lapsus eklampsi

36
PENDAHULUAN Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, di mana eklampsia merupakan peningkatan yang lebih berat dan berbahaya dari pre eklampsia, dengan tambahan gejala-gejala tertentu. 1,2,3. Di Indonesia eklampsia, di samping perdarahan dan infeksi masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini pre eklampsia, yang merupakan tingkat pendahulu eklampsia serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Perlu ditekankan bahwa sindroma pre eklampsia ringan dengan hipertensi, edema dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul pre eklampsia berat. 1,2,4. Frekuensi eklampsia bervariasi antara satu negara dengan negara lain. Frekuensi rendah pada umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal yang baik,

Transcript of lapsus eklampsi

Page 1: lapsus eklampsi

PENDAHULUAN

Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung

disebabkan oleh kehamilan, di mana eklampsia merupakan peningkatan yang lebih berat

dan berbahaya dari pre eklampsia, dengan tambahan gejala-gejala tertentu.1,2,3.

Di Indonesia eklampsia, di samping perdarahan dan infeksi masih merupakan

sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu

diagnosis dini pre eklampsia, yang merupakan tingkat pendahulu eklampsia serta

penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan

anak. Perlu ditekankan bahwa sindroma pre eklampsia ringan dengan hipertensi, edema

dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang

bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul pre eklampsia

berat.1,2,4.

Frekuensi eklampsia bervariasi antara satu negara dengan negara lain. Frekuensi

rendah pada umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal yang

baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup, dan penanganan pre-eklampsia yang

sempurna.1

Di negara-negara yang sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara

0,3% - 0,7%, sedang di negara-negara maju angka tersebut lebih kecil, yaitu 0,05% -

0,1%.1

Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklampsia di dahului oleh pre eklampsia,

tampak pentingnya pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai usaha untuk

mencagah timbulnya penyakit itu.1

Page 2: lapsus eklampsi

Berikut ini dilaporkan sebuah kasus eklampsia yang dirawat di bagian/UPF

Kebidanan dan Kandungan RSUD Ulin Banjarmasin.

Page 3: lapsus eklampsi

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Pre eklampsia adalah gangguan multisistem spesifik pada kehamilan, di

definisikan sebagai hipertensi pada ibu hamil setelah umur kehamilan 20 minggu atau

segera setelah persalinan dengan adanya proteinuria dan atau edema. Dapat terjadi lebih

awal misalnya pada mola hidatidosa.5

Eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan

tanda-tanda pre eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan

kejang yang dapat diikuti oleh koma.1,5

Patofisiologi

Eklampsia terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dan merupakan komplikasi

dari pre eklampsia berat. Progresi dari pre eklampsia berat ke kejang dan koma diduga

berhubungan dengan hipertensi ensefalopati, edema vasogenik akibat iskemia kortikal,

edema serebri dan perdarahan.

Penyebab pre eklampsia dan eklampsia masih tidak jelas. Genetik,

immunologik, endokrin, dan nutrisi diduga memiliki peranan dalam proses yang rumit.

Beberapa penelitian memperkirakan bahwa iskemia plasenta dan uterus dan pelepasan zat

tertentu menyebabkan vasokonstriksi yang luas. Penyebab langsung aktivitas kejang pada

penderita eklampsia masih tidak diketahui. Iskemia serebri, infark, perdarahan edema

diketahui terjadi pada penderita dengan eklampsia.5,6

Page 4: lapsus eklampsi

Frekuensi

Di Amerika serikat, kejadian eklampsia mendekati 0,05%-0,2% dari semua

kehamilan.5

Eklampsia sering terjadi pada pasien dengan usia reproduksi yang ekstrim,

Resiko eklampsia lebih besar terjadi pada wanita usia kurang dari 20 tahun.5

Gejala dan Tanda 1,7

Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya pre eklampsia dan

terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan,mual, nyeri

epigastrium dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak segera diobati,

akan timbul kejang, yang sangat berbahaya terutama pada persalinan.

Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 tingkat, yakni :

1. Tingkat awal atau aura. Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik. Mata

penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya,

dan kepala diputar ke kanan atau ke kiri.

2. Kemudian timbul tingkat kejang tonik yang berlangsung kurang lebih 30 detik.

Dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya keliatan kaku, tangan

menggenggam, dan kaki membengkok ke dalam. Pernafasan berhenti, muka

mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.

3. Stadium ini kemudian disusul oleh tingkat kejangan klonik yang berlangsung

antara 1-2 menit. Spasmus tonik menghilang. Semua otot berkontraksi dan

berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah

dapat tergigit lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut keluar ludah yang berbusa,

muka menunjukkan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tidak

Page 5: lapsus eklampsi

sadar.Kejangan klonik ini dapat demikian hebatnya, sehingga penderita dapat

terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya kejangan terhenti dan penderita menarik

nafas secara mendengkur.

4. sekarang ia memasuki tingkat koma. Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama.

Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula

bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan yang berulang, sehingga ia tetap

dalam keadaan koma.

Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu meningkat

sampai 400 celcius. Sebagai akibat serangan dapat terjadi komplikasi-komplikasi

seperti lidah tergigit, perlukaan dan fraktur, gangguan pernafasan, solusio

plasenta dan perdarahan otak.

Diagnosis5-8

Diagnosis eklampsia umumnya tidak sulit. Dengan adanya tanda dan gejala pre

eklampsia yang disusul oleh serangan kejang seperti telah diuraikan, maka diagnosis

eklampsia sudah tidak diragukan. Walaupun demikian, eklampsia harus dibedakan dari

epilepsi atau kejang akibat proses intra kranial yag lain, atau koma akibat sebab lain

seperti diabetes, perdarahan otak, meningitis, ensefalitis dan lain-lain.

Page 6: lapsus eklampsi

Komplikasi1

Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah

melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia. Komplikasi

yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre eklampsia berat dan eklampsia.

1. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita

hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre eklampsia.

2. Hipofibrinogenemia.

3. Hemolisis. Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel

hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering

ditemukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan terjadinya

ikterus.

4. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal

penderita eklampsia.

5. Kelaianan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung

sampai seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal

ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.

6. Edema paru-paru.

7. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pre eklampsia-eklampsia merupakan

akibat vasospasme arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia,

tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat

diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.

8. Sindroma HELLP, yaitu hemolisis, elevated liver enzim dan low platelet.

Page 7: lapsus eklampsi

9. Kelaianan ginjal. Kelainan ini berupa endotheliosis glomerulus yaitu

pembengkakan sitoplasma sel endothel tubulus ginjal tanpa kelainan struktur

lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul adalah anuria sampai gagal ginjal.

10. DIC (Disseminated intravascular coagulation)

11. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra uterin.

Prognosis1

Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang

meminta korban besar dari ibu dan bayi. Dari berbagai pengumuman, diketahui kematian

ibu berkisar antara 9,8% - 25,5% sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yakni 42,2%

- 48,9%. Sebaliknya, kematian ibu dan bayi di negara maju lebih kecil. Tingginya

kematian ibu dan anak di negara-negara yang kurang maju disebabkan oleh kurang

sempurnanya pengawasan antenatal dan natal; penderita-penderita eklampsia sering

terlambat mendapat pengobatan yang tepat. Kematian ibu bisanya disebabkan oleh

perdarahan otak, dekompensatio kordis dengan edema paru, payah ginjal dan masuknya

isi lambung ke dalam jalan pernafasan waktu kejang.

Sebab kematian bayi terutama oleh hipoksia intra uterin dan prematuritas.

Page 8: lapsus eklampsi

Pencegahan 1

Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah, atau frekuensinya

dikurangi. Usaha-usaha untuk menurunkan frekuensi eklampsia terdiri atas :

1. Mengusahakan agar semua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda.

2. Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda pre eklampsia dan mengobatinya

segera apabila ditemukan.

3. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas

apabila setelah dirawat tanda-tanda pre eklampsia tidak juga dapat dihilangkan.

Penatalaksanaan 9

Prinsip pengobatan ;

1. Menghentikan dan mencegah kejang

2. Memperbaiki keadaan umum ibu/janin seoptimal mungkin

3. Mencegah komplikasi

4. Terminasi kehamilan/persalinan dengan trauma seminimal mungkin pada ibu.

I. Obat-obatan anti kejang

MgSO4

Dosis awal : 4 g 20 % iv pelan (3 menit atau lebih), disusul dengan 10 g

40% im terbagi pada bokong kanan dan bokong kiri.

Dosis ulangan : tiap 4 jam diberikan 4 g 40% im diteruskan sampai 24 jam

paska persalinan atau 24 jam bebas kejang.

Apabila ada kejang lagi, diberikan 2 g MgSO4 20% iv pelan. Pemberian iv

ulangan ini hanya sekali saja, apabila masih timbul kejang lagi, maka

diberikan penthotal 5 mg/kgbb/iv pelan.

Page 9: lapsus eklampsi

Bila ada tanda-tanda keracunan MgSO4, diberikan antidotum glukonas

kalikus 10%, 10 ml iv pelan (selama 3 menit atau lebih).

Diazepam

Dosis awal : 20 mg iv pelan (selama 4 menit atau lebih), disusul dengan 40 mg

dalam 500 ml D5% infus dengan kecepatan 30 tetes/menit.

Pengobatan diberikan sampai dengan 12 jam paska persalinan atau 12 jam bebas

kejang.

Apabila ada kejang ulangan, diberikan 10 mg iv. Pemberian ulangan ini hanya

sekali saja, bila masih terjadi kejang diberikan penthotal 5 mg/kgbb/iv pelan.

Apabila sudah diberikan pengobatan diazepam di luar, maka :

Kalau pemberian belum lewat 3 jam (iv/im), maka dosis diazepam yang telah

diberikan diperhitungkan, dan pengobatan dengan diazepam dalam dosis penuh.

Kalau pemberian sudah 3 jam atau lebih, maka diberikan pengobatan dengan

MgSO4 atau diazepam dalam dosis penuh.

Bila diazepam tidak tersedia, maka pengobatan dengan MgSO4 10 mg im, bila

timbul kejang lagi maka diberikan MgSO4 2 g iv.

Perawatan kalau kejang

Kamar isolasi yang cukup tenang

Pasang sudep lidah ke dalam mulut

Kepala direndahkan dan orofaring dihisap

Oksigenasi yang cukup

Fiksasi badan di tempat tidur harus cukup longgar agar tidak terjadi fraktur.

Page 10: lapsus eklampsi

Perawatan kalau koma

Monitoring kesadaran dan dalamnya koma dan tentukan skor tanda vital

Perlu diperhatikan pencegahan dekubitus dan makanan penderita.

Pada koma yang lama bila nutrisi parenteral tidak mungkin maka berikan dalam

bentuk per NGT.

II. Memperbaiki keadaan umum ibu

Infus D5%

Pasang CVP untuk :

Pemantauan keseimbangan cairan (pertimbangan pemberian low molekul

Dextran)

Pemberian kalori (D10%)

Koreksi keseimbangan asam basa (pada asidosis maka diberikan Na

Bic/Meylon 50 meq iv)

Koreksi keseimbangan elektrolit (didasarkan atas hasil pemeriksaan lain)

III. Mencegah Komplikasi

Obat-obatan hipertensi, diberikan pada penderita dengan TD

180/110 mmHg atau lebih

Diuretika, hanya diberikan atas indikasi edema dan kelainan fungsi

ginjal (apabila faktor pre renal sudah diatasi)

Kardiotonika, diberikan atas indikasi ; ada tanda-tanda payah

jantung, edema paru, nadi 120 x/menit, sianosis, diberikan digitalis

cepat dengan cedilanid

Antibiotika spektrum luas.

Page 11: lapsus eklampsi

Antipiretika dan atau kompres alkohol

Kortikosteroid

IV. Terminasi kehamilan/persalinan. Stabilisasi : 4-8 jam setelah salah satu atau

lebih keadaan berikut ini :

Setelah kejang terakhir

Setelah pemberian antikejang terakhir

Setelah pemberian antihipertensi terakhir

Penderita mulai sadar

Untuk koma, yang ditentukan skor tanda vital

STV > 10, boleh terminasi

STV < 9 tunda 6 jam kalau tidak ada perubahan terminasi

Skor Tanda Vital

1 2 3 4

Tekanan Darah Berat

S > 200

D 110-150

Sedang

S 140-200

D 90-110

Ringan

S 100-140

D 50-90

Nadi (x/menit) > 120 100-119 10-99

Suhu rektal (oC) > 40 38,5-39,9 < 38,4

Pernafasan

(x/menit)

> 40 atau

< 16

Tak terukur 29-40 16-26

GCS 3-4 5-7 > 8

Jumlah skor

LAPORAN KASUS

Page 12: lapsus eklampsi

I. IDENTITAS

Nama : Ny. R

Umur : 24 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pemurus RT.02 Aluh-aluh

Masuk RS : 11 September 2007 pukul 23.15 WITA

RMK : 72 71 02

II. ANAMNESIS

1. Keluhan utama

Ingin melahirkan + Kejang

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Kurang lebih 3 jam sebelum masuk RS pasien yang tengah hamil kejang 1x,

lama kejang kurang lebih 5 menit. Posisi tangan menarik ke arah wajah, kaki

lurus kaku, mata terbalik ke atas, stelah kejang pasien sadar namun lemas.

Sebelum kejang pasien mengeluh pusing, pandangan kabur (-), nyeri ulu hati

(-). Selama hamil pasien ANC ke puskesmas dan mengaku kakinya mulai

bengkak sejak 1 bulan yang lalu dan tekanan darahnya mulai tinggi sejak 2

minggu yang lalu. Rata-rata tekanan darah berksar 140-180 mmHg. Kurang

lebih 7 jam sebelum masuk RS pasien merasa mules-mules, tidak ada keluar

lendir darah dan tidak ada keluar air-air. Pasien kemudian pergi ke puskesmas

Page 13: lapsus eklampsi

dan di rawat karena tekanan darah tinggi 200/130 mmHg dan proteinuria 3+. Di

puskesmas pasien telah mendapatkan nifedipin sublingual dan MgSO4 15 cc 25

tetes/menit.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak ada riwayat penyakit kencing manis, asma, maupin ginjal. Sebelum

hamil pasien tidak ada menderita tekanan darah tinggi.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada dalam keluarga yang menderita kencing manis, asma, hipertensi.

Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.

5. Riwayat Haid

Menarche pada usia 12 tahun, siklus haid teratur setiap bulan (kurang lebih 30

hari), lamanya 7 hari. HPHT lupa.

6. Riwayat Perkawinan

Pasien menikah 1 kali, lama perkawinan 5 tahun.

7. Riwayat Obstetri

G2 P1 A0

I / 2003 / Rumah / Dukun kampung / Perempuan / Hidup / SPT-BK

II / 2007 / ini

II. PEMERIKSAAN FISIK

Page 14: lapsus eklampsi

STATUS PRESENT

1. Keadaan Umum : tampak lemah

2. Kesadaran : kompos mentis

3. GCS : 4 5 6

4. Tanda Vital

Tekanan Darah : 140/90 mmHg

Nadi : 94 kali/menit

Respirasi : 22 kali/menit

Suhu : 36,6 oC

5. Kepala dan Leher :

Edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-) sklera ikterik (-/-)

6. Thorax :

Pulmo I : Bentuk simetris, gerak nafas simetris

P : Fremitus raba simetris

P : sonor/sonor

A : Suara nafas vesikuler, rhonki (-/-) wheezing (-/-).

Cor I : iktus kordis tidak terlihat

P : Thrill (-)

P : Batas kanan ICS II LPS dextra, batas kiri ICS IV LMK sinistra

A : S1 dan S2 tunggal

7. Abdomen

Page 15: lapsus eklampsi

Lihat status obstetrik

8. Ekstremitas

Atas : Edema (-/-), parese (-/-), akral dingin (-/-)

Bawah : edema (+/+), parese (-/-), akral dingin (-/-)

STATUS OBSTETRI

Inspeksi : perut tampak membuncit asimetris

Palpasi : L1 : 4 jari di bawah processus

xyphoideus

L2 : memanjang pungung kanan

L3 : Presentasi kepala

L4 : Kepala masuk pintu atas panggul

4/5

His : 2x/10 menit/15-20 detik

TFU : 28 cm

TBJ : 2630 gram

Auskultasi : Denyut jantung janin (DJJ) 162 kali/menit

Vaginal Toucher (pkl 23.30 wita) :

Page 16: lapsus eklampsi

Portio tipis lunak arah medial, pembukaan 7 cm,kulit ketuban (+), bagian terbawah

kepala,penurunan di Hodge 1, penunjuk UUK

Pemeriksaan Panggul ;

Promontorium tidak teraba, spina ischiadica tidak menonjol, linea inominata teraba

kurang dari setengah lingkaran, dinding samping sejajar, kesan luas.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Rutin :

Hb : 11,2 g/dl

Leukosit : 15.800/ul

Eritrosis : 3,98 juta/ul

Hematokrit : 34 VOL %

Trombosit : 257.000/ul

Kimia Darah :

GDS : 129 mg/dl

SGOT : 21 U/l

SGPT : 13 U/l

Ureum : 30 mg/dl

Kreatinin : 1,2 mg/dl

Asam Urat : 6,8 mg/dl

Natrium : 121 MMOL/L

Kalium : 4,1 mmol/l

Chlorida : 108 mmol/l

Urinalisa

Page 17: lapsus eklampsi

Warna : kuning

BJ : 1,025

pH : 7,0

Protein : 3+

Glukosa : negatif

Bilirubin : 1+

Darah Samar : 3+

III. DIAGNOSIS

G2P1A0 Hamil aterm inpartu kala I fase aktif dengan eklampsia janin tunggal

hidup intra uterin prsentasi kepala.

IV. Penatalaksanaan

Sikap : Pasang infus

Pasang kateter

Regimen MgSO4

Cek darah rutin, kimia darah, PT/aPTT da urin lengkap

Observasi kemajuan persalinan dan percepat kala 2.

Advis dokter konsulen :

Observasi kemajuan persalinan, jika pembukaan tetap, lakukan induksi persalinan

dan percepat kala 2.

Pkl 00.50 wita :

Page 18: lapsus eklampsi

Pembukaan lengkap, kepala di depan vulva. Ibu dpimpin mengedan sesuai his.

Tangan kanan memegang perineum, tangan kiri menahan defleksi kepala, kepala lahir

spontan, terjadi putaran Paksé puar kepala dipegang secara biparietal dilakukan penarikan

ke posterior sampai bahu depan di bawah simfisis, dilakukan penarikan ke anterior

sampai bahu belakang lahir. Dilakukan penarikan sejajar lantai sampai lahir punggung,

bokong dan kaki. Uptur perineum grade 1.

Pkl 01.00 wita :

Lahir bayi laki-laki 1900 gram 47 cm, apgar skor 7-8-9 anus (+), kelainan

kongenital (-). Tali pusat di klem 2 posisi kemudian dipotong disuntikkan oksitosin 1

ampul im, dilakukan peregangan tali pusat.

Pkl 01.05 wita :

Lahir plasenta spontan lengkap infark (-), kalsifikasi (-), insersio lateralis. Dilakukan

penjahitan ruptur perineum.

Tekanan darah post partum 130/90 mmHg

Nadi 88 x/menit

Respirasi 20 x/menit.

Terapi post partum :

Cefadroxil 3 x 500 mg tablet

Asam Mefenamat 3 x 500 mg tablet

Vit C 2 x 1 tablet

Vit B kompleks 2 x 1 tablet

Nipedifin 3 x 5 mg bila Td > 140/90 mmHg

Follow up pasien :

Page 19: lapsus eklampsi

Tanggal 13 september 2007 :

S : Nyeri perut (+), flatus (+), ASI (-)

O : TD 140/100 mmHg RR : 24 x/menit

N 80 x/menit T 36,7 0C

Kontraksi uterus baik

A : P2A0 post partum + eklampsia (H1)

P : Cefadroxil 3 x 500 mg tablet

Asam Mefenamat 3 x 500 mg tablet

Vit C 2 x 1 tablet

Vit B kompleks 2 x 1 tablet

Nipedifin 3 x 5 mg

Tanggal 14 september 2007 :

S : Nyeri perut (-), perdarahan (-), ASI (+) makan/minum (+/+), BAK/BAB (+/+)

O : TD 160/100 mmHg RR 20 x/menit

N 80 x/menit T 36,50C

A : P2A0 post partum + eklampsia (H2)

P : Cefadroxil 3 x 500 mg tablet

Asam Mefenamat 3 x 500 mg tablet

Vit C 2 x 1 tablet

Vit B kompleks 2 x 1 tablet

Nipedifin 3 x 5 mg

DISKUSI

Page 20: lapsus eklampsi

Dalam menentukan diagnosa dan penatalaksanaan kasus obstetri yang harus

dilakukan terhadap pasien adalah anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang.

Pada kasus ini seorang wanita dengan usia 24 tahun didiagnosis dengan G2P1A0

Hamil aterm inpartu kala I fase aktif dengan eklampsia janin tunggal hidup intra uterin

presentasi kepala.

Dasar diagnosis eklampsia pada pasien ini adalah sesuai definisi dimana

eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas yang

ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma. Sebelumnya wanita tadi menunjukkan

gejala-gejala pre eklampsia (kejang bukan akibat kelainan neurologik). Pada pasien ini

sedang dalam prsalinan kala 1 fase aktif, dengan tanda-tanda pre eklampsia yakni

hipertensi dengan tekanan darah saat tiba di RS 140/90 mmHg, adanya proteinuria 3+

serta edema pada kedua tungkai. Pasien juga mengalami kejang sebanyak 1 kali. Namun

kesadaran pasien saat tiba di RS sudah composmentis.

Prinsip pengobatan pada penderita eklampsia adalah sebagai berikut9 :

1. Menghentikan dan mencegah kejang

2. Memperbaiki keadaan umum ibu/janin seoptimal mungkin

3. Mencegah komplikasi

4. Terminasi kehamilan/persalinan dengan trauma seminimal mungkin.

Page 21: lapsus eklampsi

Pada pasien ini diberikan obat anti kejang MgSO4 dengan dosis awal 4 gram

20% iv pelan , disusul dengan 10 gram 40% im terbagi pada bokong kanan dan bokong

kiri. Dosis ulangan diberikan 4 gram 40% im tiap 4 jam sampai 24 jam paska persalinan

atau 24 jam bebas kejang.

Syarat-syarat pemberian sulfas magnesikus :

Tersedia kalsium glukonas 1 g, 10 ml 10% iv pelan (3 menit).

Refleks patella (+) kuat

Pernafasan > 16 kali/menit, tanpa tanda-tanda distres prnafasan

Produksi urin > 100 ml dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgbb/jam).

