LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

100

Transcript of LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Page 1: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id
Page 2: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2014

PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI

PENANGGUNG JAWAB

Haris Syahbuddin

DISUSUN OLEH

Tim Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

PENYUNTING

Popi Rejekiningrum

Haryono Rasta Sujono

Ganjar Jayanto

Yayan Apriyana Woro Estiningtyas

Nani Heryani Sidik Haddy Tala’ohu

REDAKSI PELAKSANA

Tuti Muliani Eko Prasetyo

Casma

TATA LETAK

Eko Prasetyo

DITERBITKAN OLEH:

BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Kementerian Pertanian 2015

Jl. Tentara Pelajar 1A, Bogor 16111, Indonesia

Telp : +62-0251-8312760 Faks : +62-0251-8323909

Email: [email protected]

Website: http://www.balitklimat.litbang.deptan.go.id

ISSN : 1693-6043

Page 3: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman i LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

KATA PENGANTAR

Kegiatan penelitian satuan kerja (SATKER) Balai Penelitian Agroklimat dan

Hidrologi (Balitklimat) merupakan penelitian guna menghasilkan data dan informasi serta teknologi pengelolaan iklim dan air yang dapat diaplikasikan di lapangan sebagai bagian dari penelitian jangka panjang pengembangan sistem informasi dan pengelolaan sumber daya iklim dan air yang dijabarkan dalam

Rencana Strategis Balitklimat Tahun 2010 – 2014. Pada tahun anggaran 2014, Balitklimat melaksanakan kegiatan penelitian

yang dijabarkan ke dalam 5 Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP) yaitu: (1).

Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu dalam Upaya Adaptasi Perubahan Iklim; (2). Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada Lahan Kering; (3). Penelitian Key Area Keragaman Ikklim

Indonesia dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim; (4). Penyusunan Basis Data Sumber Daya Air Pertanian; dan (5). Penelian Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk Efisiensi Pengelolaan Sumber Daya Air. Adapun kegiatan

kerjasama penelitian yang dilaksanakan Balitklimat pada tahun 2014 terdiri atas 4 kegiatan yaitu : (1). Desain Pengelolaan Air di 13 Kebun Percobaan Lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, (2)

Implementasi Desain Pengelolaan Air di 5 Kebun Percobaan Lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, (3) Integrated and Participatory Management Water Resources Management toward Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed ; dan (4). Production and Services of Agro-Meteorological Information for the Adaptation to Climate Change in Indonesia.

Hasil-hasil penelitian agroklimat dan hidrologi disebarluaskan kepada pengguna melalui kegiatan diseminasi dan publikasi hasil-hasil penelitian bidang Agroklimat dan Hidrologi. Profil Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

menginformasikan tentang sumber daya manusia, anggaran dan organisasi untuk mendukung pelaksanaan penelitian.

Laporan tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban

penggunaan anggaran yang tertuang dalam DIPA tahun 2014 SATKER Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan kegiatan pendukungnya.

Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan gagasan, pikiran dan dukungan teknis dalam penyusunan laporan tahunan ini, disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Semoga laporan tahunan ini bermanfaat bagi para pengguna.

Bogor, April 2015 Kepala Balai,

Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA NIP. 19680415 199203 1 001

Page 4: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman ii LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................ ii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... v

RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................ viii

I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

II. PROGRAM PENELITIAN ................................................................................ 4

2.1. Bidang Penelitian Agroklimat dan Hidrologi..................................................... 5 2.1.1. Pengembangan Model Food Smart Village pada Lahan Kering untuk

Adaptasi Perubahan Iklim ..................................................................... 5 2.1.2. Penelitian Key Area Keragaman Iklim Indonesia dalam Menghadapi

Perubahan Iklim .................................................................................. 8 2.1.3. Penyusunan Basis Data Sumber Daya Air Pertanian ................................ 12

2.2. Bidang Penelitian Kerjasama ........................................................................ 15 2.2.1. Desain Pengelolaan Air di 13 Kebun Percobaan Lingkup Balitbangtan,

Kementerian Pertanian ........................................................................ 16 2.2.2. Impelemtasi Desain Pengelolaan Air di 5 Kebun Percobaan Lingkup

Balitbangtan, Kementerian Pertanian ..................................................... 21 2.2.3. Integrated and Participatory Management Water Recources Management

toward Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed ................... 36

III. HASIL PENELITIAN UNGGULAN .................................................................. 41

3.1. Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu dalam Upaya Adaptasi Perubahan Iklim ........................................................ 41

3.1.1. Pengembangan Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu ..................... 41 3.1.2. Model Integrasi Prediksi Iklim Dan Awal Tanam Untuk Mendukung

Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu ............................................ 42 3.1.3. Model Peringatan Dini Bencana Banjir, Kekeringan Dan OPT Untuk

Mendukung Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu .......................... 43 3.1.4. Model Rekomendasi Varietas dan Kebutuhan Benih untuk Mendukung

Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu ............................................ 44 3.1.5. Informasi Pemupukan Mendukung Percepatan Peningkatan Produksi Padi . 46 3.1.6. Rekomendasi Pengelolaan Sumber Daya Air secara Spasial dan Temporal

untuk Mendukung Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu ................. 47

3.2. Penelitian Teknologi Inovatif Dan Adaptif Untuk Pengelolaan Sumber Daya AIR ........................................................................................................... 49

IV. DISEMINASI HASIL PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI .................... 53

4.1. Diseminasi Teknologi Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi ........................ 53

4.1.1. Laporan Tahunan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, tahun kegiatan 2013 .................................................................................... 53

4.1.2. Buletin Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi .................................... 54 4.1.3. Info Agroklimat dan Hidrologi ............................................................... 55 4.1.4. Poster.. .............................................................................................. 55 4.1.5. Pemasyarakatan hasil penelitian ........................................................... 56 4.1.6. Kunjungan Kerja Menteri Pertanian ke Balitklimat ................................... 56

4.1.7. Kunjungan Tamu ke Balitklimat, yaitu Rombongan AFACI, Mexindo dan SPI Balitbangtan, Bapak Kabadan, KaBiro Kementan ............................... 56

4.2. Pengembangan Website dan Perpustakaan Digital Agroklimat ......................... 67

Page 5: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman iii LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

4.3. Visitor Plot Pengelolaan Iklim Mikro dan Tata Air............................................ 67 4.3.1. Otomatisasi Sistim Irigasi ..................................................................... 58 4.3.2. Jenis-jenis ouput nosel air untuk irigasi ................................................. 61 4.3.3. Jaringan pipa irigasi ............................................................................ 61 4.3.4. Media Tanam ..................................................................................... 61 4.3.5. Jenis tanaman .................................................................................... 62 4.3.6. Kebutuhan air tanaman ....................................................................... 62 4.3.7. Iklim................................................................................................... . 63 4.3.8. Pendampingan teknologi ...................................................................... 64

4.4. Model Diseminasi Katam Terpadu dan Teknologi Pengelolaan Air ................... 675

V. KEGIATAN PENUNJANG PENELITIAN ........................................................... 67

5.1. Pengelolaan Satker ..................................................................................... 67 5.1.1. Pengelolaan Tata Usaha Perkantoran .................................................... 67 5.1.2. Pengelolaan Administrasi Kepegawaian.................................................. 68 5.1.3. Pengelolaan Sistem Akuntansi Instansi .................................................. 68 5.1.4. Pengelolaan Arsip dan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 ............... 69

5.2. Penyusunan Program, Rencana Kerja, dan Anggaran ..................................... 70

5.3. Sistem Pengendalian Internal (SPI) .............................................................. 70

5.4. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan ................................................................. 75

5.5. Layanan Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium .................................... 76 5.5.1. Identifikasi Sumber Daya Iklim dan Air .................................................. 76

5.5.2. Modifikasi Iklim Mikro dan Teknik Irigasi ................................................ 78 5.1.3. Pengembangan Sistem Informasi Agroklimat dan Hidrologi ...................... 78

VI. PROFIL BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI ........................... 80

6.1. Struktur Organisasi ..................................................................................... 80

6.2. Sumber Daya Manusia ................................................................................ 80

6.3. Sarana dan Prasarana Penelitian .................................................................. 82

6.4. Anggaran dan PNBP ................................................................................... 85 6.4.1. Anggaran Penelitian (DIPA, Kerjasama Penelitian) .................................. 85 6.4.2. Indikator Kinerja ................................................................................. 87 6.4.3. Penerimaan Negara Bukan Pajak .......................................................... 88

Page 6: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman iv LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1. Kegiatan dan Anggaran Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun 2014 . 4 2. Neraca ketersediaan-kebutuhan air serta kriteria kekritisan air untuk setiap

wilayah kabupaten/kota di Provinsi NTT ..................................................... 14 3. Kerjasama penelitian tahun 2014 .............................................................. 15 4. Daftar prioritas desain pengelolaan sumber daya air di 13 Kebun Percobaan

lingkup Balitbangtan Kementerian Pertanian tahun 2014 .............................. 16 5. Daftar prioritas implementasi desain pengelolaan sumber daya air di 5

Kebun Percobaan lingkup Balitbangtan Kementerian Pertanian tahun 2014 .... 17 6. Hasil Uji Pemompaan Bertahap di Sumur Air Tanah Dalam KP Tamanbogo .... 33 7. Hasil Analisis Data Uji Pemompaan dan Uji Kambuh Sumur Air Tanah KP.

Tamanbogo ............................................................................................ 34 8. Potensi luas tanam di lahan sawah berdasarkan awal waktu tanam MH

2014/2015.............................................................................................. 43 9. Estimasi total kebutuhan benih padi MT-1 (2014-2015) yang dihasilkan dari

Sistem Informasi Katam Terpadu .............................................................. 46 10. Hasil 6 kali panen tanaman Tomat di Kampung Sokon, Desa Fatukoa,

Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur ............................ 50 11. Hasil pengamatan kadar air pada tanggal 22 September; 1, 4, 7 dan 10

Oktober 2014 ......................................................................................... 50 12. Kebutuhan air per hari untuk setiap fase pertumbuhan tanaman cabe pada

tiga perlakuan pemberian air 25%, 40%, 60%, 80% dan 100% kebutuhan tanaman ................................................................................................ 62

13. Data iklim Stasiun Cimanggu (rerata tahun 2000-2007) .............................. 63 14. Data bulanan iklim Stasiun Cimanggu tahun 2014 ....................................... 64 15. Rekapitulasi Hasil Penilaian SPI Tahun 2014 (Tim Audit SPI Badan Litbang

Pertanian ............................................................................................... 73 16. Rekapitulasi Hasil Penilaian SPI Tahun 2014 (Tim Audit Spi Inspektorat

Jenderal Kementerian Pertanian ................................................................ 74 17. Identifikasi sumber daya iklim dan air mendukung pelaksanaan kegiatan

penelitian 2014 ....................................................................................... 76 18. Rincian Tenaga Berdasarkan Jabatan Fungsional Non Peneliti sampai

dengan Desember 2014 ........................................................................... 81 19. Rincian Tenaga Berdasarkan Jabatan Fungsional Peneliti ............................ 81 20. Jumlah Pegawai BALITKLIMAT berdasarkan Status Kepegawaian,

Pendidikan Akhir dan Kelompok Umur per 31 Desember 2014 ...................... 82 21. Jumlah Pegawai BALITKLIMAT berdasarkan Status Kepegawaian Jabatan

Fungsional dan Golongan Akhir per 31 Desember 2014 ............................... 82 22. Daftar Nilai Aset Tetap ............................................................................ 83 23. Pembelian peralatan mesin dan peralatan kantor Tahun 2014 ..................... 83 24. Gedung dan bangunan serta rumah kasa yang dikelola Balitklimat ............... 84 25. Alokasi dan realisasi penggunaan anggaran Balitklimat per 31 Desember

2014 ...................................................................................................... 86 26. Gambaran Penerimaan PNBP Balitklimat tahun 2010 – 2014 ....................... 88 27. Perbandingan Jenis Penerimaan PNBP Fungsional yang disetorkan ke kas

negara tahun 2010 s/d 2014 ................................................................... 89

Page 7: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman v LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1. Rancang bangun pemanfaatan sumber daya air dan iklim ............................. 5 2. Lokasi embung Sokon, kondisi lahan dan sumber air di Desa Fatukoa,

Kecamatan Maulafa, Kabupaten Kupang, NTT ............................................. 6 3. Lokasi penelitian FSV di Desa Mbawa, Kabupaten Bima, NTB......................... 7 4. Instalasi jaringan irigasi dari bending sadap sampai kelahan penelitian dan

lahan petani ............................................................................................ 7 5. Pengaruh dosis irigasi dan bahan organik terhadap pipilan kering jagung di

Desa Mbawa, Kab. Bima, NTB, pada tahun 2014 .......................................... 8 6. Hasil korelasi antara curah hujan bulanan dan SST Nino 3.4 (a) dan IOD (b) 10 7. Tabel tingkat adopsi teknologi oleh petani responden (a) dan pelaksanaan

“Game Interactive” di Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu (b) ............. 11 8. Proses wawancara petani di Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati (a) dan

contoh simulasi biomas dan hasil padi (kg/ha) dan kacang hijau (gr/m2) selama 2 musim tanam padi dan 1 musim tanam kacang hijau secara berurutan pada tahun 1998-1999 dengan perlakuan pupuk N yang rendah di Jakenan, Pati (b) ................................................................................ 11

9. Metode penyusunan ATLAS SDA .............................................................. 12 10. Diagram alir prototype SISDATAN ............................................................ 12 11. Sampul Muka ATLAS Potensi Sumber Daya Air Pulau Jawa, Bali dan Nusa

Tenggara .............................................................................................. 13

12. ATLAS Potensi Sumber Daya Air Pulau Jawa, Bali dan Nusatenggara, Lembar 1109 (Provinsi Banten, kiri) dan Lembar 1707 (sebagian Provinsi Jawa Timur dan Bali, kanan) ................................................................... 13

13. Pengaruh dosis irigasi dan bahan organik terhadap pipilan kering jagung di Desa Mbawa, Kab. Bima, NTB, pada tahun 2014 ........................................ 15

14. Nosel fan jet sprayer .............................................................................. 19 15. Desain teknik irigasi menggunakan sistem fan jet sprayer ........................... 19

16. Teknik irigasi menggunakan big gun springkler .......................................... 19 17. Desain sistem irigasi big gun sprinkler ...................................................... 20 18. Teknik irigasi tetes ................................................................................. 20 19. Point source emitter (a), line source emitter (b) dan sprayer (c) .................. 21 20. Desain teknik irigasi tetes ........................................................................ 21 21. Desain teknik irigasi parit ........................................................................ 21 22. Sumur air tanah dalam beserta pompa (a) dan, rumah pompa (b) ............... 22

23. Reservoir volume 60 m3 (a), dan reservoir volume 50 m3 (b) yang dibangun di KP Asembagus ..................................................................... 22

24. Distribusi air secara gravitasi dari reservoir melalui saluran terbuka menuju kolam tampung (a) dan, kolam tampung untuk menampung air dari reservoir (b) .......................................................................................... 23

25. Sumur 4 yang digunakan sebagai sumber air irigasi di KP Kraton, Jawa Timur... ................................................................................................. 24

26. Bak tampung air dengan volume 50 m3 di KP Kraton, Jawa Timur ............... 24 27. Jenis pompa, filter air, dan rumah pompa yang dibangun di KP Kraton, Jawa

Timur... ................................................................................................. 25 28. Pipa distribusi dari bak tampungan ke lahan di KP Kraton ........................... 25 29. Nozle sprayjet 360, green 50 L/H yang di instal pada teknik penyiraman

sistem irigasi curah di KP Kraton, Jawa Timur ............................................ 25 30. Implementasi desain teknik penyiraman dan implementasinya di KP Kraton .. 26

31. Sumur dan pompa sentrifugal yang digunakan untuk mengeksploitasi air dari sumur ............................................................................................. 26

32. Instalasi pompa dan disc filter di Kebun Percobaan Maros ........................... 26

Page 8: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman vi LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

33. Implementasi teknik irigasi furrow di Blok-A petak desiminasi lahan surjan di KP Maros ............................................................................................... 27

34. Implementasi teknik irigasi tetes menggunakan streamline di petak desiminasi lahan surjan di KP Maros ......................................................... 27

35. Implementasi teknik irigasi spray jet di petak desiminasi lahan surjan di KP Maros...................................................................................................... 27

36. Implementasi teknik irigasi furrow di Blok-B lahan surjan di KP Maros .......... 28 37. Implementasi teknik irigasi tetes menggunakan streamline di Blok-B lahan

surjan di KP Maros ................................................................................. 28 38. Implementasi tenis irigasi spray jet di Blok-B lahan surjan di KP Maros ......... 28 39. Implementasi teknik irigasi furrow di Blok-C lahan surjan KP Maros.............. 28 40. Implementasi teknik irigasi tetes menggunakan streamline di Blok-C lahan

surjan KP Maros ..................................................................................... 28 41. Jenis irigasi spray jet di Blok-C lahan surjan di KP Maros ............................. 29 42. Pompa sumur air tanah dalam Sumur air tanah dalam milik P2AT (a) dan,

rumah pompa (b) ................................................................................... 29 43. Reservoir volume 60 m3 yang dibangun di KP Sandubaya, NTB ................... 29 44. Implementasi distribusi air secara gravitasi dari reservoir melalui saluran

tertutup menuju kolam tampung (a) dan, kolam tampung untuk menampung air dari reservoir (b) ............................................................. 30

45. Instalasi dan implementasi teknik irigasi/penyiraman dengan Big Gun Sprinkler di KP Sandubaya ....................................................................... 31

46. Lokasi Kebun Percobaan Tamanbogo ........................................................ 31 47. Hasil analisis pemetaan air tanah di Lokasi KP. Tamanbogo......................... 32 48. Uji Pemompaan Sumur Air Tanah Dalam di KP Tamanbogo: (a)

Pemasangan pompa submersible dan pipa PVC; (b) Pengamatan debit dan penurunan muka air tanah ...................................................................... 33

49. Hubungan Penurunan Muka Air Tanah terhadap Waktu pada Uji Pemompaan dan Uji Kambuh Sumur Air Tanah Dalam KP. Tamanbogo......... 33

50. Implementasi desain irigasi di KP Tamanbogo pada sub blok tanaman jagung seluas 3.5 ha .............................................................................. 35

51. Instalasi sistem distribusi air melalui pipa tertutup di KP. Tamanbogo........... 35 52. Uji operasional teknik penyiraman menggunakan big gun sprinkler yang

terintegrasi dengan pompa submersible di dalam sumur air tanah dalam di KP. Tamanbogo ..................................................................................... 35

53. Instalasi AWS dan AWLR di Gumuk dan Jetak serta monitoring data debit sungai.. ................................................................................................. 37

54. Upaya penguatan peran dan partisipasi masyarakat dalam konservasi

sumber daya air dan sumber daya tanah melalui budidaya konservasi pertanian di Desa Gumuk ........................................................................ 37

55. Demplot jagung pada tahun 2013 dan sosialisasi efisiensi penggunaan air untuk tanaman jagung ............................................................................ 38

56. Diskusi dan temu anggota FK PADIKA di Rumah makan Mayar Klaten .......... 38 57. Keragaan neraca air DAS PUSUR .............................................................. 39 58. Tampilan cover depan aplikasi web versi 2.0 ............................................. 41

59. Tampilan peta standing crop ................................................................... 42 60. Luas Wilayah Rawan (a) Banjir dan (b) kekeringan di lahan sawah MT I

2014/2015. ............................................................................................ 44 61. Potensi lahan yang rusak karena serangan OPT a) padi, b) jagung dan c)

kedelai pada MT I 2014/2015 .................................................................. 44 62. Elevasi muka air dan debit inlet Waduk Way Rarem serta Kebutuhan air

irigasi DI Way Rarem .............................................................................. 48

63. Debit Sungai Bengawan Solo dan Debit Saluran Irigasi Yang terekeam di Bendung Colo Periode Januari-2013 Maret 2014 ........................................ 49

64. Komponen bagian dari sensor curah hujan berbasis optik ........................... 51

Page 9: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman vii LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

65. Peta radiasi rata-rata tahunan di wilayah Jawa Barat .................................. 52 66. Pompa air tenaga surya yang dirancang dan spesifikasi komponen pompa .... 52 67. Buku laporan tahunan 2013..................................................................... 54 68. Buku buletin hasil penelitian agroklimat dan hidrologi ................................. 54 69. Leaflet info agroklimat ............................................................................ 55 70. Beberapa contoh Poster yang di buat di Balitklimat tahun 2014 ................... 55 71. Kunjungan Menteri Pertanian Dr. Andi Amran S didampingi Bapak Sesba Dr.

Agung Hendriadi Ke Balitklimat, 3 Nov 2014 .............................................. 56 72. Kunjungan tamu Balitklimat 2014 ............................................................. 57 73. Penampilan Website Balitklimat tahun 2014 .............................................. 57 74. Pemberian air irigasi berdasarkan sistim kontroler waktu ............................ 59 75. Otomatisasi sistim irigasi tanaman terong berdasarkan waktu ..................... 59 76. Otomatisasi sistim irigasi tanaman cabe dalam pot berdasarkan waktu ......... 59 77. Kontroler, probe sensor dan aplikasi sensor dalam pot................................ 60 78. Sistim irigasi tanaman cabe berdasarkan sensor kelembaban tanah ............. 60 79. Sistim irigasi otomatis berdasarkan dosis pemberian air .............................. 61 80. Kebutuhan air tanaman cabe (sesuai fase pertumbuhan) di KRPL Balitklimat

berdasarkan perhitungan koefisien tanaman dan ETP. ................................ 63 81. Pola curah hujan dan ETP stasiun iklim Cimanggu (rerata 2000-2007) dan

tahun 2014 ............................................................................................ 63 82. Instalasi irigasi otomatis pada lokasi HPS ke 34 di Makasar, Sulsel ............... 64 83. Instalasi jaringan irigasi otomatis pada kegiatan Forum Komunikasi Profesor

Riset di Bintan ....................................................................................... 65 84. Instalasi jaringan Irigasi otomatis pada kegiatan Percobaan Balitbangtan,

Batan dan IAEA di Lampung .................................................................... 65 85. FGD Katam Terpadu MT II, Bogor 2014 .................................................... 66 86. Struktur Organisasi Satlak PI Balitklimat Tahun 2014 .................................. 75 87. Rumah kassa Balitklimat di BBSDLP .......................................................... 78 88. Struktur Organisasi Balitklimat ................................................................. 80 89. Persentasi alokasi anggaran DIPA Balitklimat TA 2014 ................................ 85 90. Persentasi Realisasi Anggaran DIPA Satker Balitklimat TA 2014 ................... 88

Page 10: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman viii LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

RINGKASAN EKSEKUTIF

Dalam rangka mewujudkan, visi, misi, dan tupoksi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, penyusunan program penelitian agroklimat dan hidrologi dilakukan secara teratur dan terarah sesuai dengan Rencana Strategis tahun 2010-2014. Perencanaan program penelitian tersebut mengacu pada Rencana Strategis Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian 2010-2014, Renstra Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2010-2014, dan Grand Strategy Pembangunan Pertanian 2010-2014. Prioritas penelitian agroklimat dan hidrologi ditetapkan berdasarkan tantangan dan

kebutuhan pembangunan pertanian secara nasional terutama yang berkaitan dengan ketahanan pangan nasional, pengembangan agribisnis, kelestarian lingkungan, serta isu perubahan iklim.

Perubahan iklim merupakan salah satu ancaman yang sangat serius terhadap sektor pertanian dan potensial mendatangkan masalah bagi keberlanjutan produksi pangan dan sistem produksi pertanian pada umumnya. Pengaruh perubahan iklim terhadap sektor pertanian bersifat multi-dimensional, mulai dari sumber daya,

infrastruktur pertanian, dan sistem produksi pertanian, hingga aspek ketahanan dan kemandirian pangan, serta kesejahteraan petani dan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perubahan iklim di daerah tropis, meningkatkan dampak dari kejadian iklim ekstrim seperti banjir dan kekeringan. Dinamika dan keragaan sumber daya iklim dan air beberapa dekade terakhir mempunyai kecenderungan yang semakin kuat. Kejadian kekeringan yang kurang dapat diantisipasi telah menimbulkan banyak kerugian pada berbagai sektor. Kejadian kekeringan yang panjang pada tahun El Nino 1982/1983 mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Di Indonesia, kerugian tersebut mencapai 500 juta US dolar. Pada kejadian El Nino 1997, sektor pertanian mengalami kerugian sebesar 797 miliar rupiah akibat gagal panen dan puso. Selain kekeringan, kejadian banjir juga cenderung meningkat baik frekuensi, intensitas, dan cakupan luasan kejadiannya. Hal ini diperparah oleh terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman dan atau areal industri sebagai akibat dari urbanisasi dan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk.

Dampak perubahan iklim perlu diidentifikasi sehingga bisa disusun teknologi adaptasi yang sesuai dengan spesifik wilayah. Penentuan Key Area diharapkan dapat membantu mengetahui sebaran wilayah kunci perubahan iklim. Penelitian tentang Key Area merupakan penelitian baru dan belum pernah dilakukan di Indonesia. Key area adalah wilayah yang bisa dijadikan indikator adanya perubahan iklim (El-Nino dan La-Nina) di Indonesia dengan indikator utama curah hujan dan parameter iklim lainnya.

Upaya antisipasi kekeringan di lahan kering dilakukan pengembangan pertanian sistim irigasi hemat air yang dikombinasikan dengan pengelolaan lahan untuk menjaga kelembaban tanah. Konsep pemanfaatan sumber daya air untuk pertanian lahan kering dilakukan dengan memanfaatkan air yang tidak mengganggu kebutuhan air untuk domestik, karena kebutuhan air masing-masing sektor sudah dialokasikan sesuai dengan kearifan lokal pembagian air secara proposional. Optimalisasi pendayagunaan sumber daya air di lahan kering dilakukan guna meningkatkan ketersediaan air, memperpanjang masa tanam, dan menekan risiko kehilangan hasil untuk menciptakan sistem usaha tani lahan kering berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Dengan kompleksnya permasalahan yang dihadapi akibat perubahan iklim global, diperlukan penyediaan teknologi yang inovatif dan adaptif dengan memanfaatkan teknologi nano, sensorik, dan sumber energi alamiah untuk optimalisasi pengelolaan sumber daya air.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi memfokuskan kegiatan penelitian guna menghasilkan data dan informasi serta teknologi pengelolaan iklim dan air untuk mencapai sasaran dari program utama penelitian agroklimat dan hidrologi yang dijabarkan melalui rencana penelitian tim peneliti (RPTP). Kegiatan penelitian tahun anggaran 2014 merupakan rangkaian proses

Page 11: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman ix LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

pelaksanaan penelitian yang tertuang dalam Rencana Strategi 2010-2014, dengan mempertimbangkan isu-isu aktual yang mengemuka dan menjadi kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pada tahun anggaran 2014 Satker Balitklimat melakukan kegiatan yang direalisasikan dalam 5 RPTP, 5 RKTM, dan 4 RDHP yang dibiayai melalui DIPA TA 2014 dandidukung oleh 1 kegiatan penelitian kerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengeembangan Pertanian Kementerian Pertanian dan 2 kegiatan penelitian kerjasama dengan luar negeri terkait dengan pengelolaan sumber daya iklim dan air.

Kegiatan penelitian tahun 2014 sebagian besar merupakan lanjutan dari tahun-tahun sebelumnya sebagai bagian dari penelitian jangka panjang Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim untuk Pengembangan Pertanian yang meliputi: (1). Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu dalam Upaya Adaptasi Perubahan Iklim; (2). Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada Lahan Kering untuk Adaptasi Perubahan Iklim; (3). Penelitian Key Area Keragaman Iklim Indonesia dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim; (4). Penyusunan Basis Data Sumber Daya Air Pertanian; dan (5). Penelitian Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk Efisiensi Pengelolaan Sumber Daya Air; serta (6). Kerjasama penelitian pengelolaan sumber daya iklim dan air yakni: (a). Desain Pengelolaan Air di 13 Kebun Percobaan Lingkup Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian; (b) Implementasi Desain Pengelolaan Air di 5 Kebun Percobaan Lingkup Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian; (c) Integrated and Participatory Management Water Resources Management Toward Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed-CIRAD, Perancis; (d) Production and Services of Agro-Meteorological Information for the Adaptation to Climate Change in Indonesia – RDA AFACI Korea.

Kebijakan pembinaan dan peningkatan jaringan kerjasama penelitian dengan mitra nasional dan internasional pada intinya bertujuan untuk mendiseminasikan informasi dan teknologi pengelolaan sumber daya iklim dan air, peningkatan kapasitas sumber daya penelitian dan menggalang pendanaan alternatif sebagai komplemen anggaran penelitian Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Dinamika kegiatan penelitian yang dikerjasamakan didasarkan pada permintaan pengguna, baik yang berkaitan langsung dengan bidang agroklimat dan hidrologi maupun pemanfaatan keahlian yang dimiliki oleh Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi antara lain bidang teknologi informasi.

Kegiatan Diseminasi Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi meliputi 4 kegiatan, yaitu: (1). Diseminasi Teknologi Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, (2) Pengembangan Website dan Perpustakaan Digital Agroklimat, (3) Visitor Plot Pengelolaan Iklim Mikro dan Tata Air, dan (4) Model Diseminasi Katam Terpadu dan Teknologi Pengelolaan Air. Khusus kegiatan Diseminasi Teknologi Penelitian Agroklimat dan Hidrologi meliputi 2 sub

kegiatan, yaitu Komunikasi dan Publikasi Hasil Penelitian serta Pelayanan Jasa Penelitian. Diseminasi adalah menyebarluaskan, mendiseminasikan dan mempublikasikan hasil-hasil penelitian bidang agroklimat dan hidrologi agar dimanfaatkan sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya oleh pengguna, dalam beberapa bentuk seperti: (a). Penerbitan publikasi tercetak yaitu: i) Buletin hasil penelitian agroklimat dan hidrologi; ii) Laporan tahunan; iii) Petunjuk Teknis; iv) Leaflet dan poster, (b) Diseminasi/penyebarluasan dan komunikasi hasil penelitian seperti kegiatan seminar rutin bulanan partisipasi pada

beberapa kegiatan pameran yang diadakan secara nasional maupun regional terutama digunakan untuk membina hubungan dengan instansi-instansi di luar Badan Litbang Pertanian dan atau beberapa instansi pengguna terkait, baik swasta, perguruan tinggi maupun Pemerintah.

Publikasi merupakan salah satu bentuk diseminasi hasil-hasil penelitian Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Publikasi yang telah diterbitkan pada kurun waktu 2014 yaitu: penerbitan buletin hasil penelitian yang sudah terbit dalam 1 Volume, Info

agroklimat dan hidrologi telah diterbitkan 1 volume (dalam setiap volume diterbitkan 6 edisi); laporan tahunan Balai, beberapa booklet, leaflet, CD (KATAM).

Page 12: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 1 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

I. PENDAHULUAN

Sasaran utama pembangunan pertanian 2010-2014 adalah pencapaian empat sukses pertanian yaitu: 1) Peningkatan produksi dan swasembada pangan berkelanjutan, 2) Diversifikasi pangan dan nilai gizi, 3) Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan 4) Peningkatan kesejahteraan petani. Saat ini dan ke depan, tantangan pembangunan nasional semakin berat khususnya menyangkut pangan, inflasi dan kemiskinan. Tantangan terberat yang dihadapi Kementerian Pertanian adalah penyediaan pangan nasional khususnya padi dengan sasaran peningkatan produksi lebih dari 5%. Pelaksanaan program yang bersifat bussiness as usual harus ditinggalkan dan segera memulai dengan terobosan-terobosan baru berupa langkah akselerasi pelaksanaan program di berbagai sektor, guna menjamin tercapainya empat sukses pertanian pada tahun 2014.

Penelitian dan pengembangan sumber daya lahan khususnya sumber daya iklim dan air harus mampu mendukung terealisasinya percepatan pencapaian empat sukses pertanian tersebut. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa sumber daya iklim dan air merupakan faktor yang dapat menjamin kelangsungan produksi pertanian dan

mempengaruhi kualitas produk pertanian. Keragaman produksi pertanian di suatu wilayah berkaitan erat dengan

keragaman iklim. Kegagalan panen seringkali dilaporkan sebagai akibat dari kejadian iklim ekstrim. Di lain pihak, secara nasional tingkat produktivitas pertanian pada beberapa daerah masih jauh di bawah produktivitas potensialnya sebagai akibat dari kekurang-selarasan antara sistem usaha pertanian (SUP) yang dikembangkan dengan kerakteristik iklim/cuaca. Dari berbagai kajian yang berkaitan dengan simulasi model iklim

global diperoleh bahwa, keragaman iklim di masa datang akan terus mengalami perubahan sebagai akibat dari meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Oleh karena itu, teknologi budi daya yang dikembangkan tidak hanya diarahkan untuk mengatasi keragaman iklim saat ini tetapi juga harus dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya perubahan iklim

Di bidang pertanian air merupakan faktor utama penentu kelangsungan produksi pertanian, namun pengelolaannya untuk kelangsungan sumber daya air tersebut masih

menghadapi banyak kendala, baik pada skala daerah irigasi maupun daerah aliran sungai (DAS) dan seringkali memunculkan masalah baru yaitu kelangkaan air, kekeringan dan banjir, dan banyak permasalahan air lain yang terkait. Kondisi ini diperparah dengan maraknya kompetisi penggunaan air antara sektor pertanian dengan pengguna air lainya baik domestik, municipal dan industri.

Peningkatan produksi pertanian, untuk mencapai dan mempertahankan ketahanan pangan, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani memerlukan

kemampuan pengelolaan sumber daya iklim dan air secara maju, modern dan berkelanjutan. Untuk itu diperlukan strategi, pendekatan dan teknologi pengelolaan dan pengembangan sumber daya iklim dan air yang menyeluruh. Upaya ini diperlukan untuk mengantisipasi dinamika dan keragaan sumber daya iklim serta kompetisi pemanfaatan sumber daya air untuk berbagai kepentingan yang semakin kuat.

Dampak perubahan iklim global terhadap sektor pertanian di Indonesia sangat nyata, baik berupa bencana banjir maupun kekeringan. Dampak tersebut cenderung

terus meningkat (frekuensi, intensitas, dan distribusi kejadiannya). Hal ini diperparah dengan kondisi daerah aliran sungai (DAS) yang semakin rusak dan menjadi kritis akibat alih fungsi lahan yang tidak terkendali. Dampak perubahan iklim global tidak hanya terjadi pada keseimbangan hidrologis (masukan dan kehilangan air) pada suatu daerah tangkapan hujan atau DAS, tetapi juga bepengaruh pada sistem usaha tani, terkait dengan ketersediaan air dan masa tanam. Perubahan iklim global telah menyebabkan meningkatnya frekuensi kejadian iklim ekstrim (basah dan kering) yang sulit diprediksi.

