Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

download Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

of 57

Transcript of Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    1/57

    LAPORAN RESMI

    PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I

    Materi :

    ARGENTO-GRAVIMETRI

    Oleh :

    Kelompok : VII/Selasa Siang

    Joe Epridoena Sinulingga NIM : 21030113130118

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia I

    Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

    Universitas Diponegoro

    Semarang

    2013

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    2/57

    LAPORAN RESMI

    PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I

    Materi :

    ARGENTO-GRAVIMETRI

    Oleh :

    Kelompok : VII/Selasa Siang

    Joe Epridoena Sinulingga NIM : 21030113130118

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia I

    Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

    Universitas Diponegoro

    Semarang

    2013

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    3/57

    ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    Judul Praktikum : Argento-Gravimetri

    Kelompok : 1. Gika Putri Ariani NIM : 21030113140114

    2. Naufal Rilanda NIM : 21030113120004

    3. Joe Epridoena Sinulingga NIM : 21030113130118

    Telah disahkan pada :Hari : Jumat

    Tanggal : 20 Desember 2013

    Semarang, 20 Desember 2013

    Telah menyetujui,

    Asisten

    Shafrizal

    NIM 21030110130115

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    4/57

    iii

    PRAKATA

    Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan

    hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan resmi Praktikum Dasar Teknik

    Kimia I dengan lancar dan sesuai dengan harapn kami.

    Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada :

    1. Bapak Dr. Widayat ST, MT selaku dosen penanggung jawab Laboratorium

    Dasar Teknik Kimia I

    2. Semua asisten yang telah membimbing sehingga tugas laporan resmi ini dapat

    terselesaikan3. Teman-teman yang telah membantu baik dalam segi waktu maupun motivasi

    4. Bapak Rustam dan Ibu Dini selaku Laboran Laboratorium Dasar Teknik

    Kimia I

    Laporan resmi praktikum dasar teknik kimia I ini berisi materi tentang argento-

    gravimetri. Argento-gravimetri merupakan cara analisa kuantitatif yang berdasarkan pada

    pengendapan dimana zat yang dipisahkan digunakan untuk membentuk suatu endapan

    padat. Tujuan dari percobaan untuk argentometri adalah menganalisa kandungan Cl-

    denagn metode Mohr dan Fajans, sedangkan tujuan dari percobaan untuk gravimetri

    adalah menentukan kadar Ba2+dalam sampel dengan metode gravimetri.

    Laporan resmi ini merupakan laporan resmi terbaik yang saat ini bisa kami

    ajukan, namun kami menyadari pasti ada kekurangan yang perlu kami perbaiki. Maka

    dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

    Penyusun

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    5/57

    iv

    DAFTAR PUSTAKA

    LEMBAR PENGESAHAN........ii

    PRAKATA.........iii

    DAFTAR ISI......iv

    DAFTAR TABEL .......v

    DAFTAR GAMBAR.....vi

    INTISARI.......vii

    SUMMARY..................viii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang ...1

    1.2. Tujuan Percobaan ...1

    1.3. Manfaat Percobaan .1

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Metode Mohr.. ...2

    2.2. Metode Volhard ..3

    2.3. Metode Fajans ....4

    2.4. Fisis dan Chemist Reagen ..62.5. Fungsi Reagen ....8

    BAB III METODE PERCOBAAN

    3.1. Alat dan Bahan .9

    3.2. Gambar Alat dan Keterangan ....9

    3.3. Cara Kerja ....10

    BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Percobaan ...124.2. Pembahasan .12

    BAB V PENUTUP....................16

    5.1. Kesimpulan ..16

    5.2. Saran ........16

    DAFTAR PUSTAKA...................................17

    INTISARI.......18

    SUMMARY...........19

    BAB I PENDAHULUAN

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    6/57

    v

    1.1. Latar Belakang ..20

    1.2. Tujuan Percobaan ..20

    1.3. Manfaat Percobaan ....20

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Landasan Teori yang Menunjang .........21

    2.2. Aplikasi Analisa Gravimetri 21

    2.3. Keuntungan Gravimetri ...22

    2.4. Teori Kopresipitasi, Peptisasi, Post Presipitasi .22

    2.5. Fisis dan Chemist Reagen 23

    BAB III METODE PERCOBAAN

    3.1. Alat dan Bahan ...24

    3.2. Gambar Alat dan Keterangan ..........24

    3.3. Cara Kerja ...25

    BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Percobaan ..26

    4.2. Pembahasan .26

    BAB V PENUTUP............30

    5.1. Kesimpulan ..30

    5.2. Saran 30

    DAFTAR PUSTAKA...........31

    LAMPIRAN

    Lembar Perhitungan Argentometri ...A-1

    Lembar Perhitungan Gravimetri ...A-2

    Laporan Sementara ...B-1

    Referensi ...C-1

    Lembar Asistensi .D-1

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    7/57

    vi

    DAFTAR TABEL

    A. ARGENTOMETRI

    Tabel 4.1. Hasil standarisasi AgNO3 .........12

    Tabel 4.1. Hasil percobaan analisa Argentometri ......12

    B. GRAVIMETRI

    Tabel 4.1. Hasil percobaan analisa Gravimetri .......27

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    8/57

    vii

    DAFTAR GAMBAR

    A. ARGENTOMETRI

    Gambar 3.3 Alatalat Praktikum Argentometri .9

    Gambar 4.2 Bentuk molekul endapan Ag2CrO4 .........14

    Gambar 4.2 Bentuk struktur molekul Fluoressein.......14

    B. GRAVIMETRI

    Gambar 3.3 Alatalat Praktikum Gravimetri ..24

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    9/57

    viii

    INTISARI

    Pengendapan merupakan metode yang sangat berharga dalam analisa kimia dan

    analisisnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu argentometri dan gravimetri. Argentometribanyak digunakan dalam analisa kadar halogenida, misalnya Cl- yang berguna untuk

    oseanografi, pangan, dan industri. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah

    menganalisa kadar Cl- dalam suatu sampel dengan menggunakan metode Mohr dan

    Fajans.

    Argentometri merupakan analisa kuantitatif volumetric dengan larutan standar

    AgNO3berdasarkan pengendapan. Argentometri digunakan untuk menentukan kadar Cl-

    yang melibatkan garam perak dengan indicator sesuai-. Metode pertama yang digunakan

    adalah metode Mohr yang memiliki dasar pengendapan bertingkat dari AgCl dan setelah

    semua mengendap kemudian terjadi endapan Ag2CrO4(endapn merah cokelat). Metode

    selanjutnya adalah metode Volhard yang menggunakan prinsip back to titration, dimana

    pada sampel halogenida ditambah suatu larutan standar AgNO3berlebih, kemudian sisaAgNO3dititrasi kembali dengan NH4CNS membentuk AgCNS hingga terbentuk endapan

    merah darah saat bereaksi dengan ion Fe3+. Metode selanjutnya yang dikenal adalah

    Fajans. Dimana metode ini menggunakan prinsip adsorbsi dengan Fluoressein dan

    Fluoressein tersubtitusi sebagai indikator perak.

    Analisa argentometri dimulai dengan menstandarisasi larutan AgNO3kemudian

    menganalisa sampel dengan metode Mohr dan Fajans. Standarisasi tersebut dilakukan

    dengan cara mentitrasi larutan standar NaCl 0,05 N ditambah 0,4 N K2CrO4dengan

    AgCl. Perbedaan kedua analisa ini terletak pada indikator yang digunakan. Selain itu

    terdapat langkah pemanasan pada metode Fajans. Setelah semua terpenuhi, sampel

    akhirnya dapat dianalisa.

    Pada sampel pertama, kami menggunakan metode Mohr dengan indikatorK2CrO4. Pada metode ini, kami menemukan kadar Cl

    - sebesar 155,75 ppm dengan

    persentase error sebesar 31,15 %. Sedangkan pada sampel kedua, kami menggunakan

    metode Fajans dan menemukan kadar Cl-sebesar 967,659 ppm dengan persentase error

    sebesar 44,24 %.

    Akhirnya kadar yang kami temukan dalam praktikum tidak memiliki ketepatan

    yang cukup signifikan dengan sampel, dimana kadar yang kami temukan pada sampel

    pertama adalah lebih kecil sementara pada sampel kedua adalah lebih besar dari kadar

    yang sebenarnya. Sebagai saran, praktikan sebaiknya memeriksa alat terlebih dahulu,

    apakah alat yang digunakan masih baik atau tidak. Begitu pula dengan pemakaian

    indikator. Bersihkanlah semua alat-alat setelah menyelesaikan praktikum. Selain itu,

    hindari faktor-faktor kesalahan eksternal seperti perusakan alat.

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    10/57

    ix

    SUMMARY

    Precipitation is a valuable method in chemical analysis and also consist of two

    kinds such Argentometric and Gravimetric. Argentometric is commonly used inanalyzing concentration of halogen as Cl-which is useful for oceanographic, food, and

    industry. The goal point of this practice is to analyse concentration of Cl-in the sample

    using Mohr and Fajans method.

    Argentometric is quantitative analysis volumetric with standard solution of

    AgNO3based on precipitation. Argentometric is used to determine concentration of Cl-

    which involve silver salt with fitting indicator. First method which is used is Mohr

    method which has basic level precipitation from AgCl then after all have precipitated, so

    Ag2CrO4precipitate will occurs. Next method is Volhard method which use back to

    titration method, where sample of halogen is added by solution of AgNO3excess, then

    its remain is titrated again with NH4CNS to form AgCNS ubtil formed sorrel precipitate

    when reacts with ion Fe3+

    . The next method which is known is Fajans. Where, thismethod uses adsorbtion principle with Fluorescein and sub Fluorescein as silvers

    indicator.

    Argentometric which analyzed is started with standarisation of AgNO3 then

    analyze the sample with Mohr and Fajans method. The standarisation is acted by

    titrating standard solution of NaCl 0,05 N, added 0,4 ml K2CrO4 with AgCl. The

    difference about this analysis is placed to the use of indicator. Beside that, there are

    warming step in Fajans method. After all is complete, sample can be analyzed.

    In first sample, we used Mohr method with K2CrO4indicator. In this method, we

    found the concentration of Cl-is 155,75 ppm with error percentage 31,15 %. In second

    sample, we used Fajans method and found the concentration of Cl- is 967,659 ppm with

    error percentage is 44,24 %.So, concentration which is found by practicant is not accurate enough and not

    significant towards sample, where concentration which is foun by practicant in first

    sample is smaller and second sample is bigger than theoretical concentration. As

    suggestion, practicant should check all of tools first, whether the tools is in good

    condition or not. And also about the use of indicator. Clean all of tools after finishing the

    practice. Beside that, avoid the external mistake such as tools destruction.

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    11/57

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Pengendapan merupakan metode yang sangat berharga dalam memisahkan

    suatu sampel menjadi komponen-komponennya. Proses yang dilibatkan adalah

    proses dimana zat yang akan dipisahkan digunakan untuk membentuk suatu

    endapan padat.

    Reaksi pengendapan telah digunakan secara meluas dalam kimia analitis,

    khususnya dalam metode argentometri dan gravimetri. Argentometri merupakan

    analisa kuantitatif volumetrik dengan larutan standar AgNO3 berdasarkanpengendapan. Argentometri digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur

    dalam titrasi yang melibatkan garam perak dengan indikator yang sesuai.

    Kegunaan analisa argentometri ini adalah menentukan kadar halogenida,

    misalnya Cl-, yang terkandung dalam sampel sehingga berguna untuk

    oseanografi, pangan, dan industri.

