Laporan Tutorial Lbm 4
-
Upload
dian-ambar-kusuma -
Category
Documents
-
view
61 -
download
19
Transcript of Laporan Tutorial Lbm 4
LAPORAN TUTORIAL LBM 4
STEP 1
i. Skizofrenia : gangguan mental yang dipengaruhi oleh gangguan pikir, gangguan psikotik
ii. Halusinasi auditori : gangguan mental merasa mendengar sesuatu tanpa diberi stimulus pada
indra pendengaran
STEP 2
1. Apakah penyebab skizofrenia?
2. Apa gejala-gejala skizofrenia?
3. Kapan seseorang menderita skizofrenia?
4. Bagaimana penanganan skizofrenia?
5. Apa jenis-jenis skizofrenia?
6. Bagaimana cara mendeteksi skizofrenia?
7. Apa peran keluarga pada pasien skizofrenia?
8. Apa faktor resiko skizofrenia?
9. Bagaimana prognosis skizofrenia?
10. Apa faktor yang dapat menyebabkan pasien skizofrenia kambuh?
11. Apa asuhan keperawatan dari skenario?
12. Bagaimana prinsip perawatan pasien skizofrenia?
STEP 3
1. Penyebab skizofrenia adalah ketidakseimbangan neurotransmiter norepinephrine dan dopamin
di otak.
2. Gejala-gejala skizofrenia:
iii. Halusinasi
iv. Ilusi
v. Perilaku aneh
vi. Tidak dapat membedakan pikiran nyata atau khayalan
vii. Katatonik
viii. Bicara kacau
3. Skizofrenia ditemukan mulai dari usia dewasa muda.
4. Penanganan farmako : pemberian antipsikotik
Penanganan non-farmako : ECT, psikoterapi suportif, terapi aktivitas kelompok
5. Jenis-jenis skizofrenia :
ix. Skizofrenia disorganisasi : tidak ada kesesuaian antara perkataan dan kenyataan/perilaku
x. Skizofrenia paranoid : ketakutan setiap waktu, merasa dikejar-kejar
6. Tidak ada alat deteksi skizofrenia, sehingga yang digunakan untuk mengetahui skizofrenia
atau bukan adalah dengan melihat gejala-gejalanya.
7. Peran keluarga :
xi. Mengarahkan pasien ke realita
xii. Membantu mencegah pasien kambuh
xiii. Membantu menjadi pengawas minum obat
8. Faktor resiko :
xiv. Kembar identik yang salahsatunya menderita skizofrenia
xv. Pola asuh buruk
xvi. Status sosial rendah
xvii. Beresiko terhadap bayinya apabila ibu hamil kekurangan nutrisi, stress
xviii. Bayi lahir dengan kekurangan O2 dan berat badan rendah
9. Pasien skizofrenia dapat disembuhkan dengan pengobatan. Pengobatan dapat hingga seumur
hidup, apabila putus pengobatan skizofrenia dapat kambuh kembali.
10. Pasien putus pengobatan, stress berat
11. Diagnosis : Insomnia
Outcome : pasien dapat tidur sesuai lama tidur normal orang dewasa
Intervensi : pemberian terapi halusinasi, medikasi antipsikotik untuk menurunkan anxiety
12. Buat hubungan saling percaya, tidak boleh langsung menghakimi bahwa pasien mengalami
halusinasi, diberi tahu tentang halusinasi dan cara mengontrol halusinasi.
STEP 4
STEP 5
LO :
1. Penyebab skizofrenia
2. Gejala skizofrenia
3. Tipe skizofrenia
4. Penanganan skizofrenia
5. Faktor yang mempengaruhi kekambuhan
6. Prognosis skizofrenia
7. Asuhan keperawatan
Faktor
resiko
Penyebab Skizofrenia Gejala
Jenis-jenis Penangana
n
Prognosis
Asuhan
Keperawata
n
Cara Deteksi
STEP 6
Mencari LO dari referensi terpercaya.
