LEUKIMIA

40
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahu tentang leukemia, kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika terkena leukemia. Darah manusia terdiri dari cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan tiga kelompok sel darah. Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah, sel darah putih, dan keping-keping darah. Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi atau serangan penyakit lainnya. Sel darah merah atau eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh, dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh kembali ke paru-paru. Keping- keping darah atau trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan darah. Ketika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel darah yang abnormal dan dalam jumlah yang besar. Pada leukemia, sel darah yang abnormal tersebut adalah kelompok sel darah putih. Sel-sel darah yang terkena leukemia akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan Leukimia Page 1

description

MAKALAH

Transcript of LEUKIMIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia.

Untuk mengetahu tentang leukemia,  kita harus mengenal dahulu sel-sel darah

yang normal serta apa yang terjadi jika terkena leukemia. Darah manusia

terdiri dari cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan tiga kelompok sel

darah.  Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah, sel darah

putih, dan keping-keping darah.

Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh

terhadap infeksi atau serangan penyakit lainnya. Sel darah merah atau eritrosit

berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh,

dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh kembali ke paru-paru.

Keping-keping darah atau trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan

darah. Ketika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel darah yang

abnormal dan dalam jumlah yang besar. Pada leukemia, sel darah yang

abnormal tersebut adalah kelompok sel darah putih. Sel-sel darah yang terkena

leukemia akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan tidak mampu

berfungsi seperti layaknya sel darah normal.

Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat

berguna untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar

keperawatan dan kode etik dalam menangani pasien dengan diagnosa

leukemia.

Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui. Namun banyak

penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah ini. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa leukemia lebih sering menyerang kaum pria

dibandingkan kaum wanita, dan juga pada kelompok orang kulit putih

dibandingkan dengan orang kulit hitam. Namun sampai saat ini belum

diketahui mengapa hal tersebut dapat terjadi. Dalam makalah ini kami sebagai

Leukimia Page 1

penulisakan menerangkan asuhan keperawatan pada konsep teori penyakit

leukemia dengan asuhan keperawatan  pada kasus penyakit leukemia tersebut.

B. RumusanMasalah

1. Apa yang dimaksud dengan leukemia?

2. Jelaskan klasifikasi leukemia?

3. Apa yang menjadi penyebab terjadinya leukemia?

4. Bagaimana patofisiologi terjadinya leukemia?

5. Bagaimana manifestasi Klinik leukemia?

6. Apa saja komplikasi yang bisa muncul dari leukemia?

7. Bagaimana pencegahan dari leukemia?

8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari leukemia?

9. Bagaimana penatalaksanaan dari leukemia?

10. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami leukemia?

C. TujuanPenulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini

adalah

1. Agar mahasiswa mampu mendefenisikan apa yang dimaksud dengan

leukemia

2. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang klasifikasi dari leukemia

3. Agar mampu mengetahui penyebab terjadinya leukimia

4. Agar mengetahui patofisiologi leukimia

5. Agar mengetahui manifestasi klinik dari leukemia

6. Agar dapat mengetahui komplikasi yang dapat ditimbulkan dari leukemia.

7. Agar dapat mengetahui pencegahan yang dilakukan dari leukemia.

8. Agar dapat mengetahui pemeriksaan yang dilakukan dari leukemia.

9. Agar dapat mengetahui penatalaksanaan yang dilakukan dari leukemia.

10. Agar mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien yang menderita

leukemia

Leukimia Page 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Medis

A. Definisi

Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah

putih” pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan

diferensiasi dan proliferasi sel induk hemat opoetik.

Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik

pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang

normal akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga

akan menimbulkan gejala klinis.

Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang

disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk

hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas

tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara

sistemik.

Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering

disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang

berlebihan, dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah

putih sirkulasinya meninggi.