Kondisi tersebut juga mempengaruhi berbagai sektor, yang berdampak nyata terhadap ketersediaan dan ketahanan pangan nasional. Kejadian iklim ekstrim juga menyebabkan ketersediaan air permukaan sangat fluktuatif antara musim hujan dan

Page 13: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 2 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

musim kemarau. Hal ini diperparah dengan permasalahan kelangkaan air akibat defisit neraca ketersediaan air, kecenderungan penurunan ketersediaan air serta peningkatan kebutuhan air untuk berbagai sektor.

Kelangkaan air bila tidak diantisipasi dengan benar, akan menjadi faktor penghambat serius yang dapat mengganggu upaya pemerintah untuk mencapai target produksi beras 70,3 juta ton pada tahun 2015. Dengan demikian, diperlukan langkah-langkah antisipasi dan adaptasi untuk mencegah terjadinya kelangkaan air. Upaya antisipasi kelangkaan air antara lain dilakukan melalui prediksi musim pada musim kemarau (MK) dan musim hujan (MH), validasi kalender tanam di lahan sawah irigasi dan tadah hujan untuk mendukung pengembangan kalender tanam terpadu dan interaktif, penyusunan model optimasi sumber daya air di lahan kering beriklim kering, penyusunan wilayah prioritas penanganan kekeringan, dan pengembangan sistem peringatan dini OPT untuk mengantisipasi ledakan OPT.

Dalam upaya optimalisasi pemanfaatan sumber daya iklim dan air untuk mengantisipasi kelangkaan air dan perubahan iklim, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi memfokuskan kegiatan penelitian guna menghasilkan data, informasi, teknologi pengelolaan iklim dan air yang dapat diaplikasikan di lapangan sesuai Rencana Strategis Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Tahun 2010–2014.

Kegiatan penelitian tahun 2014 sebagian besar merupakan lanjutan penelitian tahun-tahun sebelumnya, sebagai bagian dari penelitian jangka panjang penelitian dan pengembangan sistem informasi dan pengelolaan sumber daya iklim dan air yang meliputi: 1) Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu dalam

Upaya Adaptasi Perubahan Iklim 2) Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada Lahan Kering untuk

Adaptasi Perubahan Iklim 3) Penelitian Key Area Keragaman Iklim Indonesia dalam Menghadapi Perubahan Iklim 4) Penyusunan Basis Data Sumber Daya Air Pertanian; dan 5) Penelitian Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk Pengelolaan Sumber Daya Air.

Selain itu, juga dilaksanakan 2 kegiatan penelitian on top dari Balitbangtan dan 2 kegiatan kerjasama dengan mitra dari luar negeri yakni: a) Desain Pengelolaan Air di 13 Kebun Percobaan Lingkup Balitbangtan, Kementerian

Pertanian; b) Implementasi Desain Pengelolaan Air di 5 Kebun Percobaan Lingkup Balitbangtan,

Kementerian Pertanian; c) Integrated and Participatory Management Water Recources Management toward

Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed; d) Production and Services of Agro-Meteorological Information for the Adaptation to

Climate Change in Indonesia. Diseminasi dan penyebaran hasil-hasil penelitian Balai Penelitian Agroklimat dan

Hidrologi disajikan dalam berbagai bentuk penerbitan publikasi ilmiah semi populer seperti: buletin hasil penelitian agroklimat dan hidrologi, laporan berkala informasi agroklimat dan hidrologi, petunjuk teknis, laporan tahunan Balai, leaflet, brosur, poster dan dokumentasi berupa CD audio, informasi melalui website. Publikasi tercetak berupa tulisan ilmiah populer atau laporan hasil penelitian yang merupakan media yang efektif

untuk penyebarluasan informasi hasil penelitian dan dimuat dalam website, karena sifatnya dapat menjangkau pengguna yang tersebar luas di seluruh Indonesia dan dunia internasional. Oleh sebab itu, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi dituntut untuk senantiasa mengembangkan cara penyajian dan teknik penulisan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan pengguna. Hasil-hasil penelitian dikomunikasikan kepada para pengguna, dilakukan secara langsung melalui seminar, lokakarya, dialog, pameran, dan ekspose. Selain itu juga dilakukan secara tidak

langsung melalui penyebaran publikasi tercetak, laporan, media elektronik (internet, video, dll). Pada tahun anggaran 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi terus

Page 14: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 3 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

melaksanakan dan melanjutkan editing dan updating informasi terbaru website serta mengembangkan dalam bentuk online.

Page 15: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 4 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

II. PROGRAM PENELITIAN Penyusunan program, rencana kerja dan anggaran merupakan kegiatan manajemen dalam rangka menyiapkan program dan anggaran Satker Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Penyusunan program, rencana kerja dan anggaran mengacu kepada Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 44/Permentan/OT.140/8/2011 tentang Pedoman Umum Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sesuai Permentan tersebut, maka tahapan perencanaan penelitian dan pengembangan pertanian, terdiri atas tahapan perencanaan penelitian dan pengembangan pertanian serta mekanisme perencanaan penelitian dan pengembangan pertanian. Kegiatan penelitian dan pengembangan dan Balitbangtan mengacu kepada Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 03/Kpts/OT.060/1/2005 tentang Pedoman Penyiapan dan Penerapan Teknologi Pertanian. Dalam Permentan tersebut juga diatur tentang penciptaan inovasi teknologi yang dilakukan melalui serangkaian tahapan kegiatan yang dilakukan di UK/UPT. Setiap tahapan memiliki keterkaitan antara tahapan satu dengan tahapan lainnya dengan tahapan sebagai berikut: 1) Tahap penelitian; 2) Tahap verifikasi dan, 3) Tahap Pengkajian.

Untuk mencapai sasaran program utama TA 2014, maka penelitian agroklimat dan hidrologi diuraikan dalam beberapa Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP). Kegiatan penelitian tahun anggaran 2014 merupakan rangkaian proses pelaksanaan penelitian yang tertuang dalam Renstra 2010-2014. Dengan mempertimbangkan isu-isu aktual yang menjadi kebijakan Balitbangtan maupun Kementerian Pertanian, maka pada tahun anggaran 2014 SATKER Balitklimat menetapkan 5 RPTP, 1 RDHP terdiri atas 3 kegiatan, 1 RKTM terdiri atas 6 kegiatan; kegiatan kerjasama terdiri atas 2 kegiatan on top dari Balitbangtan dan 2 kegiatan kerjasama penelitian dengan luar negeri yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya iklim dan air.

Tabel 1. Kegiatan dan Anggaran Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun 2014

No. Kode Kegiatan/Output Pagu Realisasi %

Realisasi

1800 Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian

648694 Balitklimat 12.190.546.000 11.632.846.164 95,43

1 1800,004 Laporan Pengelolaan Satker

718.060.000 716.390.325 99,77

2 1800,005 Layanan Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium

152.348.000 150.490.575 98,78

3 1800,006 Laporan Diseminasi Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Lahan Pertanian

500.450.000 497.264.800 99,36

4 1800,014 Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

1.418.450.000 1.405.158.800 99,06

5 1800,994 Layanan Perkantoran 5.634.588.000 5.134.385.764 91,12

6 1800,996 Perangkat Pengolah Data dan komunikasi

200.000.000 198.945.000 99,47

7 1800,997 Peralatan dan Fasilitas Kantor

634.500.000 619.929.000 97,70

8 1800,998 Gedung/Bangunan 2.932.150.000 2.910.281.900 99,25

Page 16: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 5 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

2.1. Bidang Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Pada tahun 2014, penelitian agroklimat dan hidrologi yang dibiayai dari dana DIPA terdiri atas 5 RPTP. Tiga RPTP kegiatan penelitian diuraikan pada bab 2 sedangkan 2 RPTP kegiatan penelitian diuraikan lebih lanjut pada bab 3

2.1.1. Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada Lahan Kering untuk Adaptasi Perubahan Iklim

Di bidang pertanian, air merupakan faktor utama penentu kelangsungan produksi pertanian, namun pengelolaannya untuk kelangsungan sumber daya air masih menghadapi banyak kendala baik pada skala daerah irigasi maupun daerah aliran sungai (DAS), dan seringkali memunculkan masalah baru yaitu kelangkaan air, kekeringan, dan banjir, serta banyak permasalahan air lain. Model optimalisasi sumber daya air untuk menjawab permasalahan kelangkaan air, dan peningkatan produksi pertanian terutama dalam upaya adaptasi perubahan iklim, dapat digunakan sebagai informasi awal dalam menentukan teknologi pengelolaan air yang tepat untuk menjamin keberlanjutan ketersediaan sumber daya air suatu DAS.

Penelitian bertujuan untuk: 1) mengkarakterisasi potensi sumber daya lahan, air, iklim, sosial ekonomi dan budaya lokal di lokasi pengembangan FSV, 2) menyusun rancang bangun teknik pemanfaatan potensi sumber daya air di lokasi pengembangan FSV, 3) mengimplementasikan FSV di lapangan,dan 4) menyusun rekomendasi pengembangan FSV.

Karakterisasi sosial ekonomi dan budaya lokal diperlukan untuk meningkatkan peran serta kelembagaan yang diperkuat dengan kearifan lokal dan berbasis komuniti dengan melibatkan peran serta kelompok tani dan masyarakat setempat secara aktif baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan/pendampingan, dan monitoring. Rancang bangun pemanfaatan sumber daya air dan iklim dilakukan melalui identifikasi potensi sumber daya air, ekplorasi, dan eksploitasi, desain jaringan irigasi, efisiensi pemanfaatan air sehingga terbangun model pengelolaan air berkelanjutan (Gambar 1).

3.

Gambar 1. Rancang bangun pemanfaatan sumber daya air dan iklim

Adapun aplikasi irigasi dengan dosis 100 %, 80 %, dan 60 % dari kebutuhan tanaman dikombinasikan dengan pemberian bahan organik in situ dilakukan di Desa Mbawa, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, NTB pada tanaman jagung, kacang tanah dan kedelai, dan di Desa Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kabupaten Kupang, NTT pada tanaman cabe dan tomat dikombinasikan dengan mulsa dan pupuk kandang.

Konfigurasi Sosial Ekonomi Masyarakat

Mata pencaharian penduduk Mbawa dan Mpili khususnya dan Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, NTB pada umumnya (± 95%) sebagai petani sekaligus sebagai peternak. Dari hasil wawancara terstruktur terhadap petani kooperator dan non

Page 17: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 6 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

kooperator menunjukkan bahwa, rata-rata umur petani responden termasuk umur produktif yakni kurang dari 55 tahun (85,7%). Ini berarti bahwa sebagian besar petani responden cukup responsif terhadap inovasi teknologi. Sebagian besar petani responden berpendidikan SMA (71,4%). Latar belakang tingkat pendidikan ikut mempengaruhi tingkat adopsi responden terhadap inovasi teknologi pengelolaan air dan lahan, apalagi informasi tentang pengelolaan lahan guna menekan laju degradasi lahan nampaknya belum optimal sampai ke tingkat petani/kelompok tani. Oleh sebab itu, diseminasi teknologi pengelolaan lahan perlu ditempuh melalui demplot disertai kunjungan dan penyuluhan secara rutin kepada kelompok tani/di lahan petani. Dilihat dari sisi ekonomi, penduduk Mbawa dan Mpili khususnya dan Kecamatan Donggo pada umumnya tergolong miskin. Untuk meningkatkan penghasilan sebagian pemuda Donggo bekerja menjadi TKI di negeri Jiran - Malaysia.

Berbeda dengan di Desa Mbawa, NTB yang sebagian besar petani responden berpendidikan SMA, di Desa Fatukoa sebagian besar petani responden berpendidikan Sekolah Dasar (61,9%). Oleh sebab itu, diseminasi teknologi pengelolaan lahan perlu ditempuh melalui demplot disertai kunjungan dan penyuluhan secara rutin dan lebih intensif kepada kelompok tani/di lahan petani, agar mereka lebih yakin terhadap manfaat dan pentingnya pengelolaan lahan dan melalui irigasi. Kegiatan bertani yang telah dikembangkan adalah menanam cabe merah, tomat, bawang merah, dan kol. Cabe merah dan tomat menjadi andalan dan menjadi pemasok terbesar di Kota Kupang. Untuk mengembangkan pertaniannya, para petani menggunakan pengairan secara gravitasi. Hasil identifikasi persepsi petani kooperator tentang perubahan dalam proses produksi setelah inovasi teknologi pengelolaan air dan lahan dari Badan Litbang Pertanian selama setahun terakhir menunjukkan bahwa mereka berkeyakinan akan ada perubahan kearah yang lebih baik karena adanya jaringan irigasi (pipaparalon, stop kran dll), air sudah dapat masuk sampai kelahan usaha tani sehingga pengelolaan lahan dan produksi tanaman lebih optimal. Petani non kooperator sangat mengharapkan agar jaringan irigasi juga dapat menjangkau lahan mereka.

Rancang Bangun Teknik Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Air dan Implementasi FSV

Lokasi FSV wilayah Nusa Tenggara Timur kegiatan pertanian di Dusun Sokon, Desa Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kabupaten Kupang, NTT, sumber airnya selain dari hujan, petani memanfaatkan air dari embung Sokon. Embung ini pada musim kemarau selalu terisi air karena ada jalur sungai kecil yang memiliki baseflow sekitar 0,5 liter/detik. Lokasi Embung Sokon, kondisi lahan dan sumber airnya disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Lokasi embung Sokon, kondisi lahan dan sumber air di Desa Fatukoa,

Kecamatan Maulafa, Kabupaten Kupang, NTT

Kondisi sumber air (c) Lokasi embung Sokon (a)

Kondisi lahan (b)

Page 18: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 7 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Teknik irigasi yang diimplentasikan di Desa Fatukoa adalah tampungan air mini renteng (tamren) yaitu sistem irigasi saling bersambung antara tampungan air yang satu dengan lainya dengan tujuan untuk memberikan akses sedekat mungkin antara tampungan air dan lahan yang di irigasi.

Hasil penelitian selama satu musim tanam tentang pengaruh tingkat irigasi dan bahan organik pupuk kandang dan mulsa jerami padi pada tanaman tomat menunjukkan bahwa, irigasi sesuai kebutuhan tanaman (100% rekomendasi FAO) merupakan perlakuan terbaik dalam menghasilkan buah tomat. Kombinasi irigasi 100% dan pemberian mulsa jerami padi merupakan kombinasi terbaik yang menghasilkan sebesar 159,8 kg/plot buah tomat setara dengan 7,99 ton/ha. Sedangkan pemberian irigasi 60 % dari kebutuhan tanaman atau setara dengan 0,32 l/det/ha, memberikan hasil bobot buah cabe paling baik dibandingkan dengan perlakuan irigasi 100 % dan 80 %.

Lokasi FSV wilayah Nusa Tenggara Barat

Sumber irigasi di desa Mbawa, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, NTB, adalah dari air hujan. Selain itu petani memanfaatkan air dari dam parit di sungai Mada Konca. Dam parit Mada Konca mempunyai debit sekitar 8 l/det, air didistribusikan secara gravitasi dengan saluran terbuka. Lokasi penelitian (a), kondisi lahan pada musim hujan di Mbawa (b), dan kondisi sumber daya airnya (c), disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Lokasi penelitian FSV di Desa Mbawa, Kabupaten Bima, NTB

Teknik irigasi yang diimplentasikan di lokasi FSV Mbawa adalah tampungan air mini renteng (Gambar 4c). Frekuensi pemberian irigasi disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman terutama pada fase inisial dilakukan 2 kali dalam seminggu. Instalasi jaringan irigasi dari bendung sadap sampai ke lahan penelitian dan lahan petani disajikan pada Gambar 4. Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa hasil pipilan kering jagung pada tingkat irigasi 80% lebih tinggi dibandingkan tingkat irigasi 60% dan 100%. Pada tingkat irigasi 80% dan 100% terlihat perbedaan hasil pipilan kering jagung pada plot yang diberi mulsa 5 t/ha dan biochar 5 t/ha, sementara pemberian bahan organik pada tingkat irigasi 60% tidak menunjukkan adanya perbedaan hasil.

Gambar 4. Instalasi jaringan irigasi dari bendung sadap sampai ke lahan penelitian dan lahan petani

(b) (c) (a)

(b)

(c) (a)

Page 19: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 8 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

4.

Gambar 5. Pengaruh dosis irigasi dan bahan organik terhadap pipilan kering jagung di Desa Mbawa, Kab. Bima, NTB, pada tahun 2014

Kombinasi pemberian irigasi 80 % dari kebutuhan tanaman (0,32 l/det/ha) dengan aplikasi kompos 5 t/ha menghasilkan berat biji kering kacang tanah yang paling baik dibandingkan perlakuan irigasi 60 dan 100% dari kebutuhan air tanaman. Berat polong kering kacang tanah terbesar diperoleh pada pemberian irigasi 80 % dari kebutuhan air tanaman dengan kombinasi aplikasi biochar k-50 sebanyak 5 t/ha. Kombinasi irigasi 60 % dari kebutuhan air tanaman dengan aplikasi mulsa biomas jagung sebanyak 5 t/ha merupakan perlakuan terbaik yang direpresentasikan oleh berat biji kering kedelai sebesar 3,05 t/ha, sehingga pemberian dosis irigasi sebesar 60 % dari rekomendasi FAO atau setara dengan 0,24 l/det/ha mampu menghasilkan kualitas biji kedelai yang baik.

Rekomendasi Inovasi teknologi pengelolaan sumber daya air pada lahan kering iklim kering di Desa Fatukoa, Kota Kupang, NTT dengan komoditas tomat dan cabe, dan di Desa Mbawa, Kabupaten Bima, NTB dengan komoditas jagung, kedelai, dan kacang tanah, yang dikemas dalam model Food Smart Village dapat dijadikan model pengelolaan sumber daya air pada lahan kering beriklim kering di wilayah Nusa Tenggara yang mempunyai

keterbatasan sumber daya air. Potensi sumber daya air yang ada dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan luas tanam antara 1,25 – 1,67 dari luas tanam yang biasa dilakukan petani serta meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) pada luasan yang sama di wilayah tersebut terutama pada musim tanam kedua.

2.1.2. Penelitian Key Area Keragaman Iklim Indonesia dalam Menghadapi Perubahan Iklim

Posisi Indonesia yang diapit diantara dua benua dan dua samudera menjadikan wilayah Indonesia memiliki iklim yang sangat dinamis dan kompleks. Secara garis besar, iklim regional Indonesia dipengaruhi oleh 4 hal, yaitu : 1) jumlah lautan yang lebih luas dari daratannya mengakibatkan tingginya tingkat penguapan di wilayah Indonesia 2) sirkulasi monsun Asia-Australia yang terutama mempengaruhi sirkulasi udara di Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, 3) sirkulasi zonal di Pasifik ekuator (Siklus Walker) yang terutama mempengaruhi sirkulasi udara di sekitar Papua, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan, 4) sirkulasi zonal di Samudera Hindia ekuator yang juga mempengaruhi sirkulasi udara di Indonesia bagian barat. Interaksi antara ke-4 hal tersebut mengakibatkan keragaman iklim antar wilayah di Indonesia sangat tinggi. Dinamika dan keragaman iklim ini memberikan dampak yang berbeda-beda di setiap wilayah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menentukan wilayah kunci (Key Area) keragaman iklim di Indonesia. Key area adalah wilayah yang bisa dijadikan indikator adanya perubahan iklim di Indonesia. Apabila terjadi kondisi iklim yang ekstrim atau menyimpang, maka dengan mengetahui karakteristik di wilayah kunci tersebut, dapat diperoleh gambaran untuk beberapa lokasi lainnya. Dalam jangka panjang ke depan, penelitian Key Area dimaksudkan untuk memantau perubahan iklim di wilayah kunci

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

Irigasi 60% Irigasi 80% Irigasi 100%

Has

il (t

/ha

)

Kontrol Mulsa 5t/ha Pukan 5t/ha Biochar 5t/ha

Page 20: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 9 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

dengan mengembangkan hasil-hasil prediksi Internasional. Data indikator global, regional dan lokal digunakan untuk mengidentifikasi Key Area. Selain itu beberapa parameter yang dipertimbangkan dalam penentuan Key Area adalah curah hujan, posisi geografi, serta topografi. Pemetaan wilayah kunci menjadi dasar dalam pengelolaan risiko iklim serta menghasilkan teknologi adaptasi sesuai dengan tingkatan dampak dan sebarannya. Berdasarkan Key Area dapat diidentifikasi wilayah mana yang bisa dijadikan indikator untuk mengetahui perubahan iklim di Indonesia sehingga bisa ditentukan wilayah prioritas dan pengelolaan risiko iklim. Tujuan penelitian adalah: (1). Menyusun wilayah penentu (Key Area) untuk indikator perubahan iklim di Indonesia, (2). Melakukan identifikasi teknologi yang adaptif dan tingkat adopsinya untuk menghadapi dampak perubahan iklim, dan (3). Mengidentifikasi dan mempelajari penggunaan prakiraan iklim musiman dalam budi daya tanaman padi dan mengatasi risiko iklim di lahan sawah tadah hujan. Penelitian dilakukan dengan tahapan, yaitu : melakukan korelasi antara indikator global (Sea Surface Temperature/SST Nino 3.4 dan Indian Ocean Dipole/IOD) dengan curah hujan di seluruh Indonesia pada Bulan Januari-Desember pada lag 0. Dari hasil ini selanjutnya dilakukan analisis konsistensi untuk tingkat provinsi dengan menggunakan batasan nilai korelasi lebih dari 0.6 dan kurang dari -0.6 selama periode minimal dua bulan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan indikasi awal wilayah kunci (Key Area). Untuk mencapai tujuan 2 dan 3 dilakukan survei dan wawancara petani di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Pati serta simulasi tanaman dengan model ABSIM. Hasil survei dan wawancara serta simulasi tanaman digunakan untuk mendukung pengembangan teknologi adaptasi pada wilayah kunci. Kajian terhadap hasil-hasil penelitian terkait juga dilakukan dalam rangka mendapatkan data dan informasi tentang wilayah kunci keragaman iklim Indonesia.

Hasil korelasi secara umum menunjukkan dua pola pengaruh indikator global terhadap curah hujan di Indonesia, yaitu positif dan negatif. Korelasi positif artinya meningkatnya SST Nino 3.4 atau IOD berdampak terhadap meningkatnya curah hujan. Sebaliknya korelasi negatif artinya meningkatnya SST Nino 3.4 atau IOD berdampak terhadap menurunnya curah hujan. Dalam melakukan identifikasi wilayah, korelasi positif adalah untuk nilai korelasi lebih dari 0.6, dan korelasi negatif diambil nilai korelasi yang lebih kecil dari -0.6. Hasil korelasi bulanan antara curah hujan dengan SST Nino 3.4 dan IOD pada lag 0 menunjukkan bahwa pengaruh SST Nino 3.4 terhadap curah hujan di wilayah Indonesia cukup beragam.

Pada bulan Januari sampai dengan Mei korelasi positif antara curah hujan dengan SST Nino 3.4 bergerak mulai dari Papua hingga Sumatera dan Kalimantan Barat. Sebaliknya korelasi negatif bergerak mulai Bulan Juni hingga November ke arah timur Indonesia. Artinya sebagian besar wilayah Indonesia pada Bulan Juni hingga November

mengalami penurunan curah hujan akibat meningkatnya SST di Nino 3.4. Untuk Pulau Sumatera, pengaruh SST Nino 3.4 terhadap penurunan curah hujan terlihat paling jelas pada bulan Agustus, untuk Pulau Kalimantan pada bulan Juli, untuk Pulau Sulawesi pada bulan Agustus, untuk Papua pada bulan November dan untuk Pulau Jawa pada bulan Oktober (Gambar 6a). Secara umum sebaran wilayah berdasarkan hasil korelasi antara curah hujan dengan IOD lebih sedikit dibandingkan dengan SST Nino 3.4 baik positif maupun negatif. Hal ini disebabkan pengaruh IOD terhadap curah hujan di Indonesia

lebih dominan pada wilayah bagian barat saja seperti Sumatera, Jawa dan sekitarnya, meskipun dampaknya bisa memperkuat atau memperlemah kejadian iklim ekstrim seperti El-Nino atau La-Nina (Gambar 6b).

Untuk penentuan indikator awal Key Area, dibedakan menjadi dua yaitu positif dan negatif berdasarkan konsistensinya lebih dari atau sama dengan 2 bulan, sedangkan periodenya dibagi berdasarkan musim yaitu Oktober-Maret (MH) dan April-September (MK). Hal ini disesuaikan dengan periode prakiraan hujan yang dikeluarkan BMKG serta

Kalender Tanam Terpadu. Berdasarkan pendekatan tersebut, maka indikator awal untuk wilayah kunci dengan korelasi positif antara curah hujan dengan SST Nino 3.4 pada periode MH adalah Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Sulawesi Tenggara,

Page 21: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 10 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Maluku, dan Papua, sedangkan untuk periode MK adalah Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat. Untuk korelasi negatif pada MH adalah Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, dan Papua. Untuk periode MK adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua. Sebaran ini tidak jauh berbeda dengan hasil korelasi musiman, hanya berbeda nilai korelasinya dimana yang analisis musiman secara umum lebih kecil korelasinya dibandingkan analisis bulanan. Berdasarkan korelasi positif antara curah hujan dengan IOD diperoleh indikasi awal wilayah kunci pada MH adalah di Kalimantan Tengah, sedangkan pada MK hanya di Maluku. Sementara untuk korelasi negatif pada MH indikasi awal wilayah kuncinya adalah Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Maluku dan Maluku Utara, sedangkan pada MK Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara dan Papua.

Gambar 6. Hasil korelasi antara curah hujan bulanan dan SST Nino 3.4 (a) dan IOD (b)

Penelitian Key Area keragaman iklim Indonesia juga didukung dengan penelitian yang difokuskan pada teknologi adaptasi terhadap perubahan iklim. Kegiatan ini meliputi 1) Analisis dan Identifikasi Adopsi Teknologi dan Respon Petani Terhadap Asuransi Indeks Iklim untuk Adaptasi Perubahan Iklim dan 2) Analisis Penggunaan Perkiraan Iklim Musiman dalam Mengelola Padi dan Tanaman Musim Kering di Lahan Tadah Hujan di Jakenan, Jawa Tengah. Kegiatan identifikasi dan adopsi teknologi dilakukan melalui survey dan wawancara di Kabupaten Indramayu, sedangkan kegiatan penggunaan perkiraan iklim untuk pengelolaan tanaman padi tadah hujan dilakukan di Jakenan, Kabupaten Pati.

Hasil survey dan wawancara petani di Kabupaten Indramayu terkait dengan risiko iklim menunjukkan bahwa risiko sekitar 79% responden mengalami kekeringan pada MK. Kekeringan pada umumnya terjadi pada bulan Juli sampai dengan September dan berlangsung 1 hingga 4 bulan. Beberapa teknologi yang dihasilkan sebagian sudah diterapkan oleh petani. Tingkat adopsi teknologi cukup baik. Hampir seluruh responden (93%) telah menerapkan teknologi benih bersertifikat, 85% responden sudah memanfaatkan limbah pertanian. Dalam kegiatan bertaninya, teknologi tanpa bakar jerami sudah diadopsi oleh 78% responden. Varietas adaptif juga telah diadopsi oleh 66% responden dan teknologi pupuk berimbang diadopsi oleh 63% responden. Teknologi lainnya masih diadopsi kurang dari 50% responden (Gambar 7a). Terkait dengan pengembangan Asuransi Indeks Iklim, sebagian besar petani responden sudah pernah mendengar tentang Asuransi Indeks Iklim. Sampai dengan saat ini, Asuransi Indeks Iklim telah diuji coba dalam bentuk “Game Interactive” di Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu kerjasama CCROM-IPB dengan IRI-Columbia University. Dalam uji coba ini petani melakukan aplikasi dan menentukan sendiri periode mana yang akan diasuransikan. Sebelum diaplikasikannya game ini, petani telah dibekali dengan pemahaman dan segala sesuatu yang diperlukan terkait dengan Asuransi Indeks Iklim

(a) (b)

Page 22: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 11 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

(Gambar 7b). Dari hasil wawancara terlihat bahwa tingkat pemahamannya masih sangat rendah. Oleh karena itu sosialisasi perlu terus dilakukan mulai dari tingkat pusat, daerah, penyuluh hingga tingkat petani dalam rangka mendapat pemahaman yang lebih baik.

Gambar 7. tingkat adopsi teknologi oleh petani responden (a) dan pelaksanaan “Game Interactive” di Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu (b)

Survei dan wawancara petani di Kecamatan Jakenan dan Kayen, Kabupaten Pati,

Jawa Tengah (Gambar 8a), menghasilkan informasi bahwa 70% responden di kedua kecamatan menyatakan bahwa penentuan pola tanam berdasarkan kecocokan tanaman dengan kondisi tanah dan ketersediaan air. Risiko iklim yang dialami petani berupa peningkatan kemarau, peningkatan banjir, curah hujan tidak menentu, kekeringan, penurunan curah hujan, peningkatan, dan penurunan suhu. Banjir terjadi hampir setiap tahun. Pengaruh variabilitas dan perubahan iklim terhadap produksi tanaman dan manajemen yang paling banyak dialami petani adalah penurunan hasil panen, gagal

panen, perubahan varietas tanam dan perubahan pola tanam serta peningkatan serangan OPT. Strategi pengelolaan tanaman dalam menghadapi pengaruh variabilitas dan perubahan iklim yang paling banyak dilakukan petani adalah merubah waktu tanam, peningkatan praktek tanaman, perubahan pola tanam dan irigasi tambahan. Simulasi tanaman padi dengan kacang hijau memberi gambaran pola dan hasil biomas pada penerapan pupuk N yang berbeda (Gambar 8b). Hasil penelitian ini memungkinkan penerapan lebih baik dari penggunaan perkiraan iklim musiman dalam mengambil keputusan terkait budi daya tanaman dan risiko yang dihadapi akibat variasi iklim.

Gambar 8. Proses wawancara petani di Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati (a) dan

contoh simulasi biomas dan hasil padi (kg/ha) dan kacang hijau (gr/m2) selama 2 musim tanam padi dan 1 musim tanam kacang hijau secara berurutan pada tahun 1998-1999 dengan perlakuan pupuk N yang rendah di Jakenan, Pati (b)

Pada tahun 2014, Key Area Keragaman Iklim Indonesia masih dalam tahap awal penelitian. Hasil indikasi awal Key Area ini perlu terus dikaji dan dikembangkan dengan berbagai indikator global lainnya serta periode waktu musiman DJF, MAM, JJA dan SON. Kajian terhadap berbagai pendekatan juga terus dilakukan untuk memperoleh metodologi yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Masukkan, saran dan ide-ide pengembangannya diharapkan dapat dikontribusikan agar hasil akhir penelitian ini

dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas sebagai bentuk pelayanan dalam meningkatkan sumber daya iklim untuk kemajuan pertanian di Indonesia.

SUDAH INGIN BELUM TDK MAU

Benih bersertifikat 93 0 7 0

Varietas Adaptif 66 2 32 0

Jarwo 41 4 55 0

Pupuk berimbang 63 0 37 0

PHT 45 4 51 0

PTT 27 1 72 0

SRI 34 2 64 0

Pemanfaatan limbah pertanian 85 1 14 0

Panen hujan dan aliran permukaan 27 0 73 0

Tanpa bakar jerami 78 0 20 2

Intermitten 47 0 52 1

Limbah Ternak 44 7 47 2

Eko Farming 37 2 60 1

Integrasi tanaman-ternak 28 0 72 0

Pemanfaatan Informasi Iklim 37 1 62 0

Teknologi hemat air 36 0 64 0

Kalender Tanam Terpadu 32 0 68 0

TEKNOLOGI

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI (%)

(a) (b)

(b) (a)

Page 23: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 12 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

2.1.3. Penyusunan Basis Data Sumber Daya Air Pertanian

Data dan informasi sumber daya air yang akurat dan terekam dalam format sistem informasi berbasis Daerah Aliran Sungai mutlak diperlukan. Permasalahan yang dihadapi saat ini baik di pulau Jawa maupun di luar Jawa, keberadaan data tersebut terfragmentasi di berbagai institusi dengan bentuk, format, jenis, waktu penyajian, dan metode yang berbeda. Hal ini mengakibatkan kendala sebagai berikut: 1) tidak ada jaminan kualitas/kuantitas data secara spasial dan temporal, 2) sangat sulit mencari dan menyiapkan data dalam waktu yang singkat, 3) data tidak bisa diakses dengan mudah, 4) data tidak komprenhensif, 5) kendala dalam updating, dan 6) kurang optimal dalam penggunaannya. Untuk mengatasi kendala tersebut, diperlukan kuantifikasi dan integrasi data sumber daya air, sehingga dapat memberikan informasi secara menyeluruh baik spasial, tabular, dan temporal tentang kondisi sumber daya air di suatu wilayah.

Penelitian dilakukan mulai Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, yang bertujuan untuk: 1) menyusun Atlas Potensi Sumber Daya Air Pulau Jawa-Bali-Nusa Tenggara, 2) mengembangkan model optimalisasi sumber daya air untuk peningkatan produktivitas lahan pertanian di wilayah Nusa Tenggara, 3) menyusun prototype Sistem Informasi Sumber Daya Air Pertanian Nasional (SISDATAN). Kegiatan penelitian meliputi empat tahapan utama yaitu: a) persiapan, b) pengumpulan data, dan survei lapang, c) analisis dan pengolahan data, dan d) penyusunan laporan.

Penyajian data potensi sumber daya air (SDA) dalam format ATLAS dipilih karena kemampuannya dalam mengintegrasikan dan mengklasifikasikan data dan informasi tabular, temporal, dan spasial secara terstruktur. Data spasial merupakan data dasar sebagai basis informasi sumber daya air berbasis DAS. Data ini disusun dengan melakukan overlay antara beberapa data spasial hidrologis. Data tabular dan temporal disusun ke dalam basis data yang terstruktur untuk kemudian dihubungkan ke data spasialnya untuk disajikan dalam format dan grafik. Diagram alir metode penyusunan ATLAS SDA disajikan pada Gambar 9.

Adapun penyusunan SISDATAN terdiri dari dua tahapan yaitu pengolahan data dan pembuatan aplikasi SISDATAN berbasis WEB. Diagram alir penyusunan prototipe SISDATAN disajikan pada Gambar 10.

Gambar 9. Metode penyusunan ATLAS SDA

MULAI

DATA GEOGRAFI

Peta tematik/

data vektor

Citra Landsat 7/ data raster

Data tabular

USER

TRANSAKSI

- Lihat grafik data tabular berdasarkan kategori tertentu

- Overlay peta berdasarkan layer tertentu - Manipulasi data tabular (tambah, hapus, sisip,

pembaharuan data) - Mencari data berdasarkan data tabular dan data

spasial - Dan sebagainya

- Printer - Monitor (display) - File (save)

SELESAI

Proses

Output

Gambar 10. Diagram alir prototype SISDATAN

Page 24: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 13 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

ATLAS Potensi Sumber Daya Air Pertanian

Gambar 11 menyajikan tampak depan ATLAS Potensi Sumber Daya Air Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, skala 1:250.000. ATLAS ini terdiri dari 48 halaman peta yang menyajikan informasi ketersediaan air dan indeks kekritisan air tingkat kabupaten. Gambar 12 menyajikan contoh informasi detil dalam ATLAS Potensi Sumber Daya Air Pertanian Provinsi Banten dan wilayah timur Provinsi Jatim dan wilayah barat Provinsi Bali.