    I.2. Tujuan Percobaan

    A.Menganalisa kadar Cl-dengan metode Mohr

    B.Menganalisa kadar Cl-dengan metode Fajans

    C.Menganalisa kadar Cl-dengan metode Volhard

    I.3. Manfaat Percobaan

    A. Mahasiswa dapat menganalisis kadar Cl-dalam sampel murni dengan metode

    titrimetrik

    B. Mahasiswa dapat menerapkan metode argentometri untuk sampel

    praktis

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    12/57

    2

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Argentometri adalah analisa kuantitatif volumetri untuk menentukan kadar halogen

    dalam sampel dengan menggunakan larutan standar AgNO3. Pada argentometri titik

    akhir titrasi ditentukan oleh terbentuknya larutan berwarna atau timbulnya kekeruhan

    yang pertama.

    II.1. Metode Mohr

    Digunakan untuk menetapkan kadar ion halogen yang dilakukan dalam

    suasana netral dengan indikator K2CrO4dan larutan standar AgNO3. Ion kromatakan bereaksi dengan ion perak membentuk endapan merah coklat dari perak

    kromat.

    Reaksi: Ag++ Cl- AgCl(s) (endapan putih)

    2Ag++ CrO42- Ag2CrO4(s) (endapan merah coklat)

    Dasar titrasi dengan metode ini adalah suatu pengendapan bertingkat dari

    AgCl dan setelah semua mengendap baru terjadi endapan Ag2CrO4. Untuk lebih

    jelasnya kita dapat melihat contoh berikut.

    Misal dalam larutan NaCl 0,1 M terdapat adanya indikator K2CrO4yang

    mempunyai konsentrasi 0,01 M, maka konsentrasi Ag+untuk mengendapkan ion

    Cl-dan CrO42-dapat dihitung.

    A. Untuk mengendapkan ion Cl-

    Pada saat ini terjadi titik kesetaraan. Baik ion klorida maupun ion perak

    tak ada yang berlebih, dan masing-masing konsentrasi adalah kuadrat (dari)

    Ksp. Pada kurva titrasi titik ini disebut titik ekivalen (TE), yaitu titik pada

    kurva yang menunjukkan jumlah gram ekivalen titran sama dengan jumlah

    gram ekivalen zat yang dititrasi.

    Ksp AgCl = 1,0 x 10-10

    [Ag+]= [Cl-]

    [Ag+]2= 1,0 x 10-10

    [Ag+] = 1,0 x 10-5

    B. Untuk mengendapkan ion CrO42-

    Ksp Ag2CrO4= 2 x 10-12

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    13/57

    3

    [Ag+]2[CrO42-] = 2 x 10-12

    [Ag+]2[10-2] = 2 x 10-12

    [Ag+]2= 2 x 10-10

    [Ag+] = 1,4 x 10-5

    Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa banyaknya ion perak yang

    dibutuhkan untuk mengendapkan ion kromat lebih besar dari yang

    dibutuhkan untuk mengendapkan ion klorida. Jadi pada saat TAT terjadi, ion

    klorida praktis telah mengendap semua, sehingga perak kromat baru

    mengendap setelah semua ion klorida mengendap membentuk perak klorida.

    Hal-hal yang diperhatikan dalam penggunaan metode Mohr:

    1 Baik untuk menentukan ion klorida dan bromida tetapi tidak cocok untuk ioniodida dan tiosianida.

    2. Titrasi dalam suasana netral atau sedikit alkalis, pH 710,5.

    3. Tidak cocok untuk titrasi larutan yang berwarna, seperti CuCl2 (biru),

    CaCl2(perak), NiCl (hijau) karena akan menyulitkan pengamatan saat TAT.

    4. Tidak bisa untuk garam-garam Cl dan Br yang terhidrolisa, karena terbentuk

    endapan yang tak diharapkan. Misal garam Cl atau Br dengan kation Al, Fe,

    Bi, Sn, Sb, dan Mg.

    5. Larutan tidak boleh mengandung CO3 2-, SO4 2-, PO43-, C2O42-karena akan

    mengendap dengan Mg.

    6. Larutan tidak boleh mengandung ion Pb2+ dan Ba2+ karena akan

    mengendap sebagai garam kromat yang berwarna. Dihilangkan dengan

    penambahan Na2CO3jenuh.

    II.2. Metode Volhard

    Metode ini menggunakan prinsip back to titration, yaitu pada sampelhalogenida ditambah suatu larutan standar AgNO3secara berlebih, kemudian sisa

    AgNO3dititrasi kembali dengan larutan standar NH4CNS. Indikator yang dipakai

    adalah Ferri Amonium Sulfat. Dalam prosesnya larutan harus bersifat asam

    dengan tujuan untuk mencegah hidrolisa garam ferri menjadi ferri hidroksida

    yang warnanya mengganggu pengamatan TAT. Suasana asam dapat dibuat

    dengan menambahkan HNO3 pekat. Tetapi penggunaan HNO3 jangan terlalu

    pekat karena akan menyebabkan NH4CNS akan teroksidasi menjadi NO dan CO2.

    3NH4CNS + 13HNO3 16NO + 3CO2+ NH4HSO4+ 5H2O

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    14/57

    4

    Pada metode ini dalam mekanisme reaksinya akan terbentuk perak klorida

    dan perak tiosianat.

    Cl-+ AgNO3encer AgCl(s)

    AgNO3sisa + NH4CNS AgCNS(s)

    CNS- sisa + Fe3+ Fe(CNS)3 merah darah (saat TAT)

    Perak klorida lebih mudah larut daripada perak tiosianat, dan klorida itu

    cenderung melarut kembali menurut reaksi.

    AgCl(s) + SCN- AgSCN(s) + Cl-

    Tetapan kesetimbangan reaksi ini ditentukan oleh angka banding tetapan

    hasil kali kelarutan perak klorida terhadap perak tiosianat. Karena tetapan yang

    pertama lebih besar daripada yang kedua, maka reaksi tersebut di atas sangatcenderung untuk berjalan dari kiri ke kanan. Jadi tiosianat dapat dihabiskan tidak

    hanya oleh ion perak yang berlebih, tetapi juga oleh endapan perak klorida itu

    sendiri. Jika ini terjadi, akan diperoleh hasil yang terlalu rendah dalam analisis

    klorida. Tetapi reaksi ini dapat dicegah dengan menyaring perak kloridanya.

    Untuk penetapan kadar Br- tidak perlu penyaringan karena tetapan hasil kali

    kelarutan AgBr lebih kecil daripada AgCNS, sedangkan untuk I- penambahan

    indikator setelah mendekati TAT karena bila I-bertemu indikator Fe3+ terjadi I2

    yang sering menyebabkan kesalahan titrasi.

    Hal-hal yang harus diperhatikan dalam metode Volhard:

    1. Larutan harus bersifat asam, tujuannya untuk menghindari hidrolisa garam

    ferri menjadi ferri hidroksida yang warnanya mengganggu pengamatan TAT.

    2. HNO3yang digunakan untuk memberikan suasana asam jangan terlalu pekat

    sebab akan mengoksidasi NH4CNS menjadi NO dan CO2. Dimana CO2yang

    terbentuk dapat bereaksi dengan H2O membentuk H2CO3 yang dapat

    bereaksi dengan Ag+ dan menghasilkan Ag2CO3 yang berwarna putih

    sehingga menyulitkan pengamatan saat TAT. Selain itu kadar Fe3+ akan

    berkurang, sehingga kemungkinan TAT akan terjadi jauh.

    3. Endapan AgCl yang terbentuk harus disaring dulu, dicuci dengan air dan air

    cucian dijadikan satu dengan filtrat baru dititrasi dengan NH4CNS.

    II.3. Metode Fajans

    Dalam metode ini digunakan indikator adsorpsi. Bila suatu senyawa

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    15/57

    5

    organik yang berwarna diadsorpsi pada permukaan suatu endapan, dapat terjadi

    modifikasi struktur organiknya, dan warna itu dapat sangat diubah dan dapat

    menjadi lebih tua. Gejala ini dapat digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi

    pengendapan garam perak.

    Mekanisme bekerjanya indikator semacam itu berbeda dari mekanisme

    apapun yang telah dibahas sejauh ini. Fajans menemukan fakta bahwa fluoresein

    dan beberapa fluoresein tersubstitusi dapat bertindak sebagai indikator untuk

    titrasi perak. Bila perak nitrat ditambahkan ke dalam suatu larutan natrium

    klorida, partikel perak klorida yang sangat halus itu cenderung memegangi pada

    permukaannya (mengadsorpsi) sejumlah ion klorida berlebihan yang ada dalam

    larutan itu. Ion-ion klorida ini dikatakan membentuk lapisan teradsorpsi primerdan dengan demikian menyebabkan partikel koloidal perak klorida itu bermuatan

    negatif. Partikel negatif ini kemudian cenderung menarik ion-ion positif dari

    dalam larutan untuk membentuk lapisan adsorpsi sekunder yang terikat lebih

    longgar.

    (AgCl) . Cl- M+

    Lapisan Primer Lapisan Sekunder Klorida Berlebih

    Jika perak nitrat terus menerus ditambahkan sampai ion peraknya

    berlebih, ion-ion ini akan menggantikan ion klorida dalam lapisan primer. Maka

    partikel-partikel menjadi bermuatan positif, dan anion dalam larutan ditarik untuk

    membentuk lapisan sekunder.

    (AgCl) . Ag+ X-

    Lapisan Primer Lapisan Sekunder Perak Berlebih

    Fluoresein merupakan asam organik lemah yang dapat dilambang

    -kan dengan HFI. Bila fluoresein ditambahkan ke dalam labu titrasi, anionnya, FI-

    , tidaklah diserap oleh perak klorida koloidal selama ion-ion klorida masih

    berlebih. Tetapi bila ion perak berlebih, ion FI- dapat ditarik ke permukaan

    partikel yang bermuatan positif, seperti

    (AgCl) . Ag+ FI-

    Agregat yang dihasilkan akan berwarna merah muda, dan warna itu cukup

    kuat untuk digunakan sebagai indikator visual.

    Macam-macam indikator yang biasa digunakan antara lain:

    1. Fluoresein untuk ion klorida, pH 7-8 / diklorofluoresein dengan pH 4

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    16/57

    6

    2. Eosin untuk ion bromida, iodida, dan tiosianida, pH 2

    3. Hijau bromkresol untuk ion tiosianida, pH 4-5

    Hal-hal yang diperhatikan dalam penggunaan metode Fajans:

    1. Larutan jangan terlalu encer agar perubahan warna dapat diamati dengan jelas.

    2. Ion indikator harus bermuatan berlawanan terhadap ion penitran.

    3. Endapan yang terjadi sebaiknya berupa koloid sehingga luas permukaan

    penyerap besar. Boleh ditambahkan zat pencegah koagulasi seperti dextrin

    yang membuat endapan tetap terdispersi.

    4. Indikator tidak boleh teradsorpsi sebelum ion utama mengendap sempurna

    (sebelum TE) tapi harus segera teradsorpsi setelah TE terjadi.

    5. Indikator yang terserap oleh endapan ikatannya tidak boleh terlalu kuat karenaion indikator akan teradsorpsi oleh endapan sebelum TE tercapai.

    6. Pemanasan hingga suhu 80C baru dititrasi sehingga menunjang hasil

    pengamatan.

