Latar Belakang Jurnal FIks Banget
Transcript of Latar Belakang Jurnal FIks Banget
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai rangsangan baik secara fisik, kimiawi, psikologis, maupun
psikososial yang merupakan ancaman gangguan pada sistem homeostasis tubuh
dapat memicu response stres. Berbagai stressor dapat menimbulkan berbagai
respon spesifik yang khas untuk stressor tersebut, Jika tubuh bertemu dengan
stressor, tubuh akan mengaktifkan respon saraf dan hormon untuk melaksanakan
tindakan-tindakan pertahanan untuk mengatasi keadaan stress tersebut, Respon
terhadap hormon dikendalikan oleh hipotalamus, hipotalamus menerima masukan
mengenai stresor fisik dan psikologis dari hampir semua daerah di otak dan dari
banyak reseptor di seluruh tubuh. Sebagai respon hipotalamus secara langsung
akan mengaktifkan sistem saraf simpatis. Mengeluarkan CRH untuk merangsang
sekresi ACTH dan kortisol. (Hole. 1981, Sherwood. 1996) Kortisol merupakan
produk utama dari glukokortikoid, berperan dalam mengatur metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak, Kortisol mempunyai efek metabolik yaitu
meningkatkan konsentrasi glukosa darah dengan menggunakan simpanan protein
dan lemak. Peningkatan kortisol berbanding lurus dengan tingkat keadaan stress
seseorang, akibat dari peningkatan stress seseorang maka akan terjadi pula
peningkatan produksi kortisol oleh adrenal, peningkatan kortisol akibat stres ini
akan memperparah keadaan seseorang yang terkena Cushing sindrome, sekresi
kortisol berlebih merupakan penyebab sindrom cushing yang paling sering dan
ditandai oleh kadar ACTH plasma dan kortisol yang tinggi. Gejala kasus penyakit
cushing sindrome adalah adanya mobilisasi lemak dari bagaian bawah tubuh,
disertai dengan banyaknya penimbunan lemak tambahan didaerah toraks dan regio
abdomen atas, sehingga tubuh tampak seperti tubuh kerbau. Sebagai seorang
tenaga kesehatan, perawat sangat memegang peran didalam melakukan berbagai
tindakan medis kepada kliennya, berbagai Intervensi pun dapat dilakukan perawat
untuk mengatasi keadaan stress pada pasien yang mengalami cushing sindrome ,
hal ini sangat diperlukan sebab peningkatan kadar kortisol secara terus menerus
akibat strres pada seseorang yang mengalami cushing sindrome dapat
memperburuk keadannya, salah satu intervensi yang dapat dilakukan perawat
1
untuk memanagement stres adalah dengan melakukan terapi pijat, Terapi pijat
adalah salah satu intervensi yang telah mendapat perhatian dalam beberapa tahun
terakhir dengan melakukan terapi pijat selama lima belas menit setiap minggunya
maka akan dapat mengurangi frekuensi stress yang berdampak pada penurunan
kadar kortisol dalam tubuh,
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin mengetahui bagaimana
efektifitas terapi pijat terhadap penurunan frekuensi stres yang berdampak pula
pada penurunan kadar kortisol pada pasien cushing sindrom
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengaruh antara keadaan stres dengan peningkatan
kadar kortisol dalam tubuh ?
1.2.2 Bagaimana efektifitas terapi pijat terhadap penurunan frekuensi
stres dan kadar kortisol pada pasien cushing sindrom?
1.2.3 Bagaimana analisis implikasi keperawatan terhadap pemanfaatan
terapi pijat dalam mengurangi frekuensi stres pada pasien cushing
sindrome?
