Lapsus Mola Hidatidosa

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal ditandai dengan vili korialisyang mengalami perubahan hidrofobik membentuk kelompok-kelompok menyerupai buah anggur.Mola Hidatidosa (MH) merupakan salah satu tipe penyakit trofoblas gestasional (Gestational Trophoblast Disease, GTD), yakni penyakit berasal dari sel yang pada keadaan normal berkembang menjadi plasenta pada masa kehamilan, meliputi berbagai penyakit yang berasal dari sel-sel trofoblas yang diklasifikasikan World Health Organization sebagai mola hidatidosa parsial (PartialMola Hydatid, PMH), mola hidatidosa lengkap atau sempurna (Complete Mola Hydatid, CMH), koriokarsinoma, mola invasif, dan placental site trophoblastic tumors. Molahidatidosa adalah tipe GTD tersering ditemukan dan merupakan neoplasma jinak dari sel trofoblas.Mola dianggap sebagai lesi prakanker karena 15-20%dari mola hidatidosa lengkap atau sempurna (CMH) dan 1% dari mola hidatidosa parsial (PMH)mengalami transformasi maligna. Insidensinya lebih banyak ditemukan di negara- negara Asia, Afrika, dan latin jika dibandingkan dengan insidensi di Amerika Serikat, Australia dan negara-negara di Eropa. Angka kejadian mola hidatidosa di Amerika Serikat ialah 1 1

description

Laporan kasus mola hidatidosa, obgyn

Transcript of Lapsus Mola Hidatidosa

Page 1: Lapsus Mola Hidatidosa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal ditandai dengan vili

korialisyang mengalami perubahan hidrofobik membentuk kelompok-kelompok

menyerupai buah anggur.Mola Hidatidosa (MH) merupakan salah satu tipe

penyakit trofoblas gestasional (Gestational Trophoblast Disease, GTD), yakni

penyakit berasal dari sel yang pada keadaan normal berkembang menjadi plasenta

pada masa kehamilan, meliputi berbagai penyakit yang berasal dari sel-sel

trofoblas yang diklasifikasikan World Health Organization sebagai mola

hidatidosa parsial (PartialMola Hydatid, PMH), mola hidatidosa lengkap atau

sempurna (Complete Mola Hydatid, CMH), koriokarsinoma, mola invasif, dan

placental site trophoblastic tumors.

Molahidatidosa adalah tipe GTD tersering ditemukan dan merupakan

neoplasma jinak dari sel trofoblas.Mola dianggap sebagai lesi prakanker karena

15-20%dari mola hidatidosa lengkap atau sempurna (CMH) dan 1% dari mola

hidatidosa parsial (PMH)mengalami transformasi maligna.

Insidensinya lebih banyak ditemukan di negara-negara Asia, Afrika, dan

latin jika dibandingkan dengan insidensi di Amerika Serikat, Australia dan

negara-negara di Eropa. Angka kejadian mola hidatidosa di Amerika Serikat ialah

1 kejadian kehamilan mola dari 1.000 - 1500 kehamilan. Insidensi mola di Asia

dilaporkan terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000 kehamilan.Kehamilan

mola dapat terjadi di semua umur wanita hamil, angka kejadian tersering adalah

pada wanita hamil berusia kurang dari 20 tahun dan berusia antara 40 sampai 50

tahun.

Persangkaan terhadap pasien GTD didasarkan adanya gejala klinis berupa

perdarahan pervaginam, pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan usia

kehamilan disertai peningkatan kadar serum human chorionic gonadotrophyn

(hCG). Simptom kehamilan mola seperti pembesaran uterus, perdarahan

pervaginam, hipertensi yangdiinduksi kehamilan, hiperemesis, anemia dan

ketiadaan denyut jantung janin tidaklah spesifik dan masih mungkin tidak muncul

1

Page 2: Lapsus Mola Hidatidosa

sebelum kehamilan trimester kedua. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

merupakan modalitas pilihan dalam penegakan diagnosis serta adanya

peningkatan kadar serum hCG. Gambaran klasik pemeriksaan USG kasus

kehamilan mola sempurna menampilkan gambaran “snowstorm”.

Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa

gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran

bervariasi dari beberapa millimeter sampai satu atau dua sentimeter. Gambaran

histopatologik yang khas dari mola adalah edema,stroma vili, tidak ada pembuluh

darah pada vili dan proliferasi sel-sel epitel trofoblas.

1.2 Tujuan

Pada laporan kasus kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai mola

hidatidosaterkait alur penegakan diagnosis, komplikasi, beserta

penatalaksanaannya.

2

Page 3: Lapsus Mola Hidatidosa

BAB II

KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Rabu, 3

Desember2014 pukul 10.00 WITA di Ruang VK Mawar RSUD AW. Sjahranie

Samarinda.

Anamnesis:

Identitas Pasien:

Nama : Ny. D

Umur : 18 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

Suku : Bugis

Alamat : Jl. Bayur RT 21 Sempaja

Masuk RS (MRS) : Hari Rabu, 3 Desember 2014 pukul 10.00 WITA

Identitas suami:

Nama : Tn. K

Umur : 21 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Security

Suku : Bugis

Alamat : Jl. Bayur RT 21 Sempaja

Keluhan Utama:

Perdarahan dari jalan lahir.

3

Page 4: Lapsus Mola Hidatidosa

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluhkan keluar darah berwarna merah segar yang deras dari

jalan lahir sejak 3 hari terakhir. Banyaknya perdarahan sekitar 2-5 kali ganti

pembalut per hari. Awalnya, sekitar 2 minggu yang lalu keluar flek-flek berwarna

kecoklatan, kemudian perdarahan semakin lama dirasakan semakin sering dan

lama kelamaan terus-menerus keluar seperti sedang haid. Namun, keluhan ini

tidak disertai nyeri perut.

HPHT tanggal 10 Juli 2014 dan pasien mengetahui bahwa dirinya hamil

dengan menggunakan PP test saat usia kehamilan 2 bulan.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien tidak sedang/memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes,

hepatitis, jantung, ginjal, asma, TBC dan penyakit lain yang kronis, atau yang

dapat memperberat proses persalinan.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes, dan

penyakit jantung.

Riwayat Haid:

- Menarche umur : 12 tahun

- Siklus teratur setiap : 28 hari

- Lama haid : 7hari

- Jumlah darah haid : 3x ganti pembalut / hari

- Hari Pertama Haid Terakhir : 10Juli 2014

- Taksiran Persalinan : 17April 2015

Riwayat Pernikahan:

Pernikahan yang pertama,usia menikah 17tahun, lama menikah 1tahun.

4

Page 5: Lapsus Mola Hidatidosa

Riwayat Obstetrik:

No. Tahun

Partus

Tempat

Partus

Umur

Kehamilan

Jenis

Persalinan

Penolong

Persalina

n

Jenis Kelamin

Anak/BB

Keadaan Anak

Sekarang

1 2014 Hamil ini

Riwayat Kontrasepsi:

Pasienbelum pernah menggunakan kontrasepsi.

Pemeriksaan Fisik:

1. Berat badan 53,1 kg, tinggi badan 145 cm

2. Keadaan Umum : Sedang

3. Kesadaran : Composmentis, GCS

: E4V5M6

4. Tanda vital:

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Frekuensi nadi : 69 x/menit, reguler

Frekuensi napas : 20x/menit, reguler

Suhu : 36,4°C per axiller

5. Status generalis:

Kepala : normochepali

Mata : konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)

Telinga/hidung/tenggorokan : tidak ditemukan kelainan

Leher : pembesaran KGB (-)

Thorax:

Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : hepar: pembesaran (-), limpa: pembesaran (-)

Ekstremitas : Atas: simetris (+/+), akral hangat, edema (-/-)

Bawah: simetris (+/+), akral hangat,edema (-/-)

6. Status Obstetrik:

1. Inspeksi : flat, linea nigra(-), striae gravidarum (-)

5

Page 6: Lapsus Mola Hidatidosa

2. Palpasi :

a. Pemeriksaan Leopold sulit dievaluasi, TFU : 2 jari di bawah pusat

b. HIS : Tidak ada

3. Auskultasi : DJJ sulit dievaluasi

4. Pemeriksaan Dalam : Tidak dilakukan

Pemeriksaan Penunjang :

1. Laboratorium tanggal24 November 2014

Jenis

PemeriksaanHasil Lab Nilai Normal

Hb 11,4 mg/dl 11,0-16,00 mg/dl

Ht 35,3 % 37,0 -54,0 %

BT 2’ 2-5’

CT 9’ 5-10’

Leu 12.100 μL 4000- 10.000 μL

Tr 279.000 μL 150.000-450.000 μL

GDS 84 gr/dl 60-150 mg/dl

Ureum 20,6 10 - 40

Kreatinin 0,5 0,5 - 1,5

HbsAg NR NR

112 NR NR

β-hCG 168.267 mIU/ml Hamil (minggu) :

1-3 : 5-50

4 : 5-425

5 : 20-7.400

6 : 1.000-56.000

7-8 : 7.600-230.000

9-12 : 25.000-290.000

6

Page 7: Lapsus Mola Hidatidosa

2. Laboratorium tanggal3 Desember 2014

Jenis

PemeriksaanHasil Lab Nilai Normal

Hb 13,2 mg/dl 11,0-16,00 mg/dl

Ht 36,5% 37,0 -54,0%

BT 2’ 2-5’

CT 9’ 5-10’

Leu 11.000μL 4000-10.000 μL

Tr 36.000 μL 150.000-450.000 μL

GDS 84 gr/dl 60-150 mg/dl

Ureum 20,6 10-40

Kreatinin 0,5 0,5-1,5

HbsAg NR NR

112 NR NR

3. USG tanggal 14 November 2014

Kesan : Uterus membesar dengan gambaran mola hidatidosa.

7

Page 8: Lapsus Mola Hidatidosa

4. Foto Thorax tanggal 24 November 2014

Cor : besar dan bentuk normal

Pulmo : coin lesion/nodul (-)

Kedua sinus tajam

Kesan : Foto thorax normal

Diagnosis Kerja:

Mola Hidatidosa

Penatalaksanaan :

- Kuret I tanggal 4 Desember 2014

- Kuret II tanggal 11 Desember 2014

Lembar Observasi

Waktu Observasi

14/11/2014 Pasien memeriksakan diri ke Ruang Instalasi Rawat Jalan Poli

Kebidanan RSUD A. Wahab Sjahranie.

S : Keluar darah segar dari jalan lahir, awalnya hanya berupa flek-

flek coklat. Keluhan ini juga disertai nyeri perut (+), mual (+),

muntah (+).

HPHT 10 Juli 2014; TP 17 April 2015.

O :

Keadaan umum sedang; kesadaran composmentis.

Berat badan 53,1 kg; tinggi badan 145 cm.

Tekanan darah : 120/80 mmHg

TFU 2 jari di bawah pusat; DJJ sulit dievaluasi; HIS (-); VT tidak

dilakukan.

A : G1P0A0 gr 17-18 mg + Suspect Ab. Imminens

P :

8

Page 9: Lapsus Mola Hidatidosa

USG Hasil : Uterus membesar dengan gambaran mola

hidatidosa. Diagnosis kerja : Mola Hidatidosa

Cek lab lengkap + β-hCG

Foto thorax Hasil : Thorax normal.

Rencana kuretase MRS

3/12/2014

10.00

Menerima pasien baru dari Poliklinik Kebidanan

S :Keluar darah berwarna merah segar yang deras dari jalan lahir

sejak 3 hari terakhir.

HPHT 10 Juli 2014; TP 17 April 2015.

O :

Keadaan umum sedang; kesadaran composmentis.

Berat badan 53,1 kg; tinggi badan 145 cm.

Tekanan darah : 110/70 mmHg; nadi 69 x/menit; nafas 22 x/menit;

suhu 36,40 C.

TFU 2 jari di bawah pusat; DJJ sulit dievaluasi; HIS (-); VT tidak

dilakukan.

A : Mola Hidatidosa

11.00 Lapor dr. Sp OG:

- Pro kuret I tanggal 4 Desember 2014

- Menyiapkan PRC 2 kolf

16.25 Cek DL ulang

Hb : 12,3 mg/dl

Leukosit : 12.500 μL

Hct : 35 %

Trombosit : 269.000 μL

4/12/2014 S : pusing (+)

O : Tekanan darah : 100/70 mmHg; nadi 80 x/menit; nafas 18

x/menit

A : Mola Hidatidosa pro kuretI hari ini

11.45 Pasien berbaring dengan posisi litotomi, dengan spinal anestesi

Desinfeksi dengan antiseptik povidon iodine pada vulva, vagina,

dan sekitarnya

9

Page 10: Lapsus Mola Hidatidosa

Memasang duk steril di bawah bokong pasien

Memasang spekulum sims dan meminta asisten untuk menahan

spekulum pada posisinya dengan tangan kanan dan menahan

fundus uteri pasien dengan tangan kiri

Jepit serviks dengan tenakulum pada posisi jam 11

Lakukan sondase 11 cm, antefleksi

Bersihkan jaringan yang tertahan pada kanalis serviks dan kavum

uteri dengan abortus tang

Masukkan sendok kuret tumpul sampai ada tahanan pada fundus

uteri, kemudian kerok dengan menarik sendok kuret tumpul ke

arah ostium

Dilakukan kuretase : keluar darah + jaringan mola ± 550 cc

Lepaskan jepitan tenakulum dan bersihkan sisa darah pada vulva

dan sekitarnya

Jaringan dikirim untuk pemeriksaan PA

Terapi post kuret :

Ciprofloxacin 2x500 mg tab

Metronidazole 2x500 mg tab

Metergin 3x1 tab

Vit. C 1x1 tab

5/12/2014 S : nyeri perut bagian bawah (+)

O : Tekanan darah : 100/70 mmHg; nadi 66 x/menit; nafas 18

x/menit

A : Mola Hidatidosa post kuret I hari ke 1

P :

Ciprofloxacin 2x500 mg tab

Metronidazole 2x500 mg tab

Metergin 3x1 tab

Vit. C 1x1 tab

Pasien boleh pulang

10/12/2014 Pasien MRS untuk rencana kuret II.

10

Page 11: Lapsus Mola Hidatidosa

S : perdarahan dari jalan lahir (+)

O : Tekanan darah : 100/80 mmHg; nadi 64 x/menit; nafas 21

x/menit

A : Mola Hidatidosa pro kuret II

P :Pro kuret II besok

11/12/2014 S : nyeri perut bagian bawah (+)

O : Tekanan darah : 130/80 mmHg; nadi 68 x/menit; nafas 20

x/menit

A : Mola Hidatidosa pro kuret II hari ini

13.45 Pasien berbaring dengan posisi litotomi, dengan general anestesi

Desinfeksi dengan antiseptik povidon iodine pada vulva, vagina,

dan sekitarnya

Memasang duk steril di bawah bokong pasien

Memasang spekulum sims dan meminta asisten untuk menahan

spekulum pada posisinya dengan tangan kanan dan menahan

fundus uteri pasien dengan tangan kiri

Jepit serviks dengan tenakulum pada posisi jam 11

Lakukan sondase 11 cm, antefleksi

Bersihkan jaringan yang tertahan pada kanalis serviks dan kavum

uteri dengan abortus tang

Masukkan sendok kuret tajam sampai ada tahanan pada fundus

uteri, kemudian kerok dengan menarik sendok kuret tajam ke arah

ostium

Dilakukan kuretase : jaringan mola ± 150 gr, darah ± 100 ml

Lepaskan jepitan tenakulum dan bersihkan sisa darah pada vulva

dan sekitarnya

Terapi post kuret :

Drip oksitosin 2 amp dalam RL 1 kolf s/d 12 jam

Cefadroxyl 2x500 mg tab

Asam mefenamat 2x500 mg tab

Metergin 3x1 tab

11

Page 12: Lapsus Mola Hidatidosa

12/12/2014 S : nyeri perut bagian bawah (+)

O : Tekanan darah : 90/60 mmHg; nadi 60 x/menit; nafas 16

x/menit

A : Mola Hidatidosa post kuret II hari I

P :

Cek β-hCG

Cefadroxyl 2x500 mg tab

Asam mefenamat 2x500 mg tab

Metergin 3x1 tab

Pasien boleh pulang

12

Page 13: Lapsus Mola Hidatidosa

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di

mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan

berupa degenerasi hidropik.

Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa

gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran

bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.

Gambaran histopatologik yang khas dari mola hidatidosa ialah edema

stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili/degenerasi hidropik dan

proliferasi sel-sel trofoblas.

3.2 Insiden

Mola hidatidosa terjadi pada sekitar 1 dalam 1000 kehamilan di Amerika

Serikat dan Eropa. Walaupun di negara-negara lain dilaporkan lebih sering,

terutama di beberapa negara Asia, sebagian informasi ini berasal dari penelitian di

rumah sakit.

Usia. Frekuensi mola hidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau

usia subur relatif lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita berusia

lebih dari 45 tahun, dengan frekuensi lesi relatif lebih dari 10 kali lipat

dibandingkan pada usia 20-40 tahun. Banyak dijumpai kasus mola hidatidosa

yang terbukti pada wanita berusia 60 tahun atau lebih.

Riwayat Mola.Kekambuhan mola hidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2%

kasus. Dalam suatu ulasan tentang mola hidatidosa berulang tapi dari pasangan

berbeda, Tuncer dkk. (1999) menyimpulkan bahwa mungkin terdapat masalah

“oosit primer”.

Faktor Lain. Peran graviditas, paritas, faktor reproduksi lain, status

estrogen, kontrasepsi oral, dan faktor makanan dalam resiko penyakit trofoblas

gestasional masih belum jelas.

13

Page 14: Lapsus Mola Hidatidosa

3.3 Klasifikasi

Sebagian dari vili berubah menjadi gelembung-gelembungberisi cairan

jernih merupakan kista-kista kecil seperti anggur dan dapat mengisi seluruh

cavum uteri. Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada

plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah : satu

jenis tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola

besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai yang berdiameter lebih dari 1

cm.

Mola hidatidosa dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Mola Hidatidosa Sempurna

Vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih.

Ukuran vesikel bervariasi dari sulit dilihat sampai yang berdiameter

beberapa cm dan sering berkelompok-kelompok menggantung pada

tangkai kecil. Temuan histologiknya ditandai oleh :

1) Degenerasi hidropik dan pembengkakan stroma vilus.

2) Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak.

3) Proliferasi epitel trofoblas dengan derajat bervariasi.

4) Tidak adanya janin dan amnion.

2. Mola Hidatidosa Parsial

Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang,

dan mungkin tampak sebagian jaringan janin, biasanya paling tidak

kantong amnion, keadaan ini diklasifikasikan sebagai mola hidatidosa

parsial. Terjadi pembengkakan hidatidosa yang berlangsung lambat pada

sebagian vili yang biasanya avaskular, sementara vili-vili berpembuluh

lainnya dengan sirkulasi janin-plasenta yang masih berfungsi tidak

terkena. Hiperplasia trofoblastik lebih bersifat fokal daripada

generalisata.

3.4 Etiologi

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang dapat

menyebabkan antara lain:

14

Page 15: Lapsus Mola Hidatidosa

1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi

terlambat dikeluarkan.

2. Imunoselektif dari Tropoblast

3. Keadaan sosioekonomi yang rendah

4. Paritas tinggi

5. Kekurangan protein

6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

3.5 Patofisiologi

Ada beberapateori yang menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblas:

1. Teori Missed Abortion

Mudigah mati pada kehamilan 3-5minggu (missed abortion),

karena itu terjadi gangguan peredaran darahsehingga terjadi penimbunan

cairandalam jaringan mesenkim dari vilidanakhirnya

terbentukgelembung-gelembung.

2. Teori Neoplasma

Menurut Park, yang abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang

mempunyai fungsi abnormal pula, dimana terjadi reabsorbsicairan yang

berlebihankedalam vili sehingga timbul gelembung.Hal ini menyebabkan

gangguan peredaran darah dan kematianmudigah.

3.6 Gambaran Klinis

Beberapa gejala klinis dari molahidatidosa:

1. Amenorrhoe dan tanda-tanda kehamilan

2. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat, merupakan

gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa terus menerus

atauintermiten selama berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga

dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Biasanya terjadi mulai usia

kehamilan 12 minggu.

3. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan

usia kehamilan.

15

Page 16: Lapsus Mola Hidatidosa

4. Tidak dirasakan bagian-bagian janin dan adanya gerakan janin maupun

balotemen walaupun uterus sudah membesar sampai setinggi pusat atau

lebih.

5. Hiperemesis.Pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat.

6. Preklampsia dan eklampsia sebelum usia kehamilan 24 minggu.

7. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa

pasti.

3.7 Diagnosis

Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada perempuan dengan

amenorea, perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan

dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti seperti balotemen dan detak jantung

anak. Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan kadar Human

Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam darah atau urin, baik secara bioasay,

immunoasay, maupun radioimmunoasay. Peninggian hCG, terutama dari hari ke-

100, sangat sugestif. Kadar hCG pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan

biasa. Pemeriksaan hCG merupakan cara yang paling bermanfaat baik untuk

diagnosis maupun untuk pemantauan pada penderita penyakit trofoblas. Human

chorionic gonadotropin adalah hormon glikoprotein yang dihasilkan oleh plasenta

yang memiliki aktivitas biologis mirip LH. Sebagian besar hCG diproduksi di

plasenta, tetapi sintesanya juga terjadi pada ginjal janin. Begitu pula ada jaringan

janin lain yang membentuk baik molekul hCG maupun molekul total hCG.

Molekul hCG memiliki 2 rantai asam amino yakni α hCG terdiri atas 92 asam

amino dan rantai β hCG terdiri atas 145 asam amino yang satu sama lain

berikatan secara nonkovalen. Ikatan antara kedua rantai adalah dengan gaya

elektrostatik dan hidrofobik dan vitro ikatan itu dapat dipisahkan.

Pada kehamilan normal pemeriksaan terhadap β hCG dengan pereaksi yang

menggunakan antibodi monoklonal terhadap β hCG cukup dilakukan secara

kualitatif dengan menggunakan urin sebagai spesimen. Pemeriksaan hCG serum

secara kuantitatif pada kehamilan normal menunjukkan kadar hCG menunjukkan

kadar hCG mencapai puncaknya pada trimester pertama kehamilan, yakni pada

hari ke 60-70 kehamilan sebesar 100.000 mIU/ml. Pada mola hidatidosa dan

16

Page 17: Lapsus Mola Hidatidosa

tumor trofoblas gestasional umumnya kadar hCG jauh lebih tinggi daripada kadar

puncak hCG pada kehamilan normal.Pada penderita penyakit trofoblas gestasional

pemeriksaan hCG serum harus dilakukan secara kuantitatif baik dengan

pemeriksaan radio immunoassay maupun enzyme immunoassay. Pemilihan

pereaksi untuk pemeriksaan hCG secara kuantitatif pada penyakit trofoblas

gestasional harus spesifik terhadap β hCG , karena rantai α hCG mirip dengan

rantai α dari FSH, LH dan TSH yang merupakan hormon-hormon glikoprotein

yang dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis seperti sehinga dapat mengakibatkan

terjadinya reaksi silang dengan hormone hipofisis tersebut, dan mengakibatkan

kadar yang diperoleh bukan kadar HCG saja (false positive).

Bila belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan USG, di mana kasus mola

menunjukkan gambaran yang khas, yaitu berupa badai salju (snow flake pattern)

atau gambaran seperti sarang lebah (honey comb).

Diagnosis yang paling tepat bila kita telah melihat keluarnya gelembung

mola. Namun, bila kita menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah

terlambat karena pengeluaran gelembung umumnya disertai perdarahan yang

banyak dan keadaan umum pasien menurun. Terbaik ialah bila dapat

mendiagnosis mola sebelum keluar.

Pada kehamilan trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik,

sehingga seringkali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed abortion,

abortus inkompletus, atau mioma uteri. Pada kehamilan trimester II gambaran

mola hidatidosa umumnya lebih spesifik. Kavum uteri berisi massa ekogenik

bercampur bagian-bagian anekoik vesikular berdiameter antara 5-10 mm.

Gambaran tersebut dapat dibayangkan seperti gambaran sarang lebah (honey

comb) atau badai salju (snow storm). Pada 20-50% kasus dijumpai adanya massa

kistik multilokuler di daerah adneksa. Massa tersebut berasal dari kista teka lutein.

Apabila jaringan mola memenuhi sebagian kavum uteri dan sebagian berisi

janin yang ukurannya relatif kecil dari umur kehamilannya disebut mola parsialis.

Umumnya janin mati pada bulan pertama, tapi ada juga yang hidup sampai cukup

besar atau bahkan aterm. Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa

tempat vili yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi,

sedangkan di tempat lain masih tampak vili yang normal. Umumnya mola

17

Page 18: Lapsus Mola Hidatidosa

parsialis mempunyai kariotipe triploid. Pada perkembangan selanjutnya jenis

mola ini jarang menjadi ganas.

3.8 Komplikasi

Penyulit mola hidatidosa berupa perdarahan, preeklampsia, hipertiroidisme

dan tirotoksikosis sedangkan penyulit lanjut ialah terjadinya tumor trofoblas

gestasional pascamola, bisa berupa penyakit trofoblas ganas jenis vilosum (mola

destruens) ataupun penyakit trofoblas ganas jenis non vilosum (koriokarsinoma).

Perdarahan sering mengancam akibat terlambatnya diagnosis mola

ditegakkan, suatu hal yang sering dijumpai di negara-negara yang pelayanan

obstetrinya belum baik seperti Indonesia. Pada penelitian Martaadisoebrata hanya

2,5 % dari 126 kasus mola yang tidadak disertai penyulit perdarahan.

Penyulit lain yang mungkin terjadi adalah emboli sel trofoblas ke paru-paru.

Sebetulnya pada tiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke paru-paru

tanpa memberikan gejala apa-apa. Akan tetapi pada mola kadang-kadang jumlah

sel trofoblas ini terlalu banyak sehingga dapat menimbulkan emboli paru-paru

akut yang dapat mengakibatkan kematian.

3.9 Penatalaksanaan

1) Perbaiki Keadaan Umum

Dalam proses perbaikan keadaan umum dapat termasuk pemberian

pemberian transfusi darah untuk mengatasi syok atau anemia dan

menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia atau

tirotoksikosis.

2) Pengeluaran jaringan mola

Terdapat beberapa cara yaitu :

1) Vakum kuretase

Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum

kuretase. Untuk memperbaiki kontraksi diberikan pula

uterotonika. Vakum kuretase dilanjutkan dengan kuretase

dengan menggunakan sendok kuret biasa yang tumpul untuk

mengeluarkan sisa-sisa konseptus dan agar jaringan

18

Page 19: Lapsus Mola Hidatidosa

miometrium yang ditumbuhi jaringan mola ikut terbawa;

kerokan perlu dilakukan secara hati-hati karena adanya bahaya

perforasi. Sebelum tindakan kuret sebaiknya disediakan darah

untuk menjaga apabila terjadi perdarahan yang banyak.

Tujuh sampai sepuluh hari sesudahnya dilakukankerokan

ulangan dengan kuret tajam agar ada kepastian bahwa uterus

sudah benar-benar kosong dan untuk memeriksa tingkat

proliferasi sisa-sisa trofoblas dan mengetahui ada tidaknya

infiltrasi jaringan mola ke miometrium. Makin tinggi tingkat

proliferasi, makin perlu waspada terhadap kemungkinan

keganasan.

2) Histerektomi

Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup

umur dan cukup anak. Alasan untuk histerektomi ialah karena

umur tua dan paritas tinggi merupakan faktor predisposisi

terjadinya keganasan. Batasan dipakai adalah umur 35 tahun

dengan anak hidup tiga. Tidak jarang bahwa pada sediaan

histerektomi bila dilakukan permeriksaan histopatologi sudah

tampak adanya tanda-tanda keganasan berupa mola

invasif/koriokarsinoma.

3) Pemeriksaan Tindak Lanjut

Pengamatan lanjutan pada wanita dengan mola hidatidosa yang

uterusnya dikosongkan sangat penting karena adanya kemungkinan

timbulnya tumor ganas (sekitar 20 %). Anjuran untuk semua penderita

pascamola dilakukan kemoterapi untuk mencegah timbulnya keganasan,

masih belum diterima oleh semua pihak.

Pemeriksaan kadar hCG dilaksanakan tiap minggu sampai kadar

menjadi negatif selama 3 minggu, dan selanjutnya tiap bulan selama 6

bulan. Sampai kadar hCG menjadi negatif, pemeriksaan Rontgen thorax

dilakukan tiap bulan. Selama dilakukan pemeriksaan hCG, penderita

diberitahukan supaya tidak hamil, sekurang-kurangnya 1 tahun.

19

Page 20: Lapsus Mola Hidatidosa

Kemoterapi dapat dilakukan dengan memberikan Methotrexate

atau Dactinomycin, atau kadang-kadang dengan kombinasi 2 obat tersebut.

Biasanya cukup hanya dengan memberi satu seri dari obat yang

bersangkutan. Pengamatan lanjutan terus dilakukan, sampai kadar hCG

menjadi negatif selama 6 bulan.

3.10 Prognosis

Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah

jantung atau tirotoksikosis. Di negara maju kematian karena mola hampir tidak

ada lagi. Akan tetapi di negara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar

antara 2,2 % dan 5,7 %. Sebagian dari pasien mola akan segera sehat kembali

setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan yang

kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Persentase

keganasan yang dilaporkan oleh berbagai klinik sangat berbeda-beda, berkisar

antara 5,56 %.

20

Page 21: Lapsus Mola Hidatidosa

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien Ny. D, 18 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan utama

Keluar darah berwarna merah segar yang deras dari jalan lahir sejak 3 hari

terakhir. Hari pertama haid terakhir10Juli 2014. Didiagnosis dengan Mola

Hidatidosa setelah melakukan kunjungan ke Ruang Instalasi Rawat Jalan Poli

Kebidanan RSUD A. Wahab Sjahranie tanggal 14 November 2014. Penegakkan

diagnosis pasien berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang.

4.1 Anamnesis

Kasus Teori

Pasien berusia 18 tahun datang ke rumah

sakit dengan keluhan utama keluar darah

berwarna merah segar yang deras dari

jalan lahir sejak 3 hari terakhir.

Banyaknya perdarahan sekitar 2-5 kali

ganti pembalut per hari. Awalnya, sekitar

2 minggu yang lalu keluar flek-flek

berwarna kecoklatan, kemudian

perdarahan semakin lama dirasakan

semakin sering dan lama kelamaan terus-

menerus keluar seperti sedang haid.

Namun, keluhan ini tidak disertai nyeri

perut.

HPHT 10 Juli 2014. Pasien mengetahui

bahwa dirinya hamil dengan

menggunakan PP test saat usia

kehamilan 2 bulan.

Pada kunjungan pertama ke Poli

Kebidanan, pasien juga mengeluhkan

Mola hidatidosa

Frekuensi mola hidatidosa pada

kehamilan yang terjadi pada awal atau

usia subur relatif lebih

tinggi.Gejalanyaberupaamenorrhoe dan

perdarahan pervaginam.Perdarahan

merupakan gejala utama mola.

Biasanya keluhan perdarahan inilah

yang menyebabkan mereka datang ke

rumah sakit. Gejala perdarahan ini

biasanya terjadi antara bulan pertama

sampai ketujuh dengan rata-rata 12-14

minggu. Sifat perdarahan bisa

intermiten, sedikit-sedikit atau

sekaligus banyak sehingga

menyebabkan syok atau

kematian.Karena perdarahan ini

umumnya pasien mola hidatidosa

masuk dalam keadaan anemia.

21

Page 22: Lapsus Mola Hidatidosa

mual dan muntah. Pasien mola hidatidosa juga dapat

mengalami mual dan muntah yang

cukup berat.

4.2 Pemeriksaan Fisik

Kasus Teori

Palpasi:

a. Pemeriksaan leopold sulit

dievaluasi, TFU : 2 jari di

bawah pusat

Auskultasi

DJJ sulit dievaluasi

Pada permulaannya gejala mola

hidatidosa tidak seberapa berbeda

dengan kehamilan biasa yaitu mual,

muntah, pusing dan lain-lain, hanya

saja derajat keluhannya sering lebih

hebat. Selanjutnya perkembangan lebih

pesat, sehingga pada umumnya besar

uterus lebih besar dari umur kehamilan.

Ada pula kasus-kasus yang uterusnya

lebih kecil atau sama besar walaupun

jaringannya belum dikeluarkan. Dalam

hal ini perkembangan jaringan

trofoblas tidak begitu aktif sehingga

perlu dipikirkan kemungkinan adanya

jenis dying mole.

Pada mola hidatidosa tidak dirasakan

bagian-bagian janin dan adanya

gerakan janin maupun balotemen

walaupun uterus sudah membesar

sampai setinggi pusat atau lebih. Selain

itu juga tidak ditemukan tanda

kehamilan pasti seperti detak jantung

anak.

22

Page 23: Lapsus Mola Hidatidosa

4.3 Pemeriksaan penunjang

Kasus Teori

Pada pemeriksaan

laboratorium tanggal 24

November 2014 didapatkan

kadar β-HCG 168.267

mIU/ml.

Pada pasien dilakukan

pemeriksaan USG dengan

hasil uterus membesar dan

gambaran mola hidatidosa.

Pada pasien dilakukan

pemeriksaan rontgen thorax

dengan hasil foto thorax

normal.

Untuk memperkuat diagnosis dapat

dilakukan pemeriksaan Human

Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam

urin atau darah, baik secara bioassay,

immunoassay amaupun

radioimunoassay. Kadar hCG pada

mola jauh lebih tinggi daripada

kehamilan biasa. Peningkatan hCG,

terutama dari hari ke 100 sangat

sugestif. Bila belum jelas dapat

dilakukan pemeriksaan USG, dimana

kasus mola menunjukkan gambaran

yang lebih khas berupa badai salju

(snow falk pattern) atau gambaran

seperti sarang lebah (honey comb).

Untuk mengkonfirmasi penyulit lain

yang mungkin terjadi pada mola

hidatidosa yaitu emboli sel trofoblas

ke paru-paru dapat dilakukan

pemeriksaan rontgen thorax.

Sebetulnya pada tiap kehamilan selalu

ada migrasi sel trofoblas ke paru-paru

tanpa memberikan gejala apa-apa.

Akan tetapi, pada mola kadang-

kadang jumlah sel trofoblas ini

sedemikian banyak sehingga dapat

menimbulkan emboli paru-paru akut

yang bisa menyebabkan kematian.

23

Page 24: Lapsus Mola Hidatidosa

4.4 Penatalaksanaan

Kasus Teori

Dilakukan penatalaksaan berupa

kuretase sebanyak 2 kali.

Dianjurkan kepada pasien untuk

rutin memeriksakan kadar β-hCG

dan menunda kehamilan paling

tidak 1 tahun.

Setelah keadaan umum diperbaiki

dilakukan vakum kuretase dilanjutkan

dengan kuretase dengan menggunakan

sendok kuret biasa yang tumpul untuk

mengeluarkan sisa-sisa konseptus dan

agar jaringan miometrium yang

ditumbuhi jaringan mola ikut

terbawa.Tujuh sampai sepuluh hari

sesudahnya dilakukankerokan ulangan

dengan kuret tajam agar ada kepastian

bahwa uterus sudah benar-benar kosong

dan untuk memeriksa tingkat proliferasi

sisa-sisa trofoblas dan mengetahui ada

tidaknya infiltrasi jaringan mola ke

miometrium. Makin tinggi tingkat

proliferasi, makin perlu waspada

terhadap kemungkinan keganasan.

Pemeriksaan kadar hCG dilaksanakan

tiap minggu sampai kadar menjadi

negatif selama 3 minggu, dan selanjutnya

tiap bulan selama 6 bulan. Sampai kadar

hCG menjadi negatif, pemeriksaan

Rontgen paru-paru dilakukan tiap bulan.

Selama dilakukan pemeriksaan hCG,

penderita diberitahukan supaya tidak

hamil, sekurang-kurangnya 1 tahun.

24

Page 25: Lapsus Mola Hidatidosa

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pasien Ny. D, 18 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan utama keluar

darah berwarna merah segar yang deras dari jalan lahir sejak 3 hari terakhir. Hari

pertama haid terakhir 10Juli 2014.

Pada pasien dilakukan pemeriksaan leopold dengan hasil sulit teraba

bagian-bagian janin dan dilakukan auskultasi tetapi DJJ juga sulit dievaluasi. Pada

pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil kadar ß-HCG 168.267

mIU/ml, pemeriksaan USG dengan hasil : uterus membesar dengan gambaran

mola hidatidosa, dan pemeriksaan rontgen thorax dengan hasil : thorax normal.

Pasien kemudian didiagnosis dengan mola hidatidosa dan dilakukan tindakan

kuretase sebanyak 2 kali.

5.2 Saran

Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil sangat diperlukan terutama untuk

deteksi dini masalah-masalah kehamilan termasuk Mola Hidatidosa.

25

Page 26: Lapsus Mola Hidatidosa

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F. Gary, et al. Obstetri Williams. Ed. 21.Vol 2. Jakarta : EGC,

2005.

2. Prawirohardjo, Sarwono, et al.Ilmu Kebidanan.Edisi Ketiga. Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2010.

26