STEP 7
1. Penyebab skizofrenia
a. Biologis
i. Genetic predisposition theory menyebutkan bahwa terdapat resiko skizofrenia
sebesar 10-20 % bagi orang yang punya anggota keluarga dengan skizofrenia dan
resiko 40 % jika kedua orangtuanya skizofrenia atau saudara kembar identik.
Peneliti mengidentifikasi bahwa lokasi gen skizofrenia terletak di kromosom 13 dan
kromosom 8.
ii. Biochemical and neurostructural theory menjelaskan hipotesa mengenai dopamin
yang berlebihan memungkinkan impuls saraf menyerang aliran mesolimbic.
Mesolimbic adalah bagian otak yang melibatkan arousal dan motivasi.
iii. Organic or pathophysiologic theory menjelaskan bahwa skizofrenia merupakan
penurunan fungsi otak yang disebabkan stressor seperti infeksi virus, racun,
trauma, atau substansi abnormal. Dan kemungkinan merupakan gangguan
metabolisme.
iv. Perinatal theory menjelaskan bahwa skizofrenia dapat terjadi dikarenakan saat
fetus atau bayi lahir mengalami kekurangan O2 selama kehamilan atau ibu
mengalami malnutrisi/kelaparan selama trimester pertama kehamilan. Trauma
atau kecelakaan pada trimester kedua juga berpengaruh pada perkembangan
munculnya skizofrenia.
b. Psikologis
i. Psychological or experiental theory menjelaskan bahwa stressor memperbesar
permulaan terjadinya skizofrenia, stressor termasuk hubungan yang jelek antara
ibu-anak, gangguan hubungan interpersonal keluarga, gangguan identitas kelamin
dan gambaran diri, dan paparan terhadap situasi double-bind yang berulang kali.
ii. Teori Price berdasarkan peran keluarga :
- Attachment, menurut Otto Will (1970) menduga bahwa kesulitan yang dialami
penderita skizofrenia merupakan pencerminan dari adanya gangguan pada
attachment di awal kehidupan antara anak dan caretaker. Gangguan pada
pembentukan basic trust ini di kemudian hari mengakibatkan munculnya
perasaan takut akan kehilangan, keterpisahan, sikap penarikan diri, panik
serta komunikasi dengan menggunakan simbol yang aneh dan perkembangan
ego yang lemah.
- Schizophrenogenic mother, ibu-ibu yang menampilkan sikap terlalu
melindungi, melimpahi anak dengan perhatian berlebihan, tidak peka, menolak
kehadiran anak dan terlalu mengontrol dianggap mampu menimbulkan
tingkah laku skizofrenik pada keturunannya.
- Marital schism dan marital skew, hubungan antara suami istri dapat terlibat
dalam suatu schism, dimana terjadi konflik terbuka antara mereka. Setiap
pihak mencoba untuk menarik sang anak, sehingga terlibat dalam konflik.
Hubungan yang lain melibatkan marital skew, yaitu salah satu dari orangtua
dominan dan secara jelas menampakkan tingkah laku patologis.
- Double bind, Bateson (1956) menyatakan bahwa bentuk-bentuk tertentu dari
komunikasi antara orangtua dan anak, produktif untuk menimbulkan tingkah
laku skizofrenia. Komunikasi terjadi dimana tanggapan-tanggapan yang
muncul saling bertentangan satu sama lain.
c. Sosial
Environmental or cultural theory menjelaskan bahwa orang yang menjadi skizofrenia
memiliki reaksi yang salah terhadap lingkungannya, menjadikannya tidak mampu
merespon secara selektif berbagai stimuli sosial. Teori ini mempercayai bahwa orang
yang berasal dari area sosio ekonomi rendah atau orang tua single yang kekurangan
sehingga tidak terpapar kepada situasi dimana mereka dapat mendapat prestasi
maupun mencapai kesuksesan.
