Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

56
BAB I PENDAHULUAN Diabetes sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum masehi. Pada 200 tahun sebelum masehi, Aretaeus menyebutnya sebagai penyakit aneh dan menamai penyaki tersebut dengan diabetes dari kata diabere yang berarti siphon atau tabung untuk mengalirkan cairan dari satu tempat ketempat lain. Dia menggambarkan penyakit itu sebagai melelehnya daging dan tungkai kedalam urine. Tahun 1674 Willis melukiskan urin tadi seperti digelimangi madu dan gula. Oleh karena itu, sejak itu nama penyakit tersebut ditambah dengan kata mellitus yang berarti madu atau manis. Kemudian pada tahun 1921 ditemukan insulin oleh seorang ahli bedah muda Frederick Grant Banting dan Charles Herbert Best yang mulai mengubah dunia dalam penanganan penyakit diabetes mellitus. 1 Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecendrungan peningkatan angka insiden dan prevalensi Diabetes Melitus Tipe-2 (DM tipe-2) diberbagai penjuru dunia. WHO memprediksi adanya kenaikan jumlah diabetisi (penderita diabetes) yang cukup besar ditahun-tahun mendatang. Untuk Indonesia, WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan hasil penelitian diberbagai daerah di Indonesia yang 1

description

Referat Diabetes Melitus dan Senam Kaki Diabetes

Transcript of Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

Page 1: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

BAB I

PENDAHULUAN

Diabetes sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum masehi. Pada 200 tahun

sebelum masehi, Aretaeus menyebutnya sebagai penyakit aneh dan menamai

penyaki tersebut dengan diabetes dari kata diabere yang berarti siphon atau

tabung untuk mengalirkan cairan dari satu tempat ketempat lain. Dia

menggambarkan penyakit itu sebagai melelehnya daging dan tungkai kedalam

urine. Tahun 1674 Willis melukiskan urin tadi seperti digelimangi madu dan gula.

Oleh karena itu, sejak itu nama penyakit tersebut ditambah dengan kata mellitus

yang berarti madu atau manis. Kemudian pada tahun 1921 ditemukan insulin oleh

seorang ahli bedah muda Frederick Grant Banting dan Charles Herbert Best yang

mulai mengubah dunia dalam penanganan penyakit diabetes mellitus.1

Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecendrungan

peningkatan angka insiden dan prevalensi Diabetes Melitus Tipe-2 (DM tipe-2)

diberbagai penjuru dunia. WHO memprediksi adanya kenaikan jumlah diabetisi

(penderita diabetes) yang cukup besar ditahun-tahun mendatang. Untuk Indonesia,

WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi

sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan hasil penelitian diberbagai daerah di

Indonesia yang dilakukan pada dekade 1980 menunjukkan sebaran DM tipe-2

antara 0,8% di Tanah Toraja, sampai 6,1% yang didapatkan di Manado. Hasil

penelitian pada era 2000 menunjukkan peningkatan prevalensi yang sangat tajam.

Sebagai contoh penelitian di Jakarta dari prevalensi DM 1,7% pada tahun 1982

menjadi 5,7% pada tahun 1993, dan kemudian menjadi 12,8% pada tahun 2001 di

daerah suburban di Jakarta.2

Pasien diabetes mellitus (DM) memiliki kecendrungan tinggi untuk

mengalami ulkus di kaki yang sulit sembuh dan berisiko amputasi. Keadaan ini

memberi beban sosioekonomi baik bagi pasien dan masyarakat. Data

menunjukkan 15-25% dari pasien DM akan mengalami ulkus di kaki didalam

hidup mereka, sebanyak 14-24% memerlukan amputasi, pada pasien yang sudah

sembuh dari ulkus, angka kumulatif dalam 5 tahun dalam hal kekambuhan

mencapai 66% dan amputasi sebanyak 12%. Masalah tersebut sepenuhnya dapat

1

Page 2: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

dicegah melalui perawatan yang baik dan edukasi. Hanya dengan deteksi dini,

pengawasan kaki yang ketat, pengobatan agresif, pendekatan multidisiplin,

edukasi tentang perawatan kaki dan penggunaan sepatu serta kontrol gula darah,

maka hal yang mengancam jiwa dan kaki itu bisa diatasi.3

Pengetahuan tentang perawatan kaki pada pasien diabetes disadari sangat

tidak memadai. Di Negara yang telah majupun hanya sedikit pasien yang

mendapatkan pengetahuan yang memadai dari dokter tentang kaki diabetes

(1,3%). Pengetahuan bahwa pada penderita kaki diabetes yang seharusnya

memakai sepatu khusus hanya 7%. Hanya sebanyak 30% yang melakukan

perawatan kaki secara teratur.4

Di Rumah Sakit Sanglah selama periode 1 bulan (Februari 2011),

didapatkan prevalensi penderita ulkus pada penderita diabetes sebanyak 3,4% dari

seluruh penderita (625 orang) yang dirawat maupun kontrol dipoliklinik diabetes.

Gradasi luka menurut Wagner, grade 2 sebanyak 2 orang (10%), grade 3 sebanyak

9 orang (43%), dan grade 4 sebanyak 10 orang (47%), dengan hasil biakan kuman

yang didapatkan hampir semuanya resisten dengan obat yang sering dipakai

karena ditanggung oleh pemerintah (Cefotaxim dan Ciprofloxacin), sehingga

memerlukan biaya yang sangat tinggi dalam perawatannya.4

Keadaan ini perlu disikapi dengan baik karena angka kejadian kaki diabetes

25 kali lebih banyak dari kejadian nefropati terutama yang sampai menjalani

dialysis. Pasien yang memiliki riwayat luka pada kaki, memiliki risiko 34 kali

lebih tinggi dibanding dengan yang belum memiliki riwayat luka untuk

kemungkinan akan menderita ulkus yang baru.3

Pada pasien-pasien dengan umur tua (geriatri), tentunya penyakit diabetes

yang tanpa atau disertai dengan komplikasi ulkus pada kakinya akan

menyebabkan kondisi yang berbeda daripada pasien yang berumur lebih muda.

Kondisi imunitas yang mulai menurun, tingkat ketahanan menghadapi stress akan

kondisi diri seperti misalnya pengidap penyakit kronis, serta berbagai hal dari

sistem tubuh yang mulai mengalami kemunduran akan menimbulkan komplikasi

lain yang lebih berat baik secara fisik maupun psikis. Ditambah lagi bahwa

diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang diderita seumur hidup.

Berdasarkan hal tersebut, diperlukan program pencegahan untuk mencegah

2

Page 3: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

terjadinya ulkus dengan perawatan kaki secara teratur mencakup terapi sepatu

yang sesuai dengan edukasi secara menyeluruh disamping kontrol penyakit

indukknya (diabetes) dengan baik.4,5

Pengetahuan dan pemahaman mengenai penyakit Diabetes sangat penting

dalam mengurangi angka morbiditas dan mortilitas akibat penyakit ini. Untuk itu

pemberian penyuluhan sebagai salah satu metode promosi kesehatan perlu untuk

dilakukan terutama kepada masyarakat yang telah memiliki faktor resiko memiliki

penyakit Diabetes, maupun diberikan kepada semua golongan masyarakat

sehingga akan terciptanya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat utamanya

masyarakat yang terangkum dalam wilayah kerja Puskesmas Tejakula 1 Singaraja.

3

Page 4: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang

yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat

kekurangan insulin baik absolut (DM tipt-1) maupun relatif. Diabetes mellitus

merupakan penyakit kronis yang diderita seumur hidup. Penyakit ini

merupakan penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dimana terjadi

defek pada sel beta pankreas sebagai penghasil insulin atau defek pada

ambilan glukosa di jaringan perifer atau keduanya (DM tipe-2). Diabetes

adalah penyakit kronis, yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan

insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan

insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi

glukosa dalam darah (hiperglikemia).1,2,6,7

Diabetes Mellitus Diabetic Foot (DMDF) atau ulkus kaki diabetik

adalah kaki pada pasien dengan diabetes mellitus yang mengalami perubahan

patologis akibat inveksi, ulserasi atau destruksi jaringan yang dalam yang

berhubungan dengan abnormalitas neurologis, penyakit vaskular perifer

dengan derajat bervariasi, dan atau komplikasi metabolik dari diabetes pada

ekstrimitas bawah.7

2.2 Epidemologi

Kekerapan DM tipe-1 dinegara barat kurang lebih 10% dari DM tipe-2. Di

Negara tropis jauh lebih sedikit lagi. Gambaran klinisnya biasanya timbul

pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil balik. Sedangkan DM

tipe-2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan yakni lebih dari 90%.

Timbul makin sering setelah umur 40 tahun. Berbagai faktor genetik,

lingkungan dan cara hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes. Ada

kecendrungan penyakit ini timbul dalam keluarga. Diabetes yang terdiagnosis

paling umum terjadi di populasi umur setengah baya dan tua, dengan tingkat

tertinggi terjadi pada orang berusia 65 tahun dan usia lebih tua. Pada DM tipe-

4

Page 5: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

1 umumnya terjadi pada usia dibawah 40 tahun sedangkan DM tipe-2

umumnya terjadi pada usia diatas 40 tahun.1,9

2.3 Patofisiologi

Seperti suatu mesin, badan memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan

mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energi

supaya sel badan dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin bersumber

pada bahan bakar yaitu bensin. Pada manusia, bahan bakar tersebut berasal

dari bahan makanan yang kita makan setiap hari, yang terdiri dari karbohidrat

(gula dan tepung-tepungan), protein (asam amino) dan lemak (asam lemak).1

Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan

selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan dipecah

menjadi bahan dasar dari makanan tersebut. Karbohidrat menjadi glukosa,

protein menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga sat

makanan itu akan diserap oleh usus kemudian masuk kedalam pembuluh

darah dan di edarkan keseluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di

dalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya dapat berfungsi sebagai bahan

bakar, zat makanan tersebut harus dapat masuk dulu kedalam sel supaya dapat

diolah didalam proses metabolisme sel. Dalam proses tersebut insulin

memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa

kedalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin

ini adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas.1

Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya dibelakang lambung.

Didalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada peta,

karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta yang

mengeluarkan hormone insulin yang sangat berperan dalam mengatur kadar

glukosa dalam darah. Tiap pancreas mengandung kurang lebih 100.000 pulau

langerhans dan tiap pulau berisi 100 sel beta. Disamping sel beta, ada juga sel

alfa yang memproduksi glucagon yang bekerja sebaliknya dari insulin yaitu

meningkatkan kadar glukosa darah. Juga ada sel delta yang mengeluarkan

somatostatin.1

5

Page 6: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai

anak kunci yang dapat membuka pintu masukknya glukosa kedalam sel, untuk

kemudian didalam sel glukosa tersebut dimetabolisme menjadi tenaga. Bila

insulin tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat

gula darah meningkat. Dalam keadaan ini badan akan menjadi lemah karena

tidak ada sumber energi didalam sel. Hal ini terjadi pada diabetes tipe -1 (DM

tipe-1).1

Pada DM tipe-1, insulin tidak ada karena pada jenis ini timbul reaksi

autoimun yang disebabkan adanya peradangan pada sel beta insulitis. Ini

menyebabkan timbulnya antibody terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet

Cell Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibody (ICA) yang

ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta. Insulinitis bisa disebabkan

oleh bermacam-macam diantaranya virus, seperti virus Cocksakie,

Rubella,CMV, Herpesi dan lain-lain. Yang diserang pada insulinitis hanya sel

beta, biasanya sel alfa dan sel delta tetap utuh.1

Pada diabetes tipe-2 (DM Tipe-2), jumlah insulin normal, malah

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor yang terdapat pada permukaan

sel yang kurang. Reseptor yang kurang ini menyebabkan glukosa yang masuk

kedalam sel juga kurang atau sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan

bakar (glukosa) dan glukosa dalam pembuluh darah meningkat. Dengan

demikian keadaan ini sama dengan pada DM tipe-1. Perbedaanya adalah DM

tipe-2 disamping kadar glukosa yang tinggi, juga kadar insulin tinggi atau

normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin.1

Penyebab resistensi insulin pada DM tipe-2 sebenarnya tidak begitu

jelas, tetapi faktor-faktor seperti obesitas terutama obesitas yang bersifat

sentral (bentuk apel), diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kurang gerak

badan serta faktor keturunan (herediter).1

Pada diabetes mellitus dapat berlanjut menjadi ulkus terutama pada

ekstremitas bawah yang dalam hal ini adalah kaki. Ada beberapa komponen

penyebab sebagai pencetus timbulnya ulkus diabetikum pada pasien diabetes,

dapat dibagi 2 faktor besar yaitu:

1. Faktor kausatif

6

Page 7: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

a. Neuropati perifer (sensorik, motorik, autonom)

Merupakan faktor kausatif utama dan terpenting. Hiperglikemia

menyebabkan peningkatan kerja enzim aldose reductase dan sorbitol

dehydrogenase. Hasil kerja enzim tersebut mengkonversi glukosa

intraseluler menjadi sorbitol dan fruktosa. Akumulasi produk ini

menurunkan sintesis sel saraf myoinositol, yang diperlukan untuk

konduksi pada saraf normal. Selai itu, konversi kimia glukosa

menyebabkan penurunan cadangan nicotinamide adenine dinucleotide

phosphate, yang diperlukan untuk detoksifikasi terhadap stress

oksidatif dan untuk sintesis vasodilator nitric oxide. Hasilnya akan

terjadi peningkatan stress oksidatif dalam sel saraf dan terjadi

vasokonstriksi yang menyebabkan iskemia yang nantinya memicu

cidera sel saraf dan kematian.3,10

Neuropati sensorik biasanya derajatnya cukup dalam (>50%)

sebelum mengalami kehilangan sensasi proteksi yang berakibat pada

kerentanan terhadap trauma fisik dan termal sehingga meningkatkan

risiko ulkus kaki. Tidak hanya sensasi nyeri dan tekanan yang hilang,

tetapi juga propriosepsi yaitu sensasi posisi kaki juga hilang.

Neuropati motorik mempengaruhi semua otot-otot di kaki,

mengakibatkan penonjolan tulang-tulang abnormal, arsitektur normal

kaki berubah, deformitas yang khas seperti hammer toe dan hallux

rigidus. Sedangkan neuropati autonom atau autosimpatektomi,

ditandai dengan kulit yang kering, tidak berkeringat dan peningkatan

capillary filling sekunder akibat shunting arteriovenous kutan, hal ini

mencetuskan timbulnya fisura, kerak kulit. Semuanya menjadikan

kaki rentan terhadap trauma yang minimal.3

b. Tekanan plantar kaki yang tinggi.

Merupakan faktor kausatif kedua terpenting. Keadaan ini berkaitan

denga dua hal yaitu keterbatasan mobilitas sendi (ankle, subtalar, first

metatarsophalangeal joints) dan deformitas dari kaki. Pada suatu

penelitian mengatakan bahwa pasien denga neuropati perifer, 28%

7

Page 8: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

dengan tekanan plantar yang tinggi, dalam 2,5 tahun kemudian timbul

ulkus dikaki dibanding dengan pasien tanpa tekanan plantar tinggi.3

c. Trauma

Terutama trauma yang berulang, 21% trauma akibat gesekan alas

kaki, 11% karena cedera kaki (kebanyakan karena jatuh), 4% selulitis

akibat komplikasi tinea pedis, dan 4% karena kesalahan memotong

kuku jari kaki.3

2. Faktor kontributif

a. Aterosklerosis

Ateroskerosis karena penyakit vaskuler perifer terutama mengenai

pembuluh darah femoropoplitea dan pemburluh darah kecil dibawah

lutut, merupakan faktor kontributif terpenting. Risiko ulkus, dua kali

lebih tinggi pada pasien diabetes dibanding pasien non diabetes.3

Pada pasien DM proses timbulnya aterosklerosis lebih dini dan

lebih ekstensif dibanding populasi umum. Penyebabnya belum

diketahui secara pasti, walaupun demikian telah dipertimbangkan

peranan dari lipoprotein glikasi yang nonenzimatik. Lesi

aterosklerosis pada DM dimulai dengan oksidasi kol-esterol LDL

yang meningkat dengan kol-esterol HDL yang rendah. Sebagai akibat

rasio LDL per HDL yang meningkat cenderung terjadi aterosklerosis.

Faktor lain yang mempercepat aterosklerosis pada DM adalah

peningkatan agregasi trombosit akibat kenaikan sintesis tromboxan

A2 dan menurunnya sintesis prostasiklin. Hiperglikemia sendiri secara

tidak langsung menyebabkan kenaikan sekresi endotelin-1 pada in

vitro sedang produksi nitritoksida menurun. Endotelin adalah

vasokonstriktor kuat dan mitogenik terhadap vascular otot polos,

sedang nitrikoksid merupakan vasodilator yang bersifat antimitogenik

dan menekan agregasi trombosit. Dengan demikian terjadinya PVP

didasari oleh gangguan sel endotel, interaksi antara trombosit, lipid

dan metabolisme lipoprotein. Kenaikan glukosa darah dan

meningkatnya kolesterol LDL dan kolesterol “very-low density

lipoprotein” (VLDL) dapat memberi efek pada endothelium vaskular.

8

Page 9: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

Kerusakan sel endotel menyebabkan agregasi makrofag dan trombosit

yang menyebabkan pengeluaran “growth faktor” yang merangsang

proliferasi sel otot polos dan deposisi “foam cells”.10

Ditemukan 7 efek metabolik yang toksik untuk jaringan endotel

yaitu efek langsung, imunologi, reologi, sitokin, glikasi, oksidan dan

sorbitol. Selanjutnya terjadi agregasi dan adhesi trombosit yang

melibatkan terutama faktor von Willebrand dan dengan adanya

fibrinogen yang meningkat pada DM tidak terawat akan memudahkan

terjadinya mikrotrombus. Peranan sindroma metabolik yang

dikemukakan oleh Reaven pada tahun 1988 yang merupakan faktor

risiko independen dalam terjadinya gangguan pembuluh darah besar

terutama tampak pada DM tipe-2 dimana juga ditemukan faktor

independen lainnya seperti hipertensi, dislipidemia, dan obesitas.10

Hiperinsulinemia secara langsung menyebabkan kenaikan

prevalensi hipertensi pada DM tipe-2 yang dapat berhubungan dengan

kenaikan rangsangan terhadap sistem saraf simpatis, meningkatkan

dan merangsang reabsorpsi natrium dari tubuli proksimal. Hipertensi

dijumpai 2 kali lebih sering pada DM dibanding dengan non-diabetes

dan merupakan faktor risiko utama untuk PVP. Sedang dislipidemia

juga dijumpai lebih sering pada DM tipe-2 dan semua faktor ini dapat

bersama-sama mempercepat aterosklerosis. Sekitar 80-90% lesi pada

kaki pada DM disertai oleh iskemia yang signifikan. Adanya iskemia

menyebabkan katabolisme terganggu, kadar serotonin (5 hidroksi

triptamin = 5HT) meningkat dan pembuluh darah serta trombosit

cenderung supersensitif terhadap serotonin yang akan memberi efek

biologik berupa konstriksi pada arteri dan vena, yang disebut sebagai

vasospasme komplit. Selain itu serotonin memudahkan trombosit di

sekitarnya untuk ikut dalam proses terbentuknya trombus. Hal ini

semua menyebabkan sumbatan pada arteri ekstremitas bawah yang

akan menyebabkan iskemia jaringan dan gampang mengalami

ulserasi.10

b. Diabetes

9

Page 10: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

Diabetes menyebabkan gangguan penyembuhan luka secara intrinsik,

termasuk diantaranya gangguan collagen cross-linking, gangguan

fungsi matrik metalloproteinase, dan gangguan imunologi terutama

gangguan fungsi PMN. Disamping itu penderita diabetes memiliki

angka onikomikosis dan infeksi tinea yang lebih tinggi, sehingga kulit

mudah mengelupas dan mengalami infeksi.3

Bagan 1. Pathogenesis terjadinya ulkus pada kaki pasien diabetes.

10

Page 11: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

Gambar 1. Faktor risiko ulkus kaki diabeteikum.

2.4 Diagnosis

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada diabetisi. Kecurigaan adanya DM

perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti poliuria yaitu

banyak kencing, polifagia yaitu banyak makan, polidipsia yaitu banyak

minum, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

Keluhan lain dapat berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita. Diagnosis DM

ditegakkan melalui 3 cara. Pertama, jika keluhan klasik ditemukan, maka

pemeriksaan glukosa darah sewaktu lebih dari atau sama dengan 200 mg/dL

sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Kedua, dengan tes toleransi

glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75 gram glukosa lebih

sensitive dan spesifik disbanding dengan pemeriksaan gula darah puasa,

namun memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit dilakukan berulang-ulang

dan dalam praktik sangat jarang dilakukan. Ketiga, dengan pemeriksaan gula

darah puasa yang lebih mudah dilakukan, mudah diterima oleh pasien serta

murah sehingga pemeriksaan ini dianjurkan untuk diagnosis DM.2

Tabel 1. Kriteria diagnosis DM.2

1 Gejala klasik DM + glukosa darah sewaktu > 200 mg/dL (11,1

mmol/L)

(Glukosa sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu

11

Page 12: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

hari tanpa memperhatikan waktu makan terahir)

Atau

2 Gejala klasik DM

+

Kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dL (7,0 mmol/L)

(puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8

jam)

Atau

3 Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO > 200 mg/dL (11,1

mmol/L)

(TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa

yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke air)

Pada pasien DM dengan komplikasi ulkus pada kaki atau yang akan mengarah

terjadinya ulkus pada kaki akan mengeluh terjadi luka yang tidak kunjung

sembuh dengan pengobatan luka biasa. Luka yang awalnya kecil akan

bengkak dan meluas lama-kelamaan. Kaki yang akan mengalami ulkus akan

kehilangan kemampuan untuk merasakan sensasi baik sensasi nyeri ataupun

posisi. Luka tersebut akan berbau busuk dan membuat tidak nyaman penderita

dan orang lain disekitarnya. Arsitektur normal kaki berubah, deformitas yang

khas seperti hammer toe dan hallux rigidus. Kulit yang kering, tidak

berkeringat dan peningkatan capillary filling sekunder akibat shunting

arteriovenous kutan, hal ini mencetuskan timbulnya fisura, kerak kulit, kulit

mudah mengelupas dan mengalami infeksi. 3,9,10

12

Page 13: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

Gambar 2. This 60-year-old female with diabetes and a history of plantar callus presented

with (A) ulceration sub 4th metatarsal head and (B) 4th left toe, and poor diabetic control. A

severe foot infection was apparent and (C) radiographs showed erosive disorganization of the

4th MTP joint. The patient developed a foot infection secondary to the plantar callus that

progressed to osteomyelitis of the 4th toe and 4th metatarsal. (D) She was treated with

parenteral antibiotics and ray resection.9

Gambar 3. (A) This 65-year-old male presented with a severe limb-threatening infection with

deep necrosis of the forefoot. (B) He underwent incision and drainage with wound

debridement including tendons on the dorsum of the foot and hallux amputation. (C) This was

later converted to a transmetatarsal amputation with continuing dorsal wound care. (D) Good

granular response allowed for later placement of a split-thickness skin graft.9

13

Page 14: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

Derajat luka pada kaki diabetes diklasifikasikan berdasarkan Wagner. Berikut

adalah tabel klasifikasi derajat luka Wagner:9

Tabel 2. Klasifikasi Wagner

Selain mengetahui derajat luka, pada penderita ulkus kaki diabetes perlu

dilakukan pemeriksaan berupa kultur dan sensitifitas kuman terhadap

abses pada luka tersebut untuk mengetahui jenis kuman atau bakteri yang

telah menginveksi. Sehingga pemberian terapi obat-obatan dapat dipilih

obat-obatan yang sesuai dengan kultur dan sensitivitasnya. Kultur dari

eksudat dan jaringan dalam dari ulkus dilakukan untuk membuktikan

adanya kuman penyebab inveksi. Tehnik pengambilan specimen adalah

permukaan luka dibersihkan dengan cairan normal saline dan kasa steril,

contoh eksudat diambil dengan mengoleskan cotoonswab steril pada

permukaan ulkus, sedangkan jaringan dalam diambil dengan pisau scapel.

Berikut adalah diagram distribusi agen pathogen pada hasil kultur abses

pada ulkus kaki diabetes.3,9

14

Page 15: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

Gambar 4. Distribusi organisme pathogen pada hasil kultur ulkus kaki

diabetes.

2.5 Penatalaksanaan.

Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya kualitas hidup

diabetisi.

