Dendeng fiks

30
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING DENDENG (Bos taurus) Oleh Nama : Pika Apriyance NRP : 113020094 Kelompok : E Meja : 4 (Empat) Tanggal Percobaan : 22 Mei 2014 Assisten : Mugni Srinovia

description

Teknologi pengolahan pangan

Transcript of Dendeng fiks

Page 1: Dendeng fiks

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGANTEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING

DENDENG(Bos taurus)

OlehNama : Pika ApriyanceNRP : 113020094Kelompok : EMeja : 4 (Empat)Tanggal Percobaan : 22 Mei 2014Assisten : Mugni Srinovia

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG2014

Page 2: Dendeng fiks

I PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan,

(2) Tujuan Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan.

1.1. Latar Belakang

Daging menurut SNI-01-3947-1995 adalah urat daging yang melekat pada

kerangka kecuali urat daging dari bagian bibir, hidung dan telinga yang berasal

dari hewan sehat pada saat dipotong (Dewan Standarisasi Nasional, 1995). Daging

didefinisikan sebagai daging mentah atau flesh dari hewan yang digunakan

sebagai makanan. Buckle et al. (1987) menyatakan bahwa daging merupakan

bahan pangan yang mudah rusak oleh mikroorganisme karena ketersediaan gizi di

dalamnya yang sangat mendukung untuk pertumbuhan mikroorganisme, terutama

mikroba perusak. Menurut Elveira (1988), daging sapi yang biasa digunakan

untuk membuat bakso adalah daging penutup (top side), gandik (silver side), dan

lemusir (cube roll). Penggunaan daging gandik menyebabkan bakso mempunyai

kadar protein, daya iris (shear WB), kecerahan dan kemerahan tertinggi, serta

kadar lemak terendah (Indarmono, 1987).

Dendeng adalah daging yang dipotong tipis menjadi serpihan yang

lemaknya dipangkas, dibumbui dengan saus asam, asin atau manis dengan

dikeringkan dengan api kecil atau diasinkan dan dijemur. Hasilnya adalah daging

yang asin dan setengah manis dan tidak perlu disimpan di lemari es. Dendeng

adalah contoh makanan yang diawetkan (Anonim, 2014).

Page 3: Dendeng fiks

Dendeng merupakan salah satu cara pengawetan daging secara tradisional

yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Dendeng diolah dengan

menambahkan bumbu berupa rempah-rempah dan dikeringkan baik menggunakan

bantuan sinar matahari ataupun dengan oven. Dendeng biasanya disajikan dengan

cara digoreng dan biasanya ditambahkan bumbu lainnya untuk meningkatkan

citarasa dari dendeng tersebut (Nursiam, 2010).

Dendeng adalah produk tradisional ,dan belum mempunyai standarisasi

yang jelas sehingga mem-punyai sifat dan ciri tersendiri dalam pembuatannya dan

tergantung kebiasaan daerah masing-masing.Pada prinsipnya,pembuatan dendeng

ini kita melakukan pengirisan terhadap daging setebal lebih kurang 2

mm,kemudian diberi bumbu dan dikeringkan (Akiko, 2011).

1.2. Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan pembuatan dendeng adalah untuk diversifikasi produk

olahan ikan, untuk menambah nilai ekonomis dari produk dan untuk mengetahui

proses pembuatan dendeng.

1.3. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan pembuatan dendeng adalah berdasarkan pengolahan dan

pengawetan dengan cara pengeringan dan penambahan bumbu sehingga

mempunyai rasa yang khas dan tekstur yang empuk.

Page 4: Dendeng fiks

II BAHAN, ALAT, DAN METODE PERCOBAAN

Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Bahan Percobaan yang

Digunakan, (2) Alat Percobaan yang Digunakan, dan (3) Metode Percobaan.

2.1. Bahan Percobaan yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan untuk proses pengolahan dendeng ini adalah

daging sapi, gula merah, lada, ketumbar, lengkuas, air asam jawa, bawang merah

dan garam.

2.2. Alat Percobaan yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah timbangan, food

processor, tray, piring, spatula, sendok, rolling pin dan Tunnel Dryer.

2.3. Metode Percobaan

Gambar 1. Alur Proses Pengolahan Dendeng

Daging sapi Penghancuran Pencampuran Pencetakan

PengeringanDendeng

Page 5: Dendeng fiks

Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan Dendeng

Page 6: Dendeng fiks

III HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas mengenai : (1) Hasil Percobaan dan (2) Pembahasan.