1.3 Tujuan
1.2.2.1 Mengidentifikasi pengaruh antara keadaan stres dengan
peningkatan kadar kortisol dalam tubuh
1.2.2.2 Mengidentifikasi efektifitas terapi pijat terhadap penurunan
frekuensi stres dan kadar kortisol pada pasien cushing sindrom
1.2.2.3 Mengidentifikasi implikasi keperawatan yang dapat ditimbulkan
terhadap penggunaan terapi pijat dalam mengurangi frekuensi stres
pada pasien cushing sindrom
1.4 Manfaat
1.4.1 Penulis
1.4.1.1 Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai pengaruh antara
keadaan stres dengan peningkatan kadar kortisol serta efektifitas
2
terapi pijat terhadap penurunan frekuensi stres pada pasien cushing
sindrom
1.4.1.2 Menambah kemampuan berpikir kritis dalam menanggapi
permasalahan kesehatan di masyarakat serta bagaimana cara
menanganinya
1.4.2 Bagi Pembaca
1.4.2.1 Pembaca dapat mengetahui pengaruh antara keadaan stres dengan
peningkatan kadar kortisol serta efektifitas terapi pijat terhadap
penurunan frekuensi stres pada pasien cushing sindrom
1.4.3 Institusi Pendidikan
1.4.3.1 Dapat dijadikan sumber pengetahuan untuk meneliti lebih lanjut
mengenai pengaruh antara keadaan stres dengan peningkatan kadar
kortisol serta efektifitas terapi pijat terhadap penurunan frekuensi
stres pada pasien cushing sindrom.
1.4.4 Dinas Kesehatan
1.4.4.1 Dapat menambah data mengenai mengenai pengaruh antara keadaan
stres dengan peningkatan kadar kortisol serta efektifitas terapi pijat
terhadap penurunan frekuensi stres pada pasien cushing sindrom
\
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Stres
Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan
tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres membutuhkan koping dan adaptasi.
Sindrom adaptasi umum atau teori Selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan
yang terjadi pada tubuh tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebut
positif atau negatif. Respons tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor
atau penyebab tertentu (Isaacs, 2004).
2.2 Definisi Terapi Pijat
Terapi pijat adalah memanipulasi jaringan lunak dan otot-otot menggunakan
tangan atau kaki yang ditujukan untuk menghilangkan ketegangan, nyeri, kejang,
stres, dan meningkatkan sirkulasi darah.
2.3 Hubungan Stres dan peningkatan kadar kortisol
Perubahan fisiologis stres dapat ditunjukkan dengan mengukur hasil jangka
panjang fisiologis simpatik rangsangan , seperti , peningkatan tekanan darah,
tingkat jantung dan sekresi kortisol ( Clow 2001) Stress mengacu pada respons
umum nonspesifik tubuh terhadap setiap faktor yang mengalahkan, atau akan
mengalahkan, kemampuan kompensantorik tubuh dalam mempertahankan
homeostasis, stress mengacu pada keadaan yang di induksi oleh stresor. Jenis-
jenis rangsangan pengganggu berikut ini menggambarkan beragamnya faktor
yang dapat menimbulkan respon stres daiantaranya adalah fisik (trauma
pembedahan, panas atau dingin hebat), kimia (penurunan pasokan O2,
ketidakseimbangan asam-basa), Fisiologis (olahraga berat, syok, pendarahan,
nyeri), psikologis atau emosi (rasa cemas, ketakutan, kesedihan), dan sosial
((konflik pribadi dan perubahan gaya hidup), semua jenis stres tersebut
merupakan perangsang kuat untuk sekresi kortisol. kadar kortisol yang tinggi juga
bisa menjadi konsekuensi dari paparan kronis terhadap stres sehari-hari. Hampir
semua jenis stres baik bersifat fisik atau neurogenik, menyebabkan peningkatan
4
sekresi ACTH dengan segera oleh kelenjar hipoisis anterior yeng diikuti dengan
peningkatan sekresi hormon adrenokortikal berupa kortisol dalam beberapa menit,
kunci dari pengaturan ini adalah eksitasi pada hipotalamus oleh berbagai tipe stres
yang berbeda. Rangsangan stres ini mengaktifkan seluruh sistem untuk
menyebabkan timbulnya pelepasan kortisol dengan cepat.
2.4 Definisi Cushing sindorme
Cushing Sindrome atau sindrom cushing adalah gangguan hormonal yang
disebabkan oleh paparan berkepanjangan akibat hormone kortisol yang tinggi.
Gangguan ini juga sering disebut dengan hypercortisolism. Sindrom cushing
relatif langka dan paling sering mempengaruhi orang dewasa berusia 20 tahun
sampai 50 tahun
(Sylvia, 2006).