Tujuan penatalaksanaan diantaranya jangka pendek: hilangnya keluhan dan tanda

DM, mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa

darah. Jangka panjang: tercegahnya dan terhambatnya progesivitas penyulit

mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan adalah

turunnya morbiditas dan mortalitas dini DM. Untuk mencapai tujuan tersebut

perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan profil

lipid, melalui pengelolaan pasien secara holistic dengan mengajarkan perawatan

mandiri dan perubahan perilaku.2

a. Langkah-langkah penatalaksanaan DM

1. Evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama melipiuti:

a. Riwayat Penyakit:

15

Page 16: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

Gejala yang timbul, hasil pemeriksaan laboratorium terdahulu termasuk

A1C, hasil pemeriksaan khusus yang telah ada terkait DM

Poal makan, status nutrisi, riwayat perubahan berat badan

Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak/dewasa muda

Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara lengkap, termasuk

terapi gizi medis dan penyuluhan yang telah diperoleh tentang perawatan

DM secara mandiri, serta kepercayaan yang diikuti dalam bidang terapi

kesehatan

Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang digunakan,

perencanaan makan dan program latihan jasmani

Riwayat komplikasi akut (KAD, hiperosmolar hiperglikemi, hipoglikemi)

Riwayat infeksi sebelumnya, terutama infeksi kulit, gigi dan traktus

urogenitalis

Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronis (komplikasi pada ginjal,

mata, saluran pencernaan, dll)

Pengobatan yang lain yang mungkin berpengaruh terhadap glukosa darah

Factor risisko: merokok, hipertensi, riwayat penyakit jantung koroner,

obesitas dan riwayat penyakit keluarga (termasuk penyakit DM dan

penyakit endokrin lainnya)

Riwayat penyakit dan pengobatan di luar DM

Pola hidup, budaya, psikososial, pendidikan, status ekonomi

Kehidupan seksual, penggunaan kontrasepsi dan kehamilan

b. Pemeriksaan Fisisk

Pengukuran tinggi dan berat badan

Pengukuran tekanan darah, termasuk tekanan darah ortostatik jika

diperlukan

Pemeriksaan funduskopi

Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid

Pemeriksaan jantung

Evaluasi nadi baik secara palpasi maupun menggunakan stetoskop

Pemeriksaan ekstemitas atas dan bawah termasuk jari)

16

Page 17: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

Pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat penyuntikan

insulin) dan pemeriksaan neurologis

Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe lain

c. Evaluasi Laboratoris/Penunjang lain

Glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial

A1C

Profil lipid pada keadaan puasa ( bkolesterol total, kolesterol HDL,

kolesterol LDL, trigliserida)

Kreatinin serum

Albuminuria

Keton, sedimen dan protein dalam urin

Elektrokardiogram

Foto sinar X dada

d. Tindakan Rujukan

Ke dokter ahli mata bila diperlikan pemeriksaan mata lebih lanjut

Konsultasi keluarga berencana untuk wanita usia produktif

Konsultasi terapi gizi medis sesuai indikasi

Konsultasi dengan educator diabetes

Konsultasi dengan spesialis kaki, spesialis perilaku, atau spesialis yang

lain sesuai indikasi

2. Evaluasi Medis Secara Berkala

Dialkukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam sesuadah

makan sesuai dengan kebutuhan

Pemeriksaan A1c dilakukan setiap 3 bulan

Setiap satu tahun dilakukan pemeriksaan:

Jasmani lengkap

Albuminuria mikro

Kreatinin

Albumin/globulin dan ALT

17

Page 18: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

Kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan rigliserida

EKG

Foto sinar X dada

Funduskopi

b. Pilar Penatalaksanaan DM.

Pengelolaan DM dimulai dengan terapi gizi medis dan latihan jasmani selama

beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai

sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO)

dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan

secara tunggal atau kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi

metabolic berat, misalnya ketoasidosis, stress berat, berat badan yang menurun

dengan cepat, ketonuria, insulin dapat diberikan segera. Pengetahuan tentang

pemantauan mandiri tentang tanda dan gejala hipoglikemi dan cara mengatasinya

harus diberikan kepada pasien sedangkan pemantauan kadar glukosa darah dapat

dialkuakn secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.

1. Edukasi

Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku

telah terbentuk dengan mapan. Keberhasilan pengeloalan diabetes mandiri

membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim

kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk

mencapai keberhasilan perubahan perilaku dibutuhkan edukasi yang

komprehensif dan upaya peningkatan motivasi. Edukasi yang diberikan

kepada pasien meliputi pemahaman tentang:

Perjalanan penyakit DM

Makna dan perlunay pengendalian dan pemantauan DM

Penyulit DM dan risikonya

Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target perawatan

Interaksi antara asupan makanan, aktifitas fisik, dan obat hipoglikemik

oral atau insulin serta obat-obatan lain

18

Page 19: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau

urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia)

Mengatasi sementara keadaan gawat daraurat seperti rasa sakit atau

hipoglikemia

Pentingnya latihan jasmani yang teratur

Masalh khusus yang dihadapi (misalnya hiperglikemia, pada kehamilan)

Pentingnya perawatan diri

Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan

Edukasi dapat diberikan secara individual dengan pendekatan berdasarkan

penyelesaian masalah. Seperti halnya dengan proses edukasi, perubahan

perilaku memerlukan perencanaan yang baik, implementasi, evaluasi dan

dokumentasi.

2. Terapi gizi medis

Terapi gizi medis (TGM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes

secara total. Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara

menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang

lain dan pasien itu sendiri). Setiap diabetisi sebaiknya mendapat TGM

sesuai dengan kebutuhannya guna mencapai target terapi. Prinsip

pengaturan makan pada diabetisi hampir sama dengan anjuran makan

untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan

kebutuhan kalori dan zat gizi masing masing individu. Pada diabetisi perlu

ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis

dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat

penurun glukosa darah atau insulin.

a. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:

1. Karbohidrat

Karbohidrat dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi. Pembatrasan

karbohidrat total kurang dari 130 g/hari tidak dianjurkan. Makanan harus

mengandung lebih banyak karbohidrat terutama yang berserat tinggi.

Sukrosa tidak boleh lebih dari 10% total asupan energi. Sedikit gula dapat

19

Page 20: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

dikonsumsi sebagai bagian dari perencanaan makan yang sehat dan

pemanis non nutrisi dapat digunakan sebagai pengganti jumlah besar gula

misalnya pada minuman ringan dan permen. Makan tiga kali sehari untuk

mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari.

2. Lemak

Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Tidak

diperkenankan melebihi 30% total asupan energi. Lemak jenuh kurang

dari 7% kebutuhan kalori. Bahn makan yang perlu dibatasi adalah yang

banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain daging

berlemak dan susu penuh. Anjuran konsumsi kolesterol kurang dari 300

mg/hari.

3. Protein

Dibutuhkan sebesar 15-20% total asupan energi. Sumber protein yang baik

adalah iakn, seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu

rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.

4. Garam

Asupan natrium tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 1 sendok teh

garam dapur.

5. Serat

Penyandang diabetes dianjurkan mengkonsumsi cukup serat dari kacang-

kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat.

