Bunga Argento 2 Baru
-
Upload
aprianto-paneo -
Category
Documents
-
view
80 -
download
5
Transcript of Bunga Argento 2 Baru
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Di era globalisasi seperti saat ini yang sudah semakin canggih,
dimana ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat berkembang, baik
itu dalam bidang teknologinya maupun dalam pengetahuannya. Hal ini
tentunya memberi dampak atau manfaat yang baik untuk kita dalam
berkehidupan sebagai manusia.
Ilmu kimia analisis tidak bisa lepas dengan bidang ilmu yang lain,
misalkan dengan ilmu statistika, terutama terkait dengan penggunaan
statistika untuk pengolahan data hasil anaslisis. Pada awalnya, tujuan
utama kimia analisis adalah terkait dengan penentuan komposisi suatu
senyawa dalam suatu bahan/sampel yang lazim disebut dengan Kimia
Analisis kualitatif. Dalam kimia analisis modern, aspek-aspeknya tidak
hanya mencakup kimia analisis kualtitaif, akan tetapi juga mencakup
kimia analisis kuantitatif baik dengan menggunakan metode konvensional
maupun dengan metode modern (1).
Khususnya dalam bidang analisis kimia untuk mahasiswa farmasi.
Banyak kaitan antara berbagai produk dalam kehidupan sehari-hari untuk
dijadikan sampel dalam penetapan kadar dengan melihat endapan dengan
menggunakan metode titrasi argentometri. Argentometri merupakan salah
satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan
dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+.
Dalam percobaan yang telah dilakukan adalah untuk menetapkan
kadar vitamin B1 dan NaCl. NaCl ditentukan kadarnya dengan titrasi
argentometri karena sesuai dengan metode Mohr yang merupakan suatu
metode yang digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida
dalam suasana netral. Oleh karena itu pada percobaan ini digunakan
metode titrasi argentometri.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percoban
Mengetahui dan memahami cara pembuatan AgNO3 0,1, serta
penentuan kadar dari suatu zat atau dengan metode titrasi argentometri.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Menentukan kadar NaCl dengan menggunakan metode mohr.
Menentukan kadar vitamin B1 dengan menggunakan metode volhard
I.3 Prinsip percobaan
Percobaan ini berdasarkan pada reaksi pengendapan zat yang cepat
mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tanpa adanya
pengotor yang mengganggu dan diperlukan indicator untuk melihat akhir
titrasi. Adapun pentiter yang digunakan adalah larutan baku AgNO3.
I.4 Reaksi
Adapun reaksi-reaksi yang terjadi dalam percobaan ini yaitu :
1. Metode Mohr
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3
2AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 (merah bata) + 2 KNO3
2. Metode Volhard
AgNO3 + NH4SCN AgSCN + NH4NO3
3NH4SCN + FeNH4(SO4)2 Fe(SCN)3 merah bata + 2 KNO3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang
berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk
menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi
berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Argentometri merupakan
titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan menggunakan ion
perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida
(Cl-, Br-, I-) (3).
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar
halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan
perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut
juga dengan metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan
pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau endapan. Titrasi yang
mendasari titrasi argentometri (1):
AgNO3 + Cl- → AgCl(s) + NO3-
Sebagai indikator, dapat digunakan kalium kromat yang menghasilkan
warna merah dengan adanya kelebihan ion Ag+. Metode argentometri yang
lebih luas lagi digunakan adalah metode titrasi kembali. Perak nitrat
(AgNO3) berlebihan ditambahkan kesampel yang mengandung ion klorida
atau bromida. Sisa AgNO3 selanjutnya dititrasi kembali dengan ammonium
tiosianat menggunakan indikator besi (III) ammonium sulfat. Reaksi yang
terjadi pada penentuan ion klorida dengan cara titrasi kembali adalah
sebagai berikut (10):
AgNO3 berlebih + Cl- → AgCl + NO3
Sisa AgNO3 + NH4SCN → AgSCN + NH4NO3
3 NH4SCN + FeNH4 (SO4)2→ Fe(SCN)3 merah + 2(NH4)2SO3
Sebelum dilakukan titrasi kembali, endapan AgCl harus disaring terlebih
dahulu atau dilapisi dengan penambahan dietilftalat untuk mencegah
disosisasi AgCl oleh ion tiosianat. Halogen yang terikat dengan cincin
aromatis tidak dapat dibebaskan dengan hidrolisis sehingga harus dibakar
dengan labu oksigen untuk melepaskan halogen sebelum dititrasi (1).