3.1. Hasil Percobaan

Berdasarkan pengamatan terhadap pembuatan dendeng yang telah dilakukan

maka diperoleh hasil pengamatan yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Hasil Pengamatan Dendeng

No. Analisa Hasil Pengamatan1. Nama Produk Dendeng 2. Basis 200 gram3. Bahan Utama Daging sapi

4. Bahan TambahanGula merah, lada, ketumbar, lengkuas parut, air asam jawa, bawang merah, garam

5. Berat Produk 129 gram

6. % Produk 64,5 %

7.

Sifat Organoleptik7.1. Warna7.2. Rasa7.3. Aroma7.4. Tekstur7.5. Kenampakan

Coklat Manis khas daging sapiKhas daging sapi Kering lembutMenarik

8. Gambar Produk

(Sumber : Kelompok E, Meja 4, 2014).

Page 7: Dendeng fiks

3.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa hasil pengolahan

dendeng dengan basis 200 gram didapatkan berat produk 129 gram, %produk

sebesar 64,5 %, dan secara organoleptik memiliki warna coklat, aroma khas

daging sapi, rasa manis khas daging sapi, tekstur kering lembek, dan memiliki

kenampakan yang menarik.

Menurut SNI 01-2908-1992 (Badan Standarisasi Nasioanal, 1992), dendeng

merupakan produk makanan berbentuk lempengan yang terbuat dari irisan atau

gilingan daging segar yang telah diberi bumbu dan dikeringkan. Dendeng

memiliki cita rasa yang khas, yaitu manis agak asam dan warna yang gelap akibat

kadar gulanya yang cukup tinggi. Kombinasi gula, garam, dan bumbu-bumbu

menimbulkan bau khas pada produk akhir (Purnomo, 1996). Dendeng dapat

dikategorikan sebagai bahan pangan semi basah karena dendeng memiliki kadar

air yang berada dalam kisaran kadar air bahan pangan semi basah, yaitu 25%.

Bahan pangan semi basah merupakan campuran suatu bahan pangan ang pada

umumnya ditambah dengan bahan pengikat air yang dapat menurunkan daya ikat

air produk, sehngga pertumbuhan mikroorganisme terhambat (Purnomo, 1996).

Bahan pangan semi basah memiliki aktivitas air antar 0,6 sampai 0,91

(Salguero et al, 1994). Purnomo (1996) mengemukakan, ditinjau dari cara

pembuatanya, dendeng dikelompokan menjadi dendeng iris (slicer) dan giling.

Komposisi bahan yang digunakan dalam pembuatan dendeng alah daging, gula

merah (30%), garam (5%), ketumbar (2%),  bawang putih (2%), sendawa (0,2%),

Page 8: Dendeng fiks

lengkuas (1%), dan jinten (1%) (Hadiwiyoto, 1994). Selama pembuatan dan

pengeringan akan terjadi pula pembentukan komponen-komponen citarasa, yang

akan menambah rasa dan aroma dendeng menjadi lebih sedap (Nursiam, 2010).

Berdasarkan pembuatannya, dendeng dapat dikelompokkan atas 3, yaitu

dendeng basah, dendeng kering, dan dendeng giling. Dari segi rasa dendeng ada

yang mempunyai rasa manis dan tawar. Untuk memperbaiki tekstur dan warna

sebaiknya dilakukan curing terhadap daging terlebih dahulu sebelum diiris, serta

penambahan benzoat sebagai pengawet. Penambahan benzoat dilakukan untuk

mencegah pertumbuhan kapang, dan dilakukan bila dendeng akan disimpan dalam

waktu yang lama. Dalam pembuatan dendeng ini kita melakukan penambahan

bumbu-bumbu untuk meningkatkan cita rasa dan anti mikroba bertujuan

pengempukan daging dengan cara menggunakan papain. Untuk dendeng giling

ditambahkan enzim omelin biasa digunakan untuk mengempukkan daging, supaya

kita makan terasa enak dan mudah dikonsumsi secara baik (Akiko, 2011).

Dendeng dapat dibuat dengan dua cara, yaitu dendeng sayat dan dendeng

giling. Dendeng sayat menggunakan bahan utama daging yang disayat atau diiris

tipis, sedangkan dendeng giling menggunakan bahan utama daging yang digiling

terlebih dahulu (Yuri, 2012).

Proses pembuatan dendeng sapi ini dilakukan dengan melalui beberapa

tahapan proses. Proses yang pertama yaitu daging sapi yang telah disiapkan

dilakukan pemisahan daging dari bagian tulang dan kulit sehingga diperoleh

daging sapi utuh. Setelah proses pemisahan kemudian daging sapi dicuci untuk

Page 9: Dendeng fiks

menghilangkan sisa-sisa kotoran atau kontaminan yang mungkin terbawa saat

proses pemisahan berlangsung. Lalu daging sapi dimasukan ke dalam food

processor untuk dihancurkan, proses ini bertujuan untuk mendapatkan daging sapi

yang halus agar mempermudah dalam proses pencampuran bumbu. Bumbu yang

ditambahkan pada dendeng sapi ini adalah gula merah, bawang merah, garam,

ketumbar, lengkuas, air asam jawa dan lada. Bumbu-bumbu tersebut dihaluskan

hingga menjadi bumbu halus kemudian dimasukan dimasukan ke dalam food

processor.

Setelah pencampuran, dilakukan proses pencetakan dengan tebal sebesar

3 mm, biasanya proses pencetakan ini menggunakan alat bantuan seperti

penggiling untuk lebih meratakan tipisnya daging sapi, dan daging sapi diletakan

diatas tray yang sebelumnya telah diberi plastik terlebih dahulu. Kemudian

setelah dicetak dimasukan kedalam alat pengering pada temperatur 70ºC dengan

waktu selama 4 sampai 6 jam.

Penambahan garam berfungsi sebagai pengawet karena dalam jumlah yang

cukup, garam dapat menyebabkan autolysis dan pembusukan serta plasmolisis

pada mikroba. Garam meresap kedalam jaringan daging sampai tercepai

keseimbangan tekanan osmosis antara bagian dalam dan luar daging. Selain

sebagai penghambat bakteri, garam juga dapat merangsang cita dan penambahan

rasa enak pada produk.

Penambahan gula merah berfungsi untuk memodifikasi rasa, memperbaiki

aroma, warna dan tekstur produk (Bailey, 1998). Penambahan gula merah pada

Page 10: Dendeng fiks

abon membuat flavor abon yang khas dan disukai banyak konsumen karena rasa

manisnya. Selain itu, gula merah juga dapat menghambat pertumbuhan mikroba.

Kadar gula yang tinggi, yaitu pada konsentrasi 30-40% akan menyebabkan air

dalam sel bakteri, ragi, dan kapang akan keluar menembus membrane dan

mengalir ke larutan gula, yang disebut osmosis dan mentebabkan sel mikroba

mengalami plasmolisis dan pertumbuhannya akan terhambat.

Bawang ptuih dapat digunakan sebagai bahan pengawet karena bersifat

bakteriostatik yang disebabkan oleh adanya zat aktif alicinyang sangat efektif

terhadap bakteri, selain itu bawang putih mengandung scordinin, yaitu senyawa

komplek thioglisidin yang bersifat antioksidan.

Bawang merah digunakan untuk bahan bumbu dapur dan sebagai penyedap

rasa dalam masakan. Selain itu bawang merah juga dapat digunakan sebagai obat

tradisional karena memiliki efek antiseptik dari senyawa ailin. Senyawa tersebut

diubah menjadai asam piruvat, ammonia, dan alicin antimikroba yang bersifat

bakterisida.

Ketumbar adalah rempah-rempah kering berbentuk bualat dan berwaarna

kuning kecoklatan, memiliki rasa gurih dan manis, berbau harum, dan dapat

membangkitkan kesan sedap di mulut (Farrell, 1990). Ketumbar memiliki aroma

rempah-rempah dan terasa pedas. Minyak dari biji ketumbar terutama

mengandung d-linalol, stironelol, bermacam-macam ester, keton, dan aldehida.

Jahe memiliki aroma yang harum dan rasa yang pedas. Rimpang  jahe

mengandung minyak atsiri yang menimbulkan aroma khas jahe,

Page 11: Dendeng fiks

diantaranya zingberene, curcumine, philandren, dan sebagainya. Jahe juga

mengandung gingerols dan shogaols yang menimbulkan rasa pedas (Muchtadi

dan Sugiyono, 1992). Jahe mampu menutupi bau beberapa flavor dan memberikan

kesegaran terhadap bahan pangan.

