Leukemia
-
Upload
novera-widiastuty -
Category
Documents
-
view
10 -
download
6
Transcript of Leukemia
LEUKEMIA
By : Ke lompok 3
2
Nama Anggota Kelompok
1. Bilklintono2. Ella Sasmita3. Etty Rosmalinda
Dewi4. Fitri Widianti5. Hermanto6. Jefri Adrianus7. Jonli8. Novera Widiastuty9. Rindang Tri Ayu10.Sumanto
3
Definisi Leukemia Menurut Handayani (2008;87) leukemia
merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang berlebihan dari sel darah putih. Leukemia juga bisa di definisikan sebagai keganasan sel darah akibat proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoietik.
Menurut Corwin (2009;430) bahwa leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum tulang, yang menyebabkan proliferasi salah satu sel darah putih dengan menyingkirkan jenis sel lain.
Etiologi 1. Faktor Genetik
Menyebabkan kelainan kromosom dan membuat sel lebih rawan mengalami abnormalitas genetik kemudian sel akan mengalami mutasi dan memicu pertumbuhan sel darah putih yang abnormal sehingga proliferasi mieloblast yang tidak terkontrol dan menyebabkan leukemia.
2. Sinar RadiokatifMerupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan leukemia. Angka kejadian leukemia mieloblastik akut (AML) dan leukemia granulositik kronis (LGK) jelas sekali meningkat sesudah sinar radioaktif. Akhir-akhir ini dibuktikan bahwa penderita yang diobati dengan sinar radioaktif akan menderita leukemia pada 6 % klien, dan baru terjadi sesudah 5 tahun.
3. Virus Sampai sekarang belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia pada manusia adalah virus. Meskipun demikian ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai penyebab leukimia, yaitu enzyme reverse transcriptase ditemukan dalam darah manusia.
4
5
Klasifikasi
Menurut Handayani (2008;89), leukemia dapat
diklasifikasikan menjadi :Leukemia Akut Kronis
Leukemia Mielositik Akut (LMA) Leukemia Limfositik Akut (LLA)
Leukemia Mielositik Kronis (LMK) Leukemia Limfositik Kronis (LMK)
6
Manifestasi KlinisMenurut Corwin (2009;431), leukimia akut memperlihatkan
gejala klinis yang mencolok. Leukimia kronis berkembang secara lambat dan mungkin hanya memperlihatkan sedikit gejala sampai stadium lanjut. Manifestasi klinis dari leukemia :
• Kepucatan dan rasa lelah akibat anemia
• Infeksi berulang akibat penurunan sel darah putih
• Perdarahan dan memar akibat trombositopenia dan gangguan koagulasi
• Nyeri tulang akibat pemupukan sel di sumsum tulang, yang menyebabkan peningkatan tekanan dan kematian sel. Tidak seperti nyeri yang semakin meningkat, nyeri tulang berhubungan dengan leukimia biasanya bersifat progresif.
• Penurunan berat badan karena berkurangnya nafsu makan dan peningkatan konsumsi kalori oleh sel-sel neoplastik
• Limfadenofati, splenomegali, dan hepatomegali akibat infiltrasi sel leukemik ke organ-organ limfoid dapat terjadi.
7
Patofisiologi • Menurut Smeltzer (2001) analisa sitogenik menghasilkan banyak
pengetahuan mengenai aberasi kromosom yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk translokasi, dua atau lebih kromosom mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.
• Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Penyusunan kembali kromosom (translokasi kromosom) mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan otak.
8
Komplikasi
Menurut (Smeltzer, 2001;955), komplikasi
leukemia meliputi.