Argentometri merupakan suatu metode umum untuk menentukan
kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan
dengan perak nitrat ( AgNO3 ) pada suasana tertentu (2).
Hasil kali konsentrasi ion-ion yang terkandung sutu larutan-larutan
jenuh dari garam yang sukar larut pada suhu tertentu adalah konstan.
Misalnya suatu garam yang sukar larut AmBn dalam larutan akan
terdisosiasi menjadi m kation dan n anion. Titrasi argentometri ialah titrasi
dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk
garam perak yang sukar larut (5).
Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya endapan putih yang
permanen. Salah satu kesulitan dalam menentukan titik akhir ini terletak
pada fakta dimana perak sianida yang diendapkan oleh adanya kelebihan ion
perak, yang agak lebih awal dari titik ekuivalen, sangat lambat larut kembali
dan titrasi ini menggunakan waktu yang lama (2).
Kelemahan dari titrasi pengendapan, antara lain (2):
1. Jumlah metode tidak sebanyak titrasi asam-basa atau titrasi reduksi-
oksidasi (redoks)
2. Kesulitan mencari indikator yang sesuai
3. Komposisi endapan seringkali tidak diketahui pasti terutama jika ada
efek kopresipitasi.
Titrasi argentometri adalah titrasi dengan menggunakan perak nitrat
sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Jika
larutan perak nitrat ditambahkan pada larutan kalium sianida maka mula-
mula akan terbentuk endapan putih dan pada pengadukan akan larut
membentuk larutan kompleks yang stabil (4).
Titrasi Pengendapan
Jumlah metode tidak sebanyak titrasi asam-basa ataupun titrasi
reduksi-oksidasi (redoks)
Kesulitan mencari indikator yang sesuai
Komposisi endapan seringkali tidak diketahui pasti terutama jika ada
efek kopresipitasi
Kelarutan = konsentrasi larutan jenuh zat padat (kristal) di dalam
suatu pelarut pada suhu tertentu dalam keadaan setimbang. Larutan jenuh
dapat dicapai dengan penambahan zat ke dalam pelarut secara terus
menerus hingga zat tidak melarut lagi dengan cara menaikkan lagi
konsentrasi ion-ion tertentu hingga terbentuk endapan.
Faktor yg mempengaruhi kelarutan
1. Suhu
2. Sifat pelarut
3. Ion sejenis
4. Aktivitas ion
5. pH
6. Hidrolisis
7. Hidroksida logam
8. Pembentukan senyawa kompleks
Kebanyakan garam anorganik larut dalam air dan tidak arut
dalam pelarut organik. Air memiliki momen dipol yang besar dan
tertarik oleh kation dan anion membentuk ion hidrat. Sebagaimana ion
hidrogen yang membentuk H3O+, energi yang dibebaskan pada saat
interaksi ion dengan pelarut akan membantu meningkatkan gaya tarik
ion terhadap kerangka padat endapan. Ion-ion dalam kristal tidak
memiliki gaya tarik terhadap pelarut organik, sehingga kelarutannya
lebih kecil daripada kelarutan dalam air. Pada kebanyakan garam
anorganik, kelarutan meningkat jika suhu naik. Sebaiknya proses
pengendapan, penyaringan dan pencucian endapan dilakukan dalam
keadaan larutan panas kecuali untuk endapan yang dalam larutan
panas memiliki kelarutan kecil (mis. Hg2Cl2, MgNH4PO4) cukup
disaring setelah terlebih dahulu didinginkan di lemari es (4).