6. Pemanis.

Batasi penggunaan pemanis bergizi seperti gula alcohol dan fruktosa.

Dalam penggunaanya pemanis bergizi perlu diperhitungkan kandungan

kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.

b. Kebutuhan Kalori

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan

diabetisi diantaranya adalah dengan memperhitungkan berdasarkan

kebutuhan kalori basal yyang besarnya 25-30 kalori /kgBB ideal ditambah

20

Page 21: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

dan dikurangi bergantung pada beberapa factor yaitu jenis kelamin, umur,

aktivitas, berat badan dan lain-lain.

Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan

kalori wanita sebesar 25 kal/kgBB dan untuk pria sebesar 30 kal/kgBB.

Untuk pasien di atas 40 tahun kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk

dekade 40-59 tahun, dikurangi 10% untuk usia 60-69 tahun dan dikurangi

20% diatas 70%. Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai intensitas

aktivitas fisik. Penambahan sejumalah 10% dari kebutuhan basal diberikan

pada keadaan istirahat, 20% pada pasien dengan aktivitas ringan, 30%

dengan aktivitas sedang, dan 50% dengan aktivitas sangat berat.

Berdasarkan berat badan, bila kegemukan dikurangi 20-30%, bila kurus

ditamabha 20-30%. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien sejauh

mungkin perubahan dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan

kebiasaan.

3. Latihan Jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali

seminggu selama kurang lebih 30 menit) , merupakan salah satu pilar

dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke

pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan

jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat

badan dan memperbaiki sensitifitas insulin, sehingga akan memperbaiki

kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan

jasmani yang bersifat aerobic seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging,

dan berenang. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau

bermalas-malasan. Kurangi aktivitas misalnya menonton televise,

menggunakan internet, atau main game komputer. Persering aktivitas

misalnya jalan cepat, olah otot, ataupun bersepeda.

4. Intervensi Farmakologis

Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum

tercapai dengan TGM dan latihan jasmani.

21

Page 22: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan:

a. Pemicu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)

1. Sulfonilurea

Obat ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh

sel beta pancreas dan merupakan pilihan utama untuk pasien

dengan berat badan normal dan kurang, namun masih bisa

diberikan pada pasien dengan berat badan lebih. Untuk

menghindari hipoglikemia berkepanjangan tidak dianjurkan

penggunaan sulfonylurea kerja panjang pada berbagai keadaan

seperti orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta

penyakit kardiovaskular.

2. Glinid

Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan

sulfonylurea, dengan penekanan pada meningkatkan sekresi insulin

fase pertama. Obat ini di absorbs dengan cepat setelah pemberian

secara oral dan di ekskresi secara cepat melalui hati. Golongan ini

terdiri dari dua macam obat yaitu Repaglinid (derivate asam

benzoate) dan Nateglinid (derivate fenilalanin).

b. Penambah Sensitivitas Terhadap Insulin

Contoh obat ini adalah Tiazolidindion (Rosiglitazon dan Pioglitazon)

berikatan pada peroxisome proliferator activated receptor gamma

(PPAR γ), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Golongan ini

mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan

jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan

glukosa di perifer. Tiazolidindion dikontraindikasikan pada pasien

dengan gagal jantung kelas I-IV karena dapat memperberat

edema/retensi cairan dan juga pada gangguan faal hati. Pada pasien

yang menggunakan Tiazolidindion perlu dilakukan pemantauan faal

hati secara berkala. Saat ini Tiazolidindion tidak digunakan sebagai

obat tunggal.

c. Penghambat Glukoneogenesis (Metformin)

22

Page 23: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati

(glukoneogenesis), disamping juga memperbaiki ambilan glukosa

perifer. Metformin terutama dipakai pada diabetisi gemuk. Obati ini

dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal

(kreatinin serum >1,5) dan hati, serta pasien-pasien dengan

kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit serebrovaskular, sepsis,

syok, gagal jantung). Metformin dapat memberikan efek samping

mual. Untuk mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat

atau sesudah makan.

d. Penghambat Glukosidase Alfa (Acarbose)

obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus,

sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah

makan. Acarbose tidak menimbulakna efek samping hipoglikemia.

Efek samping yang paling sering ditemukan ialah kembung dab

flatulen.

2. Insulin

a. Insulin diperlukan pada keadaan:

Penurunan berat badan yang cepat

Hiperglikemia berat yang disertai ketosis

Ketoasidosis diabetic

Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik

Hiperglikemia dengan asidosis laktat

Gagal dengan kombinasi OHO dosis hamper maksimal

Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)

Kehamilan dengan DM/Diabetes mellitus gestasional yang tidak

terkendali dengan TGM

Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

b. Jenis dan Lama Kerja Insulin

Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi 4 jenis yaitu:

Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)

23

Page 24: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

Insulin kerja pendek (short acting insulin)

Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)

Insulin kerja panjang (long acting insulin)

Insulin campuran tetap (premixed insulin)

Efek samping terapi insulin antara lain hipoglikemi, reaksi imun terhadap

insulin yang dapat menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin.

Tabel 3. Insulin yang Beredar di Indonesia.6

Macam insulin Buatan Efek Puncak

(jam)

Lama Kerja

(jam)

Cepat:

Humalog

Apidra

Aspart

Eli Lily (U-100)

Aventis (U-100)

Novo (U-100)

1-2 4-6

Pendek:

Actrapid

Humulin-R

Novo (U-40 danU-100)

Eli Lily (U-40 danU-100)

2-4 6-8

Menengah:

Insulatard Human

Monotard Human

Humulin_N

Novo (U-40 danU-100)

Novo (U-40 danU-100)

Eli Lily (U-100)

2-8 18-24

Campuran:

Mixtard 30/70

Humulin 30/70

Humalog Mix 25

Novo (U-40 danU-100)

Eli Lily (U-100)

Eli Lily (U-100)

2-8 14-15

Panjang:

Lantus Aventis (U-100) Tanpa puncak

Peakless insulin

24

3. Terapi Kombinasi

Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan diet rendah untuk

kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa

darah. Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila

24

Page 25: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO

sejak dini. Terapi dengan OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga

OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO dengan insulin.

