Lapsus Adenotonsilitis

29
LAPORAN KASUS ADENOTONSILITIS KRONIK EKSASERBASI AKUT Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian THT- KL di RSUD Dr. Adhyatma Semarang Pembimbing : dr. Sukamta Yudi,Sp,THT Disusun oleh : Sandhy Hapsari Andamari H2A010046 0

description

Tonsilitis kronik pada anak kurang dari 14 tahun dapat di diagnosis adenotonsilitis

Transcript of Lapsus Adenotonsilitis

LAPORAN KASUS

ADENOTONSILITIS KRONIK EKSASERBASI AKUT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian

THT- KL di RSUD Dr. Adhyatma Semarang

Pembimbing :

dr. Sukamta Yudi,Sp,THTDisusun oleh :

Sandhy Hapsari AndamariH2A010046

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG2015BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama

: An. GUmur

: 12 tahunAgama

: Islam

Alamat

: Krapyak, Semarang

Suku bangsa

: JawaTanggal periksa: 30-04-2015No RM

: 474080II. ANAMNESIS

A. Keluhan utamaNyeri telanB. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poli THT RSUD dr. Adhyatma diantar oleh ayahnya, dengan keluhan nyeri telan sejak 1 minggu yang lalu. Terasa seperti ada yang mengganjal di tenggorokan. Keluhan ini mengganggu aktivitas. Dikatakan oleh ayahnya bahwa selama 1 minggu ini pasien hanya mengkonsumsi bubur dan mengorok saat tertidur. Keluhan seperti batuk , pilek, demam dan penurunan pendengan disangkal. 3 hari sebelumnya pasien sudah berobat di poli THT RSUD Tugurejo Semarang dengan keluhan nyeri telan dan terasa ada yang mengganjal di tenggorokan. Selain itu pasien juga mengeluh batuk, pilek, dan demam. Oleh dokter spesialis THT dianjurkan untuk melakukan tonsilektomi. Sejak umur 5 tahun pasien sering mengalami sakit serupa dan sering kambuh setiap bulannya, terutama jika pasien minum dingin. Sejak pasien bersekolah di taman kanak kanak (TK) pasien sudah dianjurkan untuk melakukan operasi, namun pasien takut sehingga hanya diobati saja setiap kali kambuh.

C. Riwayat penyakit dahulu :

1. Riwayat penyakit seperti ini: diakui 2. Riwayat ISPA

: diakui3. Riwayat tonsilitis

: diakui4. Riwayat alergi

: disangkal5. Riwayat Asma

: disangkal6. Riwayat sering sakit gigi: diakui D. Riwayat penyakit keluarga :Dikeluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa.

1. Riwayat asma

: disangkal

2. Riwayat alergi

: disangkal3. Riwayat kanker

:disangkalE. Riwayat pribadi :1. Konsumsi gorengan dan makanan pedas : diakui

2. Penggunaan masker saat berkendara

: jarang 3. Menggosok gigi 3x dalam sehari

: jarang F. Riwayat sosial ekonomi :

Biaya pengobatan pasien ditanggung oleh BPJS. Kesan ekonomi cukup III. PEMERIKSAAN FISIKA. Keadaan Umum: BaikB. Kesadaran

: Compos mentis

C. Status Gizi

a) BB

: 25 kg

b) TB

: - cm

c) IMT

: - kg/m2D. Status gizi

: Kesan cukup E. Tanda vital

a) Tekanan darah: - mmHg

b) Nadi

: 84x/menit, reguler (isi dan tegangan cukup)

c) RR

: 24x/menit, irama reguler

d) Suhu

: 36,6oC (aksiler)F. Status Generalisata

a) Kulit

: Normal, sawo matang

b) Konjungtiva

: Tidak anemis

c) Jantung

: Dalam batas normal

d) Paru

: Dalam batas normal

e) Hati

: Dalam batas normal

f) Limpa

: Dalam batas normal

g) Limfe

: Tidak ada pembesaran limfe nodi

h) Ekstremitas

: Dalam batas normal

G. Status Lokalis

a) TelingaInspeksiDektraSinistra

Pre aurikulaFistula(-), Hiperemis (-), Massa (-)Fistula (-), Hiperemis (-), Massa (-)

