Laporan Tutorial Lbm 4

12
LAPORAN TUTORIAL LBM 4 STEP 1 i. Skizofrenia : gangguan mental yang dipengaruhi oleh gangguan pikir, gangguan psikotik ii. Halusinasi auditori : gangguan mental merasa mendengar sesuatu tanpa diberi stimulus pada indra pendengaran STEP 2 1. Apakah penyebab skizofrenia? 2. Apa gejala-gejala skizofrenia? 3. Kapan seseorang menderita skizofrenia? 4. Bagaimana penanganan skizofrenia? 5. Apa jenis-jenis skizofrenia? 6. Bagaimana cara mendeteksi skizofrenia? 7. Apa peran keluarga pada pasien skizofrenia? 8. Apa faktor resiko skizofrenia? 9. Bagaimana prognosis skizofrenia? 10. Apa faktor yang dapat menyebabkan pasien skizofrenia kambuh? 11. Apa asuhan keperawatan dari skenario? 12. Bagaimana prinsip perawatan pasien skizofrenia? STEP 3 1. Penyebab skizofrenia adalah ketidakseimbangan neurotransmiter norepinephrine dan dopamin di otak. 2. Gejala-gejala skizofrenia: iii. Halusinasi iv. Ilusi v. Perilaku aneh vi. Tidak dapat membedakan pikiran nyata atau khayalan vii. Katatonik viii. Bicara kacau 3. Skizofrenia ditemukan mulai dari usia dewasa muda. 4. Penanganan farmako : pemberian antipsikotik Penanganan non-farmako : ECT, psikoterapi suportif, terapi aktivitas kelompok

Transcript of Laporan Tutorial Lbm 4

Page 1: Laporan Tutorial Lbm 4

LAPORAN TUTORIAL LBM 4

STEP 1

i. Skizofrenia : gangguan mental yang dipengaruhi oleh gangguan pikir, gangguan psikotik

ii. Halusinasi auditori : gangguan mental merasa mendengar sesuatu tanpa diberi stimulus pada

indra pendengaran

STEP 2

1. Apakah penyebab skizofrenia?

2. Apa gejala-gejala skizofrenia?

3. Kapan seseorang menderita skizofrenia?

4. Bagaimana penanganan skizofrenia?

5. Apa jenis-jenis skizofrenia?

6. Bagaimana cara mendeteksi skizofrenia?

7. Apa peran keluarga pada pasien skizofrenia?

8. Apa faktor resiko skizofrenia?

9. Bagaimana prognosis skizofrenia?

10. Apa faktor yang dapat menyebabkan pasien skizofrenia kambuh?

11. Apa asuhan keperawatan dari skenario?

12. Bagaimana prinsip perawatan pasien skizofrenia?

STEP 3

1. Penyebab skizofrenia adalah ketidakseimbangan neurotransmiter norepinephrine dan dopamin

di otak.

2. Gejala-gejala skizofrenia:

iii. Halusinasi

iv. Ilusi

v. Perilaku aneh

vi. Tidak dapat membedakan pikiran nyata atau khayalan

vii. Katatonik

viii. Bicara kacau

3. Skizofrenia ditemukan mulai dari usia dewasa muda.

4. Penanganan farmako : pemberian antipsikotik

Penanganan non-farmako : ECT, psikoterapi suportif, terapi aktivitas kelompok

5. Jenis-jenis skizofrenia :

ix. Skizofrenia disorganisasi : tidak ada kesesuaian antara perkataan dan kenyataan/perilaku

x. Skizofrenia paranoid : ketakutan setiap waktu, merasa dikejar-kejar

6. Tidak ada alat deteksi skizofrenia, sehingga yang digunakan untuk mengetahui skizofrenia

atau bukan adalah dengan melihat gejala-gejalanya.

7. Peran keluarga :

Page 2: Laporan Tutorial Lbm 4

xi. Mengarahkan pasien ke realita

xii. Membantu mencegah pasien kambuh

xiii. Membantu menjadi pengawas minum obat

8. Faktor resiko :

xiv. Kembar identik yang salahsatunya menderita skizofrenia

xv. Pola asuh buruk

xvi. Status sosial rendah

xvii. Beresiko terhadap bayinya apabila ibu hamil kekurangan nutrisi, stress

xviii. Bayi lahir dengan kekurangan O2 dan berat badan rendah

9. Pasien skizofrenia dapat disembuhkan dengan pengobatan. Pengobatan dapat hingga seumur

hidup, apabila putus pengobatan skizofrenia dapat kambuh kembali.

