LI

download LI

of 14

description

hb

Transcript of LI

Learning IssueTutorial Skenario E blok 19

Muhammad Ramzie04121401019

1.ANATOMI FISIOLOGI THT

TELINGAAnatomiSecara anatomi dari fungsi telinga dibagi atas:-Telinga luar-Telinga tengah-Telinga dalam

a.Telinga luarIalah bagian telinga yang terdapat sebelah luar membran timpani.Terdiri dari:*Daun telinga (aurikel)*Meatus acusikus eksternaliang telinga luar*Membrana timpaniDaun telinga merupakan suatu lempengan tulang rawan yang berlekuk-lekuk ditutupi oleh kulit dan dipertahankan pada tempatnya oleh otot dan ligamentum. Liang telinga luar 2/3 bagian dalam dibentuk oleh tulang. Kulit yang melapisi tulang rawan liang telinga luar sangat longgar dan mengandung banyak folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea. Gendang telinga dan kulit liang telinga bagian dalam mempunyai sifat membersihkan sendiri yang disebabkan oleh migrasi lapisan keratin epithelium dari membran timpani keluar, kebagian tulang rawan.Membran timpani terdiri 3 lapisan, yaitu:oLapisan squamosaoLapisan mukosaoLapisan fibrosa terdiri serat melingkar dan serat radialBagian membran timpani sebelah atas disebutpars flacida(membran shrapnel) bagian yang lebih besar disebelah bawah disebutpars tensamembran timpani.

b.Telinga rengahTerdiri dari:oMembran timpanioCavum timpanioTulang-tulang pendengaranoTuba eustachiusoSel-sel mastoidCavum timpani terbagi atas:- Epitimpani- Mesotimpani- HypotimpaniTulang-tulang pendengaran terbagi atas:-Maleus (palu)-Stapes (sanggurdi)-Incus (landasan)Tuba eustachius:2/3 bagian terdiri dari tulang rawan kearah nasofaring dan 1/3 terdiri dari tulang. Pada anak-anak tuba lebih pendek, lebih lebar dan lebih horizontal dari tuba orang dewasa.

c.Telinga dalam terdiri dari:Koklea (rumah siput)3 buah kanalis semi sirkuler:- Anterior- Posterior- Lateral

Fisiologi PendengaranSeseorang dapat mendengar melalui getaran yang dialirkan melalui udara atau tulang langsung ke koklea. Aliran suara melalui udara lebih baik dibandingkan dengan aliran suara melalui tulang. Getaran suara ditangkap oleh daun Telinga yang dialirkan ke liang telinga dan mengenai membran timpani sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain.

HIDUNGAnatomiUntuk mengetahui penyakit dan kelainan hidung perlu mengetahui tentang anatomi hidung. Hidung terdiri dari:Hidung bagian luarRongga hidungHidung bagian luar-Berbentuk pyramid-Dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan.Rongga hidung (cavum nasi) Berbentuk terowongan dari depan kebelakang Dipisahkan oleh septum di bagian tengah menjadi cavum nasi kanan dan kiriCavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu:- Dinding medial- Dinding lateral- Dinding inferior- Dinding superiorDinding medial hidung yaitu septum nasi, septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan, pada dinding lateral terdapat 4 buah konka yaitu;a.Konka inferiorTerbesar dan paling bawah letaknyab.Konka mediaLebih kecil, letaknya ditengahc. Konka superiorKecil, dibagian atasd.Konka supremaTerkecil dan rudimenter

Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut meatus.Ada3 meatus, yaitu: Meatus inferior terletak diantara konka superior dengan dasar hidung dengan rongga hidung. Meatus medius terletak diantara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Meatus superior merupakan ruang diantara konka superior dan konka media.

Dinding superior merupakan merupakan dasar rongga hidung dengan superior atau atap hidung sangat sempit.

Fisiologi HidungFungsi hidung ialah untuk:1.Jalan napas: - Inspirasi- Ekspirasi

2.Alat mengukur kondisi udara (air conditioning)Fungsinya untuk mempersiapkan udara akan masuk ke dalam alveolus paru. Fungsi ini dilakukan dengan cara mengatur kelembaban udara dan mengatur suhu.3.Penyaring udaraFungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri.4.Sebagai indera penghidu5.Untuk respirasi suaraPenting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Hidung tersumbat akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang sehingga suara sengau.6.Proses bicaraHidung membantu proses pembentukan kata-kata. Kata dibentuk oleh lidah, bibir, dan palatum mole.7.Refleks NasalMukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan.