Pengobatan obstetrik pada penderita pre eklampsia-eklampsia adalah dengan

cara pengakhiran kehamilan/persalinan :

Belum inpartu

o Induksi persalinan

Amniotomi

Drip oksitosin dengan syarat skor Bishop

o SC bila

o Syarat drip oksitosin tidak terpenuhi

o 12 jam sejak drip oksitosin belum masuk fase aktif

o Pada primigravida cenderung SC

Inpartu

o Kala I :

Fase laten tunggu 6 jam fase laten SC

Fase aktif (amniotomi, drip pitosin)

Page 22: lapsus eklampsi

o Kala II :

Tindakan dipercepat sesuai dengan syarat yang terpenuhi.

Pada pasien ini berat bayi yang dilahirkan rendah, ini merupakan salah satu

komplikasi pre eklampsi-eklampsia pada janin, di mana terdapat adanya pertumbuhan

janin yang terhambat.

Dari pemeriksaan penunjang; darah rutin dan kimia darah tidak ditemukan

adanya komplikasi lain pada ibu seperti sindrom HELLP.

Setelah kelahiran, perawatan dan pengobatan intensif diteruskan untuk 48 jam.

Bila tekanan darah turun, maka pemberian obat penenang dapat dikurangi setelah 24 jam

postpartum untuk kemudian lambat laun dihentikan. Biasanya diuresis bertambah 24-48

jam setelah kelahiran dan edema serta proteinuria berkurang.

Pada pasien ini juga mendapat terapi anti hipertensi yaitu nipedifin 3 x 5 mg.

Prognosis penderita ditentukan berdasarkan kriteria Eden9 :

1. Koma yang lama (6 jam atau lebih )

2. Nadi > 120 x/menit

3. Suhu > 130 0F atau 39 0 C

4. TD > 200 mmHg

5. Konvulsi > 10 kali

6. Proteinuria > 10 g

7. Tidak ada edema, edema menghilang

Bila dijumpai satu atau lebih dari gejala tersebut diatas, prognosa buruk.

Page 23: lapsus eklampsi

Pada penderita ini tidak terdapat satu atau lebih kriteria eden. Penderita boleh

dipulangkan bila perawatan obstetrik baik, perlu evaluasi keadaan jantung, ginjal dan

metabolik.

Pada hari perawatan ke 3 TD pasien 160/100 mmHg. Namun pasien pulang atas

permintaan sendiri.

Page 24: lapsus eklampsi

PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus atas nama Ny. R, 24 tahun, hamil aterm datang

dengan keluhan ingin melahirkan + kejang. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosa hamil aterm inpartu kala I fase aktif

dengan eklampsia Janin tunggal hidup intra uterin.

Telah dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan eklampsia. Pasien pulang pada

postpartum hari ke 3 atas permintaan sendiri.

Page 25: lapsus eklampsi

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, S. Pre Eklampsia dan Eklampsia. Dalam : Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina pustaka Prawirohardjo, Jakarta. 1999.

2. Wagner, L.K. Diagnosis & Management of Pre Eklampsia. American Academy of Family Physicians Journal. Vol 70/no 12) 2004. http ://www.nhlbi.nib.gov/healthy/prof/heart/hbp preg.pdf.

3. Euerle, B, Warden, M. Pre Eklampsia (Toxemia of Pregnancy). 2005. http://www.emedicine.com

4. Jung, Dawn C. Pregnancy, Pre Eklamsia. 2007. http;//www. Emedicine.com

5. Morris, S C. Pregnancy, Eklampsia. 2006. http;//www. Emedicine.com

6. Stephani, R. Eklampsia. 2005. http;//www. Emedicine.com

7. Shuman, T. Pregnancy : Pre Eklampsia and Eklampsia. 2005. http;//www.Google.com.

8. Wikipedia Foundation. Eklampsia. 2007. http;//www.Yahoo.com.

9. Sutarinda, Z. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Obstetri Ginekologi. Banjarmasin, Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD ULIN-FK UNLAM