10. Pasien putus pengobatan, stress berat

11. Diagnosis : Insomnia

Outcome : pasien dapat tidur sesuai lama tidur normal orang dewasa

Intervensi : pemberian terapi halusinasi, medikasi antipsikotik untuk menurunkan anxiety

12. Buat hubungan saling percaya, tidak boleh langsung menghakimi bahwa pasien mengalami

halusinasi, diberi tahu tentang halusinasi dan cara mengontrol halusinasi.

STEP 4

STEP 5

LO :

1. Penyebab skizofrenia

2. Gejala skizofrenia

3. Tipe skizofrenia

4. Penanganan skizofrenia

5. Faktor yang mempengaruhi kekambuhan

6. Prognosis skizofrenia

7. Asuhan keperawatan

Faktor

resiko

Penyebab Skizofrenia Gejala

Jenis-jenis Penangana

n

Prognosis

Asuhan

Keperawata

n

Cara Deteksi

Page 3: Laporan Tutorial Lbm 4

STEP 6

Mencari LO dari referensi terpercaya.

STEP 7

1. Penyebab skizofrenia

a. Biologis

i. Genetic predisposition theory menyebutkan bahwa terdapat resiko skizofrenia

sebesar 10-20 % bagi orang yang punya anggota keluarga dengan skizofrenia dan

resiko 40 % jika kedua orangtuanya skizofrenia atau saudara kembar identik.

Peneliti mengidentifikasi bahwa lokasi gen skizofrenia terletak di kromosom 13 dan

kromosom 8.

ii. Biochemical and neurostructural theory menjelaskan hipotesa mengenai dopamin

yang berlebihan memungkinkan impuls saraf menyerang aliran mesolimbic.

Mesolimbic adalah bagian otak yang melibatkan arousal dan motivasi.

iii. Organic or pathophysiologic theory menjelaskan bahwa skizofrenia merupakan

penurunan fungsi otak yang disebabkan stressor seperti infeksi virus, racun,

trauma, atau substansi abnormal. Dan kemungkinan merupakan gangguan

metabolisme.

iv. Perinatal theory menjelaskan bahwa skizofrenia dapat terjadi dikarenakan saat

fetus atau bayi lahir mengalami kekurangan O2 selama kehamilan atau ibu

mengalami malnutrisi/kelaparan selama trimester pertama kehamilan. Trauma

atau kecelakaan pada trimester kedua juga berpengaruh pada perkembangan

munculnya skizofrenia.

b. Psikologis

i. Psychological or experiental theory menjelaskan bahwa stressor memperbesar

permulaan terjadinya skizofrenia, stressor termasuk hubungan yang jelek antara

ibu-anak, gangguan hubungan interpersonal keluarga, gangguan identitas kelamin

dan gambaran diri, dan paparan terhadap situasi double-bind yang berulang kali.

ii. Teori Price berdasarkan peran keluarga :

- Attachment, menurut Otto Will (1970) menduga bahwa kesulitan yang dialami

penderita skizofrenia merupakan pencerminan dari adanya gangguan pada

attachment di awal kehidupan antara anak dan caretaker. Gangguan pada

pembentukan basic trust ini di kemudian hari mengakibatkan munculnya

perasaan takut akan kehilangan, keterpisahan, sikap penarikan diri, panik

serta komunikasi dengan menggunakan simbol yang aneh dan perkembangan

ego yang lemah.

- Schizophrenogenic mother, ibu-ibu yang menampilkan sikap terlalu

melindungi, melimpahi anak dengan perhatian berlebihan, tidak peka, menolak

kehadiran anak dan terlalu mengontrol dianggap mampu menimbulkan

tingkah laku skizofrenik pada keturunannya.

Page 4: Laporan Tutorial Lbm 4

- Marital schism dan marital skew, hubungan antara suami istri dapat terlibat

dalam suatu schism, dimana terjadi konflik terbuka antara mereka. Setiap

pihak mencoba untuk menarik sang anak, sehingga terlibat dalam konflik.

Hubungan yang lain melibatkan marital skew, yaitu salah satu dari orangtua

dominan dan secara jelas menampakkan tingkah laku patologis.