Teknik penambahan ion sejenis dilakukan oleh analis untuk
tujuan (4):
1. Menyempurnakan pengendapan
2. Pencucian endapan dengan larutan yang mengandung ion sejenis
dengan endapan
Untuk larutan yang mengandung Ag, jika ditambahkan NaCl
maka mula-mula terbentuk suspensi yang kemudian terkoagulasi
(membeku). Laju terjadinya koagulasi menyatakan mendekatmya
titik ekuivalen. Penambahan NaCl diteruskan sampai titik akhir
tercapai. Perubahan ini dilihat dengan tidak terbentuknya endapan
AgCl pada cairan supernatan. Akan tetapi sedikit NaCl harus
ditambahkan untuk menyempurnakan titik akhir. Penentuan Ag
sebagai AgCl dapat dilakukan dengan pengukuran turbidimetri yaitu
dengan pembauran sinar (4).
Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat
berpendar fluor, titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari
kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan, tampak endapan
berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya
adsorpsi indikator pada endapan AgCl. Warna zat yang terbentuk
dapat berubah akibat adsorpsi pada permukaan (3).
Semua indikator adsorpsi bersifat ionik, selain indikator
adsorpsi tersebut terdapat pula indikator-indikator adsorpsi yang
digunakan dalam titrasi pengendapan, yaitu turunan krisodin.
Indikator tersebut merupakan indikator asam basa dan indikator
reduksi oksidasi dan memberikan perubahan warna yang reversibel
dengan brom. Indikator ini berwarna merah pada suasana asam
clan kuning pada suasana basa. Indikator ini juga digunakan untuk
titrasi ion I" dengan ion Ag+. Kongo merah adalah indikator asam basa
lainnya (3).
Selain kelemahan, indikator adsorpsi mempunyai beberapa
keunggulan. Indikator ini memberikan kesalahan yang kecil pada
penentuan titik akhir titrasi. Perubahan warna yang disebabkan
adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi pada permukaan
berjalan baik jika endapan mempunyai luas permukaan yang besar.
Warna adsorpsi tidak begitu jelas jika endapan terkoagulasi. Kita
tidak dapat menggunakan indikator tersebut karena koagulasi.
Koloid pelindung dapat mengurangi masalah tersebut. Indikator-
indikator tersebut bekerja pada batasan daerah-daerah pH tertentu
juga pada konsentrasi tertentu saja, yaitu pada keadaan yang sesuai
dengan peristiwa adsorpsi dan desorpsi saja (2).
Pengendapan merupakan metode yang paling baik pada analisis
gravimetri. Kita akan memperhatikan faktor-faktor apa saja yang
akan mempengaruhi kelarutan. Parameter-parameter yang penting
adalah temperatur, sifat pelarut, adanya ion-ion pengotor, pH,
hidrolisis, pengaruh kompleks (5).
Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Kadangkala
endapan yang baik terbentuk pada larutan panas, tetapi jangan
dilakukan penyaringan terhadap larutan panas karena pengendapan
dipengaruhi oleh faktor temperatur. Garam-garam anorganik lebih
larut dalam air. Berkurangnya kelarutan di dalam pelarut organik
dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat. Kelarutan
endapan dalam air berkurang jika lanitan tersebut mengandung satu
dari ion-ion penyusun endapan, sebab pembatasan Ks.p (konstanta
hasil kali kelarutan). Baik kation atau anion yang ditambahkan,
mengurangi konsentrasi ion penyusun endapan sehingga endapan
garam bertambah. Pada analisis kuantitatif, ion sejenis ini digunakan
untuk mencuci larutan selama penyaringan (5).
Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam lanitan
terdapat garam-garam yang berbeda dengan endapan. Hal ini
disebut sebagai efek garam netral atau efek aktivitas. Semakin
kecil koefesien aktivitas dari dua buah ion, semakin besar hasil
kali konsentrasi molar ion-ion yang dihasilkan. Kelarutan garam
dari asam lemah tergantung pada pH larutan. Jika garam dari asam
lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan perubahan (H).
Kation dari spesies garam mengalami hidrolisis sehingga menambah
kelarutannya (3).
Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi
zat lain yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut.
Beberapa endapan membentuk kompleks yang larut dengan ion
pengendap itu sendiri. Mula-mula kelarutan berkurang (disebabkan
ion sejenis) sampai melalui minuman. Kemudian bertambah akibat
adanya reaksi kompleksasi. Reaksi yang menghasilkan endapan
dapat dimanfaatkan untuk analisis secara titrasi jika reaksinya
berlangsung cepat, dan kuantitatif serta titik akhir dapat dideteksi
(5).
Beberapa reaksi pengendapan berlangsung lambat dan akan
mengalami keadaan lewat jenuh. Tidak seperti gravimetri, titrasi
pengendapan tidak dapat menunggu sampai pengendapan
berlangsung sempurna. Hal yang penting juga adalah hasil kali
kelarutan (KSP) harus cukup kecil sehingga pengendapan bersifat
kuantitatif dalam batas kesalahan eksperimen. Reaksi samping
tidak boleh terjadi, demikian juga kopresipitasi. Keterbatasan
utama pemakaian cara ini disebabkan sedikit sekali indikator yang
sesuai. Semua jenis reaksi diklasifikasi berdasarkan tipe indikator
yang digunakan untuk melihat titik akhir (3).
Dalam menentukan titik akhir titrasi, ada beberapa metode yang
dapat digunakan, diantaranya yaitu (2):
a. Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida
dan bromida dalam suasana netral, dengan larutan baku perak nitrat
dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator.
b. Metode Volhard
Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam
dengan larutan baku kalium atau amonium tiosianat. Kelebihan
tiosianat dapat dilakukan secara jelas dengan garam besi (III) nitrat
atau besi (III) amonium sulfat sebagai indikator yang membentuk
warna merah.
c. Metode fajans
Pada metode ini, digunakan indikator adsorbsi, yang mana
pada titik ekuivalen indikator teradsorbsi oleh endapan. Indikator
ini tidak memberikan perubahan warna pada larutan, tetapi pada
permukaan endapan.
d. Metode Liebig
Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan
dengan indikator, tetapi dengan terjadi kekeruhan. Ketika larutan
AgNO3 ditambahkan pada larutan alkali sianida akan terbentuk
endapan putih, tetapi pada penggolongan akan larut kembali karena
terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut (1).
Titrasi-titrasi yang melibatkan reaksi pengendapan tidak
berjumlah banyak dalam analisis titrimetri seperti titrasi-titrasi
yang terlibat dalam reaksi asam-basa. Salah satu alasan terbatasnya
penggunaan reaksi macam ini adalah kurangnya indikator yang
cocok untuk titrasi pengendapan (1).
Ketika mendekati titik ekuivalen dan titran ditambahkan
secara perlahan, penjenuhan yang luar biasa tidak terjadi dan
tingkat pengendapan menjadi amat lambat. Kesulitan lainnya
adalah bahwa komposisi dari endapan pada umumnya tidak
diketahui karena ada efek-efek pengendapan pengiring. Meskipun
efek ini dapat di minimalisir atau sebagian ferkoreksi melalui
proses-proses seperti menyimpan pengendapan cukup lama (2).
II.2 Uraian Bahan
II.2.1 Air suling (FI III; 96)
Nama resmi : Aqua Destillata
Nama lain : Air suling, Aquadest
Rumus molekul : H2O
Rumus struktur :
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
II.2.2 Alkohol (FI III; 65)
Nama resmi : Aethanolum
Nama lain : Etanol, alkohol
Rumus molekul : C2 H6 O
Rumus struktur :
Berat molekul : 46,07
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan
dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api
Kegunaan :Sebagai zat pelarut dan tambahan, juga dapat
membunuh kuman serta dapat mematikan dan
menghambat pertumbuhan jamur
II.2.3 Besi (III) amonium sulfat (FI III; 659)
Nama resmi : Besi (III) Amonium Sulfat
Nama lain : Besi (III) amonium sulfat
Rumus molekul : Fe (NH4) (SO4)2
Rumus struktur :
Berat molekul : 964,4
Pemerian : Hablur berwarna lembayung pucat atau serbuk
hablur praktis tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai indikator
II.2.4 Kalium Kromat (FI III; 690-691)
Nama resmi : Kalium crhomat
Nama lain : Kalium kromat
Rumus molekul : K2CrO4
Rumus struktur :
Berat molekul : 64,74
Pemerian : Hablur, kuning
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larutan jernih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai indikator
II.2.5 Natrium klorida (FI III; 403)
Nama resmi : Natrii Chloridum
Nama Lain : Natrium klorida
Rumus molekul : NaCl
Rumus struktur : Na Cl
Berat molekul : 58,44
Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk
hablur putih, tidak berbau, rasa asin
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian
gliserol, sukar larut dalam etanol (95%)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai titrat
II.2.6 Nitrit acid (FI III; 650)
Nama resmi : Acidum nitricum
Nama lain : Asam nitrat
Rumus molekul : HNO3
Rumus struktur :
Berat molekul : 63,012
Pemerian : Cairan Jernih berasap, hampir tidak berwarna
sampai berwarna kuning.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Untuk membuat suasana asam
II.2.7 Perak Nitrat (FI III; 97)
Nama resmi : Argenti nitras
Nama lain : Perak nitrat
Rumus molekul : AgNO3
Rumus struktur :
Berat molekul : 169,87
Pemerian : Hablur transparan atau serbuk hablur berwarna
putih, menjadi gelap jika kena cahaya
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol
(95 %) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya
Kegunaan : Sebagai titran
II.2.8 Vitamin B1 (FI III; 598)
Nama resmi : Thiamini Hydrochloridum
Nama lain : Tiamina Hidroklorida, Vitamin B1
Rumus molekul : C12H17ClN4OS.HCl
Rumus struktur :
Berat molekul : 337,27
Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur, putih, bau khas
lemah mirip ragi, rasa pahit
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol,
praktis tidak larut dalam eter dan dalam benzene,
larut dalam gliserol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Kegunaan : Sebagai titrat
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat-alat
- Alu
- Batang Pengaduk
- Botol coklat
- Buret
- Corong
- Gelas Kimia
- Gelas Ukur
- Kaca Arloji
- Klem
- Labu Erlenmeyer
- Lumpang
- Neraca Analitik
- Pipet Tetes
- Statif
III.1.2 Bahan-bahan
- Alkohol 70%
- Alumenium Foil
- Ammonium Tiosianat
- Aquades
- Besi III Amonium Sulfat
- Kalium Kromat
- Kapas
- Label
- Natrium Klorida
- Nitrit Acid
- Perak Nitrat
- Tissue
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Untuk membuat larutan standar AgNO3 sebanyak 100 ml
1. Ditimbang AgNO3 sebanyak 1,75 gr menggunakan neraca analitik
2. Dimasukkan kedalam gelas kimia
3. Dilarutkan AgNO3 dalam 100 ml air
4. Diaduk hingga larut
5. Dimasukkan larutan AgNO3 ke dalam botol coklat
III.3.2 Untuk membuat larutan standart NaCl sebanyak 50 ml
1. Ditimbang NaCl sebanyak 0,2922 gr menggunakan neraca analitik
2. Dimasukkan kedalam gelas kimia
3. Dilarutkan NaCl dalam 50 ml air
4. Dimasukkan larutan NaCl kedalam botol
III.3.3 Untuk membuat larutan standart Amonium tiosianat 100 ml
1. Ditimbang Amonium tiosianat 0,8 gr menggunakn neraca analitik
2. Dimasukkan kedalam gelas kimia
3. Dilarutkan NH4SCN dalam 100 ml air
4. Diaduk hingga larut
III.3.4 Pembuatan Larutan K2CrO4
1. Ditimbang K2CrO4 sebanyak 0,6125 gr dengan menggunakan neraca
analitik
2. Dimasukkan K2CrO4 kedalam gelas kimia
3. Dilarutkan K2CrO4 dalam 5 ml air
4. Diaduk hingga larut
III.3.5 Pembuatan Larutan Fe (NH4)(SO4)2
1. Ditimbang Fe (NH4)(SO4)2 sebanyak 1 gr dengan menggunakan neraca
analitik
2. Dimasukkan Fe (NH4)(SO4)2 kedalam gelas kimia
3. Dilarutkan Fe (NH4)(SO4)2 dalam 10 ml air
4. Diaduk hingga larut
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
IV.1.1 Gambar
Gambar I. Larutan NaCL Gambar 2.Larutan Vit B
IV.1.2 Tabel
1. Tabel metode Mohr
Sampel
Volume
Titrat
(mL)
Volume Titran
(mL) IndikatorPerubahan
WarnaV1 V2 X
NaCl 10 0,2 0,2 0,2 K2CrO4 Merah bata
2. Tabel metode Volhard
sampelVolume
tirat
Volume titran (ml) Indikator
Perubahan warna dan endapanV1 V2 X
AgNO3 10 ml 3,5 3,5 3,5Fe (NH4)
(SO4)2
Merah bata dan
ada endapan
IV.2 Perhitungan
IV.2.1 Pembakuan AgNO3 0,1 N dan NaCl 0,1 N
Diketahui: N1= 0,1 N
V1= 10 ml
N2= 0,1 N
Ditanya: V2=…..?
Penyelesaian: V1.N1 = V2.N2
10.0,1 = V2.0,1
V2= = 10 ml
IV.2.2 Penetapan dan perhitungan % kadar Cl dalam NaCl.
Diketahui: V1= 0,2 ml
N1= 0,1 N
V2= 0,2 ml
Ditanya: N2=…?
Penyelesaian: V1.N1= V2.N2
0,2.0,1= 0,2.N2
N2= = 0,1 N
RM= 28
Valensi= 1
% Kadar = x 100%
= x 100%
= 0,28%
IV.2.2 Penetapan perhitungan %kadar Vit B1.
Diketahui: V1= 3,5 ml
N1= 0,103
V2= 3,5 ml
Valensi= 1
BM = 337,27
BS= 100 mg
Ditanya: N2 =…??
% kadar =…??
Penyelesaian : V1.N1= V2.N2
3,5.0,103= 3,5.N2
N2 = = 0,103 N
% Kadar = x 100%
= x 100%
= 1,2 %
Perhitungan bahan
1. AgNO3 pada farmakope 700mg dalam 100ml air
700mg 50ml
X 100ml
70000 = 50x
X= =1400mg= 1,4 g
2. NaCl pada farmakope 250mg dalam 140 ml air.
250mg 140ml
X 50ml
12500 = 140x
X = = 8,9285mg= 0,0089g= 0,001g
3. Ammonium tiosianat pada farmakope 8g dalam 1000 ml air.
8g 1000ml
X 100ml
800g = 1000x
X= = 0,8g
IV.3 Pembahasan
Menurut khopkar bahwa Argentometri adalah titrasi pengendapan
sampel yang dianalisis dengan menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion
yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida (Cl-, Br-, I-). Ada
beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan berdasarkan
indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi, antara lain:
metode Volhard, metode Mohr, metode Fajans, dan metode liebig. Untuk
percobaan ini digunakan dua metode yaitu metode Mohr dan metode
volhard dalam menetukan kadar suatu senyawa seperti NaCl dan vitamin
B1.
Menurut Harjadi dalam buku kimia analitik farmasi. dalam titrasi
perlu dilakukan secara cepat dan pengocokan harus juga dilakukan secara
kuat agar Ag+ tidak teroksidasi menjadi AgO yang menyebabkan titik
akhir titrasi menjadi sulit tercapai.
Menurut Alexeyev,V, bahwa metode ini mempunyai titik akhir titrasi
yang ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning
menjadi kuning coklat. Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya
Ag2CrO4, saat hampir mencapai titik ekivalen, semua ion Cl- hampir
berikatan menjadi AgC.
Dalam percobaan ini hanya dua metode yang digunakan untuk
menentukan standarisasi NaCl dengan AgNO3 dengan menggunakan
metode Mohr, dan menentukan standarisasi vitamin B dan NH4SCN
dengan menggunakan metode volhard.
Pada percobaan yang telah dilakukan menggunakan Natrium klorida
dengan perak nitrat (AgNO3). Percobaan ini bertujuan untuk menetapkan
kadar NaCl, dan K2CrO4 sebagai indikator. l. Larutan standar yang
digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO3, memiliki normalitas 0,1 N atau
0,05 N. Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan
titran, sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah-bata, yang
menunjukkan titik akhir karena warnanya berbeda dari warna endapan
analat dengan Ag+.
Langkah pertama untuk melakukan titrasi argentometri ini adalah
membuat beberapa larutan baku. Membuat larutan AgNO3, NaCl, dan
ammonium tiosanat.
Untuk membuat larutan standar AgNO3 sebanyak 100 ml. Terlebih
dahulu ditimbang dengan tepat AgNO3 sebanyak 1,75 gram didalam kaca
arloji dengan menggunakan neraca analitik dan dimasukkan kedalam gelas
kimia, kemudian ditambahkanaquades 100 ml kedalam gelas kimia
untukmelarutkan AgNO3, dan diaduk dengan menggunakan batang
pengaduk agar dapat larut sampai homogen. Setelah itu larutan AgNO3
encer dimasukkan kedalam botol yang tertutup dengan alumunium foil,
fungsi ditutup dengan alumunium foil agar tidak terkena sinar matahari
langsung dan agar larutan yang tidak terkontaminasi oleh kotoran-kotoran
atau promotor yang mengganggu.
Untuk membuat larutan standart NaCl sebanyak 50 ml, ditimbang
NaCl sebanyak 0,2922 gr menggunakan neraca analitik, kemudian
dimasukkan kedalam gelas kimia, setelah itu dilarutkan NaCl dalam 50 ml
air dan dimasukkan larutan NaCl kedalam botol.
Untuk membuat larutan standart Amonium tiosianat 100 ml
ditimbang Amonium tiosianat 0,8 gr menggunakan neraca analitik,
dimasukkan kedalam gelas kimia, dilarutkan NH4SCN dalam 100 ml air
dan setelah itu diaduk hingga larut.
Pembuatan Larutan K2CrO4, ditimbang K2CrO4 sebanyak 0,6125 gr
dengan menggunakan neraca analitik, dimasukkan K2CrO4 kedalam gelas
kimia dan dilarutkan K2CrO4 dalam 5 ml air, kemudian diaduk hingga
larut.
Pembuatan Larutan Fe (NH4)(SO4)2, ditimbang Fe (NH4)(SO4)2
sebanyak 1 gr dengan menggunakan neraca analitik, dimasukkan Fe (NH4)
(SO4)2 kedalam gelas kimia, dilarutkan Fe (NH4)(SO4)2 dalam 10 ml air
diaduk hingga larut.
NaCl yang telah dibuat larutannya merupakan sampel dalam titrasi
ini. NaCl diambil sebanyak 10 ml, dimasukkan kedalam labu
erlenmeyer, kemudian ditambahkan indikator kalium kromat sebanyak 3
tetes dengan menggunakan pipet tetes dimana pipet tetes digunakan
untuk mengambil bahan tambahan atau indikator dalam jumlah yang
tidak terlalu banyak. K2CrO4 digunakan sebagai indikator karena metode
yang digunakan adalah metode Mohr. Dengan adanya penambahan
indikator maka larutan NaCl yang berwarna putih keruh akan menjadi
warna kuning. Kemudian larutan dititrasi dengan perak nitrat dengan
menggunakan buret. Titik ekuivalen terjadi ketika terlihat endapan perak
kromat sekilas, kemudian terurai kembali secara lambat dan titrasi
dihentikan saat terjadi perubahan warna hingga larutan yang sebelumnya
berwarna kuning akan menjadi merah bata. Perubahan warna ini
menunjukkan titik akhir dari titrasi.
Prosedur diatas dilakukan penetapan duplo yaitu penetapan paling
sedikit 2 kali. Jika digunakan volume larutan sampel yang sama, maka
pembacaan buret tidak boleh berselisih lebih dari 0,05 ml. jika syarat-
syarat ini tidak tercapai maka harus dilakukan titrasi ulang sampai
diperoleh selisih yang tidak lebih dari 0,05 ml. Adapun hasil yang
didapatkan yaitu pada volume larutan yang sama, volume titran yang
dihasilkan yaitu 0,2 ml hingga menghasilkan warna merah bata yang
merupakan akhir titrasi.
Kesalahan dari praktikum ini yaitu seharusnya volume titran yang
dipakai yaitu 10 ml hingga menunjukkan akhir dari titrasi. Sedangkan titik
ekuivalen terjadi pada volume titran 0,2 ml. Hal ini disebabkan oleh
karena perak nitrat yang mempunyai kemurnian yang tinggi.
Penentuan kadar vitamin B1 dengan menggunakan metode volhard.
Pertama-tama tablet vitamin B1 digerus hingga halus dengan
menggunakan lumpang dan alu. Setelah digerus ditimbang 100 gr vitamin
B1 dan dilarutkan dengan aquades sebanyak 50 ml, kemudian ditetesi
nitrid acid sebanyak 3 tetes. Pemberian nitrid acid dilakukan karena pada
metode volhard harus dilakukan dalam suasana asam. Kemudian 5 ml
vitamin B1 dimasukkan kedalam gelas ukur dan ditambahkan perak nitrat
sebanyak 5 ml hingga menghasilkan campuran larutan 10 ml, dibungkus
gelas ukur dengan aluminium foil karena mengandung AgNO3 yang tidak
boleh terkena cahaya. Sperti Mmnurut Harjadi dalam buku kimia analitik
farmasi, dalam titrasi perlu dilakukan hal-hal seperti yang telah
disebutkan agar titrasi berjalan dengan cepat sehingga Ag+ tidak
teroksidasi menjadi AgO yang menyebabkan titik akhir titrasi menjadi
sulit tercapai.
Titran dalam percobaan kali ini adalah amonium tiosianat. Larutan
ammonium tiosnianat, ditambahkan Fe (NH4)(SO4)2 sebanyak 3 tetes
hingga menghasilkan warna putih keruh. Kemudian dititrasi dengan
NH4SCN hingga terjadi titik ekuivalen yang menunjukkan perubahan
warna dari putih keruh menjadi merah bata dan terbentuk endapan putih.
Pecobaan ini dilakukan penetapan duplo yaitu penetapan paling sedikit 2
kali.
Hasil yang didapat dari percobaan ini adalah volume titran
ammonium tiosianat yang dipakai yaitu sebanyak 3,5 ml. sehingga
menghasilkan kadar vitamin B1 yaitu 1,2 % .
BAB V
PENUTUP
V.I Kesimpulan
Berdasarkan pada percobaan yang telah dilaukan dengan metode titrasi
voumetrimetri dam hal ini menentukan kadar NaCl dan vitamin B1 dengan
titrasi argentometri menggunakan metode Mohr dan Volhard, lewat
perhitungan % kadar bahwa:
- kadar dari NaCl adalah 0,28 %
- kadar dari vitamin B1adalah 1,2 %
V.2 Saran
Pada praktikum kali ini dan selanjutnya mudah-mudahan
diperhatikan sebaiknya sebelum melakukan percobaan alat yang akan
digunakan harus dalam keadaan bersih agar diperoleh hasil yang murni
dari larutan tersebut dan lebih memahami titrasi Argentometri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gandjar,G. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar : Yogyakarta
2. Underwood, A.L. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Erlangga : Jakarta
3. Khopkar. S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press : Jakarta
4. Underwood, A.L. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Erlangga : Jakarta
5. Susanti, 2003. Analisis Kimia Farmasi Kuantitatif. Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia: Makassar
6. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
7. Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.