2.5 Patofisiologi Cushing Sindrome
Sindrom cushing
dapat disebabkan oleh
beberapa mekanisme, yang
mencakup tumor kelenjar
hipofisis yang menghasilkan
ACTH dan menstimulasi
korteks adrenal untuk
meningkatkan sekresi
hormonnya meskipun
hormone tersebut telah
diproduksi dengan jumlah yang adekuat. Hyperplasia primer kelenjar adrenal
dalam keadaan tanpa adanya tumor hipofisis jarang terjadi. Pemberian
kortikosteroid atau ACTH dapat pula menimbulkan sindrom cushing. Penyebab
lain sindrom cushing yang jarang dijumpai adalah produksi ektopik ACTH oleh
malignitas yang paling sering ditemukan. Tanpa tergantung dari penyebabnya,
mekanisme umpan balik normal untuk mengendalikan fungsi korteks adrenal
menjadi tidak efektif dan pola sekresi diurnal kortisol yang normal akan
menghilang. Tanda dan gejala sindrom cushing terutama terjadi sebagai akibat
5
dari sekresi glukokortikoid dan androgen ( hormon seks ) yang berlebihan,
meskipun mineralkortikoid juga dapat berpengaruh. Sindrom cushing di akibatkan
sekresi kelebihan hormone adrenokortikoid, adrenokortikoid mensekresikan
hormone glukokortikoid, mineralokortikoid, dan adrenoandrogen. Contoh
glukokortikoid adalah kortisol .Tidak seperti aldosteron oleh zona glomerulosa,
yang terutama diatur oleh kalium dan angiotensin yang bekerja secara langsung
terhadap sel-sel adrenokortikal, ternyata hampir tidak ada rangsangan yang
mempunyai efek langsung terhadap sel-sel adrenal yang menyekresi kortisol,
sebaliknya, sekresi kortisol hampir seluruhnya diatur oleh ACTH yang disekresi
oleh kelenjar hipofisis anterior. Hampir semua jenis stres baik bersifat fisik atau
neurogenik, menyebabkan peningkatan sekresi ACTH dengan segera oleh kelenjar
hipoisis anterior yeng diikuti dengan peningkatan sekresi hormon adrenokortikal
berupa kortisol dalam beberapa menit, kunci dari pengaturan ini adalah eksitasi
pada hipotalamus oleh berbagai tipe stres yang berbeda. Rangsangan stres ini
mengaktifkan seluruh sistem untuk menyebabkan timbulnya pelepasan kortisol
dengan cepat, terdapat pula umpan balik langsung dari kortisol terhadap
hipotalamus dan kelenjar hipofisis anterior untuk menurunkan konsentrasi kortisol
dalam plasma sewaktu tubuh tidak mengalami stres. Akan tetapi, rangsangan stres
itu sebenarnya merupakan salah satu rangsangan terkuat, rangsangan ini selalu
dapat mematahkan umpan balik penghambat langsung dari kortisol, sehingga akan
menyebabkan timbulnya eksaserbsi periodik dari sekresi kortisol di berbagai
waktu selama satu hari atau pemanjangan sekresi kortisol dalam keadaan stres
kronik , Hipersekresi korteks adrenal akan menyebabkan timbulnya efek
hormonal kompleks yang beruntun , disebut sebagai sindrom cushing, sebagian
besar kelainan sindrom cushing dianggap karena jumlah kortisol yang abnormal,
sehingga dengan peningkatan kadar kortisol pada orang stres akan akan
memperparah keadaan pada pasien sindrom cushing sebab peningkata kortisol
terus menerus pada sindrom cushing akan menyebabkan gangguan metabolisme
karbohidrat, glukosa dan protein serta kortisol yang berlebihan selama waktu yang
lama akibat stress menahun dapat mengacaukan regulasi sistem-imun. Misalnya,
rasio jumlah sel T-helper dan T-supresor bisa berubah shingga dapat mencetuskan
suatu penyakit auto-imun
6
2.6 Manfaat terapi pijat terhadap penurunan kadar kortisol pada pasien
cushing sindrom
Manfaat pijatan dan sentuhan untuk menghilangkan stres sudah banyak diteliti
para ahli. Salah satunya studi yang dilakukan tim dari University of Miami yang
diikuti 37 pasien kanker payudara yang mendapatkan terapi pijat atau relaksasi
otot selama lima minggu. Para responden yang berada dalam kelompok terapi
pijat mengatakan mereka merasa lebih berenergi, berkurang stresnya serta rasa
amarahnya.hal ini diakibatkan ketika di pijat dengan relaksasi yang maksimal,
aktifitas mental akan
diperbarui, otot-otot lebih
lemas, dan kecemasan serta
stres akan berkurang,
peingkatan stres ini tentunya
akan meningkatkan kadar
kortisol dalam tubuh sebab
studi sebelumnya telah
mengukur kortisol sebagai
indikator stres( Heinrichs et al
2003; Deane et al, 2002 ) . peneliti lain menduga bahwa kortisol adalah sebagai
salah satu ukuran stres dan hal tersebut akan menjadi parameter yang berguna
untuk digunakan sebagai ukuran hasil dalam studi intervensi ( Hernadez – Reif et
al 2000; Field et al 1996; Field et al 1991) Sumbu Hipotalamus - hipofisis -
adrenal ( HPA ) mengaktifkan respon terhadap stres . kenaikan di tingkat stres dan
kecemasan dalam jangka panjang dapat mempengaruhi fungsi sumbu ini dan
menyebabkan peningkatan kadar kortisol dalam darah ( Kudielka et al , 2004 ) .
