LO 1 SKENARIO 2 fix

16
LO 1. ETIOLOGI, MACAM & PENCEGAHAN MSDs Etiologi Etiologi kasus Musculoskeletal Disorders (MSDs) dapat dilihat melalui faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan ini. Namun suatu faktor risiko tidaklah selalu menjadi etiologi dari MSDs. Akan tetapi derajat keparahan dan durasi keberlangsungan faktor risiko tersebutlah yang dapat menunjukkan MSDs. Dengan cara yang sama, suatu kasus MSDs bisa dihubungkan dengan suatu faktor risiko yang merupakan suatu kombinasi dari berbagai faktor risiko ataupun faktor tunggal. Faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan MSDs adalah: Pengulangan yang dilakukan secara terus menerus Tingkat pengulangan merupakan suatu rata-rata jumlah gerakan atau penggunaan alat yang dilakukan oleh bagian tubuh secara berulang dalam satu unit waktu. Gerakan serupa yang berulang setelah jangka waktu tertentu dapat menyebabkan ketegangan yang berlebih pada otot dan juga kelebihan penggunaan kelompok otot tertentu dapat mendorong kearah kelelahan otot. Gerakan mengulang yang dilakukan oleh dokter gigi misalnya muncul saat perawatan pasien tidak dibantu dengan adanya asisten, sehingga saat pengambilan

description

etiologi, macam, pencegahan muskuloskeletal disorders

Transcript of LO 1 SKENARIO 2 fix

LO 1. ETIOLOGI, MACAM & PENCEGAHAN MSDs

Etiologi

Etiologi kasus Musculoskeletal Disorders (MSDs) dapat dilihat melalui faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan ini. Namun suatu faktor risiko tidaklah selalu menjadi etiologi dari MSDs. Akan tetapi derajat keparahan dan durasi keberlangsungan faktor risiko tersebutlah yang dapat menunjukkan MSDs. Dengan cara yang sama, suatu kasus MSDs bisa dihubungkan dengan suatu faktor risiko yang merupakan suatu kombinasi dari berbagai faktor risiko ataupun faktor tunggal. Faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan MSDs adalah:

Pengulangan yang dilakukan secara terus menerus

Tingkat pengulangan merupakan suatu rata-rata jumlah gerakan atau penggunaan alat yang dilakukan oleh bagian tubuh secara berulang dalam satu unit waktu. Gerakan serupa yang berulang setelah jangka waktu tertentu dapat menyebabkan ketegangan yang berlebih pada otot dan juga kelebihan penggunaan kelompok otot tertentu dapat mendorong kearah kelelahan otot. Gerakan mengulang yang dilakukan oleh dokter gigi misalnya muncul saat perawatan pasien tidak dibantu dengan adanya asisten, sehingga saat pengambilan alat, dokter gigi terus menerus melakukan gerakan yang akan mengakibatkan kelelahan otot.

Kekuatan

Kekuatan adalah gaya mekanik atau fisik untuk memenuhi suatu gerakan spesifik. Jumlah kekuatan yang diperlukan oleh suatu aktivitas kadang-kadang dapat berlebihan sehingga menyebabkan kelelahan otot.

Postur tubuh

Resiko cedera akan meningkat kapan saja pada setiap orang apabila saat bekerja melakukan pergerakan di luar zona netral mereka sehingga posisi tubuh tidak seimbang. Untuk lengan atas dan bahu zona netralnya adalah santai dengan bahu sejajar lantai dan pada bidang yang sama, lengan berada disampingnya. Bekerja dengan lengan jauh dari tubuh, overextended, dan bahu yang bergerak diluar jangkauan normal yang memerlukan kekuatan otot lebih tinggi dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya cedera. Selain itu, posisi duduk yang tegang, seperti miring kesamping, memuntir tulang punggung, membengkok ke depan atau merosot juga dapat memicu kelelahan otot.

Posisi tubuh yang statis

Bila seseorang operator duduk cukup lama dengan keadaan yang tidak nyaman, maka posisi ini akan menekan discus spinalis, mengurangi cairan di sendi dan menurunkan aliran darah dan nutrisi ke discus spinalis. Perubahan ini menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak, dan bilamana berlangsung lama maka dapat mengakibatkan terjadinya gangguan muskuloskeletal.