Gambar 11. Sampul Muka ATLAS Potensi Sumber Daya Air Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara

Gambar 12. ATLAS Potensi Sumber Daya Air Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Lembar 1109 (Provinsi Banten, kiri) dan Lembar 1707 (sebagian Provinsi Jawa Timur dan Bali, kanan)

Neraca Ketersediaan-Kebutuhan Air Jawa, Bali dan Nusa Tenggara

Hasil analisis menggunakan model debit bulanan menunjukkan bahwa potensi ketersediaan air di Provinsi Banten adalah sebesar 3.637,8 MCM (Million Cubic Meter), Jawa Barat 26.435,9 MCM, Jawa Tengah 18.188,2 MCM, DIY 1.717,8 MCM dan Jawa Timur 25.968,9 MCM. Berdasarkan analisis neraca air tahunan, potensi ketersediaan air di Provinsi Bali adalah sebesar 2.291,0 MCM, Provinsi NTB 2.982,3 MCM dan Provinsi NTT 5.926,9 MCM. Analisis neraca ketersediaan- kebutuhan air di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur menunjukkan indeks sangat kritis dengan indeks kekritisan berkisar dari 105,3 % hingga 297,9%,

Tabel 2 menunjukkan neraca ketersediaan-kebutuhan air serta kriteria kekritisan air untuk setiap wilayah kabupaten/kota di Provinsi NTT. Secara keseluruhan indek kekritisan air Provinsi NTT masuk kategori mendekati kritis dengan indeks sebesar

Page 25: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 14 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

60,3%. Kriteria untuk setiap kabupaten/kota yaitu: Ende, Flores Timur, Alor, Kota Kupang, Kupang, Lembata, Sumba Timur, Timor Tengah Selatan dan Nagekeo mencapai tingkat belum kritis dengan indeks kekritisan bervariasi dari 2,7 hingga 43,0 %, Timor Tengah Utara dan Ngada mencapai tingkat mendekati kritis dengan indeks masing-masing sebesar 55,0% dan 71,9 %; Rote Ndao mencapai tingkat kritis dengan indeks sebesar 89,8%, sedangkan Belu, Manggarai, Manggarai Barat, Sikka, Sumba Barat, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, Manggarai Timur dan Sabu Raijua memiliki kriteria sangat kritis dengan indeks lebih besar dari 100 %.

Tabel 2. Neraca ketersediaan-kebutuhan air serta kriteria kekritisan air untuk setiap wilayah kabupaten/kota di Provinsi NTT

Kabupaten /Kota Ketersediaan

Air (MCM) Kebutuhan Air (MCM)

Indeks Kekritisan

Air Kriteria

Alor 200,1 30,3 15,1 Belum Kritis

Belu 99,7 182,3 182,8 Sangat Kritis

Ende 337,2 145,0 43,0 Belum Kritis

Flores Timur 112,4 28,4 25,3 Belum Kritis

Kota Kupang 31,0 9,1 29,4 Belum Kritis

Kupang 741,2 314,3 42,4 Belum Kritis

Lembata 212,4 5,7 2,7 Belum Kritis

Manggarai 313,6 319,4 101,9 Sangat Kritis

Manggarai Barat 336,2 348,5 103,7 Sangat Kritis

Ngada 228,1 164,0 71,9 Mendekati Kritis

Rote Ndao 362,8 325,6 89,8 Kritis

Sikka 61,7 61,8 100,1 Sangat Kritis

Sumba Barat 57,9 218,4 377,0 Sangat Kritis

Sumba Timur 975,1 387,6 39,8 Belum Kritis

Timor Tengah Selatan 651,0 101,0 15,5 Belum Kritis

Timor Tengah Utara 335,1 184,3 55,0 Mendekati Kritis

Sumba Tengah 122,3 181,9 148,7 Sangat Kritis

Sumba Barat Daya 101,2 116,0 114,7 Sangat Kritis

Nagekeo 579,0 98,0 16,9 Belum Kritis

Manggarai Timur 40,0 309,4 773,9 Sangat Kritis

Sabu Raijua 28,9 44,6 154,3 Sangat Kritis

Total 5.926,9 3.575,7 60,3 Mendekati Kritis

Sistem Informasi Sumber Daya Air Pertanian (SISDATAN)

Prototipe Sistem Informasi Sumber Daya Air Pertanian merupakan perangkat lunak berbasis web yang dapat memberikan informasi sumber daya air meliputi sebaran Daerah Irigasi, sebaran Satuan Wilayah Sungai (SWS), sebaran Daerah Aliran Sungai (DAS), potensi ketersediaan air tingkat kabupaten serta indeks kekritisan air tingkat kabupaten secara online. Gambar 13 menyajikan teladan tampilan informasi sumber daya air dalam SISDATAN untuk level Jawa-Bali-Nusa Tenggara, Pulau Jawa, Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Madiun dan Kecamatan Madiun.

Page 26: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 15 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 13. Tampilan informasi sumber daya air dalam Sistem Infromasi Sumber Daya

Air Pertanian (SISDATAN) untuk level Jawa-Bali-Nusa Tenggara, Pulau Jawa, Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Madiun, dan Kecamatan Madiun

2.2. PENELITIAN KERJASAMA

Kebijakan pembinaan dan peningkatan kerjasama penelitian dengan mitra pada dasarnya bertujuan untuk mendiseminasikan informasi dan teknologi pengelolaan sumber daya iklim dan air, meningkatkan kapasitas sumber daya penelitian dan menggalang pendanaan alternatif sebagai komplemen anggaran penelitian Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Dinamika kegiatan penelitian yang dikerjasamakan didasarkan pada permintaan pengguna, baik yang berkaitan langsung dengan bidang iklim dan hidrologi maupun pemanfaatan keahlian yang dimiliki oleh Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.

Pada Tahun Anggaran 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi melaksanakan dua kegiatan penelitian on top dari Balitbangtan dan juga melanjutkan kerjasama penelitian dengan 2 Mitra yakni: CIRAD, Prancis dan AFACI Korea Selatan. Adapun judul kegiatan penelitian, Mitra dan alokasi biaya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Kerjasama penelitian tahun 2014

Judul Mitra Biaya (Rp.)

1. Desain Pengelolaan Air di 13 Kebun Percobaan Lingkup Balitbangtan, Kementerian Pertanian

Balitbangtan 386.500.000

2. Implementasi Desain Pengelolaan Air di 5 Kebun Percobaan Lingkup Balitbangtan Kementerian Pertanian

Balitbangtan 1.189.932.000

3. Integrated and Participatory Management Water Recources Management toward Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed

CIRAD, Perancis/

2012-2015 516.000.000

4. Production and Services of Agro-Meteorological Information for the Adaptation to Climate Change in Indonesia

RDA Avacy Korea Selatan/

2012-2015 55.571.000

Page 27: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 16 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

2.2.1. Desain Pengelolaan Air di 13 Kebun Percobaan Lingkup Balitbangtan, Kementerian Pertanian

Kebun Percobaan merupakan salah satu aset Balitbangtan, berupa sebidang lahan pada wilayah agroekosistem tertentu, dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung. Fungsi utama Kebun Percobaan adalah mendukung pelaksanaan kegiatan penelitian, pengkajian dan pengembangan inovasi teknologi pertanian yang terkait konservasi ex-situ sumber daya genetik, produksi benih sumber pada skala lapangan sekaligus sebagai sarana show window.

Selain teknik budi daya dan pemupukan, kuantitas dan kualitas hasil tanaman yang dibudidayakan serta produktivitas lahan di KP dapat ditingkatkan keragaannya melalui optimalisasi pengelolaan sumber daya air dan iklim. Optimalisasi pengelolaan sumber daya air dan iklim di KP dilakukan melalui empat tahap kegiatan yakni: a) identifikasi potensi ketersediaan sumber daya air, b) analisis dan desain, c) eksploitasi potensi sumber daya air, dan d) implementasi teknologi terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan iklim berdasarkan agro ekosistem.

Pada ekosistem lahan kering, ketersediaan air guna memenuhi kebutuhan air tanaman merupakan faktor penentu untuk keberlanjutan produksi dan produktivitas tanaman. Pengelolaan sumber daya air di lahan kering dan lahan sawah dititikberatkan pada penyediaan air irigasi untuk tanaman dengan memanfaatkan potensi sumber daya air yang ada (air permukaan dan atau air tanah).

Desain pengelolaan sumber daya air di kebun percobaan menjadi sangat penting dalam upaya meningkatkan dan mengoptimalkan fungsi dan manfaat kebun percobaan baik dari segi penelitian dan pengkajian, sumber daya genetik dan sarana desiminasi.

Tujuan dari kegiatan adalah: 1) mengidentifikasi karakteristik biofisik KP, dan 2) menyusun desain pengelolaan air sesuai layout pengembangan KP.

Pada tahun 2014, kegiatan desain irigasi dilaksanakan di 13 kebun percobaan sedangkan implementasi desain irigasi dilakukan di 5 Kebun Percobaan pada agro ekosistem lahan kering, lahan rawa dan lahan sawah. Kegiatan yang meliputi: survey identifikasi ketersediaan air, survey topografi dan desain pengelolaan air serta desain distribusi jaringan irigasi. Prioritas lokasi penyusunan desain pengelolaan sumber daya air KP adalah yang sudah berproduksi (Tabel 4). Sedangkan implementasi desain pengelolaan sumber daya air di 5 Kebun Percobaan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 4. Daftar prioritas desain pengelolaan sumber daya air di 13 Kebun Percobaan lingkup Balitbangtan Kementerian Pertanian tahun 2014

No. Nama Kebun Percobaan

Kabupaten Provinsi Satuan Kerja Luas (Ha)

1 Gayo Bener Meriah Aceh Tengah BPTP NAD 19,78

2 Kaum Pandak Bogor Jawa Barat Balitnak 11,88

3 Muktiharjo Pati Jawa Barat Balittas 169,62

4 Semboja Kutai Kartanegara Kalimantan Timur BPTP Kalimantan Timur 10,00

5 Cahaya Negeri Lampung Utara Lampung Balittri 30,00

6 Paya Gajah Aceh Timur Aceh BPTP Aceh 141,12

7 Bontobili Gowa Sulawesi Selatan Balitsereal 20,81

8 Luwu Luwu Utara Sulawesi Selatan BPTP Sulawesi Selatan 49,81

9 Sidondo Donggala Sulawesi Tengah BPTP Sulawesi Tengah 30,00

10 Onembute Konawe Selatan Sulawesi Tenggara BPTP Sulawesi Tenggara 13,00

11 Rambatan Tanah Datar Sumatera Barat BPTP Sumatera Barat 5,90

12 Berastagi Karo Sumatera Utara Balitbu 25,97

13 Gungur Baligo Toba Samosir Sumatera Utara BPTP Sumatera Utara 40,00

Page 28: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 17 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Tabel 5. Daftar prioritas implementasi desain pengelolaan sumber daya air di 5 Kebun Percobaan lingkup Balitbangtan Kementerian Pertanian tahun 2014

Satuan Nama Kebun Percobaan Luas Potensi

Kerja/ Kabupaten Tanah Agro Ekosistem Produksi

No. Provinsi (Ha) Benih Sumber

Balittas 3 KP Asembagus 40,17 Lahan kering Kapas dan

Kab. Situbondo

jarak pagar

Prov. Jawa Timur

Balitjestro

2 KP Kraton 1,15 Lahan kering Mangga

Kab. Pasuruan

Prov.Jawa Timur

Balitsereal

3 KP. Maros Kab. Maros

142,07 Sawah irigasi dan lahan kering

Jagung, sorgum, padi

Prov. Sulawesi Selatan

BPTP NTB 4 Sandubaya 7,10 Dataran rendah Jagung

Kab. Lombok Timur

iklim kering Kacang Hijau

Prov. NTB

Balittanah

5 Taman bogo 20,14 Sawah irigasi dan Padi, jagung,

Kab. Lampung Timur

lahan kering kedelai

Prov. Lampung

Pelaksanaan kegiatan Desain Pengelolaan Air Kebun Percobaan pada 13 KP

dilakukan dalam bentuk:

a) Identifikasi Potensi Sumber Daya Air Potensi sumber daya air terdiri atas air permukaan dan air tanah. Air permukaan direpresentasikan oleh curah hujan, air yang tersimpan dalam cekungan alami maupun artifisial (embung), serta aliran sungai. Potensi air permukaan dari curah hujan dianalisis berdasarkan data pengamatan stasiun hujan yang terdapat di lokasi penelitian, potensi air pemukaan dari embung diidentifikasi berdasarkan volume cekungan. Sumber air dari

berdasarkan pengukuran debit sesaat (pada musim kemarau) menggunakan current meter. Ketersediaan air tanah dianalisis berdasarkan informasi sebaran cekungan air tanah yang telah diidentifikasi oleh Pusat Lingkungan Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Apabila air tanah merupakan sumber utama pemasok kebutuhan air, maka dilakukan identifikasi potensi ketersediaan air tanah melalui pelaksanaan survey geolistrik menggunakan geoscanner dan terrameter.

b) Desain Pengelolaan Sumber Daya Air Pengelolaan sumber daya air mencakup aspek eksplorasi, eksploitasi, dan efektivitas distribusi. Eksplorasi sumber daya air merupakan kegiatan mencari dan mengidentifikasi potensi sumber daya air. Eksploitasi bertujuan untuk memanfaatkan potensi sumber daya air (air permukaan dan air tanah). Efektivitas distribusi mencakup peningkatan nilai guna air yang terbatas untuk budi daya pertanian secara maksimal. Desain irigasi pada lahan kering ditetapkan berdasarkan informasi jenis dan potensi sumber daya air, bentang lahan, panjang jalur saluran distribusi dan pilihan komoditas. Desain pengelolaan sumber daya air yang dilaksanakan difokuskan pada lahan kering dan lahan sawah.

Page 29: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 18 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

c) Desain Irigasi Lahan Kering Penyusunan desain pengelolaan air lahan kering meliputi aspek eksploitasi dan distribusi. Eksploitasi adalah kegiatan untuk memanfaatkan air dari sumber air berupa mata air, aliran sungai dan air tanah. Untuk sumber air yang berasal dari aliran sungai, eksploitasi dilakukan dengan pembangunan instalasi pompa. Sumber air yang berasal dari mata air, eksploitasi dilakukan dengan membangun bak penampungan dan sistem distribusi air tertutup. Sumber air yang berasal dari air tanah dalam, eksploitasi dilakukan dengan beberapa tahapan kegiatan melalui pengeboran sumur, uji pompa, dan instalasi pompa.

Optimalisasi pengelolaan sumber daya air KP dilakukan melalui: 1) identifikasi potensi ketersediaan sumber daya air yang menghasilkan informasi kondisi air permukaan dan air tanah, 2) analisis dan desain irigasi untuk menentukan dosis, distribusi dan jadwal irigasi, dan 3) eksploitasi potensi sumber daya air baik air permukaan maupun air tanah dan selanjutnya implementasi teknologi berdasarkan agro ekosistem KP.

Sistem irigasi yang direkomendasikan disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya air, topografi, dan jenis komoditas yang diusahakan. beberapa macam teknik penyiraman yang dianjurkan adalah: irigasi tetes, irigasi curah, irigasi parit. Irigasi tetes sesuai pada kondisi ketersediaan air terbatas, lahan datar sampai berbukit, tanah bertekstur liat hingga berpasir dan lebih baik bila diterapkan pada komoditas hortikultura bernilai ekonomi tinggi. Irigasi curah dapat diimplementasikan pada kondisi ketersediaan air terbatas, lahannya datar hingga berbukit dan tanahnya bertekstur liat hingga berpasir serta sesuai untuk komoditas buah-buahan dan tanaman pohon lainnya. Selain itu, dianjurkan juga irigasi curah bergerak, yang baik diterapkan bila kondisi ketersediaan air terbatas, lahan datar hingga berbukit, tanahnya bertekstur liat hingga berpasir serta efisien untuk komoditas tanaman pangan dan hortikultura. Penerapan irigasi parit, cocok bila kondisi ketersediaan air melimpah, lahan relatif datar dan tanahnya bertekstur liat serta efisien bila komoditas yang ditanam adalah: tanaman pangan, sayuran, buah-buahan.

Teknik Penyiraman

Teknik penyiraman merupakan satu rangkaian dengan cara pendistribusian air dari jaringan irigasi ke tanaman. Agar aplikasinya tepat sasaran dan efisien dalam penggunaan airnya, teknik penyiraman ditentukan berdasarkan kondisi lahan, jenis komoditas dan jarak tanam. Jenis teknik penyiraman yang diaplikasikan di KP Balitbangtan terdiri atas: 1. Irigasi curah (Sprinkler Irrigation); 2. Irigasi Tetes (Drip Irrigation); 3. Irigasi Parit (Furrow Irrigation).

(1) Sprinkler Irrigation Sprinkler irrigation adalah cara membasahi tanaman dengan menyemprotkan air ke udara sehingga tanaman mendapatkan air dari atas menyerupai curah hujan. Berdasarkan jenis komoditas dan jarak tanam yang ada di kebun percobaan, jenis irigasi curah yang diaplikasikan adalah: impact sprinkler, fan jet sprayer dan big gun sprinkler. a. Impact Sprinkler

Impact sprinkler adalah sistem irigasi curah yang menggunakan nosel bergerak yang terbuat dari plastik dengan jelajah putaran dapat mencapai 360 derajat dengan debit penyiraman sedang dan konstan sesuai dengan ukuran nosel.

b. Fan Jet Sprayer Fan Jet Sprayer adalah sistem irigasi curah yang menggunakan nosel statik terbuat dari plastik yang dapat menyiram tanaman dengan debit penyiraman rendah dan konstan. Tipe irigasi curah ini sangat cocok untuk aplikasi tanaman kebun dan hortikultura. Specifikasi fan jet sprayer adalah sebagai berikut (Gambar 14).

Page 30: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 19 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Debit : 34 - 143 liter/jam • Tekanan : 1,0 – 2,4 BAR • Radius Penyiraman : 1,5 m • Jangkauan Penyiraman dan Kode Warna :

• 90° : Kode Warna Biru • 180° : Kode Warna Hijau • 360° : Kode Warna Merah

• Ukuran Nosel : 10 - 19 mm • Tekanan Operasional : 2,1 BAR • Lintasan : Datar • Laju Presipitasi : 51 - 71 mm/jam

Desain teknik penyiraman dengan sistem fan jet sprayer yang diaplikasikan untuk

komoditas tanaman tahunan seperti disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15. Desain teknik irigasi menggunakan sistem fan jet sprayer

c. Big Gun Sprinkler

Big Gun Sprinkler (Gambar 16) adalah sistem irigasi curah berukuran besar yang memiliki jangkauan dan kapasitas debit besar serta bersifat mobile (mudah dipasang dan dipindahkan). Sistem ini cocok diaplikasikan untuk irigasi tanaman pangan ataupun sayuran pada lahan datar maupun bergelombang hingga berbukit.

Gambar 16. Teknik irigasi menggunakan big gun springkler

Spesifikasi: • Tipe : SR 75 • Debit : 1,83 - 10,3 liter/detik • Tekanan : 3,0 – 6,0 BAR • Radius Penyiraman : 23,5 – 43,5 m • Ukuran Nosel : 11 - 14 mm • Lintasan : Melengkung

Gambar 14. Nosel fan jet sprayer

Page 31: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 20 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Desain sistem irigasi big gun sprinkler yang diaplikasikan di kebun percobaan disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17. Desain sistem irigasi big gun sprinkler

(2) Irigasi Tetes Irigasi tetes (Drip Irrigation) adalah teknik pemberian air pada tanaman dengan jalan memberikan air langsung pada permukaan tanah maupun di dalam tanah sesuai dengan kebutuhannya secara kontinu dan perlahan pada areal perakaran tanaman. Komponen irigasi tetes (Gambar 18) terdiri atas: pompa, pipa utama, pipa lateral dan emitter. Pompa berfungsi untuk mengambil air dari sumber air ke bak penampungan dan menyalurkan melalui jaringan distribusi. Pipa utama berfungsi sebagai distributor dari bak penampungan ke pipa lateral.

Pipa Lateral irigasi tetes merupakan komponen khas, karena adanya komponen pelepasan (emitter) yang menjadi satu dengan pipa lateral. Pipa Lateral umumnya terbuat dari Low Density Poly-Etylene (LDPE) mengandung karbon, dengan diameter dalam bervariasi dari 8 - 20 mm, kandungan karbon diperlukan untuk ketahanan cuaca. Pipa-pipa lateral diletakkan satu atau dua jalur tiap pohon, bisa memanjang jaraknya karena sedikitnya jumlah air yang mengalir, panjang pipa lateral ≤ 300 m. Tekanan di pipa lateral adalah rendah yakni berkisar 35 – 175 kilopascal (5 psi – 25 psi).

Emitter berfungsi untuk menurunkan tekanan air dan menyalurkan air dalam jumlah tertentu, emitter harus mempunyai keseragaman dan konstan menyalurkan air dalam jumlah yang terbatas. Emitter ini disatukan dengan pipa-pipa lateral dengan cara melubangi pipa tersebut dan pemasangan emitter diatasnya sedemikian rupa sehingga merupakan bagian dari pipa-pipa lateral. Emitter tahan cuaca dan tidak mudah tersumbat, terbuat dari plastik, kompak/kecil, dan relatif murah.

Gambar 18. Teknik irigasi tetes

Beberapa macam emitter (Gambar 19) antara lain: 1) Point source emitter untuk meneteskan air dengan pola pembasahan titik. 2) Line source emitter untuk meneteskan air dengan pola pembasahan garis. 3) Sprayer yaitu emitter yang digunakan untuk meneteskan air dengan pola semprot.

Page 32: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 21 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

(a) (b) (c) Gambar 19. Point source emitter (a), line source emitter (b) dan sprayer (c)

Adapun desain teknik irigasi tetes seperti disajikan pada Gambar 20.

Gambar 20. Desain teknik irigasi tetes

(3) Irigasi Parit Irigasi parit (Furrow Irrigation) merupakan cara pemberian air irigasi yang dialirkan langsung ke lahan dimana air bergerak melalui saluran kemalir (alur) yang ada diantara lajur tanaman (Gambar 21).

Gambar 21. Desain teknik irigasi parit

2.2.2. Implementasi Desain Pengelolaan Air di 5 Kebun Percobaan Lingkup Balitbangtan, Kementerian Pertanian

Kebun Percobaan (KP) merupakan salah satu aset Balitbangtan, berupa sebidang lahan pada wilayah agroekosistem tertentu yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung. KP mempunyai fungsi utama untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penelitian, pengkajian dan pengembangan inovasi teknologi pertanian terutama berkaitan dengan konservasi ex-situ sumber daya genetik, produksi benih sumber pada skala lapangan, sekaligus sebagai sarana show window inovasi teknologi pertanian. Sampai saat ini pengelolaan dan pemanfaatan KP di Balitbangtan belum maksimal terutama terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan iklim. Selain teknik budi daya dan pemupukan, kuantitas dan kualitas hasil tanaman yang dibudidayakan serta produktivitas lahan KP dapat ditingkatkan keragaannya melalui optimasi pengelolaan sumber daya air.

Page 33: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 22 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Optimalisasi pengelolaan sumber daya air dapat dilakukan melalui empat tahapan kegiatan yakni: 1) identifikasi potensi ketersediaan sumber daya air; 2) analisis dan desain; 3) eksploitasi potensi sumber daya air; dan 4) implementasi teknologi terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan iklim berdasarkan agroekosistem KP.

Desain pengelolaan sumber daya air di KP dilakukan sebagai upaya meningkatkan dan mengoptimalkan fungsi dan manfaat KP, baik dari segi penelitian dan pengkajian, sumber daya genetik, dan sarana desiminasi. Pada tahun 2013 dilakukan desain pengelolaan air di 21 kebun percobaan lingkup Balitbangtan. Untuk melengkapi desain pengelolaan air, pada tahun 2014 dilakukan implementasi desain pengeloaan air di 5 KP pada agroekositem lahan kering untuk pengembangan berbagai komoditas tanaman pangan dan hortikultura.

(a). Implementasi Desain Pengelolaan Air di KP Asembagus

Eksploitasi sumber daya air

Di KP Asembagus, sumber air irigasi suplementer adalah air tanah dalam. Terdapat beberapa sumur dalam yang airnya dapat digunakan untuk irigasi. Terkait dengan implementasi desain pengelolaan air telah memanfaatkan dua sumur dalam untuk irigasi suplementer (Gambar 22). Air dari sumur dalam ditarik dengan menggunakan pompa centrifugal, kemudian air dialirkan dan ditampung dalam reservoir (bak tampung) (Gambar 23). Dalam kegiatan implementasi, desain pengelolaan air di KP ini telah membangun dua reservoir, satu reservoir ukuran 6 m x 5 m x 2 m (volume 60 m3) dibangun di sebelah selatan KP (sebelah selatan jalan pantura). Satu reservoir berikutnya ukuran 5 m x 4 m x 2 m (volume 50 m3) di sebelah utara jalan pantura.

(a) (b)

Gambar 22. Sumur air tanah dalam beserta pompa (a) dan, rumah pompa (b)

(a) (b) Gambar 23. Reservoir volume 60 m3 (a), dan reservoir volume 50 m3 (b) yang dibangun

di KP Asembagus

Page 34: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 23 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Fungsi dari 2 reservoir tersebut adalah untuk menampung sementara air yang dipompa dari sumur dalam. Dengan menggunakan pompa kapasitas besar, reservoir tersebut dapat diisi penuh dalam tempo kurang dari 2 jam. Teknik distribusi air

Untuk efisiensi bahan bakar dan meningkatkan efisiensi penggunaan air, maka setelah bak utama terisi air penuh, kemudian pompa dimatikan. Selanjutnya air disistribusikan secara gravitasi melalui saluran terbuka menuju kolam tampung yang telah dibangun sebelumnya dan tersebar merata di area KP. Kolam tampung yang dibangun sebanyak sepuluh buah, berukuran 2 m x 2 m x 2 m (volume 8 m3). Enam buah kolam tampung dibangun pada bagian selatan KP yang berfungsi menampung air yang berasal dari reservoir berukuran 60 m3 yang disalurkan secara gravitasi melalui saluran terbuka. Sedangkan empat kolam tampung dibangun di bagian utara KP. Sedangkan empat kolam tampung kedua dibangun pada bagian utara dari KP, berfungsi menampung air yang berasal dari reservoir ukuran 50 m3 yang juga secara gravitasi disalurkan melalui saluran terbuka (Gambar 24). Tujuan membuat kolam tampung ini adalah untuk mendekatkan sumber daya air ke lahan pertanian atau lokasi pertanaman, sehingga memudahkan

pemanfaatannya untuk langkah selanjutnya yaitu untuk memudahkan aplikasi irigasi/penyiraman tanaman yang ada di KP.

(a) (b)

Gambar 24. Distribusi air secara gravitasi dari reservoir melalui saluran terbuka menuju kolam tampung (a) dan, kolam tampung untuk menampung air dari reservoir (b)

Teknik penyiraman

Teknik penyiraman yang diimplementasikan untuk irigasi suplementer di KP Asembagus adalah Big Gun Sprinkler. Irigasi/penyiraman model ini merupakan irigasi curah bergerak bertekanan tinggi menggunakan nozle yang dapat bergerak ke segala arah dengan instalasi yang tidak permanen sehingga dapat dipindahkan secara cepat. Irigasi tipe ini dapat mendistribusikan air dengan debit cukup tinggi dan jangkauan cukup jauh. Teknik irigasi ini cocok untuk tanaman palawija seperti jagung, kedelai, kacang hijau, tanaman sayuran maupun tanaman perkebunan seperti tebu dan jarak pagar.

Di KP Asembagus ini telah diimplementasikan dua set Big Gun Sprinkler, setiap set terdiri dari satu buah Big Gun, satu tripod, satu buah pompa Isap/dorong 5,5 HP Merek Davey dan dua rool selang distribusi air ukuran 1,5 inch masing masing panjangnya 30 m. Irigasi dengan Big Gun Sprinkler ini cukup efisien dalam: pemakaian bahan bakar, pemanfaatan tenaga, pemakaian air dan waktu. Untuk satu titik posisi Big Gun Sprinkler dapat mencakup area seluas 2.000 m2, sehingga dalam satu hektar, dapat diirigasi dengan 5 sampai 8 kali pemindahan posisi Big Gun Sprinkler.

Page 35: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 24 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Sumur 4

(b). Implementasi Desain Pengelolaan Air di KP Kraton

Eksploitasi Sumber Air

Sumber air yang digunakan untuk irigasi di KP Kraton berasal dari sumur air tanah dangkal dengan kedalaman 30 meter (sumur 4)/(Gambar 25). Eksploitasi sumber air dilakukan dengan memompa air dari sumur dengan pompa bensin pedrolo dan ditampung ke dalam bak penampung yang telah dibangun dengan volume tampung 50 m3 (Gambar 26).

Gambar 25. Sumur 4 yang digunakan sebagai sumber air irigasi di KP Kraton, Jawa Timur

Gambar 26. Bak tampung air dengan volume 50 m3 di KP Kraton, Jawa Timur

Teknik distribusi air Lahan target irigasi yang di instalasi irigasinya ada 2 blok tanaman mangga yaitu blok I dan blok IV, masing-masing blok terdiri dari 110 tanaman dengan jarak tanam 10 m x 11 m, dengan demikian tanaman mangga yang mendapat layanan irigasi sebanyak 220 pohon. Untuk mendorong air dari bak penampung ke lahan, digunakan pompa dorong dengan kapasitas 500 liter per menit. Untuk menghindari terjadinya sumbatan bahan-bahan kasar dari air yang dipompa dari bak tampung, jaringan distribusi dilengkapi dengan filter (Gambar 27).

Page 36: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 25 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 27. Jenis pompa, filter air, dan rumah pompa yang dibangun di KP Kraton, Jawa Timur

Distribusi air dari bak penampung ke setiap blok lahan menggunakan pipa PVC 2 inch (saluran pipa utama). Di setiap jalur pohon mangga dibuat percabangan (flow T) untuk disambungkan ke pipa PE 9 inch yang didesain untuk melayani 5 sampai 6 pohon mangga. Selanjutnya untuk mengalirkan air ke tanaman mangga, di buat percabangan dari pipa PE 9 inch ke pipa PE 13 inch yang dipasang melingkar tanaman. Jumlah nozle yang digunakan di setiap tanaman adalah 4 nozle yang di pasang di setiap arah empat penjuru mata angin mengelilingi tanaman mangga (Gambar 28).

Gambar 28. Pipa distribusi dari bak tampungan ke lahan di KP Kraton

Teknik penyiraman

Teknik penyiraman yang digunakan adalah irigasi spray jet dengan spesifikasi nozle spray jet 360, green 50 L/H (Gambar 29). Teknik penyiraman spray jet pada dasarnya merupakan sistem irigasi curah. Sistem irigasi curah yang menggunakan nozle static terbuat dari plastik yang dapat menyiram tanaman dengan debit penyiraman rendah dan

konstan. Tipe irigasi curah ini sangat cocok untuk aplikasi tanaman kebun dan hortikultura. Desain teknik penyiraman dengan sistem spray jet yang diaplikasikan di kebun percobaan Kraton disajikan pada Gambar 30.

Gambar 29. Nozle sprayjet 360, green 50 L/H yang di instal pada teknik penyiraman sistem irigasi curah di KP Kraton

Page 37: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 26 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 30. Implementasi desain teknik penyiraman dan implementasinya di KP Kraton

(c). Implementasi Desain Pengelolaan Air di KP Maros

Eksploitasi sumber daya air

Implementasi desain pengelolaan air di kebun percobaan Maros mengacu pada desain pengeloaan air yang sudah disusun pada tahun 2013 dengan beberapa modifikasi terutama jenis nozle yang digunakan dalam teknik penyiraman skala tanaman. Secara umum implementasi desain pengelolaan air di kebun percobaan Maros terdiri dari eksploitasi, distribusi dan teknik penyiraman yang disesuaikan dengan jenis dan jarak tanam dari komoditas yang diusahakan.

Untuk memenuhi kebutuhan air irigasi untuk penyiraman tanaman jagung dan sorgum di lahan Kebun Percobaan Maros terutama di musim kemarau menggunakan sumber air dari sumur bor dengan kedalaman sekitar 40 m yang terletak tidak jauh dari lahan (Gambar 31).

Gambar 31. Sumur dan pompa sentrifugal yang digunakan untuk mengeksploitasi air dari sumur

Air dipompa menggunakan pompa permukaan produk Pedrolo dengan spesifikasi debit keluaran (Q) 1200 liter per menit, air didistribusikan melalui pipa utama dan pipa tersier, diarahkan langsung ke dalam petak tanaman melalui pipa yang dipasang nozel-nozel irigasi yang dibutuhkan yaitu tiga jenis irigasi pada masing-masing petak lahan (Gambar 32).

Gambar 32. Instalasi pompa dan disc filter di Kebun Percobaan Maros

Page 38: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 27 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Teknik distribusi air

Implementasi pada lahan yang di pasang irigasi di Kebun Percobaan Maros untuk mengairi tanaman jagung dan sorgum terutama pada musim kemarau di bagi menjadi 3 (tiga) Blok Surjan yaitu: 1. Blok-A, Lokasi lahan surjan desiminasi di depan gedung kantor BALITSEREAL, ada 11

(sebelas) petak lahan surjan dengan ukuran panjang dan lebar setiap petak 40 m x 6 m dengan luas 240 m2 setiap petak lahan dan luas keseluruhan lahan pada Blok-A 2.640 m2.

2. Blok-B, Lokasi lahan surjan di depan Rumah Kaca/lapangan parkir, ada 9 (Sembilan) petak lahan surjan dengan ukuran panjang dan lebar setiap petak 100 m x 6 m dengan luas 600 m2 setiap petak lahan dan luas lahan surjan pada Blok-B 5.400 m2.

3. Blok-C, Lokasi lahan surjan di belakang Pos SATPAM, ada 12 (Dua belas) petak lahan surjan dengan ukuran panjang dan lebar setiap petak 20 m x 10 m dengan luas 200 m2 setiap petak lahan dan luas lahan surjan pada Blok-C 2.400 m2.

Teknik penyiraman

Blok-A. Petak surjan diseminasi (Visitor Plot)

Petak desiminasi surjan terdapat di bagian Barat/depan gedung Kantor Balit Serealia di Maros. Petak desiminasi terdapat 11 petak dengan ukuran panjang 40 m x 6 m setiap petaknya dengan luas 240 m2 sehingga jumlah luas lahan adalah 2.640 m2 adalah merupakan lahan surjan.