    II.4. Fisis dan Chemist Reagen

    1.NaCl

    a. Fisis

    BM= 58,45; BJ= 2,163 gr/cc; TD= 141,3C; TL= 800,4C

    Kristal, tidak berwarna, kubik

    Kelarutan dalam 100 bagian air panas= 39,8

    Kelarutan dalam 100 bagian air dingin= 25,7

    b. Chemist

    Dengan AgNO3 terbentuk endapan yang tidak larut dalam air. Reaksi:

    AgNO3+ NaCl NaNO3+ AgCl(s)

    2. AgNO3

    a. Fisis

    BJ= 4,35 g/cc; BM= 168,8; n= 1,744; TL= 213C; TD= 244C

    Larutan tidak berwarna

    Kelarutan dalam 100 bagian air panas= 95,2

    Kelarutan dalam 100 bagian air dingin= 22,2

    b. Chemist

    Dengan H2SO4 bereaksi membentuk cincin coklat. Reaksi: AgNO3 +

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    17/57

    7

    H2SO4(p) AgHSO4 + HNO3

    Dengan H2S dalam suasana asam / netral membentuk endapan Ag2S

    Reaksi: 2AgNO3+ H2S Ag2S + HNO3

    Dengan Na2CO3 membentuk endapan Ag2CO3 putih kekuningan.

    Reaksi: 2AgNO3+ Na2CO3 Ag2CO3+ 2NaNO3

    3. NH4CNS

    a. Fisis

    BM= 76,12; n= 1,685; TL= 147,6C; TD= 170C

    Larutan tak berwarna

    Kelarutan dalam 100 bagian air panas= 170

    Kelarutan dalam 100 bagian air dingin= 122b. Chemist

    Dengan CuSO4 bereaksi membentuk endapan Cu(CNS)2

    Reaksi: 2CNS- + Cu2+ Cu(CNS)2

    Dengan Mg(NO3)2 membentuk endapan putih Mg(CNS)2

    Reaksi: 2CNS-+ Mg2+ Mg(CNS)2

    Dengan FeCl3 berwarna merah darah

    Reaksi: 3CNS-+ Fe3+ Fe(CNS)3merah darah

    4. HNO3

    a. Fisis

    BM= 63,02; n= 1,502; BJ= 1,42 g/cc

    Larutan tidak berwarna

    b. Chemist

    Merubah lakmus biru menjadi merah

    Ditambah basa menjadi garam dan air

    Reaksi: HNO3+NaOH NaNO3 + H2O

    Dengan garam nitrat larut

    5. K2CrO4

    a. Fisis

    BM = 126; BJ = 2,732 gr/cc; TL = 97,5C

    Kelarutan dalam 100 bagian air panas= 75,6

    Kelarutan dalam 100 bagian air dingin= 52

    b. Chemist

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    18/57

    8

    Dengan BaCl2bereaksi membentuk endapan kuning muda yang tidak

    larut dalam air tetapi larut dalam asam mineral encer.

    Reaksi: CrO42- + Ba2+ BaCrO4(s)

    Dengan AgNO3 membentuk endapan merah coklat yang larut

    dalam asam nitrat.

    Reaksi: CrO42- + 2Ag+ Ag2CrO4(s)

    Dengan Pb asetat membentuk endapan kuning yang tidak larut

    dalam asam asetat, tapi larut dalam HNO3.

    Reaksi: Pb2+ + CrO42- PbCrO4(s)

    II.5. Fungsi Reagen

    A.NaCl : untuk menstandarisasi larutan AgNO3

    B.AgNO3 : untuk menstandarisasi larutan NH4CNS dan untuk

    mengendapkan Cl-

    C.NH4CNS : untuk menitrasi sampel pada percobaan metode Volhard

    D.HNO3 : untuk memberikan suasana asam pada larutan

    sehingga mencegah hidrolisa garam ferri menjadi ferri

    hidroksida yang warnanya mengganggu pengamatan TAT

    E. K2CrO4 : sebagai indikator

    F. Dextrin : menjaga perak klorida dalam bentuk koloid

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    19/57

    9

    BAB III

    METODOLOGI PERCCOBAAN

    III.1. Bahan :

    1. Larutan NaCl 0,05 N

    2. Larutan AgNO3

    3. Larutan NH4CNS

    4. Larutan HNO3 6 N

    5. Larutan Ferri amonium sulfat

    6. Indikator K2CrO4 5%

    7. Indikator Fluoresein8. Dekstrin

    III.2. Alat :

    1. Buret, Statif, dan Klem 6. Kertas Saring

    2. Corong 7. Labu Takar

    3. Erlenmeyer 8. Pipet Volume

    4. Beaker Glass 9. Pipet Ukur

    5. Gelas Ukur 10.Pipet Tetes

    III.3. Gambar Alat

    Gambar 3.3.1 Alat-Alat Praktikum Argentometri

    III. 4 Keterangan Alat

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    20/57

    10

    1. Buret, Statif,dan Klem : Rangkaian Alat yang dalam proses titrasi

    2. Corong : Untuk Memindahkan zat ke tempat sempit

    3. Erlenmeyer : Tempat mereaksikan zat dengan titran

    4. Beaker Glass : Tempat mencampurkan zat

    5. Gelas Ukur : Tempat menentukan volume fluida

    6. Kertas Saring : Kertas untuk menyaring endapan setelah

    7. Labu Takar : Tempat untuk mengencerkan

    8. Pipet Volume : Untuk menggambil zat dengan suatu

    volume9. Pipet Ukur : Untuk mengukur volume larutan

    10. Pipet Tetes : Untuk mengambil sedikit cairan

    III. 5 Cara Kerja

    1. Standarisasi AgNO3dengan NaCl 0,05 N

    a. Ambil 10 ml larutan standar NaCl 0,05 N, masukkan dalam labu

    erlenmeyer.

    b. Tambahkan 0,4 ml K2CrO4

    c. Titrasi dengan AgNO3 sampai timbul warna merah pertama yang tak

    hilang pada pengocokan. Catat kebutuhan titran AgNO3.

    Perhitungan : N AgNO3 =V.NNaCl

    V.NAgNO 3

    2. Standarisasi larutan NH4CNS dengan AgNO3

    a. Ambil 10 ml larutan AgNO3yang sudah distandarisasi. Masukkan dalam

    erlenmeyer.b. Tambahkan 2 ml HNO3 6 N dan 0,4 ml Ferri amonium sulfat.

    c. Titrasi dengan NH4CNS sampai timbul warna merah kecoklatan

    pertama yang tak hilang pada pengocokan. Catat kebutuhan titran.

    Perhitungan : N NH4CNS =V.NNaCl

    V.N NH 4CNS

    3. Menetapkan kadar Cl- dengan metode Mohr

    a.Masukkan 10 ml larutan sampel ke dalam erlenmeyer.

    b.Tambahkan 0,4 ml K2CrO4

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    21/57

    11

    c.Titrasi dengan AgNO3 sampai timbul warna merah pertama yang tak

    hilang pada pengocokan. Catat kebutuhan titran AgNO3.

    Perhitungan : Cl (ppm) =V.NAgNO 3 .BM Cl

    1000

    v yang dititrasifp

    fp = faktor pengenceran

    4. Menetapkan kadar Cl- dengan metode Fajans

    a. Ambil 10 ml sampel dan masukkan dalam erlenmeyer.

    b. Tambahkan 10 tetes indikator fluoresein, atur pH 7-8, panaskan

    sampai 80C. (atau tambahkan dekstrin)

    c. Titrasi dengan AgNO3sampai timbul warna merah muda pertama yang

    tak hilang pada pengocokan. Catat kebutuhan titran.

    Perhitungan : Cl (ppm) = V.N AgNO 3 .BM Cl1000

    v yang dititrasifp

    fp = faktor pengenceran

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    22/57

    12

    BAB IV

    HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Hasil Percobaan

    Tabel 4.1.1 Tabel Hasil Standarisasi AgNO3

    Sampel Volume TAT Kadar

    AgNO3 11,7 ml 0,0462 N

    Tabel 4.1.2. Tabel Hasil Percobaan Analisa Argentometri

    Unsur Cl-pada

    Sampel

    Volume TAT Sampel Hasil % Error

    Sampel 1 2,3 ml 500 ppm 360,822 ppm 31,15 %

    Sampel 2 5,9 ml 500 ppm 967,659 ppm 44,24 %

    IV.2 Pembahasan

    IV.2.1. Kadar yang Ditemukan pada Sampel 1 Metode Mohr

    Adapun kadar normalitas dari AgNO3 yang kami peroleh

    berdasarkan perhitungan adalah sebesar 0,0462 N.Kadar yang kami peroleh menjadi lebih kecil dibandingkan

    kadar sampel sebenarnya disebabkan oleh beberapa faktor. Salah

    satunya ialah pemilihan indikator tidak didasarkan pada perubahan

    derajat keasaman (pH), tetapi didasarkan atas terbentuknya endapan.

    Agar terjadi endapan, syaratnya hasil kali ion-ionnya melampaui

    harga Ksp-nya. Sedangkan didalam praktiknya, konsentrasi

    indikator yang diperoleh adalah terlalu pekat sehingga

    mengakibatkan titik akhir titrasi mendahului titik ekuivalen, karena

    endapan perak kromat terjadi sebelum semua halogen (sampel)

    habis. Sedangkan menurut penelitian, konsentrasi yang sesuai

    adalah 1,4 x 10-2 M. itulah sebabnya mengapa kadar Cl- yang

    diperoleh sangat kecil karena yang terukur adalah endapan perak

    kromat dan bukan halogen itu sendiri. Selain itu suasana larutan

    harus dibuat senetral mungkin dengan menambahkan asam nitrat

    (bukan HCl) atau Natriun Karbonat, sesuai dengan kebutuhan.

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    23/57

    13

    Karena dalam suasana sampel yang asam akan menyebabkan

    perombakan Kalium Kromat menjadi bikromat sedangkan dalam

    suasana basa maka akan terjadi pengendapan hiddroksida dari perak

    yang sangat mengganggu.

    (http://biomedica.setiabudi.co.id/index.php)

    IV.II.2. Kadar yang Ditemukan pada Sampel 2 dengan Metode Fajans

    Pada sampel kedua, kami menganalisa kada Cl- dengan

    metode Fajans. Dari hasil rata-rata tiga percobaan, kami menemukan

    kadar Cl- sebesar 360,822 ppm, dengan persentase error 44,24 %.

    Hal ini dapat terjadi karena partikel-partikel koloid dan AgClbermuatan negatif, akibat adanya absorbsi ion Cl- dan sebelumnya

    larutan di titik ekuivalen. Partikel ini menarik ion-ion positif dari

    larutan untuk membentuk lapisan sekunder, yang lebih longgar

    keadaannya. Pada titik ekuivalen, AgCl mengental menjadi partikel-

    partikel kasar dan hal ini akan mengurangi permukaan yang tersedia

    untuk mengabsorbsi indikator, dimana dalam kasus ini ion-ion H-

    tidak dapat ditarik ke permukaan partikel bermuatan positif secara

    optimal.

    (Situs Kimia Indonesia, Metode Fajans)

    IV.II.3. Mekanisme Kerja Indikator Mohr

    Indikator yang digunakan untuk metode Mohr adalah K2CrO4

    yang pada titik akhir titrasi bereaksi dengan larutan titran

    membentukj endapan yang berwarna merah bata.

    Dengan reaksi : 2Ag+ + CrO42-> Ag2CrO4

    Perak kromat lebih mudah larut (sekitar 8,4 x 10-5

    mol/L)

    daripada perak klorida (sekitar 10-5 mol/L). jika ion-ion perak

    ditambahkan ke suatu muatan yang mengandung ion klorida dengan

    konsentrasi besar dan ion kromat dengan konsentrasi kecil, perak

    klorida akan mengendap terlebih dahulu. Perak kromat tidak

    terbentuk sebelum konsentrasi ion perak meningkat sampai ke nilai

    yang cukup besar untuk melebihi Ksp dari perak kromat.

    http://biomedica.setiabudi.co.id/index.phphttp://biomedica.setiabudi.co.id/index.php
  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    24/57

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    25/57

    15

    IV.II.5. Aplikasi Argentometri dalam Industri Kimia

    Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan

    AgNO3yaitu potensiometri, amperemetri, dan indikator kimia. Titik

    akhir potensiometri ditandai pada potensial elektroda perak yang

    dicelupkan ke dalam larutan analit. Titik akhir amperemetri

    melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara sepasang

    mikroelektrode perak dalam larutan analit. Mikroelektrode inilah

    yang sering dipakai dalam industry-industri.

