Lapsus Obs Dr.jul -, CPD

41
LAPORAN KASUS Disproporsi Sefalopelvik OLEH : Ica Justitia H1A 007 027 PEMBIMBING : dr. I Made Putra Juliawan, Sp.OG DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI LAB/SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSUP NTB

Transcript of Lapsus Obs Dr.jul -, CPD

LAPORAN KASUSDisproporsi Sefalopelvik

OLEH :

Ica JustitiaH1A 007 027PEMBIMBING :

dr. I Made Putra Juliawan, Sp.OGDALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DI LAB/SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSUP NTB2012KATA PENGANTAR

Puji sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNyalah sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan dari Lab/ SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram/ RSUP NTB. Dalam penyusunan laporan yang berjudul Preeklampsia Berat disertai Disproporsi Kepala Panggul ini penulis memperoleh bimbingan, petunjuk serta bantuan moral dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan kepada penulis:

1. dr. I Made Putra Juliawan, SpOG, selaku dosen pembimbing laporan kasus ini.

2. dr. A. Rusdhy H. Hamid, SpOG selaku kepala SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSU Mataram.3. dr. H. Doddy Ario K., SpOG(K) selaku supervisor.4. dr. Edi Prasetyo W., SpOG selaku supervisor.5. dr. Agus Thoriq, SpOG selaku supervisor. 6. dr. Made Punarbawa, SpOG, selaku supervisor.7. dr. I Made W. Mahayasa, SpOG selaku supervisor.8. Rekan-rekan dokter muda.9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan masukan, bantuan dan informasi dalam pengumpulan bahan tinjauan pustaka.

Menyadari masih terdapat banyak kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari sebagai dokter. Mataram, Februari 2012

Penulis BAB 1PENDAHULUAN

Data dariReproductive Health Librarymenyatakan terdapat 180 sampai 200 juta kehamilan setiap tahun. Dari angka tersebut terjadi 585.000 kematian maternal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Sebab kematian tersebut adalah perdarahan 24,8%, infeksi dan sepsis 14,9%, hipertensi dan preeklampsi/eklampsi 12,9%, persalinan macet (distosia) 6,9%, abortus 12,9%, dan sebab langsung yang lain 7,9%.Seksio sesarea di Amerika Serikat dilaporkan meningkat setiap tahunnya, Pada tahun 2002 terdapat 27,6 % seksio sesarea dari seluruh proses kelahiran. Dari angka tersebut, 19,1% merupakan seksio sesarea primer. Laporan American College of Obstretician and Gynaecologist (ACOG) menyatakan bahwa seksio sesarea primer terbanyak pada primigravida dengan fetus tunggal, presentasi vertex, tanpa komplikasi. Indikasi primigravida tersebut untuk seksio sesarea adalah presentasi bokong, preeklampsi, distosia, fetal distress, dan elektif. Distosia merupakan indikasi terbanyak untuk seksio sesareapada primigravida sebesar 66,7%. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan penelitian Gregory dkk pada 1985 dan 1994 masing-masing 49,7% dan 51,4% distosia menyebabkan seksio sesarea.Distosia adalah persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Kelainan persalinan ini menurut ACOG dibagi menjadi yaitu kelainan kekuatan (power), kelainan janin (passenger), dan kelainan jalan lahir (passage). Panggul sempit (pelvic contaction) merupakan salah satu kelainan jalan lahir yang akan menghambat kemajuan persalinan karena ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu yang biasa disebut dengan disproporsi sefalopelvik. Istilah disproporsi sefalopelvik muncul pada masa dimana indikasi utama seksio sesarea adalah panggul sempit yang disebabkan oleh rakhitis. Disproporsi sefalopelvik sejati seperti itu sekarang sudah jarang ditemukan, umumnya disebabkan oleh janin yang besar.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu diuraikan permasalahan dan penatalaksanaan pada disproporsi sefalopelvik sebagai salah satu penyebab distosia penting dimiliki oleh dokter.BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Disproporsi Sefalopelvik (Disproporsi Kepala Panggul)2.1.1 Definisi

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya. Istilah disproporsi sefalopelvik muncul pada masa dimana indikasi utama seksio sesarea adalah panggul sempit yang disebabkan oleh rakhitis. Disproporsi sefalopelvik sejati seperti itu sekarang sudah jarang ditemukan. Saat ini disproporsi seperti itu jarang dijumpai dan sebagian disproporsi disebabkan oleh malpresentasi dan malposisi kepala janin atau akibat kontraksi yang tidak efektif.2.1.2 Jenis-Jenis PanggulCaldwell dan Mooloy membagi panggul menurut anatominya dibagi dalam 4 jenis pokok. Jenis-jenis panggul ini dengan ciri-ciri pentingnya ialah:

1. Panggul ginekoid, dengan pintu atas panggul yang bundar, atau dengan diameter transversa yang lebih panjang sedikit dari pada diameter antero-posterior dan dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas.