Perdarahan dan infeksi,
Pembentukan batu ginjal,
Anemia
Masalah pada gastroentestinal
9
Pemeriksaan diagnostik
Menurut Handayani (2008;101), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan leukemia adalah :
1. Pemeriksaan darah lengkapMenunjukkan adanya penurunan hemoglobin, hematokrit, jumlah sel darah merah dan trombosit.
2. Aspirasi sumsum tulang dan biopsi memberikan data diagnostik definitif.
10
3. Asam urat serum meningkat karena
pelepasan oksipurin setelah keluar
masuknya sel-sel leukemia cepat dan
penggunaan obat sitotoksik.
4. Sinar X dada, untuk mengetahui luasnya
penyakit.
5. Profil kimia, EKG, dan kultur spesimen
untuk menyingkirkan masalah atau
penyakit lain yang timbul.
11
Penatalaksanaan Menurut Corwin (2009;432), penatalaksanaan pada
leukemia yaitu.1. Kemoterapi.2. Antibiotik untuk mencegah infeksi3. Transfusi sel darah merah dan trombosit untuk
mengatasi anemia dan mencegah perdarahan. 4. Pencangkokan sumsum tulang dapat berhasil
mengobati penyakit. Produk darah dan antibiotik spektrum luas diberikan selama prosedur transplantasi sumsum tulang untuk melawan dan mencegah infeksi
5. Imunoterapi, termasuk dengan interferon dan sitokin lain, digunakan untuk memperbaiki hasil.
12
6.Terapi untuk leukimia kronis mungkin lebih
konservatif.
7.Antosianin (zat kimia yang diketahui bersifat
antioksidan dan melindungi hati) yang diisolasi
dari tanaman hibicus sabdariffa tengah diteliti
sebagai agen kemopreventif dengan cara
menyebabkan apoptosis (mematikan sel kanker
pada sel leukimia promielositik manusia.
13
Asuhan Keperawatan
14
Pengkajian Riwayat penyakit• Keluhan utama
Pasien penderita leukemia biasanya mengeluhkan lemah, lesu, sakit kepala, pucat (anemia), nyeri pada tulang, dan kecenderungan terjadi perdarahan.
• Riwayat penyakit dahuluKaji apakah ada pengobatan kanker sebelumnya.
Jika pasien pernah menjalani kemoterapi sebelumnya kemungkinan dapat memicu terjadinya leukemia akibat rusaknya sel-sel darah putih.
• Riwayat penyakit keluargaAdanya anggota keluarga yang pernah mengalami
penyakit leukemia, atau adanya gangguan hematologi.• Riwayat psikososial dan spiritual
Umumnya pasien merasa takut, cemas dengan penyakit yang diderita, tampak bingung, merasa kehilangan kemampuan dan harapan, depresi, ada juga yang merasa penyakitnya karena Tuhan tidak adil terhadapnya (hubungan spiritualnya kurang baik).
15
Lanjutan ........Pola pemenuhan kebutuhan dasar• Nutrisi : Pasien mengalami penurunan nafsu
makan sehingga berat badan menurun dan sering muntah.
• Hygiene perseorangan : Pasien masih dapat melakukan hygiene secara mandiri, tetapi karena merasa sakit kegiatan tersebut dapat dibantu oleh orang lain.
• Eliminasi : Pasien sering mengalami diare, nyeri abdomen, kadang adanya darah pada urine akibat perdarahan. Jika ada perdarahan di lambung, maka fesesnya berwarna hitam.
• Aktivitas dan tidur : Saat beraktivitas pasien sering merasa cepat lelah, gelisah, dan kurang tidur.