Lengkuas memiliki dua warna, yaitu putih dan merah, dan dua ukuran, yaitu

kecil dan besar. Lengkuas mengandung beberapa minyak atsiri,

diantaranya kamfer, galang, galangol, philandren, dan mungkin juga curcumin.

Minyak atsiri tersebut menghasilkan aroma yang khas (Nursiam, 2010).

Daging sapi yang digunakan memiliki mutu yang baik. Hal tersebut dapat

dilihat dari warna daging yang mengkilat dan bau yang segar. Menurut

Mahyuda et al. (1989), tanda-tanda dari daging yang baik adalah dagingnya

kenyal, baunya segar, warnanya mengkilat (tidak kusam kebiru-biruan), tidak

lengket ditempatnya serta Ada cap tanda baik dari jawatan kesehatan. Sedangkan

menurut Marliyati (1992), untuk memperoleh hasil olahan yang baik, daging yang

digunakan harus baik dan mempunyai ciri-ciri antara lain  :

Berwarna merah segar dan mengkilat, seratnya halus, dan elastis serta

lemak berwarna kekuningan

Tidak berbau asam

Bila dipegang dagingnya tidak lengket pada tangan dan masih terasa

kebasahannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan terdiri dari dua

bagian yaitu :

Page 12: Dendeng fiks

1. Faktor Internal, yaitu :

a. Sifat bahan

Sifat bahan yang dikeringkan merupakan faktor utama yang mempengaruhi

kecepatan pengeringan. Jika dua bahan pangan dengan ukuran dan bentuk yang

sama dikeringkan pada kondisi yang sama, kedua potongan tersebut akan

kehilangan air dengan kecepatan yang sama pada awal pengeringan. Jika kadar air

dinyatakan dalam gram air per gram bahan kering, maka kecepatan pengeringan

wortel sekitar dua kali kecepatan pengeringan wortel karena kadar padatan

kentang sekitar setengah kali kadar padatan kentang (Wirakartakusumah, 1992).

Komposisi kimia dan struktur fisik bahan pangan berpengaruh terhadap

tekanan uap air dalam keseimbangan dan difusifitas air dalam bahan tersebut pada

suhu tertentu (Wirakartakusumah, 1992).

b. Ukuran

Kecepatan pengeringan lempengan basah yang tipis berbanding terbalik

dengan kuadrat ketebalannya, jadi jika potongan bahan pangan dengan tebal satu

pertiga dari semula dikeringkan akan mengalami pengeringan yang sama dengan

kecepatan sembilan kali kecepatan asalnya. Peristiwa ini terjadi pada kondisi

dimana resistensi internal terhadap pergerakan air jauh lebih besar daripada

resistensi permukaan terhadap penguapan. Oleh karena itu waktu pengeringan

dapat dipersingkat dengan pengurangan ukuran bahan yang dikeringkan. Keadaan

Page 13: Dendeng fiks

ini akan diterapkan pada spray drying dimana diameter dari partikel atau dari

penyemprotan hanya beberapa mikron (Wirakartakusumah, 1992).

c. Unit Pemuatan

Beberapa hal penambahan muatan bahan basah pada rak pengeringan analog

dengan meningkatkan ketebalan dari suatu potongan bahan, sehingga akan

menyebabkan kecepatan proses dari pengeringan berkuran

(Wirakartakusumah, 1992).

2. Faktor eksternal, yaitu :

a. Depresi Bola Basah

Depresi bola basah, yaitu perbedaan suhu udara (suhu bola kering) dengan

suhu bola basah, merupakan faktor eksternal paling penting dalam pengeringan.

Jika depresi bola basah udara yang melewati bahan nol, berarti udara jenuh dan

tidak akan terjadi pengeringan. Jika depresi bola basah besar, maka potensial

pengeringan tinggi dan kecepatan pengeringan pada suatu tahap awal maksimum

(Wirakartakusumah, 1992).

b. Suhu Udara

Jika depresi bola basah dijaga konstan pada berbagai suhu bola basah,

kecepatan pengeringan tahap awal hampir sama. Pada tahap selanjutnya,

kecepatan akan bertambah tinggi pada suhu udara yang lebih tinggi karena pada

kadar air yang rendah pengaruh penguapan terhadap pendinginan udara dapat

diabaikan dan pada suhu bahan mendekati suhu udara. Distribusi air dalam bahan

Page 14: Dendeng fiks

mempengaruhi kecepatan pengeringan akan bertambah cepat dengan

meningkatnya suhu pengeringan (Wirakartakusumah, 1992).