    Aplikasi titrasi argentometri dengan metode Mohr banyak

    digunakan untuk menentukan kadar klorida dalam berbagai contoh

    air, missal air sungai, air laut, air sumur, air hasil pengolahanindustry sabun, dan sebagainya. Titrasi dengan metode Mohr

    dilakukan dengan kondisi pH kisaran 6,510 disebabkan karena ion

    kromat adalah basa konjugasi dari asam kromat. Jika pH dibawah 6,5

    maka ion kromat akan berprotonasi sehingga asam kromat akan

    mendominasi didalam larutan, akibatnya dalam larutan yang bersifat

    sangat asam konsentrasi ion kromat akan terlalu kecil untuk

    memungkinkan terjadinya endapan Ag2CrO4 sehingga hal ini akan

    berakibat sulitnya pendeteksian titik akhir titrasi.

    Sedangkan, untuk aplikasi argentometri dengan metode

    Volhard ini adalah penentuan konsentrasi halide. Kondisi titrasi

    dengan metode Volhard harus dijaga dalam kondisi asam karena jika

    larutan analit bersifat basa maka akan terbentuk endapan Fe(OH)3.

    Jika kondisi analit adalah basa atau netral maka sebaliknya titrasi

    dilakukan dengan metode Mohr atau metode Fajans.

    (Anonim, 2009)

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    26/57

    16

    BAB V

    PENUTUP

    V.I. KESIMPULAN

    1. Kadar yang ditemukan pada sampel 1 adalah 360,822 ppm

    dengan persentase error sebesar 31,15 %

    2. Kadar yang ditemukan pada sampel 2 adalah 967,659 ppm

    dengan persentase error sebesar 44,24 %

    3. Indikator Mohr bekerja dengan metode pengendapan bertingkat

    4. Indikator Fajans bekerja dengan prinsip adsorbsi ion

    5. Aplikasi argentometri antara lain untuk analisis klorida dalampenyulingan air, indikator sabun, dan lain-lain.

    V.II. SARAN

    1. Cuci semua alat laboratorium setelah selesai digunakan

    2. Pada saat menggunakan buret, keran dipegang dengan tangan

    kiri dan tangan kanan mengaduk Erlenmeyer

    3. Jangan meletakkan corong di atas dalam waktu lama jika tidak

    digunakan

    4. Hati-hati dalam menggunakan alat laboratorium terutama saat

    pencucian

    5. Lakukan pengadukan secara berkala selama titrasi berlangsung,

    karena secara local akan menyebabkan terjadinya kelebihan

    titran

    6. Pengaturan pH harus dilakukan dengan tepat agar tidak

    mengubah kesetimbangan konsentrasi larutan.

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    27/57

    17

    DAFTAR PUSTAKA

    Latif, Arul. 2012. Laporan Argentometri.http://www.arullatif.blogspot.com/

    Pharma Chetical. 2012. Laporan Argentometri.

    http://malapharmacheticalword.blogspot.com/.../argentometri_lapor

    an_03.html

    Perry, R.H. and C.H. Dikton. 1985. Chemical Engineering Hand Book 6 th

    edition. New York : Mc Graw Hill Book Co. Inc

    Situs Kimia Indonesia. 2012. Metode Fajans.http://www.chem-is-try.org

    Situs Kimia Indonesia. 2012. Metode Mohr.http://www.chem-is-try.org

    Underwood, A.L. and Day, R.A. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif 5

    th

    edition.Diterjemahkan oleh R. Soendoro. Jakarta : Erlangga

    Vogel, A.L. Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Makro.

    Diterjemahkan oleh Ir. Sutiono dan Dr. A. Hadyono Pudjaatmadja.

    Jakarta : Penerbit P.T. Kalmon Media Pustaka

    www.biomedika.setiabudi.ac.id/

    www.outreach.canterburyac.nz/chloride_mohr.pdf

    www.outreach.canterburyac.nz/chloride_volhard.pdf

    http://www.arullatif.blogspot.com/http://malapharmacheticalword.blogspot.com/.../argentometri_laporan_03.htmlhttp://www.chem-is-try.org/http://www.chem-is-try.org/http://www.biomedika.setiabudi.ac.id/http://www.outreach.canterburyac.nz/chloride_mohr.pdfhttp://www.outreach.canterburyac.nz/chloride_volhard.pdfhttp://www.outreach.canterburyac.nz/chloride_volhard.pdfhttp://www.outreach.canterburyac.nz/chloride_mohr.pdfhttp://www.biomedika.setiabudi.ac.id/http://www.chem-is-try.org/http://www.chem-is-try.org/http://malapharmacheticalword.blogspot.com/.../argentometri_laporan_03.htmlhttp://www.arullatif.blogspot.com/
  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    28/57

    18

    INTISARI

    Pengendapan merupakan metode yang sangat berharga dalam memisahkan

    suatu sampel menjadi komponen-komponennya. Reaksi pengendapan digunakan

    secara meluas dalam kimia analisis, khususnya argentometri dan gravimetri.

    Adapun tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar Ba2+di dalam sampel.

    Gravimetri merupakan bagian dari analisa kuantitatif yang berhubungan

    dengan pengukuran berat dengan memisahkan analit dari semua komponennya.

    Sehingga dapat ditentukan kadar dari suatu zat yang sedang diteliti. Tujuan

    percobaan gravimetri adalah menentukan kadar Ba2+. Salah satu persyaratan dalam

    metode gravimetri adalah pemisahan harus cukup sempurna.

    Analisa gravimetri dimulai dengan menimbang kertas whatman. Sampel

    tersebut ditambahkan H2SO40,1 N dan diaduk. Endapan BaSO4putih yang terbentuk

    disaring dengan kertas saring whatman. Cuci endapan dengan H2SO4 encer. Air

    cucian dijadikan satu dengan filtratnya untuk ditambahkan H2SO40,1 N. Lakukanpenyaringan dan pencucian hingga tidak terbentuk endapan lagi. Keringkanendapan dalam oven pada suhu sekitar 100-110oC kemudian timbang beratnya.

    Pada percobaan gravimetri, kami mendapatkan kadar Ba2+ dalam sampel

    sebesar 3841 ppm dengan persentase error sebesar 68,6 % (kadar asli 5600 ppm).

    Kadar yang kami peroleh menjadi lebih kecil disebabkan oleh pembentukan endapan

    yang tidak menimbulkan nukleasi, kemurnian endapan yang tidak baik, dan proses

    pemijaran berlebih.

    Akhirnya, hasil perhitungan dan pengukuran yang diperoleh berbeda cukup

    signifikan (lebih kecil) karena berbagai faktor ( 3 alasan ). Sebagai saran, praktikan

    sebaiknya memeriksa alat terlebih dahulu, apakah alat yang digunakan baik atau

    tidak. Perhatikan oven secara berkala. Lebih teliti dalam melakukan penyaringandan pencucian endapan agar faktor error dapat diminimalisir.

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    29/57

    19

    SUMMARY

    Precipitation is a valuable method in separate sample into its components.

    Precipitate reaction is used widely in analytical chemistry, especially in

    Argentometric and Gravimetric method. The goal point of this practice is to

    determine concentration of Ba2+in the sample.

    Gravimetric method is one of quantitative analysis which has relationship

    with weight measurement to separate analyte from all its component. So that, we can

    determine the concentration of the substance which is reasearched. The goal point of

    the experiment is determine the concentration of Ba2+. One of its term for

    gravimetric method is separation must be perfect enough.

    Gravimetric analysis is started with weighing Whatman paper. Added sample

    with H2SO4 0,1 N and stirred. White precipitate of BaSO4 which is form will be

    filtered with whatman paper. Wash the sediment with H2SO4aqueous. Washed water

    is combined with filtrate and added by H2SO4 then. Do the filtration and laundryrepeatedly until there are no precipitate again. Dry the sediment in the oven about100-110 oC then weigh its mass.

    In gravimetric experiment, we got the concentration of Ba2+ 3841 ppm in the

    sample with error percentation is 68,6 % (teoritical concentration 5600 ppm).

    Concentration which is found is smaller because the precipitate formation didnt

    emerge nucleation, the wicked purity of precipitation, and over warming.

    Finally, the result of calculation and measurement which is gotten is not

    significant enough because of various factors (3 reason). As suggestion, practicant

    should check the tools first, whether the tools is in good condition or not. Note at the

    oven temporally. More precise in doing filtration and washing precipitate so that

    error factors can be minimalized.

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    30/57

    20

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Pengendapan merupakan metode yang sangat berharga dalam

    memisahkan suatu sampel menjadi komponen-komponennya. Proses yang

    dilibatkan adalah proses dimana zat yang akan dipisahkan digunakan untuk

    membentuk suatu endapan padat. Reaksi pengendapan telah digunakan secara

    meluas dalam kimia analitis, khususnya dalam metode argentometri dan

    gravimetri. Gravimetri juga merupakan bagian dari analisa kuantitatif yang

    berhubungan dengan pengukuran berat dengan memisahkan analis dari semuakomponen lainnya sehingga dapat ditentukan kadar suatu zat. Di samping zat-

    zat anorganik, senyawa organik juga telah dianalisis dengan teknik

    gravimetri, sebagai contohnya penetapan kadar kolesterol dalam sereal dan

    laktosa dalam produk susu.

    I.2 Tujuan Percobaan

    Menentukan kadar Ba2+dalam sampel

    I.3 Manfaat Percobaan

    Dapat mengetahui kadar Ba2+ dalam suatu sampel dengan prosedur gravimetri.

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    31/57

    21

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Landasan Teori yang Mendukung

    Analisa gravimetri adalah suatu metode pengukuran berat dengan

    memisahkan analit dari semua komponen lainnya sehingga dapat ditentukan

    kadar suatu zat dengan menggunakan faktor gravimetri. Suatu analisa

    gravimetri biasanya berdasarkan reaksi:

    aA + bB AaBb

    Dengan ketentuan a adalah analit A bereaksi dengan b molekul B.

    Hasil AaBb biasanya merupakan zat dengan kelarutan kecil sehingga dapatditimbang dalam bentuk itu setelah dikeringkan atau dibakar menjadi

    senyawa lain yang susunannya diketahui dan kemudian ditimbang. Suatu

    pereaksi B ekses biasanya ditambahkan untuk menekan kelarutan endapan,

    contohnya pada penentuan Ca2+.

    Ca2++C2O42-CaC2O4

    CaC2O4 CaO + CO2+ CO

    Persyaratan yang harus dipenuhi dalam metode gravimetri adalah:

    A. Pada pemisahan harus cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang

    tidak mengendap secara analit tidak ditentukan.

    B. Zat yang ditimbang harus punya susunan tertentu dan harus murni.

    Jika tidak hasil tidak dapat diperoleh.

    II.2 Aplikasi Analisa Gravimetri

    Gravimetri dapat dilakukan terhadap zat-zat organik seperti

    penentuan kolesterol pada padi-padian. Selain itu analisa unsur dan senyawa

    organik biasanya juga dilakukan dengan cara ini. Misalnya C dalam senyawa

    organik dapat ditentukan dengan membakar sampel dalam oksigen dan

    menyerap CO2dan H2O yang dihasilkan pada absorpsi yang cocok. Tabung

    absorbsi ditimbang sebelum dan sesudah pembakaran untuk memperoleh CO2

    dan H2O yang dihasilkan.