kortisol adalah sebuah glukokortikoid yang sangat fungsional dalam metabolisme
glukosa , lemak , dan protein . Kortisol yang juga disebut sebagai hormon stres
merupakan penentu dalam situasi stres
( Koelsch dkk . , 2011) . Cushing sindrom adalah penyakit yang diakibatkan oleh
paparan berkepanjangan hormone kotisol yang tinggi , akibat stres yang terjadi
pada penderita cushing sindrom, yang mana stres ini akan meningktkan kortisol,
hal ini akan memperparah keadaan penderita cushing sindrome khususnya pada
7
Terapi Pijat
Penurunan Kortisol
berbagai gangguan fungsional dalam tubuh. Bila masalah stres tersebut tidak
terpecahkan pada pasien cushing sindrom maka akhirnya akan dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan otot, saraf dan penurunan fungsi sistem-
imun, sedangkan kadar glukosa dan tekanan darah meningkat. Sel-sel otak
bereaksi kuat terhadap kortisol, khususnya bagian otak di mana terletak fungsi
ingatan (hippocampus), di mana terdapat banyak reseptor kortisol dan dapat
dianggap sebagai termostat untuk kortisol. Kelebihan kortisol mengakibatkan
perubahan ekspresi dari gen-gen tertentu yang penting bagi sistem ketahanan.
Oleh karenanya, penderita lebih mudah dihinggapi suatu gangguan psikosomatis.
Misalnya hipertensi. Oleh karenanya penggunaan terapi pijat sangat efektif bagi
penderita cushing sindrom untuk membuatnya menjadi lebih rileks dan diikuti
dengan penurunan kadar kortisol dalam tubuh pula, sehingga berbagai jenis
penyakit penyerta yang diakibatkan akibat hiperkortisol dapat ditekan pada pasien
cushing sindrom.
8
BAB III
PEMBAHASAN
PPICOT
Problem : pengaruh antara keadaan stres dengan peningkatan kadar kortisol serta
efektifitas terapi pijat terhadap penurunan frekuensi stres
Population : 60 orang
Populasi ini dibagi atas dua kelompok yang masing-masing terdiri atas
30 orang , satu kelompok digunakan sebagai kelompok kontrol yang
tidak mendapatkan terapi pijat dan satu kelompok lagi sebagai
kelompok intervensi mendapatkan terapi pijat, Kelompok kontrol
tidak menerima intervensi aktif dan diminta untuk melanjutkan
pekerjaan mereka , istirahat ,makan dan gaya hidup seperti biasa.
Sedangkan Kelompok intervensi diberikan terapi pijat menggunakan
minyak biji anggur sebagai pelumas kulit. pijat itu didasarkan pada
teknik pijat Swedia
( Fritz 2000) .