RONGGA FARINGAnatomi

Anatomi Kantong fibromuskular. Bentuk seperti corong. Dari dasar tengkorak Dinding faring dibentuk oleh: Selaput lendir. Fasia faringo basiler. Pembungkus otot. Sebagian fasia bukofaringeal. Unsur faring meliputi: Muksa. Palut lender. Otot. Faring terdiri atas: Nasofaring. Orofaring. Laringofaring (hipofaring).

1.NasofaringBatas-batas:-Superior: dasar tengkorak.-Inferior: palatum mole.-Anterior: rongga hidung.-Posterior: vertebra servikalStruktur nasofaring:-Adenoid.-Jaringan limfa pada dinding nasofaring.-Resesus faring --- fossa rosenmuleri.-Muara tuba eustakhius.-Tonus tubarius.-Koana (pintu masuk rogga mulut ke nasofaring).

2.Orofaring (mesofaring)Batas-batas:-Superior: palatum mole.-Interior: tepi atas epiglotis.-Anterior: rongga mulut.-Posterior: vertebra servikal.Struktur penting di orofaring.-Dinding posterior faring.-Tonsilplatina.-Fossa tonsil.-Arkus anterior dan posterior.-Uvula.-Tonsil lingual (lidah).-Foramen sekum.

3.Laringofaring (hipofaring).Batas-batas:-Superior:tepi atas epiglottis.-Anterior: laring.-Inferior: esophagus.-Posterior: vertebra servikal.Struktur penting:-Valekuta atau kantong pil (pil pocket).-Epiglotis. Fungsi faring: Untuk respirasi. Membantu pada waktu menelan. Resonansi sura. Untuk artikulasi. Fungsi menelan:Terdiri dari 3 fase proses menelan, yaitu: Fase oral.Bolus makanan --- faring (voluntary / disadari.) Fase faringeal.Transfer bolus makanan --- faring (involuntary / tidak disadari). Fase esofageal.Bolus makanan --- esophagus --- lambung.

RONGGA LARING

Bagian terbawah saluran napas atas. Bata-batas: Atas: rongga laring --- aditus laring. Bawah: rongga laring --- kaudal kartilago krokoid. Fisiologi laring:Fungsi: Proteksi (epiglottis). Batuk. Respirasi. Sirkulasi. Menelan. Emosi. Fonasi (pembentukan suara).

2. TES PENALA / GARPUTALAPenala yang digunakan pada umumnya yaitu penala dengan frekuensi 512 Hz, 1024 Hz, 2048 Hz. Jika akan memakai hanya 1 penaladigunakan 512 Hz.

TES RINNE1. Tujuan pemeriksaan: Untuk membandingkan hantaran tulang dan hantaran udara pada telinga yang diperiksa.2. Cara memeriksa: Penala digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus pasien, setelah tidak terdengar lg penala dipegang di depan telinga pasien kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut Rinne positif (+), bila tidak terdengar disebut Rinne negatif (-).

Gambar 1. Tes Rinne. Hantaran udara dan hantaran tulang dibandingkan pada telinga yang sama. a. Tanpa kelainan konduksi, hantaran udara terdengar lebih keras atau lebih lama dibanding hantaran tulang. b. Pada tuli konduksi hantaran tulang terdengar lebih keras atau lebih lama dibanding hantaran udara.

TES WEBER1. Tujuan pemeriksaan: Untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan.2. Cara memeriksa: Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala (verteks, dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau dagu). Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.

Gambar 2. Tes Weber dilakukan dengan meletakkan garpu tala pada pertengahan tulang tengkorak. a. Pada pendengaran simetris di kedua telinga, getaran akan diterima sama di kedua sisi telinga. b. Pada tuli sensorineural, lateralisasi ke telinga sehat. c. Pada tuli konduksi, lateralisasi ke telinga sakit.

Gambar 3. Klasifikasi tuli konduksi dan tuli sensorineural berdasarkan tes penala Rinne dan Weber. Telinga sehat (normal) akan memberikan hasil yang sama dengan tuli sensorineural bilateral.

TES SCHWABACH1. Tujuan pemeriksaan: Untuk membandingkan hantaran tulang pasien dengan pemeriksa.2. Cara memeriksa: Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus pasien sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek. Bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu, setelah tidak terdengar kemudian dipindahkan ke prosesus mastoideus pasien. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama mendengarnya disebut dengan Schwabach sama dengan pemeriksa.

