Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2231/3/BAB I.pdf ·...

9
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Transcript of Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/2231/3/BAB I.pdf ·...

Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 

 

 

 

 

 

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut data UNESCO (http://republika.co.id, diakses tanggal 20 Febuari 2015),

pada tahun 2011 terdapat 35 juta penyandang autisme di seluruh dunia. Dengan kata

lain rata-rata 6 dari 1.000 orang di seluruh dunia mengidap autisme. Jumlah ini pun

terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990-an jumlah penyandang autisme

mencapai 4-6 orang dari setiap 10.000 kelahiran. Sedangkan, pada tahun 2000-an

jumlahnya meningkat menjadi 10-15 orang dari setiap kelahiran. Berdasarkan data

yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), di Indonesia pada tahun 2010,

jumlah anak yang berusia 5-19 tahun dan menyandang autisme di Indonesia kurang

lebih berjumlah 112.000 jiwa dibanding 66 juta jiwa. Jumlah ini diperkirakan akan

bertambah sebanyak 500 orang setiap tahunnya (http://tempo.co, diakses tanggal 20

Febuari 2015). Sampai saat ini, laju pertumbuhan autisme ini belum dapat diketahui

faktor penyebab utamanya sehingga sangat sulit untuk dikontrol.

Berdasarkan wawancara penulis dengan Bapak Handoko selaku koordinator

terapis ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) di Satria Kid Centre yang merupakan

rujukan dari Yayasan Autisma Indonsia (Rabu, 18 Febuari 2015), autisme merupakan

kelainan yang kecil kemungkinannya untuk dicegah dan belum dapat diobati secara

tuntas. Tidak berarti tidak ada yang bisa kita lakukan bagi mereka. Penyandang

Perancangan Kampanya..., Fonita, FSD UMN, 2015

2

autisme juga dapat diarahkan dan berkembang bila tersedia lingkungan yang kondusif

dan perlakuan yang mendukung. Itulah yang menjadi tugas dari anggota masyarakat

untuk memberi kesempatan dan waktu bagi mereka yang dianggap ‘berbeda’.

Menurut Syamsu Yusuf (2010, hlm.37), banyak hal yang dapat kita perbuat

bagi para penyandang autisme mulai dari hal-hal kecil yang bisa dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari, misalnya dengan mengubah cara pandang, pola pikir,

perkataan, maupun perilaku kita. Seringkali kita secara sadar atau tidak sadar

menjauhi, mengejek, dan menggunakan kata-kata yang menyakiti mereka. Hal ini

akan membawa pengaruh yang buruk bagi perkembangan mental penyandang dan

keluarganya, karena yang mereka butuhkan adalah kesempatan dan dukungan dari

orang-orang di sekitar sehingga mereka dapat belajar untuk bersosialisasi seperti anak

biasa (wawancara dengan Bapak Handoko, Satria Kid Centre, 18 Febuari 2015).

Sehubungan dengan perlakuan masyarakat, khususnya remaja yang masih

cenderung negatif terhadap para penyandang autisme, maka penulis sebagai desainer

grafis membuat Tugas Akhir Perancangan Kampanye Sosial Cara Berinteraksi

dengan Penyandang Autisme. Kampanye sosial ini berisi konsep yang harus

dipahami masyarakat tentang autisme, tips-tips yang perlu diketahui dalam

berinteraksi dengan penyandang khususnya di lingkungan sekolah. Ditujukan untuk

remaja tanggung pada usia sekolah antara usia 12-16 tahun di Indonesia. Perancangan

ini akan dibuat dalam bentuk video motion graphic, poster, t-shirt, notebook, dan

goodie bag yang akan disebar secara offline dan online.

Perancangan Kampanya..., Fonita, FSD UMN, 2015

3

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan disampaikan dalam penulisan Tugas Akhir (TA) yang

bertema autisme ini adalah :

1. Bagaimana merancang kampanye sosial tentang konsep autisme dan cara

berinteraksi dengan penyandangnya bagi remaja tanggung yang berada pada usia

sekolah antara 12-16 tahun di Indonesia?

1.3. Batasan Masalah

Pada laporan Tugas Akhir (TA) bertema autisme ini, materi yang dibahas akan

dibatasi berdasarkan beberapa poin-poin di bawah ini baik dari segi segmentasi target

maupun segi teknisnya :

1. Demografis

Membatasi dalam memberikan pemahaman tentang konsep autisme pada remaja

tanggung pada usia sekolah 12-16 tahun normal sebagai target primer dan anak

usia sekolah dasar sebagai target sekunder. Baik laki-laki maupun perempuan.

2. Psikografis

Remaja tanggung yang berada pada usia sekolah dimana keinginan untuk

berteman secara berkelompok (geng) semakin kuat, cenderung ingin tampil hebat

di hadapan teman-temannya (ekspansi diri), mudah terpengaruh dan ikut dengan

Perancangan Kampanya..., Fonita, FSD UMN, 2015

4

tren yang sedang terjadi di lingkungan sekolahnya, serta mulai berperilaku dan

berkata kasar, khususnya teman yang dirasa ‘berbeda’ (Gunarsa, 2004, hlm.13).

3. Geografis

Perancangan ini ditujukan untuk remaja usia sekolah di Indonesia (nasional).

4. Media

Perancangan ini berupa kampanye sosial dalam bentuk video motion graphic,

poster, t-shirt, notebook, dan goodie bag. Visual yang akan ditampilkan dalam

bentuk ilustrasi digital full color.