B. Klasifikasi

Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan

maturasi sel dan tipe sel asal yaitu :

1. Leukemia Akut

Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang

berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah

abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebar an ke organ - organ

Leukimia Page 3

lain. Leukemia akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa

pengobatan penderita akan meninggal rata- rata dalam 4- 6 bulan.

a. Leukemia Limfositik Akut (LLA)

LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik

adanya proliferasi dan akumulasi sel - sel patologis dari sistem

limfopoetik yang mengakibatkan organomegali (pembesaran alat –

alat dalam) dan kegagalan organ.

LLA lebih sering ditemukan pada anak- anak (82%)

daripada umur dewasa (18%). Insiden LLA akan mencapai

puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-

anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama

diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang.

b. Leukemia Mielositik Akut (LMA)

LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem

hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid.

LMA merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering

terjadi.

LMA atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih

sering ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-

anak (15%). Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1

sampai 3 bulan dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak

diobati, LNLA fatal dalam 3 sampai 6 bulan.

2. Leukemia Kronik

Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai

proliferasi neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi

karena keganasan hematologi.

a. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)

LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada

limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan

akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang

berumur panjang.

Leukimia Page 4

LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang

menyerang individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan

perbandingan 2:1 untuk laki - laki .

b. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)

LGK/LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang

ditandai dengan produksi berlebihan sel mieloid (seri granulosit)

yang relatif matang. LGK/LMK mencakup 20% leukemia dan

paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40- 50

tahun). Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom

philadelphia ditemukan pada 90 - 95% penderita LGK/LMK.

Sebagian besar penderita LGK/LMK akan meninggal

setelah memasuki fase akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu

produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa

mieloblas/promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan

sel darah merah yang amat kurang.

C. Etiologi

Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.

Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih

meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukemia.

1. Host

a. Umur, jenis kelamin, ras

Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur.

LLA merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak- anak,

dengan puncak insiden antara usia 2 - 4 tahun, LMA terdapat pada

umur 15- 39 tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara umur

30- 50 tahun. LLK merupakan kelainan pada orang tua (umur rata- rata

60 tahun). Insiden Leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada

wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia

(kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.

Leukimia Page 5

Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker.

Menyerang 9 dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap

tahun. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang leukemia

daripada anak - anak. Leukemia terjadi paling sering pada orang tua.

Ketika leukemia terjadi pada anak- anak, hal itu terjadi paling sering

sebelum usia 4 tahun.

b. Faktor Genetik

Insiden leukemia pada anak - anak penderita sindrom down adalah

20 kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21

dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga

meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya

agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak,

sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom

Kleinefelter dan sindrom trisomi D.

Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia

meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia

pada saudara kandung penderita naik 2- 4 kali. Selain itu, leukemia

juga dapat terjadi pada kembar identik.

2. Agent

a. Virus

Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia

pada binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori

virus sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve

transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti

diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti

retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia pada

binatang.

Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi

terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus

jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur

pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang

Leukimia Page 6

umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain,

khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.

b. Sinar Radioaktif

Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat

menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali

meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi

terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai

risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak

bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang

hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi

LMA dan LGK sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul

terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu

juga dengan penderita ankylosing spondylitis yang diobati dengan

sinar lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14 kali lebih banyak.

c. Zat Kimia

Zat- zat kimia (misal benzene, arsen, pe stisida, kloramfeniko l,

fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.

Sebagian besar obat- obatan dapat menjadi penyebab leukemia

(misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia

nonlimfoblastik akut.

d. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya

leukemia. Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk

menderita leukemia terutama LMA.

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok

meningkatkan risiko LMA.

e. Lingkungan (pekerjaan)

Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan

pekerjaan dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang

dilakukan di Jepang, sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga

dan kelompok petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case

Leukimia Page 7

control meneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa, pegawai,

ibu rumah tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien

tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan

17% adalah petani. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa orang yang bekerja di pertanian atau peternakan mempunyai

risiko tinggi leukemia (OR = 2,35, CI = 1,0 -5,19), artinya orang yang

menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali bekerja di pertanian atau

peternakan dibanding orang yang tidak menderita leukemia.

D. Patofisiologi

Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh

terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat

dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi

sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat

berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel

leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh

terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada

sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk

menyuplai oksigen pada jaringan.

Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi

kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan

kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau

menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk

translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini,

dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan perkembangan

gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.

Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah

putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.

Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari

kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom

mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel

Leukimia Page 8

membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel - sel ini

menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel- sel yang

menghasilkan sel- sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke

dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan

otak.

E. Manifestasi Klinis

Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia,

trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi,

hipermetabolisme.

1. Leukemia Limfositik Akut

Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan

kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia

(mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan.

Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi,

hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia

dan femur.

2. Leukemia Mielositik Akut

Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang

disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya

terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit

yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm) biasanya mengalami

gangguan kesadaran, sesak napas, nyeri dada dan priapismus. Selain itu

juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan

hipoglikemia.

3. Leukemia Limfositik Kronik

Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK

yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata,

penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu

makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat

malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya .

Leukimia Page 9

4. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik

LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas.

Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang

akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah

penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan

anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai

infeksi.

F. Komplikasi

1. Nyeri tulang (terutama pada tulang belakang atau tulang rusuk)

2. Pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah.

3. Anemia

4. Infeksi bakteri berulang

5. Gagal ginjal

G. Pencegahan

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan

kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.

a. Pengendalian Terhadap Pemaparan Sinar Radioaktif

Pencegahan ini ditujukan kepada petugas radiologi dan pasien yang

penatalaksanaan medisnya menggunakan radiasi. Untuk petugas

radiologi dapat dilakukan dengan menggunakan baju khusus anti

radiasi, mengurangi paparan terhadap radiasi, dan pergantian atau

rotasi kerja. Untuk pasien dapat dilakukan dengan memberikan

pelayanan diagnostik radiologi serendah mungkin sesuai kebutuhan

klinis.

b. Pengendalian Terhadap Pemaparan Lingkungan Kimia

Pencegahan ini dilakukan pada pekerja yang sering terpapar dengan

benzene dan zat aditif serta senyawa lainnya. Dapat dilakukan dengan

memberikan pengetahuan atau informasi mengenai bahan - bahan

Leukimia Page 10

karsinogen agar pekerja dapat bekerja dengan hati - hati. Hindari

paparan langsung terhadap zat - zat kimia tersebut.

c. Mengurangi frekuensi merokok

Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok perokok berat agar

dapat berhenti atau mengurangi merokok. Satu dari empat kasus LMA

disebabkan oleh merokok.

Dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang bahaya

merokok yang bisa menyebabkan kanker termasuk leukemia (LMA).

d. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah

Pencegahan ini lebih ditujukan pada pasangan yang akan menikah.

Pemeriksaan ini memastikan status kesehatan masing - masing calon

mempelai. Apabila masing- masing pasangan atau salah satu dari

pasangan tersebut mempunyai riwayat keluarga yang menderita

sindrom Down atau kelainan gen lainnya, dianjurkan untuk konsultasi

dengan ahli hematologi. Jadi pasangan tersebut dapat memutuskan

untuk tetap menikah atau tidak.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan

penyakit atau cedera menuju suatu perkembangan ke arah kerusakan atau

ketidakmampuan. Dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit

secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat.

a. Diagnosis dini

1) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik untuk jenis LLA yaitu ditemukan splenomegali

(86%), hepatomegali, limfadenopati, nyeri tekan tulang dada,

ekimosis, dan perdarahan retina. Pada penderita LMA ditemukan

hipertrofi gusi yang mudah berdarah. Kadang- kadang ada

gangguan penglihatan yang disebabkan adanya perdarahan fundus

oculi. Pada penderita leukemia jenis LLK ditemukan

hepatosplenomegali dan limfadenopati. A nemia, gejala - gejala

hipermetabolisme (penurunan berat badan, berkeringat)

Leukimia Page 11

menunjukkan penyakitnya sudah berlanjut. Pada LGK/LMK

hampir selalu ditemukan splenomegali, yaitu pada 90% kasus.

Selain itu Juga didapatkan nyeri tekan pada tulang dada dan

hepatomega li. Kada ng - kadang terdapat purpura, perdarahan

retina, panas, pembesaran kelenjar getah bening dan kadang-

kadang priapismus.

3. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier ditujukan untuk membatasi atau menghalangi

perkembangan kemampuan, kondisi, atau angguan sehingga tidak

berkembang ketahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif. Untuk

penderita leukemia dilakukan perawatan atau penanganan oleh tenaga

medis yang ahli di rumah sakit.

Salah satu perawatan yang diberikan yaitu perawatan paliatif dengan

tujuan mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat

progresifitas penyakit. Selain itu perbaikan di bidang psikologi, sosial dan

spiritual. Dukungan moral dari orang-orang terdekat juga diperlukan.

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi

dan pemeriksaan sumsum tulang.

1. Pemeriksaan darah tepi

Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan

kadang - kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan

penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan

limfositosis lebih dari 50.000/mm sedangkan pada penderita LGK/LMK

ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm

2. Pemeriksaan sumsum tulang

Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut

ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti

sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba - tiba dari sel muda (blast) ke

Leukimia Page 12

sel yang matang tanpa sel antara (leukemic gap ). Jumlah blast minimal

30% dari sel berinti dalam sumsum tulang.

Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh

limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih

95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit. Sedangkan pada

penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan

jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih

dari 30.000/mm.

I. Penatalaksanaan

1. Kemoterapi

a. Kemoterapi pada penderita LLA

Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua

fase yang digunakan untuk semua orang.

1) Tahap 1 (terapi induksi)

Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk

membunuh sebagian besar sel - sel leukemia di dalam darah dan

sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan

perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat

menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh

sel leukemia.

Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi

yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase.

2) Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)

Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi

intensifikasi yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia

residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang

resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan

kemudian.

Leukimia Page 13

3) Tahap 3 ( profilaksis SSP)

Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan

pada SSP. Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering

diberikan pada dosis yang lebih rendah.

Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang

berbeda, kadang - kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi,

untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.

4) Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)

Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa

remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2- 3 tahun. Angka

harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis.

Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60%

menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi

lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka

panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan

pada sumsum tulang dan SSP.

b. Kemoterapi pada penderita LMA

1) Fase induksi

Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif,

bertujuan untuk mengeradikasi sel- sel leukemia secara maksimal

sehingga tercapai remisi komplit. Walaupun remisi komplit telah

tercapai, masih tersisa sel – sel leukemia di dalam tubuh penderita

tetapi tidak dapat dideteksi. Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi

menyebabkan kekambuhan di masa yang akan datang.

2) Fase konsolidasi

Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase

induksi. Kemoterapi konsolidasi bi asanya terdiri dari beberapa

siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis

yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase

induksi.

Leukimia Page 14

Dengan pengobatan modern, angka remisi 50- 75%, tetapi

angka rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih

dari 5 tahun.

c. Kemoterapi pada penderita LLK

Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi

terapi dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah

klasifikasi Rai:

1) Stadium 0 : limfosit osis darah tepi dan sumsum tulang

2) Stadium I : limfositosis da n limfade nopati.

3) Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.

4) Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).

5) Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm

dengan/tanpa gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.

Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan

terapi bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala.

Pengobatan tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak

mempe rpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau

kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV

diberikan kemoterapi intensif.

Angka ketahanan hidup rata- rata adalah sekitar 6 tahun dan 25%

pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1

dapat bertahan hidup rata - rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien

dengan stadium III atau IV rata -rata dapat bertahan hidup kurang dari

2 tahun.

d. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK

1) Fase Kronik

Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu

menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama.

Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi

pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan

transplantasi sumsum tulang.

Leukimia Page 15

2) Fase Akselerasi,

Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.

2. Radioterapi

Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel -sel

leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian

lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa

menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x - ray dan sinar

gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan

pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.

