Lapsus Anak

download Lapsus Anak

of 3

description

Sigit

Transcript of Lapsus Anak

48

BAB IVANALISA KASUSDilaporkan seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dengan berat badan 11.5 kg dan panjang badan 113 cm yang dirawat di ruang anak RSUD PLG BARI dengan diagnosa Demam tifoid dan asma. Diagnosis Demam tifoid dan asma didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.Dari anamnesis, berdasarkan teori Demam Tifoid umumnya tidak khas, dan bervariasi dari gejala yang menyerupai flu ringan sampai sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ. Secara klinis gambaran penyakit demam tifoid berupa demam berkepanjangan, gangguan gastrointestinal dan keluhan susunan saraf pusat. Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Demam lebih dari 7 hari, biasanya mulai dengan subfebris yang makin hari makin meninggi, sehingga pada minggu ke 2 panas tinggi terus menerus terutama pada malam hari. Demam yang terjadi biasanya khas tinggi pada sore hingga malam hari dapat mencapai 39-40oC dan cenderung turun menjelang pagi. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga suhu badan berangsur- angsur turun dan normal pada akhir minggu ketiga. Dan Gejala sistem gastrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, perut kembung, lidah kotor, sampai hepato-splenomegali Pada pasien keluhan utama adalah Sejak 4 hari SMRS pasien mengeluh muntah, isi muntah apa yang dimakan, darah dan lendir tidak ada. Frekuensi muntah lebih dari 10x/hari, gelas belimbing setiap muntah. Os juga mengalami demam sebelum 4 hari SMRS, demam naik turun pada sore hari, selama demam pasien tidak menggigil, mimisan dan gusi berdarah tidak ada. Bintik-bintik kemerahan tidak ditemukan. Sudah diberikan obat penurun demam akan tetapi demam pasien tidak turun. Pasien juga mengalami batuk pilek sejak 3 hari SMRS. Os juga sering sesak ketika batuk. Anak mempunyai riwayat asma, namun jarang terjadi serangan (sekali dalam setahun). Anak tidak memiliki riwayat keluarga penderita asma dan riwayat gatal-gatal dan kulit kemerahan. BAB dan BAK normal. Riwayat kontak dengan penyakit Tb paru dan berpergian ke daerah endemis malaria disangkal pasien.Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami muntah yang diawali oleh demam serta batuk pilek, kemungkinan penyakit yang bisa menimbulkan gejala-gejala ini adalah DBD, isk, asma, dan TB paru. Akan tetapi, pasien menyangkal adanya riwayat batuk lama dan kontak dengan penderita TB, sehingga diagnosis TB dapat disingkirkan. Usia pasien saat ini adalah 3 tahun, sehingga diagnosis bronkiolitis dapat disingkirkan.Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, nadi 130 kali/menit, pernafasan 24 kali/menit, suhu 38,1C. Pada pemeriksaan khusus pada mulut didapatkan lidah tifoid, Pada pemeriksaan thoraks saat dilakukan auskultasi juga terdengar ekspirasi memanjang serta wheezing. Pada pemeriksaan Abdomen Palpasi organ kemungkinan didapatkan hepato-splenomegali yang disebabkan replikasi kuman dalam sel- sel fagosit atau sinusoid. Replikasi dalam hepar dan lien ini tentunya akan menyebabkan respon inflamasi lokal yang melibatkan mediator radang seperti InterLeukin (IL-1, IL-6), Prostaglandin (PGE-2) dimana menyebabkan permeabilitas kapiler akan meningkat sehingga terjadi oedema. Pembesaran pada hepar-lien ini umumnya tidak selalu nyeri tekan dan hanya berlangsung singkat (terutama terjadi waktu bakteremia sekunder). Penanda ini cukup spesifik dalam membantu diagnostik tapi pada pemeriksaan Abdomen dalam kasus ini masih batas normal. Dari hasil pemeriksaan fisik, didapatkan tanda khas dari penyakit demam typoid dan asma.Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 7.400/ul serta tombosit 201.000/ul, dan pada pemeriksaan tes widal titer O Ag 1/320, yang artinya 1/200, maka positif typoid. Hasil pemeriksaan laboratorium semakin menguatkan diagnosis bahwa pasien mengalami demam typoid.Dengan demikian, diagnosis penderita ini adalah demam tifoid dan asma. Maka penatalaksanaan pada penderita ini adalah dengan IVFD D5% NS gtt 20x/m. Pemberian infus pada anak- anak penting tapi tidak mutlak, mengingat resiko untuk terjadinya phlebitis cukup tinggi. Oleh karena itu pemberian infuse sebaiknya diberikan bagi anak yang sakit dengan intake peroral yang kurang. Jenis infus yang diberikan tergantung usia: 3 bln-3 tahun D5 Normal saline, > 3 tahun D5 Normal saline. Selain itu pasien juga diberikan Paracetamol sirup dengan dosis 10-15mg/kgBB/kali pemberian setiap 6-8 jam, pada pasien ini dengan dosis 3 x 115 mg, bila sirup 120 mg/5ml, dalam 5 ml (1 sendok takar) terdapat 120 mg, yang artinya pasien ini dapat 3 x 1 cth. Chloramphenicol, merupakan antibiotik pilihan pertama untuk infeksi demam tifoid terutama di Indonesia. Dosis yang diberikan untuk anak- anak 50-100 mg/kg/hari dibagi menjadi 4 dosis untuk pemberian intravena biasanya cukup 50 mg/kg/hari. Diberikan selama 10-14 hari atau sampai 7 hari setelah demam turun, dengan dosis 4 x 2 1/2 cth ( 4x 300 mg). Pasien juga diberikan nebulisasi Nebulisasi ventolin 1 flash+ NaCl 0,9% 2cc 3 x/hari sebagai mukolitik dan diberikan juga Injeksi dexa 3x2 mg.Prognosis pada pasien ini adalah sembuh total karena terapi yang diberikan sudah tepat dan adekuat serta tidak ditemukan lagi adanya keluhan.47