    II.3 Keuntungan Gravimetri

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    32/57

    22

    Walaupun gravimetri telah digantikan dari segi rutinnya dengan

    instrumental, namun gravimetri sebenarnya lebih cepat dan teliti daripada

    instrumen yang perlu dikalibrasi. Alat pada umumnya memberikan hanya

    pengukuran relatif dan harus dikalibrasi atas dasar cara gravimetri atau

    titimetri klasik. Jika analit merupakan suatu konstata pertama (> 1%)

    ketelitian dari berbagai bagian perseribu dapat diharapkan, jika contoh tak

    terlalu kompleks. Jika analit minoritas kurang dari 1%, cara gravimetri

    biasanya tidak digunakan.

    II.4 Teori Kopresipitasi, Peptisasi, Post Presipitasi

    Kopresipitasi adalah proses membawa serta turun suatu zat yangbiasanya terlarut sewaktu pengendapan dari endapan yang dikehendaki.

    Misalkan ion nitrat pada pengendapan barium sulfat menyebabkan endapan

    mengandung barium nitrat sehingga dikatakan nitratnya mengalami

    kopresipitasi dengan sulfat atau akibat adsorpsi ion ketika proses

    pengendapan. Pada kejadian ini zat penyebab ketidakmurnian masuk ke

    dalam sisi kristal dan ion-ion yang terserap terseret ke bawah pada waktu

    koagulasi.

    Prosedur yang digunakan untuk mengurangi kopresipitasi:

    A. Cara penentuan 2 pereaksi ini dapat digunakan untuk mengendalikan

    konsentrasi zat pengatur dan muatan listrik yang dibawa oleh partikel

    primer endapan dalam dikendalikan dengan menggunakan pH yang

    sesuai.

    B. Pemuaian dengan gumpalan dan gelatin harus dengan larutan

    elektrolit dalam larutan pencuci untuk menghindari presipitasi.

    C. Pencemaran ini merupakan manfaat besar endapan kristalin, manfaat

    yang cukup besar bagi endapan bergumpal tetap tidak digunakan

    untuk gelatin.

    D. Pengendapan ulang apabila endapan dengan mudah dapat dilarutkan

    kembali terutama untuk oksidasi hidrolisi dan garam kristalin asam

    lemak.

    E. Pemisahan zat pengotor dapat dipisahkan/ sifat kimianya diubah

    dengan suatu pencuci sebelum endapan terbentuk.

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    33/57

    23

    Penggunaan persyaratan yang menuju ke partikel lebih besar, yaitu

    jika pengendapan cukup perlahan.

    II.5 Fisis dan Chemist Reagen

    H2SO4

    Fisis :

    Berat molekul = 98,08 gr/mol

    Berat jenis = 1,83 gr/cc

    Titik didih = 3400C

    Titik leleh = 10,440C

    Kelarutan dalam 100 bagian air dingin = 80 Kelarutan dalam 100 bagian air panas = 59

    Chemist :

    Merupakan asam kuat

    Jika ditambah basa membentuk garam dan air

    Dengan Pb2+membentuk PbSO42-

    Pb2++ SO4 PbSO4

    Dengan Ba2+membentuk BaSO42-

    Ba2++ SO4 BaSO4

    Fungsi : membentuk endapan BaSO4

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    34/57

    24

    BAB III

    METODOLOGI PERCOBAAN

    III.1 Bahan :

    1. H2SO40,1 N

    2. H2SO4sangat encer

    3. Aquadest

    III.2 Alat :

    1. Kertas saring Whatman

    2. Pengaduk3. Corong

    4. Beaker glass

    5. Gelas ukur

    6. Pipet tetes

    III.3 Gambar Alat :

    Gambar 3.3.2 Alat-Alat Praktikum Gravimetri

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    35/57

    25

    III.4 Keterangan Alat :

    1. Kertas saring Whatman : Menyaring endapan BaSo4

    2. Pengaduk : Mempermudah terjadinya reaksi

    3. Corong : Memindahkan fluida ke tempat lain

    4. Beaker glass : Tempat mencampurkan dan mereaksikan

    5. Gelas ukur : Menentukan volume fluida

    6. Pipet tetes : Mengambil fluida sedikit demi sedikit

    III.5 Cara Kerja :

    1. Menimbang kertas saring Whatman

    2. Ambil 10 ml sampel yang mengandung Ba

    2+

    (volume sampel yangdiambil untuk diendapkan tergantung konsentrasi sampel).

    3. Tambahkan H2SO40,1 N dan diaduk.

    4. Endapan BaSO4 putih yang terbentuk disaring dengan kertas saring

    Whatman yang diletakkan dalam corong. Tampung filtrat dalam beaker

    glass.

    5. Cuci endapan dengan H2SO4 sangat encer dan air cucian dijadikan satu

    dengan filtrat untuk kemudian ditambahkan H2SO40,1 N lagi

    6. Ulangi seperti langkah 4 dan 5 sampai penambahan H2SO4 tidak

    menimbulkan endapan lagi.

    7. Keringkan endapan dalam oven 100-110C tapi jangan sampai kertas

    saring hangus.

    8. Ditimbang berat kertas saring bersama endapan yang telah kering.

    Perhitungan : Ba2+(ppm) =(W2 W1).BMBa .1000

    BM BaSO 4 .V yang diambil

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    36/57

    26

    BAB IV

    HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Hasil Percobaan

    Tabel 4.1.2 Tabel Hasil Percobaan Analisa Gravimetri

    Berat kertas saring mula-mula (W1) 0,94 gram

    Berat kertas saring + endapan (W2) 0,97 gram

    Kadar Ba +yang ditemukan 3841,6 ppm

    Kadar Ba +asli 5600 ppm

    % error 68,6 %

    IV.2 Pembahasan

    Dengan menggunakan metode gravimetri untuk menentukan kadar

    Barium dalam sampel, kami mendapatkan kadar sampel lebih kecil dari kadar

    aslinya.

    Hal ini disebabkan oleh :

    a. Pembentukan Endapan

    Partikel hasil proses pengendapan ditentukan oleh proses nukleasi dan

    pembentukan nucleus. Dalam analisa gravimetri harus selalu diupayakan

    agar didapat endapan yang murni dan partikel-partikelnya cukup besar

    sehingga mudah disaring dan dicuci. Pembentukan partikel endapan

    terjadi dalam larutan lewat jenuh. Kation dan anion dalam larutan akan

    bertambah dengan nucleus-nukleus itu dan melekat dengan ikatan kimia.

    Namun, di dalam praktek tidak ditambahkan pereaksi sehingga tidak

    menimbulkan nukleasi atau inti-inti hablur sehingga partikel-partikelnya

    menjadi sangat kecil dan lolos dari saringan bersama dengan filtratnya.

    b. Kemurnian Endapan

    Setelah proses pengendapan, masalah berikut adalah bagaimana cara

    mendapatkan endapan semurni mungkin untuk mendapatkan hasil analisis

    seteliti mungkin. Ikut sertanya zat pengotor sangat mengganggu analisa

    gravimetri yang dilakukan. Pada proses pemurnian, dengan melakukan

    pencucian bukan hanya zat pengotor saja yang larut tetapi juga zat yang

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    37/57

    27

    dianalisis juga ikut larut, meskipun kelarutannya jauh lebih kecil. Dengan

    demikian, penggunaan penggunaan pencuci harus sedemikian kecil

    supaya kehilangan zat yang dianalisis masih dapat diabaikan, artinya

    masih lebih kecil daripada sensitivitas timbangan yang digunakan.

    c. Proses Pemijaran

    Pada proses pemijaran kadang terjadi pemanasan berlebih serta sifat

    zat yang diendapkan mudah menguap (volatile). Hal yang penting juga

    adalah adanya beberapa endapan yang mudah tereduksi oleh karbon bila

    disaring dengan kertas saring seperti perak klorida, sehingga harus

    disaring dengan cawan penyaring (berpori). Selain itu, dapat jugakelebihan pemijaran sehingga terjadi dekomposisi dan komposisi zat

    menjadi tidak menentu. Kesalah juga terjadi dari suatu endapan yang

    telah dipijarkan karena menimbang kertas dalam bentuk panas yang

    berlebih sehingga banyak massa yang terkikis walaupun telah

    menghindari penyerapan air dan karbondioksida selama pendinginan.

    (http://tinagkung.blogspot.com)

    IV.2.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Praktikum Gravimetri

    Di dalam praktikum gravimetri, ada banyak hal yang tak luput

    dari kesalahan praktikan. Namun, sangat disayangkan bagi kita

    bahwa pengetahuan mengenai kesalahan-kesalahan yang kami

    temukan dan harus diperhatikan :

    1. Komponen yang ditentukan harus dapat mengendap secara

    sempurna (sisa analit yang tertinggal dalam larutan harus cukup

    kecil, sehingga dapat diabaikan), endapan yang dihasilkan stabil

    dan sukar larut.

    2. Endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah

    dari larutan (dengan penyaring).

    3. Endapan yang ditimbang harus mempunyai susunan stoikiometri

    tertentu (dapat diubah menjadi system senyawa tertentu) dan

    harus bersifat murni dan dapat diasumsikan lebih lanjut.

    http://tinagkung.blogspot.com/http://tinagkung.blogspot.com/http://tinagkung.blogspot.com/
  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    38/57

    28

    4. Proses pemisahan endapan atau pengendapan analit dari

    komponen lainnya harus berlangsung secara sempurna.

    5. Endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat

    komposisinya dan memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, dan

    tidak bercampur dengan zat pengotor.

    Cara gravimetri pada dasarnya dapat dilakukan dengan cara-cara

    berikut.

    1. Gravimetri Cara Penguapan

    Misalnya untuk menentukan kadar air (air kristal, atau air yang

    ada dalam satu spesies)2. Gravimetri Elektrolisa

    Zat yang dianalisis ditempatkan pada sel elektrolisa, setelah

    dilakukan elektrolisa, maka endapan logam pada katoda dapat

    langsung ditimbang

    3. Gravimetri Metode Pengendapan

    Menggunakan pereaksi yang dapat menghasilkan endapan

    dengan zat yang dianalisa sehingga mudah untuk dipisahkan

    dengan cara penyaringan.

    IV.2.3. Analisis Barium selain Menggunakan Gravimetri

    1. Metode yang Sering Digunakan

    a. AAS Direct Aspiration Method

    Range konsentrasi optimal untuk menganalisa Barium dengan

    AAS (Atomic Adsorbtion Spectrophotometry). Direct

    Aspiration Method, menggunakan panjang gelombang 553,6

    nm adlah 1-20 mg/L, dengan sensitivitas 0,4 mg/L dan batas

    deteksi 0,03 mg/L (US EPA, 1979)

    b. AAS-Teknik Furnace

    Untuk konsentrasi Barium (0,2 mg/L). Range konsentrasi

    optimal untuk menganalisa Barium dengan teknik furnace

    adalah 10-200 /, batas deteksi 2 /. The Association of

    Official Analytical Chemistry (AOAC, 1984) menggunakan

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    39/57

    29

    spektrofotografi emisi 4 untuk menghitung konsentrasi Barium

    dalam jaringan tanaman.

    2. Metode yang Digunakan untuk Penerapan Khususa. Spektro Massa

    Karena mahal dan kurang tersedianya sampel,

    spektrofotometri massa bukanlah metode yang sering

    digunakan untuk menganalisa barium atau unsure lainnya.

    Tetapi sampel barium yang berbentuk aqueous dimurnikan

    dengan pertukaran ion dapat dianalisis dengan metode ini.