Gaman dan Sherington (1992) menambahkan bahwa hal yang penting dalam

pengeringan adalah suhu yang digunakan hendaknya jangan terlalu tinggi, karena

akan menyebabkan perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki pada pangan.

Demikian juga panas yang berlebihan dapat menyebabkan case hardening, yaitu

suatu keadaan dibagian luiar (permukaan) pangan menjadi keriput dan keras,

sedangkan air terperangkap didalamnya (bagian dalam masih basah). Cara

mencegah case hardening adalah dengan membuat suhu pengeringan tidak terlalu

tinggi atau proses pengeringan awal tidak terlalu cepat. Pengeringan dapat

dilakukan dengan mengunakan suatu alat pengering (artificial drier) atau dengan

penjemuran (sun drying) yaitu pengeringan dengan menggunakan energi langsung

dari sinar matahari. Pengeringan buatan mempunyai keuntungan karena suhu dan

aliran udara dapat diatur sehingga waktu pengeringan dapat ditentukan dengan

tepat dan kebersihan dapat diawasi dengan sebaik-baiknya (Nursiam, 2010).

Tujuanya dari pengeringan ialah untuk melawan kebusukan bahan oleh

aktifitas mikroba. Meskipun bahan yang kering bukan berarti telah steril. Mikroba

memang tidak dapat tumbuh pada bahan yang kering. Apabila bahan yang

dikeringkan basah kembali, maka mikroba dengan cepat akan tumbuh, terkecuali

bila bahan/ makanan tersebut langsung dimakan / didinginkan.  Keuntungan

pengeringan        :

Bahan dapat disimpan lebih lama

Page 15: Dendeng fiks

Pengangkutan menjadi lebih ringan

Biaya yang dibutuhkan untuk fasilitas pengeringan relative lebih kecil

Tidak memerlukan cara sterilisasi khusus

Bahan bahan yang telah dikeringkan, tidak memerlukan persyaratan

Pemakaian bahan kering lebih praktis (Sarah, 2012).

CCP pada proses pembuatan dendeng sapi ini adalah pada saat proses

pengeringan, sebaiknya dendeng yang dikeringkan kadar airnya benar-benar

berkurang, sehingga dapat mencegah bertumbuhan mikroba yang dapat merusak

dendeng tersebut.

Berdasarkan tabel SNI 2908:2013 dapat disimpulkan bahwa dendeng sapi

berdasarkan sifat organoleptik dendeng mempunyai warna hitam, rasa khas

dendeng, aroma khas dendeng, tekstur kasar dan kenampakan kasar, dendeng sapi

yang dibuat dilaboratorium sudah memenuhi syarat SNI.

Page 16: Dendeng fiks

IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan membahas mengenai : (1) Kesimpulan dan (2) Saran.

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa hasil pengolahan dendeng

dengan basis 200 gram didapatkan berat produk 129,5 gram, %produk sebesar 64,5

%, dan secara organoleptik memiliki warna coklat, aroma khas daging sapi, rasa

manis khas daging sapi, tekstur kering lembek, dan memiliki kenampakan yang

menarik.

4.2. Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah praktikan dapat lebih teliti

serta lebih cekatan dalam melakukan prosedur sehingga pengerjaan dapat lebih cepat

dan hasil yang didapatkan baik serta proses pembuatan dan pengepisan harus

maksima agar hasil yang didapatkan lebih baik.

Page 17: Dendeng fiks

DAFTAR PUSTAKA

Akiko. 2011. Pembuatan Dendeng. http://akiko3ahpsmkn2btsk.wordpress.com/2011/11/09/pembuatan-dendeng-kering-ikan-lele-dumbo/. Diakses : 28 Mei 2014.

Anonim. 2014. Dendeng. http://id.wikipedia.org/wiki/Dendeng. Diakses : 28 Mei 2014.