16
Lanjutan ........Pemeriksaan fisik (head to toe)• Keadaan umum : Takikardia, bradipnea, suhu terkadang
meningkat, demam, menggigil.• Kepala dan rambut : Biasanya kulit kepala terkelupas dan merah,
rambut banyak rontok akibat kemoterapi.• Leher : Adanya pembesaran kelenjar limfe.• Mata : Konjungtiva pucat biasanya pada leukemia dengan tanda
gejala anemia, perdarahan retina, dan gangguan penglihatan.• Hidung : Ada epistaksis.• Mulut dan tenggorokan : Sering sariawan, mukosa bibir
kering/pucat, ada perdarahan pada gusi.• Toraks : Pasien dengan leukemia limfositik kronis ditemukan efusi
pleura, suara napas ronchi, frekuensi napas meningkat, dispnea.• Abdomen : Adanya hepatomegali, splenomegali, nyeri ulu hati
(jika ada perdarahan). • Ekstremitas : Adanya nyeri pada tulang dan sendi.• Integumen : Akral dingin, adanya petekie, ekimosis, purpura,
hematoma.• Neurologi : Pusing, sakit kepala, gelisah, penurunan kesadaran.• Anus : Adanya perdarahan.
17
Diagnosis keperawatan 1. Nyeri yang berhubungan dengan infiltrasi leukosit jaringan
sistemik.2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan perubahan proliferatife gastrointestinal dan efek toksik obat kemoterapi.
3. Kelemahan yang berhubungan dengan anemia.4. Aktual/risiko tinggi penurunan cairan hipovolemik dan syok
yang b/d pengeluaran cairan berlebih karena diare, muntah-muntah, perdarahan dan penurunan intake cairan.
5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan penurunan sumber energi peningkatan laju metabolik akibat produksi leukosit yang berlebihan, ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan.
6. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan.
7. Berduka yang berhubungan dengan kehilangan, kemungkinan terjadi karena perubahan peran fungsi.
18
Intervensi Keperawatan
1. Nyeri yang berhubungan dengan infiltrasi leukosit jaringan sistemik.Tujuan : Setelah tindakan keperawatan nyeri akan berkurang.Kriteria Evaluasi :.Secara subjektif klein menerima medikasi nyeri sesuai dengan yang diresepkan dan menunjukkan penurunan tanda-tanda fisik dan perilaku tentang nyeri. Secara objektif didapatkan TTV dalam batas normal, dan wajah rileks.
19
Intervensi Rasional
Kaji karakteristik nyeri: lokasi, kualitas,
frekuansi, dan durasi.
Memberikan dasar untuk mengkaji
perubahan pada tingkat nyeri dan
mengevaluasi intervensi.
Tenangkan klien bahwa anda mengetahui
nyeri yang dirasakan adalah nyata dan bahwa
anda akan membantu klien dalam
mengurangi nyeri tersebut.
Rasa takut bahwa nyerinya tidak dianggap
nyata dapat meningkatkan ansietas dan
mengurangi toleransi nyeri.
Kaji faktor lain yang menunjang nyeri,
keletihan, dan marah klien.
Memberikan data tentang factor-faktor yang
menurunkan kemampuan klien untuk
menoleransi nyeri dan meningkatkan tingkat
nyeri klien.
Berikan analgetik untuk meningkatkan
peredaraan nyeri optimal dalam batas resep
dokter.
Analgetik cenderung lebih efektif ketika
diberikan secara dini pada siklus nyeri.
Kaji respons perilaku klien terhadap nyeri dan
pengalaman nyeri.
Memberikan informasi tambahan tentang
nyeri klien.
Kolaborasikan dengan klien, dokter, dan tim
perawatan kesehatan lain ketika mengubah
penatalaksanaan nyeri diperlukan.
Metode baru pemberian analgetik harus dapat
diterima klien, dokter, dan tim perawatan
kesehatan lain agar dapat efektif, partisipasi
klien menurunkan rasa ketidakberdayaan
klien.
Berikan dukungan penggunaan strategi
pereda nyeri yang telah klien terapkan
dengan berhasil pada pengalaman nyeri
sebelumnya.
Memberikan dorongan strategi perdaraan
nyeri yang dapat diterima klien dan keluarga.
Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan
nyeri: distraksi, imajinasi, relaksasi, dan
stimulasi kutan.
Meningkatkan jumlah pilihan dan strategi
yang tersedia bagi klien.
