LEUKIMIA
-
Upload
valdesyiah -
Category
Documents
-
view
48 -
download
7
description
Transcript of LEUKIMIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia.
Untuk mengetahu tentang leukemia, kita harus mengenal dahulu sel-sel darah
yang normal serta apa yang terjadi jika terkena leukemia. Darah manusia
terdiri dari cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan tiga kelompok sel
darah. Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah, sel darah
putih, dan keping-keping darah.
Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh
terhadap infeksi atau serangan penyakit lainnya. Sel darah merah atau eritrosit
berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh,
dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh kembali ke paru-paru.
Keping-keping darah atau trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan
darah. Ketika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel darah yang
abnormal dan dalam jumlah yang besar. Pada leukemia, sel darah yang
abnormal tersebut adalah kelompok sel darah putih. Sel-sel darah yang terkena
leukemia akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan tidak mampu
berfungsi seperti layaknya sel darah normal.
Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat
berguna untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar
keperawatan dan kode etik dalam menangani pasien dengan diagnosa
leukemia.
Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui. Namun banyak
penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah ini. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa leukemia lebih sering menyerang kaum pria
dibandingkan kaum wanita, dan juga pada kelompok orang kulit putih
dibandingkan dengan orang kulit hitam. Namun sampai saat ini belum
diketahui mengapa hal tersebut dapat terjadi. Dalam makalah ini kami sebagai
Leukimia Page 1
penulisakan menerangkan asuhan keperawatan pada konsep teori penyakit
leukemia dengan asuhan keperawatan pada kasus penyakit leukemia tersebut.
B. RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan leukemia?
2. Jelaskan klasifikasi leukemia?
3. Apa yang menjadi penyebab terjadinya leukemia?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya leukemia?
5. Bagaimana manifestasi Klinik leukemia?
6. Apa saja komplikasi yang bisa muncul dari leukemia?
7. Bagaimana pencegahan dari leukemia?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari leukemia?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari leukemia?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami leukemia?
C. TujuanPenulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah
1. Agar mahasiswa mampu mendefenisikan apa yang dimaksud dengan
leukemia
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang klasifikasi dari leukemia
3. Agar mampu mengetahui penyebab terjadinya leukimia
4. Agar mengetahui patofisiologi leukimia
5. Agar mengetahui manifestasi klinik dari leukemia
6. Agar dapat mengetahui komplikasi yang dapat ditimbulkan dari leukemia.
7. Agar dapat mengetahui pencegahan yang dilakukan dari leukemia.
8. Agar dapat mengetahui pemeriksaan yang dilakukan dari leukemia.
9. Agar dapat mengetahui penatalaksanaan yang dilakukan dari leukemia.
10. Agar mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien yang menderita
leukemia
Leukimia Page 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Konsep Medis
A. Definisi
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah
putih” pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan
diferensiasi dan proliferasi sel induk hemat opoetik.
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik
pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang
normal akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga
akan menimbulkan gejala klinis.
Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang
disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk
hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas
tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara
sistemik.
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering
disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang
berlebihan, dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah
putih sirkulasinya meninggi.
B. Klasifikasi
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan
maturasi sel dan tipe sel asal yaitu :
1. Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang
berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah
abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebar an ke organ - organ
Leukimia Page 3
lain. Leukemia akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa
pengobatan penderita akan meninggal rata- rata dalam 4- 6 bulan.
a. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik
adanya proliferasi dan akumulasi sel - sel patologis dari sistem
limfopoetik yang mengakibatkan organomegali (pembesaran alat –
alat dalam) dan kegagalan organ.
LLA lebih sering ditemukan pada anak- anak (82%)
daripada umur dewasa (18%). Insiden LLA akan mencapai
puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-
anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama
diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang.
b. Leukemia Mielositik Akut (LMA)
LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem
hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid.
LMA merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering
terjadi.
LMA atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih
sering ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-
anak (15%). Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1
sampai 3 bulan dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak
diobati, LNLA fatal dalam 3 sampai 6 bulan.
2. Leukemia Kronik
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai
proliferasi neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi
karena keganasan hematologi.
a. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada
limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan
akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang
berumur panjang.