    (Bacon and Edmand, 1972)b. X-ray Fluoressein Spectrofotometry

    Teknik ini telah digunakan untuk menentukan konsentrasi

    barium dalam jaringan manusia (Forssen & Erametsa, 1974)

    dan dalam sedimen sungai (Tsai et al, 1978)

    c. Neutron Activation Analysis

    Aktivasi neutron dapat digunakan untuk berbagai unsur.

    Teknik ini telah digunakan untuk menentukan kadar barium

    dalam lumpur (Nadkarni & Marission, 1947) dalam sedimen

    laut (Show et al, 1928) dan jaringan biologi (Heffron et al,

    1932).

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    40/57

    30

    BAB V

    PENUTUP

    V.I. KESIMPULAN

    1. Berat Ba2+yang ditemukan dalam sampel adalah 17652 ppm

    dengan persentase error sebesar 68,6 %

    2. Kadar dalam sampel yang ditemukan lebih kecil dari sebenarnya

    karena faktor kesalahan penegndapan, pemurnian, dan pemijaran

    3. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam praktikum gravimetri antara

    lain komponen endapan yang terbentuk dan endapan yang ditimbang

    4. Penentuan Ba

    2+

    selain gravimetri adalah metode AAS DirectAspiration Method dan AASTeknik Furnace

    5. Metode yang digunakan untuk penerapan khusus adalah spektro

    massa, X-ray Fluoressein Spectrofotometry dan Neutron Activation

    Analysis.

    V.II. SARAN

    1. Amati oven agar tidak terkena faktor kesalahan eksternal

    2. Cuci semua alat laboratorium setelah dipakai

    3. Lebih teliti dalam penambahan kadar H2SO4hingga endapannya

    hilang pada saat penyaringan

    4. Pada penambahan H2SO4encer secara berkala, sebaiknya

    diperhatikan volume yang akan diteteskan, sebab akan memakan

    waktu banyak dalam analisa jika endapan terlalu banyak untuk

    dihilangkan

    5. Gunakanlah pereaksi yang dapat menghasilkan endapan dengan zat

    yang dianalisa sehingga mudah untuk dipisahkan dengan cara

    penyaringan

    6. Amatilah endapan secara simultan, sehingga kita dapat mengetahui

    komposisi dan menghasilkan kemurnian tinggi.

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    41/57

    31

    DAFTAR PUSTAKA

    Chemister, Lenny. 2012. Makalah Kimia Analitik.

    http://www.slideshare.net/lennychemister/makalah-kimia-

    analitik.html

    Manurung, Brean. 2011. Gravimetri.

    http://breanmanurung.files.wordpress.com/2011/

    Perry, R.H. and C.H. Dikton. 1985. Chemical Engineering Hand Book 6 th

    edition. New York : McGraw Hill Book Co. Inc

    Underwood, A.L. and Day R.A. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif 5thedition.

    Diterjemahkan oleh R. Soendoro. Jakarta : ErlanggaVogel, A.L. Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro.

    Diterjemahkan oleh Ir. Sutiono dan Dr. A. Hadyono Pudjaatmadja. Jakarta :

    Penerbit P.T. Kalman Media Pustaka

    www.tinangkung.blogspot.com/2004/04/analisis_gravimetri.html

    www.wikipedia.org/gravimetric_analysis.html

    http://www.slideshare.net/lennychemister/makalah-kimia-analitik.htmlhttp://breanmanurung.files.wordpress.com/2011/http://www.tinangkung.blogspot.com/2004/04/analisis_gravimetri.htmlhttp://www.wikipedia.org/gravimetric_analysis.htmlhttp://www.wikipedia.org/gravimetric_analysis.htmlhttp://www.tinangkung.blogspot.com/2004/04/analisis_gravimetri.htmlhttp://breanmanurung.files.wordpress.com/2011/http://www.slideshare.net/lennychemister/makalah-kimia-analitik.html
  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    42/57

    A-1

    LEMBAR PERHITUNGAN ARGENTOMETRI

    Hasil pengamatan dan perhitungan standarisasi AgNO3dengan NaCl 0,05 N

    Perhitungan : N AgNO3=.

    .3

    =10 .0,05

    10,8

    = 0,0462 N

    Hasil perhitungan Cl-dengan metode Mohr

    Perhitungan : Cl-(ppm) = .3. .1000

    =2,20,046235,5.1000

    10

    = 360,822 ppm

    Hasil perhitungan Cl-dengan metode Fajans

    Perhitungan : Cl-(ppm) = .3. .1000

    =5,90,046235,5.1000

    10

    = 967,659 ppm

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    43/57

    A-2

    LEMBAR PERHITUNGAN GRAVIMETRI

    Hasil perhitungan Ba2+dengan metode gravimetri

    Perhitungan : Ba2+(ppm) =21 .1000

    4.

    =0,970,94.137,34.1000

    233,4.10

    = 3841,6 ppm

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    44/57

    B-1

    LAPORAN SEMENTARA

    PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I

    Materi :

    Argento

    Gravimetri

    NAMA : JOE EPRIDOENA SINULINGGA NIM : 21030113130118

    GROUP : VII/ SELASA SIANG

    REKAN KERJA : 1. GIKA PUTRI ARIANI

    2. NAUFAL RILANDA

    LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA I

    TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG

    2013

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    45/57

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    46/57

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    47/57

    B-3

    D. HASIL PERCOBAAN

    ARGENTOMETRI

    1. Volume TAT AgNO3= 11,7 ml

    Perhitungan : N AgNO3 =

    3

    =10 .0,05

    11,7

    = 0,0427 N

    2. Kadar Cl- dengan metode Mohr

    Perhitungan : Cl-(ppm) =3 1000

    =2,3 0,0462 35,5 1000

    10

    = 377,223 ppm

    3. Kadar Cl-dengan metode Fajans

    Perhitungan : Cl- (ppm) =3 1000

    =5,9 0,0462 35,5 1000

    10

    = 967,659 ppm

    4. % Error

    a. Kadar Cl-dengan metode Mohr

    % error =

    100 %

    =500377,223

    500 100 %

    = 31,15 %

    b. Kadar Cl-dengan metode Fajans

    % error =

    100 %

    =967,659 500

    500 100 %

    = 44,24 %

    GRAVIMETRI

    Perhitungan : Ba2+(ppm) =21 1000

    4

    =0,970,94137,34 1000

    233,4 10

    = 1762,2 ppm

    I. % Error

    % error =

    100 %

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    48/57

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    49/57

    C-1

    REFERENSI

    MAKALAH REVIEW

    KONSENTRASI INDIKATOR TERKONTROL PADA ARGENTOMETRI MOHR

    CONTROLLED INDICATOR CONCENTRATION ON ARGENTOMETRY MOHR

    Soebiyanto1; Nur Hidayati

    2; Dewi Sulistyawati

    3

    1,2,3Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Setia Budi Surakarta

    Jl. Let. Jend. Sutoyo, Mojosongo, Surakarta 57127

    ABSTRAKSebagian ahli kimia, masih ragu-ragu untuk melakukan analisis secara volumetri. Salahsatu alasannya adalah karena analisis secara volumetri memberikan kontribusi yangbesar terhadap kesalahan analisis. Alasan tersebut tidak sepenuhnya benar karenakeberhasilan suatu analisis tidak hanya ditentukan oleh ketepatan dalam memilih

    metode, namun lebih ditentukan oleh peneliti dalam memahami prinsip analisisnya.Dalam buku standar analisis bahan pangan dan minyak (AOAC) dekade sembilanpuluhan masih mencantumkan beberapa analisis volumetri, sebagai metode standaranalisis bahan pangan. Di dalam makalah ini akan dibahas bagaimana cara konsentrasiindikator terkontrol harus dilakukan, agar analisis volumetri khususnya analisis

    Argentometri diperoleh hasil yang terbaik atau kesalahan analisis dapat diperkecil.

    Kata kunci : argentometri, indikator.

    ABSTRACT

    Some of chemist arent sure with volumetric analysis, because the result has a largermistake. This reason was not exactly true . The analysis result not only depending themethod but also how did the chemist know and do it. On ninety decade, AOAC stillrecommended volumetric analysis for some determination. This paper try to explainedhow we can adjust concentration indicator, specially base on argentometric so the errorcan minimize.

    Key words: argentometric, indicator

    PENDAHULUAN

    Pada proses titrasi , pereaksi ditambahkan secara bertetes- tetes ke dalamanalit, biasanya menggunakan buret. Pereaksi adalah larutan standar yangkonsentrasinya telah diketahui dengan pasti dengan cara distandarisasi.

    Penambahan pereaksi dilakukan terus menerus hingga teracapai ekivalen antarapereaksi dan analit, keadaan ini disebut titik ekivalen. Agar dapat mengetahui kapanterjadinya ekivalen antara pereaksi dan analit, para kimiawan menambahakan zatkimia yang dinamakan indikator. Indikator akan memberikan tanggap berupaperubahan warna larutan, terbentuknya endapan, atau terbentuknya senyawakompleks berwama. Saat terjadinya tanggap tersebut disebut titik akhir titrasi.

    Diharapkan indikator memberikan tanggap tepat pada saat terjadinya ekivalen antara

    pereaksi dan analit, dengan kata lain diharapkan titik akhir titrasi terjadi sedekat

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    50/57

    C-2

    mungkin dengan titik ekivalen. Namun pada kenyataannya titik akhir titrasi selalubergeser dari titik ekivalen atau terjadi kesalahan titrasi. Kesalahan titrasi dapatdisebabkan oleh kesalahan pada pemilihan indikator, konsentrasi indikator yang tidak

    sesuai dan karena kurang teliti dalam pengamatan (Day dan Underwood: 1994).Menurut Khopkar (1990), kesulitan yang terjadi pada titrasi pengendapan adalahsulitnya memilih indikator yang sesuai, sehingga kesalahan titrasi bisa diperkecil.

    Pada tahun 1885 Mohr menemukan salah satu titrasi pengendapan yangselanjutnya disebut sebagai metoda Mohr. Pada titrasi tersebut larutan standar yangdigunakan adalah perak nitrat. Larutan analit pada umumnya adalah halogen.Indikator yang digunakan adalah kalium kromat. Prinsip dari titrasinya adalah, mula-mula penambahan larutan standar akan menyebabkan terjadinya endapan perakdengan halogen. Setelah semua halogen mengendap maka, sedikit kelebihan larutanstandar akan menyebabkan terjadinya reaksi terhadap indikator sehingga terbentukendapan merah bata dari perak kromat (Vogel, 1958). Karena terbentuknya endapanmendasarkan pada harga konstanta hasil kali kelarutan (KSP), biasanya kesulitanterjadi pada pemilihan konsentrasi dari indikator. Konsentrasi indikator harus diatursehingga perkalian konsentrasi dari ion kromat dengan konsentrasi kuadarat kationperak saat titik ikivalen sedikit lebih besar dari harga KSPnya. Bila konsentrasiindikator terlalu besar maka titik akhir titrasi terjadi sebelum titik ekivalen. Sebaliknyabila indikator terlalu encer titik akhir titrasi terjadi setelah titik ekivalen. Oleh karenaitu harus diusahakan agar titik akhir titrasi terjadi bersamaan atau sedekat mungkindengan titik ekivalen dengan cara mengatur konsentrasi dari indikatornya.

    Pada makalah ini akan dikaji berapakah konsentrasi indikator yang terbaiksupaya kesalahan titrasi menjadi yang terkecil (konsentrasi indikator terkontrol).Makalah ini perlu disampaikan untuk memberikan beberapa teknik yang harusdilakukan agar kesalahan analisis secara volumetri dapat diperkecil, sehingga tiadakeraguan lagi tentang keabsahannya.