3. Transplantasi Sumsum Tulang

Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum

tulang yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang

rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi.

Selain itu, transplantasi sumsum tulang ju ga berguna untuk mengganti

sel- sel darah yang rusak karena kanker.

Pada penderita LMK, hasil terbaik (70 -80% angka keberhasilan)

dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah

terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang

sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita

yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita

usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.

4. Terapi Suportif

Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat- akibat yang

ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat.

Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan

anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik

untuk mengatasi infeksi.

Leukimia Page 16

II. Konsep Keperawatan

A. Pengkajian

1. Data Demografi

Identitas pasien meliputi : Nama,jenis kelamin, umur, alamat,

agama,bangsa/suku,pekerjaan,status perkawinan, ruangan , Nomor

tempat tidur, tanggal masuk, tanggal pengkajian dan diagnosa.

2. Riwayat Kesehatan Pasien

a. Riwayat kesehatan masa lalu

Klien belum pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang

dialami klien sekarang.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

1) Keluhan Utama

Keluhan utama klien masuk Rumah Sakit adalah lemah,

lelah, wajah terlihatpucat, sakit kepala, anoreksia, muntah,

sesak, nafas cepat.

2) Alasan Masuk Rumah Sakit

Alasan masuk Rumah Sakit adalah perdarahan yang tak

berhenti-henti yang biasanya disebabkan epistaksis.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Anggota keluarga apakah ada yang mederita penyakit yang sama

dengan klien.

4. Genogram

Mengetahui silsilah keluarga dalam bentuk diagram dan mengetahui

jalan menularnya penyakit.

5. Pola Fungsi Kesehatan

a. Makanan/caira

Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan

tinggi garam, lemak dan kolesterol

Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

Leukimia Page 17

b. Aktivitas/ Istirahat

Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton

Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea.

6. Pemeriksaan Fisik

a. Aktivitas

Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan.

Tanda : kelemahan otot, somnolen.

b. Sirkulasi

Gejala : palpitasi.

Tanda : Takikardi, membrane mukosa pucat.

c. Eliminasi

Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan

haluaran urine.

d. Makanan / cairan

Gejala : anoreksia, muntah, penurunan BB, disfagia.

Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi gusi

(infiltrasi gusi mengindikasikan leukemia monositik akut).

e. Integritas ego

Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan.

Tanda : depresi, ansietas, marah.

f. Neurosensori 

Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang

konsentrasi, pusing, kesemutan.

Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang.

g. Nyeri / kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram

otot.

Tanda : gelisah, distraksi.

Leukimia Page 18

h. Pernafasan

Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal.

Tanda : dispnea, takipnea, batuk.

i. Keamanan

Gejala : riwayat infeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan

penglihatan, perdarahan spontan, tak terkontrol dengan

trauma minimal.

Tanda : demam, infeksi, purpura, pembesaran nodus limfe, limpa

atau hati

j. Seksualitas

Gejala : perubahan libido, perubahan aliran menstruasi, menoragia,

impoten.

7. Data Psikologi

Termasuk Konsep diri, status emosi, gaya komunikasi, pola koping,

pola interaksi.

8. Data Sosial

Termasuk pendidikan dan pekerjaan, hubungan sosial dan gaya hidup

9. Data Spiritual

Bagaimana kebiasaan ibadahnya sebelum dan sesudah MRS

10. Data Penunjang

Diambil dari pemeriksaan laboratorium

11. Pengobatan

Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat

yang diberikan.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi terjadi infeksi s.d penurunan daya tahan tubuh, prosedur

invasive, malnutrisi dan penyakit kronis.

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan s.d kurang intake cairan, muntah,

perdarahan, diare, demam

Leukimia Page 19

3. Nyeri s.d pembesaran organ intraabdominal, dan manifestasi dari

kecemasan.

4. Intoleransi aktivitas s.d kelemahan, penurunan cadangan

energi, suplai oksigen yang tidak seimbang, terapi isolasi.