Leukimia Page 4
LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang
menyerang individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan
perbandingan 2:1 untuk laki - laki .
b. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)
LGK/LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang
ditandai dengan produksi berlebihan sel mieloid (seri granulosit)
yang relatif matang. LGK/LMK mencakup 20% leukemia dan
paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40- 50
tahun). Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom
philadelphia ditemukan pada 90 - 95% penderita LGK/LMK.
Sebagian besar penderita LGK/LMK akan meninggal
setelah memasuki fase akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu
produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa
mieloblas/promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan
sel darah merah yang amat kurang.
C. Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.
Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih
meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukemia.
1. Host
a. Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur.
LLA merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak- anak,
dengan puncak insiden antara usia 2 - 4 tahun, LMA terdapat pada
umur 15- 39 tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara umur
30- 50 tahun. LLK merupakan kelainan pada orang tua (umur rata- rata
60 tahun). Insiden Leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada
wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia
(kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.
Leukimia Page 5
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker.
Menyerang 9 dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap
tahun. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang leukemia
daripada anak - anak. Leukemia terjadi paling sering pada orang tua.
Ketika leukemia terjadi pada anak- anak, hal itu terjadi paling sering
sebelum usia 4 tahun.
b. Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak - anak penderita sindrom down adalah
20 kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21
dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga
meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya
agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak,
sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom
Kleinefelter dan sindrom trisomi D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia
meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia
pada saudara kandung penderita naik 2- 4 kali. Selain itu, leukemia
juga dapat terjadi pada kembar identik.
2. Agent
a. Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia
pada binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori
virus sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve
transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti
diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti
retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia pada
binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi
terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus
jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur
pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang
Leukimia Page 6
umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain,
khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.
b. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali
meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi
terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai
risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak
bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang
hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi
LMA dan LGK sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul
terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu
juga dengan penderita ankylosing spondylitis yang diobati dengan
sinar lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14 kali lebih banyak.
c. Zat Kimia
Zat- zat kimia (misal benzene, arsen, pe stisida, kloramfeniko l,
fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.
Sebagian besar obat- obatan dapat menjadi penyebab leukemia
(misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia
nonlimfoblastik akut.
d. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya
leukemia. Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk
menderita leukemia terutama LMA.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok
meningkatkan risiko LMA.
e. Lingkungan (pekerjaan)
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan
pekerjaan dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang
dilakukan di Jepang, sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga
dan kelompok petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case
Leukimia Page 7
control meneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa, pegawai,
ibu rumah tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien
tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan
17% adalah petani. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa orang yang bekerja di pertanian atau peternakan mempunyai
risiko tinggi leukemia (OR = 2,35, CI = 1,0 -5,19), artinya orang yang
menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali bekerja di pertanian atau
peternakan dibanding orang yang tidak menderita leukemia.
D. Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat
dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi
sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat
berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel
leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh
terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada
sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk
menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi
kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan
kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau
menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk
translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini,
dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan perkembangan
gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah
putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.
Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari
kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom
mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel
Leukimia Page 8
membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel - sel ini
menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel- sel yang
menghasilkan sel- sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke
dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan
otak.
E. Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia,
trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi,
hipermetabolisme.
1. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan
kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia
(mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan.
Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi,
hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia
dan femur.
2. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya
terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit
yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm) biasanya mengalami
gangguan kesadaran, sesak napas, nyeri dada dan priapismus. Selain itu
juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan
hipoglikemia.
3. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK
yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata,
penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu
makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat
malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya .
Leukimia Page 9
4. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas.
Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang
akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah
penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan
anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai
infeksi.