    STUDI PUSTAKA

    Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakanendapan atau garam sukar larut (Khopkar, 1990). Pengendapan yang terjadi haruscepat mencapai kestimbangan pada setiap penambahan titran, dan tidak terjadi

    pengotoran endapan. Titrasi pengendapan banyak digunakan pada penentuan Cl-, Br

    -,

    dan I-. Ion-ion tersebut bereaksi dengan perak nitrat membentuk endapan garam.

    Karena standar yang dipakai adalah perak nitrat (argentum nitrat) maka titrasinyadisebut titrasi argentometri. Beberapa ahli kimia sudah jarang menggunakan metodatersebut, alasan utamanya adalah sulitmya memperoleh indikator yang sesuai untuk

    mengetahui titik akhir pengendapan (Khopkar, 1990). Titik akhir pengendapan dapatdiketahui dengan menambahkan indikator kalium kromat (pembentukan endapanberwarna), besi (III) nitrat (pembentukan senyawa kompleks berwarna), ataupenambahan indikator fluoresein (indikator adsorbsi).

    a. Titrasi Pengendapan Mohr.

    Pada tahun 1885 Mohr menemukan salah satu bentuk titrasi pengendapan. Titrasitersebut pada umumnya digunakan untuk menentukan konsentrasi dari klorida danbromida (halogen). Proses titrasinya menggunakan larutan standar perak nitrat, dan

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    51/57

    C-3

    Proses pembentukan endapan terjadi secara bertingkat (fraksional), mula-mulaterbentuk endapan perak klorida dan kemudian perak kromat. Garam perak klorida

    memiliki konstanta hasil kali kelarutan (KSP) sebesar 1,2 X 10-10

    dan garam perak

    kromat adalah 1,7 X 10-12

    . Di dalam praktek konsentrasi perak nitrat yang digunakanadalah 0,1 N yang dititrasikan pada larutan sampel dari halogen dan penambahan

    indikator kalium kromat beberapa mili liter. Perak nitrat adalah garam yang lebih sulitlarut sehingga endapannya akan terjadi lebih awal, baru kemudian endapan perakkromat. Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut :

    Ag+ + C1

    - AgCI (s) (awal titrasi ) 1)

    2 Ag + CrO4- Ag2CrO4(s) (akhir titrasi) .... 2)

    Endapan perak klorida dan endapan perak kromat akan terjadi bila harga KSP nya

    terlampaui.

    Pada saat terjadi titik ekivalen, maka konsentrasi ion perak akan sama dengankonsentrasi ion klorida. Menurut Vogel (1958) konsentrasi ion perak pada saat ekivalen

    adalah 1,1 X 10-5

    M. Pada konsentrasi tersebut, maka secara teoritis konsentrasi kalium

    kromat untuk membentuk endapan dapat dihitung. Pada prakteknya konsentrai indikatoryang digunakan cenderung lebih encer. Kelemahan penggunaan indikator yang encertersebut adalah terjadinya kesalahan titrasi, dalam hal ini akan terjadi titik akhir titrasiterjadi setelah titik ekivalen, artinya dalam melakukan titrasi tersebut telah terjadikelebihan titran, yang menyebabkan konsentrasi analit yang diteliti menjadi lebih besardari yang sebenarnya.

    b. Syarat-Syarat Titrasi Mohr.

    Proses titrasi pengendapan secara Mohr harus dilakukan pada larutan yang netral. Biladilakukan pada larutan yang bersifat asam, maka akan terjadi penguraian ion kromatmenjadi ion dikromat. Penguraian tersebut dapat mengurangi konsentrasi indikatorkalium kromat dan menyebabkan larutan menjadi berwarna jingga. Bila larutan bersifatbasa, maka akan terjadi pengendapan perak hidroksida. Dua reaksi samping tersebuttidak dikehendaki, oleh karena itu sebelum titrasi berlangsung harus dilakukanpengecekan terhadap keasaman larutan. Bila larutan asam maka dapat ditambahkannatrium karbonat bertetes-tetes hingga netral. Sebaliknya bila larutan basa ditambahkanasam nitrat bertetes-tetes hingga netral. Penambahan kalsium karbonat juga disarankankarena beberapa garam klorida dapat terhidrolisa pada larutan yang bersifat asam.

    ULASAN

    Tidak ada satupun metode analisis yang bebas dari kesalahan, bahkan untukanalisis yang menggunakan alat-alat modern sekalipun kesalahan tetap terjadi. Padaanalisis secara intrumental, kesalahan dapat terjadi pada pembuatan larutan standar.

    Karena larutan standar yang dibuat sangat encer (dalam bagian perjuta), bahkan lebihencer lagi maka biasanya dilakukan dengan pengenceran berulang-ulang ataupengenceran dengan jumlah volume pengambilan yang sangat kecil. Kedua-duanyamemberikan andil kesalahan yang sulit dihindari oleh peneliti. Sebagai contoh padapengguanaan alat FTIR, sampel yang sama dilakukan analisis oleh orang yang samaternyata spektrum yang dihasilkan jauh berbeda. Demikian pula penggunaan HPLC,sampel yang diinjeksikan oleh orang yang sama hasilnya berbeda. Kejadian semacamini dapat terjadi pada alat-alat yang lain. Harus diakui bahwa dalam analisis volumetri

    juga selalu terjadi kesalahan-kesalahan, misalnya betapa sulitnya menentukan warna

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    52/57

    C-4

    merah akhir titrasi netralisasi (merahnya seperti apa?), tidak ada indikator yang memilikitrayek pH yang sesuai dengan yang diinginkan (biasanya yang digunakan yang trayekpH nya mendekati) dan kesalahan yang lain. Tapi ini tidak berarti bahwa analisisvolumetri harus ditinggalkan, apalagi jika alasannya hanya karena alatnya tidak modern.Jika diamati dalam buku standar analisis bahan pangan dan minyak (AOAC), masih

    banyak ditemukan analisis secara volumetri (misalnya peroksida, protein dll). Salah satupertimbangannya adalah karena penggunaan alat modern, kesalahan yang tedadi justrusemakin besar.

    1. Cara memperkecil kesalahan

    Tantangan yang dihadapi bagi pengguna analisis volumetri adalah meminimalkankesalahan titrasi. Beberapa diantaranya adalah memilih indikator yang benar-benarmemiliki trayek pH yang terdekat, meskipun kadang- kadang harganya mahal dan sulitdicari. Teliti dalam pembuatan larutan standar, yang dapat dilakukan adalah membuatlarutan dalam jumlah besar (liter) sehingga bahan yang ditimbang banyak (menghindarikesalahan penimbangan) dan menghindari pengenceran bertingkat. Gunakan ukuranburet yang sesuai dengan keperluan, bila uji pendahuluan menunjukkan volume titrasi

    yang kecil, lebih baik digunakan buret mikro. Pada kondisi tertentu, penggunaan larutanblanko sangat disarankan untuk mengurangi kesalahan oleh zat pengotor.

    2. Indikator pada Analisis ArgentometriPada analisis secara argentometri pemilihan indikator tidak didasarkan oleh perubahanderajat keasaman( pH), tetapi didasarkan atas terbentuknya endapan. Supaya terjadiendapan syaratnya adalah hasil kali ion-ionnya melampaui harga KSP nya. Oleh karenaitu dalam analisis argentometri, pemilihan konsentrasi indikator sangat penting (dalamasidi alkalimetri konsentrasi indikator tidak penting). Konsentrasi indikator yang terlalupekat menyebabkan titik akhir titrasi mendahului titik ekivalen, karena endapan perakkromat terjadi sebelum semua halogen (sampel) habis. Demikian sebaliknya bilakonsentrasi indikator terlalu encer. Permasalahannya adalah berapa konsentrasi yang

    terbaik? Dari hasil perhitungan konsentrasi yang sesuai adalah 1,4 x 10-2

    M. Hasil ini

    diperoleh dari perhitungan sebagai berikut :Pada saat ekivalen, maka konsentrasi ion perak sama dengan konsentrasi ion klorida,

    yaitu :

    [ Ag+] X [Cl

    -] = KSP AgCI = 1,2 10

    -10

    Bila dihitung, maka konsentrasi [Ag ] = 1,1 x 1M

    [A g+]2X [CrO4

    =] = KSP Ag2CrO4= 1,7 X 10

    -12

    3)

    4)

    Konsentrasi ion kromat yang diperlukan supaya perak nitrat mengendap saat ekivalen

    adalah:

    [CrO4-2

    ]KSP Ag2CrO4 ..................... 5)

    =

    [Ag+]2

    Bila hasil ion Ag dari pers 4), dimasukkan pada pers. 5) maka akan diperoleh

    konsentrasi kalium kromat sebesar 1,4 x 10-2

    M.Pada konsentrasi indikator (kalium kromat) tersebut masih akan terjadi kesalahankarena saat indikator ditambahakan akan terjadi pengenceran oleh volume sampel,sehingga konsentrasinya menjadi lebih encer. Akibatnya titik akhir terjadi setelah titikekivalen atau terjadi kelebihan titran. Supaya kesalahan ini dapat diperkecil makadiperlukan modifikasi konsentrasi indikator (konsentrasi indikator terkontrol). Caranya

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    53/57

    C-5

    adalah konsentrasinya dipekatkan 10 kalinya, yaitu 1,4 x 10-1

    M, tetapi harus diikutidengan pengenceran sepuluh kalinya supaya konsentrasi akhirnya kembali semula. Halini dapat terjadi bila kita mengambil sejumlah tertentu volume indikator dan sejumlahtertentu volume sampel.

    Perhitungan yang paling sederhana adalah mengambil 1 mL indikator dan

    menambahkan sebanyak 9 mL volume sampel sehingga terjadi pengenceran sebanyaksepuluh kali. Angka angka tersebut dapat diubah sesuai dengan hasil uji pendahuluan .Bila volume titran dirasa terlalu besar maka pengambilan sampel dapat diperkecil,demikian pula indikatornya. Dengan cara ini (konsentrasi indikator terkontrol) makakesalahan analisis argentometri dapat dikurangi, karena selalu dikondisikan konsentrasi

    indikator sebesar 1.4 x 10-2

    M.Selain mengatur konsentrasu indikator, ketelitian titrasi argentometri secara Mohr

    juga dipengaruhi oleh derajad keasaman dari larutan sampel. Bila sampel terlalu asamakan menyebabkan perombakan kalium kromat menjadi bikromat yang berwarna jingga.Bila terlalu basa maka akan terjadi pengendapan hidroksida dari perak. Kedua keadaantersebut akan berpengaruh terhadap volume titrasi (kadar). Oleh karena itu larutanharus dibuat menjadi netral dengan menambahakan asam nitrat (bukan HCI) atau

    natrium karbonat,sesuai dengan kebutuhan.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diambil kesimpulan :

    1. Konsentrasi indikator yang terbaik adalah 1,4 x 10-2

    M (konsentrasi setelah peng-enceran), gunakan teknik konsentrasi indikator terkontrol untuk mengurangikesalahan analisis.

    2. Analisis secara Volumetri tidak perlu diragukan kebenarannya (keabsahannya), biladilakukan dengan teknik yang benar.

    3. Konsentrasi indikator (K2CrO4) sangat berpengaruh terhadap ketelitian analisissecara argentometri.

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    54/57

    C-6

    dapat disebabkan oleh kesalahan pada pemilihan indikator, konsentrasi indikator yangtidak sesuai dan karena kurang teliti dalam pengamatan (Day dan Underwood: 1994).Menurut Khopkar (1990), kesulitan yang terjadi pada titrasi pengendapan adalahsulitnya memilih indikator yang sesuai, sehingga kesalahan titrasi bisa diperkecil.

    Pada tahun 1885 Mohr menemukan salah satu titrasi pengendapan yang

    selanjutnya disebut sebagai metoda Mohr. Pada titrasi tersebut larutan standar yangdigunakan adalah perak nitrat. Larutan analit pada umumnya adalah halogen.Indikator yang digunakan adalah kalium kromat. Prinsip dari titrasinya adalah, mula-mula penambahan larutan standar akan menyebabkan terjadinya endapan perakdengan halogen. Setelah semua halogen mengendap maka, sedikit kelebihan larutanstandar akan menyebabkan terjadinya reaksi terhadap indikator sehingga terbentukendapan merah bata dari perak kromat (Vogel, 1958). Karena terbentuknya endapanmendasarkan pada harga konstanta hasil kali kelarutan (KSP), biasanya kesulitanterjadi pada pemilihan konsentrasi dari indikator. Konsentrasi indikator harus diatursehingga perkalian konsentrasi dari ion kromat dengan konsentrasi kuadarat kationperak saat titik ikivalen sedikit lebih besar dari harga KSPnya. Bila konsentrasiindikator terlalu besar maka titik akhir titrasi terjadi sebelum titik ekivalen. Sebaliknya

    bila indikator terlalu encer titik akhir titrasi terjadi setelah titik ekivalen. Oleh karenaitu harus diusahakan agar titik akhir titrasi terjadi bersamaan atau sedekat mungkindengan titik ekivalen dengan cara mengatur konsentrasi dari indikatornya.

    Pada makalah ini akan dikaji berapakah konsentrasi indikator yang terbaiksupaya kesalahan titrasi menjadi yang terkecil (konsentrasi indikator terkontrol).Makalah ini perlu disampaikan untuk memberikan beberapa teknik yang harusdilakukan agar kesalahan analisis secara volumetri dapat diperkecil, sehingga tiadakeraguan lagi tentang keabsahannya.

    STUDI PUSTAKA

    Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakanendapan atau garam sukar larut (Khopkar, 1990). Pengendapan yang terjadi haruscepat mencapai kestimbangan pada setiap penambahan titran, dan tidak terjadi

    pengotoran endapan. Titrasi pengendapan banyak digunakan pada penentuan Cl-, Br

    -,

    dan I-. Ion-ion tersebut bereaksi dengan perak nitrat membentuk endapan garam.

    Karena standar yang dipakai adalah perak nitrat (argentum nitrat) maka titrasinyadisebut titrasi argentometri. Beberapa ahli kimia sudah jarang menggunakan metodatersebut, alasan utamanya adalah sulitmya memperoleh indikator yang sesuai untukmengetahui titik akhir pengendapan (Khopkar, 1990). Titik akhir pengendapan dapatdiketahui dengan menambahkan indikator kalium kromat (pembentukan endapanberwarna), besi (III) nitrat (pembentukan senyawa kompleks berwarna), ataupenambahan indikator fluoresein (indikator adsorbsi).

    a. Titrasi Pengendapan Mohr.

    Pada tahun 1885 Mohr menemukan salah satu bentuk titrasi pengendapan. Titrasitersebut pada umumnya digunakan untuk menentukan konsentrasi dari klorida danbromida (halogen). Proses titrasinya menggunakan larutan standar perak nitrat, danindikator kalium kromat. Pada akhir titrasi akan terbentuk endapan merah bata dariperak kromat.

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    55/57

    C-7

    Proses pembentukan endapan terjadi secara bertingkat (fraksional), mula-mulaterbentuk endapan perak klorida dan kemudian perak kromat. Garam perak klorida

    memiliki konstanta hasil kali kelarutan (KSP) sebesar 1,2 X 10-10

    dan garam perak

    kromat adalah 1,7 X 10-12

    . Di dalam praktek konsentrasi perak nitrat yang digunakanadalah 0,1 N yang dititrasikan pada larutan sampel dari halogen dan penambahan

    indikator kalium kromat beberapa mili liter. Perak nitrat adalah garam yang lebih sulitlarut sehingga endapannya akan terjadi lebih awal, baru kemudian endapan perakkromat. Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut :

    Ag+ + C1

    - AgCI (s) (awal titrasi ) 1)

    2 Ag + CrO4- Ag2CrO4(s) (akhir titrasi) .... 2)

    Endapan perak klorida dan endapan perak kromat akan terjadi bila harga KSP nya

    terlampaui.

    Pada saat terjadi titik ekivalen, maka konsentrasi ion perak akan sama dengankonsentrasi ion klorida. Menurut Vogel (1958) konsentrasi ion perak pada saat ekivalen

    adalah 1,1 X 10-5

    M. Pada konsentrasi tersebut, maka secara teoritis konsentrasi kalium

    kromat untuk membentuk endapan dapat dihitung. Pada prakteknya konsentrai indikatoryang digunakan cenderung lebih encer. Kelemahan penggunaan indikator yang encertersebut adalah terjadinya kesalahan titrasi, dalam hal ini akan terjadi titik akhir titrasiterjadi setelah titik ekivalen, artinya dalam melakukan titrasi tersebut telah terjadikelebihan titran, yang menyebabkan konsentrasi analit yang diteliti menjadi lebih besardari yang sebenarnya.

    c. Syarat-Syarat Titrasi Mohr.

    Proses titrasi pengendapan secara Mohr harus dilakukan pada larutan yang netral. Biladilakukan pada larutan yang bersifat asam, maka akan terjadi penguraian ion kromatmenjadi ion dikromat. Penguraian tersebut dapat mengurangi konsentrasi indikatorkalium kromat dan menyebabkan larutan menjadi berwarna jingga. Bila larutan bersifatbasa, maka akan terjadi pengendapan perak hidroksida. Dua reaksi samping tersebuttidak dikehendaki, oleh karena itu sebelum titrasi berlangsung harus dilakukanpengecekan terhadap keasaman larutan. Bila larutan asam maka dapat ditambahkannatrium karbonat bertetes-tetes hingga netral. Sebaliknya bila larutan basa ditambahkanasam nitrat bertetes-tetes hingga netral. Penambahan kalsium karbonat juga disarankankarena beberapa garam klorida dapat terhidrolisa pada larutan yang bersifat asam.

    ULASAN

    Tidak ada satupun metode analisis yang bebas dari kesalahan, bahkan untukanalisis yang menggunakan alat-alat modern sekalipun kesalahan tetap terjadi. Padaanalisis secara intrumental, kesalahan dapat terjadi pada pembuatan larutan standar.

    Karena larutan standar yang dibuat sangat encer (dalam bagian perjuta), bahkan lebihencer lagi maka biasanya dilakukan dengan pengenceran berulang-ulang ataupengenceran dengan jumlah volume pengambilan yang sangat kecil. Kedua-duanyamemberikan andil kesalahan yang sulit dihindari oleh peneliti. Sebagai contoh padapengguanaan alat FTIR, sampel yang sama dilakukan analisis oleh orang yang samaternyata spektrum yang dihasilkan jauh berbeda. Demikian pula penggunaan HPLC,sampel yang diinjeksikan oleh orang yang sama hasilnya berbeda. Kejadian semacamini dapat terjadi pada alat-alat yang lain. Harus diakui bahwa dalam analisis volumetri

    juga selalu terjadi kesalahan-kesalahan, misalnya betapa sulitnya menentukan warna

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    56/57

    C-8

    merah akhir titrasi netralisasi (merahnya seperti apa?), tidak ada indikator yang memilikitrayek pH yang sesuai dengan yang diinginkan (biasanya yang digunakan yang trayekpH nya mendekati) dan kesalahan yang lain. Tapi ini tidak berarti bahwa analisisvolumetri harus ditinggalkan, apalagi jika alasannya hanya karena alatnya tidak modern.Jika diamati dalam buku standar analisis bahan pangan dan minyak (AOAC), masih

    banyak ditemukan analisis secara volumetri (misalnya peroksida, protein dll). Salah satupertimbangannya adalah karena penggunaan alat modern, kesalahan yang tedadi justrusemakin besar.

    1. Cara memperkecil kesalahan

    Tantangan yang dihadapi bagi pengguna analisis volumetri adalah meminimalkankesalahan titrasi. Beberapa diantaranya adalah memilih indikator yang benar-benarmemiliki trayek pH yang terdekat, meskipun kadang- kadang harganya mahal dan sulitdicari. Teliti dalam pembuatan larutan standar, yang dapat dilakukan adalah membuatlarutan dalam jumlah besar (liter) sehingga bahan yang ditimbang banyak (menghindarikesalahan penimbangan) dan menghindari pengenceran bertingkat. Gunakan ukuranburet yang sesuai dengan keperluan, bila uji pendahuluan menunjukkan volume titrasi

    yang kecil, lebih baik digunakan buret mikro. Pada kondisi tertentu, penggunaan larutanblanko sangat disarankan untuk mengurangi kesalahan oleh zat pengotor.

    2. Indikator pada Analisis ArgentometriPada analisis secara argentometri pemilihan indikator tidak didasarkan oleh perubahanderajat keasaman( pH), tetapi didasarkan atas terbentuknya endapan. Supaya terjadiendapan syaratnya adalah hasil kali ion-ionnya melampaui harga KSP nya. Oleh karenaitu dalam analisis argentometri, pemilihan konsentrasi indikator sangat penting (dalamasidi alkalimetri konsentrasi indikator tidak penting). Konsentrasi indikator yang terlalupekat menyebabkan titik akhir titrasi mendahului titik ekivalen, karena endapan perakkromat terjadi sebelum semua halogen (sampel) habis. Demikian sebaliknya bilakonsentrasi indikator terlalu encer. Permasalahannya adalah berapa konsentrasi yang

    terbaik? Dari hasil perhitungan konsentrasi yang sesuai adalah 1,4 x 10-2

    M. Hasil ini

    diperoleh dari perhitungan sebagai berikut :Pada saat ekivalen, maka konsentrasi ion perak sama dengan konsentrasi ion klorida,

    yaitu :

    [ Ag+] X [Cl

    -] = KSP AgCI = 1,2 10

    -10

    Bila dihitung, maka konsentrasi [Ag ] = 1,1 x 1M

    [A g+]2X [CrO4

    =] = KSP Ag2CrO4= 1,7 X 10

    -12

    3)

    4)

    Konsentrasi ion kromat yang diperlukan supaya perak nitrat mengendap saat ekivalen

    adalah:

    [CrO4-2

    ]KSP Ag2CrO4 ..................... 5)

    =

    [Ag+]2

    Bila hasil ion Ag dari pers 4), dimasukkan pada pers. 5) maka akan diperoleh

    konsentrasi kalium kromat sebesar 1,4 x 10-2

    M.Pada konsentrasi indikator (kalium kromat) tersebut masih akan terjadi kesalahankarena saat indikator ditambahakan akan terjadi pengenceran oleh volume sampel,sehingga konsentrasinya menjadi lebih encer. Akibatnya titik akhir terjadi setelah titikekivalen atau terjadi kelebihan titran. Supaya kesalahan ini dapat diperkecil makadiperlukan modifikasi konsentrasi indikator (konsentrasi indikator terkontrol).

  • 8/10/2019 Joe Epridoena Sinulingga Argento-Gravimetri VII Selasa Siang

    57/57

    DIPERIKSA

    KETERANGANTANDA

    TANGANNO TANGGAL

    P1

    P2

    P3

    12 Desember 2013

    18 Desember 2013

    19 Desember 2013

    Perbaiki cover

    Perbaiki lembar pengesahan

    HeaderFooter

    Perbaiki prakata

    Perbaiki daftar isi, tabel, dangambar

    Perbaiki intisari, summarymenyesuaikan

    Perbaiki Bab IV

    Perbaiki daftar pustaka

    Perbaiki laporan sementara

    Perbaiki lembar pengesahan

    Perbaiki daftar isi, tabel, dangambar

    Perbaiki Bab IV

    Perbaiki laporan sementara danlembar perhitungan

    Perbaiki lembar pengesahan