Interpretasi Pemeriksaan PenalaTes RinneTes WeberTes SchwabachDiagnosis

PositifTidak ada lateralisasiSama dengan pemeriksaNormal

NegatifLateralisasi ke telinga sakitMemanjangTuli Konduktif

PositifLateralisasi ke telinga sehatMemendekTuli Sensorineural

3.GANGGUAN PENDENGARAN

Jenis-Jenis Gangguan PendengaranGangguan pendengaran konduktifGangguan pendengaran konduktif terjadi ketika getaran suara di udara tidak sampai ketelingabagian dalam sebagaimana mestinya. Jika ada sesuatu yang menghalangi saluran telinga (zat lilin, cairan, penumpukan kalsium pada tulang telinga), maka terjadi ganguan pendengaran konduktif. Biasanya suara masih bisa terdengar namun lemah, teredam atau terdistorsi. Umumnya, gangguan pendengaran konduktif tidak menyebabkan ketulian total.

Gangguan pendengaran sarafGangguan pendengaran saraf (tuli saraf) terjadi ketika saraf pendengaran dari liang telinga yang menuju ke otak gagal membawa informasi suara ke otak. Ketulian saraf akan menyebabkan hilangnya kenyaringan atau kejelasan dalam suara yang diterima.

Gangguan pendengaran campuranGangguan pendengaran campuran merupakan kombinasi dari gangguan pendengaran konduktif dan saraf.

Penyebab Gangguan Pendengaran (Ketulian)

Sebagian orang dilahirkan dalam keadaan tuli. Biasanya penyebabnya tidak diketahui. Banyak orang yang mengatakan bahwa itu disebabkan karena sesuatu yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan, tetapi pendapat ini tidak bisa dibenarkan. Berikut beberapa penyebab ketulian yang lazim terjadi :

Infeksi TelingaInfeksi pada telinga adalah penyakit yang dapat menimbulkan cairan dan lendir pada liang telinga. Jika cairan dan lendir ini menumpuk di dalam liang telinga, maka gendang telinga menjadikurang fleksibeldari yang seharusnya. Pendengaran mungkin akan berkurang atau bahkan hilang selama terkena infeksi, bila tidak dirawat dengan baik, pendengaran bisa saja akan hilang selamanya ketika infeksi sudah sembuh.

Selama masa kanak-kanak, infeksi telinga ada kalanya terjadi setelah anak menderita influenza atau demam-demam lainnya.Radang tonsil (radang amandel)yang menahun dan infeksi lainnya mungkin juga akan merambat ke saluran eustachius dan menyebabkan terkumpulnya nanah di dalam rongga telinga bagian tengah. Bila itu terjadi, si anak akan mengalami sakit telinga dan demam tinggi. Tidak perlu menunggu, segera bawa ke dokter (spesialis THT lebih disukai) untuk mengobati keadaannya. Ingat, jangan pernah bereksperimen dengan memberikannyaobat tetes telinga sembarangan. Biaya ke dokter masih jauh lebih murah ketimbang risiko yang harus anak Anda tanggung nantinya.

OtosklerosisOtosklerosis adalah penyebab umum dari ganguan pendengaran. Meskipun di masa lalu orang-orang menganggap otosklerosis disebabkan oleh penyakit seperti deman berdarah,campak, dan infeksi telinga, namun kenyataannya itu tidak berhubungan. Ini merupakan penyakit keturunan di mana bagian-bagian dari telinga tengah atau telinga dalam mengembangkan pertumbuhan tulang seperti spons. Penyakit ini bisa muncul di telinga tengah, telinga dalam atau bahkan keduanya. Ketika menyerang telinga bagian dalam, akan terjadi gangguan pendengaran sensorineural. Setelah semakin parah, ini akan menjadi permanen.

MeningitisMeningitis adalah peradangan pada membran (meninges) yang mengelilingi otak dan tulang belakang. Meningitis sendiri tidak menyebabkan ketulian, tapi karena letak otak sangat dekat dengan telinga, peradangan pada meninges dapat menyebabkan telinga menjadi meradang pula, dan hal ini dapat menyebakan ketulian.