Di lahan surjan desiminasi di pasang 3 (tiga) jenis jenis irigasi, yaitu jenis irigasi furrow (gelontor), irigasi tetes menggunakan streamline dengan debit 1,6 liter per jam pada tekanan 1 (satu) bar dengan jarak antara lubang 20 cm dan Green Spray Jet (Green Single pice jet) dengan jarak 1 (satu) dengan debit 50 liter per jam (Gambar 33 dan 34). Setiap tiga petak dalam setiap blok dipasang jenis irigasi yang telah di desain yaitu tiga petak jenis irigasi furrow, tiga petak jenis irigasi tetes menggunakan streamline dan tiga petak jenis irigasi spray jet (green single pice jet) (Gambar 35), sisanya dua petak lahan surjan dilakukan irigasi yang biasa dilakukan oleh Kebun Percobaan.

Gambar 33. Implementasi teknik irigasi furrow di Blok-A petak desiminasi lahan surjan di KP Maros

Gambar 34. Implementasi teknik irigasi tetes menggunakan streamline di petak desiminasi lahan surjan di KP Maros

Gambar 35. Implementasi teknik irigasi spray Jet di petak desiminasi lahan surjan di

KP Maros

Page 39: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 28 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

1. Blok-B. Petak lahan surjan depan Rumah Kaca

Petak desiminasi terdapat di bagian selatan atau bagian depan bangunan Rumah Kaca Balitserealia, Maros. Terdapat 9 petak surjan berukuran setiap petak 100 m x 6 m, dengan luas 600 m2, luas lahan surjan keseluruhan pada Blok-B 5.400 m2, dilakukan pemasangan teknik irigasi furrow, streamline, dan spray jet (Gambar 36, 37, dan 38).

Gambar 38. Implementasi tenis irigasi spray jet di Blok-B lahan surjan di KP Maros

2. Blok-C. Petak Lahan Surjan di Belakang Pos SATPAM

Petak desiminasi terdapat di bagian utara gedung Kantor atau bagian belakang bangunan Pos Satpam. Terdapat 12 petak surjan dengan ukuran setiap petak 20 m x 10 m dengan luas 200 m2; luas lahan surjan keseluruhan pada Blok-C 2.400 m2. Di Blok-C dipasang

jenis irigasi furrow, irigasi tetes dan spray jet serta tiga petak jenis irigasi yang biasa dilakukan di KP Maros (Gambar 39, 40, dan 41). Setiap 3 (tiga) petak lahan surjan di pasang satu jenis irigasi.

Gambar 36. Implementasi teknik irigasi furrow di Blok-B lahan surjan di KP Maros

Gambar 37. Implementasi teknik irigasi tetes menggunakan streamline di Blok-B lahan surjan di KP Maros

Gambar 39. Implementasi teknik irigasi furrow di Blok-C lahan surjan KP Maros

Gambar 40. Implementasi teknik irigasi tetes menggunakan streamline di Blok-C lahan surjan KP Maros

Page 40: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 29 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 41. Jenis irigasi spray jet di Blok-C lahan surjan di KP Maros

(d). Implementasi Desain Pengelolaan Air di KP Sandubaya

Eksploitasi sumber air

Sumber air di KP Sandubaya untuk irigasi suplementer adalah air tanah dalam. Cara mengeksplotasi air tanah dalam tersebut adalah dengan pembuatan sumur bor sedalam 80 m. Air tanah dalam yang dapat dimanfaatkan untuk irigasi suplementer berasal dari sumur P2AT yang dikelola kelompok tani Penggiling Ragi 25 (Pr-25), Desa Pringgabaya Utara, Kec. Pringgabaya, Kab. Lombok Timur-NTB (Gambar 42). Dengan menggunakan pompa centrifugal, air dialirkan dan ditampung dalam reservoir (bak tampung) (Gambar 2). Dalam kegiatan implementasi desain pengelolaan air telah dibangun satu reservoir ukuran 6 m x 5 m x 2 m (volume 60 m3) di bagian kebun paling barat (Gambar 43).

(a) (b) Gambar 42. Pompa sumur air tanah dalam Sumur air tanah dalam milik P2AT (a) dan,

rumah pompa (b).

Gambar 43. Reservoir volume 60 m3 yang dibangun di KP Sandubaya

Page 41: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 30 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Fungsi reservoir tersebut adalah untuk menampung sementara air yang dipompa dari sumur dalam milik P2AT. Dengan menggunakan pompa kapasitas besar, reservoir tersebut dapat diisi penuh dalam tempo kurang lebih selama 2 jam.

Teknik distribusi air

Untuk efisiensi penggunaan bahan bakar dan efisiensi penggunaan air, maka setelah bak utama terisi air dengan penuh, kemudian pompa dimatikan. Selanjutnya air didistribusikan secara gravitasi melalui saluran tertutup (pipa PVC ukuran 3 inch) sepanjang 500 m menuju kolam tampung yang telah dibangun sebelumnya yang tersebar merata di area KP Sandubaya. Kolam tampung yang dibangun sebanyak 3 buah, masing-masing berukuran 2 m x 2 m x 2 m (volume 8 m3). Ketiga buah kolam tampung tersebut berfungsi menampung air yang berasal dari reservoir ukuran 60 m3 dan disalurkan secara gravitasi melalui saluran tertutup (Gambar 44). Tujuan membuat kolam tampung ini adalah untuk mendekatkan sumber daya air ke lahan pertanian atau lokasi pertanaman, sehingga memudahkan pemanfaatannya, dan juga memudahkan aplikasi irigasi di KP.

(a) (b)

Gambar 44. Implementasi distribusi air secara gravitasi dari reservoir melalui saluran tertutup menuju kolam tampung (a) dan, kolam tampung untuk menampung air dari reservoir (b)

Teknik irigasi

Teknik irigasi/penyiraman yang diimplementasikan di KP ini adalah dengan Big Gun Sprinkler. Teknik penyiraman model ini merupakan irigasi curah bergerak bertekanan tinggi yang menggunakan nozle yang dapat bergerak ke segala arah dengan instalasi yang tidak permanen sehingga dapat dipindahkan secara cepat. Irigasi tipe ini dapat mendistribusikan air irigasi dengan debit cukup tinggi dan dengan jangkauan cukup jauh. Teknik irigasi ini cocok untuk tanaman palawija seperti jagung, kedelai, kacang hijau, tanaman sayuran maupun tanaman perkebunan seperti jarak pagar, tebu.

Di KP Sandubaya telah di implementasikan satu set Big Gun Sprinkler, yang terdiri dari satu buah Big Guntipe SR-75, satu tripod, satu buah pompa Isap/dorong 5,5 HP Merek Davey dan dua rool selang distribusi air ukuran 1,5 inch masing masing panjangnya 30 m (Gambar 45). Teknik irigasi dengan Big Gun Sprinkler ini cukup efisien dalam pemakaian bahan bakar, efisien dalam pemanfaatan tenaga, efisien pemakaian air dan efisien waktu. Untuk satu titik posisi Big Gun Sprinkler dapat mencakup area seluas 2000 m2, sehingga dalam satu hektar area kebun dapat diirigasi dengan 5 sampai 8 pemindahan posisi Big Gun Sprinkler.

Page 42: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 31 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

(a) (b)

(a) (b)

Gambar 45. Instalasi dan implementasi teknik irigasi/penyiraman dengan Big Gun Sprinkler di KP Sandubaya

(e). Implementasi Desain Pengelolaan Air di KP Tamanbogo

Potensi ketersediaan air

Potensi ketersediaan air di KP Tamanbogo mencakup air permukaan serta air tanah dalam. Ketersedian air permukaan berupa curah hujan, pasokan air dari saluran irigasi serta embung, sedangkan ketersediaan air tanah berasal dari sumur air tanah dalam (Gambar 46).

Selama musim kemarau, air permukaan dapat dikatakan hampir tidak tersedia. Pasokan air dari saluran irigasi sangat terbatas bahkan terhenti, sedangkan 2 embung besar yang telah dibangun, tidak mampu menyediakan air irigasi pada saat puncak kemarau dan bahkan kedua embung tersebut mengalami kekeringan.

Gambar 46. Potensi Sumber Daya Air di Kebun Percobaan Tamanbogo

Page 43: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 32 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Air tanah merupakan salah satu sumber air alternatif untuk irigasi di Kebun Percobaan Tamanbogo. Menurut Peta Geologi Lembar Menggala, lokasi KP Tamanbogo termasuk dalam formasi batuan Terbanggi, yaitu batupasir dengan sisipan batu lempung. Pada jenis batuan ini, nilai resistivitas akuifer, yaitu lapisan batuan yang mengandung air, adalah antara 8-300 ohm.m. Rentang resistivitas ini dibagi menjadi dua kategori yaitu lempung pasiran dengan nilai resistivitas 8-40 ohm.m, dan pasir lempungan dengan nilai resistivitas 40-300 ohm.m. Batuan pasir lempungan merupakan batuan yang memiliki rongga lebih besar dan memiliki kemampuan recharge yang lebih baik jika dibandingkan dengan lempung pasiran, sehingga titik pengeboran diprioritaskan pada lokasi ini.

Survey geolistrik pemetaan air tanah telah dilakukan pada tahun 2013 melalui pelaksanaan kegiatan Konsorsium sistem Pertanian Terpadu Lahan Kering Iklim Kering. Survei dilakukan menggunakan alat Naniura dan Geoscanner dengan metoda Wenner 64 elektroda. Jarak antar elektroda adalah 10 meter dengan total bentangan 640 meter. Titik tengah bentangan terletak pada posisi geografis 5o 0’ 18,7” LS dan 105o 29’ 14.8” BT dengan arah bentangan Timur-Barat. Hasil analisis pemetaan 2 dimensi (2D) lokasi penelitian disajikan pada Gambar 47.

Gambar 47. Hasil analisis pemetaan air tanah di Lokasi KP. Tamanbogo

Secara umum lokasi survey merupakan area yang mengandung akuifer tidak tertekan yang didominasi oleh lempung pasiran, dengan beberapa sisipan jenis pasir lempungan. Titik pengeboran yang disarankan adalah pada area berjarak 60 meter sebelah timur dari titik tengah pengukuran (titik 330 pada Gambar 47), dengan kedalaman pengeboran sampai dengan 100 meter.

Pengeboran dilakukan pada awal Oktober 2014 pada titik rekomendasi hasil survey geolistrik dan geoscanner. Kedalaman sumur mencapai 88 m dengan diameter 6 inch.

Karakteristik akuifer suatu sumur air tanah dapat diketahui melalui uji pemompaan. Data hasil uji pemompaan serta uji kambuh (recovery test) dianalisa untuk mendapatkan infromasi karakteristik akuifer sebuah sumur air tanah berupa transmisivity (T, m2/hari), storativity (S, tidak berdimensi), konduktivitas hidrolik (K, m/hari) dan kapasitas jenis (Sc, m2/hari).

Uji pemompaan pada sumur air tanah dalam KP Tamanbogo dilaksanakan pada bulan Nopember 2014 menggunakan metode pemompaan bertingkat (step drawdown test). Ilustrasi pelaksanaan uji pemompaan di Sumur KP Tamanbogo disajikan pada Gambar 48. Sedangkan Hasil uji pemompaan disajikan pada Tabel 6.

60 m

Timur Barat

Page 44: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 33 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 18. Uji Pemompaan Sumur Air Tanah Dalam di KP Tamanbogo: (a) Pemasangan pompa submersible dan pipa PVC; (b) Pengamatan debit dan penurunan muka air tanah

Tabel 6. Hasil Uji Pemompaan Bertahap di Sumur Air Tanah Dalam KP Tamanbogo

Uji Pemompaan Bertingkat Uji Kambuh

Kedalaman

Air Tanah

Inisial (TMAo) Tahap

Debit (Q) Waktu (t) Drawdown

(Sw) Waktu (t)

Drawdown

(Sw)

(m) (m3/dt) (menit) (m) (menit) (m)

11,80

1 0,00308 120 3,36

240 4,24 2 0,00439 120 3,96

3 0,00455 120 4,24

Uji pemompaan bertingkat (step drawdown test) dilakukan dengan menyedot air

menggunakan pompa celup pada 3 variasi debit selama masing-masing 2 jam. Untuk sumur KP Tamanbogo, setelah pemompaan dihentikan terjadi penurunan kedalaman muka air tanah sebesar 4,24 m.

Setelah dilakukan uji pemompaan pada tiga variasi debit, dilanjutkan dengan uji kambuh (recovery test). Uji kambuh dilakukan selama 240 menit, dimana muka air tanah telah mencapai keadaan semula (static water level) sebelum pemompaan dilakukan. Hubungan antara data penurunan muka air tanah (drawdown) dengan waktu pada uji

pemompaan dan uji kambuh disajikan pada Gambar 49.

Gambar 49. Hubungan Penurunan Muka Air Tanah terhadap Waktu pada Uji Pemompaan dan Uji Kambuh Sumur Air Tanah Dalam KP. Tamanbogo

Page 45: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 34 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Hasil uji pemompaan menerus dan uji kambuh disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Analisis Data Uji Pemompaan dan Uji Kambuh Sumur Air Tanah KP. Tamanbogo

Tahap

Debit Pemompaan (Q)

Kapasitas Jenis (Sc)

Transmisivitas (T)

Konduktivitas Hidrolik (K)

Sw/Q

m3/dt m2/hari m2/hari m/hari dt/m2

1 0,00152 39,09 109,06 1,09 2210,5

2 0,00254 55,42 97,63 0,98 1559,1

3 0,00300 61,13 82,25 0,82 1413,3

Berdasarkan di atas, uji pemompaan dengan debit pemompaan masing- masing sebesar 0,00152, 0,00254 dan 0,00300 m3/dt pada sumur KP Tamanbogo kapasitas jenis sebesar 39,09; 55,42 dan 61,13 m2/hari, hal ini berarti dengan pemompaan sebesar 0,00152, 0,00254 dan 0,00300 m3/dt maka air yang dikeluarkan sebesar 39,09; 55,42 dan 61,13 m3/hari per meter.

Konduktivitas hidrolik (K) merupakan kemampuan tanah untuk melalukan air tanah. Nilai konduktivitas hidrolik sangat tergantung pada nilai transmisivitas dan tebal aquifer suatu sumur tanah. Tebal akuifer di lokasi sumur uji pemompaan berdasarkan informasi hasil survei geolistrik diperkirakan adalah sebesar 100 m. Bila tebal akuifer pada sumur sebesar 100 m dan nilai transmisivitas sebesar 109,06 m2/hari, maka didapat nilai konduktivitas (K) berdasarkan nilai transmisivitas tersebut sebesar 1,09 m/hari.

Berdasarkan input data hasil uji pemompaan serta analisis data geolistrik dan geoscanner, maka debit air tanah di lokasi KP Tamanbogo yang dihitung dengan menggunakan persamaan tersebut diatas adalah, tersedia potensi debit sebesar 1417,5 m3/hari atau setara dengan debit 16,41 lt/dt.

Implementasi Desain Pengelolaan Air KP Tamanbogo

Implementasi desain pengelolaan air KP Tamanbogo difokuskan pada lahan budidaya tanaman pangan seluas 3,5 ha yang berada di zona utara-timur KP. Tamanbogo (Gambar 50).

Desain pengelolaan air KP Tamanbogo adalah instalasi irigasi dengan memanfaatkan potensi air tanah yang didistribusikan melalui pipa tertutup untuk menyirami tanaman menggunakan big gun sprinkler (Gambar 51).

Eksploitasi air tanah dilakukan dengan memasang 1 unit pompa submersible berkapasitas debit 5 lt/dt, head 80 m dengan daya 3000 watt. Pompa dipasang dalam sumur di kedalaman 40 m.

Pasokan air dari pompa kemudian didistribusikan melalu pipa PVC berukuran 3 “ sepanjang 68 m, yang terhubung dengan pipa PVC berukuran 2.5” sepanjang 124 m ke arah barat dan 124 m ke arah timur. Pada pipa berukuran 2.5”, pada jarak setiap 40 m, terpasang 1 unit female coupler berukuran 2”, sehingga pada jalur pipa sepanjang 248 m terpasang sebanyak 7 unit coupler. Coupler berfungsi sebagai terminal penghubung antara pipa distribusi dengan big gun sprinkler melalui selang gulung berdiameter 2”. Pada ujung bagian hulu selang gulung yang terkoneksi dengan big gun sprinkler, terpasang 1 unit adaptor yang dapat dipasang dan dilepas secara mudah dengan coupler yang terpasang secara permanen pada pipa distribusi.

Page 46: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 35 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 50. Implementasi desain irigasi di KP Tamanbogo pada sub blok tanaman jagung seluas 3,5 ha

Selain dapat terkoneksi dengan big gun sprinkler, coupler yang terpasang pada pipa distribusi dapat dikoneksikan juga dengan selang yang terhubung dengan sistem irigasi lain seperti sprayer, drip, stream line ataupun sistem irigasi lainnya.

Gambar 51. Instalasi sistem distribusi air melalui pipa tertutup di KP. Tamanbogo

Pada KP. Tamanbogo, big gun sprinkler yang digunakan dalam implementasi desain irigasi adalah tipe Nelson SR 75 yang memiliki spesifikasi radius penyiraman sejauh 52 m pada kondisi pasokan debit sebesar 2,5 l/dt dengan tekanan mencapai 3,5 bar (Gambar 52).

Gambar 52. Uji operasional teknik penyiraman menggunakan big gun sprinkler yang terintegrasi dengan pompa submersible di dalam sumur air tanah dalam di KP. Tamanbogo

^ ^ ^

^ ^^

^ ^ ^ ^ ^ ^ ^

^

^

^ ^ ^ ^ ^ ^ ^

%2

Pagar Timur

Bak Air 4 m3

Intake Embug

Patok Beton 6Patok Beton 5

Patok Beton 4Patok Beton 3Patok Beton 2

Patok Beton 1

Pagar Barat-Utara

Pagar Timur-Utara

Rencana Bak Air 50 m3

A7A6A5A4A3A1 A2

S8S5S2

S7S4S1

S9S6S3

S20S17S14S11

S21

S22

S19S16S13S10

S18S15S12

Sumur Bor+Pompa

554240.000000

554240.000000

554320.000000

554320.000000

554400.000000

554400.000000

554480.000000

554480.000000

554560.000000

554560.000000

9446

800

.00

000

0

9446

800.0

000

00

9446

880

.00

000

0

9446

880.0

000

00

9446

960

.00

000

0

9446

960.0

000

00

LEGENDA

%2 Sumur Bor

^ Titik Penyiraman

Inlet Big Gun

Pipa 2"

Target Irigasi

tamanbogo.tif

RGB

Red: Band_1

Green: Band_2

Blue: Band_3

DESAIN IRIGASI KP TAMAN BOGOSUB BLOK TANAMAN JAGUNG LUAS 3.5 HA

±

0 40 8020 Meters

Page 47: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 36 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

2.2.3. Integrated and Participatory Management Water Recources

Management toward Effective Agricultural System in Kali Pusur

Watershed

Konflik alokasi air antar sektor dan antar wilayah yang terjadi di Kecamatan Polan Harjo, Kabupaten Klaten, tepatnya di sumber air Cokro Tulung dan wilayah di sekitarnya. Sumber air Cokro Tulung dan sumber air di wilayah sekitarnya dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan antara lain adalah pertanian, industri air kemasan, PDAM, wisata dan beberapa penggunaan lainnya. Berawal dari permasalahan kekurangan air untuk pertanian di beberapa wilayah dan pada periode tertentu sehingga berakibat pada penurunan produksi. Buruknya sistem alokasi air telah menyebabkan terjadinya ketidakadilan dan pasokan air yang tidak mencukupi, sehingga menyebabkan musim tanam ketiga tidak dapat dilaksanakan. Mengingat bahwa masalah perselisihan antar para pemakai air di Kabupaten Klaten makin sering terjadi dan makin kompleks, CIRAD dan Balitklimat mengusulkan dan mengambil inisiatif untuk mengembangkan suatu pendekatan partisipatif ditujukan untuk seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) pada kesepakatan langkah menuju pengelolaan sumber daya air di Klaten secara partisipatif dan menyeluruh, Tujuan kegiatan pada tahun 2014 adalah : 1) Melakukan pengakajian ketersediaan dan keberlanjutan sumber daya air; 2) Membangun partisipasi masyarakat di daerah hulu Kali Pusur (Kampung Gumuk) dalam melakukan konservasi tanah dan sumber daya air dengan teknologi pertanian konservasi; 3) Identifikasi cara-cara untuk meningkatkan akses air dan efisiensi irigasi di daerah irigasi DAS Kali Pusur; 4) Penguatan kapasitas kelembagaan FK PADIKA.

Kegiatan ini melibatkan beberapa instansi (BPTP, UGM, Dinas Pengairan dan Dinas Pertanian Kabupaten Klaten dan lembaga non formal (Lembaga Swadaya Masyarakat, Kelompok Tani dan Pengguna Air). Keberlanjutan ketersediaan air di DAS Pusur sangat tergantung pada peran masyarakat dan pemerintah dalam mengelola sumber daya air yang ada untuk dapat digunakan secara adil dan proporsional. Hal tersebut antara lain dapat dilakukan melalui konservasi tanah dan air di daerah hulu terutama pada lahan berlereng terjal yang dimanfaatkan masyarakat untuk budi daya pertanian yaitu dengan penerapan teknologi konservasi tanah dan air. Peningkatan akses untuk penggunaan air irigasi dapat dilakukan dengan menerapkan irigasi bergilir yang disepakati dan diatur oleh kelompok pengguna air pertanian. Efisiensi penggunaan air di DAS Pusur dapat dilakukan dengan menerapkan pola tanam padi-padi-jagung atau padi-jagung-jagung. FK PADIKA yang sudah dibentuk tahun 2011, perlu dijaga konsistensi dan kekompakan anggotanya dan senantiasa mengikuti kebijakan Pemerintah Daerah agar dapat meningkatkan jaringan kerjasama dan peran serta dalam pengelolaan air daerah irigasi Kapilaler.

I. Perkembangan Kegiatan

1. Perkembangan kegiatan (beserta dokumentasi)

Untuk mendapatkan seri data ketersediaan air terutama debit sungai sudah dilakukan pemasangan (instalasi) AWLR dan rambu ukur (staff/gauche) dan pengelolaanya (maintenance) di 5 lokasi sesuai dengan toposekuen hidrologi yaitu di Desa Gumuk, (Boyolali) , Bendung Soka dan Bendung Samba (Boyolali); Bendung Kemiri dan Bendung Jetak (Klaten) dan pemasangan AWS di Desa Gumuk (Gambar 53).

Page 48: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 37 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 53. Instalasi AWS dan AWLR di Gumuk dan Jetak serta monitoring data debit

sungai

Untuk membangun partisipasi masyarakat dalam melakukan konservasi lahan di lereng Gunung Merapi, Gumuk telah dilakukan simulasi kegiatan dengan tujuan untuk memudahkan masyarakat dalam memahami arti bahaya erosi dan upaya yang mudah dan murah dalam melakukan konservasi tanah pada lahan yang dibudidayakan di lereng Merapi (Gambar 54)

Gambar 54. Upaya penguatan peran dan partisipasi masyarakat dalam konservasi sumber

daya air dan sumber daya tanah melalui budidaya konservasi tanah dan air di Desa Gumuk

Untuk membuktikan bahwa penanaman jagung pada MT II dan atau III selain

dapat mengefisienkan penggunaan air juga mampu memperoleh hasil produksi dan pendapatan yang cukup baik seperti halnya bercocok tanam padi dilakukan sosialisasi dari hasil demplot jagung yang dilakukan pada tahun 2013 melalui workshop di Klaten (Gambar 55).

Page 49: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 38 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 55. Demplot jagung pada tahun 2013 dan sosialisasi efisiensi penggunaan air untuk tanaman jagung

Penguatan kapasitas kelembagaan FK PADIKA dilakukan dengan acara temu anggota FK PADIKA (Gambar 56) untuk mengetahui seberapa jauh status dan aktivitas kelembagaan organisasi tersebut terutama dalam mengakses informasi, regulasi, kebijakan dan anggaran dari pemerintah daerah maupun swasta dalam menangani pengelolaan air daerah irigasi Kapilaler sesuai dengan tugas, pokok dan fungsinya.

Gambar 56. Diskusi dan temu anggota FK PADIKA di Rumah makan Mayar Klaten

2. Output dan Outcome yang dihasilkan

Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan ini meliputi : Rekam jejak seri data debit sungai yang diperoleh dari bendung Soka,

Samba, Kemiri dan Jetak yang dapat dijadikan sebagai bahan simulasi debit

Page 50: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 39 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Sungai Pusur yang menggambarkan ketersediaan air Sungai Pusur antar

tempat dan antar waktu (Gambar 57)

Gambar 57. Keragaan neraca air DAS PUSUR Inovasi teknologi budi daya pertanian konservasi di kawasan pertanian Desa

Gumuk Boyolali

Pola tanam hemat air yang secara ekonomi menguntungkan dan mampu

meningkatkan pendapatan petani di daerah irigasi Pusur yaitu Padi-Padi-

Jagung atau Padi-Padi-Palawija

Terbentuknya struktur dan organisasi FK PADIKA yang baru dengan

menggabungkan DP3A gabungan di daerah irigasi Kapilaler sehingga akses

managemen, peraturan, kebijakan dan anggaran menjadi lebih luas dan

dapat diakomodasi oleh Pemerintah Paerah Kabupaten Klaten.

Manfaat (out come) dari kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan dan merubah pola pikir masyarakat pengguna air bahwa dengan melakukan pengelolaan sumber daya air yang terpadu dan partisipatif akan dapat menjamin keberlanjutan sumber daya air yang ada di wilayah Kabupaten Klaten.

3. Kesimpulan dan tindaklanjut:

Kesimpulan: Keragaan neraca air di DAS Pusur sangat dipengaruhi oleh pola tutupan

lahan dan praktek budi daya yang diterapkan oleh masyarakat di wilayah

tersebut. Semakin rapat penutupan lahan oleh tajuk tanaman akan

memberikan kosntribusi positif terhadap sumber air baik mata air dan aliran

dasar sungai Pusur melalui infiltrasi air tanah yang mampu diserap oleh

tanah di wilayah tersebut.

Page 51: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 40 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Penerapan teknologi konservasi tanah dan air yang diintroduksikan dengan

pembuatan gulud mendekati searah kontur dan adanya bangunan terjunan

air (BTA) di sepanjang saluran pembuangan air (SPA) serta perbaikan

teknik budi daya tanaman, dapat menekan aliran permukaan dan

meningkatkan infiltrasi air hujan lebih banyak tersimpan dalam tanah

dibandingkan dengan teknologi konservasi cara petani setempat.

Besarnya penurunan air runoff atau peningkatan kapasitas infiltrasi air hujan

yang tersimpan pada petakan lahan dengan penerapan teknologi introduksi

(INT) mencapai sekitar 19, 17, dan 55 % dibanding dengan penerapan

teknologi petani (FP), masing-masing berturut untuk lahan dengan

kemiringan 30 %, 42 %, dan 92 %.

Besarnya penurunan erosi tanah dengan penerapan teknologi introduksi

(INT) mencapai sekitar 17, 31, dan 57 % dibandingkan dengan penerapan

teknologi petani (FP) masing-masing berturut untuk lahan dengan

kemiringan 30 %, 42 %, dan 92 %.

Tindak lanjut: Peran lembaga swadaya masyarakat pengguna air sebagai pelaku utama

pengelolaan sumber daya air sangat penting dalam menyebarluaskan hasil

dan pengalaman yang diperloeh untuk menjaga keberlangsungan sumber

daya air di Kabupaten Klaten.

Upaya tersebut harus didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang

berpihak kepada petani dan pengguna air lainya, agar tercipta suatu sistem

penggunaan air yang berkelanjutan dan proposional.

Page 52: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 41 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

III. HASIL PENELITIAN UNGGULAN

Pada tahun 2014, terdapat 2 RPTP kegiatan penelitian tergolong dalam penelitian unggulan yang dibiayai DIPA Balitklimat tahun anggaran 2014. 3.1. Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi Kalender Tanam

Terpadu dalam Upaya Adaptasi Perubahan Iklim

Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu (SI Katam Terpadu) berbasis web pertama kali di-launching secara resmi oleh Kepala Badan Litbang Pertanian pada 27 Desember

2011 dengan diterbitkannya secara online Katam Terpadu ver 1.0 yang memuat informasi Katam Terpadu MT I (MH) 2011/2012. Sejak saat itu, Katam terpadu ver 1.0 selalu diupdate. SI Katam Terpadu menggambarkan potensi pola waktu tanam untuk tanaman pangan, terutama padi, jagung, dan kedelai berdasarkan potensi dan dinamika sumber daya iklim dan air. Pemanfaatan informasi estimasi kalender tanam yang dipadukan dengan informasi lain seperti wilayah rawan banjir, kekeringan, serangan OPT, varietas unggul yang tepat, rekomendasi pemupukan yang rasional, pengawalan alat

mesin pertanian (alsintan) yang intensif serta rekomendasi pengelolaan sumber daya air dapat memperkuat ketahanan pangan nasional.

Tahun 2014 melanjutkan penelitian sebelumnya untuk menjawab skenario kalender tanam yang akan diterapkan pada musim tanam ke depan. Untuk mempermudah dalam penyampaian informasi, mulai tahun 2014 SI Katam Terpadu dilaunching dalam dua musim yaitu Musim Hujan (MH) dan Musim Kemarau (MK). Selain itu penambahan informasi rekomendasi pengelolaan sumber daya air pada tahun 2014 ini

menjadi bagian yang sangat strategis dalam penguatan SI Katam Terpadu. Upaya inovasi delivery sistem juga terus dilakukan, mulai tahun 2014 telah terintergrasi informasi data alsintan ke sistem deliveri SMS dan android. Inovasi lainnya adalah berupa sistem entri data tabular via web yang diakses oleh Gugus Tugas BPTP (self correction) dan sistem pemantauan sawah secara realtime menggunakan kamera via internet serta informasi Standing Crop berdasarkan analisis Citra MODIS dan tingkat kerawanan.

3.1.1 Pengembangan Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu

Kegiatan pengembangan SI Katam Terpadu meliputi pemutakhiran untuk MT II 2014, MT III 2014, dan MT I 2014/2015. Tanpa merubah substansi MT I 2014/2015 dimutakhirkan menjadi MH 2014/2015. Dalam pemutakhiran MH 2014/2015, versi sistem informasi kalender tanam terpadu berubah dari versi 1.8 menjadi 2.0 dikarenakan beberapa perubahan yang besar yaitu perubahan periode launching katam dari tiga kali menjadi dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Februari dan September, selain itu juga data

standing crop dari LAPAN juga masuk ke katam terpadu. Perubahan nama juga dilakukan untuk mengadopsi dua kali periode launching dari Musim Tanam I, II, dan III menjadi Musim Hujan dan Musim Kemarau. Tampilan cover depan aplikasi web versi 2.0 disajikan pada Gambar 58.

Gambar 58. Tampilan cover depan aplikasi web versi 2.0

Page 53: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 42 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Informasi fase tumbuh tanaman padi (standing crop) merupakan hasil dari pengolahan citra MODIS (Moderate resolution imaging spectroradiometer). Dengan mengkomposisikan band yang dihasilkan citra Modis, dapat diperoleh informasi fase tumbuh tanaman padi (standing crop). Hasil olah citra Modis tersebut selanjutnya di overlay dengan prediksi hujan dan tingkat rawan kekeringan. Tumpang susun atau overlay suatu data adalah menggabungkan dua atau lebih data untuk memperoleh data baru yang memiliki satuan/unit analisis. Hasil analisis overlay tersebut kemudian ditampilkan dalam bentuk tabular dan peta dengan format PDF. Untuk saat ini, data standing crop meliputi Pulau Jawa dan Bali dengan unit analisis terkecil hingga Kecamatan.

Pada tahun 2014, data standing crop yang sudah dipublikasi melalui sistem informasi katam terpadu versi web adalah data standing crop tanggal 14 -21 Agustus, 29 Agustus – 5 September, 8-15 Oktober, dan 9-15 November 2014. Tampilan peta standing crop disajikan pada Gambar 59.

Gambar 59. Tampilan peta standing crop

3.1.2. Model Integrasi Prediksi Iklim Dan Awal Tanam untuk Mendukung Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu

Model Integrasi Prediksi Iklim dan Awal Tanam dilakukan dengan tujuan untuk melakukan: (1) Prakiraan awal MK 2014 dan MH 2014/2015 di sentra pertanian untuk menjadi bahan masukkan dari Badan Litbang Pertanian bagi BMKG, (2) Prediksi awal musim tanam MT II 2014, MT III 2014, dan MH 2014/2015 berdasarkan informasi prakiraan musim dan prakiraan hujan BMKG, (3) Evaluasi dan update Prediksi Iklim dan Kalender Tanam, (4) Pengembangan metode prediksi untuk kebutuhan Katam Terpadu.

MT I pada Musim Hujan merupakan waktu tanam yang mencakup periode antara September 2014 dasarian ke III hingga Maret 2015 dasarian II, ditulis September III 2014 -Maret II 2015. Musim tanam ini umumnya merupakan musim tanam yang paling luas. karena ketersediaan air terpenuhi, baik dari curah hujan dan atau irigasi. Untuk MT I 2014/2015, dari 8.243.329 Ha luas sawah baku nasional, 7.606.149 Ha direkomendasikan untuk tanaman padi dan 447.286 direkomendasikan untuk tanaman jagung atau kedelai. Analisis prediksi kalender tanam dengan mempertimbangkan jumlah curah hujan, sifat hujan dan awal tanam pada MH 2014/2015 diperoleh hasil bahwa potensi luas tanam berdasarkan awal waktu tanam MT I tersebar antara Oktober I hingga Maret II, dan ada yang sepanjang tahun. Pada MT I, potensi luas tanam padi di lahan sawah dominan pada November I-II sebesar 2.279.353 Ha dan pada Oktober II-III sebesar 1.766.282 Ha, terutama di sebagian Sumatera, sebagian besar Jawa, sebagian Bali-Nusa Tenggara dan sebagian Kalimantan. Sedangkan pada MT II, potensi

Page 54: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 43 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

terbesar pada Maret I-II sebesar 1.507.503 Ha dan pada Februari II-III sebesar 1.381.162 Ha.

Pada MH 2014/2015 potensi luas tanam untuk padi sawah mencakup 7.606.149 Ha, untuk jagung/kedelai mencakup 447.286 Ha, dan tidak ada luasan potensial untuk kedelai (0 Ha). Potensial tanam kedua pada MH 2014/2015 untuk padi sawah mencakup 4.157.476 Ha, untuk jagung/kedelai mencakup 1.557.183 Ha, dan tidak ada luasan potensial untuk kedelai (0 Ha) pada MT II 2014/2015 (Tabel 8).

Tabel 8. Potensi luas tanam di lahan sawah berdasarkan awal waktu tanam MH 2014/2015

3.1.3. Model Peringatan Dini Bencana Banjir, Kekeringan Dan OPT untuk Mendukung Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu

Informasi tingkat kerentanan terhadap banjir, kekeringan dan OPT digunakan sebagai dasar penentuan rekomendasi varietas padi di suatu wilayah kabupaten/kecamatan dengan tujuan : 1) melakukan update database bencana (banjir, kekeringan dan OPT), 2) melakukan update wilayah rawan bencana banjir-kekeringan sesuai dengan prediksi musim BMKG, dan 3) melakukan update wilayah rawan bencana OPT tanaman padi sawah, 4) menyusun wilayah rawan bencana OPT tanaman palawija (jagung, kedelai). Wilayah Rawan kekeringan, banjir, di lahan sawah pada tingkat kabupaten yang terbarukan

Wilayah rawan dan sangat rawan banjir di lahan sawah pada MT II didominasi di wilayah

sentra produksi beras, yaitu : Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara. Walaupun periode MT II umumnya masih basah, tetapi masih ada juga lahan sawah yang rawan dan sangat rawan terkena kekeringan diantaranya adalah lahan sawah di Provinsi Aceh, Sumut, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Jateng, Jatim, Jabar dan NTB. Pada MT II potensi wilayah sawah yang rusak akibat banjir lebih luas dibandingkan dengan yang rusak akibat kekeringan.

Pada MT III secara umum Indonesia sebagian besar masuk musim kemarau. Meskipun demikian masih ada wilayah yang sawahnya rusak dengan kelas sangat rawan dan rawan akibat banjir seperti di Sulawsei Selatan, Sulawesi Tengah, Banten, Aceh dan Kalimantan Selatan. Wilayah yang lahan sawahnya rusak akibat kekeringan pada MT III terdapat di Provinsi Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Aceh, Banten, Sumatera Selatan dan Lampung.

Pada MT I 2014/2015 secara umum Indonesia sebagian besar masuk musim penghujan. Potensi sawah rusak akibat banjir dengan kelas sangat rawan dan rawan akibat banjir terdapat di Jawa Barat, Aceh, Kalbar, Jateng, Jatim, Lampung, Banten dan Sulawesi Selatan. Meskipun umumnya wilayah Indonesia pada MT I 2014/2015 adalah

Page 55: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 44 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

musim hujan tetapi ada juga wilayah yang lahan sawahnya rusak akibat kekeringan, yaitu terdapat di Provinsi Jawa Tengah, Aceh, Nusa Tenggara Barat, DIY , dan Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur (Gambar 60).

Gambar 60. Luas Wilayah Rawan (a) Banjir dan (b) kekeringan di lahan sawah MT I

2014/2015

Wilayah rawan OPT padi di lahan sawah pada tingkat kabupaten yang terbarukan

Peta rawan OPT pada tanaman padi sawah disusun untuk enam OPT utama, yaitu penggerek batang, tikus, kresek, tungro, blast dan WBC. Pada MT I meskipun luas tanam padi terluas dibandingkan MT II dan MT III tetapi dari ketiga musim tanam MT I luas serangan OPT nya paling rendah. Serangan 6 OPT utama tanaman padi pada MT I 2014/2015 di Indonesia berturut-turut dari yang terbesar adalah : tikus, penggerek batang dan kresek. Luas serangan untuk tikus mencapai hampir 52.000 ha, penggerek batang mencapai hampir 50.000 ha dan kresek hampir 40.000 ha. Serangan 6 OPT utama tanaman jagung pada MT I 2014/2015 di Indonesia berturut-turut dari yang terbesar adalah penggerek batang tongkol, tikus, penggerek tongkol, bulai, dan ulat grayak. Luas serangan OPT tanaman jagung relatif rendah yaitu berkisar 3,000 sampai 5,000 ha. Serangan OPT dominan pada tanaman kedelai pada MT I 2014/2015 berturut-turut tertinggi adalah; ulat grayak, penggerek polong dan penggulung daun. Total serangan ulat grayak pada MT I 2014/2015 mencapai 1500 ha, penggerek polong 1400 ha dan penggulung sekitar 11.220 ha. Potensi lahan yang rusak karena serangan OPT disajikan pada Gambar 61.

Gambar 61. Potensi lahan yang rusak karena serangan OPT a) padi, b) jagung dan c) kedelai pada MT I 2014/2015

3.1.4. Model Rekomendasi Varietas dan Kebutuhan Benih untuk

Mendukung Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu

Penyusunan model rekomendasi varietas dan kebutuhan benih bertujuan untuk: (1) memutakhirkan penetapan varietas dan jumlah benih eksisting padi pada musim tanam (MT) di tingkat kecamatan dan kabupaten, (2) memutakhirkan penetapan alternatif varietas padi, jagung dan kedelai pada setiap MT di tingkat kecamatan berdasarkan kondisi iklim dan ancaman OPT, dan (3) memutakhirkan kebutuhan benih padi, pada setiap MT di tingkat kecamatan sesuai dengan kondisi iklim.

Page 56: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 45 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Sebaran Varietas di Seluruh Indonesia

Varietas eksisting di Sumatera masih didominasi oleh varietas Ciherang seperti di Aceh dan Sumatera Utara, pada level kabupaten umumnya masih didominasi oleh varietas Ciherang dan Mekongga. Di Sumatera Barat, Riau dan Jambi didominasi oleh varietas Ciherang dan varietas lokal. Varietas lokal yang banyak ditanam di Sumatera Barat adalah varietas Anak Daro, Tukad Unda, Batang Piaman dan Batang Lembang. Varietas Ciherang, Ciliwung, dan Mekongga adalah varietas padi yang paling banyak ditanam di Sumatera Selatan sedangkan di Bengkulu banyak ditanam varietas Ciherang, Ciliwung dan Cigeulis. Sama seperti di Provinsi lainnya, varietas Ciherang masih mendominasi pertanaman padi sawah di Lampung, disusul oleh varietas Cigeulis, IR 64 dan Mekongga.

Varietas Ciherang masih mendominasi pertanaman padi sawah di Jawa. Selain Ciherang, di Jawa Barat dan Jawa Tengah terdapat VUB seperti Inpari 6, Inpari 10 dan Inpari 13. Di Yogyakarta terdapat varietas Situbagendit dan IR 64 dan di Jawa Timur selain Ciherang, vaietas yang lainnya yang banyak di tanam adalah Sembada, Memberamo dan Bernas.

Di provinsi Bali, varietas Ciherang dan Cigeulis merupakan varietas terbanyak yang ditanam. Di Nusa Tenggara Barat, tercatat hanya dua kecamatan yang mempunyai

data lengkap yaitu di Lombok Tengah dan Lombok Timur. Varietas yang ditaman adalah Ciherang, Cigeulis, IR 64, Mekongga, Situbagendit, Cilosari, Cobogo dan Maros. Varietas yang banyak ditanam di Nusa Tenggara Timur adalah Ciherang yang diikuti dengan Inpari 3, Inpari 6, Situpatenggang, Gilirang, Memberamo, IR 64, dan Pepe, masing-masing tersebar di kecamatan Sumba Timur, Timor Tengah Selatan, Belu, Alor, Flores Timur, Sikka, Ngada, Maggarai dan Rote ndao.

Lebih dari 70% kabupaten di Kalimantan Barat ditanami padi varietas Ciherang

disusul kemudian Situbagendit, Mekongga, Inpari 3, Inpari 10, Intani dan IR 64. Varietas Ciherang dan Mekongga mendominasi varietas padi sawah di Kalimantan Tengah. Varietas Ciherang dan varietas lokal mendominasi pertanaman padi di Kalimantan Selatan disamping itu terdapat pula varietas Palas, Mekongga, PB 42 dan Situbagendit. Tidak ada data varietas untuk Kalimantan Utara.

Hampir seluruh kabupaten di Sulawesi menanam varietas Cigeulis dan Ciherang. Varietas lain yang ditanam adalah Mamberamo, dan IR 64. Di Maluku varietas yang

paling banyak ditanam juga varietas Ciherang dan diikuti dengan varietas Cigeulis sedangkan Di Maluku Utara varietas Inpari 3 dan Silugonggo. Sebaran varietas tidak tercatat di Papua Barat. Untuk Provinsi Papua, varietas padi yang paling dominan di tanam adalah varietas Ciherang. Varietas lain yang juga menjadi pilihan petani adalah Varietas Inpari 7, 8, Cigeulis dan IR 64. Penetapan rekomendasi varietas padi, jagung dan kedelai setiap musim tanam

tingkat kabupaten berdasarkan kondisi iklim dan ancaman OPT Penetapan rekomendasi varietas padi dilakukan berdasarkan kondisi iklim dan ancaman serangan OPT. Kegiatan Model Peringatan Dini Bencana Banjir, Kekeringan dan OPT Mendukung Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu untuk mengestimasi kondisi musim tanam ke depan apakah tanaman akan rawan bencana atau tidak. Setiap tingkat kerawanan tersebut kemudian ditentukan rekomendasi varietas agar tanaman mampu

beradaptasi dengan kondisi iklim. Informasi ini diperoleh dari instansi terkait di Balitbangtan. Rekomendasi varietas padi diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Padi (BB Padi), varietas jagung dari Balai Penelitian Serealia (Balit Sereal), dan varietas kedelai dari Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian.

Varietas yang direkomendasikan untuk kondisi banjir adalah varietas yang tahan genangan, seperti Inpara 3, Inpara 4, Inpara 5, Ciherang-Sub 1. Untuk wilayah yang rentan kekeringan varietas padi yang direkomendasikan adalah adalah varitas berumur

genjah (95-104 HSS), ultra genjah (<85 HSS), dan memiliki hasil lebih stabil terhadap cekaman, seperti Inpari 1, Inpari 10, Inpari 11, Inpari 12, Inpari 13, Situbagendit, Silugonggo, Situpatenggang dan Dodokan.

Page 57: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 46 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Rekomendasi varietas jagung dan kedelai, berdasarkan kondisi agroekologi, varietas popular, preferensi petani, prediksi ancaman bencana OPT, banjir dan kekeringan. Untuk wilayah di Bawah Normal dan rawan kekeringan rekomendasi varietas adalah Wilis, Dieng, dan Dering 1, serta untuk wilayah dengan rawan beberapa OPT yang menyerang kedelai, varietas yang direkomendasikan adalah Ijen dan Argopuro. Di wilayah yang terindikasi kekeringan direkomendasikan varietas : Inpari 1, Inpari 10, Inpari 11, Inpari 12, Inpari 13, Inpari 18, Inpari 19, Situ Patenggang, Limboto, Situbagendit, Silugonggo dan Inpago 5. Varietas yang direkomendasikan untuk wilayah yang terkena banjir adalah: Inpari 13, Inpari 29, Inpari 30, Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 4, dan Inpara 5, Kapuas, Batanghari, Banyuasin dan Tapus. Wilayah rawan kekeringan direkomendasikan varietas jagung: BISI-10, BISI-11, BISI-12, BISI-13, BISI-14, BISI-15, Pioneer 18, Srikandi, Anoman-1, C-4, C-7, Rama, Pioneer 19, Bima 7, Bima 8, DK-2, DK-3, Lamuru, Sukmaraga dan Gumarang. Pada wilayah pertanaman kedelai yang terindikasi kekeringan direkomendasikan varietas : Dering-1, Detam-2, dan Tidar. Varietas yang direkomendasikan untuk wilayah yang terserang penggulung daun kedelai adalah Baluran, Rajabasa, Argopuro, Detam 1, Mitani, dan Arjasari. Pemutahiran kebutuhan benih padi pada MT di tingkat kabupaten sesuai dengan kondisi iklim. Kebutuhan benih padi didasarkan perhitungan kebutuhan benih (kg/ha) yang dikalikan dengan estimasi potensi luas tanam. Dengan menggunakan asumsi kebutuhan benih padi 25 kg/ha, maka dihasilkan estimasi total kebutuhan benih padi MT-1 (2014-2015) seperti disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Estimasi total kebutuhan benih padi MT-1 (2014-2015) yang dihasilkan dari

Sistem Informasi Katam Terpadu

No Pulau Estimasi Luas Tanam Padi

(Ha)

Estimasi Kebutuhan

benih padi (ton)

1 Sumatera 1.956.864 48.922 2 Jawa 3.301.185 82.530 3 Kalimantan 1.026.950 25.674 4 Sulawesi 830.561 20.764 5 Maluku 19.926 498 6 Papua 17.533 438 7 Bali & Nusa Tenggara 453.945 11.349

INDONESIA 7.606.954 190.174

3.1.5. Informasi Pemupukan Mendukung Percepatan Peningkatan

Produksi Padi Kegiatan penelitian perbaikan rekomendasi pemupukan N padi sawah dilakukan berdasarkan produktivitas padi sawah per kecamatan, pemupukan P dan K berdasarkan status hara P dan K hasil updating yang dilakukan secara desk work untuk mengevaluasi ketepatan dosis pupuk yang diberikan. Pada tahun 2014 dilakukan kegiatan dengan kegiatan 1) memperbaiki dosis rekomendasi pupuk N berdasarkan produktivitas per kecamatan, dosis pupuk P dan K berdasarkan status hara P dan K hasil updating, 2) memperbaiki pemupukan lahan sawah sentra tanam jagung dan kedelai berdasarkan status hara P dan K hasil updating.

Perbaikan rekomendasi pemupukan N untuk padi sawah secara nasional dilakukan dengan cara menyesuaikan rekomendasi pupuk N dengan produktivitas padi sawah per kecamatan terbaru dari Gusus Tugas masing-masing BPTP. Rekomendasi pupuk N untuk lahan sawah dengan produktivitas padi sawah < 5 t/ha adalah 200 kg

Page 58: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 47 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

urea/ha, produktivitas padi adalah 5 – 6 t/ha 250 - 300 kg urea/ha, dan produktivitas padi > 6 t/ha adalah 300 - 400 kg urea/ha.

Produktivitas padi sawah per kecamatan yang telah dikirim adalah dari Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Papua Barat, Bali, NTB, dan sebagian kabupaten di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu. Rekomendasi pupuk N yang telah diperbaiki berdasarkan produktivitas padi sawah per kecamatan pada MT I 2014/2015 adalah provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Papua Barat. Rekomendasi pemupukan N MT I 2014/2015 yang telah diperbaiki dengan menggunakan data produktivitas padi sawah per kecamatan adalah provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, DI. Jogyakarta, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Bengkulu, Jambi, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara.

Perbaikan rekomendasi pemupukan P dan K telah dilakukan pada MT I berdasarkan status hara P dan K yang belum dibuat petanya untuk 22 provinsi sentra padi sawah. Informasi status hara di lokasi ini telah diperbaharui pada tahun 2010-2011 dan menyusun rekomendasi pemupukan di seluruh kecamatan yang memiliki lahan sawah di provinsi yang belum mempunyai Peta Status hara P dan K (ada 11 provinsi). Penyusunan rekomendasi pada lahan sawah yang belum mempunyai peta status hara dilakukan dengan menggunakan data dari hasil survei, status hara hasil analisis dengan PUTS.

Pendekatan untuk menentukan dosis pupuk mengacu pada konsep pemupukan berimbang, yaitu pemberian pupuk untuk mencapai ketersediaan hara esensial yang seimbang dan optimum ke dalam tanah. Manfaat dari pendekatan ini adalah: a) meningkatkan produktivitas dan mutu hasil pertanian, b) meningkatkan efisiensi pemupukan, c) meningkatkan kesuburan dan kelestarian tanah, serta d) menghindari pencemaran lingkungan dan keracunan tanaman.

Tanaman padi sawah sangat respon terhadap pemupukan N, P, dan K. Varietas unggul baru yang saat ini mendominasi (> 90%) sentra pertanaman padi, umumnya responsif terhadap pupuk makro tersebut, namun efisiensi dan efektivitasnya bergantung pada kondisi lokasi setempat. Dalam upaya memperbaiki tingkat kesuburan tanah sawah serta meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk an-organik, maka dianjurkan untuk mengintegrasikan penggunaan pupuk an-organik dengan pupuk organik berbahan baku jerami, kotoran hewan atau bahan baku lainnya.

Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mendorong penggunaan pupuk majemuk NPK dan pupuk organik maka, rekomendasi pupuk untuk padi sawah disajikan dalam bentuk pupuk tunggal dan pupuk majemuk formula NPK 15-15-15 (Phonska), NPK 20-10-10 (Pelangi), NPK 30-6-8 (Kujang) dan NPK 15-10-10. Perhitungan konversi dari pupuk tunggal dan pupuk majemuk mengacu pada dosis minimal kebutuhan SP-36 (P)

atau KCl (K) sehingga dosis pupuk majemuk ditetapkan hanya bersama pupuk urea susulan saja.

3.1.6. Rekomendasi Pengelolaan Sumber Daya Air secara Spasial dan Temporal untuk Mendukung Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu

Salah satu aspek hidrologi yang penting dipertimbangkan dalam penentuan luas panen dalam SI Katam Terpadu adalah inventarisasi DI dan wilayah layanan irigasinya pada tingkat kecamatan serta identifikasi ketersediaan air lahan sawah tingkat kecamatan. Identifikasi ketersediaan air lahan sawah tingkat kecamatan perlu mempertimbangkan konstribusi debit aliran irigasi yang merupakan sumber utama kebutuhan air DI selain curah hujan.

Tujuan penelitian adalah: 1) mengidentifikasi karakteristik distribusi spasial Daerah Irigasi (D.I) kewenangan pusat di Pulau Jawa dan Sumatera, 2) menganalisis distribusi temporal ketersediaan air irigasi pada tingkat Kecamatan berdasarkan sebaran D.I Kewenangan pusat di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3) menghitung potensi luas

Page 59: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 48 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

panen berdasarkan analisis neraca ketersediaan-kebutuhan air lahan sawah menurut skenario awal tanam terbaik.

Inventarisasi Data Hidrologi Pulau Jawa Pulau Jawa memiliki 112 D.I. yang berada di bawah kewenangan Pusat, tersebar di provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Data-data yang berhasil dikumpulkan masih sangat terbatas terutama data debit di pintu saluran tersier (harian, dasarian, atau tengah bulanan/Form 06) sangat sulit diperoleh di lapangan, apalagi data tahun yang lama. Rekapitulasi data yang berhasil dikumpulkan di Pulau Jawa. Sedangkan data dari provinsi Lampung sudah diinventarisir pada kegiatan tahun anggaran 2013. Karena keterbatasan data yang diperoleh pada tahun 2014 di Pulau Jawa, maka pada tahun 2014 analisis hidrologi dilakukan pada DI di provinsi Lampung, Pulau Sumatera.

Ketersediaan Air Daerah Irigasi (D.I) Way Rarem dan D.I Colo Daerah Irigasi (D.I) Way Rarem di provinsi Lampung dan D.I Colo di Provinsi Jawa Tengah merupakan contoh daerah irigasi yang dipergunakan untuk analisis penentuan potensi luas tanam pada MH 2014/2015.

Sumber pengambilan air daerah irigasi Way Rarem adalah dari Bendungan Way Rarem, dengan luas daerah aliran sungai (di sebelah hulu Bendung Way Rarem) 328 km2, yang menggenangi daerah seluas 1,400 ha.

Bendungan tersebut diharapkan dapat menampung air sebanyak 72,400.000 m3. Cara pengambilan air dengan sistem gravitasi dengan membendung pertemuan antara Way Galih dengan Way Rarem sekitar 460 m sebelah hilir. Pengaliran air ke saluran induk

dilakukan melalui bangunan “intake” yang dibangun terpisah sepanjang 1 km disebelah bendungan.

Pada musim kemarau, air yang ditampung dapat digunakan untuk mengairi sebagian areal, sehingga sistem pemberian air diatur menjadi dua musim tanam dalam setahun, dan di beberapa tempat ada yang 3 musim tanam. Adanya areal alih fungsi lebih disebabkan oleh debit air irigasi yang tidak mencukupi. Dari tahun ke tahun daerah tersebut tidak kebagian aliran air irigasi. Pada areal tersebut masyarakat menanam tanaman perkebunan yaitu karet dan sebagian tanaman sawit. Luas total areal alih fungsi di Daerah Irigasi Way Rarem yaitu sebesar 3,228 Ha.

Pola rencana pelepasan air Waduk Way Rarem untuk kebutuhan irigasi DI Way Rarem tahun 2012/2013 dianalisis berdasarkan estimasi elevasi muka air waduk, debit inlet waduk serta estimasi kebutuhan DI Way Rarem yang tertuang dalam lampiran Keputusan Gubernur Lampung Nomor: G/669/III.10/HK/2012, tanggal 31 Oktober 2012, tentang Penetapan Pola Tanam Penggunaan Air Irigasi untuk Musim Tanam Rendeng Tahun 2012/2013 (Oktober – Maret) dan Musim Tanam Gadu Tahun 2013 (April – September) pada Daerah Irigasi Kewenangan Provinsi Lampung. Rekapitulasi estimasi elevasi muka air waduk, debit inlet waduk Way Rarem serta estimasi kebutuhan irigasi DI Way Rarem, diilustrasikan pada Gambar 62.

Gambar 62. Elevasi muka air dan debit inlet Waduk Way Rarem serta Kebutuhan air irigasi DI Way Rarem

0

10

20

30

40

50

60

40

42

44

46

48

50

52

54

56

58

60

Sep

II

Sep

III

Okt

I

Okt

II

Okt

III

No

p I

No

p II

No

p II

I

Des

I

Des

II

Des

III

Jan

I

Jan

II

Jan

III

Feb

I

Feb

II

Feb

III

Mar

I

Mar

II

Mar

III

Ap

r I

Ap

r II

Ap

r II

I

Mei

I

Mei

II

Mei

III

Jun

I

Jun

II

Jun

III

Jul I

Jul I

I

Jul I

II

Ags

I

De

bit (m

3/s)

Elev

asi W

adu

k (m

)

Bulan

ELEVASI MUKA AIR DAN DEBIT INLET WADUK WAY RAREM SERTA KEBUTUHAN AIR IRIGASI D.I. WAY RAREM

September 2012 - Agustus 2013

Elevasi Muka Air Waduk (m)

Kebutuhan Air (m3/s)

Debit Inlet (m3/s)

Page 60: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 49 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Daerah Irigasi Colo memiliki sumber air dari Waduk Wonogiri. Perairan danau buatan di Waduk Wonogiri terbentuk karena pembangunan Bendungan Gajah Mungkur yang membendung aliran terpanjang di Pulau Jawa yaitu Sungai Bengawan Solo. Bendungan ini terletak 3 km di selatan Kota kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Waduk Wonogiri mulai dibangun pada akhir tahun 1970-an dan mulai beroperasi pada tahun 1978. Selain untuk memasok air minum Kota Wonogiri, waduk ini juga menghasilkan listrik dari PLTA sebesar 12,4 MegaWatt.

Ketersediaan air D.I Colo tergambar dari variasi temporal debit Sungai Bengawan Solo dan Debit Saluran irigasi yang terpantau pada Bendung Colo, yang berada di Desa Pengkol Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo. Gambar 63 menunjukkan variasi debit Sungai Bengawan Solo dan debit saluran irigasi selama periode Januari 2013 hingga Maret 2014. Gambar tersebut menunjukkan bahwa debit rata-rata Sungai Bengawan Solo yang terekam di Bendung Colo adalah sebesar 67,325 l/s, debit maksimum sebesar 244,310 l/s, sedangkan debit minimum adalah sebesar 2,960 l/s.

Gambar 63. Debit Sungai Bengawan Solo dan Debit Saluran Irigasi Yang terekeam di Bendung Colo Periode Januari-2013 Maret 2014

Analisis Neraca Ketersediaan-Kebutuhan Air Irigasi Tingkat Kecamatan untuk Prediksi Luas Panen

Prediksi luas panen padi dan jagung di 7 kecamatan di Kabupaten Lampung Utara (kecamatan Abung Semuli, Abung Timur, Abung Surakarta, Muara Sungkai) dan Tulang Bawang Barat (kecamatan Tumi Jajar, Tulang Bawang Udik,dan Tulang Bawang Tengah) provinsi Lampung pada MH1, MH2, dan MK1 menunjukkan luasan yang sama dengan luas baku sawah di masing-masing kecamatan, kecuali pada MK1 prediksi luas panen jagung di kecamatan Abung Semuli hanya mencapai 96,4% dari luas bakunya.

Analisis yang dilakukan pada 22 kecamatan di 7 kabupaten layanan irigasi Bendung Colo menunjukkan kebutuhan irigasi MH, MT-1, dan MT-2 dapat dipenuhi dari pasokan irigasi dan curah hujan sehingga tidak terdapat indikasi cekaman air.

3.2. Penelitian Teknologi Inovatif Dan Adaptif untuk Efisiensi Pengelolaan Sumber Daya Air

Program peningkatan produksi di bidang pertanian perlu didukung oleh inovasi teknologi dan strategi yang adaptif dengan memanfaatkan sumber daya iklim dan air secara optimal. Aplikasi teknologi mutakhir seperti teknologi nano yang sudah berkembang pesat di berbagai disiplin ilmu seperti di bidang energi, elektronik, dan bioteknologi sangat dibutuhkan di bidang pertanian. Teknologi nano dapat diintegrasikan dan diformulasikan di dalam proses budi daya diantaranya dengan menerapkan teknologi tersebut untuk peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya iklim dan air. Inovasi

teknologi lainnya adalah pemanfaatan sumber energi alamiah untuk efisiensi pengelolaan sumber daya air. Salah satu sumber energi alamiah yang dapat dimanfaatkan secara cuma-cuma dan tersedia setiap saat adalah sumber energi matahari. Untuk itu pada

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

Jan

1

Jan

3

Feb

1

Feb

3

Mar

1

Mar

3

Ap

r 1

Ap

r 3

Me

i 1

Me

i 3

Me

i 5

Jun

2

Jun

4

Jul 2

Jul 4

Ags

1

Ags

3

1 S

ep

3 S

ep

5 S

ep

Okt

2

Okt

4

No

p 2

No

p 4

De

s 2

De

s 4

Jan

1

Jan

3

Feb

1

Feb

3

Mar

1

Mar

3

Mar

5

De

bit Salu

ran Irigasi (l/s)

De

bit

Su

nga

i (l/

s)

Minggu

DEBIT SUNGAI BENGAWAN SOLO DAN DEBIT INTAKE IRIGASI PENGAMATAN PADA BENDUNG COLO PERIODE JANUARI 2013 - MARET 2014

Debit Sungai (l/s)

Debit Intake Kanan (l/s)

Debit Intake Kiri (l/s)

Page 61: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 50 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

kegiatan ini telah dirancang dan dianalisis sistem tenaga surya penggerak pompa air untuk pengembangan irigasi. Pompa energi matahari tidak menggunakan listrik, sangat hemat energi dan ramah lingkungan, selain itu penggunaannya mudah, efisiensi tinggi, kinerja stabil dan dapat digunakan dalam jangka waktu lama.

Penelitian terdiri dari tiga kegiatan yaitu 1) Penelitian dan pengembangan hidrogel untuk efisiensi air berbasis teknologi nano, yang bertujuan mengembangkan hidrogel untuk efisiensi air berbasis teknologi nano, 2) Perakitan prototipe sensor curah hujan untuk mendukung pertanian presisi, yang bertujuan merakit prototipe sensor curah hujan optik, dan 3) Penelitian dan pengembangan teknologi sumber daya energi alamiah untuk pengelolaan sumber daya air yang bertujuan untuk mengembangkan teknologi sumber daya energi alamiah untuk pengelolaan air.

Hasil kegiatan “Penelitian dan Pengembangan Hidrogel untuk Efisiensi Air Berbasis Teknologi Nano” menunjukkan bahwa implementasi hidrogel pada lahan kering di Desa Sokon, Kecamatan Fatukoa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur tidak menunjukkan perbedaan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Pertumbuhan tomat terbaik terjadi pada perlakuan 100% irigasi yang ditambah hidrogel, dan hasil tertinggi terjadi pada perlakuan irigasi 100% ditambah hidrogel sebesar 2 gram/lubang tanah (Tabel 10).

Sedangkan implementasi hidrogel yang dilakukan pada lahan sawah tadah hujan di Desa Neglasari, Kecamatan Purabaya, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kadar air tanah. Kadar air tanah pada awal tanam baik yang ditambah hidrogel maupun yang tidak kisarannya antara 37,70-50,80%, dan kadar air pada pertengahan sampai panen berkisar antara 14,10%-15,60% (Tabel 11).

Tabel 10. Hasil 6 kali panen tanaman Tomat di Kampung Sokon, Desa Fatukoa,

Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur

Perlakuan Panen Tomat (kg) Jumlah

(kg) 31 Agt 2-Sep 6-Sep 9-Sep 13-Sep 18-Sep

Irigasi 100% tanpa hidrogel

0.55 0.63 0.66 0.60 0.73 0.77 3.95

Irigasi 80% tanpa hidrogel

0.33 0.42 0.29 0.33 0.49 0.55 2.41

Irigasi 60% tanpa hidrogel

0.57 0.50 0.39 0.43 0.55 0.59 3.03

Irigasi 100%+hidrogel 0.56 0.63 0.67 0.63 0.74 0.78 4.00

Irigasi 80%+hidrogel 0.33 0.41 0.34 0.34 0.51 0.56 2.48

Irigasi 60%+hidrogel 0.56 0.50 0.39 0.44 0.56 0.58 3.03

Tabel 11. Hasil pengamatan kadar air pada tanggal 22 September; 1, 4, 7 dan 10

Oktober 2014 di Desa Neglasari, Kec. Purabaya, Kab. Sukabumi

Perlakuan Rata-rata (%)

22-Sep 1 Okt 4 Okt 7 Okt 10 Okt

Irigasi

Irigasi 125% 42,60 a 19,30 a 17,70 a 16,10 a 15,50 a

Irigasi100% 44,90 a 18,40 a 17,30 a 18,00 a 17,20 a

Irigasi 75% 38,00 a 19,00 a 15,60 a 15,40 a 14,90 a

Hidrogel

Hidrogel 2 gr/lubang tanah 43,90 a 19,00 a 16,70 a 16,20 a 16,70 a

Tanpa hidrogel 39,80 a 18,80 a 17,20 a 16,80 a 15,10 a

Interaksi

Irigasi 125% tanpa Hidrogel 42,70 a 19,70 a 17,30 a 16,60 a 15,30 a

Page 62: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 51 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Irigasi 125% + hidrogel 42,50 a 19,00 a 18,40 a 15,50 a 15,60 a

Irigasi 100% tanpa hidrogel 39,10 a 18,30 a 17,80 a 16,30 a 20,40 a

Irigasi 100% + hidrogel 50,80 a 18,60 a 16,90 a 19,70 a 14,10 a

Irigasi 75% tanpa hidrogel 37,70 a 18,60 a 16,50 a 15,60 a 14,30 a

Irigasi 75% + hidrogel 38,30 a 19,50 a 14,80 a 15,20 a 15,60 a

Adapun hasil penelitian kegiatan kedua “Perakitan Prototipe Sensor Curah Hujan

untuk Mendukung Pertanian Presisi” telah dilakukan perakitan 1 perangkat sensor curah hujan berbasis optik yang dapat mendeteksi dan menghitung curah hujan dengan menggunakan sensor cahaya. Prinsip kerja alat tersebut adalah, air yang masuk ditampung dalam balok kolektor yang berfungsi membangkitkan relay elektronik untuk menggerakan kran otomatis yang selanjutnya sensor cahaya akan menangkap air yang keluar dari kran otomatis yang menyebabkan perbedaan potensial yang diterima oleh alat penangkap cahaya kemudian diterjemahkan oleh mikrokontroler dalam bentuk jumlah hujan (mm), selanjutnya tampilannya bisa dikomputer pengolah data, monitor/LCD atau Data Logger Micro SD Memory (Hard Disk). Pada Gambar 64 disajikan komponen bagian dari sensor curah hujan berbasis optik dan fungsi dari setiap bagian

Gambar 64. Komponen bagian dari sensor curah hujan berbasis optik

Adapun kegiatan ketiga “Penelitian dan Pengembangan Teknologi Sumber Daya

Energi Alamiah untuk Pengelolaan Sumber Daya Air” menghasilkan keluaran Peta Radiasi Matahari wilayah Jawa Barat (Gambar 2). Rata-rata bulanan radiasi matahari pada musim hujan (Oktober-Maret) antara 163-211 kal/cm2 dan pada musim kemarau (April-September) antara 223-261 kal/cm2.

Untuk keperluan irigasi telah dirancang pompa air tenaga surya dengan komponen dibagi menjadi 5 yaitu: (1) panel surya, (2) solar charge controller, (3) inverter, (4) pompa air, dan (5) tandon air. Kebutuhan daya listrik untuk menghidupkan pompa listrik dengan daya 300 watt dengan voltase 220 volt AC selama 10 jam menggunakan sistem solar panel yang mempunyai total daya beban dalam sehari adalah 10 h x 300 W = 3.000 watt jam (3 KWh). Jumlah total 3.000 perlu ditambahkan sekitar 20% untuk tambahan daya perangkat selain daya pompa, yakni solar charge controller dan inverter, sehingga total daya yang dibutuhkan adalah 4.800 watt jam. Inverter terpasang menghasilkan 1.500 VA-220 Volt AC, yang cukup untuk menghidupkan pompa secara maksimal. Dengan rata-rata 5 jam efektivitas cahaya matahari bersinar di daerah tropis, maka dengan 4 panel surya yang berkekuatan 2.000 watt (4 x 100 Wp x 5 jam) dibutuhkan waktu 2 hari untuk mengisi 4 battery terisi penuh. Kebutuhan waktu untuk mengisi tandon air dengan volume 3.000 liter adalah 2,5 jam (150 menit). Tinggi hisap pompa 8 meter, jarak pompa ke tepi sungai 50 meter dan tandon air terletak 10 meter

No Komponen Fungsi

1 LCD Menampilkan pesan atau tulisan.

2 Contrast Mengatur kontrast tulisan pada LCD.

3 Input Analog Sebagai input pada beberapa mode switch.

4 IC Atmega Mengontrol input sensor dan output relay serta LCD

5 Baterai timer Sebagai sumber daya tambahan timer saat rangkaian tidak terhubung sumber daya agar timer terus berjalan.

6 Switch Digunakan untuk memasukkan mode input

7 5 Led Merah Digunakan sebagai tanda masing-masing switch off atau on.

8 Data Logger Digunakan untuk menyimpan data pada memory card.

9 Led IND (Hijau) Sebagai tanda bahwa sumber daya telah terpasang.

10 Led C (Putih) Sebagai tanda terdapat air pada tangki atas.

11 Led R (Biru) Sebagai tanda bahwa IC atmega telah mengaktifkan atau menonaktifkan relay

12 Pengatur Sensor Infrared Digunakan untuk mengatur tingkat kepekaan sesnr infrared.

13 Tombol reset Digunakan untuk mereset program.

14 Relay Digunakan untuk memutus atau menyambungkan selenoid valve dengan sumber daya

15 Led Sensor Infrared (Kuning)

Penanda Sensor Infrared terkena halangan atau tidak.

Page 63: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 52 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

lebih tinggi serta jarak tandon air ke pompa air 100 meter. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi tandon air dengan kemampuan 20 liter per menit, maka waktu yang dibutuhkan untuk mengisi penuh tandon air adalah 2,5 jam. Kemampuan tenaga pembangkit yang terpasang untuk menghidupkan pompa selama 10 jam dapat mengisi 4 kali tandon air dengan volume 3.000 liter. Jadi volume air yang dapat di angkat oleh pompa air adalah 12.000 liter air per hari. Adapun pompa air tenaga surya yang dirancang dan spesifikasi komponen pompa disajikan pada Gambar 66.

Gambar 65. Peta radiasi rata-rata tahunan di wilayah Jawa Barat

Pompa air tenaga surya yang dirancang, digunakan untuk irigasi tanaman jagung menggunakan teknik irigasi streamline. Hasil pertanaman jagung memperlihatkan bahwa pertumbuhan tanaman jagung tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara irigasi 120%, 100% dan 80% demikian juga yang ditambah hidrogel dan interaksinya. Hasil tanaman jagung berbeda nyata antara yang ditambah hidrogel pada parameter berat brangkasan, berat tongkol maupun berat pipilan kering. Pemanfaatan pompa air tenaga surya terbukti dapat meningkatkan indeks pertanaman, dari semula pola tanam padi-palawija-bera menjadi padi-palawija-palawija. Dengan meningkatnya indeks pertanaman berpengaruh signifikan pada peningkatan pendapatan petani. Untuk meningkatkan nilai tambah maka, untuk pola tanam tahun yang akan dating, perlu mengembangkan tanaman hortikultura khususnya sayuran dengan memanfaatkan sisa air di tandon air setelah irigasi palawija. Selain itu, perlu upaya perluasan lahan dengan tanaman palawija pada MK-1 di beberapa blok sawah petani untuk optimalisasi pemanfaatan air.

Gambar 66. Pompa air tenaga surya yang dirancang dan spesifikasi komponen pompa

Page 64: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 53 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

IV. DISEMINASI HASIL PENELITIAN AGROKLIMAT DAN

HIDROLOGI Pada tahun anggaran 2014, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi memiliki RDHP Diseminasi Teknologi Penelitian Agroklimat dan Hidrologi yang terdiri atas 4 kegiatan yakni: a) Diseminasi Teknologi Agroklimat dan Hidrologi; b) Pengembangan Website dan Perpustakaan Digital Balitklimat; c) Visitor Plot Pengelolaan Iklim Mikro dan Tata Air; dan d) Model Diseminasi Katam Terpadu dan Teknologi Pengelolaan Air.

Diseminasi dan penyebaran hasil-hasil penelitian, Balitklimat dikemas dalam berbagai bentuk penerbitan publikasi ilmiah semi popular seperti: Buletin hasil penelitian

agroklimat dan hidrologi, info agroklimat dan hidrologi, petunjuk teknis, laporan tahunan Balai, leaflet, brosur, poster dan dokumentasi berupa CD audio, informasi melalui website. Publikasi tercetak berupa tulisan ilmiah, ilmiah populer atau laporan hasil penelitian merupakan media yang baik dan efektif dalam penyebarluasan informasi hasil penelitian dan dimuat dalam website, karena sifatnya dapat menjangkau pengguna yang tersebar luas di seluruh Indonesia dan dunia internasional. Balitklimat dituntut untuk senantiasa mengembangkan cara penyajian dan teknik

penulisan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan pengguna. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan tersebut perlu dikomunikasikan kepada para pengguna. Komunikasi dapat dilakukan secara langsung melalui seminar, lokakarya, dialog, pameran, ekspose. Selain itu juga dapat dilakukan secara tidak langsung melalui penyebaran publikasi tercetak, laporan, media elektronik (internet, radio, video, SMS, Android dll). Komunikasi digital melalui internet dan promosi hasil penelitian melalui web site bisa menjangkau wilayah yang lebih luas dalam waktu yang

singkat untuk itu pada tahun anggaran 2014 Balitklimat melaksanakan dan melanjutkan editing dan updating informasi terbaru website serta mengembangkan dalam bentuk online seperti pemesanan data iklim dan air, peta-peta dari yang sekarang sudah ada.

Tujuan. Jangka pendek: 1). Mempublikasikan hasil-hasil penelitian agroklimat dan hidrologi agar dapat digunakan sebaik-baiknya oleh pengguna; 2). Melakukan komunikasi dan pelayanan prima hasil penelitian Agroklimat dan hidrologi kepada pengguna; 3). Meningkatkan komunikasi dan publikasi hasil penelitian dengan berbagai stake holder; 4).

Publikasi hasil penelitian, dengan meningkatkan pelayanan perpustakaan digital; Sedangkan Tujuan Jangka panjang: untuk Meningkatkan efisiensi dan efektifitas hasil penelitian, membangun jaringan dengan instansi diluar kemtan, yang pada akhirnya akan mempercepat adopsi dan penerapan oleh pengguna.

4.1. Diseminasi Teknologi Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

4.1.1. Laporan Tahunan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, tahun kegiatan 2013

Pada tahun anggaran 2014, diterbitkan laporan tahunan Balai yang merupakan laporan pelaksanaan kegiatan Balai pada tahun anggaran sebelumnya (TA. 2013). Laporan Tahunan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, tahun kegiatan 2013, tdd

Kegiatan penelitian tahun 2013 sebagian besar merupakan lanjutan dari tahun-tahun sebelumnya sebagai bagian dari penelitian jangka panjang Penelitian dan Pengembangan Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim untuk Pengembangan Pertanian yang meliputi: 1) Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu dalam Upaya Adaptasi Perubahan Iklim; 2) Penelitian dan Pengembangan Sistem Informasi Sumber Daya Iklim dan Air dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim; 3) Pengelolaan Sumber Daya Iklim dan Air Kawasan Sentra Tanaman Buah dalam Menghadapi Perubahan Iklim; 4) Penelitian Dinamika Musim Panen Berbasis Iklim dan Air untuk Mendukung Pengembangan Tanaman Buah; 5) Food Smart Village sebagai Model Pendekatan Pengelolaan Sumber Daya Air dan Iklim Terpadu untuk Mengurangi Risiko Pertanian Lahan Kering; dan 6) Penelitian Teknologi Modifikasi Iklim Mikro, Deteksi Dini

Page 65: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 54 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 67. Buku laporan tahunan 2013

dan Antisipasi Kekeringan Skala Presisi Berbasis Teknologi Nano, serta 7) Kerjasama penelitian pengelolaan sumber daya iklim dan air yakni: 1) Desain Pengelolaan Air Kebun Percobaan Lingkup Balitbangtan Kementerian Pertanian, 2) Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu dan Partisipatif Menuju Sistem Pertanian Efektif di Wilayah Klaten (Jawa Tengah), dan 3) Asian Food and Agriculture Cooperation Initiative (AFACI).

4.1.2. Buletin Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Pada T.A 2014 Penerbitan Buletin Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 1 x terbit yaitu bulan Nopember. Naskah-naskah tersebut diperoleh melalui tulisan hasil penelitian primer maupun sekunder dan diseleksi oleh tim penyunting. Sampai dengan akhir tahun, terkumpul 6 naskah untuk sekali penerbitan. Dalam Pelaksanaan Penyusunan Buletin hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi berdasarkan SK Ka Balitklimat Tahun 2014 Judul Buletin adalah sebagai berikut :

1. INFORMASI WILAYAH RAWAN BANJIR DAN KEKERINGAN LAHAN SAWAH PADA KATAM TERPADU MUSIM HUJAN 2014/2015. Oleh: Erni Susanti, Suciantini, Fadhlullah Ramadhani, dan Anindito

2. DELINEASI DAERAH ALIRAN SUNGAI DI PULAU JAWA BERBASIS SYSTEM INFORMASI GEOGRAFIS DENGAN MENGGUNAKAN SRTM. Oleh: Muchamad Wahyu Trinugoho dan Setyono Hari Adi

3. PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN

MELALUI DAM PARIT: STUDI KASUS SUNGAI MOKUPA, KECAMATAN LAMBANDIA, KABUPATEN KOLAKA, SULAWESI TENGGARA. Oleh : Nani Heryani, Nurwindah Pujilestari, dan Budi Kartiwa

4. CROP MODELING USING APSIM COMPARISON OF SEVERAL SOYBEAN VARIETIES AND PLANTING DATE IN TWO LOCATION AS AFFECTED BY ENSO (El Nino Southern Oscillation) and IOD (Indian Ocean Dipole) IN WEST JAVA. BY Yayan Apriyana

Gambar 68. Buku buletin hasil penelitian agroklimat dan hidrologi

Page 66: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 55 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

5. ASURANSI PERTANIAN BERBASIS INDEKS IKLIM. Oleh : Woro Estiningtyas 6. PENELITIAN KEY AREA KERAGAMAN IKLIM INDONESIA : KONSEP DAN IDE

AWAL. Oleh : Woro Estiingtyas, Aris Pramudia dan Yayan Apriyana

4.1.3. Info Agroklimat dan Hidrologi

Penerbitan Info Agroklimat dan Hidrologi sebanyak 6 kali selama setahun, yaitu bulan Februari, April, Juni, Agustus, Oktober dan Desember, dengan materi sebagai berikut:

Ancaman banjir lahar dingin erupsi Gunung Kelud 2014

Stasiun Hidrometri untuk mempelajari karakterisasi Hidrologis daerah Aliran Sungai (DAS)

Teknik perunut Hidrokimia untuk mempelajari Dinamika Aliran pada daerah Aliran Sungai

Informasi potensi kejadian abnjir kekeringan dan serangan OPT pada tanaman padi, jagung da kedelai pada MT II (Feb-Mei) 2014

Ujicoba beberapa Mulsa pada tanaman Cabai di DAS Mikro Selopamioro

Informasi Pengelolaan Data Iklim

4.1.4. Poster

Penerbitan Leaflet dan Poster diperlukan untuk mendukung kegiatan pameran dan penyebaran informasi teknologi hasil penelitian. Sampai dengan akhir tahun, beberapa poster sudah di buat disajikan pada Gambar 70.

Gambar 70. Beberapa contoh Poster yang di buat di Balitklimat tahun 2014

Feb 2014

April

2014

Juni

2014

Agustu

s 2014

Oktobe

r 2014

Desember 2014

Februari

April

Juni

Agustus

Oktober Desember

Gambar 69. Leaflet info agroklimat

Page 67: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 56 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

4.1.5. Pemasyarakatan hasil penelitian Kegiatan pemasyarakatan hasil pertanian dilakukan oleh Balai sendiri atau oleh Instansi lain, sebagai narasumber, antara lain Balai Diklat Pelatihan Pertanian atau pelatihan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

4.1.6. Kunjungan Kerja Menteri Pertanian ke Balitklimat

Bogor – 3 November 2014 siang, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat) mendapat kehormatan dikunjungi oleh Bapak Menteri Pertanian Baru 2014, Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, MP didampingi Bapak Sekretaris Balitbangtan Dr. Ir. Agung Hendriadi. M.Eng disambut oleh Kepala Balitklimat Dr. Ir. Haris Syahbuddin. DEA beserta struktural dan Peneliti (Gambar 71). Bapak Menteri Pertanian kemudian langsung masuk ke ruangaan Peneliti Hidrologi, mendatangi ruang kerja satu persatu, berdialog, bertanya, mengucapkan salam, sambil selalu memberi semangat untuk bekerja, bekerja dan bekerja.... dan memberi arahan untuk meningkatkan swasembada pangan dengan kosentrasi perbaikan sarana irigasi, dalam kesempatan tersebut, Bapak Menteri memberi Tugas pertama kepada Bapak Kepala Balitklimat, disaksikan oleh Bapak Sesba dan Peneliti Hidrologi, untuk pemetaan Jaringan seluas 1 juta Ha, yang hasilnya segera di laporkan langsung ke Bapak Menteri Pertanian, dalam waktu secepatnya. Gambar 71. Kunjungan Menteri Pertanian Dr. Andi Amran S didampingi Bapak Sesba Dr.

Agung Hendriadi Ke Balitklimat, 3 Nov 2014

4.1.7. Kunjungan Tamu ke Balitklimat, yaitu Rombongan AFACI, Mexindo dan SPI Balitbangtan, Bapak Kabadan, KaBiro Kementan

Pada tanggal 30 Juni 2014 Bapak Ka Badan beserta pejabat es II lingkup Balitbangtan berkunjung ke Balitklimat, kemudian Tim SPI Badan Litbang berkunjung pada tanggal 19 September 2014, dan pada jum’at pagi tanggal 24 Oktober 2014, mendapat kunjungan peserta AFACI (Asian Food and Agriculture Cooperation Initiative) perwakilan dari negara

Page 68: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 57 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

11 negara yaitu Thailand, Vietnam, Indonesia, Korea Selatan, Kamboja, Nepal, Laos, Philipina, Mongolia, Srilangka, dan Banglades. Dan pada tanggal 7 Nopember 2014 Rombongan Pelatihan Kerjasama Mexindo berkunjung ke Balitklimat (Gambar 72).

Gambar 72. Kunjungan tamu Balitklimat 2014

4.2. Pengembangan Website dan Perpustakaan Digital Agroklimat

Update Website selama tahun 2014 (Gambar 73) sudah dilakukan beberapa kali, materi yang di update (Lengkapnya ada di Website Balitklimat), Berita Terbaru, Seminar/Lokakarya dari Peserta yang magang di Balitklimat atau Pegawai Balitklimat yang mendapat kesempatan tugas ke Luar negeri, rubrik Hasil Penelitiaan baik yang sedang berjalan dalam bentuk proposal atau hasil penelitian tahun sebelumnya, seperti Desain Pengelolaan Sumber Daya Air di 13 Kebun Percobaan lingkup Badan Litbang Pertanian, juga pada tahun 2014 di tampilkan info iklim dari beberapa AWS telemetri yang terpasang di berbagai lokasi.

Gambar 73. Penampilan Website Balitklimat tahun 2014

4.3. Visitor Plot Pengelolaan Iklim Mikro dan Tata Air

Dalam peningkatan produksi tanaman hortikultura, aspek cuaca dan iklim memegang peranan yang cukup penting karena hampir semua aspek pertanian, mulai dari pemilihan jenis tanaman, pola tanam, teknik budi daya dan perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan kondisi iklim mikro yang sesuai dalam budi daya tanaman adalah pertanian rumah kaca (greenhouse farming) atau pertanian rumah kasa (screenhouse farming). Rumah kasa dapat memfasilitasi dan mengontrol kondisi lingkungan yang dibutuhkan oleh tanaman, melindungi tanaman dari curah hujan yang tinggi dan kelebihan intensitas cahaya. Budi daya tanaman dalam rumah kasa adalah salah satu teknik budi daya dengan cara memodifikasi iklim mikro untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Teknologi ini dapat menghasilkan produksi tanaman yang berkualitas karena iklim mikro dapat dimodifikasi dan pemberian hara dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman. Data iklim dan hidrologi dapat

Page 69: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 58 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

dimanfaatkan sebagai dasar untuk pengelolaan air dan modifikasi iklim mikro tanaman hortikultura. Pengelolaan air dilakukan untuk peningkatan akurasi pemberian irigasi tanaman sehingga pemanfaatan air lebih efesien.

Hasil kegiatan tahun sebelumnya menunjukkan adanya perbedaan suhu udara antara rumah kasa yang dilengkapi blower yang terhubung dengan sistim yang diatur secara otomatis dibandingkan dengan tanpa menggunakan blower dimana suhu udara cenderung lebih rendah pada rumah kasa yang dilengkapi blower. Selain perlakuan penggunaan blower, tanaman juga diberi air secara manual dengan volume yang berbeda. Hal ini dilakukan dengan maksud mendapatkan informasi kebutuhan air yang sesuai dengan kondisi tanaman sehingga penggunaan air dapat lebih efisien. Pada perlakuan pemberian air sebanyak 50% dari kebutuhan, tanaman tetap dapat tumbuh dengan baik. Selain itu, dalam upaya mendukung program Kementerian Pertanian yakni “Model Kawasan Rumah Pangan Lestari”, kegiatan ini juga dilaksanakan di lingkungan kantor Balitklimat. Prinsip dasar dari KRPL adalah pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani/masyarakat.

Untuk melaksanakan kegiatan ini maka, dilakukan tahapan sebagai berikut: 1) tahapan kegiatan dalam otomatisasi irigasi dan iklim mikro terkendali dan 2) perancangan dan pengembangan model KRPL, yang merupakan implementasi sistim irigasi otomatis pada tanaman KRPL.

4.3.1. Otomatisasi Sistim Irigasi

Untuk dapat mengotomatisasi jaringan irigasi setelah dilakukan pemasangan keran elektrik, maka tahapan selanjutnya adalah pemasangan kontroler sebagai pengatur. Kontroler ini berfungsi untuk mengatur/membuka dan menutup keran elektrik. Kontroler dapat menggunakan sistim waktu atau sistim sensor suhu tanah, kelembaban tanah, dan sebagainya. Dalam kontroler sistim waktu untuk setiap blok dipasang satu keran elektrik guna mengontrol aliran air untuk penyimanan dalam satu jaringan irigasi.

Penggunaan sensor kelembaban tanah untuk mengontrol kadar air tanah telah dilakukan di rumah kasa Balitklimat. Sensor yang digunakan adalah sensor gypsum. Kontroler yang digunakan untuk membaca keluaran sensor gypsum adalah kontroler MT4W keluaran Autonics juga di gunakan dan dicoba keluaran dari National Control Device (NCD). Tipe kontroler MT4W dapat diseting langsung di lokasi sedangkan tipe kontroler dari NCD hanya dapat dilakukan dengan komputer. Keluaran sensor gypsum berupa sinyal resistensi, kemudian dirubah menjadi sinyal voltase sehingga dapat dibaca oleh kontroler MT4W.

Sistem pemberian air secara otomatis dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air. Air yang diberikan kepada tanaman dapat dikendalikan secara terukur dan pasti. Implentasi sistim irigasi untuk tanaman KRPL dalam kegiatan visitor plot tahun 2014 menggunakan model sistim irigasi waktu dan model sistim irigasi sensor. Kemudian dalam pengembangan kombinasi model sistim irigasi waktu dan sensor di buat sistim irigasi yang keluarannya menjadi model sistim irigasi dosis, yaitu air yang diberikan sudah dalam volume air yang dibutuhkan oleh tanaman berdasarkan kebutuhan air tanaman dan debit nosel irigasi yang digunakan.

a. Sistim pemberian air berdasarkan waktu

Dalam pelaksanaan KRPL di Balitkilmat, penyiraman tanaman di pot menggunakan sistim otomatisasi berdasarkan waktu (Gambar 74, 75, dan 76). Dengan sistim ini, air irigasi diberikan berdasarkan pengaturan jadwal waktu pemberian air. Jadwal penyiraman untuk tanaman dilakukan tiga kali dalam sehari yaitu pada jam 08.00, Jam 12.00 dan jam 16.00 dengan lama penyiraman masing-masing 5, 7, dan 5 menit.

Page 70: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 59 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 74. Pemberian air irigasi berdasarkan sistim kontroler waktu

Gambar 75. Otomatisasi sistim irigasi tanaman terong berdasarkan waktu

Gambar 76. Otomatisasi sistim irigasi tanaman cabe dalam pot berdasarkan waktu

b. Sistim pemberian air berdasarkan sensor

Sistim ini adalah sistim pemberian irigasi menggunakan sensor kelembaban tanah sehingga pemberian air lebih efisien dan merupakan pengembangan dari teknik pemberian air irigasi dengan sistim waktu. Kontroler di atur berdasarkan nilai kapasitas lapang. Dalam sistim ini, air untuk menyiram tanaman telah menggunakan campuran nutrisi tanaman 2%. Pemberian air irigasi dengan sistim sensor memiliki keunggulan yakni air tidak diberikan apabila kondisi tanah masih basah dan cukup air mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penyetingan nilai kontroler dilakukan berdasarkan kondisi kapasitas lapang dari media tanam. Kontroler berfungsi membaca sensor kelembaban tanah kemudian mengatur nilai kelembabannya. Nilai kelembaban angka di layar monitor kontroler dibaca dalam satuan nilai kering. Kontroler dapat disetting nilai tertinggi dan terendah untuk dapat menyalakan dan mematikan keran

Page 71: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 60 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

elektrik (solenoid). Dengan nilai setting tertinggi dan terendah maka pemberian air diatur berdasarkan kebutuhan tanaman (Gambar 77 dan 78).

Gambar 77. Kontroler, probe sensor dan aplikasi sensor dalam pot.

Gambar 78. Sistim irigasi tanaman cabe berdasarkan sensor kelembaban tanah

c. Sistim pemberian air berdasarkan dosis irigasi

Setelah sistim pemberian air irigasi berdasarkan sensor dibuat dan di implementasikan di KRPL BALITKLIMAT maka, di buat dan dikembangkan sistim pemberian air irigasi berdasarkan dosis. Sistim pemberian air berdasarkan dosis ini adalah kombinasi pemakaian kontroler yang menggunakan sensor dan waktu. Pemberian berdasarkan dosis sangat efisien dibandingkan dengan jenis lainnya. Dosis pemberian berdasarkan indikator kebasahan tanah dan kebutuhan sesuai tanaman yang ditanam (gambar 79).

Dengan menghitung kebutuhan air untuk tanaman dari parameter koefisien tanaman dan evapotranspirasi total maka, air untuk irigasi dapat diatur. Dosis irigasi diberikan sekali pemberian penyiraman untuk 2-3 hari. Kedepan kita kembangkan sistem

pemberian dosis irigasi berdasarkan indikator kebasahan tanah dan kuat cahaya atau PAR (Photosyntethically Active Radiation). Sistim-sistim ini dapat di implementasikan di KRPL, Rumah Kaca dan kebun.

Page 72: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 61 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 79. Sistim irigasi otomatis berdasarkan dosis pemberian air

4.3.2. Jenis-jenis ouput nosel air untuk irigasi

Nosel ini berfungsi sebagai pengatur air untuk penyiraman agar dosis pemberiannya sama. Pada kegiatan visitor plot di Balitklimat, nosel yang digunakan untuk penyiraman tanaman dalam pot atau lahan diantaranya: Regulating stick, Single piece jet (spray jet), Shrubbler, PC emitter, Stream line, Springkler, dll. Nose-nosel tersebut dapat dianjurkan dilihat dari segi praktis, dosis air, dan harga serta terjangkau.

4.3.3. Jaringan pipa irigasi

Untuk dapat mengotomatisasi jaringan irigasi diperlukan peralatan diantaranya pompa air, pipa pvc, fiting pvc, selang LDPE, nosel-nosel irigasi, keran elektrik dan kontroler sebagai pengatur. Kontroler berfungsi sebagai kendali dalam mengatur membuka dan menutup keran elektrik. Kontroler bisa menggunakan sistem waktu atau menggunakan

sistem sensor suhu tanah, kelembaban tanah dan sebagainya. Dalam kontroler sistim waktu untuk setiap blok dipasang satu keran elektrik guna mengontrol aliran air untuk penyimanan dalam satu jaringan irigasi. Dipasaran, hanya tersedia 6-8 blok sistim keran eletrik untuk membuka dan menutup keran elektrik dengan satu master keran elektrik untuk mengatur aliran air utama menuju ke setiap blok.

Jaringan irigasi untuk lingkungan KRPL terdiri atas: sumber air, tangki air (water torn), pompa hisap, pompa tekan, jaringan pipa atau selang LDPE (Low Density Propyl Etylene) untuk transportasi air dan sistim kontroler otomatis berupa sistim waktu (timer) dan sistim sensor. Jaringan irigasi yang terdiri dari pipa pvc dan selang LDPE untuk tranportasi air dan pengendalian buka tutup keran menggunakan elektrik valve, sehingga pembukaan keran dapat diotomatisasi. Jaringan untuk mengantarkan air penyiraman menuju setiap pot tanaman menggunakan pipa pvc dan LDPE, dalam pembagiannya dipasang keran elektrik untuk setiap blok tanaman. Balitklimat mengembangan sistim sensor kelembaban tanah dengan penggunaan gipsum sebagai media sensornya.

4.3.4. Media Tanam

Media tanam yang digunakan untuk menanam tanaman dalam pot visitor plot menggunakan campuran kotoran hewan, sekam padi dan tanah dengan perbandingan 3:2:1. Pemberian pupuk buatan NPK majemuk dengan kandungan NPK 15:15:15 juga dilakukan dengan dosis anjuran sesuai dengan komoditas tanaman yang ditanam. Kotoran hewan yang digunakan adalah kotoran sapi dan kotoran kambing yang diberi

EM4 untuk mempercepat pembusukan atau dekomposisi dan diperam selama 20 hari sehingga dapat digunakan secara optimal kandungan nutrisi didalamnya. Media kemudian di disterilkan dari jamur dengan cara memasak atau menggunakan uap air

Page 73: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 62 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

panas mendidih dalam tabung dan diberi tekanan melalui kompresor dan uap panas dialirkan melalui pipa anti panas yang telah diberi lubang untuk keluarnya uap panas atau media dimasukan drum kemudian di panaskan. Pipa berlubang yang mengalirkan uap panas tersebut di benam dengan media tanam dan media kemudian di tutup terpal plastik. Media dibiarkan sampai menjadi panas karena uap air.

Media campuran hasil pemasakan tersebut kemudian dimasukan dalam pot atau polibag dan lima hari kemudian segera ditanam bibit yang sebelumnya sudah disediakan.

4.3.5. Jenis tanaman

Komoditas tanaman yang ditanam dikawasan KRPL perkantoran Balitklimat dan Rumah kasa Balitklimat umumnya tanaman hortikultura, 18 jenis sayuran ditanaman di KRPL BALITKLIMAT. Jenis sayuran adalah: sawi, pakcoy, bayam, kangkung darat, tomat, terong ungu, terong putih, terong bulat, cabe rawit, cabe merah, pepaya, bengkuang dan juga ditanam melon dan cabe paprika di rumah kasa.

4.3.6. Kebutuhan air tanaman

Untuk memenuhi kebutuhan air tanaman diperlukan penyiraman secara periodik dan terukur sehingga tanaman menjadi sehat dan dapat menghasilkan produk yang baik. Data yang diperlukan adalah data koefisien tanaman yang ditanam dan data evapotranspirasi total (ETo). Data ini dihasilkan dari perhitungan parameter iklim. Data iklim didapat dari stasiun iklim terdekat yaitu stasiun AWS (Automatic Weather Station) Cimanggu.

Untuk menentukan kebutuhan air tanaman secara efektif, efisien dan ekonomis,

perlu dihitung terlebih dahulu kebutuhan air untuk tanaman yang diusahakan/ditanam. Kebutuhan air tanaman dihitung dari koefisien tanaman (Kc), epavotransvirasi total (Eto), dan luas lahan yang ditanami sehingga kebutuhan air yang digunakan terukur. Sebagai contoh kebutuhan air tanaman cabe berdasarkan perhitungan koefisien tanaman dan ETP dari parameter-parameter data iklim, seperti pada Gambar 80i.

Tabel 12. Kebutuhan air per hari untuk setiap fase pertumbuhan tanaman cabe pada tiga perlakuan pemberian air 25%, 40%, 60%, 80% dan 100% kebutuhan tanaman

Fase Pertumbuhan

Panjang Fase Pertumbuhan

Tanaman (Hari)

ETo (mm/hari)

Kc ETc

(mm/hari) Etc-

100% Etc-80%

Etc-60%

Etc-40%

Etc-25%

Fase Vegetatif I (Inisiasi)

10 5,8 0,5 2,9 2,9 2,3 1,7 1,2 0,7

Fase Vegetatif II 25 5,8 0,8 4,6 4,6 3,7 2,8 1,3 0,8

Pembungaan 10 5,8 1,1 6,4 6,4 5,1 3,8 1,5 0,9

Pembentukan Biji 10 5,8 0,9 4,9 4,9 3,9 3,0 1,2 0,8

Pemasakan Biji 10 5,8 0,6 3,5 3,5 2,8 2,1 1,2 0,7

Jumlah hari 210

Jumlah Minggu 30

Page 74: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 63 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 80. Kebutuhan air tanaman cabe (sesuai fase pertumbuhan) di KRPL Balitklimat berdasarkan perhitungan koefisien tanaman dan ETP

4.3.7. Iklim

Informasi iklim sangat diperlukan untuk kegiatan KRPL di Balitklimat sebagai acuan guna menghitung kebutuhan air tanaman. Data iklim diperoleh dari stasiun iklim Cimanggu. Parameter iklim yang diperoleh terdiri atas: curah hujan, kelembaban udara, suhu udara,

radiasi matahari, kecepatan angin dan arah angin. Data tersebut dibutuhkan untuk menghitung evapotranspirasi. Ketragaan iklim rata-rata bulanan (stasiun iklim Cimanggu) disajikan pada Gambar 81 dan Tabel 13 dan 14.

Gambar 81. Pola curah hujan dan ETP stasiun iklim Cimanggu (rerata 2000-2007) dan tahun 2014

Tabel 13. Data iklim Stasiun Cimanggu (rerata tahun 2000-2007)

Bulan Suhu udara (

oC) Kelembaban udara (%)

Curah hujan

Kec. Angin

Radiasi surya

Etp

Min. Maks. Rerata Min. Maks. Rerata mm m/detik MJ/m2 mm

Januari 19,6 27,6 23,6 51 83 72 399 0,7 12,31 3,0

Februari 19,5 26,9 23,2 55 85 75 346 0,6 11,55 2,7

Maret 19,8 28,2 24,0 49 84 71 342 0,7 13,80 3,2

April 20,7 29,9 25,3 49 88 74 434 0,7 14,38 3,3

Mei 22,8 32,7 27,7 53 96 80 354 0,9 15,69 3,6

Juni 22,2 32,2 27,2 51 94 77 323 0,9 14,98 3,4

Juli 22,1 32,3 27,2 48 93 75 213 1,0 15,75 3,6

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Fase Vegetatif I

(Inisiasi/Initial)

Fase Perkembangan

(Development)

Fase Pertengahan

(Mid Season)

Fase lambat (Late)

100%

80%

60%

40%

25%

mm

Air

0,01,02,03,04,05,0

0100200300400500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

CH-2000-2007 CH 2014

ETP 2000-2007 ETP 2014

Page 75: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 64 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Agustus 21,1 31,8 26,5 41 87 68 142 1,1 16,95 4,0

September 22,1 33,4 27,8 38 87 71 235 1,0 17,91 4,2

Oktober 22,6 33,5 28,0 45 92 74 390 1,2 17,33 4,4

Nopember 22,7 32,6 27,7 53 95 79 438 1,1 15,70 3,9

Desember 23,3 30,6 26,9 55 94 80 369 0,9 14,64 3,6

Jumlah 3985 10,8 180,96 42,9

Rerata 21,6 31,0 26,3 49 90 75 332 0,9 15,08 3,6

Tabel 14. Data bulanan iklim Stasiun Cimanggu tahun 2014

Bulan Suhu udara (

oC) Kelembaban udara (%)

Curah hujan

Kec. Angin

Radiasi surya

Etp

Min. Maks. Rerata Min. Maks. Rerata mm m/detik MJ/m2 mm

Januari 22,6 31,7 25,3 71 82 78 342 1,2 8,28 2,0

Februari 21,9 28,7 24,5 73 99 90 383 1,0 10,05 2,5

Maret 22,0 31,5 25,4 58 103 86 368 0,6 11,76 2,9

April 22,7 32,8 26,3 51 99 80 430 0,7 13,44 3,3

Mei 22,9 32,7 26,4 52 100 82 379 0,6 13,48 3,3

Juni 22,9 32,0 26,5 54 97 81 127 0,9 13,15 3,2

Juli 26,1 28,0 25,6 62 94 80 323 1,2 12,26 3,0

Agustus 22,0 32,5 26,2 43 98 75 284 0,8 15,64 3,8

September 22,4 34,0 27,0 34 88 65 69 1,0 17,57 4,3

Oktober 22,8 34,4 27,1 35 94 70 365 1,0 16,26 4,0

Nopember 22,6 33,1 26,1 51 100 82 384 1,3 14,58 3,6

Desember 23,0 31,7 26,0 54 99 80 356 0,8 13,45 3,3

Jumlah 3204 159,92 39,1

Rerata 22,8 31,9 26,0 53 96 79 267 0,9 13,33 3,3

4.3.8. Pendampingan teknologi

a. Pemasangan jaringan irigasi pada Hari Pangan Sedunia di Mancini Sombala, Makasar Sulawesi Selatan

Selain melaksanakan desiminasi pada visitor plot, juga melakukan pendampingan untuk menginstalasi mikro irigasi di lokasi “Peringatan Hari Pangan Sedunia” yang dilaksanakan di Kelurahan Mancini Sombala, Kecamatan Tamalate, Makasar Sulawesi Selatan, tanggal 6-11 Nopember 2014.

Gambar 82. Instalasi irigasi otomatis pada lokasi HPS ke 34 di Makasar, Sulsel

Page 76: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 65 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

b. Pemasangan jaringan irigasi otomatis pada kegiatan Forum Komunikasi Profesor Riset di Bintan

Gambar 83. Instalasi jaringan irigasi otomatis pada kegiatan Forum Komunikasi Profesor Riset di Bintan

c. Pemasangan Irigasi otomatis pada kegiatan Percobaan Balitbangtan, Batan dan IAEA di Lampung

Gambar 84. Instalasi jaringan Irigasi otomatis pada kegiatan Percobaan Balitbangtan,

Batan dan IAEA di Lampung

4.4. Model Diseminasi Katam Terpadu dan Teknologi Pengelolaan Air

Workshop Katam Terpadu MT II 2014 telah dilaksanakan di Bogor pada tanggal 11-13 Februari 2014. Acara dibuka oleh Bapak Ka.Balitbangtan yang diwakili oleh Bapak Ka.BBP2TP. Dr. Agung Hendriadi. M.Eng. Untuk laporan pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh Plh. Ka.BBSDLP, Dr. Edi Husen. Acara berjalan lancar dan banyak masukan yang dapat dijaring dari hasil diskusi. Diantara yang strategis adalah, perlunya dilakukan peningkatan Akurasi Informasi Katam Terpadu dalam rangka meningkatkan efektivitas penggunaannya di lapangan. Banyak harapan dari peserta, agar Katam Terpadu dapat menjadi kegiatan yang bersifat Coorporate Programe, dengan alokasi anggaran yang memadai. Ada wacana pada diskusi, perlu adanya kerjasama dengan pihak IPB dan ITB untuk meningkatkan prediksi iklim, disamping menggunakan data dan informasi yang didapat dari BMKG. Bila ini akan diwujudkan, bisa menggunakan pola pilot project pada lokasi terpilih, sebelum di scallingup secara nasional. Prof. Dr. Suyamto menyampaikan bahwa, terdapat dua simpul kritis dalam pengembangan Katam Terpadu yaitu: Akurasi informasi data/informasi Katam Terpadu, dan Efektivitas Penerapan Katam Terpadu. Beliau menyampaikan Katam sebagai Coorporate Dissemination di Balitbangtan.

Page 77: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 66 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Pada acara pembukaan, peserta dan undangan yang hadir lebih dari 150 orang (Gambar 65).

Gambar 85. FGD Katam Terpadu MT II, Bogor 2014

Page 78: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 67 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

V. KEGIATAN PENUNJANG PENELITIAN

5.1. Pengelolaan Satker

Pengelolaan Kelembagaan Satker terdiri atas 5 sub kegiatan yakni: 1) pembinaan manajemen kelembagaan; 2) pengelolaan administrasi keuangan dan pelaksanaan anggaran; 3) pengelolaan administrasi kepegawaian; 4) pengelolaan sistem akuntansi instansi; dan 5) pengelolaan arsip dan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008.

Untuk meningkatkan kinerja guna mendukung reformasi birokrasi, maka perlu

didukung oleh akuntabilitas dan pelaksanaan administrasi kegiatan yang akurat, cepat, efisien dan efektif. Di Balitklimat tahun 2014, diperlukan peningkatan sistem kinerja melalui kegiatan Pengelolaan Kelembagaan Satker.

5.1.1. Pengelolaan Tata Usaha Perkantoran

Untuk meningkatkan kinerja institusi dalam rangka mendukung pelaksanaan reformasi birokrasi, perlu dukungan akuntabilitas dan pelaksanaan administrasi yang akurat, cepat, efisien dan efektif. Pada TA 2014, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, telah melakukan peningkatan sistem kinerja melalui kegiatan Pengelolaan Tata Usaha dan Perkantoran.

Kegiatan Pengelolaan Tata Usaha dan Perkantoran terdiri atas 4 sub kegiatan yakni: 1) Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran; 2) Pengelolaan Administrasi Kepegawaian; 3) Pengelolaan Sistem Akuntansi Instansi; 4) Pengelolaan Arsip dan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008.

Kegiatan Pengelolaan Tata Usaha dan Perkantoran dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan baik pelaksanaan anggaran maupun yang meliputi perencanaan penggunaan anggaran dan perencanaan penerimaan negara bukan pajak.

Perencanaan penggunaan anggaran meliputi kegiatan meneliti dan mencermati pos pelaksanaan anggaran yang tertuang dalam DIPA dan POK Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, selanjutnya disusun Rencana Operasional Kegiatan (ROK). Selain itu, juga dilakukan persiapan dokumen-dokumen pencairan, pencatatan dan penatausahaan pelaksanaan anggaran dalam bentuk format standar sesuai ketentuan yang berlaku seperti: BKU, Buku Kas, Buku Bank, Buku Pajak, Buku Persekot, SPP, SPTB, dan SPM.

Perencanaan penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dengan cara menetapkan Jenis Penerimaan. Jenis penerimaan PNBP terdiri dari Penerimaan Umum dan Penerimaan Fungsional. Dengan sistem anggaran baru, rencana penerimaan dan penggunaan, khususnya penerimaan fungsional sudah merupakan satu kesatuan dengan DIPA. Sehingga perencanaan penerimaan termasuk penggunaannya memerlukan sistem penatausahaan yang lebih baik.

Pelaksanaan anggaran meliputi kegiatan pencairan anggaran dari KPPN, pencatatan dan penatausahaan pelaksanaan anggaran, pengendalian dan pembebanan anggaran sesuai output dan kelompok AKUN yang tertuang dalam DIPA dan POK Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Pelaksanaan Penerimaan Negara Bukan Pajak dilakukan dengan cara menatausahakan dan mengendalikan sesuai MAP (Mata Anggaran Penerimaan) dan Jenis penerimaan PNBP.

Pelaporan terdiri dari pelaporan realisasi anggaran bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan sesuai output kegiatan dan laporan tengah tahun serta laporan akhir tahun kegiatan pengelolaan administrasi keuangan dan pelaksanaan anggaran.

Hasil dari kegiatan pengelolaan administrasi keuangan dan pelaksanaan anggaran adalah: Laporan realisasi anggaran 8 (delapan) output dengan nilai input sebesar Rp. 12.190.546.000 yang terdiri dari: 1) Laporan Pengelolaan Satker dengan nilai input sebesar Rp. 718.060.000,00 dan realisasi sebesar Rp. 716.390.325,00 atau 99,77%.; 2) Layanan Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium dengan nilai input sebesar Rp. 152.348.000,00 dan Realisasi sebesar Rp. 150.490.575,00 atau 98,78%.; 3)

Page 79: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 68 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Laporan Diseminasi Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Lahan Pertanian dengan nilai input sebesar Rp. 500.450.000,00 dan realisasi sebesar Rp. 497.264.800,00 atau 99.36%.; 4) Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim dengan nilai input sebesar Rp. 1.418.450.000,00 dan realisasi sebesar Rp. 1.405.158.800,00 atau 99,06%. 5) Layanan Perkantoran dengan nilai input sebesar Rp. 5.603.568.000,00 dan realisasi sebesar Rp. 316.128.500,- atau 99,16%; 6) Pengadaan perangkat pengolah data dan informasi dengan nilai input sebesar Rp. 200.000.000. dan realisasi sebesar 198.945.000,00 atau 99.47%. 7) Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran dengan nilai input sebesar Rp. 634.500.000,00. dan realisasi sebesar Rp. 619.929.000,00 atau 97.70%.; dan 8) Rehabilitasi Gedung dan Bangunan Kantor dengan nilai input sebesar Rp 2.932.150.000,00 dan realisasi sebesar Rp. 2.910.281.900,00 atau 99.25%.

5.1.2. Pengelolaan Administrasi Kepegawaian

Pengelolaan data kepegawaian pada Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi dilakukan dengan menggunakan program Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) baik yang statis maupun berbasis Web yang telah dimulai tahun 2014. Tujuan kegiatan ini adalah: untuk mendapatkan data kepegawaian yang sudah dikelompokkan seperti: 1) Daftar Nominatif Pegawai, 2) Daftar Urut Kepangkatan (DUK), 3) Daftar Pegawai Menurut Golongan, 4) Daftar Pegawai Menurut Pendidikan, 5) Daftar Peneliti, 8) Daftar Pegawai Petugas Belajar, 7) Daftar Pegawai Menurut Jenis Kelamin, 8) Daftar Pegawai Yang Telah mengikuti kursus penjenjangan, 9) Daftar Pegawai Yang belum mengikuti Pra Jabatan, dll.

Hasil komputerisasi data kepegawaian dengan menggunakan SimPeg versi 2010 menghasilkan keluaran-keluaran antara lain: 1) Daftar Nominatif, 2) Daftar Urut Kepangkatan (DUK), 3) Daftar Pegawai, 4) Daftar Pejabat, 5) Daftar DP3, 6) Laporan, dan 7) Rekapitulasi-rekapitulasi.

5.1.3. Pengelolaan Sistem Akuntansi Instansi

Sistem Akuntansi Keuangan Pengguna Anggaran (SAKPA) adalah kegiatan penyelenggaraan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja yang berada dalam tanggung jawab suatu instansi Pemerintah. Setiap Instansi Pemerintah yang mendapatkan dana dari APBN maupun Pinjaman, wajib menyusun dan menyampaikan laporan Sistem Akuntansi Instansi baik akuntansi keuangan maupun akuntansi barang milik negara sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik.

Tujuan: 1) Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang kondisi anggaran dan kegiatan keuangan satuan kerja/instansi atau pemerintah pusat, 2) Menyediakan informasi keuangan yang bisa dipercaya tentang posisi keuangan instansi/satker atau pemerintah pusat, 3) menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan instansi/satker atau pemerintah pusat secara efektif dan efisien.

Keluaran: 1) Keluaran dari Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA); a. Laporan Realisasi Anggaran; b. Laporan Realisasi Belanja beserta Laporan Realisasi Pengembalian Belanja baik yang melalui KPPN, BUN maupun KPPN & BUN; c. Laporan Realisasi Pendapatan beserta Laporan Realisasi Pengembalian Pendapatan baik yang melalui KPPN, BUN maupun KPPN & BUN; d. Neraca dan Neraca Percobaan; e. Catatan atas Laporan Keuangan. 2) Keluaran dari Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB); a. Buku Inventaris (BI) Intrakomp dan Ekstrakomp; b. Kartu Inventaris Barang (KIB) Tanah, Gedung, dan Alat Angkutan Bermotor; c. Daftar Inventaris Lainnya (DIL); d. Daftar Inventaris Ruangan (DIR); e. Laporan BMN Semesteran dan Tahunan; f. Laporan Kondisi Barang (LKB).

Hasil dari kegiatan Pengelolaan Sistem Akuntansi Keuangan dan Sistem Akuntansi Pengguna Anggaran adalah: Laporan Realisasi Anggaran Semester I dan II; Laporan Realisasi Belanja beserta Laporan Realisasi Pengembalian Belanja, baik yang melalui KPPN, BUN maupun KPPN & BUN;Laporan Realisasi Pendapatan beserta Laporan

Page 80: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 69 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Realisasi Pengembalian Pendapatan baik yang melalui KPPN, BUN maupun KPPN & BUN; Penyusunan Neraca.

5.1.4. Pengelolaan Arsip dan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008

Kegiatan penguatan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 dilaksanakan agar semakin menguatkan penerapan sistem manajemen mutu yang telah diperoleh instansi dan secara terus menerus melaksanakan perbaikan berkelanjutan. Kegiatan penguatan ISO Tahun 2014 adalah Audit Surveilance I setelah dilakukan resertifikasi untuk memastikan apakah ISO 9001-2008 masih diterapkan secara konsisten oleh balai, pendampingan sebelum dilakukan audit Surveilance I oleh nara sumber yang berkompeten dan berpengalaman.

Kegiatannya meliputi persiapan audit yang terdiri dari penyusunan pertanyaan untuk audit internal, perbaikan dan revisi daftar induk dokumen dan rekaman, evaluasi pelatihan, penyusunan sasaran mutu, perbaikan pedoman dan prosedur mutu, audit internal, tinjauan manajemen dan pendampingan pasca audit eksternal oleh lembaga yang berwenang menerbitkan sertifikat ISO 9001-2008. Sebelum dilakukan audit eksternal oleh konsultan ISO Mutu Agung Lestari, telah dilakukan internal audit Balai yang dilaksanakan secara serentak pada Tanggal 30 Mei Tahun 2014. Audit internal dilakukan kepada Top Manajemen dengan agenda kebijakan mutu, tujuan sasaran mutu, tanggung jawab dan wewenang, tinjauan manajemen; Wakil manajemen dengan agenda perencanaan, kebijakan mutu, tujuan sasaran mutu, wakil manajemen, pengendalian dokumen dan rekaman, internal audit, tindakan perbaikan dan pencegahan, tinjauan manajemen dan kepuasan pelanggan; Seksi Pelayanan Teknik dengan agenda perencanaan, penyusunan program, pengendalian dokumen dan rekaman, koordinasi program, evaluasi dan pemantauan; Seksi Jasa Penelitian dengan agenda pengendalian dokumen dan rekaman, pemantauan kerjasama, kepuasan pelanggan, pendayagunaan hasil penelitian (diseminasi, publikasi, seminar), dan website. Sub Bagian Tata Usaha dengan agenda pengadaan dan peningkatan kompetensi pegawai, pemeliharaan sarana prasarana/lingkungan, pengadaan, inventarisasi, pendataan, keuangan, tindakan perbaikan dan pencegahan. Kelti Agroklimat dengan agenda penyusunan proposal, pelaksanaan kegiatan, pelaporan, tindakan perbaikan dan pencegahan, kepuasan pelanggan; Kelti Hidrologi dengan agenda penyusunan proposal, pelaksanaan kegiatan, pelaporan, tindakan perbaikan dan pencegahan, kepuasan pelanggan; Perpustakaan dengan agenda pengadaan buku, inventarisasi buku, klasifikasi dan penghapusan, pelayanan perpustakaan, pengendalian dokumen dan rekaman, tindakan perbaikan dan pencegahan, kepuasan pelanggan; laboratorium dengan agenda perencanaan, sumber daya manusia, sarana prasarana, pemantauan alat ukur, tindakan perbaikan dan pencegahan, pengendalian dokumen dan rekaman, kepuasan pelanggan.

Kegiatan penguatan ISO dilaksanakan melalui tinjauan dokumen. Tahapan tinjauan doklumen ini dilaksanakan melalui prosedur kerja dengan cara penyesuaian dokumen dengan data terbaru dan evaluasi dokumen oleh Tim ISO 9001:2008, audit internal, tinjauan manajemen dan Audit Eksternal.

Hasil kegiatan diantaranya adalah: revisi pedoman mutu; revisi prosedur mutu; penambahan dan penggabungan SOP dalam prosedur mutu dan tindak lanjut audit eksternal. Beberapa saran dari tinjauan manajemen adalah: Sosialisasi ulang visi, misi dan kebijakan mutu melalui berbagai media, antara lain, ditempel di poster, dan dimasukkan di halaman antar muka (interface) web sebelum mengakses internet dan memasukkan password; Perlu adanya peningkatan kompetensi auditor dan penambahan jumlah auditor, untuk mempertajam proses audit yang ada. Rekomendasi dari hasil tinjauan Manajemen adalah: di tahun 2015 dokumen harus disesuaikan dengan Visi dan Misi terbaru. Apabila memungkinkan, menggunakan Konsultan. Sekaligus refreshment bagi Auditor Internal.

Page 81: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 70 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

5.2. Penyusunan Program, Rencana Kerja, dan Anggaran

Perencanaan program penelitian merupakan kegiatan yang bersifat administratif untuk memfasilitasi perencanaan dan penyusunan anggaran Satker BALITKLIMAT. Perencanaan program penelitian dilakukan secara sinergis agar selaras dengan RENSTRA BALITKLIMAT 2010-2014.

Tujuan kegiatan penyusunan program, rencana kerja dan angaran adalah: 1) Memfasilitasi finalisasi proposal RPTP/RDHP/RKTM tahun 2014; 2) Melakukan updating proposal tahun 2014 dan entry proposal tahun 2015 kegiatan Balitklimat ke dalam aplikasi I-PROG Badan Litbang Pertanian 3) Menyusun matrik program tahun 2015; 4) Menyiapkan dan memfasilitasi penyusunan proposal tahun 2015 sebagai bahan evaluasi oleh tim evaluator tingkat eselon II dan Balitbangtan; 5) Menyusun RKA-KL, DIPA dan POK Tahun Anggaran 2015 baik APBN ataupun APBNP;

Keluaran kegiatan penyusunan program, rencana kerja dan angaran tahun 2014 adalah sebagai berikut: 1) 6 Proposal final RPTP/RDHP/RKTM tahun 2014; 2) Database I-PROG Balitbangtan terupdate data proposal kegiatan RPTP/RDHP/RKTM tahun 2015; 3) 1 paket matrik program penelitian tahun 2015; 4) 6 Proposal kegiatan Penelitian/RPTP, kegiatan Desiminasi/RDHP sebanyak 3 (tiga) proposal dan kegiatan manajemen/RKTM sebanyak 5 (lima) proposal; 5) 1 paket RKA-KL, DIPA dan POK Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun 2015.

Guna mempertajam proposal penelitian Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun 2014, maka dilakukan penyesuaian tema penelitian dengan program utama Balitklimat yang tertuang di dalam Renstra 2010-2014 dan pemantapan metodologi penelitian untuk mengarahkan pencapaian tujuan dan output yang diharapkan. Oleh sebab itu, dilakukan beberapa kali penajaman judul kegiatan penelitian dan output serta evaluasi proposal di lingkup BBSDLP maupun lingkup Balitbangtan, guna lebih memfokuskan pencapaian output kegiatan penelitian dalam rangka menunjang program utama dan program strategis Kementerian Pertanian serta program In-house.

Pada tahun anggaran 2014, SATKER Balitklimat melaksanakan 5 RPTP (setiap RPTP dijabarkan menjadi 2 atau lebih kegiatan penelitian), 4 RDHP, dan 5 RKTM. Evaluasi laporan akhir 2014 dilaksanakan pada bulan Desember 2014. Matriks penelitian Balitklimat tahun 2015 disusun guna mendapatkan gambaran secara umum mengenai program penelitian tahun 2015 terutama yang berkaitan dengan rambu-rambu: justifikasi penelitian, kontinuitas dan konsistensi pada program penelitian agroklimat dan hidrologi, serta kesesuaian output/keluaran yang ingin dicapai dari setiap kegiatan penelitian. Pada tahun 2015 Balitklimat akan melaksanakan 5 RPTP, 3 RDHP, serta 6 RKTM. Alokasi anggaran tahun 2015 dituangkan ke dalam DIPA TA 2015 yang disusun berdasarkan prioritas penelitian didukung oleh kegiatan admisnistratif berdasarkan pagu definitif.

5.3. Sistem Pengendalian Internal (SPI)

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2008, Sistem Pengendalian Internal bertujuan untuk meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, pengamanan aset negara dan pelaksanaan kegiatan sesuai tupoksi. Pengawasan internal adalah seluruh proses kegiatan audit, review, pemaantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif, efisien, dan akun dalam mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik.

Selaras dengan tujuan SPI tersebut, maka pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) di lingkungan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi bertujuan untuk melakukan pengendalian pada kegiatan pengelolaan Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara (APBN) dan melakukan penilaian penerapan sistem pengendalian internal guna pencapaian tujuan organisasi melalui kegiatan yang dilaksanakan secara efektif, efisien, akun, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Page 82: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 71 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Ruang lingkup SPI meliputi 5 (lima) unsur, yaitu: 1) Lingkungan pengendalian; 2) Penilaian resiko; 3) Kegiatan pengendalian; 4) Informasi dan komunikasi; serta 5) Pemantauan.

(1) Lingkungan Pengendalian Menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian adalah melalui upaya: a) Penegakan integritas dan nilai etika; b) Komitmen terhadap kompentensi; c) Kepemimpinan yang kondusif; d) Pembentukan struktur orgasisasi sesuai kebutuhan; e) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; f) Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan SDM; g) Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; h) Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.

(2) Penilaian Resiko Penilaian resiko terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guna menghidari penyimpangan, dilakukan melalui upaya: (a) Menetapkan tujuan program/kegiatan; (b) Mengidentifikasi resiko; (c) Melakukan analisis sebab dan dampak resiko.

(3) Kegiatan Pengendalian Kebijakan dan prosedur pengendalian harus ditetapkan, dilaksanakan dan dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan. Kegiatan pengendalian dilakukan melalui upaya: a) Reviu atas kinerja pelaksana kegiatan; b) Pembinaan sumber daya manusia (SDM); c) Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi (SI) yang meliputi: c1) Pengamanan sistem informasi, c2) Pengendalian atas akses, c3) Pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak aplikasi, c4) Pengendalian atas perangkat lunak sistem, c5) Pemisahan tugas; c6) Kontinyuitas pelayanan, c7) Pengendalian otoritas, c8) Pengendalian kelengkapan, c9) Pengendalian akurasi, c10) Pengendalian terhadap keandalan proses dan file data; d) Pengendalian fisik atas aset negara; e) Penetapan dan riviu atas indikator dan ukuran kinerja; Pemisahan fungsi; f) Otorisasi atas transaksi dan kejadian penting; Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; g) Pembatasan akses atas sumber daya; h) Akuntabilitas terhadap sumber daya; dan i) Dokumentasi SPI, transaksi dan kejadian penting.

(4) Informasi dan Komunikasi Informasi yang relevan dan dapat diandalkan sangat dibutuhkan dalam mengelola suatu organissi. Informasi tersbut meliputi informasi intern (laporan keuangan, aset, hasil kegiatan penelitian, diseminasi dan penelitian) dan infoprmasi ekstern (kebijakan pemerintah, masukan dari masyarakat, dan pemangku kepentingan). Untuk mendapatkan informasi tersebut perlu dilakukan identifikasi, pencatatan, penyimpanan dengan baik, serta dikomunikasikan tepat waktu dan sasaran. Untuk itu perlu: a) Melakukan identifikasi hasil analisis informasi yang diperlukan untuk pengendalian berupa informasi pengelolaan keuangan, aset dan capaian kinerja; b) Menciptakan model pelaporan yang berisi informasi secara lengkap, tepat dan akurat; c) Menjamin seluruh pedomam umum, pedoman teknis pelaksanaan, dan peraturan-peraturan dapat dipahamin oleh seluruh pegawai; d) menyediakan fasilitas dan sarana komunikasi yang memadai; e) Menciptakan mekanisme yang menjamin seluruh informasi sampai kepada seluruh bagian dan pegawai; f) Menjamin adanya mekanisme penyampaian penyempurnaan informasi dari pegawai; g) Menyediakan sarana komunikasi yang efektif dengan para pegawai dan para pemangku kepentingan; h) Melakukan pemantauan kelayakan dan keakuratan informasi dan memberi kemudahan untuk mengaksenya; i) Memberi dukungan terhadap pengembangan teknologi informasi; j) Memberikan respon yang baik atas setiap kritik dan saran yang membangun; k) Memanfaatkan secara efisien dan efektif berbagai bentuk sarana komunikasi seperti: Rakor, Raker, Ratek, laporan, seminar, media cetak, media elektronik, dan lain-lain.

Page 83: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 72 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

(5) Pemantauan Pemantauan SPI dilakukan untuk dapat menilai kualitas kerja dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat ditindaklanjuti. Pemantau SPI dilaksanakan melalui 1) Pemantauan berkelanjutan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain terkait pelaksanaan tugas; 2) Evaluasi terpisah melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas SPI; 3) Tindak lanjut atas rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya melalui a) Melakukan reviu dan evaluasi temuan hasil audit, penilaian dan mengidentifikasi saran dan rekomendasi perbaikan; b) Memberikan tanggapan hasil audit dan rekomendasi pada saat proses audit berlangsung; c) menetapkan kegiatan yang terencana untuk menindaklanjuti seluruh temuan dan rekomendasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Pelaksanaan sistem pengendalian internal merupakan satu kesatuan dari pemantauan, monitoring dan evaluasi yang implementasinya diawali dengan penyusunan Juknis dan SOP SPI SATKER Balitklimat. Setiap unit kerja dan unit pelaksana teknis yang memiliki anggaran mandiri wajib melakukan SPI.

Sistem Pengendalian Internal di lingkungan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja, transparansi, akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, dan pengamanan aset negara.

Untuk membiayai seluruh kegiatan pencapaian sasaran, pada tahun anggaran 2014, Balitklimat memperoleh dana yang dituangkan dalam DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) TA 2014 sebesar Rp. 12.190.546.000,- Dana tersebut digunakan untuk membiayai 5 proposal Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP), 4 proposal Rencana Diseminasi Hasil Penelitian (RDHP), dan 6 proposal Rencana Kegiatan Tingkat Manajemen (RKTM) yang merupakan kegiatan pendukung (dukungan manajemen).

Sampai dengan 31 Desember 2014, total realisasi anggaran Balitklimat sebesar Rp. 11.623.012.507,- (95,34%). Dengan demikian sisa anggaran atau capaian efisiensi keuangan adalah sebesar Rp. 567.533.493,- (4,66%). Dengan efisiensi sejumlah itu, Balitklimat dapat melaksanakan kegiatan dengan pencapaian sasaran sangat berhasil. Output tahun 2014 selain kegiatan penelitian, desiminasi, dan manajemen adalah berupa peralatan monitoring katam terpadu, standing crop, dan renovasi sarana serta prasarana gedung kantor Balitklimat.

Selama pelaksanaan kegiatan TA 2014, beberapa kendala yang dihadapi antara

lain: faktor alam seperti anomali iklim dan keterbatasan jumlah SDM berkeahlian khusus.

Untuk menanggulangi keterbatasan jumlah SDM berkeahlian khusus, di atasi melalui

optimalisasi sarana dan SDM yang ada maupun dengan cara melakukan outsourcing baik

dari perguruan tinggi maupun institusi lain di luar Balitbangtan.

Hasil penilaian dari kelembagaan Satlak PI terdiri atas: a) telah ditetapkan satuan

pelaksana PI (Tim SPI) dengan SK kepala Balai No.: 19/Kpts/KPA/I.8.3/2014, tanggal 2

Januari 2014; b) Kompetensi SDM telah sesuai dengan Pedum SPI; c) anggaran kegiatan

SPI dialokasikan dalam DIPA Balitklimat sebesar Rp. 28.040.000.

Hasil penilaian terhadap kinerja Satlak PI diantaranya: a) telah dilakukan rapat

kerja intern sebanyak 4 kali; b) telah dituangkan program kerja Satlak dalam Juknis PI;

c) telah dilaksanakannya 9 program kerja Satlak PI; d) telah dibuat pelaporan

semesteran dan laporan akhir; e) telah dibuat SOP Satlak PI.

Adapun rekapitulasi hasil penilaian 5 unsur SPI tahun 2014 di Satker Balitklimat

disajikan pada Tabel 15.

Page 84: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 73 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Tabel 15. Rekapitulasi Hasil Penilaian SPI Tahun 2014 (Tim Audit SPI Badan Litbang Pertanian

UNSUR SPI SUB UNSUR Nilai Tertimbang JUMLAH ITEM

DINILAI

HASIL

PENILAIAN MAKS

HASIL TERTIMBANG

1. Lingkungan 1.1 Penegakan integritas dan nilai etika 2 2 8 8

Pengendalian 1.2 Komitmen terhadap kompetensi 1 1 7 7

1.3 Kepemimpinan yang kondusif 1 1 7 7

1.4 Pembentukan struktur organisasi sesuai kebutuhan

1 1 9 9

1.5 Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat

1 1 2 2

1.6 Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan SDM

1 1 6 6

1.7 Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif

2 1 2 1

1.8 Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait

1 1 3 3

2. Penilaian 2.1 Menetapkan tujuan program/kegiatan 5 5 9 9

Risiko 2.2 Identifikasi risiko 1 1 3 3

2.3 Analisis penanganan risiko 5 5 9 9

3 Kegiatan 3.1 Reviu atas kinerja UK UPT 5 5 4 4

Pengendalian 3.2 Pembinaan SDM 7 7 8 8

3.3 Pengendalian atas pengelolaan SI 10 10 34 34

3.4 Pengendalian fisik atas aset 1 1 3 2

3.5 Penetapan dan reviu atas indicator dan ukuran kerja

1 1 3 3

3.6 Pemisahan fungsi 1 1 3 3

3.7 Otoritas atas transaksi dan kejadian penting

1 1 3 3

3.8 Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian

1 1 2 2

3.9 Pembatasan akses atas sumber daya 1 1 2 2

3.10 Akuntabilitas terhadap sumber daya 1 1 2 2

3.11 Dokumentasi SPI, transaksi dan kejadian penting

1 1 3 3

4 Informasi dan Komunikasi

4.1 Informasi dan Komunikasi nformasi 20 20 21 21

5 Pemantauan 5.1 Pemantauan berkelanjutan 8 8 17 17

5.2 Evaluasi terpisah 6 6 20 20

5.3 Penyelesaian Audit 6 6 10 10

Total nilai 100 97,95 204 201

Klasifikasi Bobot Nilai

Sangat andal Andal

Cukup andal Kurang andal

>85 7185

55-70 <55

Sumber: Hasil Audit Tim SPI Balitbangtan 2014

Dari Tabel 15 terlihat, bahwa hasil penilaian 5 unsur SPI di Satker Balitklimat tahun 2014 adalah sebesar 97,95 (sembilan puluh tujuh koma Sembilan puluh lima) atau tergolong kategori

sangat andal. Sedangkan rekapitulasi hasil penilaian SPI tahun 2014 (Tim Audit SPI Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian) disajikan pada Tabel 16.

Page 85: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 74 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Penilaian SPI Tahun 2014 (Tim Audit Spi Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian

No. Uraian Ya/Tdk Keterangan

I. Kelembagaan SPI

1. Telah ditetapkan Satuan Pelaksana PI dengan SK Pimpinan Unit Kerja

Ya SK KPA No. 21/Kpts/KPA/I.8.3/2014 tanggal 2 Januari 2014.

2. Keesuaian Kompetensi SDM dengan Pedum SPI

Ya SDM Satlak PI Balitklimat sebanyak 15 pegawai: Penjab: Kepala Balai; Ketua: Kasi Yantek;

Sekretaris: Ka Subag TU; Anggota (12 orang)

3. Ketersediaan Anggaran Ya Angaran SPI Tahun 2014 sebesar Rp. 28.040.000,00

II. Kinerja Satlak PI

1. Rapat Kerja Intern Ya Rapat Kerja SPI dilaksanakan satu kali yaitu pada tanggal 25 Juni 2014 dan dilampiri dengan daftar hadir dan notulen.

2. Program Kerja Satlak PI Ya Program keerja SPI disusun pada awal tahun 2014: 1. Persiapan (Januari – Maret) 2. Pelaksanaan Pengawasan

3. Penilaian 5 (lima) unsusr SPI

4. Penyusunan Laporan Tengah Tahun 5. Penyusnnan Laporan Akhir

3. Pelaksanaan Program Kerja Satlak PI Ya Belum seluruh program kerja dilaksanakan sesuai

rencana, yaitu Penilaian 5 Unsur Pengendalian dan Penyusunan Laporan akhir pada bulan November dsn Desember.

4. Pelaporan Ya Laporan telah dibuat per enam bulan (semester)

5. SOP Satlak PI Ya SOP Satlak PI sudah dibuat

6. Penyusunan Pedoman/Petunjuk Teknis SPI

Ya Telah dibuat Juknis SPI

III. Penerapan SPI

1. Penyusnan SPI untuk masing-masing Bagian

Ya Kegiatan Strategis telah dituangkan dalam RPTP dan dilenkapi dengan Juklak tetapi tidak dilenkapi dengan:

- SOP untuk mengantisipasi terjadinya resiko. - SOP pemantauan dan evaluasi resiko - Jadwal pemantauan dan evaluasi resiko

2. Penyusnan check list SPO Tdk Tidak terdapat check list pengendalian intern

pada kegaiatan strategis.

Adapun beberapa saran Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian

terhadap pelaksanaan SPI di Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, yang dilaksanakan pada tanggal 22 September s/d 7 Oktober 2014, adalah sebagai berikut:

a. Mengoptimalkan fungsi Satlak PI dalam mendukung kelancaran pelaksanaan tupoksi

Balai; b. Menerapkan SPI pada unit kerja Balitklimat secara optimal sehingga 5 (lima) unsur SPI

dapat dilaksanakan dengan baik; c. Melengkapi prosedur kerja: pengajuan uang muka kerja, melaksanakan penilaian 5

unsur SPI didukung dengan form-form penilaian yang telah ditetapkan dalam SOP dan Petunjuk Teknis Sistem Pengendalian Intern dengan memberikan skor nilai, menyusun panduan umum pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi, menyempurnakan Rencana

Operasional Kegiatan (ROK) dan Jadawal Palang Kegiatan Tahun 2014; d. Melengkapi SK KPA Nomor: 19/Kpts/KPA/I.8.3/2014, tanggal 2 Januari 2014 tentang

Pembentukan Tim Kegiatan Penelitian/RPTP Tahun 2014 dengan Uraia Tugas masing-masing jabatan dalam tim (Penanggung jawab, Wakil penanggung jawab, Sekretaris, Anggota) dan jumlah maksimum penelitian yang dapat dilaksanakan oleh 1 (satu) orang peneliti dalam waktu 1 (satu) tahun sesuai dengan jenjang jabatan fungsional peneliti.

e. Melengkapi SK KPA Nomor: 21/Kpts/KPA/I.8.3/2014, tanggal 2 Januari 2014 tentang Pembentukan Tim Satuan Pelaksana Pengendalian Intern (Satlak PI) Tahun 2014 dengan uraian tugas masing-masing jabatan dalam tim (Penanggung jawab, Ketua,

Page 86: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 75 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Sekretaris, Anggota) serta menunjuk Kepala Seksi Yantek sebagai Ketua Tim Satlak PI (Gambar 86) serta mendokumentasikan tindak lanjut penanganan resiko secara tertulis serta menetapkan jadwal pemantauan dan evaluasi resiko.

Gambar 86. Struktur Organisasi Satlak PI Balitklimat Tahun 2014

5.4. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan

Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan merupakan alat ukur untuk memantau sejauh mana pelaksanaan kegiatan penelitian. Pemantauan merupakan kegiatan yang teratur, berkesinambungan dan dilakukan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Sedangkan evaluasi lebih ditekankan pada suatu periode tertentu dalam suatu kurun waktu kegiatan, dan diatur sesuai dengan kebutuhan. Evaluasi menghasilkan rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan dan atau perencanaan berikutnya. Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan dapat membantu para pelaksana dan pengelola kegiatan dalam memantau dan mengukur tingkat keberhasilan kegiatan yang dikelolanya.

Kegiatan ini bertujuan untuk: 1) Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan penelitian terutama realisisasi fisik dan keuangan (bulanan, triwulan, tengah tahun, dan akhir tahun), 2) Melakukan evaluasi kinerja lingkup SATKER Balitklimat berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) TA 2014.

Sedangkan keluarannya adalah: 1) 7 paket laporan bulanan realisasi fisik dan anggaran (dari 6 RKTM dan 1 RDHP/4 kegiatan); 2) 5 paket laporan bulanan realisasi fisik dan anggaran kegiatan RPTP; 3) 6 laporan tengah tahun RKTM, 1 RDHP/3 kegiatan dan 5 kegiatan penelitian RPTP; 4) 1 x presentasi kegiatan penelitian tengah tahun dan 1 x presentasi kegiatan penelitian akhir tahun; 5) 6 laporan akhir RKTM, 3 laporan akhir RDHP dan 5 laporan akhir kegiatan penelitian/RPTP; 6) 1 laporan LAKIP SATKER Balitklimat 2014; 7) 1 Laporan penilaian penerapan Sistem Pengendalian Intern dan 1 laporan hasil monitoring dan pengendalian pelaksanaan kegiatan dan keuangan APBN, di lingkup Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan dalam tiga tahap, yakni: 1) Evaluasi pra kegiatan, yang meliputi evaluasi rencana strategis, matrik program dan proposal penelitian, 2) Monitoring/evaluasi kegiatan yang sedang berjalan (termasuk evaluasi tengah tahun), 3) Evaluasi pasca kegiatan, yakni evaluasi terhadap laporan akhir penelitian. Pedoman monitoring dan evaluasi disusun sebagai salah satu tolok ukur pelaksanaan kegiatan pemantauan dalam memantau pelaksanaan kegiatan.