Intervention : Pemberian terapi Pijat terhadap penurunan frekuensi stres dan
kortisol
Terdapat dua kelompok utama disini yaitu keompok kontrol dan
kelompok intervensi, Kelompok intervensi diberikan terapi pijat
menggunakan minyak biji anggur sebagai pelumas kulit. pijat itu
didasarkan pada teknik pijat Swedia ( Fritz 2000) . Sedangkan
kelompok kontrol tidak . Dua peserta kontrol berhenti mengikuti
studi penelitian ini pada satu minggu akhir. Akibatnya, 28 peserta
yang tersisa untuk mengambil bagian dalam pengumpulan data
kelompok kontrol sementara 30 peserta ambil bagian dalam
kelompok intervensi . Dari 58 peserta yang tersisa , 48 ( 83 % )
menyelesaikan semua data yang diperlukan pada setiap titik waktu
yakni satu , tiga dan lima minggu dari penelitian. Semua peserta
diminta untuk memasok spesimen urin pertama di minggu pagi
9
pertama , ketiga dan kelima . kortisol urin rata-rata pada sampel
kontrol dan intervensi berada di sekitar 6,0 dan tetap cukup konstan
sepanjang waktu . ini menunjukkan Tidak adanya perbedaan
statistik yang signifikan baik pada pemberian terapi pijat ataupun
tidak ada perlakuan pijat sama sekali pada seseoang, hal ini
disebabkan pada kelompok kontrol ataupun intervensi tidak
memiliki masalah peningkatan stres yang signifikan serta semua
kelompok memiliki kadar kortisol uin yang normal, sehingga tidak
mungkin intervensi terapi pijat akan semakin menurunkan kadar
kortisol kelompok tersebut karena kadar kortisolnya masih berada
dalam tahap normal , ini menjadi salah satu masalah dalam
penelitian jurnal ini karena tidak adanya perbedaan penyakit
ataupun stresor yang besar diantara kedua kelompok , hal ini sangat
bertolak belakang dari teori-teori yang ada, dimana bebrapa teori
menyatakan bahwa terapi pijat dapat membuat otot-otot menjadi
lebih lemas, dan kecemasan serta stres akan berkurang, sehingga
secara otomatis kadar kortisol dalam tubuh pun akan berkurang
sebab beberapa para peneliti- peneliti lain menduga bahwa
peningkatan kortisol adalah salah satu sebagai
indikator stres seseorang ( Heinrichs et al 2003; Deane et al, 2002 )
Compharism : Pemberian terapi pijat pada kelompok intervensi dan tanpa
perlakuan pada kelompok kontrol
Pada pemberian terapi pijat pada kelompok intervensi pada satu
minggu pertama rata-rata kadar kortisol urinnya adalah 6.5
sedangkan pada kelompok kontrol pada minggu pertama kadar
kortisol urinnya adalah 6.0, pada minggu ke 5 kadar kortisol urin
pada kelompok intervensi terjadi penurunan namuan tidak
signifikan yakni 6.0 , sedangkan pada kelompok kontrol terjadi
peningkatan kadar kortisol urin juga yakni 7.0, sehingga rata-rata
antara kelompok intervensi dan kontrol hampir sama yakni 6.0 ,
ini menunjukkan bahwa tidak adanya perubahan yang signifikan
10
pada kelompok yang menerima terapi pijat maupun tidak, hal ini
disebabkan kadar kortisol kedua kelompok masih dalam tahap
normal dan masih berada dalam kondisi yang sehat sehingga tidak
mungkin intervensi terapi pijat akan semakin menurunkan kadar
kortisol kedua kelompok tersebut yang mana masih berada dalam
tahap normal, sehingga perlu adanya perbedaan kondisi ataupun
penyakit antar satu kelompok satu dan kelompok lain untuk
memperbaiki penelitian ini, hal ini didukung pula oleh jurnal
pendukung yang berjudul “the effect of music on the level of
cortisol, blood glucose and physiological variables in patients
undergoing spinal anesthesia” yang menyatakan bahwa dengan
menggunakan terapi musik yang dapat merelaksasi seseorng
sehingga stres yang ada dapat ditekan dan kadar kortisol dalam
tubuhnya pun dapat berkurang, namun intervensi ini sudah dapat
mengurangi kadar kortisol seseorang karena berhubungan dengan
tingkat kecemsan, stres dan penyakit yang dialami
Outcome : Penurunan frekuensi atau tingkat stres dan kortisol setelah melakukan
terapi pijat
Pada penelitian ini tidak ada perubahan signifikan yang terjadi dengan
pengurangan tingkat stres hal ini dapat diukur dari kortisol urin kedua
kelompok, kedua kelompok memiliki rata-rata kortisol urin berkisar
antara 6.0 shingga tidak ada perubahan signifikan terhadap pemberian
terapi pijat, hal ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya
adalah kondisi kedua kelompok masih dalam keadaan normal
sehingga pemberian intervensi tidak akan efektif menunjukkan
perubahan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. hal ini
sangat berbeda dari teori-teori yang telah ada, beberapa teori