- Double bind, Bateson (1956) menyatakan bahwa bentuk-bentuk tertentu dari

komunikasi antara orangtua dan anak, produktif untuk menimbulkan tingkah

laku skizofrenia. Komunikasi terjadi dimana tanggapan-tanggapan yang

muncul saling bertentangan satu sama lain.

c. Sosial

Environmental or cultural theory menjelaskan bahwa orang yang menjadi skizofrenia

memiliki reaksi yang salah terhadap lingkungannya, menjadikannya tidak mampu

merespon secara selektif berbagai stimuli sosial. Teori ini mempercayai bahwa orang

yang berasal dari area sosio ekonomi rendah atau orang tua single yang kekurangan

sehingga tidak terpapar kepada situasi dimana mereka dapat mendapat prestasi

maupun mencapai kesuksesan.

2. Gejala skizofrenia

a. -Thought echo : isi pikiran yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras),

isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda

-Thought insertion or withdrawl : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam

pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya

(withdrawl)

-Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga oranglain atau umum

mengetahuinya

b. -Delusion of control: waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu

dari luar

-Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar

-Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap

sesuatu kekuatan dari luar

-Delusional perception : pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat

khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

c. Halusinasi auditorik : dapat berupa suara halusinasi yang berkomentar secara terus-

menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien antara mereka

sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang

berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham : waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap

tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik

tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu

mengendalikan cuaca, atau komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

Page 5: Laporan Tutorial Lbm 4

e. Halusinasi yang menetap dari panca indra apasaja, apabila disertai baik oleh waham

yang mengambang maupun setengah ataupun disertai ide-ide berlebihan (over valued

ideas) yang menetap, atau apabila berulang-ulang terjadi setiap hari selama

berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

f. Arus pikir yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat

inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan

g. Perilaku katatonik : seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu

(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.

h. Gejala-gejala negatif : seperti sikap apatis, menghindari kontak mata, jarang bicara,

respon emosi tumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari

lingkungan sosial dan menurunnya kinerja sosial. Tapi harus jelas bahwa semua hal

tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

i. Adanya gejala-gejala khas seperti di atas dalam kurun waktu satu bulan atau lebih.

j. Terdapat perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall

quality) dari beberapa aspek kehidupan prilaku pribadi (personal behaviour),

bermanifestasi sebagai hilangnya minat (anhedonia), hidup tak bertujuan, tidak

berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude) dan penarikan

diri secara sosial.

Gejala awal skizofrenia pada remaja hampir sama dengan dewasa, namun sulit untuk

mengenalinya karena gejalanya banyak ditemukan di remaja pada umumnya, seperti :

penarikan diri dari teman dan keluarga, penurunan prestasi sekolah, gangguan tidur, dan sifat

lekas marah (irritability). Jika dibandingkan dengan skizofrenia dewasa, pada remaja lebih

sering ditemukan halusinasi visual dan sedikit ditemukan delusi yang menyertai.

3. Tipe skizofrenia

a. Skizofrenia paranoid

Gejala dominan berupa waham atau delusi dan halusinasi pendengaran. Waham

biasanya berjenis waham kejar (misalnya yakin bahwa orang-orang di sekitarnya mau

mencelakainya) atau waham kebesaran (misalnya yakin bahwa dirinya adalah Tuhan

yang memiliki suatu kekuatan khusus). Halusiansi berupa suara orang yang menyuruh-

suruh, berkomentar atau bercakap-cakap sendiri.

b. Skizofrenia hebefrenik

Gejala yang menonjol berupa pembicaraan kacau, perilaku kacau dan afek datar atau

tumpul. Pembicaraan kacau dapat berupa asosiasi longgar (contoh : tadi pagi saya

makan tempat tidur ada sapi makan rumput) hingga incoherence (contoh : kambing

gerak-gerak hitam matahari ditilang). Perilaku kacau seperti mengumpulkan bungkus

makanan dan ditimbun di bawah tempat tidur. Sedangkan afek yang menumpul dinilai

dari modulasi gerakan wajah dan perilaku yang disesuaikan dengan isi pembicaraan

yang dibicarakan pasien.

c. Skizofrenia katatonik

Page 6: Laporan Tutorial Lbm 4

Tipe skizofrenia yang ditandai dengan sekurang-kurangnya dua gejala berikut :

ketiadaan gerak, pergerakan berlebihan tanpa tujuan dan tidak dipengaruhi oleh

stimulus eksternal, sikap melawan berlebihan untuk bergerak ketika diberikan perintah

atau postur kaku yang dipertahankan dan tidak bisa digerakkan oleh orang lain, postur

tubuh yang dipertahankan aneh, ekolalia, atau ekopraksia.

d. Skizofrenia Tak Terinci

Skizofrenia yang memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia namun tidak memenuhi

kriteria diagnostik subtipe paranoid, hebefrenik ataupun katatonik.

e. Skizofrenia Residual

Tipe skizofrenia yang ditandai dengan hilangnya waham, halusinasi, pembicaraan

kacau dan perilaku kacau atau katatonik yang menonjol. Namun ditemukan bahwa

gangguan tetap berlangsung yang diindikasikan dengan munculnya gejala negatif.

f. Skizofrenia Simplex

Gejala utama pada jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran

kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi

jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan

mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya dan menarik diri dari

pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya

menjadi penganguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya mungkin ia akan

menjadi pengemis, pelacur atau penjahat.

g. Skizofrenia YTT

Selain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya yang tidak

berdasarkan DSM IV TR antara lain:

- Bouffe delirante (psikosis delusional akut)

Merupakan konsep diagnosis dari Perancis. Diagnosis ini mirip dengan

diagnosis gangguan skizofreniform di dalam DSM IV.

- Skizofrenia laten

Pasien harus sangat sakit mental untuk mendapat diagnosa skizofrenia.

- Oneroid

Pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu

dan tempat. Diagnosa ini digunakan bagi pasien skizofrenik yang khususnya

terlibat di dalam pengalaman halusinasinya untuk dapat mengeluarkan

keterlibatan di dalam dunia nyata.

- Parafrenia

Sinonim skizofrenia paranoid, digunakan juga sebagai istilah ketika perjalanan

penyakit memburuk secara progresif atau adanya sistem waham yang

tersusun baik.

- Pseudoneurotik

Pasien awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti kecemasan, fobia, obsesi,

dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala gangguan pikiran dan psikosis.

- Skizofrenia tipe I

Page 7: Laporan Tutorial Lbm 4

Skizofrenia dengan sebagian besar gejala yang muncul adalah gejala positif

yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah banyaknya

pembicaraan. Disertai dengan struktur otak yang normal pada CT dan respon

yang relatif baik terhadap pengobatan.

- Skizofrenia tipe II

Skizofrenia dengan sebagian besar gejala yang muncul adalah gejala negatif

seperti afek datar atau tumpul, kemiskinan pembicaraan atau isi pembicaraan,

blocking ketika berbicara, dandanan yang buruk, tidak ada motivasi,

anhedonia (tidak ada ketertarikan), penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit

perhatian. Disertai dengan kelainan otak struktural pada periksaan CT dan

respon buruk terhadap pengobatan.

4. Penanganan skizofrenia

a. Medikamentosa

i. Antipsikotik konvensional

Obat antipsikotik yang paling lama penggunaannya disebut antipsikotik

konvensional. Walaupun sangat efektif, antispsikotik konvensional sering

menimbulkan efek samping serius. Contoh : haldol (haloperidol), mellaril

(thioridazine), dll

Saran penggunaan pada pasien yang sudah mengalami perbaikan dan tidak

mengalami efek samping yang berarti atau pasien mengalami kesulitan minum

pil secara reguler. Prolixin dan haldol dapat diberikan dalam jangka waktu

lama dengan interval 2-4 minggu.

Efek samping : gangguan (kekakuan otot), pergerakan menjadi lambat dan

kaku, sehingga agar tidak kau pasien harus bergerak setiap waktu dan

menyebabkan mereka tak dapat istirahat, tremor kaki dan tangan. Untuk

mencegah efek samping tremor, antipsikotik dapat diberikan bersamaan

dengan antikolinergik.

ii. Antipsikotik atipikal

Obat ini prinsip kerjanya berbeda dengan antipsikotik konvensional dan sedikit

menimbulkan efek samping. Contoh : risperdal (risperidone), scroquel

(quetiapine), zyprexa (olanzopine)

iii. Clozaril

Saran penggunaan : clozaril baru diberikan apabila pasien tidak manjur dengan

paling sedikit 2 jenis obat antipsikotik yang lebih aman. Efek samping : jarang

terjadi (1 % dari semua pasien pengguna clozaril), terjadi penurunan sel darah

putih

b. Terapi Psikososial

i. Terapi perilaku

Terapi dengan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk

meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan

praktis dan komunikasi interpersonal.