C. Intervensi

1. Diagnosa 1

Tujuan : mencegah resiko infeksi

Kriteria hasil : Menunjukkan teknik, perubahan pola hidup untuk

meningkatkan keamanan lingkungan, meningkatkan

penyembuhan.

Intervensi Rasional

1. Tempatkan pada ruang khusus dan

batasi pengunjung. Awasi

pemberian buah dan sayur segar.

1. Untuk menjaga klien dari

agent patogen yang dapat

menyebabkan infeksi

2. Lakukan protap pencucian tangan

bagi setiap orang yang kontak

dengan klien .     

2. Mencegah infeksi silang 

3. Pegang klien dengan lembut dan

linen tetap kering dan tidak kusut.

3. Mencegah eksoriasi kulit.

4. Jaga integritas kulit, luka yang

terbuka dan kebersihan kulit dengan

pembersih antibakteri.

4. Untuk mencegah infeksi

local. (Luka biasanya tidak

bernanah akibat rendahnya

kadar granulosit).

5. Periksa mukosa mulut dan lakukan

oral hygiene.

5. Jaringan mukosa mulut

merupakan  medium bagi

perkembangan bakteri.

Leukimia Page 20

2. Diagnosa 2

Tujuan : menunjukkan volume cairan yang adekuat.

Kriteria hasil

a. Menunjukkan volume cairan adekuat, dibuktikan oleh adanya tanda

vital stabil, nadi teraba; haluaran urine, berat jenis dan pH dalam batas

normal.

b. Mengidentifikasi factor resiko individual dan intervensi yang tepat.

c. Melakukan perubahan pola hidup/perilaku untuk mencegah terjadinya

deficit volume caran.

Intervensi Rasional

1. Awasi masukan/haluaran.

Hitung kehilangan tak kasat

mata dan keseimbangan cairan.

Perhatikan penurunan urine

pada adanya pemasukan

adekuat. Ukur berat jenis dan

pH urine.

1. Penurunan sirkulasi sekunder

terhadap destruksi SDM dan

pencetusnya pada tubukus ginjal

dan/atau terjadinya batu ginjal

(sehubungan dengan peningkatan

kadar asam urat dapat

menimbulkan retensi urine atau

gagal ginjal).

2. Evaluasi turgor kulit,

pengisian kapiler, dan kondisi

umum membrane mukosa.     

2. Indicator langsung status

cairan/hidrasi. 

3. Dorong cairan sampai 3-4

L/hari bila masukan oral

dimulai.

3. Meningkatkan aliran urine,

mencegah pencetus asan urat,

dan meningkatkan pembersihan

obat antineoplastik.

4. Berikan diet halus. 4. Dapat menurunkan iritasi gusi.

5. Awasi pemeriksaan

laboratorium, contoh

trombosit, Hb/Ht, pembekuan.

5. Bila jumlah trombosit kurang

dari 20.000/mm (sehubungan

dengan proliferasi SDM dan/atau

supresi sumsum tulang sekunder

Leukimia Page 21

terhadap obat antineoplastik),

pasien cenderung perdarahan

spontan yang mengancam hidup.

Penurunan Hb/Ht indikatif

perdarahan (mungkin samar).

3. Diagnosa 3

Tujuan : nyeri hilang/terkontrol

Kriteria hasil

a. Menunjukkan perilaku penanganan nyeri.

b. Tampak rileks dan mampu tidur/istrahat dengan tepat.

Intervensi Rasional

1. Selidiki keluhan nyeri. Perhatikan

perubahan pada derajat dan sisi

(gunakan skala 0-10).

1. Membantu mengkaji

kebutuhan untuk intervensi;

dapat mengindikasi terjadinya

komplikasi.

2. Berikan lingkungan tenang dan

kurangi rangsangan penuh

stres.     

2. Meningkatkan istirahat dan

meningkatkan kemapuan

koping.

3. Ubah posisi secara periodic dan

berikan/bantu latihan rentang

gerak lembut.

3. Memperbaiki sirkulasi

jaringan dan mobilitas sendi.