menyebutkan bahwa terapi pijat dapat membuat orang menjadi lebih
relaksasi dan tingkat stres akan berkurang, sehingga akan terjadi
penurunan kadar kortisol dalam tubuh sebab kortisol merupakan salah
satu ukuran stres dan hal tersebut akan menjadi parameter yang
11
berguna untuk digunakan sebagai ukuran hasil dalam studi intervensi (
Hernadez – Reif et al 2000; Field et al 1996; Field et al 1991)
Time : 5 minggu
12
3.1 Pengaruh antara keadaan stres dengan peningkatan kadar kortisol dalam
tubuh
Stres merupakan stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan
menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang, selain itu perubahan
fisiologis pada stres dapat ditunjukkan dengan mengukur hasil jangka panjang
fisiologis simpatik rangsangan, seperti , peningkatan tekanan darah, tingkat
jantung dan sekresi kortisol. Peningkatan kortisol merupakan salah satu indikator
stres dengan kata lain dapat dikatakan bahwa stres tersebut merupakan perangsang
kuat untuk sekresi kortisol. kadar kortisol yang tinggi juga bisa menjadi
konsekuensi dari paparan kronis terhadap stres sehari-hari. Hampir semua jenis
stres baik bersifat fisik atau neurogenik, menyebabkan peningkatan sekresi ACTH
dengan segera oleh kelenjar hipoisis anterior yeng diikuti dengan peningkatan
sekresi hormon adrenokortikal berupa kortisol dalam beberapa menit, kunci dari
pengaturan ini adalah eksitasi pada hipotalamus oleh berbagai tipe stres yang
berbeda. Rangsangan stres ini mengaktifkan seluruh sistem untuk menyebabkan
timbulnya pelepasan kortisol dengan cepat.Namun dari jurnal yang diperoleh
tidak ada perubahan yang signifikan dari kadar kortisol dalam tubuh antara
kelompok kontrol dan kelompok intervensi sebab kadar kortisol kedua kelompok
masih normal sebelum dilakukan intervensi sehingga tidak mungkin
menurunkannya lagi selain itu kondisi tubuh pasien masih sehat sehingga tidak
ada perbedaan stresor antara satu kelompok dengan kelompok lain
3.2 Efektifitas terapi pijat terhadap penurunan frekuensi stres dan kadar
kortisol pada pasien cushing sindrom
Terapi pijat adalah suatu teknik dengan memanipulasi jaringan lunak dan otot-
otot menggunakan tangan atau kaki yang ditujukan untuk menghilangkan
ketegangan, nyeri, kejang, stres, dan meningkatkan sirkulasi darah, cushing
sindrom merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya tumor kelenjar
hipofisis ataupun karena paparan berkepanjangan akibat hormon kortisol dalam
tubuh , penyakit cushing sindrom sendiri merupakan salah satu penyakit yang bisa
menjadi lebih parah apabila pendritanya mengalami stres, hal ini disebabkan
karena stres tersebut akan merangsang keluarnya kortisol , sehingga stres
13
terkadang disebut sebagai indikator dalam pembentukan kortisol. Sumbu
Hipotalamus - hipofisis - adrenal ( HPA ) mengaktifkan respon terhadap stres .
kenaikan di tingkat stres dan kecemasan dalam jangka panjang dapat
mempengaruhi fungsi sumbu ini dan menyebabkan peningkatan kadar kortisol
dalam darah ( Kudielka et al , 2004 ) . kortisol adalah sebuah glukokortikoid yang
sangat fungsional dalam metabolisme glukosa , lemak , dan protein . Kortisol
yang juga disebut sebagai hormon stres merupakan penentu dalam situasi stres
( Koelsch dkk . , 2011) . akibat stres yang terjadi pada penderita cushing sindrom,
hal ini akan meningktkan kortisol penderta cushing sindrom dan akan
memperparah keadaannya khususnya pada berbagai gangguan yang terkait dengan
sistem fungsional dalam tubuh. Bila masalah stres tersebut tidak terpecahkan pada
pasien cushing sindrom maka akhirnya akan dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan otot, saraf dan penurunan fungsi sistem-imun, sedangkan kadar glukosa
dan tekanan darah meningkat. Sel-sel otak bereaksi kuat terhadap kortisol,
khususnya bagian otak di mana terletak fungsi ingatan (hippocampus), di mana
terdapat banyak reseptor kortisol dan dapat dianggap sebagai termostat untuk
kortisol. Kelebihan kortisol mengakibatkan perubahan ekspresi dari gen-gen
tertentu yang penting bagi sistem ketahanan. Oleh karenanya, penderita lebih
mudah dihinggapi suatu gangguan psikosomatis. Misalnya hipertensi. Oleh sebab
itu penggunaan terapi pijat sangat efektif bagi penderita cushing sindrom untuk
membuatnya menjadi lebih rileks dan diikuti dengan penurunan kadar kortisol
dalam tubuh pula, sehingga berbagai jenis penyakit penyerta yang diakibatkan
akibat hiperkortisol dapat ditekan pada pasien cushing sindrom.