Cedera telinga pada lubang gendang telingaKetulian bisa disebabkan cedera di gendang telinga. Gendang telinga adalah selaput tipis yang memisahkan saluran tengah dan telinga bagian tengah. Telinga bagian tengah terhubung ke tenggorokan oleh saluran eustachius, yang mengurangi tekanan di telinga tengah. Jadi lubang di gendang telinga bisa menyebabkan hilangnya pendengaran dan kadang-kadang dapat menguras cairan dari telinga.Kabar baiknya, terkadang gendang telinga akan sembuh sendiri, meskipun dapat memakan waktu beberapa minggu atau bulan. Sementara gendang telinga dalam proses penyembuhan, telinga harus terlindung dari air dan dari cedera lebih lanjut. Jika gendang telinga tidak sembuh dengan sendirinya, mungkinpembedahan perlu dilakukan. Tingkat ketulian tergantung pada ukuran lubang di gendang telinga dan banyak hal lannya.

Cedera yang dapat melubangi gendang telinga antara lain : Benda asing, cotton bud yang didorong terlalu jauh juga bisa menyebabkan lubang pada gendang telinga. Ledakan, yang menyebabkan perubahan besar tekanan udara, dapat menyebabkan gendang telinga sobek. Kecelakaan mobil, motor, terjatuh, perkelahian dan cedera akibat olahraga.KecelakaanBanyak anak-anak yang setengah tuli akibat terkena pukulan/benturan pada sisi kepalanya. Pukulan/benturan ini bisa merusak alat pendengaran mereka yang halus dengan mudah. Jika pun Anda terpaksa menghukum seorang anak, jangan pernah menampar apalagi memukul sisi kepalanya atau lebih buruk di bagian telinganya. Dengan perlakukan tersebut, Anda mungkin memecahkan gendang telinganya dan bisa saja menjadikan pendengarannya rusak seumur hidupnya.Benda-benda asingHampir semua anak-anak menyukai hal-hal baru dan mereka akan mencobanya. Beginilah cara mereka belajar. Namun terkadang, mereka memasukkan benda asing ke dalam liang telinga dan mereka tidak memberitahukannya kepada orangtua. Barulah setelah beberapa hari kemudian si anak mengeluhkan sakit pada telinganya dan bisa saja di telinganya muncul cairan yang berbau.

Untuk mengeluarkan benda asing tersebut, usahakanlah jangan sampai malah membuatnya lebih jauh masuk kedalam telinga. Jika Anda bisa melihat benda asing tersebut, keluarkan secara perlahan dengan menggunakan penjepit. Jika Anda merasa ragu untuk mengeluarkannya atau benda itu sulit untuk dikeluarkan, bawalah segera si anak ke dokter untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik. Ingat, cara pengeluaran benda asing yang kasar dari dalam telinga bisa merusak kulit liang telinga dan bisa saja menyebabkan luka dan akhirnya infeksi di rongga telinga bagian tengah.Zat lilin (serumen) telingaZat lilin (serumen) adalah kotoran telinga yang melindungi liang telinga dari masuknya kotoran, luka dan infeksi. Ada baiknya untuk membiarkan zat lilin itu. Namun bila zat lilin sudah terlalu banyak, bersihkan dengan perlahan, lebih bagus lagi sebelum dibersihkan telinga diairi dengan cairan seperti hidrogen peroksida atau carbamide peroksida atau juga karbol gliserin 10%. Cairan akan menjadi lunak dan lebih mudah keluar. Bila membersihkannya dengan cotton bud, sebaiknya pilih cotton bud yang pentulnya kecil, halus namun kuat. Ini untuk menghindari kotoran menjadi semakin masuk akibat cotton bud yang besar, mencegah lecet dan tertinggalnya kapas cotton bud di dalam liang telinga yang bisa menyebabkan infeksi.Kerusakan sarafKerusakan pada saraf pendengaran juga bisa terjadi karena cedera atau penyakit. Cedera dapat terjadi karena kecelakan atau terjatuh. Akibat dari kerusakan saraf adalah sinyal-sinyal listrik dari suara tidak dapat diteruskan dari telinga ke otak.

Suara kerasPenyebab yang sangat umum dari tuli adalah paparan jangka panjang suara yang keras. Inilah sebabnya mengapa operator alat berat, petugas pemadam kebakaran, pekerja pabrik, dan terutama musisi rock sering menderita gangguan pendengaran akibat pekerjaan yang mereka jalani selama bertahun-tahun. Biasanya satu kali insiden paparan suara keras tidak akan menyebabkan ketulian, tetapi pemaparan berulang terhadap suara keras dalam periode waktu tertentu bisa menyebabkan gangguan pendengaran berat.

Daftar Pustaka:Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 3. Jakarta:EGCMoore KL, Agur AMR. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates.Guyton, Arthur C, Hall, John E. 2007. Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta : EGCSetiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.Sherwood, lauralee. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem edisi 2. Jakarta: EGCCorwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC