Laporan Toxic

38
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti yang kita ketahui pencemaran lingkungan adalah efek yang ditimbulkan oleh suatu unsur kimia yang timbul bersama dengan limbah industri. Limbah tersebut menghasilkan senyawa yang berbahaya terhadap lingkungan. Sebagai salah satu contoh bahan kimia yang sering digunakan manusia yaitu pemutih pakaian yang ditujukan agar mempermudah manusia dalam kegiatan mencuci pada setiap rumah. Padahal limbah dari pemutih dan pewangi yang banyak dibuang ke lingkungan perairan dapat menyebabkan keracunan terutama untuk organisme airnya. Pada akhirnya buangan yang bertambah banyak dan seringkali tidak bersifat alamiah , membuat lingkungan tidak mampu membersihkan akibat racun yang terdapat pada buangan tersebut. Selain itu limbah tersebut bisa membuat ikan-ikan yang ada pada perairan menjadi terganggu. Dalam hal ini ikan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran air akibat limbah dari penggunaan pemutih pakaian. Untuk mengetahui kadar pencemaran air maka 1

description

tttttoksikologi

Transcript of Laporan Toxic

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui pencemaran lingkungan adalah efek yang ditimbulkan oleh suatu unsur kimia yang timbul bersama dengan limbah industri. Limbah tersebut menghasilkan senyawa yang berbahaya terhadap lingkungan. Sebagai salah satu contoh bahan kimia yang sering digunakan manusia yaitu pemutih pakaian yang ditujukan agar mempermudah manusia dalam kegiatan mencuci pada setiap rumah. Padahal limbah dari pemutih dan pewangi yang banyak dibuang ke lingkungan perairan dapat menyebabkan keracunan terutama untuk organisme airnya. Pada akhirnya buangan yang bertambah banyak dan seringkali tidak bersifat alamiah , membuat lingkungan tidak mampu membersihkan akibat racun yang terdapat pada buangan tersebut.Selain itu limbah tersebut bisa membuat ikan-ikan yang ada pada perairan menjadi terganggu. Dalam hal ini ikan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran air akibat limbah dari penggunaan pemutih pakaian. Untuk mengetahui kadar pencemaran air maka kami melakukan uji toksisitas limbah pemutih pakaian terhadap spesies ikan lele.

B. TujuanAdapun tujuan dari praktikum ini adalah :1. Mengetahui nilai LC50 48 pada limba rendaman pemutih by clean terhadap ikan lele2. Mengetahui nilai LC50 96 pada limbah rendaman pemutih by clean terhadap ikan lele3. Mengetahui konsentrasi aman limbah rendaman pemutih by clean terhadap ikan lele.

II.TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pencemaran airToksisitas pada toksikologi berkaitan erat dengan terjadinya pencemaran lingkungan. Masalah pencemaran lingkungan mulai terangkat kepermukaan dunia dan menjadi topic utama berkisar pada tahun 50-an. Tepatnya ketika ditemukan suatu penyakit mental dan kelainan pada syaraf (penyakit minamata) yang diderita oleh penduduk yang hidup di sekitar teluk Minamat di Jepang.

Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dan kondisi asal paa kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat racun (toksik) yang berbahaya bagi organism hidup.Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah yang kemuidan menjadi pemicu terjadinya pencemaran.

Lingkungan dapat diartikan sebagai media atau suatu areal, tempat atau wilayah yang didalamnya terdapat bermacam-macam bentuk aktivitas yang berasal dari ornamen-ornamen yang saling mengikat, saling menyokong kehidupan mereka. Karena itu suatu tatanan lingkungan yang mencakup segala bentuk aktivitas dan interaksi di dalamnya disebut dengan ekosistem.

Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya, sebagai akibat dari masuk dan atau dimasukkannya suatu zat atau benda asing ke dalam tatanan lingkungan itu. Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kemasukan benda asing itu, memberikan pengaruh (dampak) buruk terhadap organism yang sudah ada dan hidup dengan baik dalam tatanan lingkungan tersebut. Sehingga pada tindak lanjut dalam arti bila lingkungan tersebut telah tercemar dalam tingkatan yang tinggi, dapat membunuh dan bahkan menghapuskan satu atau lebih jenis organism yang tadinya hidup normal dalam tatanan lingkungan itu. Jadi pencemaran lingkungan adalah terjadinya perubahan dalam suatu tatanan lingkungan asli menjadi suatu tatanan baru yang lebih buruk dari tatanan aslinya.

Suatu substansi toksik atau suatu substansi racun yang secara demonstrative mempunyai kemampuan untuk menimbulkan kanker, tumor, atau pengaruh neoplastik pada manusia, ataupun pada hewan percobaan, juga mampu menyebabkan terjadinya perubahan permanen dari suatu keturunan atau perubahan genetis yang bersifat permanen pada keturunan baik pada manusia ataupun hewan, menyebabkan cacat fisik pada perkembangan janin manusia ataupun hewan dan bahkan dapat mengakibatkan terjadinya kematian bila substansi tersebut masuk ke dalam tubuh baik melalui jalur pernafasan, kulit, mata, mulut, ataupun jalur-jalur lainnya yang memungkinkan. Di samping itu juga mampu mengakibatkan terjadinya perubahana atau kelainan seksual pada manusia.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu bentuk aksi kimia mempunyai bentuk dan variasi yang luas. Asam-asam kuat atau alkalis, yang mengalami kontak langsung dengan organ mata, kulit dan atau saluran pencernaan, dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan dan bahkan kematian pada sel-sel. Di samping itu, kemasukan atau keterpaparan oleh uap atau senyawa logam berat dapat mengakibatkan terganggunya system metabolism atau system fisiologi tubuh.

Suatu bentuk aksi serangan dari suatu toksikan secara fisika bebeda dengan bentuk serangan toksikan secara kimia. Pada aksi fisika ini, bentuk serangan cenderung dalam bentuk penghancuran dan peradangan. Sebagai contoh adalah kasus dermatitis yang terjadi pada kulit, kekeringan, kulit pecah-pecah dan lain-lain.Kenyataan itu kemuidan mengungkapkan secara jelas bahwa masalah-maslah toksikologi tidak dapat dipisahkan dari masalah-masalah lingkungan hidup seperti pencemaran lingkungan (Palar, 1994).

3.2 Komposisi bahan kimia pemutih bayclean

Natrium hipoklorit ialah suatu senyawa kimia dengan rumusNaOCl. Larutan natrium hipoklorit, umumnya dikenal sebagai pemutih atauclorox, adalah seringkali digunakan sebagai penawar infeksi (desinfektan) atau bahan pemutih. Nama lain natrium hipoklorit ialah natrium klorat(I). Adapun sifat-sifat Natrium hipoklorit adalah:- Rumus molekul: NaOCl- Berat molekul: 74,44 gr/mol- Penampilan: Zat padat putih- Densitas: 1,11 gr/cm3- Titik lebur: 18 oC, 64 F, 291K (pentahidrat)- Titik didih: 101 C, 214 F, 374 K (terurai)- Keasaman (pKa): 29,3 gr/100mL (0 C)

Pemutih rumah tangga pada umumnya, adalah larutan yang mengandung natrium hipoklorit 4-6% dan natrium hidroksida 0,01-0,05%, sedangkan natrium hidroksida digunakan untuk menunda penguraian natrium hipoklorit menjadi natrium klorida dan natrium klorat. Untuk kebutuhan rumah tangga, natrium hipoklorit digunakan untuk menghilangkan noda pada pakaian. Ini yang paling efektif pada serat kapas, yang mudah ternoda tetapi dapat dihilang dengan baik. Biasanya 50 sampai 250 mL pemutih per muatan direkomendasikan untuk mesin cuci ukuran standar.

Sifat pemutih rumah tangga yang membuatnya efektif untuk menghilangkan noda juga mengakibatkan kerusakan kumulatif untuk serat organik, seperti kapas, dan daya tahan pakaian dari bahan tersebut akan dipersingkat akibat menggunakan pemutih secara teratur. Para natrium hidroksida (NaOH) yang juga ditemukan dalam pemutih rumah tangga menyebabkan degradasi serat juga. Bahan ini tidak mudah menguap, dan sisa NaOH yang tidak terbilas akan terus merusak serat organik secara perlahan dengan adanya kelembaban. Untuk alasan ini, jika noda terlokalisasi, perlakuan noda harus dipertimbangkan bila memungkinkan. Dengan tindakan pencegahan keselamatan, pasca perawatan dengan cuka (atau asam lemah) akan menetralisir NaOH, dan menguapkan klor dari sisa hipoklorit. T-shirt dan seprai katun lama yang mudah rip menunjukkan biaya pencucian dengan pemutih rumah tangga. Air panas meningkatkan efektivitas pemutih, karena adanya peningkatan reaktifitas dari molekul tersebut (Arsani, 2014).

3.3 Bahaya pemutih bayclean

Natrium hipoklorit adalah pengoksidasi kuat. Reaksi oksidasi adalah korosif, larutan membakar kulit dan menyebabkan cacat mata, terutama ketika digunakan dalam bentuk pekat. Namun, sebagaimana yang diakui oleh NFPA, hanya larutan yang mengandung lebih dari 40% berat natrium hipoklorit dianggap pengoksidasi berbahaya. Larutan kurang dari 40% digolongkan sebagai bahaya oksidasi sedang, Klorinasi air minum dapat mengoksidasi kontaminan-kontaminan organik, yang menghasilkan trihalometan (juga disebut haloform), yang tak lain adalah zat karsinogenik.Pemutih rumah tangga dan larutan klorinasi kolam renang secara khas distabilkan oleh konsentrasi lye (soda api, NaOH) yang signifikan sebagai bagian dari reaksi pembuatannya. Kulit yang terkena akan menyebabkan iritasi soda atau terbakar karena penghilangan lemak dan penyabunan minyak kulit dan destruksi (perusakan) jaringan. Terasa licin dari bahan pemutih pada kulit adalah karena proses ini. Trikloroamina, gas yang digunakan dalam kolam renang dapat menyebabkan asma atopik.

Mencampurkan pemutih dengan beberapa pembersih rumah tangga bisa berbahaya. Misalnya, mencampur pembersih dari asam dengan pemutih natrium hipoklorit menghasilkan gas klor. Mencampur dengan larutan ammonia (termasuk urin) menghasilkankloramina. Campuran dari bahan pembersih lain dan atau bahan organik dapat menghasilkan reaksi gas yang dapat menyebabkan cedera akut paru-paru.

NH4OH + NaClO NaOH + NH2Cl + H2OGas klor dan kloramina, keduanya adalah racun. Pemutih dapat bereaksi dahsyat dengan hidrogen peroksida dan meng-hasilkan gas oksigen:H2O2(aq) + NaClO(aq) NaCl(aq) + H2O(l) + O2(g)Ini diperkirakan bahwa ada sekitar 3300 kejadian yang perlu perawatan medis disebabkan oleh larutan natrium hipoklorit setiap tahun di rumah-rumah Inggris.

Satu kekhawatiran utama muncul dari penggunaan natrium hipoklorit ialah bahwa zat pemutih ini cenderung membentuk senyawa organik berklorinasi; ini dapat terjadi selama penyimpanan rumah tangga dan juga selama penggunaan industri. Sebagai contoh, bila pemutih rumah tangga dan air limbah dicampur, 1-2% klor yang ada diamati membentuk senyawa organik. Selama 1994, tidak semua hasil-samping telah terindentifikasi, tetapi senyawa-senyawa yang diidentifikasi meliputi kloroform dan karbon tetraklorida. Diperkirakan eksposur terhadap zat kimia ini dari penggunaan diperkirakan berada dalam batas-batas pajanan terkait tugas. Sebuah penelitian Eropa belum lama ini menunjukkan bahwa natrium hipoklorit dan zat kimia organik (misalnya, surfaktan, pengharum) terkandung dalam sejumlah produk pem-bersih rumah tangga yang dapat bereaksi menghasilkan senyawa-senyawa organik volatil berklorinasi.

Senyawa-senyawa berklorinasi ini dipancarkan selama aplikasi pembersihan, sebagian adalah racun dan kemungkinan karsinogen bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi udara di dalam rumah meningkat secara signifikan 8-52 kali untuk kloroform dan 1-1170 kali untuk karbon tetraklorida, selama penggunaan produk-produk yang mengan-dung bahan pemutih.Penelitian lebih lanjut dari penggunaan produk ini dan kemungkinan lain jalur pajanan (yaitu, kulit (dermal) mungkin risiko lain yang mungkin timbul. Meskipun demikian penulis lebih lanjut mengutip efek rumah kaca yang merusak ozon bagi gas tersebut, sangat rendah jumlah gas tersebut, yang dihasilkan sebagai resep, harus meminimalkan kontribusinya yang relatif terhadap sumber-sumber yang lain.Sebuah penelitian tentang gelombang rumah yang menunjukkan bahwa pajanan terhadap produk-produk pembersih rumah tangga dengan natrium hipoklorit dapat menyebabkan Sindrom Disfungsi Arus udara Reaktif (RADSReactive Airway Dysfuntion Syndrome). RADS mengandung gejala seperti-asma dan bergantung keparahannya terhadap pajanan dan faktor lingkungan. Efek jangka-panjang tidak dicatat. Sehubungan dengan serangan RADS, kewaspadaan harus ditekankan ketika menggunakan bahan pemutih dan zat-zat kimia lain (Arsani, 2014).

3.4 Uji toksisitasToksikologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai efek toksik dari suatu senyawa kimia (obat). Produk atau sediaan obat harus memenuhi syarat khasiat (eficacy), bermutu (quality) dan aman (safety). untuk membuktikan khasiat maka dilakukan pengujan farmakologi, untuk mutu maka dilakukan pengujian karakteristik produk yang seharusnya diproduksi sesuai CPOB ; cGMP. sedangkan untuk keamanan dilakukan uji toksisitas, antara lain :

1. Uji Toksisitas AkutUji toksisitas akut adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui nilai LD50 dan dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi hewan uji (menggunakan 2spesies hewan uji). pemberian obat dalam dosis tunggal dan diberikan melalui 2 rute pemerian (misalnya oral dan intravena). hasil uji LD50 dan dosisnya akan ditransformasi (dikonversi) pada manusia. (LD50 adalah pemberian dosis obat yang menyebabkan 50 ekor dari total 100 ekor hewan uji mati oleh pemerian dosis tersebut)

2. Uji Toksisitas Sub AkutUji toksisitas sub akut adalah pengujian untuk menentukan organ sasaran tempat kerja dari obat tersebut, pengujian selama 1-3 bulan, menggunakan 2 spesies hewan uji, menggunakan 3 dosis yang berbeda.

3. Uji Toksisitas KronikUji toksisitas kronik pada tujuannya sama dengan uji toksisitas sub akut, tapi pengujian ini dilakukan selama 6 bulan pada hewan rodent (pengerat) dan non-rodent (bukan hewan pengerat). uji ini dilakukan apabila obat itu nantinya diproyeksikan akan digunakan dalam jangka waktu yang ckup panjang.

4. Uji Efek Pada Organ ReproduksiPengujian ini dilakukan untuk melihat perilaku yang berhubungan dengan reproduksi (perilaku kawin), perkembangan janin, kelainan pada janin, proses kelahiran, dan perkembangan janin setelah dilahirkan.

5. Uji KarsinogenikPengujian yang dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan obat jika dikonsumsi dalam jangka panjang apakah dapat menimbulkan kanker. dilakukan pada 2 spesies hewan uji selama 2 tahun, pengujian ini dilakukan apabila nanti obat ini diproyeksikan digunakan pasien dalam jangka yang panjang.

6. Uji MutagenikPengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah efek obat dapat menyebabkan perubahan atau mutasi pada gen pada pasien (Fauzi, 2013).

3.5 Uji toksisitas LC50 (Lethal Concentration 50)Ujitoksisitas merupakan uji hayati yang berguna untuk menentukantingkat toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar dan digunakanjuga untuk pemantauan rutinsuatulimbah.Suatu senyawa kimia dikatakan bersifat racun akut jika senyawa tersebut dapat menimbulkan efek racun dalam jangka waktu singkat. Suatu senyawa kimia disebut bersifat racun kronis jika senyawa tersebut dapat menimbulkan efek racun dalam jangka waktu panjang (karena kontak yang berulang-ulang walaupun dalam jumlah yang sedikit).

Ada tiga cara utama bagi senyawa kimia untuk dapat memasuki tubuh, yaitu melalui paru-paru (pernafasan), mulut, dan kulit. Melalui ketiga rute tersebut, senyawa yang bersifat racun dapat masuk ke aliran darah, dan kemudian terbawa ke jaringan tubuh lainnya. Yang menjadi perhatian utama dalam toksisitas adalah kuantitas/dosis senyawa tersebut. Sebagian besar senyawa yang berada dalam bentuk murninya memiliki sifat racun (toksik). Sebagai contohnya adalah senyawa oksigen yang berada pada tekanan parsial 2 atm adalah bersifat toksik. Konsentrasi oksigen yang terlalu tinggi dapat merusak sel.

LC50 (Median Lethal Concentration) yaitu konsentrasi yangmenyebabkan kematian sebanyak 50%dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan perhitungan, pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya LC50 48 jam, LC50 96 jam sampai waktu hidup hewan uji.

Berdasarkankepadalamanya,metodepenambahanlarutanujidanmaksudserta tujuannya maka uji toksisitas diklasifikasikansebagai berikut (Rosianna 2006) :Klasifikasi menurut waktu, yaitu uji hayati jangka pendek (short term bioassay), jangka menengah (intermediate bioassay) dan uji hayati jangka panjang (long term bioassay). Klasifikasi menurut metodepenambahan larutanatau cara aliran larutan, yaitu uji hayati statik (static bioassay), pergantian larutan(renewal biossay), mengalir (flow trough bioassay). Klasifikasimenurutmaksuddan tujuan penelitian adalah pemantauan kualitas air limbah, uji bahan atau satu jenis senyawa kimia, penentuan toksisitas serta daya tahan dan pertumbuhan organisme uji. Untuk mengetahui nilai LC-50 digunakan uji static. Ada dua tahapan dalam penelitian (Rossiana 2006), yaitu:Uji Pendahuluan.Untuk menentukan batas kritis konsentrasi yaitu konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian terbesar mendekati 50% dan kematian terkecilmendekati 50%.Uji Lanjutan.Setelah diketahui bataskritis, selanjutnya ditentukan konsentrasiakut berdasarkan seri logaritma konsentrasi yang dimodifikasi oleh Rochini dkk (1982) diacu dalam Rossiana (2006). Adapun kriteria toksisitas suatu perairan adalah sebagai berikut:Tabel 1. Kriteria tingkatan nilai toksisitas akut LC50-48 jam pada lingkunganperairanTingkat RacunNilai (LC50) (ppm)

Racun Tinggi< 1

Racun Sedang>1 dan 100

3.6 Ikan LeleLeleatau ikankeli, adalah sejenisikanyang hidup diair tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki "kumis" yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagianmulutnya. Ikan-ikan margaClariasdikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan siripanusyang juga panjang, yang kadang-kadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak sepertisidatyang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas, denganmatayang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat pernapasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasangpatil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya. Ada yang mengatakan,bahwa patil ini tidak hanya tajam tapi juga beracun dan mengakibatkan panas tinggi jika orang tak sengaja terkena patil tersebut.Lele dikembangbiakkan diIndonesiauntuk konsumsi dan juga untuk menjaga kualitas air yang tercemar. Seringkali lele ditaruh di tempat-tempat yang tercemar karena bisa menghilangkan kotoran-kotoran. Lele yang ditaruh di tempat-tempat yang kotor harus diberokterlebih dahulu sebelum siap untuk dikonsumsi. Diberok itu ialah maksudnya dipelihara pada air yang mengalir selama beberapa hari dengan maksud untuk membersihkannya.Kadangkala lele juga ditaruh disawahkarena memakanhama-hamayang berada di sawah. Lele sering pula ditaruh di kolam-kolam atau tempat-tempat air tergenang lainnya untuk menanggulangi tumbuhnya jentik-jentiknyamuk (Wikipedia,2014).

II. METODE KERJA

A. Waktu dan Tempat Percobaan Percobaan kami lakukan pada:Tanggal: 6 April 13 April 2014 Tempat: Laboratorium Pembelajaran FKIP, Universitas Lampung

B. Alat dan Bahan Percobaan Adapun alat dan baha yang kami gunakan pada percobaan kali ini adalah sebagai berikut:1. AlatAlat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Alat tulis Milimeter block Penggaris Neraca Kamera Toples transparan ukuran 5 ml

2. BahanBahan yang digunakan antara lain Ikan lele rata-rata 0,4 gram/ekor (100 ekor) Air Limbah pemutih pakaian

C. Langkah KerjaAdapun langkah kerja yang kami lakukan pada percobaan kali ini adalah sebagai berikut:

Uji Pendahuluan 1. Menggunakan 10 ekor ikan pada tiap perlakuan. Berat ikan rata-rata 0,4 gram/ekor.2. Menghitung volume air dengan berdasarkan daya dukung kehidupan ikan lele yaitu 0,8 gram/ekor/liter. Sehingga daya dukung untuk ikan yang memiliki berat 4 gram/10 ekor adalah 5 liter.3. Memuasakan ikan selama 3 hari .4. Menentukan kadar ppm limbah yaitu dimulai dari 10 , 100, dan 1000 ppm.5. Memasukkan 10 ekor ikan ke dalam 4 toples yang berisi limbah pemutih pakaian yang terdiri dari Toples 1 (Kontrol), Toples 2 (konsentrasi 10 ppm), Toples 3 (konsentrasi 100 ppm), Toples 4 (konsentrasi 1000 ppm).6. Mengamati jumlah ikan yang mati tiap 24 jam, 48 jam, 72 jam, dan 96 jam dan mencatat jumlah ikan yang mati.7. Menentukan nilai tengah konsentrasi, yaitu pada konsentrasi dimana ikan mati 50% (5 ikan)

Uji Sesungguhnya 1. Memuasakan ikan selama 3 hari. 2. Menentukan konsentrasi (ppm) pemutih pakaian bayclean berdasarkan hasil uji pendahuluan. Kemudian diperoleh nilai tengah (mean) 60 ppm (perhitungan dengan grafik terlampir) sehingga konsentrasi yang kami gunakan untuk uji sesungguhnya yaitu 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, 100 ppm.8. Memasukkan 10 ekor ikan lele ke dalam toples yang berisi limbah pemutih pakaian yang terdiri dari Toples 1 (Kontrol), Toples 2 (konsentrasi 20 ppm), Toples 3 (konsentrasi 40 ppm), Toples 4 (konsentrasi 60 ppm), Toples 5 (konsentrasi 80 ppm), Toples 6 (konsentrasi 100 ppm).9. Mengamati jumlah ikan yang mati tiap 24 jam, 48 jam, 72 jam, dan 96 jam dan mencatat jumlah ikan yang mati.10. Menghitung nilai LC50 pada 48 jam dan LC50 pada 96 jam untuk limbah rendaman pemutih by clean terhadap ikan lele.11. Menghitung nilai konsentrasi aman limbah rendaman pemutih by clean terhadap ikan lele.

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan1. Uji PendahuluanKonsentrasi(ppm)Mortalitas (ekor) jam ke-

24487296

00000

100112

1002347

100010101010

2. Uji sesungguhnyaKonsentrasi(ppm)Mortalitas (ekor) jam ke-

24487296

00001

200112

401123

602234

803446

1004568

B. Pembahasan1. Uji PendahuluanUji pendahuluan dilakukan dalam rangka memperkirakan tingkat konsentrasi atau dosis bahan uji yang mungkin diujikan. Pada praktikum kali ini kami menggunakan konsentrasi 10 ppm, 100 ppm, dan 1000 ppm, kemudian mencari konsentrasi atau dosis bahan uji yang mematikan 50% dari jumlah ikan lele keseluruhan. Adapun langkah praktikum yang kami lakukan yaitu pertama-tama kami menyiapkan 40 ekor ikan lele kemudian menimbangnya, kemudian mengukur panjang tiap ikan lele. Berdasarkan hal tersebut kami mendapatkan bahwa rata-rata berat ikan yaitu sekitar 0,4 gram dengan panjangnya berkisar 4,5 cm. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui bahwa ikan lele yang digunakan sesuai persyratan uji. Adapun persyaratan ikan untuk uji toksisitas adalah ratio tak lebih dari 1: 1,5. Yang artinya panjang ikan yang terpanjang tidak lebih dari 1,5 kali panjang ikan terpendekBerdasarkan hasil pengukuran yang telah didapatkan maka kami dapat menghitung volume air untuk mengisi toples dengan rumus sebagai berikut:

Diketahui daya dukung ikan = 0,8 gram/ekor/liter = 4 gram/10 ekor/5 liter

Jadi berdasarkan perhitungan tersebut diketahui bahwa untuk menguji 10 ekor ikan lele dengan berat 4 gram kami memerlukan 5 liter air untuk mengisi toples sebagai daya dukung kehidupan ikan lele selama pengujian agar bahan uji dapat memberikan efek pada ikan lele.

Langkah selanjutnya yaitu menyiapkan 4 buah toples transparan yang memiliki volume 5 liter. Toples transparan tersebut berfungsi untuk memudahkan pengamatan serta agar ikan lele tidak stres dan mati karena toples yang berwarna. Selain itu toples yang kami gunakan berbahan plastic agar tidah mudah korosif atau ikut bereaksi sebagai zat toksik sehingga tidak ikut dalam memberikan efek pada ikan lele. Adapun alasan pemilihan bejana tersebut karena bahan bejana yang terbuat dari plastik, sehingga tidak menimbulkan korosif. Dalam percobaan ini kami menggunakan ikan lele dengan alasan mudah didapatkan karena banyak peternak ikan lele di Bandar Lampung, mudah dalam pemeliharaannya, mudah untuk diamati karena warna ikan lele cenderung gelap dibandingkan toples, serta harga per ekornya murah. Selanjutnya yang kami memasukkan 5 liter air ke dalam toples 1, toples 2, toples 3 dan toples 4, kemudian memasukkan 10 ekor ikan ke dalam bejana untuk dipuasakan selama 3 hari. Adapun tujuan dari puasa adalah agar ikan tidak membuang feses, karena dimungkinkan feses ikan dapat meningkatkan toksisitas dari limbah uji.

Langkah selanjutnya kami menambahkan limbah pemutih pakaian ke dalam toples yaitu dengan cara memasukkan limbah pemutih pakaian konsentrasi 10 ppm ke toples kedua, 100 ppm ke toples ketiga, 1000 ppm ketoples keempat. Adapun cara menghitung jumlah ppm adalah sebagai berikut.

x = ,0005 mlKeterangan: x= volume toksikan dalam 1 ppm

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat diketahui untuk konsentrasi 1 ppm perlu melarutkan 0,005 ml limbah pemutih pakaian ke dalam 5 liter air, untuk konsentrasi 10 ppm perlu melarutkan 0,05 ml limbah pemutih pakaian ke dalam 5 liter air, untuk konsentrasi 100 ppm perlu melarutkan 0,5 ml limbah pemutih pakaian ke dalam 5 liter air, dan untuk konsentrasi 1000 ppm perlu melarutkan 5 ml limbah pemutih pakaian ke dalam 5 liter air.

Setelah memasukkan limbah pemutih pakaian ke dalam toples, kemudian kami mengamati jumlah ikan yang mati tiap 24 jam, 48 jam, 72 jam, dan 96 jam dan mencatat jumlah ikan yang mati. Berdasarkan percobaan yang kami lakukan pada uji pendahuluan didapatkan hasil bahwa untuk toples control yang tidak diberikan limbah selama 96 jam tidak ada ikan lele yang mati. Untuk toples 10 ppm 1 ekor ikan mati pada selang waktu 48 jam samapai 72 jam, dan ditambah 1 ekor mati lagi pada selang waktu 96 jam sehingga total ikan yang mati selama 96 jam yaitu 2 ekor. Untuk toples 100 ppm 2 ekor ikan mati pada selang waktu 24 jam, ditambah 1 ekor ikan mati pada selang waktu 48 jam, ditambah 1 ekor ikan mati pada selang waktu 72 jam, kemudian ditambah lagi 3 ekor ikan mati pada selang waktu 96 jam sehingga total ikan yang mati selama 96 jam yaitu 7 ekor ikan. Untuk toples 1000 ppm seluruh ikan mati dari hari pertama.

Berdasarkan data tersebut kami tidak mendapatkan data yang menunjukkan perolehan 50% ikan yang mati, karena 50% dari total ikan adalah 5 ekor, maka kami menghitung menggunakan gafik yang digambarkan melalui kertas millimeter block. Berdasarkan grafik yang telah kami buat maka diketahui bahwa konsentrasi (ppm) limbah pemutih pakaian yang mematikan 50% ikan uji yaitu 60 ppm sehingga variasi yang mungkin dilakukan untuk uji sesungguhnya adalah 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm.

2. Uji SesungguhnyaUji sesungguhnya yang dilakukan setelah uji pendahuluan dan hewan uji dipuasakan selama 3 hari. Adapun langkah kerja yang dilakukan sama dengan saat uji pendahuluan. Hanya saja untuk Konsentrasi limbah pemutih pakaian yang digunakan yaitu 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, dan 100 ppm. Setelah dilakukan pengujian selama empat hari yaitu 24 jam, 48 jam, 72 jam dan 96 jam kami memperoleh data bahwa untuk toples control pada hari keempat (96 jam) ada 1 ekor ikan yang mati hal ini mungkin dikarenakan ikan kekurangan makanan. Untuk toples 20 ppm1 ekor ikan mati pada selang waktu 48 jam sampai 72 jam, ditambah lagi pada selang waktu 96 jam 1 ekor ikan mati sehingga jumlah total ikan yang mati ada 2 ekor. Untuk toples 40 ppm pada waktu 24 jam sampai 48 jam 1 ekor ikan mati, ditambah 1 ekor ikan mati pada selang waktu 72 jam, dan kemudian ditambah lagi 1 ekor ikan mati pada selang waktu 96 jam sehingga total jumlah ikan yang mati yaitu 3 ekor ikan.. Untuk toples 60 ppm pada selang waktu 24 jam sampai 48 jam 2 ekor ikan mati, ditambah 1 ekor ikan mati pada selang waktu 72 jam, kemudian ditambah lagi 1 ekor ikan mati pada selang waktu 96 jam sehingga total ikan yang mati yaitu 4 ekor ikan. Untuk toples 80 ppm 3 ekor ikan mati pada selang waktu 24 jam, ditambah 1 ekor ikan mati pada selang waktu 48 jam sampai 72 jam, kemudan ditambah lagi 2 ekor ikan mati pada selang waktu 96 jam sehingga jumlah total ikan yang mati yaitu 6 ekor ikan. Untuk toples 100 ppm 4 ekor ikan mati pada selang watu 24 jam, ditambah 1 ekor ikan mati pada selang waktu 48 jam, ditambah lagi 1 ekor ikan mati pada selang waktu 72 jam, kemudian 1 ekor ikan mati pada selang waktu 96 jam sehingga jumlah total ikan yang mati yaitu 8 ekor ikan.

Berdasarkan data yang telah kami dapatkan dapat diketahui bahwa konsentrasi limbah pemutih pakaian yang mematikan 50% hewan uji yaitu pada konsentrasi LC 50 48 jam adalah 100 ppm. Sedangkan untuk konsentrasi LC 50 96 jam kami tidak mendapatkan data yang menunjukkan perolehan 50% ikan yang mati, karena 50% dari total ikan adalah 5 ekor, maka kami menghitung menggunakan gafik yang digambarkan melalui kertas millimeter block. Berdasarkan grafik yang telah kami buat maka diketahui bahwa konsentrasi untuk LC 50 96 jam limbah pemutih pakaian yang mematikan 50% ikan uji yaitu 70 ppm.

Untuk konsentrasi aman dihitung berdasarkan 10% dari LC 50 96 jam, sehingga didapatkan konsentrasi aman sebesar 7 ppm. Jadi untuk LC 50 96 jam diperoleh konsentrasi aman untuk limbah pemutih pakaian adalah 0 ppm 7 ppm.

V.KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang ada dapat kami simpulkan sebagai berikut:1. Untuk LC50 48 jam pada limbah pemutih pakaian yaitu pada konsentrasi 100 ppm.2. Untuk LC50 96 jam pada limbah pemutih pakaian yaitu pada konsentrasi 70 ppm 3. Konsentrasi aman limbah cucian piring pada LC50 96 jam adalah 0 ppm sampai 7 ppm.

DAFTAR PUSTAKA

Arsani. 2014. Natrium hipoklorit sebagai Pemutih dan Desinfektan. http://wawasanilmukimia. wordpress.com/2014/02/08/natrium-hipoklorit-sebagai-pemutih-dan-desinfektan/. Pada 18 April 2014, pukul 21.56 WIB.Fauzi. 2013. Uji Toksisitas. http://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2013/04/uji-toksisitas.html. Pada 17 April 2014, 21.00 WIB.Palar, Heryando. 1994.Pencemaran & Toksikologi Logam Berat.Rineka Cipta: Jakarta.Rossiana, N. 2006. Uji Toksisitas Limbah Cair. Universitas Padjajaran :Bandung. Wikipedia. 2014. Lele. http://id.wikipedia.org/wiki/Lele. pada 18 April 2014, pukul 21.30 WIB.

LAMPIRAN

FotoKeterangan

Pemutih Pakaian Bayclean

Toples Kontrol dengan 10 ekor ikan lele dengan kisaran panjang 4,5 cm dan kisaran berat 0,4 gram/ekor

UJI PENDAHULUAN

Konsentrasi 10 ppm 48 jam

Konsentrasi 10 ppm 72 jam

Konsenttrasi 10 ppm 96 jam

Konsentrasi 100 ppm 24 jam

Konsentrasi 100 ppm 48 jam

Konsentrasi 100 ppm 72 jam

Konsentrasi 100 ppm 96 jam

Konsentrasi 1000 ppm 24 jam ikan lele seluruhnya mati

Uji Sesungguhnya

Toples control ikan mati 1 ekor pada 96 jam

Konsentrasi 20 ppm 48 jam samapi 72 jam

Konsentrasi 20 ppm 96 jam

Konsentrasi 40 ppm selama 24 jam sampai 48 jam

Konsentrasi 40 ppm 72 jam

Konsentrasi 40 ppm 96 jam

Konsentrasi 80 ppm 24 jam

Konsentrasi 80 ppm 48 jam sampai 72 jam

Konsentrasi 80 ppm 96 jam

Konsentrasi 100 ppm 24 jam

Konsentrasi 100 ppm 48 jam

Konsentrasi 100 ppm 72 jam

Konsentrasi 100 ppm 96 jam

16