20
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan efek toksik obat kemoterapi.Tujuan : Mengurangi mual muntah sebelum, selama, dan sesudah pemberian kemoterapi.Kriteria Evaluasi : Klien melaporkan penurunan mual dan muntah, menunjukkan turgor kulit normal dan membran mukosa yang lembab, melaporkan tidak adanya penurunan berat badan tambahan, mengomsumsi cairan dan makanan yang adekuat
21
Intervensi Rasional
Sesuaikan diet sebelum dan sesudah pemberian
obat sesuai dengan kesukaan dan toleransi klien.
Setiap klien berespons secara berbeda terhadap
makanan setelah kemoterapi, makanan kesukaan
dapat meredakan mual dan muntah klien.
Cegah pandangan, bau, dan bunyi-bunyi yang
tidak menyenangkan di lingkungan.
Sensasi tidak menyenangkan dapat menstimulasi
pusat mual dan muntah.
Gunakan distribusi, relaksasi, dan imajinasi
sebelum dan sesudah kemoterapi.
Menurunkan anisietas yang dapat menunjang mual
muntah.
Berikan antiematik, sedative, dan kortikosteroid
yang diresepkan.
Kombinasi terapi obat berupaya untuk mengurangi
mual muntah melalui control berbagai factor
pencetus.
Pastikan hidrasi cairan yang adekuat sebelum,
selama dan sesudah pemberian obat. Kaji intake
dan output cairan.
Volume cairan yang adekuat akan mengencerkan
kadar obat, menngurangi stimulasi reseptor
muntah.
Berikan dukungan kepada klien agar dapat
menjaga personal hygiene dengan baik.
Mengurangi rasa kecap yang tidak menyenangkan.
Berikan tindakan pereda nyeri jika diperlukan. Meningkatkan rasa nyaman akan meningkatkan
toleransi fisik terhadap gejala yang dirasakan.
22
3. Kelemahan yang berhubungan dengan
anemia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan terjadi
penurunan tingkat keletihan.
Kriteria Evaluasi : Pasien melaporkan dapat
tidur lebih baik, melaporkan penurunan tingkat
keletihan, energi yang adekuat untuk ikut serta
dalam aktivitas, mengonsumsi diet dengan
masukan protein dan kalori yang dianjurkan,
23
Intervensi Rasional
• Berikan dorongan untuk istirahat
beberapa periode selama siang hari.
Terutama sebelum dan sesudah latihan
fisik.
• Selama istirahat, energi hemat dan
tingkat energi dipengaruhi. Beberapa
kali periode istirahat singkat mungkin
lebih bermemfaat dibandingkan suatu
kali periode istirahat yang panjang.
• Tingkatkan jam tidur total pada malam
hari.
• Tidur membantu untuk memulihkan
tingkat energi
• Atur kembali jadwal setiap hari dan atur
aktivitas untuk menghemat pemakaian
energi.
• Pengatur kembali aktivitas dapat
mengurangi kehilangan energi dan
mengurangi stresor.
• Berikan masukan protein dan kalori
yang adekaut.
• Penipisan kalori dan protein
menurunkan toleransi aktivitas.
• Beriakn dorongan untuk teknik reaksi
imajenasi.
• Peningkatan relaksasi dan istirahat
psikologis dapat menurunkan keletihan
fisik.
• Kolaborasi pemberian produk darah
sesuai yang diresepkan.
• Penurunan hemeoglobin akan
mencetuskan klien pada keletihan
akibat penurunan keterbatasan
24
4. Aktual/risiko tinggi penurunan cairan hipopolemik dan syok yang b/d pengeluaran cairan berlebih karena diare, muntah-muntah, perdarahan dan penurunan intake cairan.Tujuan : dalam waktu 1x24 jam gangguan volume dan syok hipopolemi teratasi.KH : klien tidak mengeluh pusing, membran mukosa lembab, turgor kulit normal, TTV dalam batas normal, CRT kurang dari 3 detik, urin lebih dari 600ml/hari. Laboratorium : nilai Hematokrit dan protein serum meningkat, kreatin menurun.
25
INTERVENSI RASIONAL
Pantau status cairan (turgor kulit, membran mukosa dan
keluaran urin)
Jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan dari keadaan
status cairan.
Penurunan volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi
urin, pemantauan yang ketat pada produksi urin < 600
ml/hr merupakan tanda-tanda terjadinya syok
kardiogenik.
Kaji sumber-sumber kehilangan cairan Kehilangan cairan bisa berasal dari faktor ginjal dan diluar
ginjal. Penyakit yang mendasari terjadinya kekurangan volume
cairan juga ini harus diatasi. Perdarahan harus dikendalikan,
muntah dapat diatassi dengan obat-obata antiemetik dan diare
dengan antidiare.
Auskultasi TD, bandingkan kedua
Lengan, ukur dalam keadaan berbaring,
Duduk, atau, bila memungkinkan.
Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemik yang memberikan
manifestasi sudah terlibatnya sistem kardiovaskular untuk
melakukan kompensasi mempertahankan tekanan darah.
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi
Perifer, dan diaforesis secara teratur.
Mengetahui adanya pengaruh adanya peningkatan tahanan
perifer.
Timbang berat badan setiap hari. Sebagai ukuran keadekuatan volume cairan, intake yang lebih
besar dari output dapat diindikasi menjadi renal
obstruksi.
Pantau frekuensi jantung dan irama. Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukann
komplikasi.
Kolaborasi :
Pertahankan pemberian cairan scara intervena
Jalur yang paten penting untuk pemberian cairan cepat
dan memudahkan perawat dalam melakukan kontrol intake
dan output.
Pemberian kortikosteroid. Efek kortikorteroid yang menahan cairan dapat
menurunkan bertambahnya cairan yang keluar.
Monitor hasil pemeriksaan diagnostik:
platelet, Hb/Hct, dan bekuan darah.
Bila platelet <20.000/mm (akibat pengaruh sekunder obat
neoplastik), klien cenderung mengalami perdarahan.
Penurunan Hb?Hct berindikasi terhadap perdarahan.
26
5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan penurunan sumber energi peningkatan laju metabolik akibat produksi leukosit yang berlebihan, ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan.Tujuan : aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas.KH : klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat terutama mobilitasi di tempat tidur
27
INTERVENSI RASIONAL
Pantau status cairan (turgor kulit, membran mukosa dan keluaran urin) Jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan dari keadaan status cairan.
Penurunan volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urin,
pemantauan yang ketat pada produksi urin < 600 ml/hr merupakan tanda-
tanda terjadinya syok kardiogenik.
Kaji sumber-sumber kehilangan cairan. Kehilangan cairan bisa berasal dari faktor ginjal dan diluar ginjal. Penyakit
yang mendasari terjadinya kekurangan volume cairan juga ini harus diatasi.
Perdarahan harus dikendalikan, muntah dapat diatassi dengan obat-obata
antiemetik dan diare dengan antidiare.
Auskultasi TD, bandingkan kedua
Lengan, ukur dalam keadaan berbaring,
Duduk, atau, bila memungkinkan.
Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemik yang memberikan manifestasi sudah
terlibatnya sistem kardiovaskular untuk melakukan kompensasi
mempertahankan tekanan darah.
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi
Perifer, dan diaforesis secara teratur.
Mengetahui adanya pengaruh adanya peningkatan tahanan perifer.
Timbang berat badan setiap hari. Sebagai ukuran keadekuatan volume cairan, intake yang lebih besar dari
output dapat diindikasi menjadi renal obstruksi.
Pantau frekuensi jantung dan irama. Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukann komplikasi.
Kolaborasi :
Pertahankan pemberian cairan scara intervena
Jalur yang paten penting untuk pemberian cairan cepat dan memudahkan
perawat dalam melakukan kontrol intake dan output.