4. Berikan tindakan kenyamanan

(pijatan, kompres dingin) dan

dukungan psikologis (dorongan,

keberadaan)

4. Meminimalkan kebutuhan

atau meningkatkan efek obat.

5. Dorong menggunakan teknik

manajemen nyeri, contoh latihan

relaksasi/napas dalam, bimbingan

imajinasi, visualisasi; sentuhan

5. Memudahkan relaksasi, terapi

farmakologis tambahan, dan

meningkatkan kemampuan

koping.

Leukimia Page 22

terapeutik.

4. Diagnosa 4

Tujuan : peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur

Kriteria hasil

a. Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat

kemampuan.

b. Menunjukkan penurunan tanda fisiologis tidak toleran, misalnya :

nadi, pernapasan, dan TD masih dalam batas normal.

Intervensi Rasional

1. Evaluasi laporan kelemahan,

perhatikan ketidakmampuan

untuk berpartisipasi dalam

aktivitas sehari-hari.

1. Efek leukemia, anemia, dan

kemoterapi mungkin kumulatif

(khususnya selama fase

pengobatan akut dan aktif).

2. Berikan lingkungan tenang dan

periode istirahat tanpa

gangguan. Dorong istirahat

sebelum makan.

2. Menghemat energy untuk

aktivitas dan regenerasi

seluler/penyembuhan jaringan.

3. Implementasikan teknik

penghematan energy, contoh

lebih baik duduk daripada

berdiri, penggunaan kursi untuk

mandi. Bantu ambulasi/aktivitas

lain sesuai indikasi.

3. Memaksimalkan sediaan energy

untuk tugas perawatan diri.

4. Jadwalkan makan sekitar

kemoterapi. Berikan kebersihan

mulut sebelum makan dan

berikan antiemetic sesuai

indikasi.

4. Dapat meningkatkan pemasukan

dengan menurunkan mual.

5. Berikan oksigen tambahan. 5. Memaksimalkan sediaan

Leukimia Page 23

oksigen untuk kebutuhan

seluler.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetic

pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang

normal akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga

akan menimbulkan gejala klinis. Secara sederhana leukemia dapat

diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel asal yaitu : leukemia

akut dan leukemia kronik.

Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.

Menurut hasil penelitian, orang dengan factor risiko tertentu lebih

meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukemia.

Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia,

trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi,

hipermetabolisme.

Adapun pencegahan yang dilakukan pada leukemia ada 3, yaitu

pencegahan primer, sekunder dan tersier. Sedangkan untuk pemeriksaan

penunjang yang dapat dilakukanya itu pemeriksaan darah tepi dan

pemeriksaan sumsum tulang belakang.

B. Saran

1. Dalam penulisan makalah ini kami sebagai penulis kami berharap kepada

para pembaca untuk memberikan masukan-masukan, agar kedepannya

penyusunan makalah ini jauh lebih baik dan mendekati kesempurnaan.

2. Setelah membaca makalah ini, kami berharap agar para pembaca dapat

mengaplikasikan ilmu yang di dapat dan dapat mengetahui tentang apa

Leukimia Page 24

saja yang menjadi factor predisposisi dari leukemia sehingga kita bersama

dapat mencegah peningkatan orang-orang yang terkena leukemia.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi I, Jilid III. Jakarta :

Media Aesculapius.

Doenges, Marilynn E. Nursing Care Plans: Guidelines For Planning And

Documenting Patient Care. Alih Bahasa I Made Kariasa. Ed.Jakarta :

EGC;

Hidayat, Alimul Aziz. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:

Salemba Medika.

Ramadhani, Nurlaila. 2009.  Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Leukemia.

Salemba Medika: Jakarta

Robbins dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi 1. Jakarta : Buku Kedokteran.

Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk.

Ed. 8. Jakarta : EGC

Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, Balai

Penerbit FKUI, Jakarta

Wilkinson, M. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi

NIC dan Kriteria Hasli NOC. EGC : Jakarta

Wiwik H. & Andi Sulistyo H., 2008, Pengertian Leukemia, EGC: Jakarta

Leukimia Page 25