Sistem Pengelolaan Anggaran Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi yang bersumber dari APBN dilaksanakan secara: tertib, taat aturan, ekonomis, efektif, efisien,

Penanggung jawab (Kepala Balai)

Ketua Kasi Yantek

Sekretaris Ka Sub Bag TU

Anggota Anggota Anggota

Page 87: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 76 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

transparan dan akun guna mendukung pelaksanaan tupoksi Balitklimat dengan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dan ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas Balitklimat.

Melalui laporan realisasi penggunaan anggaran dan laporan pelaksanaan fisik kegiatan bulanan, triwulanan, tengah tahunan dan akhir tahun dari masing-masing unit kegiatan dapat dipantau kemajuan, kendala yang dihadapi dan upaya menanggulangi kendala yang dihadapi.

Guna membiayai seluruh kegiatan pencapaian sasaran, pada tahun anggaran 2014, Balitklimat mendapatkan alokasi dana yang dituangkan dalam DIPA TA 2014 sebesar Rp. 12.190.546.000,- Dana tersebut digunakan untuk membiayai 5 proposal Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP), 4 proposal Rencana Diseminasi Hasil Penelitian (RDHP), dan 6 proposal Rencana Kegiatan Tingkat Manajemen (RKTM) yang merupakan kegiatan pendukung (dukungan manajemen).

Hingga 31 Desember 2014, realisasi anggaran yang dicapai sebesar Rp. 11.623.012.507,- (95,34%) dengan realisasi fisik kegiatan mencapai 100%. Sisa anggaran yang disetor kembali ke Kas Negara adalah sebesar Rp. 567.533.493,- (4,66%). Dengan efisiensi sejumlah itu, Balitklimat dapat melaksanakan kegiatan dengan kategori pencapaian sasaran sangat berhasil.

5.5. Layanan Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium

Laboratorium Agrohidromet merupakan bagian sarana dari Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi yang digunakan untuk membantu institusi dalam memecahkan permasalahan terkait tupoksinya dan juga melayani pelanggan dari luar institusi. Laboratorium Agrohidromet beranggotakan peneliti dan teknisi yang terbagi ke dalam beberapa divisi sesuai dengan keahliannya. Untuk memudahkan pengelolaannya, Laboratorium Agrohidromet dibagi menjadi 4 divisi yaitu: 1) Divisi Pemantauan dan Pengamatan Iklim dan Hidrologi Pertanian, 2) Divisi Identifikasi Sumber Daya Iklim dan Air, 3) Divisi Modifikasi Iklim Mikro dan Teknik Irigasi, 4) Divisi Pengembangan Sistem Informasi Agroklimat dan Hidrologi. Kegiatan yang dilakukan meliputi inventarisasi data iklim dan hidrologi, pemeliharaan alat survei.

5.5.1. Identifikasi Sumber Daya Iklim dan Air

Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh divisi identifikasi sumber daya iklim dan air adalah mendukung kegiatan penelitian Balitklimat dengan menyediakan peralatan survei potensi sumber daya air, menyelenggarakan pelatihan/magang/transfer teknologi dalam penggunaan alat survei dan analisis sumber daya iklim dan air, pemeliharaan peralatan survei, melakukan dokumentasi seluruh peralatan yang digunakan untuk kegiatan survei

dan analisis. Judul penelitian dan bentuk dukungan yang diberikan Lab pada tahun 2014 disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Identifikasi sumber daya iklim dan air mendukung pelaksanaan kegiatan penelitian 2014

No. Judul RPTP TA 2013 Dukungan Pelaksanaan

Penelitian Hasil Penelitian

1. Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu dalam Upaya Adaptasi Perubahan Iklim

AWS telemetri

Data base iklim

2. Food Smart Village Sebagai Model Pendekatan Pengelolaan Sumber Daya Air dan

Total Stasion GPS Current meter

Peta elevasi lokasi penelitian pengelolaan air dan peta profil, kecepatan aliran dan kedalaman

Page 88: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 77 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

No. Judul RPTP TA 2013 Dukungan Pelaksanaan

Penelitian Hasil Penelitian

Iklim Terpadu untuk Mengurangi Risiko Pertanian Lahan Kering di NTB dan NTT

sungai di lokasi penelitian

3. Penelitian Key Area Keragaman Iklim Indonesia dalam menghadapi dampak perubahan iklim

Penyiapan data curah hujan series seluruh Indonesia

Analisis key area

4. Nano Teknologi untuk pertanian: Aplikasi hydrogel untuk efisiensi irigasi

Oven Timbangan Digital

Hasil penimbangan bahan kimia yang akurat dan proses pengkaitan silang hidrogel

5. Desain Pengelolaan Air

di 13 Kebun Percobaan Lingkup Balitbangtan, Kementerian Pertanian

GPS Geodetik

Total Stasion AWS Telemetri Current meter

Peta dan desain

pengelolaan air di 13 KP

6. Penelitian Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk Efisiensi Pengelolaan Sumber Daya Air

GPS Geodetik Theodolit AWS Telemetri Current meter

Peta dan desain pengelolaan air

7. Diseminasi Teknologi Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

AWS Demo LCD

Diseminasi teknologi unggulan melalui keikutsertaan kegiatan pameran (2014: 2 kali pameran) yakni barpartisipasi dalam Pameran Perubahan Iklim ke 4 di JCC, tanggal 2 Mei 2014 dan pameran Pekan Nasional (PENAS) ke XIV di Malang Jawa Timur, dari 5 s/d 12 Juni 2014

Pelatihan dalam penggunaan alat survei sumber daya iklim dan air ditujukan bagi para peneliti dan teknisi Balitklimat untuk meningkatkan kemampuan dalam penggunaan dan pemanfaatan peralatan. Transfer teknologi peralatan survei sumber daya air antara lain: GPS Garmin 76csx, Total Station Leica, GPS Geodetic Leica, Theodolit Sokkia, Currentmeter, dan River Surveyor.

Page 89: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 78 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

5.5.2. Modifikasi Iklim Mikro dan Teknik Irigasi

Rumah kasa di Balitklimat adalah rumah kasa tipe Bulbo. Semula letaknya berdampingan dengan bangunan utama Balitklimat. Rumah kasa tersebut dibangun dengan orientasi Timur-Barat dengan ukuran: panjang 20 meter, lebar 8 meter, dan tinggi 3,25 meter. Desain rumah kasa telah disesuaikan dengan desain rumah kasa untuk daerah tropis namun rumah kasa ini tidak dilengkapi dengan ventilasi otomatis. Rumah kasa Balitklimat ini bukanlah rumah kasa dengan sistem tertutup sempurna, dinding rumah kasa terbuat dari screen yang memungkinkan aliran udara. Sehingga dapat menggantikan fungsi ventilasi.

Sejalan dengan pengaturan ruang di Balitklimat, rumah kassa Balitklimat dipindahkan ke halaman Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP). Untuk lebih mengoptimalkan fungsi rumah kasa di Lingkungan BBSDLP, maka disarankan agar pohon-pohon tinggi di sekitar rumah kassa ditebang, sehingga tidak mempengaruhi intensitas cahaya maupun udara (Gambar 87).

Gambar 27. Rumah kassa Balitklimat di BBSDLP

5.5.3. Pengembangan Sistem Informasi Agroklimat dan Hidrologi

Kegiatan penelitian yang dilakukan di Balitklimat meliputi pengamatan, inventarisasi data, analisis dan pemodelan, aplikasi teknologi/spasialisasi hasil analisis, penyebaran informasi dan pemanfaatan oleh pengguna. Fungsi utama dari Laboratorium Agrohidromet difokuskan pada pengamatan dan inventarisasi sumber daya iklim dan air,

Page 90: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 79 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

kegiatan analisis selanjutnya dilakukan pada penelitian. Bagian ini bertugas memberikan informasi data sekunder terkait iklim (data curah hujan) yang tersedia di Laboratorium Agrohidromet untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penelitian. Sejalan dengan peningkatan Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu, bagian ini memberikan dukungan yang sangat baik untuk penyebaran sistem informasi dan sekaligus monitoringnya.

Untuk kegiatan penelitian tahun 2014, kontribusi dari laboratorium berupa penyiapan data curah hujan series seluruh Indonesia untuk analisis key area pada Penelitian key area keragaman iklim Indonesia dalam menghadapi dampak perubahan iklim.

Page 91: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 80 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

VI. PROFIL BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI

6.1. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi, dan Tatakerja Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11/Kpts/OT.210/3/2006 tanggal 1 Maret 2006 dan telah diperbaharui dalam Permentan No. 22/Permentan/OT.140/3/2013 Tanggal 11 Maret 2013, yang mencakup tugas pokok, fungsi, rincian tata hubungan kerja dan pelaksanaan organisasi seperti Gambar 88.

Gambar 88. Struktur Organisasi Balitklimat

6.2. Sumber Daya Manusia

Pada saat reformasi Birokrasi dicanangkan sejak tahun 2012, sumber daya manusia memegang peran yang sangat strategis dalam mendukung kinerja Balitklimat menuju institusi yang akun, sehingga perlu diberdayakan secara optimal. Perencanaan, pembinaan dan pengembangan SDM yang berkualitas dan kegiatan pendukungnya akan memberikan dampak langsung dan tidak langsung terhadap perbaikan potensi, kinerja dan dorongan untuk terus berprestasi dan mengembangkan diri. Keberhasilan pengembangan SDM ini pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja pelaksanaan program penelitian, diseminasi dan akuntabilitas institusi.

Dalam melaksanakan mandatnya sampai dengan akhir tahun 2014, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi didukung oleh 59 orang pegawai organik dan 17 orang tenaga non organik yang berasal dari out sourching dan kontrak. Tabel 18 Jumlah pegawai BALITKLIMAT berdasarkan jabatan fungsional, Pendidikan Akhir dan Gol per 31 Desember 2014. Sampai dengan tahun 2019 pegawai yang akan pensiun berjumlah 12 orang. Apabila penerimaan pegawai baru yang terpusat di Kementerian dan setiap tahun hanya mendapatkan 1 orang CPNS, otomatis PNS yang sudah ada malah tidak bertambah dan bahkan berkurang. Tabel 19, tentang rincian tenaga berdasarkan jabatan fungsional peneliti.

SDM Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 20. Pada Tahun 2014 Balitklimat mendapatkan tambahan 1 orang CPNS rekruitmen tahun 2013 dan 4 PNS mutasi dari UPT lain serta pengurangan karena pensiun. Untuk memenuhi kondisi yang ideal agar jumlah peneliti dan teknisi seimbang dengan jumlah RPTP yang dilaksanakan oleh Balitklimat dan menggantikan pegawai yang memasuki usia pensiun maka, pemenuhan penambahan pegawai melalui usulan kepada Biro Organisasi dan Kepegawaian Kementan dengan jumlah formasi sesuai pegawai yang pensiun telah dilakukan tetapi pemenuhannya tidak sesuai yang diharapkan. Kedepan

KEPALA

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SEKSI

PELAYANAN TEKNIK

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

SEKSI

JASA PENELITIAN

Page 92: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 81 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

tenaga yang diusulkan dapat dipenuhi sesuai jurusan yang diminta. Jurusan yang diusulkan untuk memenuhi tenaga peneliti dan teknisi serta administrasi meliputi disiplin ilmu tertentu seperti manajemen keuangan, manajemen SDM, sekretaris pimpinan, komunikasi, hidrologi, informatika, GIS, komunikasi, instrumentasi, yang saat ini sangat dibutuhkan UPT dalam rangka memenuhi tuntutan dalam pertanggung jawaban akuntabilitasnya, dan pencapaian kinerja penelitian.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, serta untuk mewujudkan hasil yang ingin dicapai pada akhir Renstra 2014, maka Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi memerlukan pegawai sesuai dengan kebutuhan.

Sampai dengan akhir tahun 2014 tenaga teknisi yang ada sebanyak 7 orang. Berdasarkan perhitungan TCM diperlukan 13 teknisi litkayasa. Disisi lain, masih terdapat sebagian yang merangkap tugas pada bidang administrasi, sehingga perlu ada penambahan tenaga teknisi litkayasa dengan berbagai bidang disiplin ilmu melalui rekruitmen pegawai setara D3 sebanyak 6 orang dengan disiplin ilmu, teknik dan manajemen lingkungan, teknik budi daya pertanian, agronomi, Klimatologi, GIS/informatika, komunikasi dan hidrologi. Rincian jabatan fungsional peneliti adalah: 7 orang pada jenjang peneliti madya; 9 orang pada jenjang peneliti muda; 3 0rang pada jenjang peneliti pertama; serta peneliti non klasifikasi dan calon peneliti sebanyak 9 orang.

Jumlah Pegawai yang sedang melaksanakan pendidikan Tahun 2014 adalah 4 orang mengikuti program S3 dan 1 orang mengikuti program S2.

Tabel 18. Rincian Tenaga Berdasarkan Jabatan Fungsional Non Peneliti sampai dengan Desember 2014

NO JABATAN FUNGSIONAL JUMLAH

1. Teknisi Litkayasa Penyelia 5

2. Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjut 1

3. Teknisi Litkayasa Pelaksana 1

4. Teknisi Litkayasa Pelaksana Pemula -

5. Calon Teknisi Litkayasa 1

6. Arsiparis Muda 1

7. Arsiparis Pertama 1

8. Pustakawan Pelaksana 1

JUMLAH 11

Tabel 19. Rincian Tenaga Berdasarkan Jabatan Fungsional Peneliti

NO JABATAN FUNGSIONAL PENELITI JUMLAH

1. Peneliti Utama -

2. Peneliti Madya 7

3. Peneliti Muda 9

4. Peneliti Pertama 3

5. Peneliti Non Klasifikasi dan calon peneliti 9

J U M L A H 29

Page 93: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 82 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Tabel 20. Jumlah Pegawai BALITKLIMAT berdasarkan Status Kepegawaian, Pendidikan Akhir dan Kelompok Umur per 31 Desember 2014

STATUS KEPEGAWAIAN

PENDIDIKAN AKHIR

KELOMPOK UMUR TOTAL

<30 31-35

36-40

41-45

46-50

51-56

>56

NON PENELITI S3 - - - - - - - -

S2 - - - - - 1 1 2

S1 1 - - - 2 1 4

D3 - 1 1 2 - 4

SLTA - 1 3 3 3 4 2 16

SLTP - - - - - - - 0

SD - - - - - -

TOTAL 1 2 4 3 3 10 4 27

PENELITI S3 - - - 7 1 2 10

S2 - 1 1 2 2 1 - 7

S1 - 2 - - 1 - 3

PENELITI NON KLAS

S2 - - 2 - - - 2 4

S1 3 2 1 - 2 - 1 9

SUB TOTAL 3 5 4 2 11 3 4 32

TOTAL 4 7 8 5 14 13 8 59

Tabel 21. Jumlah Pegawai BALITKLIMAT berdasarkan Status Kepegawaian Jabatan Fungsional dan Golongan Akhir per 31 Desember 2014

STATUS KEPEGA-WAIAN

JABATAN FUNGSIONAL

GOLONGAN AKHIR TOTAL

IC

IIA

IIB

IIC

IID

IIIA

IIIB

IIIC

IIID

IVA

IVB

IVC

STRUKTURAL DAN PENUNJANG - 5 6 2 - 4 1 1 1 - 20

NON PENELITI

ARSIPARIS Muda dan Pertama

- - - - - 1 - - 1 - - - 2

Teknisi Non kelas - - - - - - - - - - - - -

TEKNISI LITKAYASA PELAKSANA

- - - - - - - - - - - -

TEKNISI LITKAYASA PELAKSANA LANJUTAN

- - - - - - - - - - - - -

TEKNISI LITKAYASA PENYELIA

- - - - - - - 3 2 - - - 5

SUB TOTAL - - 5 6 2 1 4 3 4 1 1 - 27

PENELITI PENELITI UTAMA - - - - - - - - - - - - -

PENELITI MADYA - - - - - - - - - 3 4 - 7

PENELITI MUDA - - - - - - - 3 3 3 - - 9

PENELITI PERTAMA

- - - - - - 3 - - - - - 3

PENELITI NON KLAS - - - - - 6 3 - 2 2 - - 13

SUB TOTAL - - - - - 6 6 3 5 7 4 1 32

TOTAL - 5 6 2 7 10 6 9 8 5 1 59

6.3. Sarana dan Prasarana Penelitian

Dalam rangka pelaksanaan operasional kegiatan, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi memerlukan dukungan sarana dan prasarana yang memadai, baik barang-barang bergerak maupun tidak bergerak. Barang tidak bergerak meliputi antara lain: tanah dan bangunan gedung kantor, sedangkan barang bergerak meliputi kendaraan,

peralatan laboratorium, peralatan penelitian, pengolah data, peralatan kantor dan lain-lain. Sarana dan prasarana Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sumber perolehannya melalui transfer masuk dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Page 94: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 83 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

dan pengadaan melalui DIPA Balai Penelitian Agaroklimat dan Hidrologi. Barang Tidak Bergerak

Barang tidak bergerak berupa tanah dan bangunan gedung kantor Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi berada di satu lingkup Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Jalan Tentara Pelajar Nomor 1ª, Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor 16111. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi belum memiliki aset tetap berupa tanah. Tanah tempat Gedung dan Bangunan berdiri serta halaman yang digunakan masih berstatus pinjam pakai dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aromatika, tanah persil yang dipinjam oleh Balitklimat seluas 8.800 m2. Barang inventaris tidak bergerak, yaitu bangunan perkantoran berasal dari eks Puslitbangbun seluas 500 m2, transfer masuk dari Badan Litbang Pertanian berupa gedung perkantoran 2 lantai seluas 1.400 m2 ,bangunan laboratorium pengatur cuaca seluas 160 m2 dan penambahan hasil renovasi TA 2013 lantai 2 diatas mess seluas 312,65 m2, sedangkan garasi mobil seluas 80 m2 dan garasi motor seluas 24 m2, tahun 2014 Balitklimat melakukan renovasi dan perluasan bangunan laboratorium menjadi gedung Multi purpose (Lab, Perpustakaan, Arsip dan Diseminasi yang dibuat 2 lantai dengan masing-masing lantai seluas 411,6 M2 dan baru selesai 90% di lantai 2) sementara lantai 1 diselesaikan TA 2015 pendanaanya berasal dari DIPA Balitklimat selama 6 tahun bertutut-turut mulai dari tahun 2005 sampai dengan 2014 (Tabel 22).

Tabel 22. Daftar Nilai Aset Tetap

Nama Aset Tetap

Saldo Awal Mutasi

Saldo Akhir Tambah Kurang

1 2 3 4 5

Tanah 0 0 0 0

Peralatan dan Mesin

15.122.011.604

853.903.000

10.079.049.285 5.896.865.319

Gedung dan Bangunan

8.628.762.675

2.880.281.900

9.763.375.687 1.745.668.888

Jalan, Irigasi, dan Jaringan

50.402.000 528.132.144 565.276.669 13.257.475

Aset Tetap Lainnya

348.902.500 0

0

348.902.500

Aset Tak berwujud

115.500.000 1.450.000 0 116.950.000

Jumlah 24.265.578.779

4.263.767.044

20.407.701.641 8.121.644.182

Mutasi tambah aset tetap terdiri atas:

Penambahan: Pembelian dan transfer masuk TA 2014: Rp. 4.263.767.044,-

Pengurangan: Transfer keluar dan Penyusutan hasil IP DJKN TA 2014: Rp. 20.407.701.641,-

Pembelian peralatan mesin dan peralatan kantor Tahun 2014 disajikan pada Tabel 23.

Tabel 23. Pembelian peralatan mesin dan peralatan kantor Tahun 2014

No. Nama Aset Jumlah (unit)

1 Komputer Laptop 4

2 Wirelles mini mouse M178 6

3 Meja Rapat 7

Page 95: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 84 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

4 Meja Rapat (Join table) 2

5 Meja Director dan Sekertaris 2

6 Meja Rapat Director 2

7 Meja Printer dan Telpon 1

8 Meja Resepsionis 1

9 Lemari Ruang Rapat 2

10 Meja Partisi Complete 3

11 Lemari Ruang Rapat 2

12 Meja Partisi 2

13 Steel Locker 4

14 Lemari Ruang Sekertariat 3

15 Laci Sorong Meja Sekertariat 4

16 Kursi Rapat 14

17 Komputer PC 5

18 Lap top 5

19 Printer HP.Deskjet Ink 4515e, 2

20 Plustek Mobile Scanner 2

21 Display Panel 1

22 Rak Dokumen 8

23 Relokasi Rumah kasa 1

24 Partisi Ruang Katam Terpadu 16

Fasilitas

Setiap tahun secara berangsur melalui DIPA SATKER Balitklimat, juga mengadakan penambahan asset belanja modal berwujud peralatan laboratrium atau penunjangnya, peralatan kantor dan penambahan nilai gedung berupa renovasi gedung utama dan gedung mess dan Gedung Lab (Tabel 24).

Pada tahun 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi melaksanakan rehabilitasi dan perluasan bangunan berupa: renovasi gedung Laboratorium secara

vertikal menjadi Gedung Multipurpose 2 Lantai (Lab, Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi, dan Diseminasi) dan Selesai 90% untuk lantai 2 sementara untuk lantai 1 dan penyelesaian lantai 2 akan dilaksanakan Tahun 2015.

Tabel 24. Gedung dan bangunan serta rumah kasa yang dikelola Balitklimat

No Jenis/

Fungsi

Satuan

luas

Tahun

2006

Tahun

2007

Tahun

2008

Tahun

2011

Tahun

2012

Tahun

2013

Tahun

2014

1 Bangunan gedung kantor permanen

M2 1.499

420 411,6

2

Rumah Kasa/ Modifikasi cuaca buatan tipe lorong

M2 160

3 Mes tamu M2 130

4 Garasi Mobil Dinas

M2 42

5

Garasi kendaran bermotor roda dua

M2 17

112

6 Poliklinik M2

7 Gudang M2 23.6

8 Pavingblok M2 283,65

Page 96: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 85 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

parkiran

9 Pagar BRC M2 75,5

10 Pos Satpam M2 30,25

11 Gazebo M2

Fasilitas Transportasi berupa kendaraan roda 2 sebanyak 6 unit, roda 4 sebanyak 6 unit dan 1 unit sepeda motor roda 3 dan Pick Up double cabin sebanyak 2 unit.

Pengelolaan database agroklimat dan hidrologi merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Stasiun pencatatan iklim otomatis (AWS) yang dikelola oleh Badan Litbang Pertanian (Balitklimat) berjumlah 75 unit. Termasuk pengadaan AWS telemetri yang berasal dari BBSDLP untuk dipasang dibeberapa kebun percobaan Badan Litbang Pertanian. Namun demikian, data pencatatannya tidak runut karena beberapa hal, antara lain: kemampuan AWS pengadaan tahun 2000 yang menurun, kurangnya komitmen dari UPT Badan Litbang yang ada di daerah, serta ketidaktersediaan dana operasional pengamatan dan pemeliharaan. Untuk mengatasi hal tersebut diatas, Sejak tahun 2009 Balitklimat mengembangkan AWS sistem Telemetri dan upgrade dari AWS Cimel ke sistem Telemetri yang ada agar pencatatannya lebih mudah, runut dan real time.

6.4. Anggaran dan PNBP

6.4.1. Anggaran Penelitian (DIPA, Kerjasama Penelitian)

Sistem penganggaran berbasis kinerja (unified budget) yang tertuang dalam Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga, Anggaran SATKER Balai Penelitian Agroklimat

dan Hidrologi pada tahun 2014 berasal dari Program Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing dalam kegiatan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian yang dituangkan melalui DIPA Satker Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun anggaran 2014 dan didukung oleh anggaran kerjasama penelitian dengan mitra kerjasama dalam dan luar negeri. Dalam Pagu, alokasi anggaran DIPA diterima Balitklimat TA 2014 adalah sebesar Rp. 12.190.546.000,- dengan perincian: 1) belanja pegawai dengan jumlah anggaran sebesar Rp. 4,155,058,000,- atau sebesar 34,08%; 2)

Belanja barang dengan jumlah anggaran sebesar Rp 4,268,838,000,- atau sebesar 35,02%; dan 3) Belanja modal dengan jumlah anggaran sebesar Rp. 3.766,650,000,- atau sebesar 30,90% (Gambar 89).

Gambar 89. Persentasi alokasi anggaran DIPA Balitklimat TA 2014

Selain dana yang bersumber dari DIPA, pada tahun anggaran 2014, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi memperoleh dana kegiatan penelitian on top dari

34,08

35,02

30,90

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal

Page 97: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 86 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yakni: Desain pengelolaan air di 13 kebun percobaan lingkup Balitbangtan, Kementerian Pertanian dengan alokasi dana sebesar Rp. 386.500.000,00. Implementasi desain Pengelolaan Air di 5 Kebun Percobaan Lingkup Balitbangtan, Kementerian Pertanian dengan alokasi dana sebesar Rp. 1.189.932.000, serta berhasil melanjutkan denan Mitra kerjasama penelitian luar negeri yakni: 1) CIRAD, Perancis (Integrated and Participatory Management Water Recources Management toward Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 516.000.000,-; dan 2) RDA Avacy Korea (Production and Services of Agro-Meteorological Information for the Adaptation to Climate Change in Indonesia dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 55.571.000,- atau total dana kerjasama penelitian sebesar Rp. 2.148.003.000,-. Sampai 31 Desember 2014, realisasi keuangan kerjasama penelitian sebagai berikut: 1) Desain pengelolaan air di 13 kebun percobaan realisasi mencapai Rp. 386.570.350,- atau sebesar 100,02%; 2). Implementasi Desain pengelolaan air di 5 kebun percobaan realisasi mencapai Rp. 1.184.442.700,- atau sebesar 99,54%; 3) Cirad, Perancis (Integrated and Participatory Management Water Recources Management Toward Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed, realisasi mencapai Rp. 308.702.525,- atau sebesar 59,83%; dan 4) RDA Avacy Korea (Production and Services of Agro-Meteorological Information for the Adaptation to Climate in Indonesia, realisasi mencapai Rp. 44.362.000,- atau sebesar 79,83%. Dengan demikian dari total anggaran kerjasama penelitian sebesar Rp. 2.148.003.000,-, sampai dengan 31 Desember 2014 realisasi keuangan mencapai 1.924.077.575,- atau sebesar 89,55% dan tergolong kategori berhasil. Sisa Anggaran Kerjasama Luar Negeri akan digunakan untuk pelaksanaan kegiatan tahun 2015 Adapun alokasi dan realisasi penggunaan anggaran pada SATKER Balitklimat TA 2014 disajikan pada Tabel 25.

Tabel 25. Alokasi dan realisasi penggunaan anggaran Balitklimat per 31 Desember 2014

Sumber anggaran Pagu/sisa pagu Realisasi

A. SATKER Balitklimat Rp. %

1. Belanja Pegawai 4.155.058.000 3.701.862.487 89,09

2. Belanja Barang 4.268.838.000 4.191.994.120 98,20

3. Belanja Modal 3.766.650.000 3.729.155.900 99,00

J u m l a h 12.190.546.000 11.623.012.507 95,34

Efisiensi 567.533.493 4,66

B. Kerjasama Penelitian

1. Desain pengelolaan air di 13 kebun percobaan Lingkup Balitbangtan

386.500.000 386.570.350 100.02

2. Implementasi desain pengelolaan air di 5 kebun percobaan Lingkup Balitbangtan

1.189.932.000 1.184.442.700 99.54

3. Kerjasama CIRAD, Perancis 516.000.000 308.702.525 59.83

4. Kerjasama RDA Avacy, Korea

55.571.000 44.362.000 79,83

J u m l a h 2.148.003.000 1.924.077.575 89,55

Page 98: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 87 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

6.4.2. Indikator Kinerja

Analisis akuntabilitas kinerja merupakan salah satu proses untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan perencanaan kinerja. Dengan demikian perlu diuraikan fokus dari setiap kegiatan penelitian yang berisi penjelasan singkat mengenai keberhasilan, permasalahan, hambatan dan kegagalan, serta inisiatif tindak lanjut yang telah dilakukan. Uraian berikut merupakan rekapitulasi dari analisis akuntabilitas kinerja kegiatan penelitian agroklimat dan hidrologi yang dilaksanakan selama tahun anggaran 2014.

Berdasarkan hasil evaluasi kinerja lingkup Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, yang tercermin dari hasil evaluasi rencana kinerja tahunan (RKT) sebagaimana ditunjukkan oleh pengukuran kinerja kegiatan (PKK), sehingga dapat disusun suatu pelaporan akuntabilitas kinerja yang menyajikan data/informasi: keberhasilan/kegagalan, hambatan/kendala, permasalahan dan inisiatif tindak lanjut dalam upaya pencapaian kinerja kegiatan unggulan. Analisis tersebut meliputi uraian mengenai keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan dan program kebijakan guna mewujudkan sasaran, tujuan dan visi serta misi sebagaimana telah ditetapkan dalam Renstra. Faktor penentu keberhasilan dilakukan dengan mengidentifikasi indikator yang dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan/sasaran yang telah ditetapkan. Penetapan indikator evaluasi kinerja kegiatan unggulan lingkup Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun anggaran 2014 antara lain meliputi: input, output, dan outcome untuk memperoleh nilai capaian kegiatan yang merupakan indikator tingkat keberhasilan pencapaian kegiatan, menggunakan skala pengukuran ordinal dengan kisaran sebagai berikut: 1) < 55: tidak berhasil; 2) 55-70: cukup ber-hasil; 3) 70-85: berhasil; dan 4) 85-100: sangat berhasil.

Secara keseluruhan pada tahun anggaran 2014, kinerja SATKER Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi termasuk kategori sangat berhasil dengan realisasi keuangan sampai dengan 31 Desember 2014 mencapai 95,34%. Keberhasilan pencapaian sasaran disebabkan oleh faktor pengawalan kegiatan melalui monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian yang cukup ketat, mulai dari tahap perencanaan hingga tahap akhir kegiatan. Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut juga didorong oleh komitmen dari para peneliti (SDM) dan dukungan manajemen penelitian, baik aspek pelayanan keuangan, analisis dan pengolahan data, perpustakaan, publikasi, dan sarana penelitian.

Total anggaran DIPA Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun 2014 sebesar Rp. 12.190.546.000,-. Sampai dengan 31 Desember 2014, akuntabilitas keuangan per kualifikasi belanja adalah: Realisasi fisik mencapai 100% dengan realisasi belanja pegawai mencapai Rp 3.701.862.487,- atau 89,09%; realisasi belanja barang mencapai Rp. 4.191.994.120,- atau 98,20%; dan realisasi belanja modal mencapai Rp. 3.729.155.900,- atau 99,00%. Secara keseluruhan total DIPA Balitklimat TA 2014, realisasi mencapai Rp. 11.623.012.507,- atau 95,34% tergolong kategori sangat berhasil

(Gambar 90). Ini berarti dapat dicapai efisiensi biaya sebesar Rp. 567.533.493,- atau sebesar 4,66%.

Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan yakni: keterbatasan SDM berkeahlian khusus, serangan hama & penyakit pada tanaman percobaan, ketersediaan data iklim dan air yang terbatas dan tidak runut (baik sebaran maupun kontinyutas periode pengamatan), serta lemahnya sinyal GSM di beberapa stasiun AWS telemetri, mulai dapat diatasi oleh para peneliti. Hal ini semua menunjukkan

adanya komitmen yang tinggi dari para peneliti untuk mencapai sasaran kinerja yang telah ditetapkan. Optimasi jejaring alat pengamatan iklim dan hidrologi perlu diprioritaskan melalui kegiatan relokasi alat ke lokasi dengan sinyal GSM yang kuat. Untuk menanggulangi keterbatasan jumlah SDM berkeahlian khusus, diatasi melalui optimalisasi sarana dan SDM yang ada maupun dengan cara melakukan outsourcing baik dari perguruan tinggi maupun institusi terkait di luar Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Page 99: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 88 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 90. Persentasi Realisasi Anggaran DIPA Satker Balitklimat TA 2014

6.4.3. Penerimaan Negara Bukan Pajak

Selama tahun 2014 jumlah penerimaan negara sebagai pendapatan negara bukan pajak (PNBP) adalah sebesar Rp. 177.549.556,- terdiri atas: penerimaan umum Rp. 171.562.556,- (96,62%) dan fungsional Rp. 5.987.000,- (3,37 %). PNBP tahun 2014 mengalami kenaikan secara fantastis karena terdapat pendapatan denda keterlambatan pelaksanaan rehab gedung, pengembalian kelebihan bayar pelaksana renovasi gedung. Sejak Tahun 2013 dengan adanya perubahan akun pada pendapatan fungsional ke penerimaan umum terkait pendapatan yang tidak sesuai Tupoksi (Pendapatan sewa gedung Mess), maka penerimaan fungsional mengalami penurunan secara drastis dan bergeser kepada penerimaan umum (Tabel 26).

Tabel 26. Gambaran Penerimaan PNBP Balitklimat tahun 2010 – 2014

Jenis

Penerimaan

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

Umum 9.802.469 30.639.672 28.236.283 23.942.000 171.562.556

Fungsional 31.075000 29.085.000 52.197.000 5.351.500 5.987.000

Jumlah 40.877.469 59.724.672 85.933.283 29.293.500 177.549.556

PNBP merupakan sumber pembiayaan tambahan untuk kegiatan yang belum terdanai dari DIPA maupun kerjasama. Pemanfaatan PNBP di Balai Penelitian Agroklimat

dan Hidrologi adalah untuk membiayai perbaikan peralatan laboratorium, dan keperluan pengelolaan Mess Balitklimat. Penetapan target PNBP dilakukan berdasarkan kecenderungan dari realisasi penerimaan tahun sebelumnya. Pada awal berdiri Balitklimat, belum banyak sumber-sumber pendapatan yang bisa digali sehingga target yang ditetapkan selalu tidak tercapai, dengan makin berkembangnya sarana dan fasilitas balai maka, sejak tahun 2010-2012 terlihat sangat jelas perkembangan penerimaan PNBP, Namun sejak tahun 2013, penerimaan PNBP Balitklimat terus menurun sebagai

dampak dari adanya renovasi Mess sebagai penyumbang PNBP terbesar. Perbandingan PNBP selama 7 tahun (2010-2014) disajikan pada Tabel 27.

89,09

98,20

99,00

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal

Page 100: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat-ppid.pertanian.go.id

Halaman 89 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Tabel 27. Perbandingan Jenis Penerimaan PNBP Fungsional yang disetorkan ke kas negara tahun 2010 s/d 2014

Jenis Penerimaan Fungsional

T a h u n

2010 2011 2012 2013 2014

Penjualan peta/Inform/Film

4.975.000 1.515.000 12.852.000 300.000 1.900.000

Sewa

gedung, bangunan

11.450.000 12.895.000 25.590.000 14.230.000 3.540.000

Sewa benda-benda bergerak

14.650.000 14.675.000 19.255.000 2.205.000 3.260.000

Pendidikan lainnya

0 0 0 0 0

Jumlah 31.075.000 29.085.000 57.697.000 16.735.000 8.700.000