Pemberian kortikosteroid. Efek kortikorteroid yang menahan cairan dapat menurunkan
bertambahnya cairan yang keluar.
Monitor hasil pemeriksaan diagnostik:
platelet, Hb/Hct, dan bekuan darah.
Bila platelet <20.000/mm (akibat pengaruh sekunder obat neoplastik),
klien cenderung mengalami perdarahan. Penurunan Hb?Hct berindikasi
terhadap perdarahan.
28
6. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut
akan kematian, ancaman, atau perubahan
kesehatan.
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam kecemasan
klien berkurang.
KH : Klien menyatakan kecemasan berkurang,
mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi
penyebab dan faktor yang memengaruhinya,
kooperatif terhadap tindakan, wajah rileks.
29
Intervensi Rasional
Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan, dampingi klien
dan lakukan tindakan bila menunjukkan perilaku merusak.
Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa marah, dan gelisah.
Hindari konfrontasi. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama dan
mungkin memperlambat penyembuhan.
Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan.
Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.
Menguragi rangsangan eksternal yang tidak perlu.
Tingkatkan kontrol sensasi klien. Kontrol sensasi klien (dalam menurunkan ketakutan dengan cara
memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan pada
penghargaan terhadap sumber-sumberkoping pertahanan diri). Yang positif,
membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, serta memberikan
respons balik yang positif.
Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas
yang diharapkan.
Orientasi dapat menurunkan kecemasan.
Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
ansietasnya.
Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak
diekspresikan.
Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat. Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas,
dan perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih dan
melayani aktivitas serta pengalihan (misalnya membaca) akan menurunkan
perasaan terisolasi.
Kolaborasi: berikan anticemas sesuai indikasi.
Contohnya : diazepam
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.
30
7. Berduka yang berhubungan dengan kehilangan, kemungkinan terjadi karena perubahan peran fungsi.Tujuan : Klien mampu melewati proses berduka dengan sesuai. KH : Klien dan keluarga mendiskusikan kekhawatiran dan perasaan secara tebuka satu sama lain, klien dan keluarga mengunakan ekspresi nonverbal tentang kekhawatiran mereka terhadap satu sama lain, klien dan keluarga mengidenfikasi sumber-sumber yang tersedia untuk membantu strategi koping selama terbuka.
31
Intevensi Rasional
1. Bantu klien untuk mengunakan ketakutan. Kekhawatiran
dan pertayaan tentang penyakit, pengobatan, serta
implikasinya dan pengobatan.
1. Dasar pengetahuan yang akurat dan meningkat akan
mengurangi ansietas dan meluruskan miskonsepsi.
1. Berikan dukungan partipasi aktiv dari klien dan
keluarganya dalam keputusan perawatan dan pengobatan
1. pertipasi aktifakan mempertahankan kemandirian dan
kontrol emosi klien.
1. Berikan dukungan agar klien dapat membuang perasaan
negatif.
3 . hal ini memungkinkan untuk mengekspresikan emosional
tanpa kehilangan harga.
1. Libatkan waktuuntuk klien menangis dan
mengekspresikan kesedihannya.
4.perasaan ini diperlukan perasaan ini diperlukan untuk
terjadinya perpisahan dan kerengangan.
1. Libatkan petugas sesuai dengan yang diinginkan oleh
klien dan keluarga
5.Guna menispestasi proses terbuka dan perawatan spiritual
1. Sarankan konseling profesional sesuia yang
diindifikasikan bagi klien dan keluarganya untuk
menghilangkan proses berduka yang patologis
6.Hal ini menfasilitas proses berduka.
1. Ciptakan situasi yang memungkinkan untuk berlatih
melewati proses terbuka.
7.proses berduka beragam. Oleh karena itu, untuk
meyelesaikan proses berduka, keragaman ini harus
dibiarkan terjadi.
32
SEKIAN DAN TERIMA KASIH SEMOGA BERMANFAAT