F. Komplikasi
1. Nyeri tulang (terutama pada tulang belakang atau tulang rusuk)
2. Pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah.
3. Anemia
4. Infeksi bakteri berulang
5. Gagal ginjal
G. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.
a. Pengendalian Terhadap Pemaparan Sinar Radioaktif
Pencegahan ini ditujukan kepada petugas radiologi dan pasien yang
penatalaksanaan medisnya menggunakan radiasi. Untuk petugas
radiologi dapat dilakukan dengan menggunakan baju khusus anti
radiasi, mengurangi paparan terhadap radiasi, dan pergantian atau
rotasi kerja. Untuk pasien dapat dilakukan dengan memberikan
pelayanan diagnostik radiologi serendah mungkin sesuai kebutuhan
klinis.
b. Pengendalian Terhadap Pemaparan Lingkungan Kimia
Pencegahan ini dilakukan pada pekerja yang sering terpapar dengan
benzene dan zat aditif serta senyawa lainnya. Dapat dilakukan dengan
memberikan pengetahuan atau informasi mengenai bahan - bahan
Leukimia Page 10
karsinogen agar pekerja dapat bekerja dengan hati - hati. Hindari
paparan langsung terhadap zat - zat kimia tersebut.
c. Mengurangi frekuensi merokok
Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok perokok berat agar
dapat berhenti atau mengurangi merokok. Satu dari empat kasus LMA
disebabkan oleh merokok.
Dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang bahaya
merokok yang bisa menyebabkan kanker termasuk leukemia (LMA).
d. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
Pencegahan ini lebih ditujukan pada pasangan yang akan menikah.
Pemeriksaan ini memastikan status kesehatan masing - masing calon
mempelai. Apabila masing- masing pasangan atau salah satu dari
pasangan tersebut mempunyai riwayat keluarga yang menderita
sindrom Down atau kelainan gen lainnya, dianjurkan untuk konsultasi
dengan ahli hematologi. Jadi pasangan tersebut dapat memutuskan
untuk tetap menikah atau tidak.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan
penyakit atau cedera menuju suatu perkembangan ke arah kerusakan atau
ketidakmampuan. Dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit
secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat.
a. Diagnosis dini
1) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik untuk jenis LLA yaitu ditemukan splenomegali
(86%), hepatomegali, limfadenopati, nyeri tekan tulang dada,
ekimosis, dan perdarahan retina. Pada penderita LMA ditemukan
hipertrofi gusi yang mudah berdarah. Kadang- kadang ada
gangguan penglihatan yang disebabkan adanya perdarahan fundus
oculi. Pada penderita leukemia jenis LLK ditemukan
hepatosplenomegali dan limfadenopati. A nemia, gejala - gejala
hipermetabolisme (penurunan berat badan, berkeringat)
Leukimia Page 11
menunjukkan penyakitnya sudah berlanjut. Pada LGK/LMK
hampir selalu ditemukan splenomegali, yaitu pada 90% kasus.
Selain itu Juga didapatkan nyeri tekan pada tulang dada dan
hepatomega li. Kada ng - kadang terdapat purpura, perdarahan
retina, panas, pembesaran kelenjar getah bening dan kadang-
kadang priapismus.
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier ditujukan untuk membatasi atau menghalangi
perkembangan kemampuan, kondisi, atau angguan sehingga tidak
berkembang ketahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif. Untuk
penderita leukemia dilakukan perawatan atau penanganan oleh tenaga
medis yang ahli di rumah sakit.
Salah satu perawatan yang diberikan yaitu perawatan paliatif dengan
tujuan mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat
progresifitas penyakit. Selain itu perbaikan di bidang psikologi, sosial dan
spiritual. Dukungan moral dari orang-orang terdekat juga diperlukan.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi
dan pemeriksaan sumsum tulang.
1. Pemeriksaan darah tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan
kadang - kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan
penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan
limfositosis lebih dari 50.000/mm sedangkan pada penderita LGK/LMK
ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm
2. Pemeriksaan sumsum tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut
ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti
sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba - tiba dari sel muda (blast) ke
Leukimia Page 12
sel yang matang tanpa sel antara (leukemic gap ). Jumlah blast minimal
30% dari sel berinti dalam sumsum tulang.
Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh
limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih
95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit. Sedangkan pada
penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan
jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih
dari 30.000/mm.
I. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
a. Kemoterapi pada penderita LLA
Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua
fase yang digunakan untuk semua orang.
1) Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk
membunuh sebagian besar sel - sel leukemia di dalam darah dan
sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan
perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat
menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh
sel leukemia.
Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi
yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase.
2) Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi
intensifikasi yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia
residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang
resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan
kemudian.
Leukimia Page 13
3) Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan
pada SSP. Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering
diberikan pada dosis yang lebih rendah.
Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang
berbeda, kadang - kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi,
untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.
4) Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa
remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2- 3 tahun. Angka
harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis.
Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60%
menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi
lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka
panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan
pada sumsum tulang dan SSP.
b. Kemoterapi pada penderita LMA
1) Fase induksi
Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif,
bertujuan untuk mengeradikasi sel- sel leukemia secara maksimal
sehingga tercapai remisi komplit. Walaupun remisi komplit telah
tercapai, masih tersisa sel – sel leukemia di dalam tubuh penderita
tetapi tidak dapat dideteksi. Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi
menyebabkan kekambuhan di masa yang akan datang.
2) Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase
induksi. Kemoterapi konsolidasi bi asanya terdiri dari beberapa
siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis
yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase
induksi.
Leukimia Page 14
Dengan pengobatan modern, angka remisi 50- 75%, tetapi
angka rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih
dari 5 tahun.
c. Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi
terapi dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah
klasifikasi Rai:
1) Stadium 0 : limfosit osis darah tepi dan sumsum tulang
2) Stadium I : limfositosis da n limfade nopati.
3) Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
4) Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).
5) Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm
dengan/tanpa gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan
terapi bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala.
Pengobatan tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak
mempe rpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau
kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV
diberikan kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata- rata adalah sekitar 6 tahun dan 25%
pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1
dapat bertahan hidup rata - rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien
dengan stadium III atau IV rata -rata dapat bertahan hidup kurang dari
2 tahun.
d. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
1) Fase Kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu
menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama.
Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi
pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan
transplantasi sumsum tulang.
Leukimia Page 15
2) Fase Akselerasi,
Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel -sel
leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian
lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa
menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x - ray dan sinar
gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan
pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
3. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum
tulang yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang
rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi.
Selain itu, transplantasi sumsum tulang ju ga berguna untuk mengganti
sel- sel darah yang rusak karena kanker.
Pada penderita LMK, hasil terbaik (70 -80% angka keberhasilan)
dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah
terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang
sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita
yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita
usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
4. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat- akibat yang
ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat.
Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan
anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik
untuk mengatasi infeksi.
Leukimia Page 16
II. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1. Data Demografi
Identitas pasien meliputi : Nama,jenis kelamin, umur, alamat,
agama,bangsa/suku,pekerjaan,status perkawinan, ruangan , Nomor
tempat tidur, tanggal masuk, tanggal pengkajian dan diagnosa.
2. Riwayat Kesehatan Pasien
a. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien belum pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang
dialami klien sekarang.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama
Keluhan utama klien masuk Rumah Sakit adalah lemah,
lelah, wajah terlihatpucat, sakit kepala, anoreksia, muntah,
sesak, nafas cepat.
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Alasan masuk Rumah Sakit adalah perdarahan yang tak
berhenti-henti yang biasanya disebabkan epistaksis.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga apakah ada yang mederita penyakit yang sama
dengan klien.
4. Genogram
Mengetahui silsilah keluarga dalam bentuk diagram dan mengetahui
jalan menularnya penyakit.
5. Pola Fungsi Kesehatan
a. Makanan/caira
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
Leukimia Page 17
b. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas
Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan.
Tanda : kelemahan otot, somnolen.
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi.
Tanda : Takikardi, membrane mukosa pucat.
c. Eliminasi
Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan
haluaran urine.
d. Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, muntah, penurunan BB, disfagia.
Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi gusi
(infiltrasi gusi mengindikasikan leukemia monositik akut).
e. Integritas ego
Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan.
Tanda : depresi, ansietas, marah.
f. Neurosensori
Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang
konsentrasi, pusing, kesemutan.
Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram
otot.
Tanda : gelisah, distraksi.
Leukimia Page 18
h. Pernafasan
Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal.
Tanda : dispnea, takipnea, batuk.
i. Keamanan
Gejala : riwayat infeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan
penglihatan, perdarahan spontan, tak terkontrol dengan
trauma minimal.
Tanda : demam, infeksi, purpura, pembesaran nodus limfe, limpa
atau hati
j. Seksualitas
Gejala : perubahan libido, perubahan aliran menstruasi, menoragia,
impoten.
7. Data Psikologi
Termasuk Konsep diri, status emosi, gaya komunikasi, pola koping,
pola interaksi.