Indarmono, T. P. 1987. Pengaruh Lama Pelayuan Dan Jenis Daging Karkas Serta Jumlah Es Yang Ditambahkan Ke Dalam Adonan Fisikokimia Bakso Sapi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nursiam, Intan. 2010. Pembuatan Dendeng. http://intannursiam.wordpress.com/2010/12/13/pembuatan-dendeng-daging-sapi/. Diakses : 28 Mei 2014.

Sarah. 2012. Pengeringan.http://sarahbolobolo.com/2012/01/pengeringan.html

Diakses : 28 Mei 2014.

Wirakartakusumah, Aman. 1992. Petunjuk Laboratorium Peralatan Dan Unit Proses Industri Pangan. Penerbit Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB, Bogor.

Yuri. 2012. Dendeng dan Abon. http://yurichocoru.wordpress.com/2012/11/22/

dendeng-dan-abon/. Diakses : 28 Mei 2014.

Page 18: Dendeng fiks

LAMPIRAN PERHITUNGAN

Dendeng

Basis : 200 gram

Daging Sapi = 69,5100

x 200 = 139 gram

Gula Merah = 14100

x 200 = 28 gram

Air asam jawa = 1,3100

x 200 = 2,6 gram

Bawang merah = 5,6100

x 200 = 11,2 gram

Garam = 0,8100

x 200 = 1,6 gram

Ketumbar = 2,2100

x 200 = 4,4 gram

Lengkuas = 2,2100

x 200 = 4,4 gram

Berat produk = 92 gram

% Produk = W produk x 100%

W bahan

= 129,5 x 100%

200

= 64,5 %

Page 19: Dendeng fiks

LAMPIRAN DISKUSI

1. Jelaskan perubahan fisiko kimia yang mungkin dapat terjadi pada proses

pembuatan produk yang saudara kerjakan!

Pada pembuatan dendeng sapi terdapat beberapa perubahan fisiko kimia dalam

tiap prosesnya. Pada proses pencampuran terjadi perubahan fisika dimana daging

menjadi halus seperti daging cincang. Pada proses pencampuran terjadi perubahan

kimia dimana daging tercampur dengan bumbu dan menghasilkan aroma khas

bumbu dendeng. Setelah itu dilakukan pengeringan terjadi perubahan fisika

dimana adonan mengering dan terjadi perubahan kimia yaitu kadar air pada

adonan berkurang sehingga dendeng memiliki umur simpan yang panjang.

2. Bagaimana cara alternatif yang dapat memperbaiki penampilan dan kualitas

Cara untuk memperbaiki penampilan pada dendeng yaitu dapat dilakukan curing

pada daging sapi yang digunakan untuk mempertahankan warna merah, sehingga

hasil dendeng yang didapat setelah pengeringan tidak terlalu berwarna coklat

gelap.

3. Jelaskan sifat bahan utama yang digunakan untuk percobaan tersebut!

Sifat daging sapi yang digunakan pada pembuatan dendeng diantaranya:

Warna merah pucat, merah keungu-unguan atau kecoklatan dan akan berubah

menjadi warna chery bila daging tersebut terkena oksigen.

Serabut daging halus tapi tidak mudah hancur dan sedikit berlemak

Konsistensi liat, jika saat dicubit seratnya terlepas maka daging sudah tidak

baik.

Lemak berwarna kekuning-kuningan

Bau dan rasa aromatis

Page 20: Dendeng fiks

Tabel Syarat Mutu Dendeng Sapi

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan1

1.11.2

Keadaan :BauWarna

--

NormalNormal

2 Kadar air (b/b) % Maks. 123 Kadar lemak (b/b) % Maks. 34 Kadar protein (Nx6,25) (b/b) % Min. 185 Abu tidak larut dalam asam (b/b) % Maks. 0,56

6.16.26.36.4

Cemaran Logam :Kadmium (Cd)Timbal (Pb)Timah (Sn)Merkuri (Hg)

Mg/kgMg/kgMg/kgMg/kg

Maks. 0,3Maks. 1,0Maks. 40,0Maks. 0,03

7 Cemaran Arsen (As) Mg/kg Mkas. 0,58

8.18.28.38.48.5

Cemaran MikrobaAngka lempeng totalEscherichia coliSalmonella sp.Staphylococcus aureusBacillus cereus

Koloni/gAPM/g

-Koloni/gKoloni/g

Maks. 1 x 105

< 3Negatif / 25 gMaks. 1 x 102

Maks. 1 x 103