2. Gejala skizofrenia
a. -Thought echo : isi pikiran yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras),
isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda
-Thought insertion or withdrawl : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(withdrawl)
-Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga oranglain atau umum
mengetahuinya
b. -Delusion of control: waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu
dari luar
-Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar
-Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
sesuatu kekuatan dari luar
-Delusional perception : pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat
khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c. Halusinasi auditorik : dapat berupa suara halusinasi yang berkomentar secara terus-
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien antara mereka
sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang
berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. Waham : waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
e. Halusinasi yang menetap dari panca indra apasaja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun setengah ataupun disertai ide-ide berlebihan (over valued
ideas) yang menetap, atau apabila berulang-ulang terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
f. Arus pikir yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat
inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan
g. Perilaku katatonik : seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala-gejala negatif : seperti sikap apatis, menghindari kontak mata, jarang bicara,
respon emosi tumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari
lingkungan sosial dan menurunnya kinerja sosial. Tapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
i. Adanya gejala-gejala khas seperti di atas dalam kurun waktu satu bulan atau lebih.
j. Terdapat perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dari beberapa aspek kehidupan prilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat (anhedonia), hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude) dan penarikan
diri secara sosial.
Gejala awal skizofrenia pada remaja hampir sama dengan dewasa, namun sulit untuk
mengenalinya karena gejalanya banyak ditemukan di remaja pada umumnya, seperti :
penarikan diri dari teman dan keluarga, penurunan prestasi sekolah, gangguan tidur, dan sifat
lekas marah (irritability). Jika dibandingkan dengan skizofrenia dewasa, pada remaja lebih
sering ditemukan halusinasi visual dan sedikit ditemukan delusi yang menyertai.
3. Tipe skizofrenia
a. Skizofrenia paranoid
Gejala dominan berupa waham atau delusi dan halusinasi pendengaran. Waham
biasanya berjenis waham kejar (misalnya yakin bahwa orang-orang di sekitarnya mau
mencelakainya) atau waham kebesaran (misalnya yakin bahwa dirinya adalah Tuhan
yang memiliki suatu kekuatan khusus). Halusiansi berupa suara orang yang menyuruh-
suruh, berkomentar atau bercakap-cakap sendiri.
b. Skizofrenia hebefrenik
Gejala yang menonjol berupa pembicaraan kacau, perilaku kacau dan afek datar atau
tumpul. Pembicaraan kacau dapat berupa asosiasi longgar (contoh : tadi pagi saya
makan tempat tidur ada sapi makan rumput) hingga incoherence (contoh : kambing
gerak-gerak hitam matahari ditilang). Perilaku kacau seperti mengumpulkan bungkus
makanan dan ditimbun di bawah tempat tidur. Sedangkan afek yang menumpul dinilai
dari modulasi gerakan wajah dan perilaku yang disesuaikan dengan isi pembicaraan
yang dibicarakan pasien.
c. Skizofrenia katatonik
Tipe skizofrenia yang ditandai dengan sekurang-kurangnya dua gejala berikut :
ketiadaan gerak, pergerakan berlebihan tanpa tujuan dan tidak dipengaruhi oleh
stimulus eksternal, sikap melawan berlebihan untuk bergerak ketika diberikan perintah
atau postur kaku yang dipertahankan dan tidak bisa digerakkan oleh orang lain, postur
tubuh yang dipertahankan aneh, ekolalia, atau ekopraksia.
d. Skizofrenia Tak Terinci
Skizofrenia yang memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia namun tidak memenuhi
kriteria diagnostik subtipe paranoid, hebefrenik ataupun katatonik.
e. Skizofrenia Residual
Tipe skizofrenia yang ditandai dengan hilangnya waham, halusinasi, pembicaraan
kacau dan perilaku kacau atau katatonik yang menonjol. Namun ditemukan bahwa
gangguan tetap berlangsung yang diindikasikan dengan munculnya gejala negatif.
f. Skizofrenia Simplex
Gejala utama pada jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran
kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi
jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan
mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya dan menarik diri dari
pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya
menjadi penganguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya mungkin ia akan
menjadi pengemis, pelacur atau penjahat.
g. Skizofrenia YTT
Selain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya yang tidak
berdasarkan DSM IV TR antara lain:
- Bouffe delirante (psikosis delusional akut)
Merupakan konsep diagnosis dari Perancis. Diagnosis ini mirip dengan
diagnosis gangguan skizofreniform di dalam DSM IV.