AurikulaBentuk (normal dan simetris), Hiperemis (-), massa (-)Bentuk (normal dan simetris), Hiperemis (-), massa (-)

Retro AurikulaFistula (-), Hiperemis (-), Massa(-), sulkus retroaurikula (normal)Fistula (-), Hiperemis (-), Massa (-), sulkus retroaurikula (normal)

Canalis Auditus ExternusHiperemis (-), serumen (+) berwarna coklat jumlah sedikit konsistensi lunak,

edema (-), corpus alienum (-), massa (-)Hiperemis (-), serumen (+) berwarna coklat jumlah sedikit konsistensi lunak,

edema (-), corpus alienum (-), massa (-)

Discharge(-)(-)

Palpasi/PerkusiDektraSinistra

Pre aurikulaNyeri tekan tragus (-), massa (-), pembesaran KGB (-)Nyeri tekan tragus (-), massa (-), pembesaran KGB (-)

Retro AurikulaNyeri tekan (-),massa (-), pembesaran KGB (-)Nyeri tekan (-),massa (-), pembesaran KGB (-)

MastoidMassa (-), nyeri ketok (-)Massa (-), nyeri ketok (-)

AurikulaNyeri tarik helix (-)Nyeri tarik helix (-)

Membran TimpaniDektraSinistra

WarnaPutih mengkilatPutih mengkilat

Refleks cahaya(+)(+)

BentukNormalNormal

Perforasi(-)(-)

Sekret(-)(-)

b) Hidung dan Sinus ParanasalInspeksiPalpasi/Perkusi

HidungWarna seperti sekitar, Simetris, deformitas (-), massa (-), lesi(-)Nyeri tekan (-), krepitasi (-)

ParanasalWarna seperti sekitar, Simetris, deformitas (-), massa (-), lesi(-)Nyeri tekan (-), nyeri ketok (-)

Rinoskopi AnteriorDektraSinistra

Discharge(-)(-)

Mukosanormalnormal

Konkahiperemis (-),

permukaan licin(+)

Edem (-), hipertrofi (-)hiperemis (-),

permukaan licin (+)

Edem (-), hipertrofi (-)

Massa(-)(-)

SeptumSeptum deviasi (-)

c) Tenggorokan LidahUlcus (-) Stomatitis (-)

UvulaBentuk normal, di tengah, hiperemis (-)

TonsilDextraSinistra

UkuranT4T4

PermukaanTidak rataTidak rata

WarnaHiperemis (+)Hiperemis (+)

KripteMelebar (+)Melebar (+)

Detritus(+)(-)

FaringSulit dinilai

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium , Xfoto rasio adenoid V. RESUME

Pasien seorang anak usia 12 tahun datang ke poli THT dengan keluhan nyeri telan sejak 1 minggu yang lalu. Terasa seperti ada yang mengganjal di tenggorokan. Keluhan ini mengganggu aktivitas. Selama 1 minggu ini pasien hanya mengkonsumsi bubur dan mengorok saat tertidur.

3 hari sebelumnya pasien sudah berobat di poli THT dengan keluhan yang sama namun disertai dengan batuk, pilek, dan demam. Oleh dokter spesialis THT dianjurkan untuk melakukan tonsilektomi.

Sejak usia 5 tahun pasien sudah dianjurkan untuk melakukan operasi namun pasien dan keluarganya takut. Sehingga jika terjadi kekambuhan hanya diberikan obat obatan saja.

Pada pemeriksaan tenggorokan didapatkan tonsil tampak hiperemis, T4 T4, permukaan tidak rata, kripte melebar, dedritus pada tonsil dextra (minimal). VI. ASSESMENT

Diagnosis Banding:

1. Adenotonsilitis kronik eksaserbasi akut 2. Tonsilitis kronik Diagnosis Kerja:

Adenotonsilitis kronik eksaserbasi akut VII. INITIAL PLANIp Dx: tonsilitis kronik S : -

O : Swab Tenggorok dan sensitivity TestIp Tx :

Asam mefenamat 3 x 250 mg Amoxicilin 3 x 250 mg Hexadol 2 x 1 Ip Mx :

Monitoring KU/TV Monitoring kesembuhan Ip Ex :

Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita pasien

Menjelaskan pada pasien mengenai terapi yang akan diberikan

Menjelaskan pada pasien tentang pemakaian obat. Menganjurkan pasien untuk menghindari makanan yang terlalu panas, pedas, dan mempunyai bahan penyedap Menganjurkan pada pasien agar istirahat yang cukup

Menjaga higiene mulut dengan baik (sikat gigi pagi hari dan sebelum tidur).