Temperatur

a. Heat stress

Adanya panas yang berlebih dapat mengakibatkan kelelahan akibat panas, dehidrasi, dank ram panas akibat ketidakseimbangan elektrolit.

b. Cold Stress

Suhu yang terlalu dingin juga dapat mengakibatkan keadaan hipotermia

Usia

Puncak kekuatan otot baik pada laki-laki maupun perempuan yaitu sekitar usia 25-35 tahun.

Jenis Kelamin

Kekuatan otot pada wanita adalah 2/3 kali dari pria. Sehingga kecenderungan untuk mengalami MSDs lebih besar terjadi pada wanita.

Kesegaran jasmani

Kesegaran jasmani dapat didukung istirahat yang cukup yaitu sekitar 7-9 jam untuk orang dewasa.

Sedangkan menurut Peter Vi (2001), faktor penyebab MSDs adalah:

Faktor penyebab sekunder

Tekanan, yaitu terjadinya suatu tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak sehingga dapat menyebabkan nyeri pada otot tersebut.

Getaran, yaitu terjadinya suatu getaran dengan frekuensi tinggi yang akan menyebabkan kontraksi otot bertambah sehingga menyebabkan peredaran darah tidak lancar. Hal ini akan menyebabkan peningkatan penimbunan asam laktat sehingga bisa menyeabkan nyeri pada otot.

Mikrolimat, dimana yang dimaksud adalah jika suatu otot menerima paparan suhu yang berlebihan hal ini dapat menurunkan kekuatan dari otot.

Penyebab kombinasi

Umur, prevalensi sebagian besar gangguan tersebut akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Jenis kelamin, prevalensi sesebagian besar gangguan tersebut meningkat dan lebh menonjol pada wanita dari pada pria.

Kebiasaan merokok, semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula keluhan otot yang dirasakan.

Kesegaran jasmani, tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot.

Kekuatan fisik.

Ukuran tubuh (antropometri).

Macam

Bursitis

Kondisi peradangan pada lapisan bursal atau cairan synovial yang terbungkus dalam bursa sehingga bursa membesar.

Muscle Ischemia/Necrosis

Postur tubuh dokter gigi yang kurang seimbang/kaku selama perawatan dapat memicu otot memendek sehingga terjadi iskemik yang menyakitkan.

Intersection Syndrome

Terjadi karena rusaknya tendon pergelangan tangan di daerah ibu jari dan fleksi pergelangan tangan atau pergelangan tangan yang fleksi dan ekstensi berulang.

Carpal Tunnel Syndrome

Memiliki gejala sakit pada pergelangan tangan, tidak nyaman pada jari, mati rasa/kebas serta sulit menggenggam.

De Quervains Tenossynovitis

Penyakit ini mengenai pergelangan tangan, ibu jari dan terkadang lengan bawah, yang disebabkan oleh inflamasi tenosinovium dan dua tendon di ibu jari pergelangan tangan. Aktivitas berulang seperti mendorong, menggenggam, menjepit, dan memeras dapat menyebabkan inflamasi pada tenosinovium. Gejala yang timbul antara lain rasa sakit pada sisi ibu jari lengan bawah yang dapat menyebar ke atas dan bawah tangan.

Thoracic Outlet Syndrome

Merupakan keadaan yang mempengaruhi bahu, lengan, dan tangan yang ditandai dengan nyeri, kelemahan, dan mati rasa pada daerah tersebut. Terjadi jika lima syaraf utama dan dua arteri yang meninggalkan leher tertekan. Thoracic outlet syndrome disebabkan oleh gerakan berulang dengan lengan diatas atau maju kedepan.

Tendinitis

Peradangan hebat atau iritasi pada tendon. Peradangan ini terjadi karena tendon terus-menerus digunakan mengerjakan hal-hal yang tidak biasa seperti pada tangan, pergelangan, lengan dan bahu.

Tension Neck Syndrome

Ketegangan otot leher yang terjadi karena postur leher fleksi ke arah belakang dalam waktu lama.

Myofascial Pain Disorder

Rasa sakit di leher, bahu, dan otot lengan, sehingga gerakan menjadi terbatas.

Cervical Spondylosis

Rasa sakit/kekakuan leher dan bahu yang kronis/berkelanjutan. Gejalanya yaitu sakit kepala, sakit pada lengan, dan kematian rasa.