Pada pasien yang disertai dengan alas an klinik dimana insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai, dipilih terapi dengan kombinasi tiga OHO.2

Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan

adalah kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja sedang/panjang)

yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan

terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang

baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja

menengah/panjang adalah 10 unit yang diberikan sekitar pukul 22.00,

kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa

darah puasa keesokan harinya. Bila dengan cara tersebut kadar glukosa

darah sepanjang hari masih tidak terkendali, maka obat hipoglikemik oral

dihentikan dan diberi insulin saja.2

25

Page 26: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

Setelah infeksi ulkus dinilai, selanjutnya adalah debridement

sebagai langkah yang vital dan esensial sebagai usaha wound bed

preparation. Ada 3 tujuan debridemen yaitu drainase pus dan

menghilangkan jaringan nekrotik, memperbaiki lingkungan luka untuk

merangsang penyembuhan luka, dan untuk menilai beratnya infeksi,

disamping dapat mengambil contoh jaringan dalam untuk kultur.

26

Page 27: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

Debridement harus dikombinasi dengan atibiotika. Amputasi biasanya

dilakukan jika inveksi jaringan lunak yang luas atau kombinasi bersama

osteomielitis. Pasca operasi perlu dilakukan perawatan berupa perawatan

ulkus, balut diganti 2-3kali sehari, antibiotika sesuai kultur, control edema

dan pemberian nutrisi adekuat. Pembalut oklusif atau semi oklusif telah

dikembangkan untuk merangsang reepiteliasi, mengurangi nyeri dan masa

penyembuhan, menyerap darah dan cairan tubuh serta tidak nyeri saat

pemasangan atu pelepasan. Pembalut tersebut contohnya adalah pembalut

hidroklorid, Alginat, Hidrogel, Foam, Hidrofiber, pembalut yang

mengandung kasa paraffin dan tidak lengket, serta pembalut yang dapat

merangsang angiogenesis dan bisa menurunkan infeksi yaitu pembalut

atau krim asam hyaluronat dan pembalut yang mengandung arang dan

silver.3

Selain perawatan luka, pada pasien perlu diberikan sepatu khusus

penderita diabetes untuk mencegah terjadinya perlukaan yang baru. Sepatu

tersebut dirancang khusus sesuai dengan bentuk kaki dan daerah pada kaki

yang mengalami penekanan. Daerah pada kaki yang mengalami penekanan

paling tinggi diberikan bantalan yang lembut guna menurunkan gesekan

yang berpotensi menyebabkan perlukaan baru. Berikut adalah gambar

contoh sepatu pasien diabetes.3

27

Page 28: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

Gambar 5. Contoh sepatu pasien diabetes.

Untuk mengindari komplikasi lebih lanjut, perlu dilakukan perawatan pada kaki

pasien DM baik tanpa atau dengan ulkus. Berikut adalah panduan perawatan kaki

pasien diabetes.11

1. Perhatikan kaki setiap hari. Lihat apakah ada luka, bula, kemerahan,

bengkak atau masalah pada kuku. Gunakan kaca untuk melihat bagian

bawah kaki.segera kedokter bila menemukan masalah pada kaki.

2. Cuci kaki pada air hangat kuku (bukan panas). Jaga kebersihan kaki

dengan cara mencucinya setiap hari. Tetpi hanya air hangat kuku yang

bisa digunakan.

3. Hati hati saat memandikan kaki. Cuci kaki menggunakan lap lembut

atau spons lembut. Segera keringkan agar tidak menjadi lembap.

4. Oleskan pelembap (jangan diantara jari kaki). Gunakan pelembap

untuk menjaga agar kaki tidak kering dan berkerak. Tetapi jangan

memberikan pelembap diantara jari kaki karena dapat menyebabkan

tumbuhnya jamur.

28

Page 29: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

5. Hati-hati dalam memotong kuku kaki (arahkan potongan lurus).

Potong kuku jangan terlalu pendek sampai ke tepi, karena bagian tepi

kuku akakn tumbuh menusuk jari kaki bila dipotong terlalu pendek.

Potong kuku dengan arah lurus.

6. Jangan memotong kalus sendiri. Pemotongan atau pengikisan kalus

dilakukan oleh dokter atau ditempat perawatan kaki diabetes.

7. Gunakan kaos kaki yang bersih dan kering dengan cara menggantinya

setiap hari

8. Hindari kaos kaki yang tidak sesuai. Jangan menggunakan kaos kaki

dengan pengetat berhan karet, karena dapat mengurangi sirkulasi

darah.

9. Gunakan kaos kaki saat tidur.

10. Bersihkan bagian dalam sepatu sebelum digunakan, karena kaki tidak

dapat merasakan ada benda didalam sepatu yang dapat melukai kaki.

11. Jaga kaki agar tetap hangat dan kering

12. Jangan berjalan tanpa alas kaki.

13. Control gula darah agar tetap dalam kondisi terkontrol

14. Hindari merokok, karena dapat menurunkan aliran darah kekaki.

15. Lakukan kontrol secara rutin kedokter untuk mengetahui apakah

terjadi masalah pada kaki.

4. Senam Kaki Diabetes12

4.1. Pengertian

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien

diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu

melancarkan peredaran darah bagian kaki.12

Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan

memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan

bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot

paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi. 12

29

Page 30: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

4.2. Tujuan

a. Memperbaiki sirkulasi darah

b. Memperkuat otot-otot kecil

c. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki

d. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha

e. Mengatasi keterbatasan gerak sendi

4.3. Indikasi dan Kontraindikasi

a. Indikasi

Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes

mellitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak

pasien didiagnosa menderita Diabetes Mellitus sebagai tindakan

pencegahan dini.

b. Kontraindikasi

1) Klien mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnu atau

nyeri dada.

2) Orang yang depresi, khawatir atau cemas.

4.4. Hal yang Harus Dikaji Sebelum Tindakan

a. Lihat Keadaan umum dan keadaran pasien

b. Cek tanda-tanda Vital sebelum melakukan tindakan

c. Cek Status Respiratori (adakan Dispnea atau nyeri dada)

30

Page 31: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

d. Perhatikan indikasi dan kontraindiikasi dalam pemberian tindakan

senam kaki tersebut

e. Kaji status emosi pasien (suasanan hati/mood, motivasi)

4.5. Diagnosa Keperawatan yang Berkaitan dengan Tindakan

a. Resiko intoleran aktivitas b.d tirah baring, kelemahan

b. Resiko kerusakan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi darah,

hambatan mobilitas fisik

4.6. Implementasi

a. Persiapan Alat : Kertas Koran 2 lembar, Kursi (jika tindakan

dilakukan dalam posisi duduk), hanskun.

b. Persiapan Klien : Kontrak Topik, waktu, tempat dan tujuan

dilaksanakan senam kaki

c. Persiapan lingkungan : Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi

pasien, Jaga privacy pasien

d. Prosedur Pelaksanaan :

1) Perawat cuci tangan

2) Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk

tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai

31

Page 32: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

3) Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki

diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti

cakar ayam sebanyak 10 kali

4) Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak

kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai

dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan

bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi

sebanyak 10 kali.