Menyarankan kepada pasien untuk dilakukan operasi VIII. PROGNOSIS

Quo ad Vitam

: dubia ad bonam

Quo ad Sanam

: dubia ad bonam Quo ad Fungsionam: dubia ad bonamBAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. DefinisiTonsilitis Kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi pada tonsila palatina yang menetap . Tonsilitis Kronis disebabkan oleh serangan ulangan dari Tonsilitis Akut yang mengakibatkan kerusakan yang permanen pada tonsil. Organisme patogen dapat menetap untuk sementara waktu ataupun untuk waktu yang lama dan mengakibatkan gejala-gejala akut kembali ketika daya tahan tubuh penderita mengalami penurunan1Tonsilitis Kronis adalah peradangan kronis Tonsil setelah serangan akut yang terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis. Tonsilitis berulang terutama terjadi pada anak-anak dan diantara serangan tidak jarang tonsil tampak sehat. Tetapi tidak jarang keadaan tonsil diluar serangan terlihat membesar disertai dengan hiperemi ringan yang mengenai pilar anterior dan apabila tonsil ditekan keluar detritus2B. Etiologi dan PredisposisiEtiologi penyakit ini dapat disebabkan oleh serangan ulangan dari Tonsilitis Akut yang mengakibatkan kerusakan permanen pada tonsil, atau kerusakan ini dapat terjadi bila fase resolusi tidak sempurna. Pada pendera Tonsilitis Kronis jenis kuman yang sering adalah Streptokokus beta hemolitikus grup A (SBHGA). Selain itu terdapat Streptokokus pyogenes, Streptokokus grup B, C, Adenovirus, Epstein Barr, bahkan virus Herpes. Penelitian Abdulrahman AS, Kholeif LA, dan Beltagy di mesir tahun 2008 mendapatkan kuman patogen terbanyak di tonsil adalah Staphilokokus aureus, Streptokokus beta hemolitikus grup A, E.coli dan Klebsiela. Dari hasil penelitian Suyitno dan Sadeli kultur apusan tenggorok didapatkan bakteri gram positif sebagai penyebab tersering Tonsilofaringitis Kronis yaitu Streptokokus alfa kemudian diikuti Stafilokokus aureus, Streptokokus beta hemolitikus grup A, Stafilokokus epidermidis dan kuman gram negatif berupa Enterobakter, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella dan E. coli.3.Selain itu, yang harus menjadi perhatian adalah factor predisposisi timbulnya tonsillitis kronis adalah rangsangan menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygine mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat.4.C. Patofisiologi Patofisiologi tonsillitis yaitu :Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpustonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengandetritus disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satumaka terjadi tonsillitis lakonaris. Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radangberulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada prosespenyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akanmengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi olehdetritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbulperlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.5.D. Diagnosis 1) AnamnesisPenderita sering datang dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu menelan, nafas bau busuk, malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang ada demam dan nyeri pada leher, Pada anak, tonsil yang hipertrofi dapat terjadi obstruksi saluran nafas atas yang dapat menyebabkan hipoventilasi alveoli yang selanjutnya dapat terjadi hiperkapnia dan dapat menyebabkan kor polmunale. Obstruksi yang berat menyebabkan apnea waktu tidur, gejala yang paling umum adalah mendengkur yang dapat diketahui dalam anamnesis.6 Gejala tonsillitis kronis menurut Mawson (1977), dibagi menjadi : 1.) gejala local, yang bervariasi dari rasa tidak enak di tenggorok, sakit tenggorok, sulit sampai sakit menelan, 2.) gejala sistemik, rasa tidak enak badan atau malaise, nyeri kepala, demam subfebris, nyeri otot dan persendian, 3.) gejala klinis tonsil dengan debris di kriptenya (tonsillitis folikularis kronis), udema atau hipertrofi tonsil (tonsillitis parenkimatosa kronis), tonsil fibrotic dan kecil (tonsillitis fibrotic kronis), plika tonsilaris anterior hiperemis dan pembengkakan kelenjar limfe regional.72) Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus membesar, dan kriptus berisi detritus. Gambaran klinis yang lain yang sering adalah ketika tonsil yang kecil, biasanya membuat lekukan, tepinya hiperemis dan sejumlah kecil sekret purulen yang tipis terlihat pada kripta.gambar 1.ukuran tonsil (Kurien 2003 )