3.3 implikasi keperawatan yang dapat ditimbulkan terhadap pemanfaatan
terapi pijat dalam mengurangi frekuensi stres pada pasien cushing
sindrom
Adapun beberapa peran perawat terkait dengan pemanfaatan mobilisasi dini
pada pasien pasca operasi, antara lain :
advokator
Peran ini dilakukan oleh perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan
14
atau Informasi lain khususnya seperti informasi pentingnya terapi pijat
dalam mengurangi frekuensi stres pada pasien cushing sindrom
Pelaksana Pelayanan Keperawatan
Memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang mengalami
permaslahan dengan keadaan stres pada cushing sindrom berupa asuhan
keperawatan yg komprehensif meliputi pemberian asuhan pencegahan
hingga penatalaksanaan. Dalam intervensi keperawatan, perawat dapat
memberikan terapi pijat untuk mengurangi tingkat stres pada pasien
cushing sindrom.
Fasilitator
Perawat bisa membantu pasien dan keluarga dalam memecahkan masalah
dan tempat untuk bertanya apabila ada yang ingin mengetahui
pemanfaatan terapi pijat dalam mengatasi stres pada pasien cushing
sindrom
Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan. Perawat bisa memberikn informasi tentang
bagaimana cara alterative untuk mengatasi stres pada pasien cushing
sindrom dengan melakukan terapi pijat, Karena masih banyak masyarakat
yang belum mengetahui bahwa terapi pijat dapat mengatasi stres pada
pasien yang mengalami cushing sindrom sehingga kompikasi lanjutan
daari penyakit ini dapat di netralisir
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan antara
lain:
4.1.1 Stres berpengaruh terhadap peningkatan kadar kortisol dalam tubuh, semua
jenis stres baik bersifat fisik atau neurogenik, menyebabkan peningkatan sekresi
ACTH dengan segera oleh kelenjar hipoisis anterior yeng diikuti dengan
peningkatan sekresi hormon adrenokortikal berupa kortisol dalam beberapa menit,
Namun dari jurnal yang diperoleh tidak ada perubahan yang signifikan dari kadar
kortisol dalam tubuh antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi sebab
kadar kortisol kedua kelompok masih normal sebelum dilakukan intervensi
sehingga tidak mungkin menurunkannya lagi selain itu kondisi tubuh pasien
masih sehat sehingga tidak ada perbedaan stresor antara satu kelompok dengan
kelompok lain
4.1.2 terapi pijat sangat berpengaruh terhadap penurunan frekuensi stres dan
kadar kortisol pada pasien cushing sindrom, hal ini disebabkan terapi pijat dapat
memanipulasi jaringan lunak dan otot-otot untuk menghilangkan ketegangan,
nyeri, kejang, stres, oleh karena penurunan tingkat stres seseorang tersebut maka
kortisol yang digunakan sebagai indikator dari stres tersebut dapat sedikit
berkurang sehingga penggunaan terapi pijat sangat efektif bagi penderita cushing
sindrom untuk membuatnya menjadi lebih rileks dan diikuti dengan penurunan
kadar kortisol dalam tubuh pula, sehingga berbagai jenis penyakit penyerta yang
diakibatkan akibat hiperkortisol dapat ditekan pada pasien cushing sindrom.
4.1.3 Implikasi keperawatan terkait efektifitas terapi pijat terhadap penurunan
frekuensi stres dan kadar kortisol pada pasien cushing sindrom diantaranya dari
segi pelaksana pelayanan keperawatan, educator, advocator, dan fasilitator
16
4.2 Saran
4.42.1 Perlu lebih dikembangkan lagi usaha intervensi keperawatan didalam
meneliti serta menginformasikan kepada masyarakat menegenai efektifitas terapi
pijat terhadap penurunan frekuensi stres dan kadar kortisol pada pasien cushing
sindrom
17
DAFTAR PUSTAKA
18