- Skizofrenia laten
Pasien harus sangat sakit mental untuk mendapat diagnosa skizofrenia.
- Oneroid
Pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu
dan tempat. Diagnosa ini digunakan bagi pasien skizofrenik yang khususnya
terlibat di dalam pengalaman halusinasinya untuk dapat mengeluarkan
keterlibatan di dalam dunia nyata.
- Parafrenia
Sinonim skizofrenia paranoid, digunakan juga sebagai istilah ketika perjalanan
penyakit memburuk secara progresif atau adanya sistem waham yang
tersusun baik.
- Pseudoneurotik
Pasien awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti kecemasan, fobia, obsesi,
dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala gangguan pikiran dan psikosis.
- Skizofrenia tipe I
Skizofrenia dengan sebagian besar gejala yang muncul adalah gejala positif
yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah banyaknya
pembicaraan. Disertai dengan struktur otak yang normal pada CT dan respon
yang relatif baik terhadap pengobatan.
- Skizofrenia tipe II
Skizofrenia dengan sebagian besar gejala yang muncul adalah gejala negatif
seperti afek datar atau tumpul, kemiskinan pembicaraan atau isi pembicaraan,
blocking ketika berbicara, dandanan yang buruk, tidak ada motivasi,
anhedonia (tidak ada ketertarikan), penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit
perhatian. Disertai dengan kelainan otak struktural pada periksaan CT dan
respon buruk terhadap pengobatan.
4. Penanganan skizofrenia
a. Medikamentosa
i. Antipsikotik konvensional
Obat antipsikotik yang paling lama penggunaannya disebut antipsikotik
konvensional. Walaupun sangat efektif, antispsikotik konvensional sering
menimbulkan efek samping serius. Contoh : haldol (haloperidol), mellaril
(thioridazine), dll
Saran penggunaan pada pasien yang sudah mengalami perbaikan dan tidak
mengalami efek samping yang berarti atau pasien mengalami kesulitan minum
pil secara reguler. Prolixin dan haldol dapat diberikan dalam jangka waktu
lama dengan interval 2-4 minggu.
Efek samping : gangguan (kekakuan otot), pergerakan menjadi lambat dan
kaku, sehingga agar tidak kau pasien harus bergerak setiap waktu dan
menyebabkan mereka tak dapat istirahat, tremor kaki dan tangan. Untuk
mencegah efek samping tremor, antipsikotik dapat diberikan bersamaan
dengan antikolinergik.
ii. Antipsikotik atipikal
Obat ini prinsip kerjanya berbeda dengan antipsikotik konvensional dan sedikit
menimbulkan efek samping. Contoh : risperdal (risperidone), scroquel
(quetiapine), zyprexa (olanzopine)
iii. Clozaril
Saran penggunaan : clozaril baru diberikan apabila pasien tidak manjur dengan
paling sedikit 2 jenis obat antipsikotik yang lebih aman. Efek samping : jarang
terjadi (1 % dari semua pasien pengguna clozaril), terjadi penurunan sel darah
putih
b. Terapi Psikososial
i. Terapi perilaku
Terapi dengan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan
praktis dan komunikasi interpersonal.
ii. Terapi berorientasi keluarga
Membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu
mengecilkan hati. Dilakukan singkat namun intensif (setiap hari). Topik yang
dibahas adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Karena
seringkali anggota keluarga dalam cara yang jelas mendorong sanak
saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu
cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan
tentang sifat skizofrenia dan penyangkalan keparahan penyakit.
iii. Terapi kelompok
Memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata.
iv. Psikoterapi individual
Konsepnya hubungan terapeutik antara pasien dan perawat/dokter
c. ECT
Pasien di anestesi dan dihubungkan dengan elektroda beraliran listrik.
