danperkembangannya adalah bagian kraniofasial. Bagian kraniofasial ini meliputipembentukan calvaria dan basii kranial, pembentukan wajah dan palatum.Kraniofasial mulai terbentuk pada saat minggu kedua setelah ovulasi, padasaat masih berupa embrio. Penyatuan tonjolan tonjolan pada wajah kemudian akan membentuk wajah seutuhnya, sehingga kelainan pada masa ini akan menyebabkan kelainan wajah saat lahir. Pembentukan kraniofasial saat embrio dipengaruhi oleh faktor internal danfaktor eksternal.

Daftar Pustaka Sadler, T. W.2000.Embriologi kedokteran Langman edisi ke-7.Jakarta : EGC Sperber, G. H.1991.Embriologi kraniofasial.Jakarta : HIPOKRATES