Low Back Pain

Prevalensi kasus Low Back Pain meningkat seiring bertambahnya usia, terutama diatas usia lima puluh tahun. Nyeri punggung bawah meupakan kumpulan gejala penyakit yang berkaitan dengan nyeri punggung bawah. Sehingga Low back pain bukanlah suatu diagnosa, salah satu diagnosa penyakit yang memiliki gejala berupa nyeri pinggang bawah adalah, Spondylosis Lumbalis. Spondylosis Lumbalis adalah keadaan patologis yang ditandai adanya degenerasi diskus invertebralis (korpus vertebrae superior dan inferior). Etiologi penyakit ini adalah:

1. Trauma

A. Tarikan pada lumbal.

Posisi kerja yang salah, peletakan alat yang tidak ergonomis dapat memicu terjadinya tarikan pada lumbal.

B. Fraktur kompresi pada korpus vertebrae

C. Subluksasi sendi faset

2. Penyakit radang sendi

Patogenesis penyakit ini yaitu pada usia lanjut akan terjadi degenerasi diskus invertebralis, proses degenerasi ini dapat memicu terbentuknya osteofit berupa jaringan hipertrophi dari permukaan vertebrae. Kondisi hipertrophi ini dapat menyebabkan terjepitnya diskus intervertebralis di aspek anterior, posterior serta lateral dari vertebrae centralis. Terjepitnya diskus intervertebrae memicu terjadinya rasa pegal pada bagian pinggang, ngilu serta rasa kaku. Keluhan ini semakin terasa tajam setelah duduk atau berbaring.

Selain macam-macam tersebut diatas, macam MSDs lainnya juga dapat dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:

1. Tahap I

Pada tahap ini, rasa sakit atau pegal atau kelelahan akan terasa hanya selama jam kerja, namun akan hilang setelah jam kerja usai (dalam satu malam). MSDs tahap pertama tidak akan mengganggu performance kerja dan akan pulih setelah istirahat.

2. Tahap II

Pada tahap kedua, rasa sakit atau pegal atau kelelahan tetap ada setelah melewati satu malam setelah bekerja. MSDs pada tahap ini tidak akan mengganggu saat tidur, namun terkadang dapat mengganggu performance kerja seseorang.

3. Tahap III

Pada tahap ketiga, rasa sakit atau pegal atau kelelahan akan tetap terasa meski sudah istirahat. Rasa nyeri akan makin terasa saat seseorang bergerak secara berulang. MSDs pada tahap ini sangat mengganggu tidur dan performance kerja seseorang.

Pencegahan

Gunakan kursi dental dengan sistem ergonomik atau kursi dental selalu diatur dengan posisi yang mendukung postur yang tepat.

Usahakan agar posisi dokter gigi lebih dekat dengan pasien. Hindari postur yang membungkuk yang menyebabkan rasa sakit pada punggung dan leher.

Hindari kecenderungan dokter gigi untuk menyesuaikan posisi terhadap pasien, namun usahakan pasien didudukkan sesuai dengan posisi yang benar bagi dokter gigi.

Hindari mengangkat siku atau lengan terlalu tinggi untuk mencegah otot terlalu tegang.

Siapkan waktu untuk memposisikan pasien pada posisi horizontal (terlentang) dengan sudut yang benar, pada saat melakukan perawatan untuk gigi rahang atas, sedangkan posisi pasien setengah horizontal untuk perawatan gigi rahang bawah.

Gunakan bantal di bawah leher pasien untuk mempertahankan posisi kepala yang benar selama melakukan perawatan gigi pada rahang atas.

Lakukan latihan yoga, meditasi, senam ringan, relaksasi otot dengan pengurutan, mandi uap setelah melakukan kegiatan yang sangat menegangkan otot.

Senantiasa melakukan perubahan posisi, agar tidak hanya dalam posisi menetap, kaku dan hindari postur yang menetap dalam jangka waktu lama.

Gunakan sarung tangan yang cocok, jangan terlalu cekat dan jangan juga longgar, karena dapat mengakibatkan carpal tunnel syndrome (CTS).

Gunakan dental-loupe untuk membantu penglihatan agar tidak terjadi kelelahan pada mata.

Bilamana menerapkan four-handed dentistry dalam praktik, maka lakukan dengan konsep yang benar, agar lebih efisien dan bermanfaat.

Sebaiknya dokter gigi menggunakan semacam korset (lumbosacral support) yang berfungsi sebagai penyangga tulang belakang sewaktu merawat pasien.