Gambar 1. Ukuran onsil6Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi :a. TO: tonsil masuk di dalam fossa atau sudah diangkat

b. T1: 75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaringTabel 1. Perbedaan tonsilitis6Tonsilitis AkutTonsilitis Kronis

Eksaserbasi akutTonsilitis Kronis

Hiperemis dan edemaHiperemis dan edemaMemebesar/ mengecil tapi tidak hiperemis

Kripte tak melebarKripte melebarKripte melebar

Detritus (+ / -)Detritus (+)Detritus (+)

Perlengketan (-)Perlengketan (+)Perlengketan (+)

Antibiotika, analgetika,

obat kumurSembuhkan radangnya, Jika perlu lakukan tonsilektomi 2 6 minggu

setelah peradangan tenangBila mengganggu lakukan

Tonsilektomi

3) Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnose tonsilofaringitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi5 :a. Leukosit

b. Hemoglobin

c. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas.Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaan apus tonsil. Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan derajat keganasan yang rendah, seperti Streptokokus hemolitikus, Streptokokus viridans, Stafilokokus, atau Pneumokokus.

E. Diagnosis BandingDiagnosis banding dari tonsillitis kronik adalah4 :1. Penyakit-penyakit yang disertai dengan pembentukan pseudomembran yang menutupi tonsil (tonsillitis membranosa).

a. Tonsillitis difteri

Disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung pada titer antitoksin dalam darah. Titer antitoksin sebesar 0,03 sat/cc darah dapat dianggap cukup memberikan dasar imunitas. Gejalanya terbagi menjadi 3 golongan besar, umum, local dan gejala akibat eksotoksin. Gejala umum sama seperti gejala infeksi lain, yaitu demam subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat dan keluhan nyeri menelan. Gejala local yang tampak berupa tonsi membengkak ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan membentuk pseudomembran yang melekat erat pada dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Gejala akibat eksotoksin dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh, misalnya pada jantung dapat terjadi miokarditis sampai dekompensasi kordis, pada saraf cranial dapat menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot pernafasan serta pada ginjal dapat menimbulkan albuminuria.

b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa)Gejala yang timbul adalah demam tinggi (39C), nyeri di mulut, gigi dan kepala, sakit tenggorok, badan lemah, gusi mudah berdarah dan hipersalivasi. Pada pemeriksaan tampak membrane putih keabuan di tonsil, uvula, dinding faring, gusi dan prosesus alveolaris. Mukosa mulut dan faring hiperemis. Mulut berbau (foetor ex ore) dan kelenjar submandibula membesar.

c. Mononucleosis infeksiosaTerjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa bilateral. Membrane semu yang menutup ulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan, terdapat pembesaran kelenjar limfe leher, ketiak dan region inguinal. Gambaran darah khas yaitu terdapat leukosit mononucleosis dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain adalah kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (Reaksi Paul Bunnel).

2. Penyakit Kronik Faring Granulomatus

a. Faringitis Tuberkulosa

Merupakan proses sekunder dari TBC paru. Keadaan umum pasien buruk karena anoreksi dan odinofagi. Pasien mengeluh nyeri hebat di tenggorok, nyeri di telinga (Otalgia) dan pembesaran kelenjar limfa leher.b. Faringitis Luetika

Gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit primer, sekunder atau tersier. Pada penyakit ini dapat terjadi ulserasi superficial yang sembuh disertai pembentukan jaringan ikat. Sekuele dari gumma bisa mengakibatkan perforasi palatum mole dan pilar tonsil.