32

Page 33: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

5) Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas

dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan

kaki sebanyak 10 kali.

6) Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan

memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10

kali.

33

Page 34: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

7) Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari

kedepan turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan.

Ulangi sebanyak 10 kali.

8) Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki

tersebut dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan

kembali kelantai.

9) Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 8, namun

gunakan kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.

10) Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut.

Gerakan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang.

11) Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan

kaki , tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10

lakukan secara bergantian.

34

Page 35: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

12) Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti

bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi

lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini

dilakukan hanya sekali saja

- Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian

koran.

- Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan

kedua kaki

- Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua

kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang

utuh.

- Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola

35

Page 36: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

4.7. Hal yang Harus di Evaluasi Setelah Tindakan

a. Pasien dapat menyebutkan kembali pengertian senam kaki

b. Pasien dapat menyebutkan kembali 2 dari 4 tujuan senam kaki

c. Pasien dapat memperagakkan sendiri teknik-teknik senam kaki

secara mandiri

4.8. Dokumentasi Tindakan

a. Respon klien

b. Tindakan yang dilakukan klien sesuai atau tidak dengan prosedur

c. Kemampuan klien melakukan senam kaki

36

Page 37: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

BAB III

METODE

3.1 SASARAN

Jumlah peserta penyuluhan sejumlah 23 orang yang terdiri dari para pasien

dengan diabetes melitus serta lansia yang memiliki riwayat penyakit obesitas

dan hipertensi.

3.2 STRATEGI

Pengajuan topik dilakukan dengan berdiskusi bersama dokter pembimbing

yaitu dr. Kadek Awi Darma Putra. Pembagian topik dilakukan kepada

masing-masing dokter internship dengan mempertimbangkan jenis penyakit

yang paling banyak terdaftar pada remaja di Puskesmas Tejakula 1, salah

satunya adalah penyakit diabetes melitus. Setelah dilakukan pembagian topik,

maka dipersiapkanlah materi untuk penyuluhan/KIE pada pasien penderita

diabetes serta lansia yang memiliki resiko tinggi untuk menderita penyakit

diabetes mellitus. Media penyuluhan berupa slide dan video yang berisi

tentang informasi umum mengenai diabetes melitus, faktor risiko, komplikasi

serta ditekankan tentang penatalaksanaan serta pencegahan khususnya

mengenai senam kaki diabetes agar lebih membuka wawasan mereka.

Penyuluhan dilakukan bertempat di ruang pertemuan Puskesmas Tejakula 1,

dimana dokter internsip memberikan penyuluhan menggunakan slide power

point serta video mengenai senam kaki diabetes. Penyuluhan diawali dengan

senam lansia bersama, dilanjutkan ceramah mengenai diabetes mellitus.

Setelah ceramah usai, peserta diberikan kesempatan untuk mengajukan

pertanyaan dan diskusi dimulai. Mengakhiri diskusi peserta, fasilitator dan

dokter internsip melakukan senam kaki diabetes bersama-sama. Acara

diakhiri dengan pembagian buah dan minuman kepada seluruh peserta serta

dilakukan pemeriksaan kesehatan gratis meliputi, wawancara kesehatan untuk

mengetahui keluhan dan konseling, pemeriksaan tanda vital serta pengecekan

gula darah, serta pemeriksaan fisik dan pemberian obat-obatan sesuai

indikasi.

37

Page 38: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

3.3 METODE

Penyuluhan dilakukan dengan cara Konsultasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)

pada pasien yang sudah menderita Diabetes Melitus tipe 2 serta paserta yang

memiliki faktor risiko terkena penyakit diabetes.

3.4 MEDIA PENYULUHAN

Media yang digunakan adalah slide presentasi yang berisi materi penyuluhan

berupa pengetahuan tentang definisi penyakit, tanda dan gejala, faktor risiko,

komplikasi, dan informasi tentang pencegahan penyakit diabetes mellitus

serta presentasi mengenai senam kaki diabetes. Pada penyuluhan ditekankan

tentang faktor resiko, penatalaksanaan diabetes serta pencegahan penyakit

diabetes.

3.5 TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN

Hari/Tanggal : 5 Juni 2015

Pukul : 09.00-12.00 WITA

Tempat : Ruang Pertemuan Puskesmas Tejakula 1

38

Page 39: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

- Peserta penyuluhan sangat antusias ketika dipaparkan tentang penyakit

diabetes melitus dan aktif bertanya yang menandakan rasa sangat ingin

tahu mereka terhadap penyakit ini maupun cara mengatasi dan

mencegahnya.

- Beberapa dari peserta yang menderita diabetes sudah mengerti mengenai

penanganan penyakit ini dan sudah menjalani pengobatan rutin dengan

baik

- Sebagian besar peserta antusias mengikuti senam kaki diabetes dan

berkomitmen untuk melakukannya rutin di rumah masing-masing.

4.2 Saran

- Diperlukan peran aktif keluarga, masyarakat, dan lembaga kesehatan

lainnya untuk turut serta dalam mencegah perburukan kondisi maupun

komplikasi diabetes mellitus, sehingga semua pasien maupun masyarakat

yang memiliki faktor resiko menderita penyakit ini dapat meningkatkan

kualitas kesehatan diri masing-masing menuju masyarakat Indonesia yang

sejahtera.

39

Page 40: Lapsus DM_senam Kaki Diabetes (v01)

LAPORAN PENYULUHAN

Nama Peserta dr. Putu Aditya Saputra, S. Ked Tanda Tangan

Nama

Pendamping

dr. Kadek Awi Darma Putra Tanda Tangan

Nama Wahana Puskesmas Tejakula 1, Kecamatan Tejakula, Kabupaten

Buleleng

Tema Penyuluhan Diabetes Melitus tipe 2

Tujuan

Penyuluhan

Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Kecamatan

Tejakula khususnya para lansia mengenai Diabetes Melitus.

Hari/Tanggal 5 Juni 2015

Waktu 09.00-12.00 WITA

Tempat Ruang Pertemuan Puskesmas Tejakula 1, Kecamatan

Tejakula, Kabupaten Buleleng.

Jumlah Peserta 23 orang

40