2. Panggul antropoid, dengan diameter antero-posterior yang lebih panjang dari pada diameter transversa dan dengan arkus pubis menyempit sedikit.

Gambar1: panggul ginekoid dan antropoid.

3. Panggul android, dengan pintu atas panggul yang berbentuk seperti segitiga, berhubungan dengan penyempitan kedepan, dengan spina ischiadica menonjol kedalam dan dengan arcus pubis menyempit.

4. Panggul platipelloid, dengan diameter antero-posterior yang jelas lebih pendek dari pada diameter transversa pada pintu atas panggul, dan dengan arcus pubis yang luas.

Gambar2: panggul android dan platipeloidBerhubungan dengan faktor-faktor ras dan sosial ekonomi, frekuensi dan ukuran-ukuran jenis-jenis panggul berbeda-beda di antara berbagai bangsa. Dengan demikian standar untuk panggul normal pada seorang wanita Eropa berlainan dengan standar seorang wanita Asia Tenggara. Pada panggul dengan ukuran normal apapun jenis pokoknya kelahiran pervaginam janin dengan berat badan yang normal tidak akan mengalami kesukaran. Akan tetapi karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal-hal lain, ukuran-ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil daripada standar normal sehingga bisa terjadi kesulitan dalam persalinan pervaginam. Terutama kelainan pada panggul android dapat menimbulkan distosia yang sukar diatasi. Disamping panggul-panggul sempit karena ukuran-ukuran pada 4 jenis pokok tersebut diatas kurang dari normal, terdapat pula panggul-panggul sempit yang lain yang umumnya juga disertai perubahan dalam bentuknya. 2.1.3 Faktor-faktor Disproporsi Sefalopelvik

I. Faktor Ibu1. Perubahan bentuk panggul karena kelainan pertumbuhan intrauterin : a. Panggul Niegel b. Panggul Robert c. Split Pelvis d. Panggul Asimilasi

2. Perubahan bentuk panggul karena penyakit pada tulang-tulang panggul dan / atau sendi panggul a. Rakitis b. Osteomalasia c. Neoplasma d. Fraktur e. Atrofi,Karies,Nekrosis f. Penyakit pada sendi sakroiliaca dan sendi sakrokoksigea

3. Perubahan bentuk panggul karena penyakit tulang belakang a. Kifosis b. Skoliosis c. Spondilolistesis

4. Perubahan bentuk panggul karena penyakit kaki a. Koksitis b. Luksasiokoksa c. Atrofi atau pelumpuhan satu kaki. 5. Kesempitan pintu atas panggul (pap)Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum 1, linea innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir bawah simfisis ke promontorium. Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan konjugata obstetrika sedikit sekali (Israr, 2006).

Pintu atas panggul dianggap sempit bila diameter anteroposterior terpendeknya (konjugata vera, C.V) kurang dari 10 cm, atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Karena yang biasa diukur adalah conjugata diagonalis maka inlet dianggap sempit bila conjugata diagonalis kurang dari 11,5 cm.

Pembagian menurut tindakan :C.V = 11 c : Partus Biasa

C.V = 8-10 cm: Partus percobaan

C.V = 6-8 cm : SC primer

C.V = 6 cm : SC mutlak (absolut) Gambar: diameter pada pintu atas panggul6. Kesempitan pintu tengah panggul (ptp)Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.3,4.

Kesempitan panggul tengah Apabila ukurannya distansia interpinarum kurang dari 9,5 cm. Kalau diameter transversa ditambahkan dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 13,5 cm. Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan rontgen pelvimetri.

7. Kesempitan pintu bawah panggul (pbp)Pintu bawah panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengah-tengah distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).Kesempitan pintu bawah panggul adalah bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior