Laporan Teofilin Met. Argento Deny.docx
-
Upload
denny-deny -
Category
Documents
-
view
696 -
download
16
Transcript of Laporan Teofilin Met. Argento Deny.docx
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Xanthin merupakan turunan purin alamiah, senyawa xanthin
yang banyak digunakan dalam bidang farmasi adalah kofein,
teobromin dan teofilin. Teofilin dan teobromin merupakan asam lemah
dengan pKa 8.6 dan 9.9.
Kofein tidak bersifat asam karena tidak mempunyai atom
hydrogen yang dapat dilepaskan, sehingga kofein merupakan basa
yang sangat lemah dan garamnya mudah terurai oleh air, karenanya
kofein dapat disari dari larutan asam atau basa dengan kloroform.
Tetapi kofein mudah terurai oleh basa kuat, maka larutan dalam basa
harus segera disari.
Seorang farmasis dituntun untuk menguasasi berbagai metode
yang digunakan untuk menetapkan kadar maupun pembakuan suatu
bahan atau menganalisis senyawa obat salah satunya adalah dengan
titrasi argentometri yang termasuk kedalam titrasi volumetric.
Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan metode
argentometri antara lain teobromin dan teofilin. Teofilin dalam farmasi
sangat bermanfaat, digunakan sebagai obat penyakit asma yang
bekerja dengan cara merelaksasi otot polos serta menstimulasi sistem
syaraf pusat dan otot jantung. Melihat kegunaannya tersebut, maka
percobaan ini perlu dilakukan.
I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara analisa farmasi secara
metode Argentometri untuk analisa turunan xanthin.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui cara analisis/ penetapan kadar zat/ obat
dalam sediaan farmasi teofilin dengan menggunakan metode
argentometri.
I.3. Prinsip Percobaan
Berdasarkan reaksi pembentukan endapan perak halogen
berwarna putih, kemudian kelebihan perak dititrasi dengan tiosianat
membentuk perak tiosianat berwarna merah dengan indikator Fe3+.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Derivat xantin terdiri dari kofein. Teofilin dan teobromin ialah
alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan. Sejak dahulu ekstrak tumbuh-
tumbuhan ini digunakan sebagai minuman. Kofein terdapat dalam kopi
yang didapat dari biji Coffea Arabica. Teh, dari daun Thean sinensis,
mengandung kofein dan teofilin. Cocoa, yang didapat dari biji Theobroma
cacao mengandung kofeing dan teobromin. Penelitian membuktikan
bahwa kofein berefek stimulasi. Inilah daya tarik minuman yang
mengandung kofein. Kemudian ternyata belum ada senyawa sintetik yang
mempunyai keunggulan terapi seperti senyawa alam. Ketiganya
merupakan derivat xantin yang mengandung gugus metal. Xantin sendiri
ialah dioksipurin yang mempunyai struktur mirip dengan asam urat. Kofein
ialah 1,3,7-trimetilxantin ; teofilin ialah 1,3-dimetilxantin ; dan teobromin
ialah 3,7-dimetilxantin. (1)
Teofilin, kofein dan teobromin mempunyai efek farmakologi yang
sama yang bermanfaat secara klinis. Obat-obat ini menyebabkan
relaksasi otot polos, terutama otot polos bronkus, merangsang SSP, otot
jantung, dan meningkatkan dieresis, teobromin tidak bermanfaat secara
klinis karena efek farmakologinya rendah. (1)
Xantin merangsang SSP, menimbulkan dieresis, merangsang otot
jantung, dan merelaksasi otot polos tertama bronkus. (1)
Xantin merupakan alkaloid yang bersifat basa lemah ; biasanya
diberikan dalam bentuk garam rangkap. Untuk pemberian oral dapat
diberikan dalam bentuk basa bebeas atau bentuk garam, sedangkan
untuk pemberian parenteral perlu sediaan dalam bentuk garam.(1)
Kofein, disebut juga tein, merupakan Kristal putih yang larut dalam
air dengan perbandingan 1:46. Teofilin berbentuk Kristal putih, pahit dan
sedikit larut dalam air. (1)
Senyawa xantin merupakan basa lemah dengan pKb antara 13
sampai 14. Teofilin dan teobromin merupakan asam lemah dengan pKa
8,6 dan 9,9. Kofein tidak bersifat asam karena tidak mempunyai atom
hydrogen yang dapat dilepaskan sehingga kofein merupakan basa yang
sangat lemah dan garamnya mudah terurai oleh air, karenanya kofein
dapat disari dari larutan asam atau basa (lebih mudah dari larutan basa)
dengan kloroform. Tetapi kofein mudah terurai oleh basa kuat, sehingga
larutan dalam basa harus segera disari.
Analisis kimia farmasi kuantitatif dapat didefinisikan sebagai
aplikasi prosedur kimia analisis kuantitatif terhadap bahan-bahan yang
dipakai dalam bidang farmasi terutama dalam menentukan kadar dan
mutu dari obat-obatan dan senyawa-senyawa kimia yang tercantum dalam
Farmakope-Farmakope serta buku-buku resmi lainnya seperti
formularium-formularium.
Analisis kimia farmasi kuantitatif biasanya dibagi menjadi beberapa
analisis berdasarkan metode dan teknik kerjanya :
1. Analisis gravimetri
2. Analisis volumetri yang biasa desebut juga analisis titrimetri
3. Analisis gasometri
4. Analisis dengan metode fisika dan kimia
Analisis titrimetri umumnya dapat dibagi dalam 4 bentuk, yaitu:
1. Reaksi netralisasi atau disebut asidimetri/alkalimetri
2. Reaksi pembentukan kompleks
3. Reaksi pengendapan
4. Reaksi oksidasi-reduksi. (4)
Istilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang
dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk beraksi secara kuantitatif
dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan (5).
Teobromin dan teofilin dengan perak nitrat membentuk endapan
dalam suasana basa. Sementara itu, kofein tidak bereaksi dengan perak
karena tidak mempunyai atom hydrogen yang dapat dilepas. Dalam
suasana basa, barbiturat dengan perak nitrat membentuk garam yang tak
larut. (2)
Titrasi pengendapan didasarkan atas terjadinya penendapan
kuantitatif, yang dilakukan dengan penambahan larutan pengukur yang
diketahui kadarnya pada larutan senyawa yang hendak ditentukan, titik
akhir titrasi tercapai bila semua bagian titran sudah membentuk endapan,
(6)
Metode argentometri disebut juga dengan metode pengendapan
karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang
relative tidak larut atau endapan. Sebagai indikator, dapat digunakan
kalium kromat yang menghasilkan warna merah dengan adanya kelebihan
ion Ag+. (7)
Metode-metode dalam Titrasi Argentometri
1. Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromide dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan
penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan
titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik
ekivalen, makan penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan
kromat denan membentuk endapan perak nitrat akan beraksi dengan
kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah.
Cara yang mudah untuk membuat larutan netral dari larutan yang
asa adalah dengan menambahkan CaCO3 atau NaHCO3 secara
berlebihan. Untuk larutan yang alkalis, diasamkan dulu dengan asam
asetat kemudian ditambah sedikit berlebihan CaCO3. (7)
Penentuan ini menggunakan kalium kromat sebagai indikator.
Dalam larutan asam, endapan perak kromat tidak terjadi dan dalam
larutan alkali perak akan mengendap sebagai perak hidroksida atau perak
oksida. (6)
Titrasi ini harus dilakukan dalam lingkungan netral atau alkali lemah
dengan pH 6,5-9. HCrO4- adalah asam lemah, akibatnya konsentrasi ion
kromat berkurang sehingga hasil kelarutan dari perak kromat tidak dapat
dilampaui. Dalam lingkungan alkali yang lebih kuat dapat terjadi endapan
AgOH. (4)
2. Metode Volhard
Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam dengan
larutan baku kalium atau aonium tiosianat. Kelebihan tiosianat dapat
ditetapkan secara jelas dengan garam besi (III) nitrat atau besi (III)
amonium sulfat sebagai indikator yang membentuk warna merah dari
kompleks besi (III) tiosianat dlam lingkungan asam nitrat 0,5-1,5 N. titrasi
ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi (III) akan
diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasananya basa, sehingga titik akhir
tidak dapat ditunjukkan. (7)
Metode ini dapat digunakan untuk menentukan klorida, iodide, dan
bromide dalam larutan. Kepada larutan ditambahkan larutan baku perak
nitrat berlebihan dan kelebihan perak nitrat dititrasi kembali dengan
larutan baku tiosianat. (4)
3. Metode Fajans
Menurut Fajans adalah mungkin untuk mentitrasi ion halogenida
secara langsung dengan perak nitrat. Sebagai indikator yang digunakan
untuk adsorpsi. (6)
Pada metode ini, digunakan indikator adsorbsi, yang mana pada
titik ekivalen, indikator teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak
memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada permukaan
endapan. (7)
Senyawa yang digunakan baik berupa za warna asam, misalnya
golongan fluorosein (fluorosein atau eosin) ataupun zat warna basa dari
golongan rhodamin sebagi garam kloridanya. Teori dari aksi indikator ini
didasarkan atas sifat kloridanya. (4)
4. Metode Liebig
Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan
indikator, akan tetapi ditunjukkan dengan terjainya kekeruahan. Ketika
larutan perak nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan
terbentuk kompleks sisanida yang stail dan larut. (7)
Dengan persyaratan tertentu, penambahan indikator tak diperlukan,
karena adanya kekeruhan yang disebabkan penambahan beberapa tetes
adalah satu larutan pada yang lain menandakan titik akhir belum tercapai.
Titrasi dilanjutkan sampai tidak ada kekeruahan lagi. (4)
5. Metode Budde
Menurut Budde turunan asam barbiturat yang tersubsitusi 5,5 dapat
ditentukan secara argentometri, juga senyawa yang atom nitrogennya
tersubstisusi lebih lanjut. Asam barbiturat atau garmnya dititrasi dengan
larutan perak nitrat 0,1 N dalam larutan yang mengandung alkali karbonat.
Mula-mula akan terbentuk polimer kompleks barbiturat-perak yang larut
dengan perbandingan 1:1. Pada titik akhir titrasi kelebihan sedikit ion
perak mengakibatkan terbentuknya kompleks perak-barbiturat polimer
yang sukar larut dengan perbandingan 1:2 dan merupakan akhir titrasi. (6)
Titrasi-titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran
dengan analit. Jenis titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri untuk
mendeteksi titik akhir, meskipun demikian penggunaan indikator yang
dapat berubah warnanya dengan adanya kelebihan titran juga sering
digunakan. (4)
Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu titrasi langsung (iodimetri) dan titrasi tidak langsung (iodometri).
(7)
Dasar lebih dipilinya cara ini adalah disebabkan perbandingan
stokiometri yang sederhana, pelaksanaan praktis tanpa masalah, juga
mudah jika dibandingkan dengan serimetri. Dipilihnya metode ini sebagai
titrasi redoks juga tercermin lebih luas dalam farmakope. Kegunaan
banyak dari metode ini didasarkan pada kerja oksidasi iod dan sebaliknya
kerja reduksi iodida. Jika suatu senyawa dioksidasi oleh iod, maka iod
sendiri tereduksi menjadi iodida. Dalam larutan asam iodida bekerja
mereduksi oksidator kuat dan iodidanya sendiri dioksidasi menjadi iod.
Oleh karena itu reaksi iodometri-iodimetri adalah suatu proses redoks. (6)
1. Iodimetri
Iodimetri adalah analisa titirimetri untuk zat-zat reduktor seperti
natrium tiosulfat, arsenat dengan menggunakan larutan iodi baku secara
langsung. (4)
Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai
potensial reduksi yang lebih kecil dibanding iodium. Vitamin C mempunyai
potensial reduksi yang lebih kecil daripada iodium sehingga dapat
dilakukan titrasi langsung dengan iodium. (7)
2. Iodometri
Iodometri adalah analisa titrimetri secara tidak langsung untuk zat-
zat oksidator seperti garam-garam besi (III), tembaga (III) dimana zat-zat
oksidator ini direduksi lebih dulu dengan kalium iodida, dan iodine yang
dihasilkan dalam jumlah yang setara ditentukan kembali dengan larutan
natrium tiosulfat baku. (4)
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang
lebih besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang
bersifat oksidator. (7)
II.2 Uraian Bahan
a. Teofilin ( 3:597)
Nama resmi : THEOPHYLLINUM
Sinonim : Teofilina
RM/BM : C7H8N4O2.H2O / 198,18
Pemerian : Serbuk hablur ; putih ; tidak berbau ; pahit ;
mantap diudara.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 180 bagian air;
lebih mudah larut air panas; larut dalam
lebih kurang 120 bagian etanol (95%)P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel analisa
b. Asam nitrat (3:650)
Nama Resmi : ACIDUM NITRICUM
Sinonim : Asam nitrat
RM/BM : HNO3 / 63
Pemerian : Cairan jernih berasap; hampir tidak
berwarna sampai berwarna kuning.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunanaan : Sebagai pemberi suasana asam
c. AgNO3 (3:97)
Nama Resmi : ARGENTI NITRAS
Sinonim : Perak nitrat
RM/BM : AgNO3 / 169,87
Pemerian : Hablur transparan atau serbuk hablur
berwarna putih, menjadi gelap jika kena
cahaya.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam
etanol (95 %) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya.
Kegunaan : Sebagai penyedia perak
d. Ammonia ( 3:86)
Nama resmi : AMMONIA
Sinonim : Ammonia
RM/BM : NH4OH / 35,05
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; bau khas;
menusuk kuat.
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk
Kegunaan : Sebagai pelarut bersama dengan air
e. Besi (III) Amonium sulfat ( 3:659)
Nama resmi : FERRI AMMONIUM SULFAT
Sinonim : Besi ammonium sulfat
RM/BM : Fe(NH4)(SO4)2. 12H2O /
Pemerian : Hablur berwarna lembayung pucat atau
serbuk hablur praktis tidak berwarna.
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai indikator
f. Kalium tiosianat ( 3:692)
Nama resmi : KALII TIOSIANAT
Sinonim : Kalium tiosianat
RM/BM : KCNS / 97
Pemerian : Hablur tidak berwarna. Meleleh basah
Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 15
bagian etanol mutlak p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai penitran
g. Air suling (3:96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Aquadest
RM/BM : H2O/ 18,02 g/mol
Pemerian : Cairan jernih,tidak berwarna,tidak
berbau,tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan adalah gelas kimia, Erlenmeyer,
statif dan klem, buret, corong, pengaduk, neraca analitik.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah sampel tablet Teofilin,
Amonia encer, AgNO3, HNO3 pekat, aquadest, indikator Besi
ammonium sulfat, KCNS.
III.2 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang secara keseluruhan tablet neonapacin, kemudian
ditimbang berat setara 100 mg teofilin
3. Dimasukkan dalam Erlenmeyer, dan ditambahkan 25 ml air dan 4
ml ammonia encer. Dihangatkan perlahan sehingga larut
sempurna.
4. Dan ditambahkan 5 ml perak nitrat 0,1 N, dicampur dan dilanjutkan
pemanasan selama 25 menit.
5. Didinginkan dan disaring, dicuci dengan 10 ml air sebanyak 3 kali.
Filtrate dikumpulkan dan diasamkan dengan asam nitrat pekat.
6. Kemudian ditambahkan 1 ml besi ammonium sulfat 8 %. Lalu
dititrasi kelebihan perak nitrat dengan kalium tiosianat 0,1 N hingga
berubah warna menjadi merah jingga.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel Pengamatan
No. Larutan baku Perubahan warna
1 KCNS Putih Orange muda
IV.2 Perhitungan
1. Berat NeoNapacin yang ditimbang untuk mendapatkan berat setara
teofilin 100 mg
Dik : z (berat tablet keseluruhan) = 1100 mg
1 00mg4 tab x130mg
x z=A
100mg4 tab x13 0mg
x 1100=211mg
Dan berat berdasarkan yang ditimbang = 211 mg
Jadi, 211 mg neonapacin yang ditimbang mengandung teofilin
sebanyak 100 mg.
2. Kenormalan KCNS yang sebenarnya
Dik : volume titrasi :
1. 7,50 ml
2. 7.65 ml
Volume rata-rata = 7,575 ml
Mgrek KCNS = Mgrek Teofilin
V x N = mgBE
N = 100
7,7575x 180,2
= 0,0732 N
Jadi, kenormalan KCNS adalah 0,0732 N
3. % Kadar teofilin
% = V x N x BEMgContoh
x 100 %
= 7,575x 0,0732 x180,2
100x 100%
= 99,92 %
Jadi, persen kadar teofilin pada tablet Neonapacin adalah 99,92
% teofilin.
BAB V
PEMBAHASAN
Xantin merupakan turunan alamiah Purin. Senyawa xantin yang
banyak digunakan adalah kofein, teobromin dan teofilin.
Senyawa xantin merupakan basa lemah dengan Pkb antara 13
sampai 14. Teofilin dan teobromin merupakan asam lemah dengan pKa
8,6 dan 9,9. Kofein tidak bersifat asam karena tidak mempunyai atom
hidrogen yang dapat dilepaskan sehingga kofein merupakan basa
yangsangat lemah dan garamnya mudah terurai oleh air, karenanya kofein
dapat disari dari larutan asam atau basa (lebih mudah dari larutan basa)
dengan kloroform. Tetapi kofein mudah terurai oleh basa kuat, sehingga
larutan dalam basa harus segera disari.
Metode penetapan kadar alkaloid turunan xantin antara lain dapat
digunakan metode argentometri, iodometri, dan titrasi bebas air.
Teobromin dan teofilin dengan perak nitrat membentuk endapan dalam
suasana basa. Sementara itu, kofein tidak bereaksi dengan perak karena
tidak mempunyai atom hidrogen yang dapat dilepas. Sedangkan, dalam
suasana asam, bila kofein direaksikan dengan iod akan membenruk
endapan periodida. Jumlah iod yang bereaksi bervariasi, tergantung dari
kelebihan iod selama titrasi. Kofein, teobromin dan teofilin dapat dititrasi
sebagai basa pada pelarut bebas air.
Pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan sampel
neonapacin yang mengandung teofilin. Dimana teofilin merupakan suatu
basa turunan xanthine. Dalam percobaan ditentukan terlebih dahulu
berapakah berat Neonapacin yang ditimbang untuk mendapatkan teofilin
sebanyak 100 mg. Dengan cara Tablet sampel ditimbang secara
keseluruhan, dan ditimbang yang setara dengan 100 mg teofilin.
Pada percobaan dilakukan penetapan kadar teofilin dalam sediaan
tablet Neonapacin. Sampel teofilin yang setara dengan 100 mg dilarutkan
dengan 25 ml air dan 4 ml ammonia encer sambil dihangatkan hingga
larut sempurna. kemudian ditambahkan 5 ml perak nitrat 0.1 N, dicampur
dan dilanjutkan pemanasan selama 25 menit. Didinginkan dan disaring,
dicuci 3 kali dengan 10 ml air suling. Filtrate kemudian dikumpulkan dan
diasamkan dengan asam nitrat pekat. Ditambahkan 1 ml besi ammonium
sulfat 8%. Dititrasi kelebihan perak nitrat dengan ammonium tiosianat 0.1
N.
Dari hasil ini didapatkan kenormalan sesungguhnya dari KCNS dan
kadar sampel teofilin. Didapatkan bahwa Kenormalan KCNS adalah
0,0732 N. Dan kadar 100 mg teofilin pada Neonapacin 211 mg adalah
99.92 %. Hal ini sangat sesuai dengan literature yang mengatakan bahwa
% kadar teofilin tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0 %
teofilina.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dan berdasrkan
hasil perhitungan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Berat Neonapacin yang ditimbang untuk mendapatkan teofilin
100 mg adalah 211 mg
2. Kenormalan KCNS setelah titrasi adalah 0.0732 N
3. Kadar teofilin dalam sampel neonapacin adalah 99.92 %.
VI.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Universitas Indonesia. 134, 135, 226, 227, 231
2. Sudjadi. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 156, 157, 159, 160, 169, 170, 176, 177, 178
3. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia adisi III .Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
4. Susanti, S., Jeanny Wunas. 1997. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar : UNHAS. 1, 29,30, 100, 101, 103, 105, 140, 141
5. Basset, J., dkk. 1994. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4. Jakarta : EGC. 259
6. Roth, Hermann J.1981. Analisis Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 248, 252, 255, 270, 271
7. Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 146, 148, 149, 153, 154
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS FARMASI
“ANALISIS SENYAWA TURUNAN XANTHIN
TEOFILIN METODE ARGENTOMETRI ”
Oleh:
Nama : D E N N Y
Nim : 11.01.034
Kelompok : IV (empat)
Asisten : Theodorus S.P
LABORATORIUM KIMIA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2013