8. Data Sosial
Termasuk pendidikan dan pekerjaan, hubungan sosial dan gaya hidup
9. Data Spiritual
Bagaimana kebiasaan ibadahnya sebelum dan sesudah MRS
10. Data Penunjang
Diambil dari pemeriksaan laboratorium
11. Pengobatan
Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat
yang diberikan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terjadi infeksi s.d penurunan daya tahan tubuh, prosedur
invasive, malnutrisi dan penyakit kronis.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan s.d kurang intake cairan, muntah,
perdarahan, diare, demam
Leukimia Page 19
3. Nyeri s.d pembesaran organ intraabdominal, dan manifestasi dari
kecemasan.
4. Intoleransi aktivitas s.d kelemahan, penurunan cadangan
energi, suplai oksigen yang tidak seimbang, terapi isolasi.
C. Intervensi
1. Diagnosa 1
Tujuan : mencegah resiko infeksi
Kriteria hasil : Menunjukkan teknik, perubahan pola hidup untuk
meningkatkan keamanan lingkungan, meningkatkan
penyembuhan.
Intervensi Rasional
1. Tempatkan pada ruang khusus dan
batasi pengunjung. Awasi
pemberian buah dan sayur segar.
1. Untuk menjaga klien dari
agent patogen yang dapat
menyebabkan infeksi
2. Lakukan protap pencucian tangan
bagi setiap orang yang kontak
dengan klien .
2. Mencegah infeksi silang
3. Pegang klien dengan lembut dan
linen tetap kering dan tidak kusut.
3. Mencegah eksoriasi kulit.
4. Jaga integritas kulit, luka yang
terbuka dan kebersihan kulit dengan
pembersih antibakteri.
4. Untuk mencegah infeksi
local. (Luka biasanya tidak
bernanah akibat rendahnya
kadar granulosit).
5. Periksa mukosa mulut dan lakukan
oral hygiene.
5. Jaringan mukosa mulut
merupakan medium bagi
perkembangan bakteri.
Leukimia Page 20
2. Diagnosa 2
Tujuan : menunjukkan volume cairan yang adekuat.
Kriteria hasil
a. Menunjukkan volume cairan adekuat, dibuktikan oleh adanya tanda
vital stabil, nadi teraba; haluaran urine, berat jenis dan pH dalam batas
normal.
b. Mengidentifikasi factor resiko individual dan intervensi yang tepat.
c. Melakukan perubahan pola hidup/perilaku untuk mencegah terjadinya
deficit volume caran.
Intervensi Rasional
1. Awasi masukan/haluaran.
Hitung kehilangan tak kasat
mata dan keseimbangan cairan.
Perhatikan penurunan urine
pada adanya pemasukan
adekuat. Ukur berat jenis dan
pH urine.
1. Penurunan sirkulasi sekunder
terhadap destruksi SDM dan
pencetusnya pada tubukus ginjal
dan/atau terjadinya batu ginjal
(sehubungan dengan peningkatan
kadar asam urat dapat
menimbulkan retensi urine atau
gagal ginjal).
2. Evaluasi turgor kulit,
pengisian kapiler, dan kondisi
umum membrane mukosa.
2. Indicator langsung status
cairan/hidrasi.
3. Dorong cairan sampai 3-4
L/hari bila masukan oral
dimulai.
3. Meningkatkan aliran urine,
mencegah pencetus asan urat,
dan meningkatkan pembersihan
obat antineoplastik.
4. Berikan diet halus. 4. Dapat menurunkan iritasi gusi.
5. Awasi pemeriksaan
laboratorium, contoh
trombosit, Hb/Ht, pembekuan.
5. Bila jumlah trombosit kurang
dari 20.000/mm (sehubungan
dengan proliferasi SDM dan/atau
supresi sumsum tulang sekunder
Leukimia Page 21
terhadap obat antineoplastik),
pasien cenderung perdarahan
spontan yang mengancam hidup.
Penurunan Hb/Ht indikatif
perdarahan (mungkin samar).
3. Diagnosa 3
Tujuan : nyeri hilang/terkontrol
Kriteria hasil
a. Menunjukkan perilaku penanganan nyeri.
b. Tampak rileks dan mampu tidur/istrahat dengan tepat.
Intervensi Rasional
1. Selidiki keluhan nyeri. Perhatikan
perubahan pada derajat dan sisi
(gunakan skala 0-10).
1. Membantu mengkaji
kebutuhan untuk intervensi;
dapat mengindikasi terjadinya
komplikasi.
2. Berikan lingkungan tenang dan
kurangi rangsangan penuh
stres.
2. Meningkatkan istirahat dan
meningkatkan kemapuan
koping.
3. Ubah posisi secara periodic dan
berikan/bantu latihan rentang
gerak lembut.
3. Memperbaiki sirkulasi
jaringan dan mobilitas sendi.
4. Berikan tindakan kenyamanan
(pijatan, kompres dingin) dan
dukungan psikologis (dorongan,
keberadaan)
4. Meminimalkan kebutuhan
atau meningkatkan efek obat.
5. Dorong menggunakan teknik
manajemen nyeri, contoh latihan
relaksasi/napas dalam, bimbingan
imajinasi, visualisasi; sentuhan
5. Memudahkan relaksasi, terapi
farmakologis tambahan, dan
meningkatkan kemampuan
koping.
Leukimia Page 22
terapeutik.
4. Diagnosa 4
Tujuan : peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur
Kriteria hasil
a. Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat
kemampuan.
b. Menunjukkan penurunan tanda fisiologis tidak toleran, misalnya :
nadi, pernapasan, dan TD masih dalam batas normal.
Intervensi Rasional
1. Evaluasi laporan kelemahan,
perhatikan ketidakmampuan
untuk berpartisipasi dalam
aktivitas sehari-hari.
1. Efek leukemia, anemia, dan
kemoterapi mungkin kumulatif
(khususnya selama fase
pengobatan akut dan aktif).
2. Berikan lingkungan tenang dan
periode istirahat tanpa
gangguan. Dorong istirahat
sebelum makan.
2. Menghemat energy untuk
aktivitas dan regenerasi
seluler/penyembuhan jaringan.
3. Implementasikan teknik
penghematan energy, contoh
lebih baik duduk daripada
berdiri, penggunaan kursi untuk
mandi. Bantu ambulasi/aktivitas
lain sesuai indikasi.
3. Memaksimalkan sediaan energy
untuk tugas perawatan diri.
4. Jadwalkan makan sekitar
kemoterapi. Berikan kebersihan
mulut sebelum makan dan
berikan antiemetic sesuai
indikasi.
4. Dapat meningkatkan pemasukan
dengan menurunkan mual.
5. Berikan oksigen tambahan. 5. Memaksimalkan sediaan
Leukimia Page 23
oksigen untuk kebutuhan
seluler.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetic
pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang
normal akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga
akan menimbulkan gejala klinis. Secara sederhana leukemia dapat
diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel asal yaitu : leukemia
akut dan leukemia kronik.
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.
Menurut hasil penelitian, orang dengan factor risiko tertentu lebih
meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukemia.
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia,
trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi,
hipermetabolisme.
Adapun pencegahan yang dilakukan pada leukemia ada 3, yaitu
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Sedangkan untuk pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukanya itu pemeriksaan darah tepi dan
pemeriksaan sumsum tulang belakang.
B. Saran
1. Dalam penulisan makalah ini kami sebagai penulis kami berharap kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan, agar kedepannya
penyusunan makalah ini jauh lebih baik dan mendekati kesempurnaan.
2. Setelah membaca makalah ini, kami berharap agar para pembaca dapat
mengaplikasikan ilmu yang di dapat dan dapat mengetahui tentang apa
Leukimia Page 24
saja yang menjadi factor predisposisi dari leukemia sehingga kita bersama
dapat mencegah peningkatan orang-orang yang terkena leukemia.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi I, Jilid III. Jakarta :
Media Aesculapius.
Doenges, Marilynn E. Nursing Care Plans: Guidelines For Planning And
Documenting Patient Care. Alih Bahasa I Made Kariasa. Ed.Jakarta :
EGC;
Hidayat, Alimul Aziz. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Ramadhani, Nurlaila. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Leukemia.
Salemba Medika: Jakarta
Robbins dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi 1. Jakarta : Buku Kedokteran.
Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk.
Ed. 8. Jakarta : EGC
Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta
Wilkinson, M. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasli NOC. EGC : Jakarta
Wiwik H. & Andi Sulistyo H., 2008, Pengertian Leukemia, EGC: Jakarta
Leukimia Page 25