Ada jeda waktu antara satu pasien dengan pasien lainnya agar dapat mengistirahatkan otot.

Usaha pencegahan MSDs dengan sistem ergonomik bukan saja terbatas pada perbaikan posisi dan postur dokter gigi saat melakukan perawatan pada pasien, namun juga melibatkan peralatan di ruang perawatan. Usaha-usaha tersebut meliputi:

1. Operating Stool: merupakan kursi yang digunakan oleh dokter gigi.

Bentuk tempat duduk yang membantu tubuh dalam posisi yang benar dengan spinal yang tegak dan dekat dengan kursi gigi.

Bentuk sandaran yang mendukung punggung agar otot punggung bagian bawah tetap tegak dan lengkungannya dipertahankan.

Sandaran lengan dirancang untuk mengurangi tekanan dan kelelahan pada otot-otot punggung bagian atas, leher dan bahu dengan membentuk sudut tegak lurus terhadap siku lengan dokter gigi.

2. Dental-loupe: merupakan alat bantu lihat yang dapat memperbesar obyek yang dilihat sehingga memungkinkan dokter gigi dapat duduk lebih nyaman dengan postur leher dan bahu yang optimal.

Pembesaran paling kurang dua kali sudah cukup menghasilkan jarak penglihatan yang baik dengan posisi pasien.

Pembesaran yang lebih tinggi ditambah dengan sistem pencahayaan yang optimal dapat meningkatkan efisiensi penglihatan yang lebih rinci dan tidak ada hambatan bayangan pada daerah operasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sanders, Martha. J. 2004. Ergonomics and the Management of Musculoskeletal Disorders. Second Edition. USA: Elsevier.

2. Mito RS, Fernandez K. Why is Ergonomic An Issue In Dentistry. J Calif Dent Assco (online) 2002. Available from http://www.cda.org/member/puns/journal/ introduction.html. (dikutip dari A.Lelly dan Anatorial. Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktek Dokter Gigi dan Upaya Pencegahannya. Media Litbang Kesehatan Vol 22 No , Juni 2012)

3. Harry Isbagio. Pidato Pengukuhan Guru BesarOsteoartritis dan Osteoporosis Sebagai Masalah Muskuloskeletal Utama Warga Usia Lanjut Abad 21. 10 Desember 2005 (dikutip dari A.Lelly dan Anatorial. Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktek Dokter Gigi dan Upaya Pencegahannya. Media Litbang Kesehatan Vol 22 No , Juni 2012).

4. Finkbeinr BL. Four-handed Dentistry Revisited. J Contemp Dent Pract 2000; 1(4):3-5 (dikutip dari A.Lelly dan Anatorial. Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktek Dokter Gigi dan Upaya Pencegahannya. Media Litbang Kesehatan Vol 22 No , Juni 2012).

5. Manji I. Designing Better Dentistry: The Ergonomic Approach. J Can Dent Assoc 1992; 58(3):172-3 (dikutip dari A.Lelly dan Anatorial. Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktek Dokter Gigi dan Upaya Pencegahannya. Media Litbang Kesehatan Vol 22 No , Juni 2012).

6. Martha Mozartha. Dokter Gigi Rentan Sakit Punggung?. Health News. www.klikdokter.com. 17 Agustus 2011 (dikutip dari A.Lelly dan Anatorial. Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktek Dokter Gigi dan Upaya Pencegahannya. Media Litbang Kesehatan Vol 22 No , Juni 2012)

7. Lederas S, Felsenfeld AL, Ergonomic and the Dental Office: an overview and consideration of regulatory influence. J Calif Dent Assoc (online) 2002. Available from http://www.cda.org/member/pubs/journal/regulatory.html

8. Hamann C. Prevalence of Carpal Tunnel Syndrome and Median Mononeuropathy Among Dentist. J Am Dent Assoc 2001; 132:163-70.

9. Dougherty M. Feel-based Design: A Reason to Endorse Ergonomic Standards. J Colo Dent Assoc 1999; 78(4):22-5.

10. Gede, I Sujana. Pemakaian Lumbal Korset pada Intervensi Microwave Diathermy, Transcutaneus Nerve Stimulation, Ultra Sound mengurangi nyeri Spondylosis Lumbalis. Program Studi Fisioterapi Universitas Udayana.