c. Lepra

Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi pada faring kemudian menyembuh dan disertai dengan kehilangan jaringan yang luas dan timbulnya jaringan ikat.

d. Aktinomikosis Faring

Terjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak luas, tidak nyeri, bisa mengalami ulserasi dan proses supuratif. Blastomikosis dapat mengakibatkan ulserasi faring yang ireguler, superficial, dengan dasar jaringan granulasi yang lunak.Penyakit-penyakit diatas, keluhan umumnya berhubungan dengan nyeri tenggorok dan kesulitan menelan. Diagnosa pasti berdasarkan pada pemeriksaan serologi, hapusan jaringan atau kultur, X-ray dan biopsy.F. Penatalaksanaan

1. MedikamentosaPemberian antibiotika sesuai kultur bermanfaat pada penderita Tonsilitis Kronis Cephaleksin ditambah metronidazole, klindamisin ( terutama jika disebabkan mononukleosis atau abses), amoksisilin dengan asam klavulanat (jika bukan disebabkan mononukleosis)5 2. Tonsilektomi Indikasi tonsilektomi menurut American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery Clinical Indicators Compendium tahun 1995 menetapkan6 : a. Serangan tonsillitis lebih dari 3 kali pertahun walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat.

b. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan orofacial.

c. Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan nafas, sleep apneu, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor pulmonale.

d. Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak hilang dengan pengobatan.

e. Nafas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.

f. Tonsillitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grub A streptokokus beta hemolitikus.

g. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.

h. Otitis media efusi atau otitis media supuratif.

Indikasi relatif8:

a. Penderita dengan infeksi tonsil yang kambuh 3 kali atau lebih dalam setahun meskipun dengan terapi yang adekuat

b. Bau mulut atau bau nafas yang menetap yang menandakan tonsilitis kronis tidak responsif terhadap terapi media

c. Tonsilitis kronis atau rekuren yang disebabkan kuman streptococus yang resisten terhadap antibiotik betalaktamase

d. Pembesaran tonsil unilateral yang diperkirakan neoplasmaKontra indikasi8:

a. Diskrasia darah kecuali di bawah pengawasan ahli hematologi

b. Usia di bawah 2 tahun bila tim anestesi dan ahli bedah fasilitasnya tidak mempunyai pengalaman khusus terhadap bayi

c. Infeksi saluran nafas atas yang berulang

d. Perdarahan atau penderita dengan penyakit sistemik yang tidak terkontrol.

e. Celah pada palatum

G. PreventifBakteri dan virus penyebab tonsilitis dapat dengan mudah menyebar dari satu penderita ke orang lain. Resiko penularan dapat diturunkan dengan mencegah terpapar dari penderita tonsilitis atau yang memiliki keluhan sakit menelan. Gelas minuman dan perkakas rumah tangga untuk makan tidak dipakai bersama dan sebaiknya dicuci dengan menggunakan air panas yang bersabun sebelum digunakan kembali. Sikat gigi yang telah lama sebaiknya diganti untuk mencegah infeksi berulang. Orang orang yang merupakan karier tonsilitis semestinya sering mencuci tangan mereka untuk mencegah penyebaran infeksi pada orang lain.6 H. PrognosisTonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristirahat dan pengobatan suportif. Menangani gejala gejala yang timbul dapat membuat penderita tonsilitis lebih nyaman. Bila antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi, antibiotika tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi penatalaksanaan yang lengkap, bahkan bila penderita telah mengalami perbaikan dalam waktu yang singkat.6Gejala gejala yang tetap ada dapat menjadi indikasi bahwa penderita mengalami infeksi saluran nafas lainnya, infeksi yang paling sering terjadi yaitu infeksi pada telinga dan sinus. Pada kasus kasus yang jarang, tonsilitis dapat menjadi sumber dari infeksi serius seperti demam rematik atau pneumonia.6I. KomplikasiKomplikasi dari tonsilitis kronis dapat terjadi secara perkontinuitatum ke daerah sekitar atau secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh dari tonsil. Adapun berbagai komplikasi yang kerap ditemui adalah sebagai berikut2 :Komplikasi sekitar tonsila a. PeritonsilitisPeradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan abses.b. Abses Peritonsilar (Quinsy) Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi gigi.c. Abses Parafaringeal ,Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah bening atau pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.d. Abses RetrofaringMerupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe.e. Kista TonsilSisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa dan ini menimbulkan kista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa cekungan, biasanya kecil dan multipel.f. Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan tonsil yang membentuk bahan keras seperti kapur.Komplikasi Organ jauha. Demam rematik dan penyakit jantung rematikb. Glomerulonefritisc. Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditisd. Psoriasiseritema multiforme, kronik urtikaria dan purpurae. Artritis dan fibrositis.