d. Active and Passive Music teraphy
Menurut penelitian dapat nenurunkan gejala negatif skizofrenia.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi relaps
a. Kurangnya kepatuhan terhadap pengobatan, disebabkan karena :
- Gagal mengerti pentingnya
terapi
- Pengertian yang buruk
terhadap instruksi
- Ketidakpuasan terhadap sikap
dan ketrampilan komunikasi
profesional kesehatan
- Menunggu dokter atau apoteker hingga
menyebabkan kejengkelan pasien
- Frekuensi pemberian yang terlalu sering
- Durasi pengobatan laama
- Efek samping obat berdampak berarti bagi
pasien
- Gejala sudah tidak muncul
b. Major life event
c. Substance abuse
d. Konflik keluarga
6. Prognosis
Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada :
- Usia pertama kali timbul, makin muda makin buruk
- Mula timbulnya akut atau kronik, bila mula timbulnya akut prognosisnya lebih baik
- Tipe skizofrenia, pada tipe akut dan katatonik prognosisnya lebih baik
- Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang di dapat
- Ada atau tidaknya faktor keturunan, jika terdapat faktor keturunan prognosisnya lebih
buruk
- Ada atau tidaknya faktor pencetus, jika ada prognosisnya lebih baik
- Kepribadian prepsikotik, apabila kepribadiannya skizoid, skitozim atau introvert maka
prognosis akan lebih buruk
- Keadaan sosial ekonomi, apabila rendah prognosis semakin jelek
Dalam artikel yang lain disebutkan bahwa prognosis skizofrenia pada fase residual
penyembuhan total yang berlangsung sekurang-kurangnya 3 tahun terjadi pada 10 % pasien,
sedangkan perbaikan yang bermakna terjadi sekitar 2/3 kasus. Banyak penderita skizofrenia
mengalami eksaserbasi intermitten, terutama sebagai respon terhadap situasi lingkungan
yang penuh stress. Pria biasanya mengalami perjalanan gangguan yang lebih berat dibanding
wanita. 10 % penderita skizofrenia meninggal karena bunuh diri.
Prognosis baik memiliki hubungan erat dengan tidak adanya gangguan perilaku prodromal,
pencetus lingkungan yang jelas, awitan mendadak, awitan pada usia pertengahan, adanya
konfusi, riwayat gangguan afek dan sistem dukungan yang tidak kritis dan tidak terlalu intrusif.
Skizofrenia tipe I tidak selalu memiliki prognosis yang lebih baik dibanding skizofrenia tipe II.
Sekitar 70 % penderita skizofrenia yang berada dalam remisi mengalami relaps dalam 1 tahun.
Untuk itu, terapi selamanya diwajibkan pada kebanyakan kasus.
7. Askep
a. Risk for Self-Mutilation
Definisi : at risk for deliberate self-injuries behavior causing tissue damage with the
intent of causing nonfatal injury to attain relief of tension.
Faktor Resiko : Command halucinations
Hasil akhir NOC yang disarankan : Risk Control, Self-Mutilation Restraint
Intervensi dan rasionalnya :
- Jauhkan semua benda berbahaya dari lingkungan pasien dengan pertimbangan
untuk keamanan pasien
- Mengatur pengobatan psikotropik bagi pasien sesuai resep dokter untuk
mengurangi ketegangan, perilaku impulsive, halusinasi dan panik
- Pindahkan ke ruangan tenang saat halusinasi pasien kambuh untuk mengurangi
stimulus
b. Gangguan Sensori Persepsi
Definisi : change in the amount or patterning of incoming stimuli accompanied by a
diminished, exaggerated, distorted, or impaired response to such stimuli.
Definisi karakteristik : kehadiran halusinasi visual
Outcome : pasien akan menyatakan penurunan frekuensi halusinasi visual secara
verbal
Intervensi :
- Menurunkan rangsangan dari lingkungan sekitar seperti suara keras, warna cerah
yang ekstrim, atau kilatan cahaya. Jika halusinasi visual terjadi, tanyakan klien apa
yang dia lihat.
- Mencoba untuk mengidentifikasi faktor presipitasi (pencetus) dengan cara
bertanya ke klien apa yang terjadi sebelum halusinasi mulai terjadi.
- Mengatur pengobatan yang diresepkan dokter