5. Konten

Konten dari kampanye sosial ini meliputi konsep autisme, ajakan dan tips

berinteraksi dengan penyandang, khususnya yang dibutuhkan di lingkungan

sekolah dengan teman sebaya. Terbatas pada perilaku dalam kondisi normal yang

tidak membutuhkan penanganan khusus (sakit, mengamuk, dan sebagainya).

1.4. Tujuan Tugas Akhir

Tujuan penulis dalam merancang TA yang berjudul Perancangan Kampanye Sosial

Cara Berinteraksi dengan Penyandang Autisme adalah :

1. Untuk merancang kampanye sosial tentang konsep autisme serta cara berinteraksi

dengan penyandangnya bagi remaja tanggung yang berada pada usia sekolah

antara 12-16 tahun di Indonesia.

Perancangan Kampanya..., Fonita, FSD UMN, 2015

5

1.5. Manfaat Tugas Akhir

Adapun manfaat yang bisa diperoleh melalui perancangan kampanye sosial

bertemakan autisme ini antara lain :

1. Bagi penulis, perancangan ini bermanfaat sebagai media pembelajaran mengenai

konsep autisme dan cara-cara berinteraksi dengan para penyandang secara nyata.

Selain itu juga sebagai wadah untuk meluapkan kreativitas, aspirasi, dan

kepedulian penulis sebagai kaum muda terhadap penyandang autisme dan

keluarganya melalui desain visual.

2. Bagi masyarakat, khususnya penyandang autisme dan keluarganya, kampanye

sosial ini diharapkan membawa dampak positif bagi kehidupan sosial

penyandang sehingga mendapat perlakuan yang lebih layak dari orang-orang di

sekitar dan dapat menciptakan suasana yang kondusif bagi penyandang untuk

mengembangkan kemampuan bersosialisasi, khususnya di lingkungan sekolah.

3. Bagi universitas, perancangan ini diharapkan dapat menciptakan citra yang baik

bagi UMN sebagai bentuk kepedulian kampus terhadap penyandang autisme

serta dapat bermanfaat sebagai referensi akademis bagi perancangan sejenis.

1.6. Metode Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data melalui dua cara, yaitu metode primer dan

sekunder. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut (Swarjana, 2012, 104-109) :

Perancangan Kampanya..., Fonita, FSD UMN, 2015

6

1. Metode Primer

Metode primer yang penulis lakukan meliputi observasi dan wawancara.

a. Metode observasi, yang dilakukan terhadap lingkungan sosial penyandang

untuk mengetahui bagaimana perilaku keluarga dan teman-teman sebayanya.

b. Metode wawancara yaitu personal/ face-to-face interview, yang dilakukan

dengan pakar terapi dan ahli yang bekerja di yayasan autisme, sekolah, dan

orangtua dari penyandang. Wawancara yang dilakukan berupa pertanyaan

terstruktur dan dikombinasikan dengan beberapa pertanyaan tidak terstrukur

yang ditanyakan secara lisan dengan jawaban yang bersifat terbuka.

c. Metode kuesioner yang disebarkan kepada remaja usia sekolah SMP-SMA

yang ada di wilayah Jabodetabek berupa sejumlah pertanyaan tertutup.

2. Metode Sekunder

Metode sekunder yang dilakukan adalah melalui studi literatur, baik buku,

artikel, kamus, maupun jurnal ilmiah yang memiliki keterkaitan dengan konten

yang akan disampaikan. Sumber-sumber literatur yang digunakan meliputi buku

fisik (cetak) maupun buku digital (dalam bentuk PDF).

1.7. Metode Perancangan

Adapun metode yang dilakukan selama proses perancangan kampanye sosial bertema

autisme ini dapat dijabarkan dalam beberapa poin berikut ini :

Perancangan Kampanya..., Fonita, FSD UMN, 2015

7

1. Perumusan Masalah

Pada tahap awal, penulis melakukan observasi terlebih dahulu terhadap

fenomena/ masalah yang terjadi di lingkungan sosial penyandang autisme.

2. Brainstorming

Brainstorming dilakukan melalui pembuatan peta user dan mind mapping dari

rumusan masalah sehingga dapat ditentukan segmentasi, tujuan, dan media yang

akan digunakan, dengan didukung data wawancara dan observasi.

3. Pengumpulan data

Pada tahap ini, dilakukan studi literatur yang terkait dengan konten yang akan

dibahas. Selain itu, dibutuhkan juga referensi visual yang sesuai.

4. Evaluasi

Seluruh bahan yang telah dikumpulkan mulai dari hasil brainstorming, literatur,

dan referensi visual dikaji ulang sehingga mendapatkan konsep serta gambaran

kasar kampanye sosial seperti apa yang akan dibuat.

5. Sketsa

Pembuatan draft awal berupa sketsa kasar dari karya yang akan dibuat.

6. Visualisasi

Ide desain dan gambaran kasar tersebut divisualisasikan melalui ilustrasi dan

diaplikasikan ke dalam berbagai media yang sudah ditentukan.

7. Eksekusi

Pada tahap ini, karya tersebut sudah dicetak dan disebarkan, baik melalui media

online maupun offline.

Perancangan Kampanya..., Fonita, FSD UMN, 2015

8

1.8. Skematika Perancangan

Perancangan Kampanya..., Fonita, FSD UMN, 2015