BAB III

PEMBAHASANPasien seorang anak usia 12 tahun datang ke poli THT dengan keluhan nyeri telan sejak 1 minggu yang lalu. Terasa seperti ada yang mengganjal di tenggorokan. Keluhan ini mengganggu aktivitas. Selama 1 minggu ini pasien hanya mengkonsumsi bubur dan mengorok saat tertidur. 3 hari sebelumnya pasien sudah berobat di poli THT dengan keluhan yang sama namun disertai dengan batuk, pilek, dan demam.Awal mula timbul keluhan tersebut dimulai dari kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpustonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengandetritus disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satumaka terjadi tonsillitis lakonaris. Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radangberulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada prosespenyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akanmengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi olehdetritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbulperlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.5Pada pemeriksaan tenggorokan didapatkan tonsil tampak hiperemis, T4 T4, permukaan tidak rata, kripte melebar, dedritus pada tonsil dextra (minimal).

Dari penjelasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan diagnosis pasien adalah tonsilitis kronik eksaserbasi akut, karena ditemukan tanda-tanda radang akut pada keadaan kronik dari pemeriksaan fisik. Tonsilitis kronik adalah peradangan kronis Tonsil setelah serangan akut yang terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis. Jenis kuman yang sering menyebabkan tonsilitis kronik adalah Streptokokus beta hemolitikus grup A (SBHGA). Selain itu terdapat Streptokokus pyogenes, Streptokokus grup B, C, Adenovirus, Epstein Barr, bahkan virus Herpes. Penelitian Abdulrahman AS, Kholeif LA, dan Beltagy di mesir tahun 2008 mendapatkan kuman patogen terbanyak di tonsil adalah Staphilokokus aureus, Streptokokus beta hemolitikus grup A, E.coli dan Klebsiela.2,3Pengobatannya dapat diberikan antibiotika sesuai kultur bermanfaat pada penderita tonsilitis kronis Cephaleksin ditambah metronidazole, klindamisin ( terutama jika disebabkan mononukleosis atau abses), amoksisilin dengan asam klavulanat (jika bukan disebabkan mononukleosis).5Selain itu, yang harus menjadi perhatian adalah faktor predisposisi timbulnya tonsillitis kronis adalah rangsangan menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygine mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat.4DAFTAR PUSTAKA 1. Suwento R. Epidemiologi Penyakit THT di 7 Propinsi. Kumpulan makalah dan pedoman kesehatan telinga. Lokakarya THT Komunitas. PIT PERHATI-KL, Palembang, 2001: 8-12. 2. Soepardi AE.dr, Iskandar N.Dr.Prof, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, FKUI, Jakarta, 2001; 180-1833. Dias EP, Rocha ML, Calvalbo MO, Amorim LM. Detection of Epstein-Barr Virus in Recurrent Tonsilitis. Brazil Journal Otolaryngology. 2009 .75(1); p.30-4.4. Dedya, et. Al. Tonsilitis Kronis Hipertrofi dan Obstructive Sleep Apnea (OSA) Pada Anak. Bagian/Smf Ilmu Penyakit Tht Fk Unlam. 20095. Lipton AJ. Obstructive sleep apnea syndrome. 2002. E- medicine6. Nurjanna Z, 2011. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2007-2010. USU Institutonal Repository. 7. Kurien M, Sheelan S, Fine Needle Aspiration In Chronic Tonsillitis ; Realiable and Valid Diagnostic Test Juornal of Laryngology and Otlogy. 2003 Vol 117,pp 973 975

8. Amarudin, Tolkha et Anton Christanto. 2005. Kajian Manfaat Tonsilektomi, Cermin Dunia Kedokteran18