Page 8: Laporan Tutorial Lbm 4

ii. Terapi berorientasi keluarga

Membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu

mengecilkan hati. Dilakukan singkat namun intensif (setiap hari). Topik yang

dibahas adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Karena

seringkali anggota keluarga dalam cara yang jelas mendorong sanak

saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu

cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan

tentang sifat skizofrenia dan penyangkalan keparahan penyakit.

iii. Terapi kelompok

Memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata.

iv. Psikoterapi individual

Konsepnya hubungan terapeutik antara pasien dan perawat/dokter

c. ECT

Pasien di anestesi dan dihubungkan dengan elektroda beraliran listrik.

d. Active and Passive Music teraphy

Menurut penelitian dapat nenurunkan gejala negatif skizofrenia.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi relaps

a. Kurangnya kepatuhan terhadap pengobatan, disebabkan karena :

- Gagal mengerti pentingnya

terapi

- Pengertian yang buruk

terhadap instruksi

- Ketidakpuasan terhadap sikap

dan ketrampilan komunikasi

profesional kesehatan

- Menunggu dokter atau apoteker hingga

menyebabkan kejengkelan pasien

- Frekuensi pemberian yang terlalu sering

- Durasi pengobatan laama

- Efek samping obat berdampak berarti bagi

pasien

- Gejala sudah tidak muncul

b. Major life event

c. Substance abuse

d. Konflik keluarga

6. Prognosis

Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada :

- Usia pertama kali timbul, makin muda makin buruk

- Mula timbulnya akut atau kronik, bila mula timbulnya akut prognosisnya lebih baik

- Tipe skizofrenia, pada tipe akut dan katatonik prognosisnya lebih baik

- Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang di dapat

- Ada atau tidaknya faktor keturunan, jika terdapat faktor keturunan prognosisnya lebih

buruk

- Ada atau tidaknya faktor pencetus, jika ada prognosisnya lebih baik

- Kepribadian prepsikotik, apabila kepribadiannya skizoid, skitozim atau introvert maka

prognosis akan lebih buruk

- Keadaan sosial ekonomi, apabila rendah prognosis semakin jelek

Page 9: Laporan Tutorial Lbm 4

Dalam artikel yang lain disebutkan bahwa prognosis skizofrenia pada fase residual

penyembuhan total yang berlangsung sekurang-kurangnya 3 tahun terjadi pada 10 % pasien,

sedangkan perbaikan yang bermakna terjadi sekitar 2/3 kasus. Banyak penderita skizofrenia

mengalami eksaserbasi intermitten, terutama sebagai respon terhadap situasi lingkungan

yang penuh stress. Pria biasanya mengalami perjalanan gangguan yang lebih berat dibanding

wanita. 10 % penderita skizofrenia meninggal karena bunuh diri.

Prognosis baik memiliki hubungan erat dengan tidak adanya gangguan perilaku prodromal,

pencetus lingkungan yang jelas, awitan mendadak, awitan pada usia pertengahan, adanya

konfusi, riwayat gangguan afek dan sistem dukungan yang tidak kritis dan tidak terlalu intrusif.

Skizofrenia tipe I tidak selalu memiliki prognosis yang lebih baik dibanding skizofrenia tipe II.

Sekitar 70 % penderita skizofrenia yang berada dalam remisi mengalami relaps dalam 1 tahun.

Untuk itu, terapi selamanya diwajibkan pada kebanyakan kasus.

7. Askep

a. Risk for Self-Mutilation

Definisi : at risk for deliberate self-injuries behavior causing tissue damage with the

intent of causing nonfatal injury to attain relief of tension.

Faktor Resiko : Command halucinations

Hasil akhir NOC yang disarankan : Risk Control, Self-Mutilation Restraint

Intervensi dan rasionalnya :

- Jauhkan semua benda berbahaya dari lingkungan pasien dengan pertimbangan

untuk keamanan pasien

- Mengatur pengobatan psikotropik bagi pasien sesuai resep dokter untuk

mengurangi ketegangan, perilaku impulsive, halusinasi dan panik

- Pindahkan ke ruangan tenang saat halusinasi pasien kambuh untuk mengurangi

stimulus

b. Gangguan Sensori Persepsi

Definisi : change in the amount or patterning of incoming stimuli accompanied by a

diminished, exaggerated, distorted, or impaired response to such stimuli.

Definisi karakteristik : kehadiran halusinasi visual

Outcome : pasien akan menyatakan penurunan frekuensi halusinasi visual secara

verbal

Intervensi :

- Menurunkan rangsangan dari lingkungan sekitar seperti suara keras, warna cerah

yang ekstrim, atau kilatan cahaya. Jika halusinasi visual terjadi, tanyakan klien apa

yang dia lihat.

- Mencoba untuk mengidentifikasi faktor presipitasi (pencetus) dengan cara

bertanya ke klien apa yang terjadi sebelum halusinasi mulai terjadi.

- Mengatur pengobatan yang diresepkan dokter

Page 10: Laporan Tutorial Lbm 4